• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pendahuluan Siapakah Luqman Al-Hakim

N/A
N/A
Nguyễn Gia Hào

Academic year: 2023

Membagikan "Pendahuluan Siapakah Luqman Al-Hakim"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

155 MATERI PENDIDIKAN ISLAM PERSPEKTIF LUQMAN AL-HAKIM;

KAJIAN SURAH LUQMAN AYAT 13-19 Muhammad Yusran

Abstrak:

Tulisan ini mencoba menemukan materi pendidikan Islam dalam perspektif seorang tokoh zaman dahulu yang namanya diabadikan sebagai salah satu nama surah dalam Alquran, yaitu Luqman al- Hakim. Tulisan ini menjadikan surah Luqman ayat 13-19 sebagai focus kajian untuk menemukan materi pendidikan Islam, khususnya bagi seorang anak. Tulisan ini menggunakan pendekatan literature atau penelitian literature dengan metode dokumentasi atau seluruh data yang dihasilkan bersumber dari buku-buku dan kitab yang relevan.

Kata Kunci:

Materi Pendidikan Islam, Luqman al-Hakim

A. Pendahuluan

Siapakah Luqman Al-Hakim? Menurut Abdullah Husin dalam bukunya ‚Model Pendidikan Luqman al-Hakim‛, sebagaimana dikutipnya dalam al-Bidayah wa al-Nihayah karya Ibnu Katsir bahwa Luqman adalah Ibn ‘Anqa’ bin Sadun.1 Ibnu Ishaq menuturkan, bahwa Luqman bernama Na’ur bin Nahur bin Tarikh. Tarikh merupakan nama

Dosen tetap prodi PAI STAI Darul Ulum Kandangan. email, yusranlukman1981@gmail.com

1 Abdullah Husin, Model Pendidikan Luqman al-Hakim Kajian Tafsir Sistem Pendidikan Islam dalam Surah Luqman, (Yogyakarta, Insyira, 2013), h.

17-25. Sebagaimana dikutipnya dalam al-Imâm al-Jalîl al-Hâfizh ‘Imâd al-Dîn Abi al-Fidâ Ismâ’îl bin Umar Ibn Katsîr al-Qurasyiy al-Dimasyqiy (selanjutnya disebut Ibn Katsîr), al-Bidâyah wa al-Nihâyah, juz III, tahqîq Abdullah bin Abdu al-Muhsîn al-Tirkiy (Riyadh: Dâr al-Hijr li al-Taba’ah wa al-Nasyr wa al-Tauzi’

wa al-I’lân, 1997), h. 5.

(2)

156

dari Azar, ayah Nabi Ibrahim a.s.2 al-Qurthubiy, Muhammad bin Ishaq mengatakan, Luqman adalah Ibn Ba’ura bin Nahur bin Tarah yakni Azar, ayah Nabi Ibrahim as. Riwayat lain menyebutkan, Luqman adalah cicit Azar, ayahnya Nabi Ibrahim a.s.3 Wahab bin Munabbih berpendapat, Luqman adalah putra dari saudari kandung Nabi Ayyub a.s.

Muqatil menuturkan, Luqman adalah putra dari bibinya Nabi Ayyub a.s.

Imam al-Zamakhsyariy menguatkan dengan mengatakan bahwa Luqman adalah putra Ba’ura putra saudari perempuan Nabi Ayyub a.s. atau putra bibinya.4

Disebutkan oleh Abdulah Husin, usia Luqman mencapai 1000 tahun. Dalam usia itu, Luqman sempat bertemu dengan Nabi Daud a.s., bahkan Nabi Daud pernah berguru kepada Luqman. Sebelum Nabi Daud a.s. diangkat menjadi Nabi. Luqman sudah menjadi Mufti. Namun setelah Nabi Daud a.s. dianggakat menjadi Nabi, Luqman tidak berfatwa lagi.5 Ada juga yang mengatakan bahwa Luqman hidup di masa antara Nabi Isa a.s. dengan Nabi Muhammad s.a.w. pendapat pertama adalah pendapat mayoritas ulama, sedangkan pendapat kedua hanya dikemukakan oleh al-Waqidi.6

2Abdullah Husin, op. cit.

3Abu Abdullah Muhammad bin Ahmad bin Abu Bakr al-Qurthubiy (selanjutnya disebut al-Qurthubiy), al-Jâmi’ li Ahkâm al-Qur’ân wa al-Mubayyin Limâ Tadhammanah min al-Sunnah wa Ây al-Furqân, juz XVI, tahqîq Abdullah bin Abd al-Muhsîn al-Tirkiy (Beirut: Muassasah al-Risâlah, 2006), h. 467.

4Abu al-Qâsim bin Mahmûd bin Umar al-Zamakhsyariy (selanjutnya disebut al-Zamakhsyariy), al-Kasysyâf an Haqâiq Ghawâmidh al-Tanzîl wa ‘Uyûn al-’Aqâwîl fi Wujûh al-Ta’wîl, juz V (Riyadh: Maktabah al-‘Ubaikan, 1998), h.

10.

5 Abdullah Husin, op.cit, h. 18

6 Lihat al-‘Allâmah Abi Fadl Syihâb al-Dîn al-Sayyid Mahmûd al-Alûsiy al-Baghdâdiy (selanjutnya disebut al-Alûsiy), Rûh al-Ma’ânî fi al-Tafsîr al-Qur’ân al-‘Azhîm wa al-Sab’i al-Matsâni, juz XXI (Beirut: Dâr Ihyâ al-Turâts al-‘Arabiy, t.t.), h. 82. Sebagaimana dikutip Abdullah Husin, op.cit

(3)

157 Lebih lanjut Abdullah Husin menyebutkan tentang asal usul Luqman. Tidak satu pun menyebutkan bahwa Luqman berdarah Arab.

Sebagian ulama menyebutkan Luqman berdarah Ibrani,7 sebagian lain mengatakan berdarah Habasyi (Etiopia),8 dan yang lainnya menyebutkan berdarah Nubi penduduk Ailah, atau berasal dari negeri Nubia, wilayah Mesir Selatan di sepanjang Sungai Nil, dan kini berada di Sudan Utara.9 Selain itu, ada yang mengatakan pula bahwa Luqman berasal dari salah satu suku yang berkulit hitam di Mesir (Aswan sekarang).10

Mayoritas ulama berpendapat bahwa Luqman al-Hakim seorang yang berkulit hitam seperti penduduk selatan Afrika. berparas biasa- biasa saja, dan bahkan bisa dikatakan tidak tampan. Luqman yang mereka gambarkan adalah memiliki ciri-ciri yaitu: berkepala lebar (berbentuk dolicheval), berbadan pendek, berhidung pesek, berbibir tebal, memiliki telapak kaki lebar dan retak-retak. Ada juga yang mengatakan Luqman adalah seorang budak. Namun, mereka berbeda pendapat tentang profesinya. Sebagian menyebutkan bahwa Luqman adalah seorang pengumpul kayu bakar, tukang kayu, tukang kasur dan bantal (penjahit kasur atau bantal). Ada juga yang menyebutkan bahwa profesi Luqman adalah sebagai penjahit secara umum, seorang penggembala. Riwayat yang lain menuturkan bahwa Luqman adalah

7M. Quraish Shihab, Tafsir AL-Misbah; Pesan, Kesan, dan Keserasian Alquran, vol X, (Jakarta, Lentera Hati, 2010), h. 297.

8Jalal al-Dîn al-Suyuthiy (selanjutnya disebut al-Suyuthiy), al-Durr al- Mantsûr fi al-Tafsîr bi al-Ma’tsûr, juz XI, tahqîq Abdullah bin Abd al-Muhsîn al- Tirkiy, (Kairo: Markaz Hijr li al-Buhûts wa al-Dirâsât al-‘Arabiyyah wa al- Islâmiyyah, 2003), h. 264.

9Syauqi Abdul Khalil, Atlas Al-Qur’an; Mengungkap Misteri Kebenaran Al-Qur’an, terj. Muhammad Abdul Ghoffar (Jakarta: Almahira, 2010), h. 139.

Dalam Abdullah Husin, op.cit. h. 19

10al-Imâm al-Jalîl al-Hâfizh ‘Imâd al-Dîn Abi al-Fidâ Ismâ’îl Ibn Katsîr al-Dimasyqiy, Tafsîr al-Qur’ân al-‘Azhîm, jilid XI (Jîzah: Muassasah Qurthubah, 2000), h. 50. Sebagaimana dikutip Abdullah Husin, op.cit, h. 19

(4)

158

seorang qadhi (hakim) di kalangan Bani Israil pada masa Nabi Daud as.11

Kebanyakan ulama menyatakan bahwa Luqman adalah seorang wali12 atau seorang yang shaleh lagi bijak, namun bukan seorang Nabi.

Dalam hal ini, Ibn Katsir menguatkan, bahwa sosok Luqman sebagai hamba sahaya atau budak ini menyangsikan kalau ia seorang Nabi, karena para Rasul yang diutus oleh Allah swt. adalah berasal dari keluarga terhormat atau keturunan yang mulia di kalangan kaumnya

11Abdullah Husin, op.cit, h. 18-22. Sebagaimana dikutipnya dalam Abu Ja’far Muhammad bin Jarîr al-Thabariy (selanjutnya disebut al-Thabariy), Tafsîr al-Thabariy Jâmi’ al-Bayân an Ta’wîl Ây al-Qur’ân, jilid XVIII, tahqîq Abdullah bin Abdu al-Muhsîn al-Tirkiy (Kairo: Markaz al Buhûts wa al-Dirâsât al-

‘Arabiyyah wa al-Islâmiyyah bi Dâr Hijr al-Duktûr Abd al-Sindi Hasan Yamâmah, 2001), h. 547. al-Imâm al-Hâfizh Abd al-Rahmân bin Muhammad Ibn Idrîs al- Râziy Ibn Abi Hâtim (selanjutnya disebut Abi Hâtim), Tafsîr al-Qur’ân al-

‘Azhîm Musnadan ‘An Rasul Allah wa al-Shâbah wa al-Tabi’în, jilid IX (Riyadh:

Maktabah Nazâr al-Bâz, 1997), h. 3096. Dalam al-Suyuthiy, Ibn Abi Hatim meriwayatkan dari Abdullah bin Zubair bahwasannya ia (Abdullah bin Zubair ) pernah bertanya kepada Jabir bin Abdullah tentang Luqman. Jabir menjawab:

‚Dia berbadan pendek dan berhidung pesek, berasal dari Nubi‛. Lihat al-Suyuthiy, op. cit., h. 625. Khalid ar-Rib’i menuturkan: ‚Luqman adalah seorang budak belian dari Habasyi yang berprofesi sebagai tukang kayu. Suatu kali tuannya pernah menyuruhnya, ‚Sembelihlah seekor domba, kemudian berikan kepada saya dua bagian tubuh domba itu yang paling baik.‛ Maka Luqman melaksanakannya dan memberikan lidah dan hati domba itu. Di lain waktu, tuannya kembali memintanya menyembelih domba seraya mengatakan, ‚Buanglah dua bagian dari domba ini yang paling buruk.‛ Maka Luqman pun membuang lidah dan hati domba itu. Mendapati hal tersebut tuannya berkata kepada Luqman, ‚Aku memerintahmu untuk memberikan kepadaku dua bagian yang paling baik dari tubuh domba, kemudian engkau memberi aku lidah dan hatinya! Lalu aku memerintahmu untuk membuang dua bagian yang paling buruk, engkau pun membuang lidah dan hatinya! Mengapa begitu?‛Luqman menjawab, ‚Karena tak ada bagian tubuhnya yang lebih baik dari keduanya jika keduanya baik, dan tak ada bagian tubuhnya yang paling buruk dari keduanya jika keduanya buruk‛.Lihat al-Thabariy, op. cit., h. 348.

12al-Qurthubiy, op. cit. h. 468.

(5)

159 masing-masing.13 Allah Swt tidak mengutus seorang Nabi, kecuali dalam bentuk yang rupawan (good looking) dan suara yang indah.14

Berdasarkan uraian ringkas di atas dan keluar dari perdebatan siapakah Luqman sebenarnya, apakah ia seorang Nabi ataukah ia hanya seorang lelaki shaleh yang diberi ilmu dan hikmah. menunjukkan bahwa Luqman al-Hakim adalah seorang yang mulia. Namanya di abadikan dalam Alquran bahkan menjadi salah satu nama surah dalam Alquran.

Sementara gelar al-Hakim dibelakang namanya tentu gelar yang tepat untuknya sesuai dengan ucapannya, perbuatan, dan sikapnya yang memang menunjukkan sikap bijaksana sebagai interpretasi hikmah yang terdapat pada dirinya sebagai anugerah dari Allah Swt.

Tulisan ini bertujuan sedikit mengungkap mutira hikmah dari seorang Luqman al-Hakim yang dikaitkan dengan materi pendidikan Islam pada surah Luqman ayat 13 sampai ayat 19. Tulisan ini menggunakan pendekatan literature atau penelitian literature dimana seluruh datanya didapatkan dari dokumentasi berupa buku dan kitab.

Tulisan ini juga merujuk kepada buku Abdullah Husin ‚Model Pendidikan Luqman al-Hakim Kajian Tafsir Sistem Pendidikan Islam dalam Surah Luqman‛ penerbit Insyira Yogyakarta 2013, karena dalam buku itu informasi tentang Luqman al-Hakim dirasa sangat lengkap dan komplet.

B. Penamaan Surah Luqman

Penamaan surah ini disandarkan kepada Luqman, karena dalam surah ini dipaparkan tentang Luqman dan hikmah yang dianugerahkan oleh Allah swt kepadanya. Di sisi lain, surah ini dinamakan dengan Luqman karena memuat cerita Luqman al-Hakim dan keutamaan hikmah yang dianugerahkan kepadanya, yang berbicara tentang rahasia ilmu Allah dan sifat-sifat-Nya, keburukan perbuatan syirik, perintah berakhlak mulia, dan larangan berbuat buruk serta munkar. Selain itu, penamaan surah ini mengacu kepada wasiat-wasiat berharga Luqman

13Ibn Katsir, op. cit., h. 51.

14Abdullah Husin, op.cit, h. 22-23

(6)

160

al-Hakim yang mengandung hikmah dan petunjuk sesuai dengan kondisi. Penamaan surah ini juga merujuk kepada cerita tentang bagaimana Luqman al-Hakim mendidik anaknya dengan perkataan- perkataan yang penuh hikmah dan adab-adab yang diajarkan kepada anaknya. Cerita tentang Luqman al-Hakim dan anaknya merupakan salah satu tema pokok pemberitaan dalam surah ini. Karena itu, surah ini pantas dinamakan dengan Luqman.15

Lebih lanjut lagi, surah ini dinamai dengan ‚Luqman‛ karena pada ayat 12 disebutkan bahwa Luqman telah diberi oleh Allah Swt. nikmat dan ilmu pengetahuan, karenanya ia bersyukur kepada-Nya atas nikmat yang diberikan kepadanya itu. Selanjutnya, pada ayat 13 sampai dengan 19 terdapat nasihat-nasihat Luqman al-Hakim kepada anaknya. Ini adalah sebagai isyarat dari Allah Swt. supaya setiap orang tua melaksanakan nasehat tersebut kepada anak-anak mereka sebagaimana yang telah dilakukan oleh Luqman.16

C. Arti Surah Luqman Ayat 13 – 19

Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: "Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, Sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar". Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu- bapanya;

ibunya telah mengandungnya dalam Keadaan lemah yang bertambah- tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun.

Bersyukurlah kepadaku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu. Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan aku sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, Maka janganlah kamu mengikuti

15Abdullah Husin, op.cit, h. 9. Juga dalam Muhammad Quthub, Dirâsât Qur’âniyyah (Kairo: Dâr al-Syurûq, 2004), h. 203.

16Faruq Sherif, Al-Qur’an Menurut al-Qur’an: Menelusuri Kalam Tuhan dari Tema ke Tema (Jakarta: Serambi Ilmu Semesta, 2001), h. 135.

(7)

161 keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik, dan ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku, kemudian hanya kepada-Kulah kembalimu, Maka Kuberitakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan. (Luqman berkata): "Hai anakku, Sesungguhnya jika ada (sesuatu perbuatan) seberat biji sawi, dan berada dalam batu atau di langit atau di dalam bumi, niscaya Allah akan mendatangkannya (membalasinya). Sesungguhnya Allah Maha Halus lagi Maha mengetahui. Hai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu Termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah). Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh.

Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri. Dan sederhanalah kamu dalam berjalan dan lunakkanlah suaramu. Sesungguhnya seburuk-buruk suara ialah suara keledai.

D. Tafsir Surah Luqman Ayat 13 – 19

Berikut secara ringkas akan penulis tampilkan tafsiran ulama tentang ayat 13-19 pada surah Luqman.

1. Tafsir surah 13

Ayat 13 ini menyajikan nasihat pertama Luqman al-Hakim kepada anaknya, yaitu tentang larangan perbuatan syirik dan diilustrasikan sebagai suatu kezaliman yang besar. al-Syinqithiy menyatakan, ayat di atas sebagai dalil bahwa perbuatan syirik adalah kezaliman yang besar.17 Di samping itu, melalui ayat ini Allah Swt memperingatkan kepada Rasulullah saw tentang nasihat yang pernah

17Muhammad al-Amîn bin Muhammad al-Mukhtâr al-Jakaniy al- Syinqîthiy, Adhwâ al-Bayân fi Îdhâh al-Qur’ân bi al-Qur’ân, Jilid VI (Jeddah: Dâr

‘Âlim al-Fawâid, t.t.), h. 548.

(8)

162

diberikan Luqman al-Hakim kepada putranya sewaktu ia memberi pelajaran kepadanya, yaitu larangan berbuat syirik.18 Mempersekutukan Allah dikatakan sebagai suatu kezaliman yang besar, karena perbuatan tersebut berarti menempatkan sesuatu tidak pada tempatnya,19 yaitu menyamakan sesuatu yang melimpahkan nikmat dan karunia itu. Dalam hal ini adalah menyamakan Allah Swt. sebagai sumber nikmat dan karunia dengan patung-patung yang tidak dapat berbuat sesuatupun. Orang yang mempersekutukan Allah, menisbatkan nikmat Allah kepada selain-Nya, padahal Allah yang Maha memberi rezki, menghidupkan dan mematikan.

Perbuatan syirik dikatakan sebagai kezaliman yang besar, karena yang disamakan itu adalah Allah, Pencipta dan Penguasa semesta alam, dan seharusnya semua makhluk mengabdi dan menghambakan diri kepada- Nya.20

2. Tafsir surah 14

Melalui ayat ini Allah Swt. memerintahkan kepada manusia agar berbuat baik kepada kedua orang tuanya sebagai wujud rasa syukur atas pengorbanan keduanya dalam memelihara dan mengasuh sejak dalam kandungan. Demikian pula pengorbanan ketika menyusui selama dua tahun, terutama sang ibu. Karena itu, sekalipun kedua orang tuanya kafir, seorang anak tetap harus berbuat baik kepada keduanya. Hanya saja, seorang anak tidak bisa menaati keduanya dalam hal-hal yang melanggar perintah Allah, karena tidak ada ketaatan kepada makhluk dalam kemaksiatan kepada Allah. 21

18Wahbah al-Zuhaily, al-Tafsir al-Wajiz ‘Ala Hamisy al-Qur’an al-

‘Azhim wa Ma’ahu Asbab al-Nuzul wa Qawa’id al-Tartil (Demaskus: Dar al-Fikr, 1996), h.413.

19Abu Ishaq Ibrahim bin al-Sariy al-Zajjaj, Ma’âni al-Qur’ân wa I’râbuh, juz IV, Syarh wa Tahqîq ‘Abd al-Jalil ‘Abduh Syalabiy (Beirut: ‘Alam al-Kutub, 1998), h. 196.

20 Abdullah Husin, op.cit, h. 33-37

21al-Qâdhiy Abu Muhammad Abd al-Haqq bin Ghâlib bin ‘Athiyyah al- Andalusiy (selanjutnya disebut‘Athiyyah al-Andalusiy) , al-Muharrar al-Wajîz fi

(9)

163 3. Tafsir surah 15

Ayat ini menerangkan bahwa dalam hal tertentu seorang anak dilarang untuk taat kepada kedua orang tuanya, yaitu jika keduanya memerintahkan untuk mempersekutukan Allah Swt., yang dia sendiri memang tidak mengetahui bahwa Allah Swt. mempunyai sekutu, karena memang tidak ada sekutu bagi-Nya.22 Sebuah riwayat menunjukkan bahwa ayat ini diturunkan sehubungan dengan Saad bin Abi Waqqas yang tidak mematuhi perintah ibunya untuk kembali kepada keyakinannya sebelum Islam.

Berdasarkan sebab turunnya ayat ini, dapat diambil kesimpulan bahwa Saad tidak berdosa, karena tidak mengikuti kehendak ibunya untuk kembali kepada agama syirik. Hukum ini berlaku pula bagi seluruh umat Nabi Muhammad saw. untuk tidak taat kepada orang tua yang mengajak kepada agama syirik dan perbuatan dosa yang lain. Meski demikian, Allah Swt. memerintahkan agar seorang anak tetap memperlakukan kedua orangtuanya dengan baik, meskipun keduanya memaksa untuk melakukan maksiat kepada-Nya, terutama berbuat syirik. 23

4. Tafsir surah 16

Ayat di atas merupakan lanjutan wasiat Luqman kepada

Tafsî al-Kitâb al-‘Azîz, juz IV (Beirut: Dâr al-Kutub al-‘Ilmiyyah, 2001), h.

348. Lihat al-Maraghiy, op. cit., h. 82.

22Abdullah Husin, op. cit., h. 42-43

23Saad bin Abi Waqqas berkata: "Tatkala aku masuk Islam ibuku bersumpah bahwa beliau tidak akan makan dan minum, sebelum aku meninggalkan agama Islam". Untuk itu pada hari pertama aka mohon agar beliau mau makan dan minum, tetapi beliau menolaknya dan beliau tetap bertahan pada pendiriannya. Pada hari kedua aku juga mohon agar beliau mau makan dan minum, tetapi beliau malah tetap pada pendiriannya. Pada hari ketiga aku mohon kepada beliau agar beliau mau makan dan minum, tetapi beliau tetap menolaknya.

Karena itu aku berkata kepadanya: "Demi Allah, seandainya ibu mempunyai seratus jiwa, niscaya jiwa itu akan keluar satu persatu, sebelum aku meninggalkan agama yang aku peluk ini.‛ Setelah ibuku melihat keyakinan dan kekuatan pendirianku, maka beliaupun makan.‛ Lihat al-Andalusiy, op. cit., h. 349

(10)

164

anaknya. Pesannya kali ini adalah tentang kedalaman ilmu Allah Swt.

yang luar biasa. Luqman al-Hakim memberikan pelajaran kepada anaknya bahwa Allah Swt. mengetahui perbuatan baik atau buruk walau seberat biji sawi. Meski biji sawi berada di tempat yang paling tersembunyi, seperti dalam batu karang sekecil, sesempit, dan sekokoh apapun batu itu, atau di langit yang demikian luas dan tinggi, atau di dalam perut bumi yang sedemikian dalam, dan di manapun keberadaannya, niscaya Allah Swt. akan mendatangkannya lalu memperhitungkan dan memberinya balasan.24

5. Tafsir surah 17

Luqman al-Hakim melanjutkan nasihat kepada anaknya, pada ayat ini menyangkut amal-amal shaleh tercermin dalam perintah melakukan shalat sebagai puncaknya, perintah melakukan kebajikan dan mencegah perbuatan munkar,25 dan perintah sabar dan tabah.

Karena semua itu merupakan hal-hal yang telah diwajibkan oleh Allah untuk dibulatkan atasnya tekad manusia. Tidak disebutkan amal shaleh lainnya, bukan berarti bahwa pengajaran terhadap anak hanya dibatasi dengan tiga perkara tersebut.26

Luqman al-Hakim mengawali perintah untuk beramal shaleh kepada anaknya dengan nasihat yang dapat menjamin kesinambungan tauhid serta arti kehadiran Ilahi dalam kalbu anak.

Dengan panggilan sayang, ia menasihati anaknya untuk mendirikan shalat dengan sungguh-sungguh dan sebaik-baiknya berdasarkan ketentuan. Karena dengan shalat yang dilaksanakan dengan sungguh-sungguh akan mencapai ridha Allah Swt. Jika shalat diridhai Allah, maka perbuatan keji dan mungkar dapat dicegah.

Selain itu, shalat merupakan kunci dari segala kebaikan dan induk dari semua ibadah.

Luqman al-Hakim melanjutkan nasihat kepada anaknya untuk

24Ibn Katsir, op. cit., h. 55.

25al-Qurtubiy, op. cit., h. 479.

26Abdullah Husin, op.cit, h. 49-51

(11)

165 melakukan kebajikan dan mencegah perbuatan munkar. Ma'ruf diartikan sebagai segala perbuatan yang dipandang baik oleh norma- norma masyarakat dan nilai-nilai agama sedangkan munkar sebaliknya.27 Amar ma’ruf menurut al-Maraghi terkait dengan perintah kepada masyarakat untuk melakukan kebajikan secara optimal, sebagai kunci menuju kesuksesan hidup. Sedangkan nahi munkar, yakni larangan kepada masyarakat berbuat maksiat terhadap Allah Swt., karena maksiat sebagai sumber bencana kehidupan dan siksa yang amat pedih di neraka. Oleh karena itu, sebagai mukmin, kita wajib melaksanakan amar ma`ruf dan nahi mungkar sebagai bukti ketaatan dan kecintaan kepada Allah Swt, yaitu melaksanakan amal shaleh dan membendung diri dari tingkah laku tercela.28

6. Tafsir surah 18

Luqman al-Hakim melanjutkan nasihat kepada anaknya berupa pelajaran akhlak tentang etika sosial, yaitu etika berinteraksi dengan lingkungan masyarakat yang lebih luas. Pelajaran akhlak berbentuk larangan menyombongkan diri terhadap sesama manusia, baik ketika berbicara maupun berjalan. Luqman al-Hakim mengawali nasihatnya berupa larangan memalingkan muka ketika berbicara dengan orang lain, atau sebaliknya.

Pelajaran selanjutnya yang diajarkan Luqman al-Hakim kepada anaknya adalah etika berjalan, yakni larangan menyombongkan diri dan melangkah angkuh ketika berjalan. Menurut Ibnu Asyur, sebagaimana dikutip oleh M. Quraish Shihab, bumi adalah tempat berjalan semua orang, baik yang kuat maupun yang lemah, kaya maupun miskin, penguasa maupun rakyat jelata. Semua manusia sama, sehingga tidak wajar bagi pejalan yang sama, menyombongkan diri dan merasa melebihi orang lain.29 Padahal ia

27M. Quraish Shihab, op. cit., h. 309.

28Abdullah Husin, op.cit, h. 49-51

29M. Qiraish Shihab, ibid., h. 311-312.

(12)

166

juga akan kembali ketempat yang sama, yakni tanah.30 7. Tafsir surah 19

Ayat ini merupakan rangkaian nasihat Luqman al-Hakim tentang pelajaran akhlak dalam berinteraksi dengan sesama. Jika ayat sebelumnya disajikan berupa larangan bersikap sombong dalam berbicara dan berjalan, maka pada ayat ini menjelaskan kedua sikap tersebut dalam bentuk perintah untuk sederhana dalam berjalan dan melunakkan suara ketika berbicara.

Maksud sederhana waktu berjalan adalah tidak terlalu pelan dan tidak pula terlalu cepat,31dan tidak pula bermotif untuk menampakkan ketawadu’an, apalagi kesombongan. Sedangkan sederhana dalam berbicara maksudnya adalah lemah lembut ketika berbicara, sehingga orang yang melihat dan mendengarnya merasa senang dan tenteram hatinya. Sederhana bukan berarti terlalu pelan, apalagi keras dan kasar. Berbicara dengan sikap keras, angkuh dan sombong itu dilarang Allah, karena pembicaraan yang semacam itu tidak enak didengar, menyakitkan hati dan telinga, seperti tidak enaknya suara keledai.32

E. Materi Pendidikan Islam Dalam Surah Luqman Ayat 13 - 19 1. Akidah (Tauhid atau Keimanan)

Akidah merupakan materi yang pertama kali diberikan Luqman al-Hakim kepada anaknya melalui nasihat. Materi akidah terdapat dalam ayat 13 dan 16. Allah Swt. Jika dicermati, ada dua tema akidah yang diangkat melalui kedua ayat ini, yaitu tentang keesaan Allah Swt. pada ayat 13 dan tentang keniscayaan hari Kiamat pada ayat 16. Dua prinsip ini termasuk dari rukun iman yang mendasari akidah Islam.

Ajaran tauhid yang diberikan Luqman al-Hakim kepada

30Abdullah Husin, op.cit, h. 49-51

31Ibn Katsir, op. cit., h. 58; alQurthubiy, op. cit., h. 487.

32Abdullah Husin, op.cit, h. 53-54

(13)

167 anaknya sesuai dengan potensi fitrah yang dimiliki anak. Sebab, sebagaimana diketahui bahwa setiap manusia, sebelum lahir ke dunia telah mengakui bahwa Allah Swt. adalah Tuhannya. Seperti dijelaskan Allah Swt. dalam QS. al-A’raf; 172.

Artinya: ‚Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman):

"Bukankah aku ini Tuhanmu?" mereka menjawab: "Betul (Engkau Tuban kami), kami menjadi saksi". (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan:

"Sesungguhnya Kami (bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan).‛

Esensi tauhid yang diajarkan Luqman al-Hakim adalah esensi tauhid yang murni, karenanya dalam memberikan nasihat kepada anaknya, tidak dimulai dengan perkataan untuk meminta anaknya menyatakan adanya Allah, tetapi Luqman al-Hakim langsung memberikan tekanan terhadap larangan menyekutukan Allah, yang inti dasarnya adalah ajaran tauhid juga. Apa yang dijelaskan Luqman al-Hakim tentang Allah sangat tepat. Selain menjelaskan larangan menyekutukan Allah, Luqman al-Hakim bahkan lebih jauh lagi menjelaskan siapakah Allah yang sebenarnya patut disembah itu.

Materi tauhid yang disampaikan Luqman al-Hakim memiliki kekuatan dasar dengan adanya keseimbangan penanaman akhlak.

Sebagaimana diketahui bahwa Luqman al-Hakim setelah menyampaikan ajaran tauhid ini, kemudian dilanjutkannya dengan nasihat tentang akhlak dan ibadah, baik dalam pengertian sempit maupun pengertian yang luas. Materi tauhid memiliki peran yang sangat penting dalam pembinaan manusia seutuhnya. Implikasi tauhid bukan saja pada masalah akidah, tapi juga menyangkut aspek-aspek lain, seperti ibadah, akhlak, dan muamalah. Oleh sebab itu, pendidikan Islam menempatkan pendidikan keimanan sebagai pilar utamanya.33

33Abdullah Husin, op.cit, h. 69-73

(14)

168

2. Syukur dan Berbakti kepada Allah dan Orang Tua

Materi syukur dan berbakti kepada Allah dan orang tua terdapat pada ayat 14 dan 15 dari surah ini. Materi berbuat baik kepada kedua orang tua dalam dua ayat di atas disampaikan melalui anjuran untuk menghayati penderitaan dan susah payah ibunya selama mengandung. Oleh karena itu, berbakti tidak saja kepada kedua orang tua yang muslim, melainkan juga kepada kedua orang tua yang musyrik sekalipun.

Sementara rasa syukur dan berbakti kepada Allah Swt. harus didahulukan dari rasa syukur kepada manusia, termasuk kepada kedua orangtua. Artinya, sekalipun orang tua sangat berjasa dalam memelihara dan mengasuh anaknya sejak dalam kandungan, namun rasa syukur kepada mereka tidak bisa mendahului rasa syukur kepada Allah, karena tempat kembali semua makhluk hanya kepadaNya. Upaya menanamkan rasa syukur kepada Allah Swt.

tersebut bisa dilakukan dengan berbagai cara, misalnya mengajak anak mengamati dan memikirkan karuniaNya yang diperoleh si anak, keluarganya, serta lingkungan sekitarnya, dan dimulai dari hal yang paling sederhana serta mudah diamati sampai dengan hal-hal yang membutuhkan pengamatan mendalam.34

3. Ibadah dan Amal Shaleh

Materi tentang ibadah dan amal shaleh terdapat pada ayat 16 dan 17. Setelah kekuatan akidah tertanam dalam jiwa anak, maka kekuatan tersebut merupakan pondasi yang kuat dan landasan utama bagi anak untuk menerima pengajaran pendidik/guru untuk mentaati semua perintah Allah berupa beban hukum yang harus dijalankan sebagai konsekuensi keimanan. Karena itu, maka Lukman al-Hakim melanjutkan materi pembelajaran untuk anaknya menyangkut amal- amal shaleh, sebagai berikut:

34Abdullah Husin, op.cit, h. 73-74

(15)

169 a. Perintah Shalat

Shalat merupakan materi ibadah yang pertama kali disampaikan Luqman al-Hakim kepada anaknya. Hal ini mengandung pengertian bahwa shalat merupakan puncak dari semua ibadah dan seharusnya diajarkan sejak dini. Islam juga menempatkan shalat sebagai kewajiban pertama yang harus diajarkan kepada peserta didik, karena shalat merupakan tiang agama dan amal pertama yang akan diperhitungkan pada Hari Kiamat nanti. Selain itu, shalat merupakan parameter keimanan seseorang.

b. Perintah Amar Ma’ruf dan Nahi Munkar

Amal shaleh yang diajarakan Luqman al-Hakim kepada anaknya adalah amal kebajikan yang tercermin dalam amar ma'ruf dan nahi munkar. Dua hal ini merupakan istilah untuk kritik konstruktif, rasa cinta dan perasaan bersaudara yang besar kepada sesama, bukan ditujukan untuk mencari-cari kesalahan dan ghibah.

Upaya yang dilakukan oleh Luqman al-Hakim pada aspek ini adalah mendidik anak sejak dini agar terbiasa menjalankan perilaku sosial yang utama, dasarnya kejiwaan yang mulia yang bersumber pada akidah Islamiah dan dengan kesadaran iman yang mendalam. Upaya ini bertujuan agar di tengah masyarakat nanti anak mampu bergaul dan berperilaku sosial baik, memiliki keseimbangan akal yang matang dan tindakan yang bijaksana.

Terkait dengan pendidikan Islam, dua aktivitas ini merupakan keniscayaan. Sebab, umat Islam itu sendiri telah diistimewakan oleh Allah Swt dengan tugas amar ma’ruf dan nahi munkar ini melalui firman-Nya:

Artinya: ‚Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung.‛ (QS. Ali Imran: 114).

(16)

170

Islam mewajibkan kepada setiap muslim dan muslimah untuk melakukan amar maruf dan nahi mungkar, yaitu mengajak semua manusia mengerjakan kebaikan dan mencegah mengerjakan kejahatan. Islam juga sudah mengatur tentang tata cara melakukan nahi mungkar itu. Dalam satu hadits yang diriwayatkan oleh Muslim dari Abu Sa`id al Khudriy, Rasulullah saw. bersabda:

َف ِوِهإ َسِلِبَف ْع ِطَت ْ سَي ْمَل ْن إَف ِهِدَيِب ْ ِِيَّغميْلَف اًرَكْنمم ْ مكُْنِم ى آَر ْنَم ِ ْع ِطَت ْ سَي ْمَل ْن إ ِ

ِنإَمْي ِ ْلْا مفَع ْضَآ َ ِلِذَو ِوِبْلَقِبَف

35.

Artinya: ‚Barangsiapa di antara kamu melihat kemungkaran hendaklah ia mengubahnya (mencegah) dengan tangannya (kekuasaan) jika ia tidak sanggup, maka dengan lidahnya (nasihat), jika tidak sanggup juga, maka dengan hatinya (merasa tidak senang dan tidak setuju), dan itu adalah selemah lemahnya iman.‛ (HR. Imam Muslim).

c. Perintah Sabar

Materi berikutnya adalah menanamkan kesabaran atas kesulitan hidup. Menjadi muslim yang baik, apalagi kalau terlibat dalam amar ma’ruf dan nahi munkar, tidak selalu bisa berjalan mulus dalam pelaksanaannya, dalam arti sangat mungkin adanya hambatan dan kesulitan-kesulitan hidup. Sejarah perjalanan umat manusia telah mencatat dan membuktikan kepada kita betapa banyak orang-orang yang melaksanakan amar ma’ruf dan nahi munkar harus menghadapi berbagai kesulitan dalam hidupnya, mulai dari kesulitan dalam hubungan dengan manusia, kesulitan ekonomi, sampai kepada nyawa yang terancam.

Namun, manakala seseorang memiliki kesabaran dalam hidupnya, maka Allah Swt. akan selalu bersama dengannya.

Sebagaimana ditegaskan oleh Allah Swt dalam QS. al-Baqarah ayat 153 sebagai berikut:

35al-Imam Abu al-Husain Muslim bin al-Hajjâj al-Qusyairiy al- Naisâbûriy, al-Jâmi’ al-Shahîh, juz I (Beirut: Dâr al-Fikr, 1992), h. 50.

(17)

171 Artinya: ‚Hai orang-orang yang beriman, Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.‛(QS. al-Baqarah: 153).

Oleh karena itu, sangat tepat apa yang dinasihatkan Luqman al-Hakim kepada anaknya, agar sang anak sabar terhadap hal-hal yang menimpa dirinya sebagai konsekuensi dari keimanan dan pembuktiannya, khususnya dalam hal amar ma’ruf dan nahi munkar.36

4. Akhlak Mulia dan Sopan Santun dalam Berinteraksi dengan Sesama Materi tentang akhlak mulia dan sopan santun dalam berinteraksi sosial terdapat pada dua ayat terakhir wasiat Luqman al-Hakim kepada anaknya, yaitu ayat 18-19. Setidaknya ada tiga etika berinteraksi yang diajarkan Lukman al-Hakim kepada anaknya.

Pertama, etika berkomunikasi nonverbal, yakni tidak memalingkan muka ketika berbicara kepada seseorang atau sebaliknya, karena hal itu merupakan sebuah penghinan dan salah satu bentuk kesombongan. Kedua, etika berjalan, yakni sederhana dalam berjalan sehingga tidak angkuh dan sombong. Ketiga, etika berbicara, yakni melunakkan suara ketika berbicara kepada orang lain.

Berdasarkan kedua ayat di atas, Luqman al-Hakim mengajarkan akhlak dalam berinteraksi sosial kepada anaknya, yaitu agar tidak menyombongkan diri terhadap sesama manusia, tidak bersikap angkuh, sederhana dalam berjalan, dan lunak dalam bersuara. Semua ini ditujukan agar mereka memiliki kecerdasan berinteraksi dan berkomunikasi dengan baik.

Implikasi pesan Luqman al-Hakim, khususnya bagi para orang tua, ada satu hal yang sangat penting dan harus didapatkan anak dalam proses pendidikan dan pembelajarannya untuk menjalankan berbagai kewajiban serta menghiasi dirinya dengan sifat-sifat yang mulia, yakni keteladanan dari para orangtua maupun pendidik.

Keteladan orang tua dan pendidik saat ini sudah mulai terkikis,

36Abdullah Husin, op.cit, h. 74-80

(18)

172

artinya tidak jarang seorang anak sulit mendapatkan aspek keteladanan, baik dari orang tua maupun pendidik. Bahkan, tidak jarang pula seorang anak melihat sesuatu yang bertentangan dengan pemahaman yang sedang ditanamkan kepadanya dilakukan oleh orang-orang di sekelilingnya, termasuk orangtua maupun para pendidik. Padahal, sudah merupakan tabiat manusia membutuhkan teladan, karena manusia lebih mudah menerima dan memahami apa yang dilihat dan dirasakannya daripada apa yang didengarnya.

Karena itulah, Allah mengutus kepada manusia diutus seorang Rasul pada setiap generasi dari kalangannya sendiri untuk mengajarkan dan mencontohkan pelaksanaan ajaran-Nya.37

F. Simpulan

Luqman al-Hakim bukanlah seorang yang berasal dari negeri Arab, Sebagian ulama menyebutkan Luqman berdarah Ibrani sebagian lain mengatakan berdarah Habasyi (Etiopia), dan yang lainnya menyebutkan berdarah Nubi penduduk Ailah, atau berasal dari negeri Nubia, wilayah Mesir Selatan di sepanjang Sungai Nil, kini berada di Sudan Utara. Usianya mencapai 1000 tahun. Ada yang mengataka dia sezaman dengan nabi Daud a.s. tetapi ada juga yang mengatakan hidup di masa antara nabi Isa a.s. dengan Nabi Muhammad s.a.w. Luqman al- Hakim bukanlah seorang Nabi, tetapi dia seorang yang shaleh yang namanya diabadikan sebagai salah satu nama surah dalam Alquran.

Materi pendidikan Islam yang terangkum dalam rangkaian nasihat dan pesan Luqman al-Hakim dalam mendidik anaknya, pertama, dengan pendidikan akidah, yaitu tentang keEsaan Allah s.w.t., dan pengetahuanNya yang absolut, sehingga melahirkan sikap mawas diri, dan hati-hati dalam bersikap dan bertindak. Kedua, syukur dan berbakti kepada Allah s.w.t., dan orang tua. Ketiga, ibadah dan amal shaleh. Dan kelima, akhlak mulia dan sopan santun dalam berinteraksi dengan sesama.

37Abdullah Husin, op.cit, h. 81-83

(19)

173 DAFTAR PUSTAKA

Abdullah Husin, Model Pendidikan Luqman al-Hakim Kajian Tafsir Sistem Pendidikan Islam dalam Surah Luqman, Yogyakarta:

Insyira, 2013.

al-Imâm al-Jalîl al-Hâfizh ‘Imâd al-Dîn Abi al-Fidâ Ismâ’îl bin Umar Ibn Katsîr al-Qurasyiy al-Dimasyqiy, al-Bidâyah wa al-Nihâyah, juz III, tahqîq Abdullah bin Abdu al-Muhsîn al-Tirkiy, Riyadh:

Dâr al-Hijr li al-Taba’ah wa al-Nasyr wa al-Tauzi’ wa al-I’lân, 1997.

Abu Abdullah Muhammad bin Ahmad bin Abu Bakr al-Qurthubiy, al- Jâmi’ li Ahkâm al-Qur’ân wa al-Mubayyin Limâ Tadhammanah min al-Sunnah wa Ây al-Furqân, juz XVI, tahqîq Abdullah bin Abd al-Muhsîn al-Tirkiy, Beirut: Muassasah al-Risâlah, 2006.

Abu al-Qâsim bin Mahmûd bin Umar al-Zamakhsyariy (selanjutnya disebut al-Zamakhsyariy), al-Kasysyâf an Haqâiq Ghawâmidh al-Tanzîl wa ‘Uyûn al-’Aqâwîl fi Wujûh al-Ta’wîl, juz V, Riyadh:

Maktabah al-‘Ubaikan, 1998.

al-‘Allâmah Abi Fadl Syihâb al-Dîn al-Sayyid Mahmûd al-Alûsiy al- Baghdâdiy, Rûh al-Ma’ânî fi al-Tafsîr al-Qur’ân al-‘Azhîm wa al-Sab’i al-Matsâni, juz XXI, Beirut: Dâr Ihyâ al-Turâts al-

‘Arabiy, t.t.

M. Quraish Shihab, Tafsir AL-Misbah; Pesan, Kesan, dan Keserasian Alquran, vol X, Jakarta: Lentera Hati, 2010.

Jalal al-Dîn al-Suyuthiy, al-Durr al-Mantsûr fi al-Tafsîr bi al-Ma’tsûr, juz XI, tahqîq Abdullah bin Abd al-Muhsîn al-Tirkiy, Kairo:

Markaz Hijr li al-Buhûts wa al-Dirâsât al-‘Arabiyyah wa al- Islâmiyyah, 2003.

(20)

174

Syauqi Abdul Khalil, Atlas Al-Qur’an; Mengungkap Misteri Kebenaran Al-Qur’an, terj. Muhammad Abdul Ghoffar Jakarta: Almahira, 2010.

al-Imâm al-Jalîl al-Hâfizh ‘Imâd al-Dîn Abi al-Fidâ Ismâ’îl Ibn Katsîr al-Dimasyqiy, Tafsîr al-Qur’ân al-‘Azhîm, jilid XI, Jîzah:

Muassasah Qurthubah, 2000.

Abu Ja’far Muhammad bin Jarîr al-Thabariy, Tafsîr al-Thabariy Jâmi’

al-Bayân an Ta’wîl Ây al-Qur’ân, jilid XVIII, tahqîq Abdullah bin Abdu al-Muhsîn al-Tirkiy Kairo: Markaz al Buhûts wa al-Dirâsât al-‘Arabiyyah wa al-Islâmiyyah bi Dâr Hijr al-Duktûr Abd al- Sindi Hasan Yamâmah, 2001.

al-Imâm al-Hâfizh Abd al-Rahmân bin Muhammad Ibn Idrîs al- Râziy Ibn Abi Hâtim, Tafsîr al-Qur’ân al-‘Azhîm Musnadan ‘An Rasul Allah wa al-Shâbah wa al-Tabi’în, jilid IX, Riyadh: Maktabah Nazâr al-Bâz, 1997.

Muhammad Quthub, Dirâsât Qur’âniyyah, Kairo: Dâr al-Syurûq, 2004.

Faruq Sherif, Al-Qur’an Menurut al-Qur’an: Menelusuri Kalam Tuhan dari Tema ke Tema, Jakarta: Serambi Ilmu Semesta, 2001.

Muhammad al-Amîn bin Muhammad al-Mukhtâr al-Jakaniy al- Syinqîthiy, Adhwâ al-Bayân fi Îdhâh al-Qur’ân bi al-Qur’ân, Jilid VI, Jeddah: Dâr ‘Âlim al-Fawâid, t.t.

Wahbah al-Zuhaily, al-Tafsir al-Wajiz ‘Ala Hamisy al-Qur’an al-‘Azhim wa Ma’ahu Asbab al-Nuzul wa Qawa’id al-Tartil, Demaskus: Dar al-Fikr, 1996.

Abu Ishaq Ibrahim bin al-Sariy al-Zajjaj, Ma’âni al-Qur’ân wa I’râbuh, juz IV, Syarh wa Tahqîq ‘Abd al-Jalil ‘Abduh Syalabiy, Beirut:

‘Alam al-Kutub, 1998.

(21)

175 al-Qâdhiy Abu Muhammad Abd al-Haqq bin Ghâlib bin ‘Athiyyah al-

Andalusiy (selanjutnya disebut‘Athiyyah al-Andalusiy) , al- Muharrar al-Wajîz fi Tafsî al-Kitâb al-‘Azîz, juz IV, Beirut: Dâr al-Kutub al-‘Ilmiyyah, 2001.

al-Imam Abu al-Husain Muslim bin al-Hajjâj al-Qusyairiy al-Naisâbûriy, al-Jâmi’ al-Shahîh, juz I, Beirut: Dâr al-Fikr, 1992.

Referensi

Dokumen terkait

97 Sesungguhnya telah ada pada diri Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu, yaitu bagi orang yang mengharap rahmat Allah dan kedatangan hari kiamat, dan dia banyak menyebut