• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh keterlibatan orang tua dalam mengikuti bina keluarga balita terhadap kemampuan motorik anak usia todller

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh keterlibatan orang tua dalam mengikuti bina keluarga balita terhadap kemampuan motorik anak usia todller"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

468 PELIBATAN ORANG TUA DALAM BINA KELUARGA

BALITA (BKB) SEBAGAI STRATEGI PENINGKATAN MOTORIK ANAK USIA TODLLER

Daniel Hermantyo Apriyanto1), Farida Halis Dyah Kusuma2), Hari Sukanto Adi3)

1) Mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Tribhuwana Tunggadewi Malang

2) Dosen Program Studi Keperawatan Poltekkes Kemenkes Malang

3) Dosen Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Tribhuwana Tunggadewi Malang

E-mail: dannielhermantyoapriyanto@gmail.com

ABSTRAK

Usia toddler merujuk konsep periode kritis dan plastisitas yang tinggi dalam proses tumbuh kembang, maka usia 1-3 tahun sering disebut sebagai kesempatan emas. Melalui program Bina Keluarga Balita (BKB) diharapkan orang tua dapat terlibat untuk memantau perkembangan anak. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh keterlibatan orang tua dalam mengikuti bina keluarga balita terhadap kemampuan motorik anak usia todller. Desain penelitian ini adalah ”Case Control”. Sampling yang digunakan adalah

Quota sampling” dengan sampel berjumlah 24 orang. Pengumpulan data menggunakan kuesioner Pra Skrining Perkembangan. Hasil analisis deskriptif menunjukkan bahwa kemampuan motorik anak dari orang tua yang mengikuti Bina Keluarga Balita, setengahnya baik, yaitu 50% (7 orang), kemampuan motorik anak dari orang tua yang tidak mengikuti Bina Keluarga Balita, sebagian besar kurang, yaitu 60% (6 orang). Hasil analisis statistik dengan uji t-test design, α (0,05), diperoleh nilai p-value 0,014 < (α) 0,05, sehingga ada pengaruh keterlibatan orang tua dalam mengikuti bina keluarga balita terhadap kemampuan motorik anak usia toddler. Saran bagi peneliti selanjutnya, hasil dari penelitian ini sebagai dasar acuan untuk penelitian lanjutan yang berkaitan dengan masalah penelitian ini.

Kata Kunci : Anak Usia Todller; Bina Keluarga Balita; Kemampuan Motorik;

Keterlibatan Orang Tua.

(2)

469 PARENTAL INVOLVEMENT IN BKB FOLLOWING CAPABILITIES AGAINST

CHILDHOOD MOTOR SKILLS IN EARLY CHILDHOOD TODLLER

ABSTRACT

Age todller refers to the concept of critical periods and high plasticity in the growth process, then aged 1-3 years are often referred to as a golden opportunity. Pass through the education family of children under five years program is expected so that parents are involved to monitor the child's development. This research aims to determine the effect of parental involvement in following education family of children under five years against childhood todller motor ability. Design of this research is "Case Control". The independent variable in this research is Parental Involvement in Following Education Family of Children Under Five Years, and the dependent variable is Childhood Todller Motor Ability. The sampling used is ”Quota sampling” with samples was numbered 24 people. Data collection was conducted on 23 to 28 September 2014, used a questionnaire Pre-Screening Developments. The results of the descriptive analysis showed that the childhood todller motor ability from parents who follow BKB a half good, i.e. 50.0% (7 people), the childhood todller motor ability from parents who do not follow BKB were mostly less, i.e. 60% (6 people). From the results of the statistical analysis with t-test design, α (0.05), acquired p-value of 0.014 α 0.05, so there is an significant effect of parental involvement in following education family of children under five years against childhood todller motor ability. Advice for further researchers, the result of this research as a basic reference for further research be related to the research problem.

Keywords: Parental Involvement, Education Family of Children Under Five Years, Motor Skills/ Ability, Childhood Todller

PENDAHULUAN

Peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM) merupakan pilar utama bagi pembangunan, karena kualitas SDM sangat menentukan kemajuan suatu bangsa. Kualitas SDM antara lain

dicerminkan oleh derajat kesehatan, tingkat intelegensia, kematangan emosional dan spiritual yang ditentukan oleh kualitas anak sejak janin dalam kandungan hingga anak berusia 6 tahun.

Pada periode ini seorang anak sangat membutuhkan asupan gizi seimbang,

(3)

470 kesehatan, pedidikan dan pengasuhan

yang baik dan benar agar anak dapat tumbuh kembang secara optimal. Oleh karena itu dalam menciptakan SDM yang bermutu, perlu dilakukan sejak dini yaitu dengan memenuhi kebutuhan dasar anak.

Di lingkungan masyarakat telah ada berbagai kegiatan yang memberikan layanan kebutuhan dasar anak (yang meliputi pendidikan, pelayanan kesehatan dasar, imunisasi, makanan tambahan, dan lain-lain), seperti Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu), Bina Keluarga Balita (BKB), Tempat Penitipan Anak (TPA), Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), kelompok bermain, dan lainnya. Namun penyelenggaraan pelayanan bagi anak usia dini tersebut masih bersifat sektoral, parsial dan belum terintegrasi dengan baik. Seyogyanya pelayanan yang diberikan harus saling bersinergi dan mampu memenuhi kebutuhan dasar anak secara utuh baik dari segi perawatan, pendidikan, dan pengasuhan agar anak tumbuh kembang secara optimal (BKKBN 2013).

Program Bina Keluarga Balita (BKB) sebagai salah satu bentuk pelayanan anak usia dini yang bertujuan meningkatkan pengetahuan dan keterampilan orang tua dalam pengasuhan dan pembinaan tumbuh kembang anak, harus diintegrasikan dengan Program Layanan Anak Usia Dini yang lain, agar anak mendapatkan pelayanan secara utuh (BKKBN 2013).

Anak merupakan mahluk yang membutuhkan pemeliharaan, kasih

sayang dan tempat bagi

perkembangannya. Anak juga merupakan pribadi yang masih bersih dan peka terhadap rangsangan-rangsangan yang berasal dari lingkungan. Selain itu anak merupakan bagian dari keluarga, dan keluarga memberi kesempatan bagi anak untuk belajar tingkah laku yang penting untuk perkembangan yang cukup baik dalam kehidupan bersama.

Setiap perkembangan anak memiliki keunikan tersendiri, dan di sinilah peran orang tua, pendidik, serta lingkungan masyarakat untuk memahami setiap keunikan dari tahapan perkembangan seseorang anak. Dengan pemahaman demikian, diharapkan dapat menjadi pijakan bagi orang tua maupun para pendidik dalam membimbing dan mendidik anak-anak secara lebih bijak.

Pendidikan sebagai proses pendewasaan anak agar tumbuh dan berkembang sesuai dengan nilai-nilai yang berlaku, merupakan tanggung jawab bersama antara pemerintah, masyarakat, dan orang tua. Orang tua terutama para ibu mempunyai posisi yang strategis dalam pendidikan anak jika dapat diersiapkan dengan baik mereka akan mampu mewujudkan lingkungan keluarga yang kondusif terhadap proses tumbuh kembang anak. Mereka akan mampu berperan sebagai “Tutor Guru”

Pembina dan pembimbing bagi anak- anaknya atau dengan kata lain perlunya keterlibatan orang tua dalam masa pertumbuhan anak dan memantau sejauh

(4)

471 mana pertumbuhan dan perkembangan

anaknya.

Salah satu upaya untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia antara lain dengan program bina keluarga dan balita (BKB). Masa balita ini merupakan masa yang menentukan dalam tumbuh kembangnya, yang akan menjadi dasar terbentuknya manusia seutuhnya. Oleh karena itu pemerintah perlu memandang untuk memberikan suatu bentuk pelayanan yang menunjang tumbuh kembang balita secara menyeluruh. Bina keluarga balita adalah kegiatan yang khusus mengelola tentang pembinaan tumbuh kembang anak melalui pola asuh yang benar berdasarkan kelompok umur, yang dilaksanakan oleh sejumlah kader dan berada ditingkat RW.

Perkembangan motorik merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam perkembangan individu secara keseluruhan. Perkembangan motorik anak akan lebih teroptimalkan jika lingkungan tempat tumbuh kembang anak mendukung mereka untuk bergerak bebas. Kegiatan diluar ruangan bisa menjadi pilihan yang terbaik karena dapat menstimulasi perkembangan otot.

Motorik kasar adalah gerakan fisik yang membutuhkan keseimbangan dan koordinasi antar anggota tubuh, dengan menggunakan otot-otot besar, sebagian atau seluruh anggota tubuh sedangkan Motorik halus adalah kemampuan yang berhubungan dengan keterampilan fisik yang melibatkan koordinasi otot-otot halus atau kecil.

Dari temuan studi Operasional Research (OR) menunjukkan bahwa pelaksanaan kelompok kegiatan Bina Keluarga Balita (BKB) belum optimal.

Hasil pengamatan menunjukkan bahwa jumlah kader BKB terbatas, kapasitas pengetahuannya yang masih rendah, pelatihan mengenai materi BKB masih kurang, materi belum memadai. Namun, dengan pengintegrasian BKB dengan kegiatan posyandu atau PAUD, kegiatannya menjadi lebih eksis. Dengan demikian pengintegrasian antara BKB, Pos PAUD dan Posyandu dalam satu kegiatan yang terkoordinasi dan terintegrasi semakin memudahkan pemberian pelayanan dasar terhadap anak usia dini.

Berdasarkan kajian di atas peneliti tertarik untuk meneliti ”Pengaruh Keterlibatan Orang Tua Dalam Mengikuti Bina Keluarga Balita Terhadap Kemampuan Motorik Anak Usia Todller (1-3 Tahun)”.

METODE PENELITIAN

Desain penelitian yang digunakan peneliti dalam penelitian ini adalah case control. Rancangan ini difokuskan untuk mengkaji perbandingan terhadap pengaruh (efek) pada kelompok subjek tanpa adanya suatu perlakuan dari peneliti (Nursalam, 2011). Penelitian ini dilakukan pada tanggal 23-28 September 2014 dengan populasi berjumlah 24 orang yang cara pengambilan sampelnya

(5)

472 menggunakan teknik quota sampling,

yaitu dengan mengambil semua anggota populasi menjadi sampel (Hidayat, 2009).

Sampel yang berjumlah 24 orang, terdiri dari anak dari orang tua yang mengikuti Program BKB 14 orang dan anak dari orang tua yang tidak mengikuti program BKB 10 orang. Variabel bebas (variabel independen) dalam penelitian ini adalah keterlibatan orang tua dalam mengikuti Bina Keluarga balita (BKB), sedangkan variabel terikatnya (variabel dependen) adalah kemampuan motorik pada anak usia Todller.

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan secara langsung terkait variabel keterlibatan orang tua dalam mengikuti BKB dengan menggunakan metode wawancara tidak terstruktur yang hanya memuat garis besar yang akan ditanyakan, dan variabel kemampuan motorik anak usia toddler menggunakan metode mengadopsi Kuesioner Pra Skrining Perkembangan (KPSP), yang merupakan sebuah metode pengkajian yang digunakan untuk menilai perkembangan anak umur 0-3 tahun, di mana data penelitian diperoleh langsung dari hasil pengamatan peneliti terkait kemampuan motorik anak, baik motorik kasar maupun halus berdasarkan tingkat usianya.

Selanjutnya dilakukan pengolahan data sesuai mekanisme dan tahapan penelitian secara ilmiah, termasuk memberikan skor pada masing-masing indikator dari variabel, penilaian dan skor setiap jawaban dari pertanyaan

diberi skor 1 jika jawabanya ya, dan yang diberi skor 0, jika jawaban tidak, kemudian dilanjutkan dengan tabulasi data dan analisis data.

Sebelumnya dilakukan terlebih dahulu uji asumsi terhadap data hasil penelitian tersebut. Uji asumsi dilakukan karena analisis statistik yang digunakan dalam penelitian ini adalah T-test yang merupakan statistik parametrik, sehingga harus memenuhi syarat data berdistribusi normal dan homogen. Uji asumsi meliputi uji normalitas dan uji homogenitas sebagai syarat untuk menentukan uji hipotesis yang telah diajukan. Uji Normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah setiap variabel terdistribusi secara normal. Uji normalitas dilakukan pada variable Kemampuan Motorik Anak, baik dari orang tua yang mengikuti BKB maupun orang tua yang tidak mengikuti BKB dengan menggunakan teknik One Sample Kolmogorov-Smirnov Test pada program SPSS 17.00 for windows.

Data dikatakan normal apabila p- value pada kolom asymp. Sig. (2-tailed)

> 0,05. Sedangkan uji homogenitas digunakan untuk memperlihatkan bahwa dua atau lebih kelompok data sampel berasal dari populasi yang memiliki variansi yang sama. Uji homogenitas dilakukan pada dua kelompok data sampel dalam penelitian, yaitu kemampuan motorik anak usia toddler dari orang tua yang mengikuti BKB dan orang tua yang tidak mengikuti BKB, dengan menggunakan teknik test of

(6)

473 homogeneity of variance pada program

SPSS 17.00 for windows. Data dikatakan homogen apabila p-value pada kolom sig

> (α) 0,05.

Selanjutnya, jika syarat untuk melakukan uji hipotesis (analisis statistik), yakni uji asumsi terpenuhi, yakni uji normalitas (data normal) dan uji homogenitas (data homogen), serta variabel dependen dalam penelitian ini berskala ordinal, dengan demikian uji hipotesis statistik pada penelitian ini dilakukan dengan menggunakan uji t-tes design untuk mengetahui Pengaruh Keterlibatan Orang Tua dalam Mengikuti Bina Keluarga Balita (BKB) Terhadap Kemampuan Motorik Anak Usia Todller Di PAUD ”MELATI” RW 02 Kelurahan Tlogomas. Adapun rumusnya adalah sebagai berikut :

Perhitungan rumus diatas (thitung) menggunakan SPSS versi 17.0. Langkah selanjutnya dilakukan uji signifikan dengan interpretasi sebagai berikut : Bila sebagai acuan H0 (nol). H0 diterima jika t-hitung < t-tabel nilai p-value pada kolom sig (2 tailed) > level of significant (α). H1 ditolak jika t-hitung < t-tabel atau nilai p-value pada kolom sig (2 tailed) >

level of significant (α).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan Tabel 1 dapat diketahui bahwa dari 14 orang anak dari orang tua yang mengikuti Bina Keluarga Balita (BKB) setengahnya memiliki kemampuan motorik baik, yaitu 7 orang (50,0%), dan sebagian kecil memiliki kemampuan motorik kurang, yaitu 1 orang (7,1%), sedangkan dari 10 orang anak dari orang tua yang tidak mengikuti Bina Keluarga Balita (BKB) sebagian besar memiliki kemampuan motorik kurang, yaitu 6 orang (60%), dan sebagian kecil memiliki kemampuan motorik baik, yakni 1 orang (10%).

Tabel 1. Distribusi frekuensi Kemampuan Motorik Anak Di PAUD ”MELATI” RW 02 Kelurahan Tlogomas

Kategori Kemampu

an Motorik

Anak Dari Orang Tua Mengikuti

BKB

Tidak Mengikuti

BKB f (%) f (%)

Baik 7 50,0 1 10

Cukup 6 42,9 3 30

Kurang 1 7,1 6 60

Tidak Baik 0 0 0 0

Total 14 100 10 100

Berdasarkan Gambar 1, diketahui bahwa kemampuan motorik dari 14 orang anak dari orang tua yang mengikuti Bina Keluarga Balita (BKB) setengahnya baik, yaitu 7 orang (50%), hampir setengahnya memiliki kemampuan motorik cukup, yaitu 6 orang (43%), sebagian kecil memiliki kemampuan motorik kurang,

(7)

474 yaitu 1 orang (7%), dan tidak satupun

anak memiliki kemampuan motorik tidak baik (0%), sedangkan kemampuan motorik dari 10 orang anak dari orang tua yang tidak mengikuti Bina Keluarga Balita (BKB) sebagian besar kurang, yaitu 6 orang (60%), hampir setengahnya memiliki kemampuan motorik cukup, yaitu 3 orang (30%), sebagian kecil berkemampuan motorik baik, yaitu 1 orang (10%), dan tidak satupun anak memiliki kemampuan motorik tidak baik (0%).

Gambar 1. Data Perbedaan antara kemampuan motorik anak dari orang tua yang mengikuti Bina Keluarga Balita (BKB) dan anak dari orang tua yang tidak mengikuti Bina Keluarga Balita (BKB)

Sebelum analisis statistik, terlebih dahulu dilakukan uji asumsi dan uji hipotesis terhadap data hasil penelitian tersebut. Uji asumsi dilakukan karena analisis statistik yang digunakan dalam penelitian ini adalah T-test yang merupakan statistik parametrik, sehingga harus memenuhi syarat data berdistribusi

normal dan homogen. Uji asumsi meliputi uji normalitas dan uji homogenitas sebagai syarat untuk menentukan uji hipotesis. Uji asumsi dilakukan dengan menggunakan program SPSS 17.00 for windows.

Dari hasil analisis diperoleh sebaran skor variabel kemampuan motorik anak dari orang tua yang mengikuti Bina Keluarga Balita (BKB) adalah normal (KS-Z = 0,802; p Sig. (2- tailed) = 0,541) dan sebaran skor untuk variabel kemampuan motorik anak dari orang tua yang tidak mengikuti Bina Keluarga Balita (BKB) juga normal (KS- Z = 0,723; p Sig. (2-tailed) = 0,637).

Kesimpulan dari uji normalitas, sebaran data variabel kemampuan motorik anak dari orang tua yang mengikuti Bina Keluarga Balita (BKB) dan kemampuan motorik anak dari orang tua yang tidak mengikuti Bina Keluarga Balita (BKB) adalah normal.

Pada uji homogenitas, dari hasil analisis diperoleh sebaran skor kemampuan motorik anak usia toddler dari orang tua yang mengikuti BKB dan orang tua yang tidak mengikuti BKB, yakni p-value (sig.) 0.339 > 0.05.

Kesimpulan dari uji homogenitas adalah varian data pada kelompok populasi dari variabel independent dan dependent yaitu keterlibatan orang tua dalam mengikuti BKB dan kemampuan motorik anak usia toddler adalah sama (homogen).

Syarat untuk melakukan uji hipotesis (analisis statistik) terpenuhi, yakni uji asumsi yang terdiri dari uji

(8)

475 normalitas (data normal) dan uji

homogenitas (data homogen). Dengan demikian, uji hipotesis statistik pada penelitian ini dilakukan dengan menggunakan uji t-tes.

Tabel 2. Analisis Statistik Pengaruh Keterlibatan Orang Tua Dalam mengikuti Bina Keluarga Balita (BKB) Terhadap Kemampuan Motorik Anak Usia Todller di PAUD ”MELATI” RW 02 Kelurahan Tlogomas

Variabel f P value

Sig.

(2- tailed)

U (t-Test design)

Keterangan

Keterlibatan Orang Tua Dalam BKB:

Mengikuti BKB *

Tidak Mengikuti

BKB

24

0.014 T- hitung

> T- tabel:

2.670

>

2.074

Ho ditolak H1 diterima

Kemampuan Motorik Anak Usia

Todller

Berdasarkan hasil analisis statistik pada Tabel 2, dapat diketahui bahwa ada tidaknya pengaruh keterlibatan orang tua, baik yang mengikuti BKB maupun orang tua yang tidak mengikuti BKB terhadap kemampuan motorik anak dapat diketahui pada nilai t-test = 2.670 dengan df = N-2 = 24-2 = 22 > nilai t table = 2,074 pada taraf signifikans (α) 0,05.

Selain itu, nilai p-value Sig. (2-tailed)

juga > level of significant (α) 0,05, yakni p-value (sig) = 0,014 < (α) 0,05. Hal ini dapat disimpulkan bahwa, H0 ditolak dan H1 diterima. Artinya ada Pengaruh Keterlibatan Orang Tua Dalam Mengikuti Bina Keluarga Balita Terhadap Kemampuan Motorik Anak Usia Todller Di Paud Melati RW 02 Kelurahan Tlogomas.

Kemampuan Motorik Anak Dari Orang Tua Yang Mengikuti Bina Keluarga Balita (BKB)

Berdasarkan hasil penelitian pada Gambar 1 menunjukkan bahwa dari 14 responden yang orang tuanya mengikuti program Bina Keluarga Balita (BKB) setengahnya memiliki kemampuan motorik yang baik, yaitu sebanyak 7 orang (50,0%). Jadi diketahui bahwa orang tua yang mengikuti Bina Keluarga Balita (BKB) ada perubahan pada perkembangan anak yang dalam hal ini tentang kemampuan motorik sesuai usia anak.

Studi eksperimen tentang perkembangan motorik, mengungkapkan adanya pola pencapaian pengendalian otot yang normal dan dengan jelas telah menunjukkan rata-rata pada umur berapa anak mampu mengendalikan bagian badan yang berbeda. Sejumlah studi juga telah menunjukkan pola yang dapat diramalkan tentang cara anak mencapai pengendalian motorik dalam kegiatan yang spesifik. Sebagai contoh, dalam permulaan berjalan ada pola yang dapat diramalkan dalam bentuk tubuh dan

(9)

476 posisi kaki. Badan ditegakkan dan

gerakan timbul dari hanya menggunakan kaki.

Untuk membantu

mempertahankan keseimbangan, tangan anak meregang, seperti seseorang yang berjalan kaku, atau ditarik ke arah tubuh.

Telapak kaki mengarah keluar sedangkan kaki dalam posisi kaku. Ada irama berselang seling dari kedua kakinya.

Kepala ditegakkan agak ke depan dan penglihatan anak lebih diarahkan ke depan daripada ke bawah (lantai). Ini perlu untuk mempertahankan keseimbangan meskipun hal itu menyebabkan sering jatuh. Seringnya jatuh juga disebabkan oleh jeleknya koordinasi umum dan kenyataan bahwa anak mengangkat kakinya terlalu tinggi dari lantai dan karenanya hilang keseimbangan.

Berdasarkan data penelitian di PAUD “MELATI” menunjukkan bahwa kemampuan motorik kasar dan halus pada anak yang orang tuanya mengikuti BKB, anak cenderung lebih aktif.

Sebagai contoh pada anak usia 24 bulan dapat menendang bola kecil (sebesar bola tenis) ke depan tanpa berpegangan pada apapun, berbeda dengan anak yang orang tuanya tidak mengikuti BKB pada anak dengan usia yang sama, yaitu usia 24 bulan, saat menendang bola (sebesar bola tenis) ke depan anak sempat berpegangan dan kemudian jatuh karena ketidakseimbangan tubuhnya.

Dapat disimpulkan bahwa baik tidaknya motorik anak khususnya dalam

hal ini motorik kasar dan halus dalam tumbuh kembang perlu kesiapan orang tua atau keterlibatan orang tua dalam mendidik anak melalui program-program yang diadakan di posyandu seperti BKB dan harus diterapkan pada anak di rumah.

Kemampuan Motorik Anak Dari Orang Tua Yang Tidak Mengikuti Bina Keluarga Balita

Berdasarkan hasil penelitian pada Gambar 1, menunjukkan bahwa dari 10 responden yang orang tuanya tidak mengikuti Bina Keluarga Balita (BKB) sebagian besar memiliki kemampuan motorik kurang baik, yaitu 6 orang (60%), sedangkan hanya sebagian kecil responden yang memiliki kemampuan motorik baik, yakni 1 orang (10%). Hal ini berarti kemampuan motorik anak dari orang tua yang tidak mengikuti Bina Keluarga Balita (BKB) adalah kurang.

Hal ini dapat diketahui dari hasil pengamatan mengenai perkembangan motorik anak yang belum sesuai dengan usianya. Keterampilan motorik tidak akan berkembang melalui kematangan saja, melainkan keterampilan itu harus dipelajari. Studi tentang bagaimana anak memepelajari keterampilan motorik telah mengungkapkan kondisi penting dalam mempelajari keterampilan tersebut.

Jika salah satu dari hal penting tersebut tidak ada, maka perkembangan keterampilan anak akan berada di bawah kemampuannya. Sebagai contoh, apabila pada waktu anak mempelajari keterampilan makan sendiri dengan

(10)

477 sendok tidak ada atau sedikit bimbingan

diberikan, maka keterampilan tersebut dipelajarinya lebih lambat dan kurang efisien ketimbang kalau kepada anak ditunjukkan cara menggunakan sendok tersebut. Keterampilan yang diperolehnya mungkin juga berada jauh di bawah standar tentang cara memegang sendok yang disepakati masyarakat.

Dari data penelitian di PAUD

“MELATI” menunjukkan kemampuan motorik kasar dan halus pada anak yang orang tuanya tidak mengikuti BKB, anak cenderung kurang aktif. Sebagai contoh pada anak usia 30 bulan, anak tidak dapat meletakan 4 buah kubus satu persatu di atas kubus yang lain tanpa menjatuhkan kubus itu. Hal ini dapat dilihat pada saat anak sulit untuk menyusun 4 buah kubus dan pada saat kubus ketiga, kubus sering jatuh bahkan anak hanya bisa menyusun sampai 2 kubus saja, setelah itu dia menjatuhkannya walaupun sudah diulang berkali-kali.

Berbeda dengan anak yang orang tuanya mengikuti BKB, pada anak dengan usia yang sama, yaitu usia 30 bulan, anak dapat meletakan 4 buah kubus satu persatu di atas kubus yang lain tanpa menjatuhkan kubus itu. Hal ini sangat jelas menerangkan bahwa, pentingnya keterlibatan orang tua dalam mengikuti program BKB dalam upaya membantu anak dalam mengoptimalkan kemampuan motoriknya.

Pengaruh Keterlibatan Orang Tua Dalam Mengikuti Bina Keluarga Balita Terhadap Kemampuan Motorik Anak Usia Todller (1-3 Tahun)

Berdasarkan hasil perhitungan SPSS versi 17 pada Tabel 2, dengan menggunakan uji t-test dan taraf signifikans (level of significant) (α) 0,05 didapatkan nilai t-test = 2.670 dengan df

= N-2 = 24-2 = 22 > nilai t table = 2,074 dan nilai p-value adalah sebesar 0,014 <

nilai sig (α) 0,05. Karena nilai p-value <

nilai α, maka h ditolak, dan h diterima, artinya ada pengaruh keterlibatan orang tua dalam mengikuti Bina Keluarga Balita (BKB) terhadap kemampuan motorik anak usia todller di PAUD Melati RW 02 Kelurahan Tlogomas Malang.

Dapat disimpulkan bahwa kemampuan motorik anak, salah satunya sangat dipengaruhi oleh keterlibatan orang tua dalam mengikuti BKB, karena dalam hal ini, program BKB dapat meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan sikap orang tua serta anggota keluarga untuk mempersiapkan pendidikan anak usia nol (0) sampai dengan usia di bawah lima tahun dalam mengasuh dan mendidik anak balitanya.

BKB ini merupakan upaya peningkatan kesadaran para ibu serta anggota keluarga lainnya dalam membina tumbuh kembang anak balita, seperti melalui kegiatan rangsangan fisik, mental, emosional, intelektual, dan sebagainya. Kegiatan tersebut dapat berupa pelatihan cara mengenal

(11)

478 lingkungan sekitar dalam lingkup yang

sederhana sesuai dengan kebutuhan setiap usia anak, belajar untuk mengenal permainan yang dapat merangsang perkembangan otak, dan sebagainya (BKKBN, 2013).

KESIMPULAN

1) Kemampuan motorik anak dari orang tua yang mengikuti bina keluarga balita dikatakan baik karena orang tua dapat melatih gerakan halus dan kasar anaknya sesuai usia perkembangannya.

2) Kemampuan motorik anak dari orang tua yang tidak mengikuti bina keluarga balita dikatakan kurang karena kesibukan atau bahkan ketidakterampilan orang tua dalam melatih perkembangan anak khususnya di sensori motorik.

3) Terdapat pengaruh keterlibatan orang tua dalam mengikuti Bina Keluarga Balita terhadap kemampuan motorik anak usia todller.

DAFTAR PUSTAKA

BKKBN. 2013. Panduan Pelaksanaan Kegiatan Bina Keluarga Balita

yang Terintegrasi dalam Rangka Penyelenggaraan Pengembangan Anak Usia Dini Holistik Integratif. Jakarta : KKB

Hidayat. A. A. 2009. Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisis Data, Jakarta : PT. Salemba Medika

Nursalam. 2011. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.

Referensi

Dokumen terkait

Adapun perumusan masalah dalam laporan akhir ini adalah belum diterapkannya pemeriksaan mendadak dan belum adanya penggunaan formulir bernomor urut tercetak Hasil analisis yang