• Tidak ada hasil yang ditemukan

penelitian tindakan kelas

N/A
N/A
Zida Mazaya Ummiyah

Academic year: 2024

Membagikan "penelitian tindakan kelas"

Copied!
175
0
0

Teks penuh

(1)

PENELITIAN TINDAKAN KELAS (PTK)

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR KOGNITIF SISWA PADA MATERI TATA CARA PENGURUSAN JENAZAH MELALUI MODEL PROBLEM BASED

LEARNING BERBANTUAN VIDEO ANIMASI

Diajukan sebagai Tugas Akhir pada Kegiatan Pendidikan Profesi Guru (PPG) dalam Jabatan Angkatan III bagi Guru PAI Tahun 2022

Dosen Pembimbing;

.

Oleh : Ainun Jariah S.Pd.I

NIM : 5222111586

PENDIDIKAN PROFESI GURU DALAM JABATAN (PPG) UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI

B A N D U N G

2 0 2 2

(2)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis mendapat bimbingan dan kemudahan dalam menyelesaikan penyusunan Proposal PTK Tata Cara Pengurusan Jenazah Melalui Model Problem Based Learning Berbantuan Media Animasi (Penelitian Tindakan Kelas Pelajaran PAI Kelas XI SMA Al Muslim Bekasi

merupakan Salah Satu Tugas Praktek Pengalaman Lapangan (PPL 3) Pada Kegiatan PPG Dalam Jabatan Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati Bandung Angkatan 3 Tahun 2022.

Keberhasilan Penulisan Laporan PTK ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis ucapkan terima kasih kepada :

1. Dr Asep Nursobah., selaku Dosen Pembimbing yang menginspirasi.

2. Teman-teman / peserta PPG Daljab Islam Negeri Sunan Gunung Djati Bandung Angkatan 3 Tahun 2022.

3. Suami, anak-anak dan keluarga tercinta, yang selalu memotivasi.

4. Semua pihak yang telah banyak membantu penulis dalam penyusunan Laporan PTK ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Laporan PTK ini mendapat karunia dan kemuliaan dari Allah SWT. Kritik dan saran sangat kami harapkan untuk perbaikan di masa yang akan datang.

Bekasi, November 2022 Penulis

Ainun Jariah, S.Pd.I

(3)

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ... i

LEMBAR PERNYATAAN ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR GAMBAR ... vii

DAFTAR GRAFIK... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

ABSTRAK ... x

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 7

C. Tujuan Penelitian ... 7

D. Manfaat Penelitian ... 8

E. Hasil Penelitian Terdahulu ... 8

F. KAJIAN PUSTAKA ... 11

1. Hasil Belajar ... 11

2. Macam-Macam Model ... 17

3. Pembelajaran Materi Ibadah Jenazah ... 31

4. Kerangka Berpikir ... 37

G. METODOLOGI PENELITIAN 1. Metode Penelitian ...48

2. Subjek Penelitian ... 53

3. Instrumen Penelitian... 54

4. Teknik Pengumpulan Data ... 63

5. Teknik Analisis Data ... 64

6. Tempat Dan Waktu Penelitian ... 68

DAFTAR PUSTAKA ... 101

(4)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Sebagai orang Islam yang beriman, kita sebaiknya meneladani Rasulullah S.A.W, dalam bersikap dan berprilaku. Beliau adalah guru pertama yang mengajar dan mendidik para sahabatnya sehingga mereka menjadi anak-anak didik yang terbaik.Rasulullah S.A.W sebagai penyampai wahyu berupa ayat-ayat Allah yang agung memiliki metode atau strategi pengajaran yang beragam. Diantara metode atau cara pengajaran yang dilakukan oleh beliau antara lain, metode ceramah, metode praktik, menggunakan gambar, metode tanya jawab, dengan cara berdialog, dan lain sebagainya.

Jabatan guru merupakan jabatan profesional yang mengendaki guru harus bekerja secara profesional.Guru memang harus bekerja secara profesional. profesional adalah ahli di dalam bidangnya. Guru yang profesional adalah guru yang ahli dalam bidang keguruannya.

Seorang guru yang profesional dituntut untuk memiliki berbagai kompetensi, seperti yang diamanatkan dalam Undang-Undang RI No. 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, bahwa guru sebagai penggagas perubahan di tengah masyarakat, dituntut untuk menguasai kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial dan kompetensi profesional yang diperoleh melalui pendidikan profesi.

Berdasarkan itu semua guru, di dalam penguasaannya dalam pedagogik yang berkaitan dengan kemampuan belajar dan mengajar di kelas, guru harus mempunyai strategi atau cara pembelajaran yang baik dan efesien. Semua orang tahu bahwa dalam semua ikhtisar pendidikan guru mempunyai peranan kunci, disamping faktor-faktor lain seperti sarana prasarana, biaya, kurikulum, sistem pengelolaan, dan peserta didik sendiri.

Intinya guru adalah pemimpin di dalam kegiatan belajar dan mengajar di kelas. Berhasil dan tidaknya kegiatan pembelajaran adalah ditentukan oleh seorang guru. Guru Sebagai pemimpin pembelajaran di kelas guru dituntut untuk menjadikan suasana pembelajaran di kelas menjadi terarah dan sesuai dengan tujuan pembelajaran.

(5)

Tujuan dari pendidikan sangat mulia yaitu bagaimana generasi yang akan datang menjadi cerdas, berpikir kritis, berani menghadapi tantangan, inovatif, dan berakhlak mulia. Di era digital yang serba, bebas, serba terbuka. Informasi bisa kita dapatkan dari manapun, sehingga kita sebagai pendidik harus mempersiapkan diri guna menghadapi gempuran pengaruh-pengaruh yang tidak sesuai dengan jiwa dan kepribadian bangsa kita. Tidak semua pengaruh dari luar itu bersifat negatif (buruk) misalnya pergaulan bebas, Narkoba, pornografi, pornoaksi tapi banyak juga yang bersifat positif (baik) misalnya informasi yang kita dapatkan lancar dan cepat, dalam melakukan transaksi bisnis sangat cepat, mempermudah literasi, menjadi tempat membuka usaha.

Pada dasarnya, semua problematika yang terjadi pada jenjang pendidikan salah satunya adalah dalam segi Religius, Nasionalis, Gotong Royong, Integritas dan Mandiri pada siswa.

Era digital tidak bisa dihindari lagi. Kita tidak bisa melarang anak untuk menggunakan HP, membuka internet karena memang sudah waktunya jangan sampai anak-anak kita justru ketinggalan zaman atau gagap teknologi (Gaptek). Seiring perkembangan zaman sebagai orang tua harus menyadari bahwa sekarang ini adalah era dimana informasi dan teknologi berkembang dengan pesat. Tinggal bagaimana kita mengarahkan anak-anak untuk menggunakan teknologi ke hal-hal yang positif.

Salah satu penyebab terjadinya lemahnya karakter anak bangsa tersebut adalah lemahnya pendidikan karakter yang ada di Indonesia, baik di lingkungan keluarga, sekolah, maupun masyarakat. Karena seberapa baik dan sempurnanya suatu konsep tidak akan bisa menyelesaikan permasalahan sampai tuntas tanpa adanya penekanan dalam membentuk karakter yang baik. Maka kita sebagai orang dewasa harus menasehati dan mengingatkan ke anak bahwa di internet banyak hal-hal yang boleh dan tidak boleh ditiru. Harus ada pendidikan mengenai bagaimana menggunakan internet dengan bijak karena dengan adanya pendidikan tersebut maka anak akan terlindungi dari hal-hal negatif

Walaupun perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi semakin pesat berkembang, namun permasalahan di dalam dunia pendidikan masih menjadi problematika bagi beberapa negara, khususnya Indonesia. Lemahnya kemampuan siswa dalam menggunakan kemampuan berfikirnya untuk menyelesaikan masalah menjadi tantangan bagi para pendidik dalam mengembangkan kemampuan dan potensi peserta didik yang sesuai dengan tujuan pendidikan nasional seperti yang tercantum pada UU No. 20 tahun 2003. Kemampuan pemecahan masalah merupakan proses bagaimana mengatasi suatu persoalan yang bersifat menantang yang tidak

(6)

dapat diselesaikan dengan prosedur rutin yang sudah biasa dilakukan/diketahui (Indarwati, Wahyudi, & Ratu, 2014). Kurangnya kemampuan siswa dalam memecahkan masalah dapat diakibatkan oleh beberapa faktor, salah satunya disebabkan oleh proses pembelajaran yang sifatnya tekstual sehingga minat dan keterlibatan siswa dalam pembelajaran pun rendah.

Sedangkan, proses pembelajaran Fikih materi jenazah yang diharapkan adalah yang dapat mengembangkan keterampilan proses, pemahaman konsep, sikap ilmiah siswa, serta mendasarkan pada kegiatan jenazah yang berkembang di masyarakat. Hal ini lah yang mendasari penerapan model Pembelajaran Berbasis Masalah (PBL) berbantuan media Powerpoit pada pembelajaran jenazah di madrasah ibtidaiyah. Sebab dalam PBL, siswa memperoleh pengetahuan ilmiah dalam konteks di mana ia akan digunakan. Siswa lebih cenderung mempertahankan apa yang mereka pelajari dan menerapkan pengetahuan itu secara tepat ketika suatu konsep terintegrasi(Chaharbaghi & Cox, 1995).

Selain implementasi model pembelajaran PBL, penggunaan multimedia dalam pembelajaran juga memberikan pengaruh terhadap kegiatan pembelajaran, seperti yang dikemukan oleh Gilakjani (2012) terdapat 3 alasan yang logis penggunaan multimedia dalam pembelajaran di kelas, yaitu menambah minat belajar siswa, meningkatkan pemahaman siswa, dan meningkatkan daya ingat siswa.

Dalam prosesnya, kurikulum di Indonesia telah mengalami beberapa kali perubahan yang didasarkan pada perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Walaupun perubahan dan pembaruan kurikulum terus dilakukan namun masih belum mampu menjawab berbagai permasalahan dan tuntutan zaman. Hal ini lah yang mendasari pengembangan kurikulum 2013 yang diharapkan mampu melengkapi kekurangan-kekurangan yang ada pada kurikulum sebelumnya, serta menjawab tantangan internal dan eksternal yang dihadapi oleh bangsa Indonesia dalam menyiapkan generasi yang produktif, kreratif, inovatif, dan afektif. Kebijakan kurikulum 2013 dimaksudkan untuk menyempurnakan berbagai kekurangan yang ada pada kurikulum sebelumnya yang disusun dengan mengembangkan dan memperkuat sikap, pengetahuan, dan keterampilan secara berimbang (Machali, 2014).

Pada kurikulum 2013 pembelajaran lebih ditekankan pada penguasaan pengetahuan dan keterampilan yang dapat mengembangkan sikap spiritual dan sosial sesuai dengan karakteristik Pendidikan Agama dan Budi Pekerti sehingga diharapkan menumbuhkan sifat religius sesuai dengan tujuan pendidikan nasional. Proses pembelajaran pada satuan pendidikan

(7)

diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik.

Dirangkum dari Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan no. 65 tahun 2013, ada beberapa prinsip pembelajaran pada kurikulum 2013 yang mendorong untuk diterapkannya model pembelajaran PBL, diantarannya adalah sebagai berikut : (1) Dari peserta didik diberitahu menuju peserta didik mencari tahu, (2) Dari guru sebagai satu-satunya sumber belajar menjadi belajar berbasis aneka sumber belajar, (3) Dari pendekatan tekstual menuju proses sebagai penguatan penggunaan pendekatan ilmiah, (4) Pembelajaran yang mengutamakan pembudayaan dan pemberdayaan peserta didik sebagai pembelajran yang mengutamakan pembudayaan dan pemberdayaan peserta didik sebagai pembelajar sepanjang hayat, (5) Pemberdayaan yang menerapkan nilai dengan memberi keteladanan, membangun kemauan dan mengembangkan kreativitas peserta didik dalam proses pembelajaran, (6) Pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas pembelajaran (Asari, 2015).

Pembelajaran yang berbasis pada masalah (PBL) menumbuhkan kemampuan siswa untuk mengidentifikasi informasi apa saja yang diperlukan untuk aplikasi tertentu di mana dan bagaimana mencari informasi tersebut, bagaimana mengorganisasikannya ke dalam kerangka kerja secara konseptual yang bermakna, dan bagaimana mengkomunikasikan informasi yang diorganisasikan sedemikian rupa. Pembelajaran berbasis masalah dianggap telah menjadi obat yang efektif untuk salah satu masalah yang paling mencolok dalam pendekatan tradisional untuk ilmu mengajar, yaitu; kecenderungan luar biasa untuk beralih dari abstrak menuju pemahaman yang konkret, dengan memperkenalkan masalah yang menarik dan relevan di awal yang memungkinkan menambah perhatian dan minat siswa sehingga memungkinkan mereka untuk mengalami sendiri proses nyata dalam pembelajaran jenazah (Moutinho, Torres, Fernandes, &

Vasconcelos, 2015).

PBL menangani langsung sejumlah kritik terhadap Pendidikan Agama Islam saat ini yang diidentifikasi sebelumnya. Dalam PBL, siswa memperoleh pengetahuan ilmiah dalam konteks di mana ia akan digunakan. Siswa umumnya lebih cenderung akan mempertahankan apa yang telah mereka pelajari dan menerapkan pengetahuannya secara tepat ketika suatu konsep terintegrasi(Chaharbaghi & Cox, 1995).

(8)

Mengacu pada Permendiknas no. 41 tahun 2007 tentang standar proses menyatakan bahwa dalam rangka mengembangkan potensi peserta didik, maka proses pembelajaran harus bersifat fleksibel, bervariasi dan memenuhi standar. Proses pembelajaran pada setiap satuan pendidikan dasar dan menengah harus interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, dan memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik.

Dalam pembelajaran jenazah, model PBL dirasa sangat tepat untuk digunakan karena model pembelajaran ini lebih menekankan pada masalah kehidupan nyata yang bermakna bagi siswa dan siswa dituntut untuk dapat menyelesaikan masalah tersebut dengan bukti- bukti nyata yang terdapat pada lingkungan sekitar. Pada penelitian yang dilakukan oleh Abdur Rahman Asari (2015) pada proses pembelajannya, PBL menuntut agar siswa mampu merumuskan permasalahan, mengidentifikasi cara yang dapat digunakan untuk memecahkan masalah tersebut, mengambil keputusan tentang cara yang akan ditempuh, melengkapi bahan dan perlengkapan yang diperlukan untuk memecahkan masalah, mengumpulkan data yang diperlukan serta memeriksa kebenaran proses & hasilnya, dan mampu untuk memutuskan jawaban dari permasalahan tersebut. Selain penerapan PBL, penggunaan multimedia video animasi dalam pembelajaran dinilai mampu untuk menjadikan pembelajaran menjadi lebih efektif Sebagai contohnya adalah media video mampu menghadirkan pengalaman langsung, misalnya untuk menjelaskan ketentuan tata cara memandikan, mengkafani, menyolati dan menguburkan jenazah, siswa dapat melihat langsung melalui tayangan video di multimedia dengan berbagai penjelasan suara dan efek animasi yang mengesankan. Hal tersebut akan membantu anak dalam memahami dan mempelajari materi pelajaran dengan mudah &

menyenangkan sehingga mampu meningkatkan pemahaman konsep siswa menjadi lebih konkret. Dengan proses pembelajaran yang lebih menyenangkan diharapkan siswa lebih mampu mengingat makna pembelajaran sehingga prestasi dalam pembelajaran materi jenazah mengalami peningkatan menjadi lebih baik. Maka peneliti akan melakukan penelitian dengan UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR KOGNITIF SISWA PADA MATERI TATA CARA PENGURUSAN JENAZAH MELALUI MODEL PROBLEM BASED LEARNING BERBANTUAN VIDEO ANIMASI (Penelitian Tindakan Kelas Pelajaran PAI Kelas XI SMA AL Muslim Bekasi)

(9)

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dipaparkan, dapat dirumuskan masalah peneliti sebagai berikut:

1. Bagaimana hasil belajar siswa pada materi tata cara pengurusan jenazah sebelum diterapkan model Problem Based Learning berbantuan video animasi?

2. Bagaimana proses penerapan model Problem Based Learning berbantuan video animasi untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada materi tata cara pengurusan jenazah ? 3. Bagaimana hasil belajar siswa pada materi tata cara pengurusan jenazah melalui model

Problem Based Learning berbantuan video animasi?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan dari penelitian PTK ini adalah:

1. Untuk mengetahui hasil belajar siswa pada materi tata cara pengurusan jenazah sebelum diterapkan model Problem Based Learning berbantuan video animasi

2. Untuk mengetahui proses penerapan model Problem Based Learning berbantuan video animasi untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada materi tata cara pengurusan jenazah 3. Untuk mengetahui hasil belajar siswa pada materi tata cara pengurusan jenazah melalui

model Problem Based Learning berbantuan video animasi

D. Manfaat Penelitian

Penelitian yang dilakukan diharapkan dapat memberikan manfaat secara teoritis maupun praktis. Manfaat teoritis artinya hasil penelitian bermanfaat untuk mengembangan ilmu pengetahuan. Manfaat praktis bermanfaat bagi berbagai pihak untuk memperbaiki kinerja, terutama bagi sekolah, guru dan siswa.

Manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk mengembangkan teori pembelajaran sehingga dapat memperbaiki mutu pendidikan dan meningkatkan kualitas hasil pembelajaran. Penggunaan

(10)

model dan media pembelajaran yang tepat dapat mendukung pencapain tujuan pembelajaran.

Dengan menggunakan model Problem Based Learning berbantuan video animasi, pembelajaran menjadi lebih bervariasi. Dengan demikian hasil belajar siswa pada pelajaran PAI dapat meningkat.

2. Manfaat Praktis a. Bagi sekolah

Sebagai bahan dan masukan serta informasi bagi sekolah dalam mengembangkan siswanya terutama dalam hal proses pembelajaran fiqih, khususnya peningkatan hasil belajar materi pokok ibadah jenazah.

b. Bagi siswa

Diharapkan para siswa dapat terjadi peningkatan hasil belajar pada pembelajaran fiqih materi ibadah jenazah.

c. Bagi Peneliti

Dapat menambah pengalaman dan pengetahuan baru khususnya proses pembelajaran dengan Problem Based Learning berbantuan media Animasi pada pembelajaran fiqih materi ibadah jenazah.

E. Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu berfungsi memberikan pemaparan tentang penelitian sebelumnya yang telah dilakukan dengan judul Pengembangan Media Pembelajaran Powtoon Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam Dan Budi Pekerti Di Sman 2 Sidoarjo yang dilakukan oleh fachriatul ivadah yang mengatakan bahwa multimedia powtoon meningkatkan aktivitas belajar siswa, serta media powtoon efektif meningkatkan hasil belajar.

Dari beberapa penelitian yang pemah dilakukan, penelitian ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan sebelumnya, karena mengambil wilayah penelitiaan yang berbeda serta kajian yang berbeda. Penelitian ini mengambil lokasi penelitian di SMA AL Muslim Bekasi. Penelitian ini akan mengkaji tentang upaya meningkatkan hasil belajar siswa pada materi jenazah melalui model Problem Based Learning berbantuan video. Metode dan teori yang digunakan dalam penelitian ini yakni menggunakan penelitian kuantitatif.

(11)

Berdasarkan penelitian terdahulu di atas, maka peneliti beranggapan bahwa terdapat persamaan penelitian dengan penggunaan media video yang akan dilakukan yakni meneliti tentang peningkatan hasil belajar siswa.

(12)

BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Landasan Teori 1. Hasil Belajar

a. Pengertian Hasil Belajar

Hasil belajar sering kali digunakan sebagai ukuran untuk mengetahui seberapa jauh seseorang menguasai bahan yang sudah diajarkan. Untuk mengaktualisasikan hasil belajar tersebut diperlukan serangkaian pengukuran menggunakan alat evaluasi yang baik dan memenuhi syarat. Pengukuran demikian dimungkinkan karena pengukuran merupakan kegiatan ilmiah yang dapat diterapkan pada bebagai bidang termasuk pendidikan.

Hasil Belajar dapat dijelaskan dengan memahami dua kata yang membentuknya, yaitu product) menunjuk pada suatu perolehan akibat dilakukannya suatu aktivitas atauproses yang mengakibatkan berubahnya input secara fungsional. Hasil produksi adalah perolehan yang didapat karena adanya kegiatan mengubah bahan (raw material) menjadi barang jadi (finished goods). Hal yang sama berlaku untuk memberikan batasan bagi istilah hasil panen, hasil penjualan, hasil pembangunan, termasuk hasil belajar. Dalam siklus input-proses-hasil, hasil dapat dengan jelas dibedakan dengan input akibat perubahan oleh proses. Begitu pula dalam kegiatan belajar-mengajar, setelah mengalami belajar, siswa berubah prilakunya dibanding sebelumnya.

Masalah belajar adalah masalah bagi setiap manusia, dengan belajar manusia memperoleh keterampilan, kemampuan sehingga terbentuklah sikap dan bertambahlah ilmu pengetahuan. Jadi hasil belajar itu adalah suatu hasil nyata yang dicapai oleh siswa dalam usaha menguasai kecakapan jasmani dan rohani di sekolah yang diwujudkan dalam bentuk raport pada setiap semester.

Untuk mengetahui perkembangan sampai di mana hasil yang telah dicapai oleh seseorang dalam belajar, maka harus dilakukan evaluasi. Untuk menentukan kemajuan yang dicapai maka harus ada kriteria (patokan) yang mengacu pada tujuan yang telah ditentukan sehingga dapat diketahui seberapa besar pengaruh strategi belajar mengajar terhadap keberhasilan belajar siswa. Hasil belajar siswa menurut W. Winkel (dalam buku

(13)

Psikologi Pengajaran 1989:82) adalah keberhasilan yang dicapai oleh siswa, yakni prestasi belajar siswa di sekolah yang mewujudkan dalam bentuk angka.

Menurut Winarno Surakhmad (dalam buku, Interaksi Belajar Mengajar, (Bandung:

Jemmars, 1980:25) hasil belajar siswa bagi kebanyakan orang berarti ulangan, ujian atau tes. Maksud ulangan tersebut ialah untuk memperoleh suatu indek dalam menentukan keberhasilan siswa.

Menurut Purwanto (2011:46) hasil belajar adalah perubahan perilaku yang terjadi setelah mengikuti pembelajaran sesuai dengan tujuan pendidikan dalam domain kognitif, afektif dan psikomotorik. Dalam domain kognitif diklasifikasikan menjadi kemampuan hapalan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, dan evaluasi. Dalam domain afektif hasil belajar meliputi level penerimaan, partisipasi, penilaian, organisasi, dan karakterisasi.

Sedang domain psikomotorik terdiri dari level persepsi, kesiapan, gerakan terbimbing, gerakan terbiasa, gerakan kompleks dan kreativititas.

Menurut Arsyad (2005:1) pengertian hasil belajar adalah adanya perubahan tingkah laku pada diri seseorang yang mungkin disebabkan oleh terjadinya perubahan pada tingkat pengetahuan, keterampilan, atau sikapnya. Perubahan diarahkan pada diri siswa secara terencana, baik dalam aspek pengetahuan, keterampilan, maupun sikap.

Menurut Aqib (2010:51) hasil belajar berupa perubahan perilaku, baik yang menyangkut kognitif, psikomotorik, maupun afektif. Karena menurut Driscoll dalam Smaldino (2011:11) belajar didefinisikan sebagai perubahan terus menerus dalam kemampuan yang berasal dari pengalaman pembelajar dan interaksi pembelajar dengan dunia.

Menurut Dimyati (2006:20) pengertian hasil belajar merupakan suatu puncak proses belajar. Hasil belajar tersebut terjadi terutama berkat evaluasi guru. Hasil belajar dapat berupa dampak pengajaran dan dampak pengiring. Dampak pengajaran adalah hasil belajar siswa yang dapat diukur dengan segera atau secara langsung. Dampak pengiring adalah hasil belajar siswa yang tampak secara tidak langsung atau merupakan transfer hasil belajar. Kedua dampak tersebut bermanfaat bagi guru dan siswa.

Menurut Sudjana (2009:22) hasil belajar adalah kemampuan- kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Hasil belajar terbagi menjadi tiga ranah yaitu ranah kognitif, ranah afektif dan ranah psikomotorik. Ketiga ranah tersebut menjadi obyek penilaian hasil belajar. Di antara ketiga ranah itu, ranah kognitiflah yang paling

(14)

banyak dinilai oleh para guru di sekolah karena berkaitan dengan kemampuan para siswa dalam menguasai isi bahan pengajaran.

Dari uraian di atas disimpulkan bahwa hasil belajar adalah perubahan tingkah laku siswa yang terjadi setelah mengikuti pembelajaran. Perubahan tersebut meliputi aspek kognitif (kemampuan hapalan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, dan evaluasi), afektif (penerimaan, partisipasi, penilaian, organisasi, dan karakterisasi) dan psikomotorik (persepsi kesiapan, gerakan terbimbing, gerakan terbiasa, gerakan kompleks dan kreativititas). Hasilnya dituangkan dalam bentuk angka atau nilai.

Dari definisi di atas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa hasil belajar adalah prestasi belajar yang dicapai siswa dalam proses kegiatan belajar mengajar dengan membawa suatu perubahan dan pembentukan tingkah laku seseorang. Untuk menyatakan bahwa suatu proses belajar dapat dikatakan berhasil, setiap guru memiliki pandangan masing- masing sejalan dengan filsafatnya. Namun untuk menyamakan persepsi sebaiknya kita berpedoman pada kurikulum yang berlaku saat ini yang telah disempurnakan, antara lain bahwa suatu proses belajar mengajar tentang suatu bahan pembelajaran dinyatakan berhasil apabila tujuan pembelajaran khususnya dapat dicapai. Untuk mengetahui tercapai tidaknya tujuan pembelajaran khusus, guru perlu mengadakan tes formatif pada setiap menyajikan suatu bahasan kepada siswa. Penilaian formatif ini untuk mengetahui sejauh mana siswa telah menguasai tujuan pembelajaran khusus yang ingin dicapai. Fungsi penelitian ini adalah untuk memberikan umpan balik pada guru dalam rangka memperbaiki proses belajar mengajar dan melaksanakan program remedial bagi siswa yang belum berhasil. Karena itulah, suatu proses belajar mengajar dinyatakan berhasil apabila hasilnya memenuhi tujuan pembelajaran khusus dari bahan tersebut.

b. Indikator Hasil Belajar Siswa

Yang menjadi indikator utama hasil belajar siswa adalah sebagai berikut:

1) Ketercapaian Daya Serap terhadap bahan pembelajaran yang diajarkan, baik secara individual maupun kelompok. Pengukuran ketercapaian daya serap ini biasanya dilakukan dengan penetapan Kriteria Ketuntasan Belajar Minimal (KKM)

2) Perilaku yang digariskan dalam tujuan pembelajaran telah dicapai oleh siswa, baik secara individual maupun kelompok. Namun demikian, menurut Syaiful Bahri

(15)

Djamarah dan Aswan Zain (dalam buku Strategi Belajar Mengajar 2002:120) indikator yang banyak dipakai sebagai tolak ukur keberhasilan adalah daya serap.

3) Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Hasil belajar dapat dipengaruhi oleh berbagai hal. Secara umum Hasil belajar dipengaruhi 3 hal atau faktor Faktor-faktor tersebut akan saya uraikan dibawah ini, yaitu:

a) Faktor Internal (faktor dalam diri)

Faktor internal yang mempengaruhi Hasil belajar yang pertama adalah Aspek fisiologis. Untuk memperoleh hasil Hasil belajar yang baik, kebugaran tubuh dan kondisi panca indera perlu dijaga dengan cara: makanan/minuman bergizi, istirahat, olah raga. Tentunya banyak kasus anak yang prestasinya turun karena mereka tidak sehat secara fisik.

Faktor internal yang lain adalah aspek psikologis. Aspek psikologis ini meliputi:

inteligensi, sikap, bakat, minat, motivasi dan kepribadian. Factor psikologis ini juga merupakan factor kuat dari Hasil belajar, intelegensi memang bisa dikembangkang, tapi sikap, minat, motivasi dan kepribadian sangat dipengaruhi oleh factor psikologi diri kita sendiri. Oleh karena itu, berjuanglah untuk terus mendapat suplai motivasi dari lingkungan sekitar, kuatkan tekad dan mantapkan sikap demi masa depan yang lebih cerah. Berprestasilah.

b) Faktor Ekternal (faktor diluar diri)

Selain faktor internal, Hasil belajar juga dipengaruhi oleh faktor eksternal. Faktor eksternal meliputi beberapa hal, yaitu:

I. Lingkungan sosial, meliputi: teman, guru, keluarga dan masyarakat.

Lingkungan sosial, adalah lingkungan dimana seseorang bersosialisasi, bertemu dan berinteraksi dengan manusia disekitarnya. Hal pertama yang menjadi penting dari lingkungan sosial adalah pertemanan, dimana teman adalah sumber motivasi sekaligus bisa menjadi sumber menurunnya prestasi. Posisi teman sangat penting, mereka ada begitu dekat dengan kita, dan tingkah laku yang mereka lakukan akan berpengaruh terhadap diri kita.

Kalau kalian sudah terlanjur memiliki lingkungan pertemanan yang lemah akan motivasi belajar, sebisa mungkin arahkan teman-teman kalian untuk

(16)

belajar. Setidaknya dengan cara itu kaluan bisa memposisikan diri sebagai seorang pelajar

II. Guru adalah seorang yang sangat berhubungan dengan Hasil belajar.

Kualitas guru di kelas, bisa mempengaruhi bagaimana kita balajar dan bagaimana minat kita terbangun di dalam kelas. Memang pada kenyataanya banyak siswa yang merasa guru mereka tidak memberi motivasi belajar, atau mungkin suasana pembelajaran yang monoton. Hal ini berpengaruh terhadap proses pembelajaran.

III. Keluarga juga menjadi faktor yang mempengaruhi Hasil belajar seseorang.

Biasanya seseorang yang memiliki keadaan keluarga yang berantakan (broken home) memiliki motivasi terhadap prestasi yang rendah, kehidupannya terlalu difokuskan pada pemecahan konflik kekeluargaan yang tak berkesudahan. Maka dari itu, bagi orang tua, jadikanlah rumah keluarga kalian surga, karena jika tidak, anak kalian yang baru lahir beberapa tahun lamanya, belum memiliki konsep pemecahan konflik batin yang kuat, mereka bisa stress melihat tingkah kalian wahai para orang tua yang suka bertengkar, dan stress itu dibawa ke dalam kelas.

IV. Yang terakhir adalah masyarakat, sebagai contoh seorang yang hidup dimasyarakat akademik mereka akan mempertahankan gengsinya dalam hal akademik di hadapan masyarakatnya. Jadi lingkungan masyarakat mempengaruhi pola pikir seorang untuk berprestasi. Masyarakat juga, dengan segala aktifitas kemasyarakatannya mepengaruhi tidakan seseorang, begitupun juga berpengaruh terhadap siswa dan mahasiswa.

V. Lingkungan non-sosial, meliputi : kondisi rumah, sekolah, peralatan, alam (cuaca). Non-sosial seperti hal nya kondiri rumah (secara fisik), apakah rapi, bersih, aman, terkendali dari gangguan yang menurunkan Hasil belajar.

Sekolah juga mempengaruhi Hasil belajar, dari pengalaman saya, ketika anak pintar masuk sekolah biasa-biasa saja, prestasi mereka bisa mengungguli teman-teman yang lainnya. Tapi, bila disandingkan dengan prestasi temannya yang memiliki kualitas yang sama saat lulus, dan dia masuk sekolah favorit dan berkualitas, prestasinya biasa saja. Artinya lingkungan sekolah berpengaruh. cuala alam, berpengaruh terhadap hasil belajar.

(17)

4) Penilaian Hasil Belajar

Menurut Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain (hal 120- 121) mengungkapkan, bahwa untuk mengukur dan mengevaluasi hasil belajar siswa tersebut dapat dilakukan melalui tes prestasi belajar. Berdasarkan tujuan dan ruang lingkunya, tes prestasi belajar dapat digolongkan ke dalam jenis penilaian, sebagai berikut:

a) Tes Formatif, penilaian ini dapat mengukur satu atau beberapa pokok bahasan tertentu dan tujuan untuk memperoleh gambaran tentang daya serap siswa terhadap pokok bahasan tersebut. Hasil tes ini dimanfaatkan untuk memperbaiki proses belajar mengajar dalam waktu tertentu.

b) Tes Subsumatif, tes ini meliputi sejumlah bahan pengajaran tertentu yang telah diajarkan dalam waktu tertentu. Tujuannya adalah untuk memperoleh gambaran daya serap siswa untuk meningkatkan tingkat prestasi belajar atau hasil belajar siswa. Hasil tes subsumatif ini dimanfaatkan untuk memperbaiki proses belajar mengajar dan diperhitungkan dalam menentukan nilai rapor.

c) Tes Sumatif, tes ini diadakan untuk mengukur daya serap siswa terhadap bahan pokok-pokok bahasan yang telah diajarkan selama satu semester, satu atau dua bahan pelajaran. Tujuannya adalah untuk menetapkan tarap atau tingkat keberhasilan belajar siswa dalam satu periode belajar tertentu. Hasil dari tes sumatif ini dimanfaatkan untuk kenaikan kelas, menyusun peringkat (rangking) atau sebagai ukuran mutu sekolah.

c. Cara Meningkatkan Hasil Belajar

Cara meningkatkan prestasi belajar anak memang tidak mudah. Hal ini mengingat mood dari seorang anak akan cepat sekali berubah. Itu sebabnya diperlukan kreatifitas dari orang tua atau guru. Berikut ini ulasan mengenai cara meningkatkan prestasi belajar anak yang dapat diterapkan sehari-hari antara lain:

1) Menjadikan Anak Aktif 2) Cara Belajar yang Beragam

3) Memberikan Hadiah atas Prestasi Anak 4) Mendukung Anak Dalam Belajar

(18)

5) Menerapkan Metode Bermain dan Belajar 6) Memberikan Solusi pada Anak

7) Adanya Intermezo dalam Belajar

8) Cara mengajar dengan selingan olahraga 9) Membantu Mengembangkan Bakat Anak 10) Jujur Pada Anak

11) Tidak Mematahkan Semangat Anak 12) Peduli Terhadap Anak

13) Menciptakan Suasana Belajar yang Menyenangkan 14) Memberikan Nasehat untuk Anak

15) Memberikan Pujian atas Prestasi Anak 1. Macam Macam Model Pembelajaran

Menurut Hamdayama (2016, hlm. 132-182) macam-macam model pembelajaran adalah sebagai berikut:

a. Model Pembelajaran Inquiry

Model inquiry (inkuiri) menggunakan rangkaian kegiatan pembelajaran yang menekankan proses berpikir secara kritis serta analitis kepada siswa agar mencari dan menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan secara mandiri melalui penyelidikan ilmiah.

b. Model Pembelajaran Kontekstual

Merupakan model dengan konsep belajar yang membuat guru untuk mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata. Prinsip pembelajaran kontekstual adalah aktivitas siswa, siswa melakukan dan mengalami, tidak hanya monoton dan mencatat.

c. Model Pembelajaran Berbasis Masalah

Nama lainnya dalam bahasa inggris adalah Problem Based Learningyang dapat diartikan sebagai rangkaian aktivitas pembelajaran yang menekankan para proses penyelesaian masalah yang dihadapi secara ilmiah. Pemecahan masalah menjadi langkah utama dalam model ini.

d. Model Pembelajaran Kooperatif

(19)

Pembelajaran kooperatif adalah kerangka konseptual rangkaian kegiatan belajar yang dilakukan oleh siswa dalam kelompok-kelompok tertentu untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan. Kelompok-kelompok tersebut bekerja sama untuk mencapai tujuan pembelajaran.

e. Model Pembelajaran Project Based Learning

Model pembelajaran project based learning atau pembelajaran berbasis proyek adalah model pembelajaran yang menggunakan proyek atau kegiatan nyata sebagai inti pembelajaran. Dalam pembelajaran project based learning siswa akan melakukan eksplorasi, penilaian, interpretasi, sintetis, dan pengolahan informasi lainnya untuk menghasilkan berbagai bentuk belajar yang beragam.

Penulis dalam penlitian ini menggunakan model Problem Based Learning berbantuan media video, jadi pembahasannya adalah sebagai berikut:

2. Model Problem Based Learning

a. Pengertian Model Problem Based Learning

Problem Based Learning (PBL) atau pembelajaran berbasis masalah adalah model pembelajaran yang mengutamakan penyelesaian masalah umum yang lazim terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Seperti yang dikemukakan oleh Shoimin (2017, hlm. 129) bahwa Problem Based Learning artinya menciptakan suasana belajar yang mengarah terhadap permasalahan sehari-hari (Shoimin, 2017, hlm. 129).

Melengkapi pernyataan tersebut, Panen (dalam Rusmono 2014, hlm. 74) menyatakan bahwa dalam model pembelajaran dengan pendekatan Problem Based Learning, siswa diharapkan untuk terlibat dalam proses penelitian yang mengharuskannya untuk mengidentifikasi permasalahan, mengumpulkan data, dan menggunakan data tersebut untuk melakukan pemecahan masalah.

Masalah adalah hal paling nyata yang akan menjadi hambatan utama dalam kehidupan

kenyataan. Menghadapi masalah akan mengajarkan bagaimana cara terbaik dalam menjalani hidup. Mengapa? Karena siswa langsung mempelajari bagaimana caranya menghadapi berbagai kesenjangan harapan yang akan selalu mereka temui dalam hidup. Saat hal tersebut terjadi, karakter (sikap) dan daya nalar (kognisi) mereka akan teruji dan terlatih dalam sekali

(20)

tepuk. Untuk memastikan kesahihan pengertian model PBL, berikut adalah beberapa pendapat para ahli mengenai definisi Problem Based Learning.

1) Delisle

Delisle dalam Abidin (2014, hlm. 159) menyatakan bahwa Problem Based Learning merupakan model pembelajaran yang dikembangkan untuk membantu guru mengembangkan kemampuan berpikir dan keterampilan memecahkan masalah pada siswa selama mereka mempelajari materi pembelajaran.

2) Tim Kemdikbud

Tim Kemdikbud (2013b) dalam Abidin (2014, hlm. 159) memandang model PBL sebagai

bekerja secara berkelompok untuk mencari solusi dari permasalahan dunia nyata.

3) Duch

Problem Based Learning atau pembelajaran berbasis masalah adalah model pengajaran yang bercirikan adanya permasalahan nyata sebagai konteks dalam pembelajaran agar siswa dapat belajar berpikir kritis dan meningkatkan keterampilan memecahkan masalah sekaligus memperoleh pengetahuan. (Duch, 1995 dalam Shoimin, 2017, hlm.

130).

4) Finkle dan Torp

Finkle dan Torp (dalam Shoimin, 2017, hlm. 130) mengungkapkan bahwa Problem Based Learning merupakan pengembangan kurikulum dan sistem pengajaran yang mengembangkan secara stimultan strategi pemecahan masalah, dasar-dasar pengetahuan dan keterampilan dengan menempatkan para siswa dalam peran aktif sebagai pemecah permasalahan sehari-hari yang tidak terstruktur dengan baik.

5) Torp dan Sage

Problem Based Learning merupakan model pembelajaran yang difokuskan untuk menjembatani siswa agar memperoleh pengalaman belajar dalam mengorganisasikan, meneliti, dan memecahkan masalah-masalah kehidupan yang kompleks (Torp dan Sage dalam Abidin, 2014, hlm. 160).

b. Sintaks Problem Based Learning

Sintaks model pembelajaran Problem Based Learning menurut Warsono & Hariyanto (2013, hlm. 151) adalah sebagai berikut.

(21)

1) Memberikan orientasi masalah kepada siswa dengan menjelaskan tujuan pembelajaran serta bahan dan alat yang diperlukan untuk menyelesaikan masalah.

2) Membantu mendefinisikan masalah dan mengorganisasikan siswa dalam belajar menyelesaikan masalah.

3) Guru mendorong siswa untuk mencari informasi yang sesuai dan mecari penjelasan pemecahan masalahnya.

4) Mendukung siswa untuk mengembangkan dan menyajikan hasil karya.

5) Guru membantu siswa melakukan refleksi terhadap hasil penyelidikannya dan proses pembelajaran yang telah dilakukan.

Sementara itu, langkah pembelajaran Problem Based Learning menurut Shoimin (2017, hlm. 131) adalah:

1) menjelaskan tujuan pembelajaran meliputi menjelaskan logistik yang dibutuhkan dan memotivasi siswa dalam aktivitas pemecahan masalah yang dipilih,

2) membantu siswa mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan permasalahan tersebut,

3) mendorong siswa dalam mengumpulkan informasi yang sesuai, eksperimen untuk penjelasan masalah, pengumpulan data, hipotesis, dan pemecahan masalah,

4) membantu siswa dalam merencanakan serta menyiapkan laporan hasil karya yang sesuai seperti laporan,

5) guru membantu siswa untuk melakukan evaluasi terhadap penyelidikan mereka.

c. Kelebihan dan Kekurangan Model Problem Based Learning

Segala hal di dunia ini tentunya akan hadir dengan kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Tak luput dari ketidaksempurnaan tersebut, Problem Based Learning juga memiliki kelebihan dan kekurangannya sendiri yang akan dipaparkan dalam penjelasan di bawah ini.

1) Kelebihan PBL

Kelebihan atau manfaat model pembelajaran PBL menurut Kurniasih & Sani (2016, hlm. 48) adalah dapat meningkatkan motivasi siswa dalam belajar untuk mentransfer pengetahuan yang baru serta mengembangkan kemampuan berpikir kritis dan

(22)

ketrampilan kreatif. Selain itu, Shoimin (2017, hlm. 132) mengungkapkan beberapa kelebihan model pembelajaran berbasis masalah yang meliputi:

a) mendorong siswa untuk memiliki kemampuan memecahkan masalah pada dunia nyata,

b) membangun pengetahuan siswa melalui aktivitas belajar, c) mempelajari materi yang sesuai dengan permasalahan, d) terjadi aktivitas ilmiah melalui kerja kelompok pada siswa,

e) kemampuan komunikasi akan terbentuk melalui kegiatan diskusi dan presentasi hasil pekerjaan,

f) melalui kerja kelompok siswa yang mengalami kesulitan secara individual dapat diatasi.

2) Kekurangan PBL

Sementara itu, kelemahan penerapan model pembelajaran Problem Based Learning menurut Shoimin (2017, hlm. 132) antara lain:

a) tidak semua materi pembelajaran dapat menerapkan PBL, guru harus tetap berperan aktif dalam menyajikan materi (dan akan kesulitan dalam kelas gemuk);

b) keragaman siswa yang tinggi dalam suatu kelas akan menyulitkan dalam pembagian tugas berdasarkan masalah nyata.

Selain itu, menurut Abidin (2014, hlm. 163) kekurangan dalam model pembelajaran berbasis masalah adalah sebagai berikut.

a) Siswa yang terbiasa mendapatkan informasi yang diperoleh dari guru sebagai narasumber utama akan merasa kurang nyaman dengan cara belajar sendiri dalam pemecahan masalah.

b) Jika siswa tidak mempunyai rasa kepercayaan bahwa masalah yang dipelajari sulit untuk dipecahkan maka mereka akan merasa enggan untuk mencoba memecahkan masalahnya.

c) Tanpa adanya pemahaman siswa terhadap mengapa mereka harus berusaha untuk memecahkan masalah yang sedang dipelajari maka mereka tidak akan belajar apa yang ingin mereka pelajari.

(23)

d. Manfaat Problem Based Learning

Selain berbagai kelebihan di atas, Warsono & Hariyanto (2013, hlm. 152) mengemukakan pendapat bahwa kekuatan atau manfaat utama penerapan model pembelajaran PBL adalah sebagai berikut.

1) Siswa akan tertantang untuk menyelesaikan masalah yang akan membuat siswa menjadi terbiasa menghadapi masalah

2) Solidaritas sosial akan terpupuk dengan adanya diskusi dengan teman satu kelompok,

3) Guru dengan siswa akan semakin akrab

4) Siswa akan terbiasa menerapkan metode eksperimen karena ada kemungkinan suatu masalah yang harus diselesaikan siswa melalui eksperimen

e. Tujuan Problem Based Learning

Hosnan (2014, hlm. 298) menjelaskan bahwa tujuan utama dari model PBL bukan sekedar menyampaikan pengetahuan kepada siswa namun juga mengembangkan kemampuan berpikir kritis dan kemampuan pemecahan masalah serta kemampuan siswa itu sendiri yang secara aktif dapat memperoleh pengetahuannya sendiri.

Pendapat serupa juga disampaikan oleh Al-Tabany (2017, hlm. 71) yang menyatakan bahwa model Problem Based Learningberusaha untuk membantu siswa menjadi pembelajar yang mandiri dan otonom.

Melalui bimbingan guru yang secara berulang-ulang mendorong dan mengarahkan mereka untuk mengajukan pertanyaan dan mencari penyelesaian terhadap masalah nyata oleh mereka sendiri, siswa secara tidak langsung akan belajar untuk menyelesaikan tugas- tugas itu secara mandiri dalam hidupnya kelak.

Dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa tujuan dari PBL adalah agar siswa dapat mengembangkan kemampuan berpikir kritis, memecahkan masalah, mandiri dalam belajar, dan memiliki keterampilan sosial yang tinggi dalam kehidupan.

3. Video Animasi

a. Pengertian video animasi

Pengertian Media Video Animasi Dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar antara guru dengan siswa, maka diperlukannya suatu pendukung untuk terlaksananya proses

(24)

pembelajaran sesuai dengan tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Salah satu pendukungnya yaitu media pembelajaran. Media pembelajaran penting untuk digunakan, karena media pembelajaran dapat membantu proses belajar mengajar menjadi lebih aktif, kreatif, menarik, dan memberi suasans belajar yang baru.

Banyak sekali media pembelajaran yang bisa dipakai untuk mendukung proses belajar, tetapi disini peneliti akan membahas tentang media pembelajaran berbasis video animasi.

Media video animasi merupakan media pembelajaran yang menggunakan unsur gambar yang bergerak diiringi dengan suara yang melengkapi seperti sebuah video atau film.

Pengertian media video animasi menurut (Laily Rahmayanti 2016:431) mengemukakan

animasi yang dapat bergerak dengan diikuti audio sesuai dengan karakter animasi.

Adapun pengertian media video animasi menurut (Husni 2021:17) mengemukakan

berbeda dalam durasi waktu yang telah 55 ditentukan, sehingga menciptakan kesan bergerak dan juga terdapat suara yang mendukung pergerakan gambar itu, misalnya suara pecakapan atau dialog dan suara-

sehingga dapat berubah posisi. Selain pergerakan objek dapat mengalami perubahan bentuk dan warna.

Sedangkan Pendapat lainnya yang menjelaskan pengertian media video animasi yaitu

bentuk dari pengembangan yang terdiri dari beberapa gambar yang menceritakan suatu kejadian/peristiwa dari potongan- potongan gambar yang dijadikan menjadi satu dan dijadikan gambar bergerak yang diambil dari kehidupan sehari-

bambang (Dina Fitriana 2014:9)

alat yang dapat dijadikan pembantu proses belajar mengajar, dapat merangsang pikiran, perasaan, motivasi peserta didik melalui ilustrasi gambar yang bergerak disertai suara narasi dan berfungsi untuk memperjelas makna pesan yang disampaikan, sehingga dapat

Pendapat diatas sejalan dengan pendapat lainnya yang menjelaskan pengertian video animasi dengan berbantuan aplikasi atau metode lain. Menurut (Nuswantoro and Vicky Dwi

(25)

merupakan video animasi kartun yang dapat diisi oleh materi-materi pelajaran dan dapat dijadikan media pembelajaran untuk sekolah dasar karena sifatnya yang menarik dan

berupa gambar yang berkesan hidup (bergerak) dilengkapi audio yang dibuat menggunakan aplikasi pemograman sederhana di komputer sehingga dapat menyimpan pesan

pembelajaran berbasis powtoon merupakan video animasi kartun yang diisi oleh materi- materi pelajaran dan dapat dijadikan media pembelajaran untuk sekolah dasar karena sifatnya yang menarik dan terkesan lucu dan

Persamaan pengertian media video animasi dari analisis beberapa teori diatas, maka penulis menemukaan bahwa ada beberapa pengertian teori yang sama. Pengertian teori tentang media video animasi yang sama yaitu dijelaskan oleh (Laily Rahmayanti 2016), (Widyawardani et al. 2021), (Wulandari 2019), (Husni 2021), (Johari et al. 2014), (Widiyasanti 2018), (Prasetyo and Baehaqie 2016),(Kurniawan 2015), (Dina Fitriana 2014), dan (Nursalam and Fallis 2013). Dari ke sepuluh teori diatas menjelaskan mengenai video animasi yaitu bahwa media video animasi adalah media pembelajaran yang berupa media audio visual dengan dlengkapi gambar atau frame yang bergerak secara bergantian dan dilengkapi dengan audio sebagai pelengkapnya.

Media video animasi ini menjadi alat pendukung atau perangkat pembelajaran bagi guru dalam membantu proses pembelajaran agar tercapai tujuan pembelajaran yang diharapkan.

Selain itu, penulis juga menemukan perbedaan penjelasan video animasi dari tiga belas teori diatas. Perbedaan dijelaskan oleh (Nuswantoro and Vicky Dwi Wicaksono 2019), (Lenggogeni and Siti Roqoyyah 2021), dan (Jerry et al. 2018). Perbedaan pengertian media video animasi menurut ketiga teori diatas, dapat dilihat pada aplikasi atau hal lain yang membantu mewujudkan terciptanya suatu video. Seperti media video animasi dengan berbantuan powtoon, scratch, adobe flash dan lain sebagainya pengertiannya pun akan diawali atau diakhiri dengan media yang dipakainya. Misalnya video animasi dengan berbantuan powton maka pengertiannya akan menjadi pengertian media video animasi berbasis powton. Karena, untuk membuat video diperlukan beberapa apliksi pendukung agar hasil dari video yang dibuat bagus dan menarik perhatian yang menontonnya.

(26)

Dari beberapa teori diatas yang menjelaskan tentang pengertian media video animasi, dapat ditarik kesimpulan bahwa media video animasi adalah media pembelajaran berupa video yang dilengkapi dengan audio dan gambar yang bergerak hal ini didukung oleh jurnal dari Zanaefis (2012). Media video nanimasi ini sangat beraneka ragam Media video animasi ini dapat dibuat dengan menggunakan aplikasi pendukung lainnya. Walaupun terdapat beberapa pengertian media video animasi yang sama dan berbeda, namun hal tersebut dapat membantu peneliti menambah wawasan yang luas tentang media pengertian video animasi. Media video animasi dapat dijadikan salah satu media pembelajaran yang 57 membantu siswa untuk menambah semangat dalam belajar, mempermudah memahami materi ajar dan memotivasi siswa untuk belajar

b. Karakteristik video animasi

ini dapat ditayangkan dengan bantuan layar LCD proyektor di depan kelas dan dapat terlihat seisi kelas 2) Pergerakan satu frame dengan frame lainnya. Selain itu, Daryanto (dalam Dina itu sebagai berikut :

visual 2) Bersifat interaktif, dalam pengertian memiliki kemampuan untuk mengkomodasi respon pengguna 3) Bersifat mandiri dalam pengertian memberi kemudahan dan kelengkapan isi sedemikian rupa sehingga pengguna dapat menggunakan tanpa bimbingan orang lain.

Sebagaimana menurut Sharon (dalam Hendra Eka 2017:28) menjelaskan bahwa bar harus menunjukkan situasi yang sebenarnya seperti yang dilihat orang. 2) Sederhana yaitu

hendaklah bagus dari segi seni dan sesuai dengan tujuan pembelajaran. 4) Memiliki pesan yang disampaikannya cepat dan mudah diingat. Adapun pendapat lain mengemukakan karakteristik (Nursalam and Fallis 2013:27) menjelaskan bahwa : 1) Dapat menyampaikan pesan dan ide tertentu. 2) Menarik perhatian, sederhana namun memberi kesan yang kuat

(27)

sesuai dengan tujuan pembelajaran. 5) Sangat baik menjelaskan suatu proses dan keterampilan; mampu menunjukkan rangsangan yang sesuai dengan tujuan dan respon

Senada dengan yang dikemukakan diatas menurut oleh Munadi : 2010 menjelaskan n bahwa : 1) Mengatasi jarak dan waktu. 59 2) Mampu menggambarkan peristiwa-peristiwa

dari negara satu ke negara lainnya, dan dari masa yang satu ke masa yang lain. 4) Dapat diulang-ulang bila perlu untuk menambah kejelasan. 5) Pesan yang disampaikannya cepat

imajinasi. 8) Memperjelas hal-hal yang abstrak dan memberikan penjelasan yang lebih

yang akan dibedah di dalam kelas. 10) Mampu berperan sebagai storyteller yang dapat

Sedangkan pendapat lainnya tentang karakteristiik menurut (Riyana 2007:7),

dapat dilihat secara kas

dihasilkan dengan pengambilan gambar oleh kamera dapat diperbanyak (cloning). 3)

manipulasi tertentu sesuai dengan tuntutan pesan yang ingin disampaikan sebagai contoh obyek-obyek yang terjadi pada masa lampau dapat dimanipulasi digabungkan dengan masa

yang luar biasa tele

informasi yang paling baru, hangat dan aktual atau kekinian.

diatas, dapat disimpulkan bahwa pendapat diatas memiliki persamaan dan perbedaan.

and Badrun Kartowagiran 2016), (Andriani 2019), Isminiati 2019 dan (Usman and Husnan

(28)

harus sesuai dengan silabus, kompetensi dasar, dan kompetensi inti. Selain itu pada apun persamaan lainnya yang dikemukakan oleh (Widyawardani, Riski dan Maureen 2021), (Jerry et al. 2018) menjelaskan

belajar. Sharon dan Nursalam memiliki persamaan bahw

4. Materi Jenazah

a. Pengertian Pengurusan jenazah

Pengurusan Jenazah adalah pengurusan jenazah seorang muslim/ muslimah.

Sebagian muslim harus melibatkan diri untuk mengurusnya, tidak boleh semuanya abai, cuek atau masa bodoh, meskipun hukumnya fardhu kifayah, kecuali bila hanya terdapat satu orang saja, maka hukumnya .

Maksud dari fardhu kifayah adalah jika sebagian kaum muslimin sudah melaksanakan, maka kaum muslim yang lainnya tidak terkena kewajiban/ dosa. Sebaliknya, jika tidak ada satu pun, maka berdosa semuanya, tentu yang terkena dosa adalah kaum muslim yang berada tidak jauh dari tempat tinggal jenazah.

Mengurus jenazah meliputi 4 (empat) kegiatan: (1) memandikan, (2) mengkafani, (3) menyalatkan, dan (4) menguburkan.

b. Tata cara memandikan jenazah

Adapun dalam pelaksanaan memandikan jenazah terdapat syarat dan ketentuan yang harus diperhatikan dalam Islam. Adapun syarat-syarat wajib dalam memandikan jenazah yaitu :

1) Syarat jenazah yang dimandikan adalah : a) Beragama Islam

b) Didapati tubuhnya (walaupun hanya sebagian). Hal ini terjadi pada jenazah yang biasanya mengalami kecelakaan. Jika ada lukanya, bersihkan terlebih dahulu (jika memnungkinkan) .

c) Bukan karena mati syahid (mati dalam peperangan membela agama Islam) 2) Syarat orang yang memandikan jenazah

(29)

a) Muslim, berakal, dan baligh b) Berniat memandikan jenazah c) Kepribadiannya jujur dan shaleh

d) Terpercaya, amanah, dan mengetahui hukum memandikan mayat, serta dapat menjaga aib jenazah.

e) jenis kelamin sama, jenazah laki-laki dimandikan oleh lakilaki, jenazah perempuan dimandikan oleh perempuan, kecuali suami istri atau mahramnya.

3) Hal-hal yang harus dipersiapkan dalam memandikan jenazah:

- Tempat mandi, air bersih, sidr/daun bidara/sabun mandi, sarung tangan, sedikit kapas, dan air kapur barus.

4) Tata cara memandikan jenazah :

a) Jenazah dibaringkan di balai atau tempat lain yang memiliki standar, hindari terkena hujan, sinar matahari dan tertutup (tidak terlihat kecuali oleh orang yang memandikan dan mahramnya).

b) Diperintahkan menutupi mayit dengan pakaian yang melindungi seluruh tubuhnya agar auratnya tidak terlihat.

c) Pihak yang memandikan memakai sarung tangan, air yang digunakan untuk memandikan mayit adalah air suci, dan disunnahkan mencampurnya dengan sidr (bidara), atau larutan kapur barus.

d) Menyiram air ke seluruh badan secara merata dari kepala sampai ke kaki (disunatkan tiga kali atau lebih), dengan mendahulukan anggota badan sebelah kanan lalu bagian sebelah kiri.

e) Bersihkan giginya, lubang hidung, lubang telinga, celah ketiaknya, celah jari tangan dan kaki serta rambutnya.

f) Membersihkan kotoran dan najis yang melekat pada anggota badan jenazah, khususnya di bagian perut dengan cara menekan bagian bawah perut dan bersamaan dengan itu angkatlah sedikit bagian kepala dan badan, sehingga kotoran yang ada di dalamnya dapat keluar.

g) Mewudhukan jenazah, sebagaimana wudhu akan shalat setelah semuanya bersih.

h) Terakhir disirami dengan larutan kapur barus dan harum-haruman

(30)

Artinya:

mengguyurkan air yang dicampur dengan daun bidara tiga kali, lima kali, atau lebih dari itu, jika kalian anggap perlu, dan jadikanlah yang terakhirnya dengan kapur barus (wewangian) atau yang sejenis,

Ketika kami telah selesai, kami memberi tahu Beliau. Kemudian Beliau memberikan kain Beliau kepada kami seraya berkata: Pakaikanlah ini kepadanya. Maksudnya pakaian Beliau (H.R. Bukhari).

c. Tata Cara Mengkafani Jenazah

Mengafani jenazah adalah menutupi atau membungkus jenazah dengan sesuatu yang dapat menutupi tubuhnya, walau hanya sehelai kain dari ujung rambut sampai ujung kaki, meskipun para fuqaha (ahli _ qh), memilahnya antara batas minimal dan batas sempurna. Kain kafan yang dipergunakan hendaknya berwarna putih dan diberi wewangian, bila mengkafani lebih dari ketentuan batas, maka hukumnya makruh, sebab dianggap berlebihan.

Batas minimal mengafani jenazah, baik laki-laki maupun perempuan, adalah selembar kain yang dapat menutupi seluruh tubuh jenazah, sedangkan batas sempurna bagi jenazah laki-laki adalah 3 lapis kain kafan. Sementara, untuk jenazah perempuan adalah 5 lapis: terdiri 2 lapis kain kafan, ditambah kerudung, baju kurung dan kain.

(31)

1) Hal-hal yang Disunnahkan dalam Mengkafani Jenazah

a. Kain kafan yang digunakan hendaknya kain kafan yang bagus, bersih dan menutupi seluruh tubuh jenazah.

b. Kain kafan hendaknya berwarna putih.

c. Jumlah kain kafan untuk jenazah laki-laki hendaknya 3 (tiga) lapis, sedangkan bagi jenazah perempuan 5 (lima) lapis.

Sebelum kain kafan digunakan untuk membungkus atau mengkafani jenazah, kain kafan hendaknya diberi wangiwangian terlebih dahulu. Tidak berlebih-lebihan dalam mengkafani jenazah.

2) Beberapa Hal yang Perlu Diperhatikan dalam Mengafani Jenazah

a. Kain kafan diperoleh dengan cara halal, yakni dari harta peninggalan jenazah, ahli waris, atau diambil dari baitul mal (jika tersedia), atau dibebankan kepada orang Islam yang mampu.

b. Kain kafan hendaknya bersih, berwarna putih dan sederhana (tidak terlalu mahal dan tidak terlalu murah)

3) Tata Cara Mengafani Jenazah

Mengkafani jenazah dibagi menjadi 2 (dua) berdasarkan jenis kelaminnya.

Rinciannya sebagai berikut.

Jenazah Laki-laki

a) Bentangkan kain kafan sehelai demi helai, yang paling bawah lebih lebar dan luas serta setiap lapisan diberi kapur barus.

(32)

b) Angkatlah jenazah dalam keadaan tertutup dengan kain dan letakkan di atas kain kafan memanjang lalu ditaburi wangi-wangian.

c) Tutuplah lubang-lubang (hidung, telinga, mulut, qubul dan dubur) yang mungkin masih mengeluarkan kotoran dengan kapas.

d) Selimutkan kain kafan sebelah kanan yang paling atas, kemudian ujung lembar sebelah kiri. Selanjutnya, lakukan seperti tersebut selembar demi lembar dengan cara yang lembut.

e) Ikatlah dengan tali yang sudah disiapkan sebelumnya di bawah kain kafan 3 (tiga) atau 5 (lima) ikatan.

f) Jika kain kafan tidak cukup menutupi seluruh badan jenazah, tutuplah bagian kepalanya, dan bagian kakinya boleh terbuka, namun tutup dengan daun kayu, rumput atau kertas. Jika tidak ada kain kafan, kecuali sekadar menutup aurat, tutuplah dengan apa saja yang ada.

Rasulullah Saw. bersabda yang artinya: Kami hijrah bersama Rasulullah Saw.

dengan mengharapkan ridha Allah Swt., kami sangat berharap diterima pahala kami, karena di antara kami ada yang meninggal sebelum memperoleh hasil

perang Uhud, dan tidak ada buat kain kafannya, kecuali selembar kain burdah.

Jika kepalanya ditutup, terbukalah kakinya dan jika kakinya ditutup, tersembul kepalanya, maka Nabi Saw. menyuruh kami menutupi kepalanya dan menaruh rumput izhir pada

Jenazah Perempuan

Kain kafan untuk jenazah perempuan terdiri dari 5 (lima) lembar kain, urutannya sebagai berikut.

a) Lembar 1 untuk menutupi seluruh badan.

b) Lembar 2 sebagai kerudung kepala.

c) Lembar 3 sebagai baju kurung.

d) Lembar 4 menutup pinggang hingga kaki.

e) Lembar 5 menutup pinggul dan paha.

Adapun tata cara mengafani jenazah perempuan adalah sebagai berikut:

(33)

a) Susun kain kafan yang sudah dipotong-potong untuk masing-masing bagian dengan tertib. Lalu, angkatlah jenazah dalam keadaan tertutup dengan kain dan letakkan di atas kain kafan sejajar, serta taburi dengan wangi-wangian atau dengan kapur barus.

b) Tutuplah lubang-lubang yang mungkin masih mengeluarkan kotoran dengan kapas.

c) Tutupkan kain pembungkus pada kedua pahanya.

d) Pakaikan sarung, juga baju kurungnya.

e) Rapikan rambutnya, lalu julurkan ke belakang.

f) Pakaikan kerudung.

g) Membungkus dengan lembar kain terakhir dengan cara menemukan kedua ujung kain kiri dan kanan lalu digulungkan ke dalam.

h) Ikat dengan tali pengikat yang telah disiapkan.

d. Tata cara menyalatkan Jenazah

Proses ketiga setelah jenazah itu dikafani adalah menyalatkan. Adapun ketentuannya sebagai berikut:

1) Pihak yang paling utama menyalatkan jenazah

Urutan pihak yang paling utama untuk melaksanakan shalat jenazah adalah:

a) Orang yang diwasiatkan oleh si jenazah dengan syarat tidak fasik atau tidak ahli

b) ulama atau pemimpin terkemuka di tempat tinggal jenazah;

c) orang tua si jenazah dan seterusnya ke atas;

d) nak-anak si jenazah dan seterusnya ke bawah;

e) keluarga terdekat, dan f) kaum muslim seluruhnya.

2) Syarat Shalat Jenazah

a) Syarat shalat jenazah seperti pelaksanaan shalat biasa, yakni: suci dari hadats besar dan kecil, suci badan dan tempat dari najis, menutupi aurat dan menghadap kiblat.

(34)

b) Jika jenazah laki-laki, posisi imam berdiri sejajar dengan kepalanya. Sebaliknya, jika jenazah perempuan, posisi berdirinya sejajar dengan perutnya.

c) Jenazah diletakkan di arah kiblat orang yang menyalatkan, kecuali shalat di atas kubur atau shalat gaib.

3) Sunat Shalat Jenazah

a) Mengangkat tangan setiap kali takbir.

b) Merendahkan suara bacaan (sirr), seperti bacaan pada Shalat Dzuhur atau Ashar.

c) Membaca terlebih dahulu.

d)

memungkinkan, tetapi jika tidak memungkinkan boleh lebih dari 3 shaf, bahkan jika jamaahnya sedikit, tetap dibuat 3 shaf).

4) Rukun Shalat Jenazah a) Berniat.

b) Berdiri bagi yang mampu (kecuali bila ada udzurnya).

c)

d) Setelah takbir pertama, membaca Q.S. Al-Fatihah.

e) Setelah takbir kedua, membaca shalawat Nabi Saw.

f) Setelah takbir ketiga, membaca doa untuk jenazah.

g) Salam setelah takbir keempat 5) Tata Cara Shalat Jenazah

Shalat jenazah dilaksanakan sebagai berikut.

a) Berniat (di dalam hati) shalat jenazah. Boleh juga dilafalkan bagi yang terbiasa melakukannya. Adapun contohnya sebagai berikut:

(35)

b) Takbiratul Ihram (takbir pertama), setelah itu membaca Q.S. al- Fatihah

c) Lakukan takbir yang kedua, lanjutkan membaca shalawat atas Nabi Muhammad Saw. (usahakan membaca shalawat yang lengkap seperti bacaan shalat pada tahiyyat akhir).

d) Takbir lagi yang ketiga, lalu berdoa kepada jenazah, bacaannya adalah:

e) Lanjutkan takbir yang keempat, yang diiringi dengan doa:

f) Diakhiri dengan membaca salam

Keterangan : Bacaan doa pada takbir ketiga dan keempat, ada

e. Tata cara menguburkan Jenazah

Ada beberapa ketentuan terkait dengan menguburkan jenazah, yaitu sebagai berikut:

1) Sunnah menguburkan

a) Menyegerakan mengusung/membawa jenazah ke pemakaman, tanpa harus tergesa-gesa.

b) Pengiring tidak dibenarkan duduk, sebelum jenazah diletakkan.

c) Disunnahkan menggali kubur secara mendalam agar jasad jenazah terjaga dari jangkauan binatang buas, atau agar baunya tidak merebak keluar.

(36)

d) Lubang kubur yang dilengkapi liang lahat (jenazah muslim), bukan syaq (jenazah non muslim). Syaq adalah liang yang dibuat khusus di dasar kubur pada bagian tengahnya. Berikut ini bentuk dari keduanya:

e) Disunnahkan memasukkan jenazah ke liang lahat dari arah kaki kuburan, lalu diturunkan ke dalam liang kubur secara perlahan.

2) Tata cara menguburkan:

a) Waktunya Menguburkan jenazah boleh kapan saja, namun ada 3 waktu yang sebaiknya dihindari, yakni:

 Matahari baru saja terbit, tunggu sampai meninggi.

 Matahari saat berada di tengah-tengah (saat panas terik

 yang menyengat/saat waktu dzuhur tiba), sampai condong

 ke barat.

 Saat matahari hampir terbenam, hingga ia terbenam

 sempurna.

b) Urutan dan tahapannya

 Jenazah diangkat untuk diletakkan di dalam kubur. Lakukan secara perlahan.

 Jenazah dimasukkan ke dalam kubur, dimulai dari kepala terlebih dahulu dan dilakukan lewat arah kaki. Jika tidak memungkinkan, boleh menurunkannya dari arah kiblat.

 Di dalam liang lahat, jenazah diletakkan dalam posisi miring di atas lambung kanan bagian bawah, dan menghadap kiblat.

 Pipi dan kaki jenazah supaya ditempelkan ke tanah dengan membuka kain kafannya. Begitu pula tali-tali pengikat dilepas.

 Waktu menurunkan jenazah ke liang lahat, hendaknya membaca doa sebagai berikut:

(37)

 Setelah jenazah diletakkan di dalam rongga liang lahat, dan tali-temali selain kepala dan kaki dilepas, maka rongga liang lahat tersebut ditutup dengan papan kayu/bambu dari atasnya (agak menyamping).

 Setelah itu, keluarga terdekat memulai menimbun kubur dengan memasukkan 3 genggaman tanah, yang dilanjutkan penimbunan sampai selesai.

 Hendaklah meninggikan makam kira-kira sejengkal, sebagai tanda agar tidak dilanggar kehormatannya.

 Kemudian ditaburi dengan bunga sebagai tanda sebuah makam dan diperciki air yang harum dan wangi

 Setelah selesai penguburan diakhiri dengan doa yang isinya, antara lain memohon: ampunan, rahmat, keselamatan, dan keteguhan (dalam menjawab beberapa pertanyaan dari malaikat Munkar dan Nakir).

 Rasulullah Saw. mengingatkan agar tidak membuat bangunan di atas kuburan tersebut, seperti diberi semen, marmer atau batu pualam yang harganya mahal.

B. Kerangka Berpikir

Apabila berbicara mengenai hasil belajar, hasil belajar akan dapat diraih dengan maksimal atau lebih baik apabila seorang siswa mempunyai minat belajar yang tinggi. Hal tersebut juga bisa dikatakan bahwa minat belajar berjalan seiringan dengan hasil belajar yang baik pula.

Adapaun faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar adalah motivasi, minat, bakat, kondisi fisik, perhatian, lingkungan sekitar dan lainya. Sehingga apabila ditinjau dari uraian beberapa faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar tersebut maka bisa dikatakan bahwa, hasil belajar dapat diraih dengan lebih baik lagi apabila seorang siswa mempunyai minat untuk meraih hasil belajar yang baik.

(38)

Maka dari itu keberhasilan proses pembelajaran dapat dilihat dari hasil belajar siswa.

Banyak faktor yang mempengaruhi keberhasilan dalam proses pembelajaran, diantaranya adalah penggunaan media presentasi. Pengggunaan media yang tepat akan membantu guru maupun siswa dalam proses pembelajaran. Dari media pembelajaran presentasi yang sesuai dengan hasil belajar siswa adalah menggunakan media presentasi Animasi. Media pembelajaran ini diharapkan dapat meningkatkan pemahaman siswa, karena software ini dapat memvisualisasikan proses dari awal sampai akhir.

(39)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Dalam penelitian ini penulis menggunakan pendekatan deskriptif-kualitatif. Menurut Boghdan dan Taylor, sebagaimana yang telah dikutip oleh Lexy Moleong menjelaskan bahwa penelitian kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data dreskriptif berupa kata- kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati.

Adapun jenis penelitian pada penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK). PTK merupakan suatu penelitian yang akar permasalahnnya muncul di kelas dan dirasakan langsung oleh guru yang bersangkutan sehingga sulit dibenarkan jika ada anggapan bahwa permasalahan dalam tindakan kelas diperoleh dari lamunan seorang peneliti. Permasalahan yang ada di dalam kelas tentunya ada, dan bermacam-macam, contohnya siswa yang tidak bersemangat, penggunaan metode dan stretegi yang kurang variatif, rendahnya nilai siswa dan lain sebagainya.

PTK termasuk penelitian dengan pendekatan kualitatif, walaupun data yang dikumpulkan dapat berupa data kuantitatif dan kualitatif. PTK mempunyai memiliki beberapa karakteristik sebagi berikut:

1) (On the job problem oriented) didasarkan pada masalah yang benar-benar dihadapi oleh guru dalam proses belajar mengajar di kelas.

2) (Problem solving oriented) beroreientasi pada pemecahan masalah.

3) (improvement-oriented) berorientasi pada peningkatan mutu.

4) (Cyclic) siklus, konsep tindakan dalam PTK ditetapkan melalui utaran yang terdiri dari beberapa tahap daur ulang.

5) (Action oriented) selalu didasarkan pada adanya tindakan.

Ada dua tujuan utama yang dapat dicapai dalam PTK, yaitu:

1. PTK ini bertujuan untuk memperbaiki, meningkatkan dan mengadakan perubahan ke arah yang lebih baik sebagai upaya pemecahan masalah.

2. Menentukan model dan prosedur tindakan yang memberikan jaminan terhadap upaya pemecahan masalah yang mirip atau sama, dengan melakukan modifikasi dan penyesuian seperlunya.

(40)

Adapun PTK yang digunakan pada penelitian ini adalah model Kemmis & McTaggart. Model Kemmis & McTaggart merupakan pengembangan dari konsep dasar yang diperkenalkan Kurt Lewin sebagimana yang diutarakan di atas. Hanya saja, komponen acting (tindakan) dengan observing (pengamatan) dijadikan sebagai satu kesatuan. Pada model ini siklus dimulai dari 1. Plan (rencana), 2. Acting (tindakan) dan observing (pengamatan), serta, 3. Reflection (refleksi).

B. Kehadiran Peneliti

Dalam penelitian kali ini, penulis bertindak sebagai pelaku tindakan. Dalam penelitian ini, kehadiran peneliti sebagai pelaku tindakan, artinya peneliti menjadi guru yang melaksanakan PTK di kelas. Salain sebagai pelaku tindakan, peneliti pada penelitian ini adalah sebagai pengamat aktivitas siswa. aktivitas siswa mulai dari kegiatan awal sampai penutup peneliti mengamatinya.

C. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Sma Al-Muslim Tambun, kelas yang akan dijadikan objek penelitain adalah kelas XI IPA 1. Adapun Pemilihan kelas XI IPA 1 sebagai objek penelitian dikarenakan kelas XI IPA 1. Alasan pemilihan kelas XI Ipa 1, karena mereka sudah bisa diajak untuk pembelajaran aktif serta dirasa pas untuk penerapan media animasi. Dengan penerapan di lokasi ini, penerapan media pembelajaran berbasis video animasi untuk meningkatkan hasil belajar siswa diharapkan dapat terealisasi.

D. Data dan Sumber Data

Sumber data utama dalam penelitian kualitatif ialah kata-kata dan tindakan, selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen, dan lain-lain. Dalam hal ini, data penelitian diperoleh dari sumber data yang terbagi atas:

a. Sumber personal, yakni data yang diperoleh berupa jawaban lisan. Misalnya, dari kepala sekolah, para wakil kepala sekolah, dewan guru, guru mata pelajaran, siswa, dan civitas akademika yang lain.

b. Sumber tempat atau lokasi, sumber data yang menyajikan tampilan berupa objek yang diteliti.

c. Sumber paper, berupa data yang menyajikan tulisan, arsip, foto dan lain-lain.

d. Pengambilan data diperoleh dari sumber yang dapat memberikan informasi yang relevan dengan masalah yang diteliti. Dalam mengumpulkan data melalui wawancara

Gambar

Table 3.2 Lembar observasi RPP guru
Tabel 3.4  Komponen Guru
Tabel 3.3  Pedoman observasi guru siklus 1 dan 2  No.  Aspek yang dinilai  Rendah  Sedang  Tinggi
Tabel 3.5  Komponen Materi
+7

Referensi

Dokumen terkait

Permasalahan yang terjadi di kelas adalah ketika pendidik sedang menjelaskan suatu materi atau menyampaikan sesuatu hal yang berguna, ada saja peserta didik yang

Apabila materi ini dikerjakan dengan baik dan sungguh-sungguh dan dikuasai dengan baik, maka peserta didik diharapkan dapat menjelaskan tentang: Operasi Hitung

Pertemuan II ini dilakukan pada hari kamis, pada pertemuan II ini peneliti melakukan post test siklus II untuk mengetahui sejauh mana tingkat keberhasilan peserta

Tindakan siklus 2 dilaksanakan pada tanggal 2 November 2020 dalam satu kali pertemuan (2 x 45 menit) dengan menggunakan model pembelajaran Discovery Learning yang

 baran tentang manfaat mempelajari pelajaran y  ema/projek ini kerjakan dengan baik dan n baik, maka peserta didik diharapkan dapat men  rencanaan usaha kerajinan dari

 baran tentang manfaat mempelajari pelajaran y  ema/projek ini kerjakan dengan baik dan n baik, maka peserta didik diharapkan dapat men  anusia masa kini merupakan

Pada pertemuan pertama siklus II, siswa sudah mulai nyaman dengan kegiatan diskusi. Masing-masing kelompok dapat melaksanakan diskusi dengan baik. Hampir semua siswa

Motivasi  Memberikan gambaran tentang manfaat mempelajari pelajaran yang akan dipelajari dalam kehidupan sehari-hari  Apabila materi tema/projek ini kerjakan dengan baik dan