• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN DIVERSI DALAM PENANGANAN PIDANA ANAK BERDASARKAN UNDANG-UNDANG SISTEM PERADILAN PIDANA ANAK (Studi Perkara Nomor : 01/Pid.Sus-Anak/2014/PN.PGA) -

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2024

Membagikan "PENERAPAN DIVERSI DALAM PENANGANAN PIDANA ANAK BERDASARKAN UNDANG-UNDANG SISTEM PERADILAN PIDANA ANAK (Studi Perkara Nomor : 01/Pid.Sus-Anak/2014/PN.PGA) -"

Copied!
43
0
0

Teks penuh

JUDUL : PELAKSANAAN DIVERSI DALAM PENGOBATAN PIDANA ANAK BERDASARKAN HUKUM SISTEM PERADILAN PIDANA ANAK (Nomor Perkara: 01/Pid.Sus-Anak/2014/PN.PGA) NAMA : ARIF BUDIMAN. Puji dan Syukur atas limpahan dan rahmat-Nya, penulis mengucapkan puji dan syukur atas terselesaikannya skripsi penulis yang berjudul : “PELAKSANAAN DIVERSI DALAM PENGOBATAN TERHADAP ANAK PIDANA BERDASARKAN UNDANG-UNDANG SISTEM PERADILAN PIDANA ANAK Nomor Kajian (Kasus : 01 /Pid.Sus-Anak/2014/PN.PGA))". Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah 1) Bagaimana penerapan diversi dalam penanganan tindak pidana anak berdasarkan Undang-Undang Sistem Peradilan Pidana Anak (Studi Kasus Nomor : 01) /Pid.Sus-Anak/2014/PN.PGA)?;.

Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa penggunaan diversi dalam menangani tindak pidana anak didasarkan pada Undang-Undang Peradilan Pidana Anak (Studi Kasus. Kemudian perjanjian diversi tersebut disampaikan kepada Ketua Pengadilan Negeri Pagar Alam, kemudian Ketua Pengadilan Negeri Pagar Alam mengeluarkan Putusan diversi dengan putusan Nomor: 01/Pen.Pid.Sus-Anak/2014/PN.PGA menghentikan prosedur dan 2) Hambatan pelaksanaan diversi dalam menangani tindak pidana remaja berdasarkan hukum peradilan pidana anak (Studi kasus nomor: 01/Pid.Sus -Anak /2014/PN.PGA) yaitu faktor hukum itu sendiri, kelemahan yang terdapat dalam peraturan mengenai penanganan perkara pidana anak, faktor aparat penegak hukum, yaitu kurangnya pengetahuan aparat penegak hukum, faktor masyarakat yaitu kurangnya pengetahuan masyarakat tentang diversi dan belum memadainya sarana dan prasarana. Kata Kunci: Penggunaan deterensi dalam peradilan pidana anak berdasarkan UU Peradilan Pidana Anak.

The problematic formulations in this study are: 1) How is the application of diversion in the treatment of juvenile crimes based on the Law on the criminal justice system for juveniles (Case Number: 01/Pid.Sus- Anak/2014/PN.PGA )?; .

PENDAHULUAN

Latar belakang

Artinya selama penggunaan sumber daya di luar hukum pidana dianggap lebih efektif, maka penggunaan hukum pidana harus sedapat mungkin dihindari. Hal ini penting bukan saja karena kejahatan pada hakikatnya adalah masalah kemanusiaan, namun juga karena hukum pidana itu sendiri pada hakikatnya mengandung unsur penderitaan yang dapat mempengaruhi kepentingan atau nilai yang paling berharga bagi kehidupan manusia.3 Oleh karena itu, penggunaan hukum pidana sebagai Sarana penanggulangan kejahatan tidak dapat dipertimbangkan; bahkan penggunaannya harus terintegrasi dengan alat/sumber daya di luar sistem peradilan pidana. Pembaharuan sistem peradilan anak merupakan penyusunan peraturan perundang-undangan yang baru karena undang-undang yang lama yaitu UU No.

Dalam peraturan perundang-undangan nasional, perlindungan khusus terhadap anak yang berhadapan dengan hukum juga diatur dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak. Sedangkan Undang-undang yang Mengatur Sistem Peradilan Pidana Anak Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 dimana Undang-undang ini menyatakan memberikan peran dan kewajiban baru kepada pihak kepolisian, selain kewenangan untuk melakukan penyelidikan dan penyidikan dalam menangani tindak pidana yang dilakukan oleh anak menjadi Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak mewajibkan setiap aparat penegak hukum, baik polisi, jaksa, dan hakim, untuk melakukan diversi terhadap perkara pidana yang dilakukan oleh anak.

Hal ini ditegaskan dalam Pasal 7 ayat 1 Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak yang menyatakan bahwa diversi harus dilakukan pada tingkat penyidikan, penuntutan, dan penyidikan perkara anak di Pengadilan Negeri. Akibat negatif dari proses peradilan pidana seperti penahanan, dehumanisasi dan stigmatisasi akan mengganggu pertumbuhan mental anak. Istilah diversi terdapat dalam Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Remaja yang mulai berlaku pada tanggal 31 Juli 2014.

Diversi adalah pengalihan penyelesaian perkara anak dari proses peradilan pidana ke proses di luar sistem peradilan pidana. Diversi merupakan upaya untuk mencapai keadilan restoratif, sesuai semangat Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012, yaitu penyelesaian perkara pidana dengan melibatkan pelaku, korban, keluarga pelaku/korban dan pihak-pihak terkait lainnya untuk bekerja sama mencapai penemuan. larutan. dengan menekankan pemulihan pada keadaan semula dan bukan pembalasan. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Anak mengubah pandangan bahwa pemidanaan seharusnya menjadi upaya terakhir bagi anak yang berkonflik dengan hukum, sehingga mengubah pendekatan pemidanaan.

Salah satu caranya adalah dengan diversi, yaitu pengalihan penyelesaian perkara anak dari proses peradilan pidana ke proses di luar peradilan pidana. Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti tertarik untuk mengangkat judul penelitian “PELAKSANAAN DIVERSI DALAM PENGOBATAN TERHADAP PIDANA ANAK BERDASARKAN UNDANG-UNDANG TENTANG SISTEM PERADILAN PIDANA BAGI ANAK (Studi Kasus Nomor: 01/Pid.Sus-Anak/2014 ) /PN.PGA)".

Rumusan Masalah

Model pemidanaan retributif adalah pemulihan pada keadaan semula dan pemidanaan sebagai upaya terakhir, sehingga diutamakan cara-cara lain di luar pengadilan. Bagaimana penerapan diversi dalam menanggulangi tindak pidana remaja berdasarkan Undang-Undang Sistem Peradilan Anak (Studi Kasus Nomor: 01/Pid.Sus-Anak/2014/PN.PGA). Apa saja kendala dalam penerapan tindakan diversi dalam menanggulangi tindak pidana remaja berdasarkan Undang-Undang Sistem Peradilan Anak (Studi Kasus Nomor: 01/Pid.Sus-Anak/2014/PN.PGA).

Batasan Masalah

  • Manfaat Penelitian a. Secara Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat lebih mengembangkan penalaran, membentuk pola pikir yang dinamis, serta memahami hukum pidana mengenai pelaksanaan diversi dalam penanganan tindak pidana anak berdasarkan Undang-Undang Sistem Peradilan Pidana Anak (Nomor Studi Kasus). : 01/Pid .Sus-Anak/2014/ PN.PGA).

  • Kerangka Konseptual
  • Data dan Sumber Data
  • Metode Pengumpulan Data
  • Analisis Data

Dalam hal ini terbagi menjadi 3 bagian, yaitu: (1) Ganti rugi adalah keadaan dimana penggugat atau tergugat melibatkan pihak ketiga dalam suatu proses yang berfungsi untuk menjamin kepentingan pihak yang menarik pihak ketiga dengan harapan dapat memperoleh keuntungan. melepaskan menjadi suatu tuntutan yang disengketakan; (2) Joiner adalah ikut sertanya pihak ketiga dalam suatu perkara yang bertujuan agar pihak ketiga tersebut memihak salah satu pihak dalam perkara tersebut guna melindungi kepentingan hukumnya; (3) Intervensi adalah campur tangan pihak ketiga dalam suatu perkara untuk kepentingannya sendiri atas dasar kepentingan yang dipermasalahkan atau digugat oleh salah satu pihak (penggugat atau tergugat). 2) Keputusan akhir. Yudisialisasi adalah serangkaian tindakan hakim untuk menerima, menyelidiki, dan memutus perkara pidana berdasarkan asas kebebasan, keadilan, dan ketidakberpihakan dalam persidangan, menurut syarat dan cara yang ditentukan dalam undang-undang ini. Penegakan hukum merupakan suatu usaha untuk melaksanakan suatu peraturan, baik dalam arti formal yang sempit maupun dalam arti substantif yang luas, sebagai pedoman dalam melakukan suatu perbuatan hukum, baik yang dilakukan oleh subyeknya.

19. undang-undang yang bersangkutan atau oleh aparat penegak hukum yang secara resmi diberi tugas dan wewenang oleh undang-undang untuk menjamin berfungsinya norma-norma hukum yang berlaku dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara 12. Penegakan hukum adalah upaya penanggulangan kejahatan secara rasional, rasa keadilan untuk memenuhi dan menjadi efisien. Penerapan hukum pidana secara total tidak mungkin dilakukan karena aparat penegak hukum sangat dibatasi oleh hukum acara pidana yang memuat antara lain aturan penangkapan, penahanan, penggeledahan, penyitaan, dan penyidikan.

Menurut Barda Nawawi Arief, penerapan hukum pidana (penggunaan sarana pidana) merupakan bagian dari kebijakan pidana (criminal policy), dimana dalam kebijakan pidana sarana non-kriminal (di luar hukum pidana) juga digunakan untuk menangani dengan kejahatan. Kebijakan legislatif merupakan kebijakan dalam pembuatan peraturan perundang-undangan pidana, sedangkan kebijakan pelaksana dan eksekutif merupakan kebijakan dalam pelaksanaan dan penegakan hukum pidana.15 Penegakan hukum bersifat hukum materiil dan hukum formil. Citra Aditya Bakti: Bandung, hal.87.. 16Soerjono Soekanto, 2014, Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penegakan Hukum Edisi Kelima, Raja Grafindo Persada, Jakarta, hal.42.

Oleh karena itu, salah satu kunci keberhasilan dalam penegakan hukum adalah pola pikir atau kepribadian aparat penegak hukum. 17Marlina, 2013, Peradilan Pidana Anak di Indonesia, Perkembangan Konsep Diversi dan Restorative Justice, Bandung, PT Refika Aditama, hal.31. Merupakan data yang diperoleh atau berasal dari bahan pustaka, dan digunakan untuk melengkapi data primer.22 Dalam penelitian ini, data diperoleh melalui literatur tentang; Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Anak, Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014.

Metode penelitian kepustakaan (Library Research), yaitu perolehan data dari bahan pustaka atau data sekunder dari literatur, buku-buku dan peraturan perundang-undangan antara lain KUHP, KUHAP, Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia, Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Hak Asasi Manusia. perlindungan anak, = Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia dan sumber lain yang berkaitan dengan perlindungan anak. Lokasi penelitian yang dilakukan penulis berada di wilayah hukum Pengadilan Negeri Pagar Alam dan berbeda dengan lokasi penelitian yang disebutkan di atas; dan 3) kajian-kajian tersebut di atas dilakukan sebelum berlakunya Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012, sedangkan penelitian penulis dilakukan setelah berlakunya Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 yaitu kajian terhadap penerapan distraksi dalam menangani tindak pidana anak berdasarkan undang-undang sistem peradilan pidana anak (Studi perkara nomor: 01/Pid.Sus-Anak/2014/PN.PGA).

Sistematika Penulisan

25. disebutkan di atas, yaitu: 1) penelitian yang dilakukan penulis merupakan penelitian sosiologi, bukan penelitian normatif seperti beberapa penelitian yang disebutkan di atas;. Penulis melakukan analisis data dengan menggunakan metode analisis kualitatif, yaitu prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa tulisan/ucapan orang atau perilaku yang diamati.23.

TINJAUAN PUSTAKA

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

KESIMPULAN DAN SARAN

BUKU-BUKU

Arif Gosita, 2009, Masalah Perlindungan Anak, Akademika Presindo, Jakarta Bambang Poernomo, 2015, Pokok-pokok Hukum Pidana, Ghalia Indonesia,. Darwan Prints, 2013, Hukum Anak di Indonesia, Bandung, Citra Aditya Bakti Hans Kelsen, 2010, Teori Umum Hukum dan Negara, trans.Muttaqien,. Penelitian dan Pengembangan Mahkamah Agung, 2010, Kedudukan dan Pentingnya Ilmu Hukum untuk Mengurangi Disparitas Putusan Pengadilan, Pusat Penelitian dan Pengembangan Hukum dan Peradilan Mahkamah Agung Republik Indonesia.

Maidin Gultom, 2014, Perlindungan Hukum Anak dalam Sistem Peradilan Pidana Anak di Indonesia, Bandung, PT Refika Aditama Marlina, 2010, Pengantar Konsep Diversi dan Restorative Justice dalam. 2013, Peradilan Pidana Anak di Indonesia, Perkembangan Konsep Diversi dan Restorative Justice, Bandung, PT Refika Aditama. 2013, Anak Tidak Boleh Dihukum, Catatan Debat Undang-Undang Sistem Peradilan Pidana Anak (UU-SPPA), Jakarta, Sinar Graphics.

Retno Wulan Sutanto & Iskandar Oeripkartawinata, 2015, Acara Perdata Secara Teori dan Praktek, Bandung, Mandar Maju. Setya Wahyudi, 2011, Implementasi Ide Diversi dalam Reformasi Sistem Peradilan Pidana di Indonesia, Genta Publishing, Yogyakarta. Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, 2004, Penelitian Hukum Normatif Tinjauan Singkat, Raja Grafindo Persada, Jakarta.

UU No. 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia UU No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

Sumber Lainnya

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian menunjukkan bahwa prosedur penanganan perkara dalam tindak pidana terhadap anak melalui diversi telah dilakukan pada tingkat penyidikan, sebagian

Permasalahan yang diambil dari latar belakang tersebut adalah bagaimana pengaturan diversi dalam sistem hukum peradilan pidana anak, dan bagaimanakah pelaksanaan diversi dalam

IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERADILAN PIDANA ANAK TERHADAP.. ANAK PELAKU TINDAK PIDANA NARKOTIKA (Studi Putusan: Nomor

11 Tahun 2011 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak yang telah menggantikan Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1997 tentang Pengadilan Anak, sedangkan tujuan diterapkannya diversi yaitu

Undang Nomor 11 tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak adalah pengalihan penyelesaian perkara anak yang berkonflik dengan hukum dari peroses peradilan pidana

Kemudian fasilitator diversi menerangkan sesuai dengan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak, bahwa diversi merupakan pengalihan perkara anak

Diversi merupakan salah satu bentuk penyelesaian perkara tindak pidana yang dilakukan oleh anak yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 tentang Sistem

Menurut Undang- Undang Nomor 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak dalam Pasal 1 ayat 7 diversi adalah pengalihan penyelesaian perkara anak dari proses peradilan pidana ke