• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENDEKATAN PERKEMBANGAN PARTAI POLITIK DI INDONESIA SEJAK SEBELUM MASA KEMERDEKAAN

N/A
N/A
syaira amanda

Academic year: 2024

Membagikan " PENDEKATAN PERKEMBANGAN PARTAI POLITIK DI INDONESIA SEJAK SEBELUM MASA KEMERDEKAAN"

Copied!
4
0
0

Teks penuh

(1)

PENDEKATAN PERKEMBANGAN PARTAI POLITIK DI INDONESIA SEJAK SEBELUM MASA KEMERDEKAAN

Disusun Oleh :

Nama : Suci Haryani

NIM : 2010112017

Prodi : Ilmu Hukum Fakultas : Hukum

UNIVERSITAS ANDALAS PADANG

2023

(2)

Pendekatan Perkembangan Partai Politik di Indonesia Sejak Sebelum Masa Kemerdekaan Partai politik adalah salah satu institusi penting dalam demokrasi modern yang mengandaikan sistem keterwakilan (representatives). Keberadaan dan kinerjanya merupakan ukuran mutlak bagaimana demokrasi berkembang di suatu negara. Partai politik akan mempengaruhi dan bagaimana dan kearah mana pelaksanaan pemerintahan. Oleh karena itu, dinegara-negara maju, ukuran keberhasilan demokrasi secara tepat bisa dilihat dari bagaimana partai politik menjalankan fungsinya untuk memasukan agenda-agenda kebijakan publik yang bermanfaat tidak saja bagi konstituen pemilihnya melainkan juga bermanfaat bagi seluruh komponen bangsa yang ada. Maka bisa dikatakan, parpol adalah institusi inti demokrasi.

Keberadaan Partai Politik di Indonesia dimulai sejak Pemerintah Hindia Belanda mencanangkan Politik Etis pada tahun 1908. Dengan adanya Politik Etis ini, maka banyak kalangan cerdik pandai kaum Bumiputera yang mulai tergerak untuk ikut serta dalam kehidupan ketatanegaraan melalui berbagai organisasi kemasyarakatan. Berbagai organisasi modern muncul sebagai wadah pergerakan nasional untuk mencapai kemerdekaan. Walaupun pada awalnya berbagai organisasi tidak secara tegas menamakan diri sebagai partai politik, namun masing- masing organisasi memiliki program-program dan aktivitas politik. Pelopor utama dari Organisasi kemasyarakat tersebut adalah Boedi Oetomo.

Pada 23 Juli 1916 Boedi Oetomo dan Sarekat Islam telah melakukan aktivitas politik yang menuntut kepatuhan pemerintah Hindia Belanda guna mengakui bahwa masyarakat Indonesia saat itu telah berpikir mandiri. Aksi itu dikenal dengan Weerbaar Actie. Keberadaan kedua organisasi politik tersebut diikuti dengan munculnya berbagai organisasi partai politik.

Berbagai organisasi partai politik muncul setelah keberadaan kedua organisasi politik tersebut seperti Indische Partij, Insulinde, Indische Sociaal Democratische Vereeniging (ISDV), Partai Komunis Indonesia (PKI), Partai Nasional Indonesia (PNI), Partai Indonesia Raya (Parindra), Partai Indonesia (Partindo), Indische Sociaal Democratische Partij (ISDP), Indische Katholijke Partij, Gerakan Rakyat Indonesia (Gerindo), dan Partai Rakyat Indonesia (PRI).

Pada masa pendudukan Jepang, partai politik tidak diakui sebagai organisasi, dan organisasi politik tidak dapat bergerak atau berjalan. Pendudukan pemerintahan Jepang sepenuhnya mengontrol keadaan nasional, sehingga tidak ada partai politik atau organisasi politik sama sekali. Hanya kelompok Islam yang dapat membentuk partai Masyumi. Namun,

(3)

kesempatan yang luas untuk membentuk partai politik muncul satu bulan setelah kemerdekaan diumumkan.

Setelah Proklamasi Kemerdekaan pada tanggal 17 Agustus 1945, dengan keluarnya Maklumat Wakil Presiden No. X tahun 1945 dan Maklumat Pemerintah No. 3 tahun 1945, Indonesia menganut sistem multipartai dengan munculnya 24 partai politik berdasarkan ideologi Aliran. Menjelang Pemilu 1955, yang berpusat pada Demokrasi Liberal, terdapat 70 partai politik dan perseorangan yang berpartisipasi. Pada pemilihan tahun 1955 digunakan untuk memilih DPR dan anggota Konstituante yang ditugaskan untuk membuat UUD yang akan menggantikan UUDS 1950.

Hanya sembilan partai politik yang diakui pada 14 April 1961: PNI, NU, PKI, PSII, PARKINDO, Partai Katolik, Perti, Murba, dan Partindo. Berkurangnya jumlah Partai Politik tidak berarti kurangnya perselisihan ideologi dalam masyarakat umum sebagai akibat dari pengaruh yang dibawa oleh Partai Politik tersebut. Untuk mengatasi hal ini, pertemuan Partai Politik di Bogor pada 12 Desember 1964 menghasilkan Deklarasi Bogor.

Setelah Pemberontakan G/30/S PKI terjadi pada tanggal 12 Maret 1966, PKI dibubarkan dan dinyatakan sebagai partai terlarang di Indonesia. Orde Baru kemudian memulai upaya untuk membentuk Partai Politik. Pada 20 Pebruari 1968, Partai Muslimin Indonesia, atau Parmusi, didirikan untuk menggabungkan ormas Islam yang sudah ada dan yang belum mencapai aspirasinya. Muhammadiyah, HMI, PII, Aliwasliyah, HSBI, Gasbindo, PUI, dan IPM mendukung Partai ini. Presiden Soeharto mengadakan konsultasi dengan Partai Politik pada tanggal 27 Pebruari 1970 untuk membahas ide untuk menggabungkan Partai Politik yang ada di Indonesia.

Era reformasi yang melahirkan proses perubahan dan melengserkan pemerintahan orde baru dan melahirkan UU No. 3 Tahun 1999 tentang partai politik memungkinkan sistem multipartai kembali bermunculan. Harapan peran partai sebagai wadah penyalur aspirasi politik akansemakin baik, meskipun hingga saat ini belum menunjukkan kenyataan. Hal ini terlihat dari kampanye Pemilu yang masih diwarnai banyaknya partai politik yang tidak mengaktualisasikan aspirasi rakyat dalam wujud program partai yang akan diperjuangkan.

(4)

REFERENSI

BUKU

1. Dasar-Dasar Ilmu Politik, Prof. Miriam Budiarjo, 1993

2. Partai Politik Pada Abad 21: Pengertian, Fungsi dan Praktek di Indonesia, Dr. Osbin Samosir, M.Si. , 2022

3. Risalah Hukum Partai Politik di Indonesia, M. Iwan Satriawan, S.H., M.H. , 2015 4. Budiardjo, M. (2014). Dasar-dasar ilmu politik. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama

5. Haris, S. (2014). Partai, pemilu, dan parlemen era reformasi. Jakarta: Yayasan Pustaka Obor

JURNAL

1. Jurn al Legislasi IndonesiaVol. 5 No. 1 - Maret 2008 DEMOKRASI DAN PARTAI POLITIK Oleh: Zainal Abidin Saleh, S.H.,M.H.

2. http://repository.unpas.ac.id/28315/4/BAB%20II.pdf

3. https://eprints.umm.ac.id/27531/1/jiptummpp-gdl-sariningti-33948-2-babi.pdf

Referensi

Dokumen terkait

Partai politik di Indonesia setidak-tidaknya mengandung tiga kelemahan utama, yaitu (1) ideologi partai yang tidak operasional sehingga tidak saja sukar mengidentifikasi pola dan

dilihat dari jumlah peserta partai politik pada pemilu ini maka terlihat sangat lebih banyak dibanding pemilu pada masa orde baru dimana partai politik yang ikut serta didalam

fungsi partai menunjuk pada penampilan partai politik dalam menghubungkan individu dalam proses demokrasi. fungsi partai menunjuk pada proses dalam

Maka, dalam kebijakan pengaturan keuangan partai politik diatur ketentuan pengawasan sumber keuangan partai politik, kebijakan pengawasan tersebut dilakukan melalui

Membentuk dan memiliki Organisasi Sayap Partai Politik merupakan hak bagi setiap partai politik sebagaimana disebutkan dalam Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2008

Adapun pengertian partai politik ini tercantum dalam Pasal 1 angka 1 UU No. 2 tahun 2008, tentang Partai Politik, yang menyebutkan bahwa Partai politik adalah organisasi

PERKEMBANGAN GENDER PADA MASA ORDE LAMA Tahun 1955 muncul Organisasi Perempuan Islam dan Nasionalis, serta berbagai kegiatan yang terikat pada partai politik dan gerakan keagamaan

5 The details are regulated by federal laws.” Pada Pasal 21 dapat dilihat bahwa keberadaan partai politik dibatasi dengan alasan, tujuan atau perilaku penganut partai politik yang