• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENDAHULUAN - Universitas Kristen Satya Wacana

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2024

Membagikan "PENDAHULUAN - Universitas Kristen Satya Wacana"

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)

1

ANALISIS KINERJA KEUANGAN PT. GARUDA INDONESIA TAHUN 2018-2020

Ervina Yulia Sari (232018080)

Universitas Kristen Satya Wacana, Fakultas Ekonomika dan Bisnis Program Studi Akuntansi

PENDAHULUAN

Perusahaan transportasi menjadi salah satu penunjang dalam perekonomian negara, salah satunya transportasi udara. Hal ini terjadi karena kebutuhan masyarakat akan transportasi jarak jauh sangat tinggi dilihat dari jumlah penumpang setiap tahunnya. Selain itu masyarakat dapat dengan mudah membeli tiket pesawat yang harganya terjangkau. Perkembangan dunia bisnis di bidang penerbangan saat ini pertumbuhannya sangat pesat, hal tersebut menyebabkan persaingan bisnis antar perusahaan cukup tinggi untuk mendapatkan pelanggan. Perkembangan dunia bisnis yang sangat pesat disebabkan oleh beberapa faktor, salah satunya adalah faktor teknologi yang semakin canggih. Perusahaan harus menyadari bahwa munculnya berbagai tantangan yang harus dihadapi memerlukan strategi, baik internal maupun eksternal perusahaan. Masalah internal diantaranya penyewaan pesawat kepada lessor yang mengakibatkan adanya kerugian laba bersih, sementara masalah eksternal yang terjadi diantaranya ketersediaan lapangan udara yang mahal (Sowwam, 2020).

PT Garuda Indonesia adalah salah satu maskapai besar Indonesia, dengan armada pesawat yang melayani puluhan tujuan domestik dan internasional, dengan pangsa pasar yang dominan. Perusahaan ini memiliki 210 armada pesawat, diantaranya Garuda Indonesia sebagai mainbrand sebanyak 142 pesawat dan Citilink sebanyak 68 armada (Ansori, 2015). Peneliti memilih maskapai ini karena memiliki laporan keuangan yang bermasalah tahun 2018, dan Covid 19 yang mengancam semua sektor penerbangan termasuk PT. Garuda Indonesia. Garuda Indonesia dianugerahi penghargaan maskapai penerbangan regional terbaik oleh Skytrax. Kehormatan ini memang layak didapatkan karena Garuda Indonesia terus memberikan layanan berkualitas tinggi kepada para penumpangnya. Namun dibalik kesuksesan tersebut PT Garuda Indonesia menjadi sorotan, karena operasional

(2)

2

maskapai milik negara ini tersandung kasus. Perusahaan ini menghadapi sanksi terkait penyajian laporan keuangan tahun 2018 yang bermasalah. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mengeluarkan perintah tertulis dan mengenakan denda hingga Rp 1 miliar kepada perusahaan. Laporan keuangan kuartal I 2019 dikenakan sanksi oleh Bursa Efek Indonesia (BEI), berupa perintah tertulis atau denda Rp250 juta.

Terlepas dari laporan keuangan tersebut, masalah ini tetap tidak terselesaikan, dimana piutang dari PT Mahata Aero Teknologi diakui sebagai pengakuan awal pada laporan keuangan tahun 2018, sehingga dicatat dalam pendapatan.

Perbedaan dalam laporan keuangan dimulai dengan pengakuan laba tahun 2018 atas kerjasama dengan PT Mahata Aero Teknologi senilai US$ 239,94 juta atau setara Rp 3,41 triliun. Mengingat total beban usaha perseroan tahun sebelumnya sebesar US$ 4,58 miliar, dan pendapatannya sebesar US$ 206,08 juta tampaknya masuk akal untuk mengasumsikan perseroan akan merugi tahun ini.

Beberapa pemegang saham berpendapat bahwa perjanjian kompensasi 15 tahun perusahaan tidak adil tercermin dalam laporan laba rugi sebagai kerugian tahun lalu dalam item pendapatan lainnya. Hingga kuartal I 2019, belum ada kas masuk ke PT Mahata Aero Teknologi. Tidak ada tanda-tanda bahwa kurangnya piutang usaha yang dihasilkan dari perjanjian tersebut berdampak negatif terhadap bisnis. Bahkan dalam laporan interim kuartal I 2019, nilainya masih tetap sama.

Terlebih lagi pada masa pandemi Covid-19 perusahaan penerbangan mengalami kerugian, pasalnya sejak awal bulan januari 2020 jasa transportasi penerbangan telah membatasi penerbangan internasional terutama penebangan Indonesia-China. PT Garuda Indonesia mengalami kerugian sebesaar $15,21 triliun pada kuartal III 2020 akibat dampak pandemi Covid-19. Angka tersebut berbanding terbalik dengan periode yang sama tahun lalu, hal tersebut ditunjukan dengan laba bersih US$ 122,42 juta atau sekitar Rp 1,7 triliun. Hal yang sama juga dialami oleh PT Air Asia Tbk dan PT Indonesia Transport dan Infrastructure Tbk. Situasi kerugian sebagian besar maskapai penerbangan Indonesia terjadi akibat pandemi Covid-19 membuat kinerja keuangan sektor penerbangan tidak stabil dan terancam bangkrut (Kurniawati & Listyowati, 2021).

Dalam pengambilan keputusan bisnis, menilai prospek dan risiko serta mengevaluasi hasil keuangan, perusahaan harus melakukan analisis keuangan.

Laporan keuangan penting bagi perusahaan karena laporan keuangan memuat posisi

(3)

3

keuangan, arus kas dan hasil perusahaan. Informasi tersebut dapat menjadi bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan (Maith, 2013). Menurut oktariansyah (2020) dalam melakukan analisis kinerja keuangan dapat dilakukan dengan menggunakan beberapa rasio keuangan, antara lain analisis rasio likuiditas, analisis industri, analisis trend dan analisis perbandingan. Keempat analisis tersebut dapat menunjukkan kondisi kondisi keuangan perusahaan. Penelitian sebelumnya (Purwaning Suci, 2022) bertujuan untuk menganalisis kinerja keuangan PT. AirAsia Indonesia Tbk sebelum dan selama adanya pandemi Covid-19 pada periode waktu 2019-2020. Penelitian tersebut perhitungannya hanya dilakukan pada tahun 2020, sementara penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti tidak hanya menggunakan analisis rasio, namun juga menggunakan analisis lainnya berupa analisis trend, dan analisis industri dengan rentang waktu 3 tahun terhitung sejak tahun 2018-2020.

Penelitian (Pongoh, 2013) mengenai analisis profitabilitas dan likuiditas pada PT.

Garuda yang dilakukan pada tahun 2021 bertujuan untuk medeskripsikan kinerja keuangan untuk mengetahui dan menilai sejauh mana likuiditas. Sedangkan penelitian yang akan dilakukan peneliti lebih kompleks dan mendalam menggunakan analisis rasio likuiditas, analisis trend, analisis industri dan analisis strategi manajemen. Tidak hanya itu, penelitian ini juga bertujuan untuk menggambarkan kondisi keuangan dan kinerja perusahaan selama masa pandemi Covid-19.

Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan, maka permasalahan penelitian ini adalah tentang PT Garuda Indonesia memiliki kinerja keuangan yang sangat fluktuatif selama tahun 2018-2020, dan industri penerbangan sangat terdampak oleh pandemi Covid 19. Oleh karenanya pertanyaan penelitian adalah untuk mengetahui mengapa kinerja keuangan PT Garuda Indonesia cepat mengalami kenaikan tapi juga penurunan pada tahun 2018-2020? Bagaimana dampak pandemi Covid-19 terhadap kinerja keuangan PT Garuda Indonesia? Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana kondisi keuangan PT Garuda Indonesia.

Berdasarkan tujuan yang hendak dicapai, maka diharapkan penelitian ini dapat bermanfaat bagi perusahaan, guna memudahkan dalam menganalisis kinerja perusahaan sebelum dan sesudah Covid-19, bagi investor penelitian ini sebagai sumber informasi mendasar untuk memberikan modal bagi perusahaan, bagi akademisi penelitian ini digunakan untuk sumbangan pemikiran dalam

(4)

4

perkembangan ilmu akuntansi dan menambah wawasan.

KAJIAN LITERATUR

Laporan Keuangan

Herawati (2019) menyatakan bahwa laporan keuangan adalah hasil dari proses akuntansi yang dapat digunakan sebagai alat untuk berkomunikasi antara data keuangan atau aktivitas suatu perusahaan dengan pihak-pihak yang berkepentingan dengan data atau aktivitas perusahaan. Tujuan laporan keuangan tersebut adalah untuk memberikan informasi terkait jumlah asset yang dimiliki perusahaan saat ini, jenis dan jumlah kewajiban dan modal yang dimiliki perusahaan, jumlah pendapatan yang di peroleh pada suatu periode tertentu, jumlah biaya dan jenis biaya yang dikeluarkan perusahaan dan memberikan informasi tentang keuangan lainnya. Sifat laporan keuangan dibuat berdasarkan historis yang artinya, laporan keuangan disusun dari data masa lalu. Data dalam laporan keuangan yang dibuat harus lengkap dan disusun sesuai dengan standar yang telah ditetapkan. Terdapat jenis dan bentuk laporan keuangan yaitu neraca dan laporan laba rugi. Berdasarkan perubahan PSAK No 1 Tahun 2015 yang berlaku efektif 1 Januari 2017 judul laporan adalah laporan laba rugi dan penghasilan komprehensif lainnya. Adapun komponen laporan keuangan terdiri dari : laporan posisi keuangan, laporan laba rugi dan penghasilan komperhensif, laporan perubahan ekuitas, laporan arus kas, catatan atas laporan keuangan.

Kinerja Keuangan

Kinerja keuangan adalah gambaran kondisi keuangan perusahaan yang dianalisis dengan menggunakan alat analisis keuangan yang berguna untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam mencapai tujuan organisasi (Esomar &

Chritianty, 2021). Salah satu tujuan dari perusahaan yaitu untuk meningkatkan labanya. Rasio yang digunakan sebagai tolak ukur memperoleh laba melalui asset disebut ROA, sedangkan rasio yang digunakan sebagai tolak ukur pengembalian laba atas modal yang sudah diinvestasikan adalah ROE. Keberhasilan perusahaan dalam melakukan akuisisi dapat dilihat melalui kinerja keuangan, jika kondisi keuangan perusahaan meningkat maka aktivitas akuisisi dapat dikatakan berhasil (Navisah & Asakdiyah, 2013), sebaliknya jika kondisi keuangan perusahaan

(5)

5

menurun maka aktivitas akuisisi dikatakan gagal, sehingga hal tersebut harus dilakukan secara efektif dan efisien. Faktor yang mempengaruhi kinerja keuangan adalah analisis rasio , industri, tren, perbandingan.

Analisis rasio keuangan digunakan sebagai alat ukur untuk menilai baik atau buruknya kondisi keuangan dari suatu perusahaan. Cara yang digunakan untuk menganalisis kinerja keuangan adalah membandingkan suatu angka pada akun terhadap akun lain. Penilaian tersebut bisa diukur dengan menggunakan rasio keuangan, kemudian kita akan melihat pendapat para ahli mengenai analisis rasio tersebut. Selain itu, hasil dari analisis laporan keuangan dapat menjadikan informasi bagi perusahaan terkait mengenai kelemahan serta kekuatan yang dimiliki perusahaan (Amaliyyah, 2021). Disamping itu analisis kinerja keuangan juga merupakan proses pengkajian secara kritis terhadap review data, menghitung, mengukur, menginterpretasi, dan memberi solusi terhadap keuangan perusahaan pada suatu periode tertentu.

Analisis Kinerja Keuangan

Faisal (2018) menyatakan bahwa analisis laporan keuangan merupakan suatu proses yang penuh pertimbangan dalam rangka membantu mengevaluasi posisi keuangan dan hasil operasi perusahaan pada masa sekarang dan masa lalu, dengan tujuan utama untuk menentukan estimasi mengenai kondisi dan kinerja perusahaan pada masa mendatang. Analisis laporan keuangan berisi tentang informasi keuangan suatu perusahaan pada periode akuntansi tertentu. Selain itu, hasil analisis laporan keuangan ini dapat menjadi informasi bagi perusahaan terkait kelemahan serta kekuatan yang dimiliki perusahaan. Setelah melakukan analisis laporan keuangan maka perusahaan akan mengetahui apakah mereka telah mencapai target yang sudah ditetapkan sebelumnya (Anggraeni et al., 2020). Menurut Kasmir (2017), rasio- rasio keuangan yang digunakan dalam analisis likuiditas, solvabilitas serta profitabilitas antara lain:

Analisis Likuiditas

Subraamanyam (2018) menyatakan rasio likuiditas digunakan untuk mengukur kesanggupan perusahaan untuk membayar utang jangka pendeknya sesuai tenggat waktu yang disepakati. Penelitian ini menggunakan rasio lancar

(6)

6

untuk membandingkan antara aset lancar dengan utang lancar yang dimiliki perusahaan. Hal tersebut dapat menjadi gambaran bagi perusahaan apakah perusahaan telah mampu memenuhi kewajiban jangka pendeknya . Rasio sangat lancar (Quick Ratio), merupakan rasio yang membandingkan aset lancar perusahaan dengan utang lancar namun tanpa memperhitungkan nilai persediaan yang dimiliki perusahaan. Dalam perhitungannya rasio ini tanpa melibatkan persediaan dikarenakan persediaan dianggap memiliki tingkat likuiditas yang rendah jika dibandingkan dengan akun aset lancar yang lain (Anggraeni et al., 2020).

Analisis Profitabilitas

Hidayat (2018) menyatakan rasio profitabilitas adalah rasio yang menilai apakah efisiensi menajemen suatu perusahaan dapat menguntungkan. Tujuan penggunaan profitabilitas bagi perusahaan adalah untuk mengukur atau menghitung laba yang diperoleh perusahaan dalam periode tertentu, menilai posisi laba perusahaan tahun sebelumnya dengan tahun sekarang, menilai perkembangan laba dari waktu ke waktu dan mengukur produktivitas seluruh dana perusahaan yang digunakan. Terdapat jenis-jenis profitabilitas anatara lain : Gross Profit Margin, rasio ini digunakan sebagai pengukur dalam efisiensi pengendalian harga pokok penjualan, sehingga perusahaan dapat mengetahui kemampuan perusahaan dalam menciptakan laba yang digunakan untuk menutupi beban-beban perusahaan. Net Profit Margin, merupakan rasio yang membandingkan laba bersih dengan penjualan. Sehingga perusahaan dapat mengetahui pendapatan bersih perusahaan atas penjualan yang telah dilakukan. return on asset, merupakan rasio yang membandingkan laba bersih perusahaan dengan total aset yang dimiliki. return on equity, merupakan rasio yang membandingkan laba bersih perusahaan dengan total ekuitas yang dimiliki.

Analisis Solvabilitas

Rasio solvabilitas merupakan rasio yang berfungsi untuk menilai kemampuan suatu perusahaan dalam melunasi semua kewajiban, termasuk dalam jangka pendek atau jangka panjang dengan jaminan aset yang dimiliki perusahaan.

Dengan menggunakan rasio ini nantinya juga akan dibandingkan beban hutang perusahaan secara keseluruhan terhadap ekuitas dan aset. Untuk menghitung rasio solvabiltas menggunakan debt to asset ratio, merupakan rasio yang

(7)

7

membandingkan antara total utang dengan total aset yang dimiliki perusahaan.

Sehingga perusahaan dapat mengetahui berapa besar aset perusahaan yang dibiayai oleh utang, serta pengaruh utang terhadap pengelolaan aset. Debt to Equity Ratio, merupakan rasio yang membandingkan antara total utang dengan modal sendiri yang dimiliki perusahaan. Sehingga perusahaan dapat mengetahui berapa besar modal yang dimiliki perusahaan dapat menjamin total utang perusahaan (Anggraeni et al., 2020).

Analisis Aktivitas

Menurut Sherman (2015) pemanfaatan aset perusahaan untuk menghasilkan profit, khususnya bagi shareholder yang telah mengeluarkan modal untuk membeli aset suatu perusahaan. Jika aset tersebut tidak dikelola dengan baik, akibatnya akan menimbulkan beban dan menekan profit yang akan diperoleh. Rasio aktivitas dapat dihitung dengan menggunakan total asset turnover yaitu rasio perputaran aset yang berguna untuk menghitung aktivitas aset dan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan penjualan. Rasio perputaran aset tetap yaitu rasio yang menunjukkan cara suatu perusahaan memanfaatkan aset tetapnya, rasio ini berguna untuk mengukur efisiensi dan produktivitas aset tetap dalam menghasilkan pendapatan.

Rasio perputaran modal kerja yaitu untuk mengukur jumlah uang tunai yang dibutuhkan untuk menghasilkan penjualan tertentu, jika modal kerja tinggi akan menghasilkan modal kerja yang menguntungkan bagi perusahaan.

Karakteristik Industri Penerbangan

Industri penerbangan merupakan kesatuan sistem yang terdiri atas angkutan udara, pesawat udara, navigasi, penerbangan, keselamatan dan keamanan, serta fasilitas umum dan bandar udara. Menurut Mahendra (2022) bandar udara merupakan area yang di peruntukkan secara keseluruhan untuk keberangkatan, kedatangan dan pergerakan pesawat. Kawasan ini digunakan sebagai lepas landas pesawat, bongkar muat barang, dan naik turun penumpang. Dalam bandar udara terdapat pelayanan yang dilakukan oleh masing – masing maskapai penerbangan.

Maskapai Garuda Indonesia hanya memiliki sedikit armada pesawat karena lebih banyak pesawat sewaan. Garuda Indonesia hanya memiliki 6 pesawat pribadi dan 116 pesawat sewaan. Hal tersebut menyebabkan setiap maskapai menggunakan Low Cost Carrier (LCC) atau model penerbangan dengan menurunkan biaya operasional karena dianggap lebih efisien dan murah (Yowanda, 2017). Fungsi menggunakan

(8)

8

LCC adalah untuk meningkatkan pelayanan penumpang, standar keuangan serta biaya, dan penjualan tiket.

Salah satu faktor yang menjadi pertimbangan penumpang dalam memilih maskapai penerbangan adalah pelayanan. Pelayanan adalah hal utama yang dinilai pada perusahaan jasa sehingga harus dilakukan dengan baik. Dengan adanya pandemi Covid-19 mengharuskan setiap maskapai membuat aturan dalam menerapkan protokol kesehatan seperti memakai masker dan menjaga jarak antar penumpang. Dalam hal keterlambatan pesawat apabila lebih dari 6 jam perusahaan akan memberikan ganti rugi seperti makanan, minuman, bahkan penginapan. Hal tersebut tertuang dalam surat edaran Kementerian Perhubungan Nomor 13 Tahun 2020 yang menyatakan pemberlakuan kompensasi atas keterlambatan penerbangan.

Selama masa pandemi Covid-19 kondisi bandar udara pada setiap daerah mengalami penurunan jumlah penumpang karena imbas dari PSBB serta persyaratan tes Covid-19 yang biayanya tidak sedikit (Hutapea, 2021). Kebijakan karantina juga menurunkan minat para penumpang untuk menggunakan pesawat sebagai alat transportasi.

METODE PENELITIAN Gambaran Objek Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian studi kasus tentang kinerja keuangan PT Garuda Indonesia yang tercatat pada Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2018- 2020. PT Garuda Indonesia merupakan perusahaan yang bergerak dalam sektor penerbangan nasional maupun internasional yang beralamat Jl. Kebon Sirih No. 44 Jakarta 10110, Indonesia. Perusahan ini memiliki 125 pesawat beroperasi, yang terdiri dari 6 pesawat milik PT Garuda Indonesia dan 116 pesawat sewaan. PT Garuda Indonesia memiliki visi menjadi perusahaan penerbangan yang andal dengan layanan berkualitas serta menggunakan keramahan Indonesia kepada masyarakat dunia, sedangkan misinya yaitu sebagai penerbangan pembawa bendera bangsa yang mempromosikan Indonesia kepada dunia untuk menunjang pembangunan ekonomi.

Jenis Data dan Teknik Analisis Data

Jenis data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini berupa laporan tahunan PT Garuda Indonesia yang tercatat pada BEI tahun 2018-2020 karena

(9)

9

terdapat laporan keuangan yang bermasalah tahun 2018 disertai dengan adanya pandemi Covid 19, serta jurnal-jurnal dari penelitian terdahulu. Teknik analisis data pada penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan menggunakan pendekatan kuantitatif yang dapat di akses melalui website www.idx.co.id atau website perusahaan. Penelitian deskriptif merupakan penelitian yang dilakukan dengan cara mencari informasi yang berkaitan dengan laporan keuangan yang akan digunakan sebagai dasar, serta mengumpulkan data sebagai bahan dalam membuat laporan.

Langkah analisis yang dilakukan sebagai berikut : 1. Analisis industri

Lingkungan industri adalah lingkungan yang berada diluar kendali perusahaan dan menimbulkan ketidakpastian dalam prosesnya. Ketidakpastian ini mengancam keberlangsungan perusahaan. Oleh karena itu, perusahaan harus menganalisis pertumbuhan industrinya sehingga resiko ketidakpastian dapat diubah menjadi kepastian. Sehubungan dengan pertumbuhan industri pariwisata dan transportasi khususnya pesawat terbang, PT Garuda Indonesia harus memperhatikan tren industri yang ada. Beberapa hal yang harus diperhatikan yaitu permintaan industri, permintaan akan tiket pesawat serta hotel meningkat karena mobilitas penduduk dari satu pulau ke pulau lainnya dapat ditempuh dalam waktu singkat menggunakan pesawat terbang, kepuasan pelanggan dalam memberikan layanan terbaik perusahaan, dan ancaman persaingan industri yang semakin kompetitif.

Untuk analisis likuiditas jika nilai rasio di atas standar industri maka perusahaan dalam kondisi baik, jika nilai rasio di bawah standar industri maka perusahaan dalam kondisi tidak baik.

2. Arus kas

Laporan arus kas digunakan untuk memberikan informasi mengenai penggunaan, sumber, perubahan kas dan setara kas selama periode akuntansi.

Laporan tersebut memberikan informasi yang relevan tentang penerimaan dan pengeluaran kas suatu perusahan pada satu periode tertent, dengan mengklasifikasikan transaksi pada kegiatan : operasional, pembiayaan dan investasi.

Tujuan disajikannya laporan arus kas adalah untuk memberikan informasi tentang penerimaan dan pengeluaran kas perusahaan dalam suatu periode akuntansi.

Menurut PSAK No. 2 (2009) laporan arus kas harus melaporkan arus kas selama

(10)

10

periode tertentu dan diklasifikasi menurut aktivitas operasi, investasi, dan pendanaan. Aktivitas operasi yaitu jumlah arus kas yang berasal dari aktivitas operasi merupakan indikator utama untuk menentukan apakah operasi entitas dapat menghasilkan arus kas yang cukup untuk melunasi pinjaman dimasa yang akan datang. Aktivitas investasi digunakan sebagai pengungkapan terpisah arus kas yang berasal dari aktivitas investasi perlu dilakukan sebab arus kas tersebut mencerminkan pengeluaran yang telah terjadi untuk sumber daya yang dimaksudkan menghasilkan pendapatan dan arus kas masa depan. Aktivitas Pendanaan yaitu pengungkapan terpisah arus kas yang berasal dari aktivitas pendanaan penting dilakukan karena berguna untuk memprediksi klaim atas arus kas masa depan oleh para penyedia modal entitas

3. Analisis rasio

Analisis rasio keuangan digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam melunasi hutang jangka pendeknya. Terdapat rumus yang digunakan untuk menghitung rasio tersebut adalah sebagai berikut :

Likuiditas

- Rasio Lancar = Aset Lancar

- Rasio sangat lancar =

Utang Lancar Aset Lancar – Persediaan

Utang Lancar Profitabilitas

Analisis rasio profitabilitas, berdasarkan perhitungan berikut:

- Gross Profit Margin = Penjualan - Harga Pokok Penjualan Penjualan

- Net Profit Margin = Laba Bersih - Return On Asset =

Penjualan Laba Bersih

- Return On Equity =

Total Aset Laba Bersih Total Ekuitas

(11)

11 Solvabilitas

Analisis rasio solvabilitas, berdasarkan perhitungan berikut:

- Debt to Asset Ratio = Total Utang

- Debt to Equity Ratio =

Total Aset Total Utang

4. Analisis pendapatan

Hermanto (2018) menyatakan bahwa pendapatan merupakan tujuan utama dari pendirian suatu perusahaan atau organisasi yang berorientasi pada profit, maka pendapatan mempunyai peranan yang sangat besar. Pendapatan merupakan faktor penting dalam operasi suatu perusahaan, karena pendapatan akan mempengaruhi tingkat laba yang diharapkan akan menjamin kelangsungan hidup perusahaan.

Pendapatan dibedakan menjadi dua kelompok yaitu pendapatan operasional dan non operasional. Pendapatan operasional merupakan hasil yang didapat langsung dari kegiatan operasional suatu perusahaan sebagai hasil usaha pokok yang dilakukan oleh perusahaan. Pendapatan non operasional merupakan pendapatan yang diterima oleh perusahaan yang tidak ada hubungannya dengan usaha pokok yang dilakukan perusahaan dalam kegiatannya. Dalam melakukan teknik analisis pendapatan tersebut, akan dilakukan dengan menganalisis permasalahan dalam komponen pendapatan PT Garuda Indonesia.

5. Analisis perbandingan

Analisis perbandingan adalah teknik yang dilakukan dengan menyajikan laporan keuangan secara horizontal untuk membandingkan satu dengan yang lain, dengan menunjukan informasi keuangan baik dalam rupiah atau unit. Teknik perbandingan tersebut dapat menunjukkan kenaikan dan penurunan dalam presentase atau perbandingan rasio. Tujuan dari analisis perbandingan ini adalah mengidentifikasi perubahan yang terjadi selama dua atau lebih periode yang sebanding dalam bentuk kenaikan atau penurunan pada laporan keuangan. Dalam melakukan teknik analisis perbandingan tersebut, akan dilakukan dengan membandingkan angka-angka laporan keuangan perusahaan sejenis menggunakan

(12)

12

data rasio likuiditas, profitabilitas, dan solvabilitas selama tahun pengamatan 2018- 2020. Analisis ini tidak hanya digunakan untuk kebutuhan analisis saja namun dibutuhkan untuk pelaporan pajak setiap tahun masa pajak.

HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Analisis Industri

Prospek industri penerbangan di Indonesia sangat bagus dilihat dari peningktakan industri perbaikan dan perawatan atau maintenance, repair and overhaul (MRO). Hal tersebut sejalan dengan transformasi digital dalam berbagai aspek perekonomian. Industri penerbangan sebelum terjadi pandemi Covid 19 diperkirakan tumbuh 30% serta mengalami trend positif dilihat dari data BPS, dimana arus penumpang global meningkat pada bulan Desember 2019 sebesar 49,9% dihitung menggunakan revenue passenger (S. Chandrasekhar & Laily Noor Ikhsanto, 2020). Selain arus penumpang trend arus kargo juga mengalami peningkatan sebesar 2,8%. Namun saat terjadi pandemi Covid 19 industri ini mengalami penurunan, pasalnya sejak awal bulan januari 2020 jasa transportasi penerbangan telah membatasi penerbangan internasional terutama penebangan Indonesia-China. Tidak hanya industri penerbangan yang terdampak Covid 19, namun menurunkan permintaan pasar dalam semua sektor seperti hotels sebesar (13,58%), textileprods sebesar (12,38%), metalprods sebesar (8,93%), woodprd (7,84), generalgov sebesar (7,18). Penurunan permintaan sektor penerbangan tersebut mempengaruhi PDB nasional sebesar (0.18%), konsumsi rumah tangga (0,55%), tenaga kerja (0,54%) yang mengakibatkan output sektor penerbangan menurun 39,7%. Industri penerbangan dikatakan grounded akibat Covid 19. Seiring dengan berjalannya waktu pandemi Covid-19 telah menurun sehingga industri penerbangan mulai mengalami peningkatan karena penumpang tidak harus melakukan swab test.

2. Analisis Arus Kas PT Garuda Indonesia

a. Laporan arus kas aktivitas operasi

Arus kas dari aktivitas operasi merupakan bagian dari laporan arus kas yang meliputi pengaruh kas dari transaksi yang digunakan untuk menentukan laba bersih.

(13)

13

Arus kas tersebut diperoleh dari aktivitas utama yaitu pendapatan usaha. Jumlah arus kas yang berasal dari aktivitas operasi perusahaan digunakan sebagai indikator yang menentukan apakah operasi perusahaan dapat menghasilkan arus kas yang cukup untuk membayar deviden, membayar pemasok dan memelihara kemampuan operasi perusahaan. Adapun arus kas operasi perusahaan tahun 2018-2020 dilihat pada tabel dibawah ini :

Tabel 1. Arus Kas Operasi PT Garuda Indonesia Tahun Arus Kas Operasi

2018 28,342,981 2019 513,101,286 2020 110,374,162

Sumber : Data diolah dari PT. Garuda Indonesia.

Dari tabel diatas dapat dilihat arus kas operasi tahun 2018 sampai tahun 2020 mengalami penurunan, untuk tahun 2018 tingkat pertumbuhan arus kas operasi sebesar Rp. 28,342,981 hal tersebut terjadi akibat besarnya jumlah kas yang dikeluarkan oleh perusahaan untuk membayar pemasok, pembayaran bunga, dan pajak penghasilan. Jumlah arus kas operasi tahun 2019 mengalami peningkatakn sebesar Rp. (484,758.305) peningkatakn tersebut terjadi karena menurunnya jumlah kas yang di keluarkan oleh perusahaan, selanjutnya ditahun 2020 arus kas perusahaan sebesar Rp. 110,374,162 akibat Covid 19, besarnya jumlah kas yang dikeluarkan perusahaan kepada pemasok terlalu besar. Beberapa pemasok yang dimaksud yaitu : PT. Pertamina, PT Angkasa Pura I, Perum LPPNI, PT Angkasa Pura II, PT Telkomunikasi Indonesia. Peningkatan pengeluaran kas kepada pemasok tersebut terbukti dengan adanya peningkatan aset tetap – neto perusahaan.

b. Laporan arus kas aktivitas investasi

Aktivitas investasi adalah uang masuk dan keluar yang terkait dengan investasi jangka panjang perusahaan. Arus kas yang berasal dari aktivitas investasi perlu dilakukan pengungkapan terpisah karena arus kas tersebut mencerminkan penerimaan dan pengeluaran kas yang bertujuan untuk menghasilkan pendapatan arus kas masa depan. Adapun arus kas investasi perusahaan tahun 2018-2020 dilihat pada tabel dibawah ini :

(14)

14

Tabel 2. Arus Kas Investasi PT Garuda Indonesia

Tahun Arus kas Investasi 2018 (300,227,092) 2019 (317,434,055) 2020 (55,943)

Sumber : Data diolah dari PT. Garuda Indonesia.

Dari tabel diatas dapat dilihat arus kas investasi tahun 2018 sampai tahun 2020 memperoleh nilai negatif, tingkat pertumbuhan arus kas investasi tahun 2018 sebesar Rp. 300,227,092. Sedangkan ditahun 2019 perusahaan mengalami peningkatan arus kas investasi sebesar Rp. (17,206,963) , dimana arus kas investasi terjadi karena peningkatan penerimaan uang jaminan, penerimaan pengembalian dana pemeliharaan pesawat, menurunnya aktivitas pembelian pesawat, penerimaan bunga dan asset sewa pesawat. Selanjutnya ditahun 2020 PT Garuda Indonesia mengalami penurunan signifikan sebesar (317,378,112) akibat pandemi Covid 19, dimana faktor utama penurunan juga dikarenakan terlalu besarnya biaya penerimaan pengembalian dana cadangan pemeliharaan pesawat, selain itu juga terjadinya penurunan atas penerimaan pengembalian uang muka pembelian pesawat dan penerimaan atas bunga yang di peroleh.

c. Laporan arus kas aktivitas pendanaan

Arus kas pendanaan adalah arus kas yang diperoleh karena adanya kegiatan peminjaman dan pembayaran hutang, perolehan sumber daya dari pemilik perusahaan, serta pemberian imbalan atas investasi bagi pemilik usaha. Arus kas pendanaan menunjukan dampak semua transaksi kas dengan para pemegang saham, transaksi pinjaman serta pembayaran kembali dengan pihak pemberi pinjaman.

Perusahaan perlu melakukan pengungkapan terkait arus kas aktivitas pendapatan sebab berguna untuk memprediksi klien terhadap arus kas masa depan oleh para pemasok modal usaha. Adapun arus kas pendanaan perusahaan tahun 2018-2020 dilihat pada tabel dibawah ini :

(15)

15

Tabel 3. Arus Kas Pendanaan PT Garuda Indonesia Tahun Arus kas Investasi

2018 236,581,707 2019 (146,735,782) 2020 (150,932,442)

Sumber : Data diolah dari PT. Garuda Indonesia.

Dari tabel arus kas aktivitas pendanaan ditahun 2018 sampai 2020 cenderung mengalami penurunan, tingkat pertumbuhan arus kas investasi tahun 2018 sebesar Rp. 236,581,707, Sedangkan ditahun 2019 perusahaan mengalami penurunan arus kas investasi sebesar Rp. (89,845,922), dimana penurunan arus kas aktivitas pendanaan tersebut terjadi karena penurunan penerimaan utang bank, peningkatan pembayaran pinjaman jangka panjang dan meningkatnya pembayaran biaya pengembalian pesawat. Arus kas aktivitas pendanaan tahun 2020 mengalami peningkatan sebesar Rp. (4,196,660), hal tersebut dipengaruhi oleh penurunan pembayaran untuk aktivitas pendanaan seta pembayaran utang bank tinggi.

3. Analisis Rasio PT Garuda Indonesia

a. Perhitungan rasio likuiditas PT Garuda Indonesia

Hasil analisis rasio likuiditas yang digunakan terdiri dari rasio lancar dan rasio kas. Rasio lancar digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam rangka membayar kewajiban jangka pendek maupun utang yang segera jatuh tempo.

Sedangkan rasio kas digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban maupun utang lancar dengan aset lancar tanpa memperhitungkan nilai persediaan. Hasil perhitungan rasio lancar dari laporan keuangan PT. Garuda Indonesia Tbk periode tahun 2018-2020 dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 4. Rasio Lancar

Tahun Aset Lancar Hutang lancar Rasio lancar 2018 1,079,945,126 3,061,396,001 30,41%

2019 1,133,892,533 3,257,836,267 29,65%

2020 536,547,176 4,294,797,755 10,04%

Sumber : Data diolah dari PT. Garuda Indonesia.

(16)

16

Berdasarkan hasil perhitungan diatas, menunjukkan rasio lancar PT Garuda Indonesia mengalami penurunan setiap tahunnya seperti 2018 sebesar 30,41% yang artinya setiap Rp. 1 hutang lancar dijamin 30,41% asset lancar serta menyebabkan kenaikan hutang lancar yang di miliki perusahaan, sehingga perusahaan tidak dapat menutupi dari harta yang dimiliki. Aset lancar yang dimiliki perusahaan tersebut sebagian besar berbentuk sewa untuk membiayai pabrik. Sewa dapat menjadi sumber pembiayaan off-balance-sheet. Tahun 2019 kembali mengalami penurunan sebesar 0,76% dikarenakan aset lancar yang dimiliki perusahaan menurun sedangkan hutang lancar terus meningkat, ini berarti perusahaan kekurangan modal untuk memenuhi kewajibannya. Pada tahun 2020 perusahaan kembali mengalami penurunan yang signifikan sebesar 19,61% akibat dari pandemi Covid 19, ditunjukan dengan perhitungan BPS dimana industri penerbangan mengalami kontruksi besar-besaran sebesar 80,23%. Piutang perusahaan yang terus meningkat yang disebabkan oleh naiknya tagihan jasa penerbangan. Meskipun tidak terjadi penurunan secara signifikan namun penurunan ini mengakibatkan perusahaan kekurangan modal dalam memenuhi utang atau kewajibannya. Dampak buruk yang timbul bagi perusahaan yaitu kondisi keuangan yang dikatakan tidak sehat karena pendapatan semakin merosot namun biaya operasional semakin membengkak.

Dampak lain yang dialami perusahaan yaitu jumlah tiket pesawat turun, hal tersebut menandakan perusahaan semakin tidak likuid. Kondisi rasio lancar PT. Garuda Indonesia selama tiga tahun (2018-2020) dapat dikatakan tidak baik, karena nilai rasio mengalami penurunan yang cukup signifikan. Dalam kondisi ini perusahaan dikatakan kesulitan untuk memenuhi kewajiban lancarnya dimana asset lancar perusahan mengalami keadaan kurang stabil sedangkan hutang lancar selalu meningkat setiap tahunnya.

Tabel 5. Rasio Kas

Tahun

Kas dan setara

kas Hutang lancar Rasio kas

2018 253,074,999 3,061,396,001 8,26%

2019 299,348,853 3,257,836,267 9,18%

2020 200,979,909 4,294,797,755 4,68%

Sumber : Data diolah dari PT. Garuda Indonesia

Berdasarkan hasil perhitungan diatas, dapat diketahui bahwa rasio kas tahun

(17)

17

2018 sebesar 8,26% karena hutang lancar perusahaan lebih besar dari pada kas yang di terima. Nilai ini bermakna pada tahun 2018 setiap RP. 1 hutang lancar yang dimiliki perusahaan dapat di tanggung Rp. 253.074.999 cash on hand dan alat likuid setara kas lain. Selanjutnya pada tahun 2019 mengalami kenaikan sebesar 0,92%

karena adanya kenaikan kas dan setara kas yang berarti RP. 1 hutang lancar dijamin sebesar 299.348.853. Tahun 2020 mengalami penurunan yang signifikan karena adanya pandemi Covid 19 yang menyebabkan hutang lancar meningkat tajam sedangkan cash on hand hanya sebesar 200.979.909, nilai ini bermakna setiap Rp.

1 hutang lancar perusahaan dapat di tanggung 4,68% yang dimiiki oleh perusahaan.

PT Garuda Indonesia mengalami penurunan tingkat pendapatan sebesar (58,18%) dan tercatat rugi sebesar 10,2 triliun akibat aktivitas penumpang menurun, dan arus kargo yang rendah.

b. Perhitungan rasio profitabilitas PT Garuda Indonesia

Tabel 6. Net Profit Margin

Tahun Laba bersih Pendapatan NPM

2018 (199,105,459) 4,330,441,061 (0,45)

2019 147,014,670 4,572,638,083 0,32

2020 (2,203,059,625) 1,492,331,099 (1,47) Sumber : Data diolah dari PT. Garuda Indonesia

Berdasarkan hasil perhitungan diatas, dapat diketahui bahwa net profit margin pada PT Garuda Indonesia tahun 2018 sebesar (0,45) kondisi yang dialami perusahaan masih kurang baik karena laba bersih tidak sebanding dengan besarnya penjualan, sehingga perusahaan masih belum mampu mendapatkan keuntungan.

Selanjutnya NPM tahun 2019 mengalami peningkatan menjadi 0,32 meskipun perusahaan tetap mengalami kerugian. Dan tahun 2020 NPM PT Garuda Indonesia kembali mengalami penurunan menjadi (1,47) Penyebabnya adalah penurunan laba bersih perusahaan yang tidak sebanding dengan peningkatan pendapatan yang diperoleh perusahaan, yaitu perusahaan tidak dapat meningkatkan laba perusahaan yang menunjukkan kerugian. Kondisi net profit margin PT Garuda Indonesia selama tahun 2018 - 2020 menunjukkan penurunan, dalam kondisi tersebut net profit margin PT Garuda Indonesia menunjukkan dalam kondisi yang “kurang baik”

karena laba yang diperoleh masih belum dapat menghasilkan laba bersih yang besar.

(18)

18

Tabel 7. Return on Investment

Tahun Laba bersih Total aset ROI

2018 (199,105,459) 1,079,945,126 (0,18)

2019 147,014,670 1,133,892,533 0,13

2020 (2,203,059,625) 10,789,980,407 (0,20) Sumber : Data diolah dari PT. Garuda Indonesia

Berdasarkan hasil perhitungan diatas dapat diketahui bahwa ROI PT Garuda Indonesia pada tahun 2018 sebesar (0,18) kondisi tersebut dinilai masih kurang baik karena jumlah laba bersih perusahaan tidak sebanding dengan besarnya total aset perusahaan, artinya total aset perusahaan kurang mampu dalam meningkatkan keuntungan perusahaan. Tahun 2019 meningkat sebesar 0,13 disebabkan peningkatan laba bersih perusahaan meskipun perusahaan tetap mengalami kerugian. ROI kembali mengalami penurunan pada tahun 2020 sebesar (0,20) disebabkan karena perusahaan mengalami kerugian sehingga penurunan laba bersih perusahaan tidak sebanding dengan besarnya kenaikan total aset perusahaan, artinya total aset perusahaan tidak mampu dalam meningkatkan keuntungan perusahaan.

Pada kondisi ini return on investment PT Garuda Indonesia dari tahun 2018 - 2020 berada dalam kondisi yang “kurang baik” hal ini menunjukkan bahwa PT Garuda Indonesia belum mampu menghasilkan laba dengan cukup baik melalui investasi yang dilakukan terhadap aset.

Tabel 8. Return on Equity

Tahun Laba bersih Total ekuitas ROE

2018 (199,105,459) 639,806,556 (0,31)

2019 147,014,670 720,622,891 0,20

2020 (2,203,059,625) (1,943,024,247) (1,13) Sumber : Data diolah dari PT. Garuda Indonesia

Berdasarkan hasil perhitungan diatas dapat diketahui bahwa ROE PT Garuda Indonesia pada tahun 2018 sebesar (0,31) yang masuk dalam kondisi kurang baik karena masih dibawah standar industri yaitu sebesar 20%. Di tahun 2019 mengalami peningkatan sebesar 0,20 disebabkan karena peningkatan laba bersih perusahaan. Tahun 2020 ROE kembali menurun menjadi (1,13) disebabkan perusahaan mengalami kerugian serta diikuti penurunanan atas ekuitas perusahaan, ekuitas perusahaan tidak dapat meningkatkan keuntungannya, terbukti dengan

(19)

19 kerugian perusahaan.

c. Perhitungan rasio solvabilitas PT Garuda Indonesia

Tabel 9. Debt to Asset

Tahun Total Hutang Total Aset Debt to asset

2018 3,515,668,247 4,155,474,803 0,84

2019 3,735,052,883 4,455,675,774 0,83

2020 12,733,004,654 10,789,980,407 1,18 Sumber : Data diolah dari PT. Garuda Indonesia

Berdasarkan hasil perhitungan diatas dapat diketahui bahwa debt to asset PT Garuda Indonesia tahun 2018 sebesar 0,84 disebabkan oleh jumlah total hutang rendah dibanding dengan total aset, artinya perusahaan sedang berada dalam kondisi tidak baik karena kurang mampu membiayai hutang. Debt to asset perusahaan tahun 2019 mengalami penurunan sebesar 0,83 disebabkan oleh total hutang yang semakin meningkat. Selanjutnya pada tahun 2020 kondisi perusahaan mengalami penurunan signifikan akibat pandemi Covid 19, kondisi tersebut menyebabkan perusahaan tidak mampu membiayai hutang sedangkan aset yang diterima semakin sedikit.

Tabel 10. Debt to Equity

Tahun Total Hutang Equity DER

2018 3,515,668,247 639,806,556 5,49

2019 3,735,052,883 720,622,891 5,18

2020 12,733,004,654 (1,943,024,247) (6,55) Sumber : Data diolah dari PT. Garuda Indonesia

Berdasarkan tabel tersebut dapat dijelaskan bahwa pada tahun 2018 debt to

(20)

20

equity ratio sebesar 5,49 dikarenakan total hutang lebih besar dibanding dengan jumlah ekuitas perusahaan yang mengakibatkan semakin tinggi kewajiban perusahaan dalam melunasi kewajiban jangka pendek maupun jangka panjangnya.

Tahun 2019 menurun menjadi 5,18 disebabkan total meningkat hutang lebih besar dibanding dengan jumlah ekuitas perusahaan. Selanjutnya pada tahun 2020 terjadi penurunan secara drastis sebesar (6,55) dimana total hutang meningkat lebih besar dibanding dengan jumlah ekuitas perusahaan. Debt to equity ratio selama tahun 2018 - 2020 mengalami tren peningkatan yang cukup tinggi, kondisi ini menunjukkan kinerja yang “kurang baik”, karena semakin tinggi debt to equity ratio menunjukkan jumlah hutang perusahaan lebih besar dibandingkan jumlah seluruh modal yang dimiliki.

4. Analisis Pendapatan PT Garuda Indonesia

Pengakuan pendapatan PT Garuda Indonesia diakui berdasarkan penjualan serta jasa kargo. Pengakuan awal tersebut dicatat sebagai unearned revenue dimana hanya akan diakui sebagai pendapatan usaha ketika penerbangan telah dilakukan.

Dalam masa penelitian tahun 2018 hingga 2020 PT Garuda Indonesia tidak terjadi perubahan pada revenue recognition. Namun setelah melakukan analisis pada pertumbuhan pendapatan terdapat kejanggalan pada peningkatan laba perusahaan yang diungkapkan pada laporan laba rugi PT Garuda Indonesia tahun 2018 yang dinilai tidak wajar. Berdasarkan data dalam Catatan Atas Laporan Keuangan PT Garuda Indonesia disebutkan bahwa pada tanggal 31 Oktober 2018 terdapat perjanjian layanan konektivitas dan hiburan antara perusahaan dengan PT Mahata Aero Teknologi. Dalam perjanjian tersebut PT Mahata Aero Teknologi setuju untuk membayar kompensasi terkait seluruh biaya pembongkaran dan pemeliharaan pesawat dengan nilai transaksi sebesar US$ 239,94 ribu. Atas kerja sama tersebut pada tahun 2018 PT Garuda Indonesia berhasil mencatat laba bersih komperhensif sebesar US$ 809,04. Kondisi tersebut berbanding terbalik dengan kondisi laporan keuangan perusahaan yang merugi pada kuartal III sebesar US$ 114,08 juta.

Sebagian besar porsi laba bersih perusahaan bersumber dari pendapatan lain-lain atas kontrak jangka panjang dengan PT Mahata Aero Teknologi.

Berdasarkan kontrak PT Garuda Indonesia dalam laporan keuangannya melalui catatan atas laporan keuangan nomor 42 huruf E mengakui penghasilan atas

(21)

21

pemberian hak perusahaan kepada PT Mahata Aero. Pengakuan pendapatan atas kontrak jangka panjang perusahaan dengan PT Mahata Aero menimbulkan polemik internal karena manajer menolak menandatangani laporan keuangan dengan alasan pengakuan pendapatan mengakibatkan perubahan signifikan dan material terhadap pendapatan yang di peroleh dicatat sebagai royalti. Pendapatan tersebut seharusnya diakui dalam satu periode akuntansi karena perusahaan belum saatnya mengakui penghasilan sama sekali. Dalam PSAK 23 seharusnya pendapatan royalti diakui secara akkrual sesuai dengan substansi yang relevan dalam perjanjian. Alasan kedua adalah tidak adanya pembayaran royalti hingga akhir tahun 2018 oleh PT Mahata Aero Teknologi meskipun telah dilakukan pemasangan unit. Adanya permasalahan internal tersebut menimbulkan kecurigaan tentang pelaksanaan akuntansi yang agresif pada laporan tahunan PT Garuda Indonesia.

5. Analisis perbandingan

Dalam melihat perkembangan bisnis, perusahaan perlu membuat strategi sebagai salah satu cara untuk mengevaluasi keputusan jangka pendek dengan membandingkan laporan keuangan perusahaan lain dalam industri yang sama.

Perusahaan yang dipilih adalah PT. AirAsia Indonesia Tbk (CMPP) yang terdaftar dalam BEI, menggunakan rasio keuangan tahun 2018-2020. Perusahaan menggunakan net working capital untuk menunjukan besarnya kebutuhan modal kerja yang digunakan oleh perusahaan dalam melaksanakan kegiatan usahanya.

Terdapat dua kemungkinan dari selisih modal kerja yaitu aset lancar lebih besar dari pada utang lancar atau asset lancar lebih kecil dari pada utang lancar yang dimiliki perusahaan. Hasil olah data kedua perusahaan menunjukan bahwa kedua maskapai sampai triwula III tahun 2020 dilaporkan bersifat agresif. Perusahaan yang paling agresif yaitu PT Garuda Indonesia dengan nilai NPW paling tinggi. Mesikpun kementrian perhubungan mengungkapkan bahwa kondisi maskapai penerbangan dalam negri tahun 2018 belum kondusif. Selanjutnya likuiditas industri penerbangan cenderung memiliki trend memburuk sebelum dan sesudah terjadinya pandemi Covid 19. Jika dilihat dari rasio likudiitas dua perusahaan PT AirAsia Indonesia tidak mampu menutupi lebih dari sebagian utang jangka panjang karena ekuitas bersifat negatif. Hal tersebut ditindak lanjuti oleh Direktur Utama AirAsia Indonesia dengan menerbitkan surat utang berbentuk sekuritas perpetual bond dengan syarat total ekuitas dalam laporan keuangan pada kuartal 1 tahun 2019

(22)

22 menjadi positif.

Perhitungan rasio aktivitas memfokuskan pada seberapa efektif perusahaan mengelola asetnya secara umum. Tingkat setiap aset akhir tahun dari laporan keuangan digunakan dalam menghitung rasio aktivitas. Rasio aktivitas yang dihitung yaitu rasio perputaran piutang dalam hari (receivable turnover in days) dan rasio perputaran persediaan dalam hati (inventory turnover in days). Selain itu, rasio perputaran utang dalam hari (payble turnover in days) juga dihitung untuk mempelajari pembayaran utang perusahaan agar dapat mengetahui skedul umur hutang. Nilai (receivable turnover in days) PT AirAsia yaitu 10 hari artinya, pembayaran piutang perusahaan rata-rata dalam 10 hari. Sedangkan PT Garuda Indonesia yaitu 45 hari, dapat disimpulkan bahwa kebijakan penagihan piutang PT AirAsia lebih baik. Namun, sebelum menyimpulkan lebih lanjut syarat kredit yang ditawarkan oleh masing-masing perusahaan harus diperiksa terlebih dahulu.

Pandemi Covid 19 berdampak terhadap kinerja keuangan kedua perusahaan, dilihat dari rasio likuiditas penurunan terjadi pada PT AirAsia yaitu dengan nilai rasio lancar sebesar 0,47 pada triwulan keempat 2019 kemudian memasuki triwulan pertama 2020 menggalami penurunan hingga 31% menjadi 0,16 yang kemudian penurunan juga terulang kembali pada saat triwulan berikutnya turun menjadi 0,7 dan kemudian turun lagi menjadi 0,5 pada triwulan ketiga 2020, hal ini sangat jauh berbeda jika dibandingkan dengan penurunan yang terjadi pada PT Garuda Indonesia yang terbilang yaitu pada saat triwulan pertama 2020 turun sebesar 2%

dari nilai sebelumnya 0,25 berubah menjadi 0,23, kemudian nilai itu naik lagi menjadi 0,25 pada triwulan kedua namun turun lagi pada triwulan ketiga 2020 menjadi 0,19. Berdasarkan perhitungan rasio cepat dapat kita ketahui bahwa pandemi Covid 19 dapat menyebabkan penurunan kesanggupan perusahaan memenuhi kewajiban jangka pendeknya dengan menggunakan aset lancar kecuali persediaan, hal ini ditunjukkan dengan penurunan rasio cepat dari masing- masing perusahaan penerbangan yang terjadi sejak triwulan pertama 2020 yang dapat dilihat pada PT Air Asia Indonesia mengalami dampak penurunan rasio cepat paling tinggi dibandingkan perusahaan lain pada saat awal masuknya COVID-19 yaitu pada saat triwulan pertama 2020. Penurunan tersebut adalah sebesar 30% yaitu dari nilai rasio cepat pada saat triwulan keempat 2019 sebesar 0,44 turun menjadi 0,14 pada saat triwulan pertama 2020, sedangkan penurunan pada PT Garuda Indonesia

(23)

23

hanya mengalami penurunan sebesar 14% dan 2 saja.

Berdasarkan hasil penelitian kinerja keuangan PT Garuda Indonesia diatas, fluktuasi kinerja keuangan perusahaan yang cepat mengalami kenaikan namun cepat mengalami penurunan disebabkan karena kurang kompetitifnya industri penerbangan di Indonesia. Hal tersebut dipengaruhi karena rute – rute domestik hanya dikuasai oleh dua grup maskapai saja yaitu PT Garuda Indonesia dan PT LionAir yang menyebabkan harga tiket pesawat menjadi mahal. Jika dilihat dari pangsa pasar rute domestik, Indonesia menjadi salah satu pangsa pasar domestik terbesar di dunia setelah Amerika Serikat, China, India dan Jepang. Pemerintah menyarankan untuk melakukan persaingan secara sehat untuk menekan harga tiket pesawat, yaitu dengan masuknya maskapai asing ke industri penerbangan nasional.

Namun hingga sepuluh tahun terakhir hanya PT AirAsia yang masih bertahan meskipun merugi, hal tersebut menandakan industri penerbangan di Indonesia tidak profitable. PT AirAsia tersebut nyaris tidak pernah laba di Indonesia, semua laba ditarik ke Malaysia yang tarif pajaknya lebih rendah.

Kerugian dan keuntungan industri penerbangan di Indonesia yang cepat berubah dipengaruhi oleh model bisnis LCC pada tahun 2000 sehingga harga tiket menjadi murah, namun terdapat kompensasi dari murahnya tiket yaitu sering terjadi kecelakaan pesawat. Dalam hal ini pemerintah cenderung pasif membendung model bisnis LCC, sehingga banyak maskapai yang bangkrut. Namun pemerintah kembali membuat kebijakan harga tiket menjadi normal dikarenakan banyak masyarakat yang mengeluh karena harga tiket menjadi mahal. Kinerja keuangan PT Garuda Indonesia memiliki beban serta modal yang tinggi untuk menjalankan usahanya, namun penerimaan usahanya hanya berasal dari penjualan tiket saja, tidak hanya itu ternyata margin keuntungan industri penerbangan tersebut hanya sekitar 1-3%.

Beban terbesar bagi perusahaan adalah bahan bakar utama pesawat yang harga jualnya fluktuatif, beban pemeliharaan, beban gaji pegawai, dan pelayanan konsumen. Jika dilihat dari laporan keuangan PT Garuda Indonesia, perusahaan memiliki hutang lebih banyak dari pada pendapatan yang diterima. Maka dari itu pola industri penerbangan khususnya PT Garuda Indonesia memang akan cepat mengalami kenaikan namun cepat mengalami penurunan karena industrinya, kompetitor bisnisnya, dan beban yang dikeluarkan lebih besar dari pada yang diterima.

Dampak Covid 19 semakin memperparah kinerja keuangan PT Garuda

(24)

24

Indonesia yang sebelumnya sudah mengalami kerugian, pasalnya sejak awal bulan januari 2020 jasa transportasi penerbangan telah membatasi penerbangan internasional terutama penebangan Indonesia-China. Jika dilihat dari laporan arus kas operasi PT Garuda besarnya jumlah kas yang dikeluarkan perusahaan kepada PT. Pertamina, PT Angkasa Pura I, Perum LPPNI, PT Angkasa Pura II, PT Telkomunikasi Indonesia terlalu besar. Arus kas investasi yang turun signifikan karena besarnya biaya pemeliharaan pesawat, selain itu juga terjadinya penurunan atas penerimaan pengembalian uang muka pembelian pesawat dan penerimaan atas bunga yang diperoleh dan arus kas pendanaan yang bernilai negatif. PT Garuda Indonesia selama masa pandemi Covid 19 mengalami penurunan penjualan tiket pesawat yang mengakibatkan pendapatan usaha berkurang, selain itu adanya biaya overhead yang tetap harus dikeluarkan. Dalam hal ini keduanya sangat berimplikasi pada kinerja keuangan PT Garuda Indonesia. Hutang perusahaan yang semakin meningkat menimbulkan kurangnya modal yang ada pada perusahaan.

SIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan analisis kinerja keuangan pada PT Garuda Indonesia Tbk tahun 2018-2020 menggunakan analisis industri, rasio likuiditas, profitabilitas, solvabilitas dan analisis perbandingan, sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa kinerja keuangan PT Garuda Indonesia Tbk cepat mengalami kenaikan namun cepat mengalami penurunan karena industri tersebut memiliki beban serta modal yang tinggi untuk menjalankan usahanya, namun penerimaan usahanya hanya berasal dari penjualan tiket, tidak hanya itu ternyata margin keuntungan industri penerbangan hanya sekitar 1-3%. Kurangnya kompetitor bisnis membuat PT Garuda Indonesia mendominasi pasar domestik, sehingga harga tiket pesawat menjadi mahal. Tidak sehatnya kondisi keuangan PT Garuda Indonesia diperparah dengan adanya pandemi Covid 19 yang berdampak terhadap penurunan pendapatan dan meningkatkan beban bahan bakar, beban oprasional dan meningkatnya hutang perusahaan

Berdasarkan permasalahan yang terjadi pada PT Garuda Indonesia Tbk yaitu mengenai kinerja keuangan PT Garuda Indonesia pada tahun 2018-2020 maka saran yang bisa dilakukan adalah perusahaan diharapkan mampu meningkatakan pendapatannya dan mengelola kinerja keuangan dengan baik agar investor tertarik

(25)

25

untuk menanamkan modalnya, selain itu perusahaan harus melakukan efisiensi biaya pengeluaran dan mengurangi hutang lancarnya agar kinerja keuangan membaik, keterbatasan penelitian ini adalah tahun pengamatannya hanya dilakukan selama tiga tahun sehingga diharapkan peneliti selanjutnya dapat menambah tahun pengamatan.

Gambar

Tabel 1. Arus Kas Operasi PT Garuda Indonesia  Tahun  Arus Kas Operasi
Tabel 2. Arus Kas Investasi PT Garuda Indonesia
Tabel 3. Arus Kas Pendanaan PT Garuda Indonesia  Tahun  Arus kas Investasi
Tabel 5. Rasio Kas
+6

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) berdasarkan analisis rasio likuiditas, rasio solvabilitas dan rasio profitabilitas yang dihitung dengan menggunakan ROA dan ROE,

Imelda Adi Setiawan (2012) yang meneliti tentang analisis pengaruh rasio likuiditas, rasio solvabilitas, rasio aktivitas, rasio profitabilitas, dan rasio kepemilikan

Pengaruh Rasio Likuiditas , Profitabilitas, Aktivitas dan Solvabilitas Terhadap Harga Saham Pada Sektor Industri Kelapa Sawit Di BEI.. Analisis Pengaruh Faktor Fundamental

Analisis Rasio Likuiditas, Solvabilitas, dan Profitabilitas Dalam Mengukur Kinerja Keuangan Pada Perusahaan PT Fast Food Indonesia, Tbk Tahun 2013-2017.. Aria

Kinerja keuangan Garuda Indonesia (Persero), Tbk berdasarkan analisis rasio solvabilitas yang ditinjau dari Debt to Equity Ratio selama empat periode terakhir 2015- 2018

kinerja keuangan pada PDAM Delta Tirta Sidoarjo dengan menggunakan. analisis rasio likuiditas, solvabilitas

Simpulan dari penelitian ini adalah rasio likuiditas leverage, likuiditas dan solvabilitas tidak berpengaruh secara negatif terhadap peringkat obligasi, sedangkan profitabilitas dan

Hasil Analisis Rasio Keungan pada Perusahaan yang Terdaftar di BEI Perusahaan Analisis Rasio Keuangan Rasio Likuiditas Rasio Solvabilitas Rasio Aktivitas Rasio