• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN MEDIA KOMUNIKASI AUDIO VISUAL DALAM PEMBELAJARAN HAFALAN SURAH-SURAH PENDEK PADA KELOMPOK B TK ISLAM MUADZ BIN JABAL KENDARI

N/A
N/A
Nur Apnii

Academic year: 2024

Membagikan "PENERAPAN MEDIA KOMUNIKASI AUDIO VISUAL DALAM PEMBELAJARAN HAFALAN SURAH-SURAH PENDEK PADA KELOMPOK B TK ISLAM MUADZ BIN JABAL KENDARI"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

PENERAPAN MEDIA KOMUNIKASI AUDIO VISUAL DALAM

PEMBELAJARAN HAFALAN SURAH-SURAH PENDEK PADA KELOMPOK B TK ISLAM MUADZ

BIN JABAL KENDARI

Rahmawati1, Hadijah Selman2, Nurlina3

Program Studi Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini,

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Kendari Jl. K.H. Ahmad Dahlan No. 10 Kelurahan Wowawanggu Kecamatan Kadia Kota

Kendari

Sulawesi Tenggara 93127, Indonesia. E-mail: [email protected] Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana penerapan media audio visual dalam pembelajaran hafalan surah-surah pendek pada kelompok B TK Islam Muadz Bin Jabal Kendari. Metode penelitian ini adalah kualitatif deksriftif, subjek penelitian ada 2 orang guru dan kepala TK Islam Muadz Bin Jabal Kendari. Teknik pengumpulan data melalui observasi, wawancara dan dokumentasi. Analisis data dengan cara mereduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Hasil penelitian menunjukkan penerapan media audio visual dalam proses pembelajaran dalam pembelajaran hafalan surah-surah pendek dalam pelaksanaannya mengikuti langkah-langkah prosedur kegiatan yaitu mempersiapkan alat dan bahan yang akan digunakan, kemudian mendampingi anak dalam pelaksanaannya serta mengevaluasi hasil hafalan anak-anak. Adapun faktor-pendukung dalam pelaksanaanya adalah adanya apresiasi dari kepala sekolah yang memfasilitasi sarana dan prasarana dan keterlibatan orangtua yang membantu mendampingi anaknya di rumah mengulang dan memperdengarkan murotal agar anaknya lebih lancar lagi saat menghafal. Dengan adanya penerapan media audio visual dalam pembelajaran hafalan surah-surah pendek anak, tidak hanya meningkatkan kemampuan menghafal anak, akan tetapi juga memberikan pembiasaan anak dalam meningkatkan keimanan dan ketaqwaan anak sejak dini.

Kata Kunci : Media Audio Visual, Hafalan Surah Pendek, Anak Usia Dini Abstract

APPLICATION OF AUDIO VISUAL COMMUNICATION MEDIA IN LEARNING SHORT SURAH-SURAH MEMORY IN GROUP B MUADZ ISLAMIC

KINDERGARTEN BIN JABAL KENDARI

This study aims to determine how the application of audio-visual media in learning the memorization of short suras in group B Islamic Kindergarten Muadz Bin Jabal Kendari. This research method is descriptive qualitative, the research subjects are 2 teachers and the head of the Islamic Kindergarten Muadz Bin Jabal Kendari. Data collection techniques through observation, interviews and documentation. Data analysis by reducing data, presenting data, and drawing conclusions. The results showed the application of audio-visual media in the learning process in memorizing short surahs in its implementation following the

(2)

steps of the activity procedure, namely preparing tools and materials to be used, then accompanying children in its implementation and evaluating the results of children's memorization. The supporting factors in its implementation are the appreciation of the principal who facilitates facilities and infrastructure and the involvement of parents who help accompany their children at home repeating and playing murotal so that their children are more fluent when memorizing.

With the application of audio-visual media in learning to memorize short suras of children, it not only improves children's memorization skills, but also provides children with habituation in increasing children's faith and piety from an early age.

Keywords: Audio Visual Media, Memorization of Short Surahs, Early Childhood

PENDAHULUAN

Pendidikan anak usia dini adalah sebagai peletak dasar atau fondasi bagi keberlangsungan hidup anak selanjutnya. Pada masa ini, merupakan waktu yang sangat penting bagi anak untuk tumbuh dan berkembang melalui proses pendidikan dan memperoleh manfaat dari ilmu pengetahuan sebagai peletak dasar dalam kehidupannya. Oleh karena itu, setiap lembaga PAUD dan pendidik sangat diperlukan adanya berbagai inovasi untuk memberikan stimulasi pendidikan dalam proses belajar mengajar agar kebutuhan belajar anak sesuai fitrahnya.

Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Pasal 28 ayat 3 dinyatakan bahwa Taman Kanak-kanak (TK) dan Raudhatul Athfal (RA) merupakan pendidikan anak usia dini pada jalur formal yang bertujuan untuk membantu anak dalam mengembangkan berbagai potensi yang dimiliki baik fisik maupun psikis yang meliputi moral dan nilai-nilai agama, sosial, emosional, kema ndirian, kognitif, bahasa, fisik/motorik dan seni untuk kesiapan memasuki sekolah dasar (Sujiono, 2013: 25).

Pendidikan anak usia dini merupakan pendidikan yang sangat penting sebagai dasar atau landasan fundamental mengingat anak-anak lah yang nantinya akan menjadi calon generasi penerus bangsa atau sumber daya manusia yang berkualitas bagi bangsa dan negara di kemudian hari sehingga sebagai tenaga pendidik hendaklah menyiapkan calon-calon pemimpin bangsa yang adil, jujur, dapat dipercaya, santun, rendah hati dan agamis.

Pendidik yang profesional wajib memepunyai tanggung jawab kepada anak didik baik secara lahir maupun batin. Mengingat anak adalah amanah atau titipan dari Allah SWT yang harus didik, diarahkan dan dibimbing dengan baik dan benar agar menjadi anak yang bermanfaat di dunia dan diakhirat atau disebut juga dengan anak yang sholih dan sholihah.

Anak merupakan penerus generasi bangsa, harus mendapat pendidikan yang tepat sehingga potensi dirinya berkembang baik, sehingga tumbuh menjadi manusia yang berkepribadian yang tangguh, memiliki berbagai macam keterampilan yang berguna. Olehnya itu penting bagi keluarga dan lembaga pendidikan bertanggung jawab dalam memberikan berbagai macam stimulasi yang tepat agar tercipta generasi penerus yang tangguh. Pendidikan islam atau dalam istilah di TK merupakan aspek perkembangan agama dan moral adalah hal yang perlu diperhatikan bagi seorang pendidik baik itu orang tua maupun guru, karena merupakan pondasi yang kuat dan penting keberadaannya, apabila ini ditanamkan dengan baik pada setiap anak sejak kecil. Hal ini merupakan awal baik bagi pendidikan. Salah satu cara yang bisa dilakukan guru dalam

(3)

meningkatkan pembelajaran shalat agar anak melihat dan terlibat langsung pada pembelajaran praktek shalat dan hafalan surah-surah pendek (Hidayat dalam Yuliana, 2015).

Anak merupakan titipan Allah yang sangat berharga. Olehnya itu, orang tua atau pendidik dituntut mendidiknya sejak dalam kandungan ibunya sampai dewasa, karena setiap anak lahir dalam keadaan suci. Saat kita kembali kepada Allah haruslah dalam keadaan suci. Sebab itu pendidikan terhadap anak dalam pandangan islam adalah wajib. Dalam mengoptimalkan perkembangan anak, orang tua atau pendidik harus memberikan stimulus secara berkesinambungan.

Karena anak dalam masa emas atau golden age. Pada masa ini, perlu diberikan pendidikan agama. Dan menjadi kewajiban setiap orang tua atau pendidik menanamkan pembiasaan shalat, mengaji, menghafal surah-surah pendek dan mengenal hadist. Karena dengan shalat, anak dapat belajar berkonsenterasi, disiplin, khusyu’ serta sabar. Olehnya itu perlu dilatih sejak dini agar menjadi kebiasaan di waktu dewasa (Jannah, 2020).

Penggunaan media di Taman Kanak-kanak sangat penting diterapkan dalam kegiatan pembelajaran, demikian juga di TK Islam Muadz Bin Jabal Kendari dalam proses pembelajarannya menerapkan media komunikasi audio visual dalam proses pembelajaran yang dilakukan guru. Berdasarkan observasi awal yang peneliti lakukan pada bulan Nopember 2021 di TK Islam Muadz Bin Jabal Kendari, terlihat dalam proses pembelajaran menghafal surah-surah pendek menerapkan media komunikasi audio visual. Dengan adanya pengenalan dan penerapan media komunikasi audio visual berupa VCD Player, LCD dan media dalam bentuk video yang melibatkan indra penglihatan dan pendengaran. Hal ini dilakukan dalam rangka untuk membantu dan memotivasi anak untuk semangat belajar, berkarya, berkreativitas dan belajar dengan cara yang lebih simple dan menyenangkan khususnya dalam hal hafalan surah-surah pendek.

Anak usia dini adalah sosok individu yang unik, memiliki pertumbuhan dan perkembangan dalam aspek fisik motorik, kognitif, sosial, emosional, kreativitas, bahasa dan komunikasi sesuai tahapan perkembangannya. Howard Gardner dalam Suyadi (2013: 35) mengungkapkan bahwa anak usia lima tahun pertama diwarnai dengan keberhasilan dalam belajar berbagai hal. Anak merupakan sosok individu yang menjalani proses perkembangan dengan pesat untuk kehidupan selanjutnya. Usia 0-6 merupakan usia yang paling menentukan pembentukan karakter dan kepribadian anak.

Anak yang dilahirkan sampai usia 6 tahun, merupakan usia penentu pembentukan karakter dan kepribadian anak serta ilmu pengetahuannya (Sujiono, 2012: 56). Sedangkan menurut Wijaya (2016: 1.27), menyatakan anak usia dini adalah anak yang dalam rentang usia 0-8 tahun. Anak merupakan individu yang berbeda, unik dan memiliki karakteristik tersendiri berdasarkan tahap usia. Pada usia 0-6 tahun adalah masa golden age dimana stimulsi aspek perkembangan berguna untuk tugas perkembangan selanjutnya.

Perkembangan paling pesat pada pertumbuhan otak manusia terjadi pada usia 0-7 tahun. Perkembangan otak anak bisa dicapai secara maksimal bila diberikan rangsangan yang tepat pada semua unsur-unsur perkembangan terhadap rangsangan sosial emosional dan berbicara (language development).

Tersedianya fasilitas dan alat bantu yang sesuai serta lingkungan yang mendukung dengan usia anak sangatlah penting peranannya dalam memberikan dukungan dan kemampuan anak balita.

Anak pada rentang usia 0-8 tahun mengalami tumbuh kembang sangat pesat. Anak yang berada pada rentang usia 0-8 tahun dalam program pendidikan di taman penitipan anak, penitipan anak pada keluarga (family child care home), pendidikan prasekolah baik swasta maupun negri, TK dan SD (Aisyah, 2012: 72).

(4)

Anak Usia Dini merupakan anak dalam proses perkembangan fisik, intelektual, sosial, emosional, dan bahasa. Setiap anak memiliki karakteristik tersendiri dan perkembangan anak yang bersifat progesif, sistematis dan berkesinambungan. Setiap aspek saling terkait satu sama lain, terhambatnya satu aspek perkembangan akan mempengaruhi aspek perkembangan lainnya.

Anak yang berusia di bawah 6 tahun termasuk yang masih berada dalam kandungan berada dalam proses pertumbuhan dan perkembangan fisik, mental, kepribadian, dan intelektualnya.

Adapun karakteristik anak usia dini menurut Aisyah (2012: 72) adalah: (a) bersifat unik, (b) berada dalam masa potensial, (c) bersifat relatif spontan, (d) cenderung ceroboh dan kurang perhitungan, (e) bersifat aktif dan energik, (f) egosentris, (g) memiliki rasa ingin tahu yang kuat, (h) berjiwa petualang, (i) memiliki imajinasi dan fantasi yang tinggi, (j) mudah frustrasi, (k) memiliki rentang perhatian yang pendek.

Anak memiliki ciri khas yang unik, baik secara fisik, psikis, sosial, dan moral. Masa kanak-kanak adalah masa paling penting sepanjang hidup, karen merupakan pembentukan kepribadian yang menentukan pengalaman anak.

Karakteristik anak usia 4-6 tahun menurut Meity (2016: 63), adalah anak sangat aktif melakukan berbagai kegiatan untuk mengembangkan otot-otot kecil maupun besar, perkembangan bahasa anak semakin baik, karena mampu memahami pembicaraan orang lain dan mengungkapkan pikirannya, perkembangan kognitif terpenuhi dibuktikan dengan rasa ingin tahu anak yang luar biasa terhadap lingkungan sekitar, permainan anak bersifat individu, bukan permainan sosial.

Proses pendidikan harus sesuai dengan proses tumbuh kembang anak, karena usia golden age mempunyai hak dalam proses pembelajaran melalui bermain. Proses tersebut digunakan agar anak merasa nyaman. Untuk itu proses pembelajaran harus diciptakan dengan suasana yang kondusif, menyenangkan dan dapat menarik perhatian anak.

PAUD adalah pendidikan yang bertujuan memfasilitasi pertumbuhan dan perkembangan anak secara menyeluruh dengan menekankan pada aspek perkembangan anak. Berdasarkan Undang-undang nomor 20 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pendidikan anak usia dini merupakan upaya pembinaan yang diberikan kepada anak sejak lahir sampai usia 6 tahun melalui pemberian rangsangan pendidikan dalam memenuhi pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak siap dalam memasuki pendidikan lebih lanjut (Huliyah, 2016: 28).

PAUD merupakan pendidikan yang paling menempati posisi yang sangat strategis dalam pengembangan sumber daya manusia menurut Direktorat PAUD dalam Hermawan (2018: 73). Sedangkan menurut Mutiah (2012: 49), mengatakan bahwa rentang usia dini merupakan rentangan usia kritis dan sekaligus strategis dalam proses pendidikan yang dapat memberi pengaruh pada proses dan hasil pendidikan pada tahap selanjutnya.

Interaksi orang tua, pendidik dan anak menjadi kunci sukses keberhasilan pembelajaran anak. Contoh yang diperlihatkan oleh guru memberikan pengaruh positif terhadap perkembangan anak. Tingkat pencapaian perkembangan anak merupakan pertumbuhan dan perkembangan anak yang dicapai pada rentang usia tertentu (Masruroh, 2018: 63).

Hakikat pembelajaran merupakan suatu kegiatan belajar mengajar (KBM) yang real di dalam kelas. Pembelajaran atau pengajaran dalam bahasa arab disebut ta’lim (Bambang dalam Retnowati, 2019: 102). Pembelajaran adalah suatu pola yang digunakan untuk mengajar dengan menerangkan proses, menyebutkan serta menghasilkan suatu situasi tertentu bagi peserta didik untuk berinteraksi dengan menjadikan adanya perubahan yang khusus tingkah laku.

(5)

Proses pembelajaran mencakup berbagai komponen yang mempengaruhi hasil belajar peserta didik diantaranya adalah tujuan pembelajaran, bahan atau materi pembelajaran, strategi pembelajaran, peserta didik dan guru sebagai subjek belajar, dan penunjang proses pembelajaran (Holden dan Sahyar, 2015: 301).

Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 1 ayat 20, yang menjelaskan bahwa pembelajaran merupakan suatu interaksi lingkungan belajar antara peserta didik dengan pendidik dan sumber belajarnya (Ramayulis dalam Retnowati, 2019:103). Dalam konsep pendidikan, pada dasarnya pembelajaran adalah upaya yang dilakukan bagi peserta didik untuk membantunya agar mampu berkembang mencapai tujuan Pendidikan.

Pendidikan dan pembelajaran adalah kegiatan yang dilakukan untuk mempengaruhi aspek-aspek perkembangan dan pertumbuhan setiap potensi peserta didik agar terlaksananya kehidupan yang sesuai dengan yang telah ditentukan oleh Allah sang pencipta manusia.

Pembelajaran dapat dilaksanakan dengan berbagai kegiatan seperti dengan cara membaca buku, kegiatan belajar di kelas bersama guru dan teman sebaya, berbagai kegiatan di sekolah, dan kegiatan lainnya yang mencakup proses interaksi yang saling berkaitan antara seseorang yang sedang belajar dengan sumber atau bahan ajarnya untuk mendapatkan informasi yang baru atau pemahaman yang baru dan lebih mendalam tentang sesuatu secara holistik.

Pendidikan yang dilakukan untuk anak seyogyanya dilaksanakan dengan memberikan stimulus yang maksimal dan memberikan kesempatan untuk anak hal. Oleh karena itu, pendidik harus menciptakan suasana belajar mengajar yang kondusif untuk menunjang perkembangan dan pertumbuhan anak agar pertumbuhan dan perkembangan anak sesuai dengan standar tahapan tingkat pencapaian perkembangannya. Memberikan stimulus pendidikan bagi anak usia dini yang kondusif dan efektif di lembaga-lembaga pendidikan dapat diupayakan dengan memberikan wahana bermain untuk anak agar tertarik untuk belajar di sekolah dan berperan aktif untuk ikut serta dalam proses pembelajaran yang dilaksanakan di sekolah (Latif, 2013: 5).

Pendidik, orang tua serta orang-orang dewasa yang berada di sekitar lingkungan kehidupan anak memiliki peran sebagai penanggung jawab untuk memperhatikan perkembangan dan pertumbuhan anak, peran utama orangtua dan guru adalah perlunya untuk menyadari dan memahami pentingnya pendidikan anak usia dini untuk membentuk dan mengembangkan berbagai potensi yang ada pada diri anak. Potensi rohani yang perlu dibina sejak dini agar anak menjadi terampil dan berkembang menuju potensi yang lebih baik (Helmawati, 2015: 41).

Menghafal berasal dari kata hafal yang artinya sudah masuk di dalam ingatan dan dapat diucapkan di luar kepala, jadi menghafal berarti memasukkan ke dalam fikiran supaya selalu diingat. Menghafal merupakan suatu proses belajar atau mempelajari sesuatu dan mencoba menyimpannya dalam ingatan (Badudu, dkk dalam Suningsing, 2020: 24). Menghafal juga merupakan suatu upaya untuk mencapai suatu keberhasilan dalam kegiatan belajar mengajar maka perlu dilakukan beberapa hal, yang diantaranya dengan menghafal.

Hafalan surah pendek terdiri dari kata “hafalan” dan “surah pendek”.

Munawir (Desi, 2020: 20) menyebutkan bahwa hafalan berasal dari kata dasar hafal. Dalam Bahasa arab berasal dari kata Al-Hifdzu bntuk Masdar dari Hafidza yang berarti penjagaan, perlindungan, pemeliharaan, hafalan. Hafalan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia berasal dari kata “hafal” yang artinya telah masuk dalam ingatan tentang pelajaran atau dapat mengucapkan di luar kepala tanpa melihat buku atau catatan lain. Kemudian mendapatkan imbuhan -an yang artinya sesuatu yang dihafalkan atau hasil dari menghafal (Setiawan dalam Desi, 2020: 20).

(6)

Menurut istilah yang dimaksud dengan menghafal surah-surah pendek adalah menghafal surah sesuai dengan urutan yang terdapat dalam mushaf Utsmani mulai surat An-nas dengan maksud beribadah, menjaga dan memelihara kalam Allah yang merupakan mukzijat yang diturunkan kepada Nabi Muhammad dengan perantara malaikat Jibril yang disampaikan dengan jalan mutawatir. Menghafal surah-surah pendek sebaiknya diterapkan pada PAUD agar mereka terbiasa menggunakan waktu untuk melakukan kegiatan yang bermanfaat bagi kehidupan dan masa depannya (Cucu Susianti dalam Suningsih, 2020: 25).

Mutammimul (2019: 106) menyatakan bahwa surah-surat pendek adalah surat yang terdapat dalam Al-Qur’an juz 30. Secara etimologi, surah artinya manzilah atau kedudukan. Sedangkan secara terminologi, surah adalah sejumlah ayat-ayat Al-Qur’an yang terdiri atas awal dan akhir surat. Al-Qur’an dalam arti secara Bahasa yaitu sebuah bacaan atau sesuatu yang dibaca. Sedangkan secara istilah, Al-Qur’an dipahami sebagai wahyu atau kalam Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW melalui malaikat Jibril yang ditulis dalam mushaf diawali dengan surat Al-Fatihah dan diakhiri dengan surat An-Naas dengan total jumlah surat 114 dalam 30 juz, 114 surat trsebut memiliki Panjang pendek ayat yang berbeda. Surat yang terpendek terdiri dari 3 ayat, sementara surah yang terpanjang terdiri dari 286 ayat (Muhaemin dalam Desi, 2020: 21).

Beberapa metode yang diterapkan dalam mengajari anak usia dini menghafal surah-surah pendek adalah sebagai berikut (Hidayah, 2017): (a) Metode Talqin. Mengajarkan anak mengahafal surah-surah pendek dengan metode ini dengan cara membaca terlebih dahulu ayat yang dihafal secara berulang-ulang hingga anak menguasainya. Setelah anak menguasainya maka berpindah ke ayat selanjutnya, (b) Metode Talqin dan Mendengarkan Rekaman.

Metode ini hamper dengan metode pertama. Perbedaannya adalah talqin dalam metode ini hanya dilakukan sekali. Langkah selanjutnya adalah mendengarkan ayat-ayat yang dihafal melalui rekaman bacaan ayat tersebut dari qori ternama di dunia seperti Muhammad Ayyub, Ahmad Thaha, Al Ghimidy, Abu Usamah dan sebagainya. Kemudian, hafalan ini diputar berulang kali sehingga anak hafal di luar kepala, (c) Metode Membaca Ayat yang Akan Dihafal, (d) Metode ini mensyaratkan bahwa anak sudah bis abaca Al-Qur’an dengan baik. Dengan kata lain anak menghafal sendiri dengan membaca ayat Al-Qur’an yang dihafal secara berulang-ulang kemudian baru menghafalkannya, (e) Metode menghafal dengan merekam suara guru atau teman sebayanya. Metode ini menggunakan media alat perekam dan membutuhkan partisipasinya orang tua atau guru. Jika orang tua telah fasih dalam membaca Al-Qur’an dan sudah menghafalkan secara sempurna, maka sangat dianjurkan orang tua yang bertindak sebagai guru disini.

Akan tetapi jika tidak, maka orang lain pun bis ajika memenuhi kriteria di atas.

Menghafal pada awalnya memang terasa sulit dalam mengerjakannya, namun lama kelamaan hal tersebut akan mudah apabila sering diulang dan menjadi kebiasaan. Susianti (2016: 17) menghafal Al-Qur’an didukung oleh beberapa faktor diantaranya yaitu: (a) Bimbingan Guru. Kewajiban guru adalah membimbing anak didiknya di sekolah. Terlebih membimbing dalam proses hafalan. Hal ini dikarenakan anak belum memiliki strategi tersendiri dalam menghafalkan, (b) Metode Hafalan. Cara anak usia dini agar mudah menghafal Al-Qur’an yaitu melalui bermain. Untuk itu, metode yang dibutuhkan daam menghafal Al-Qur’an pada anak usia dini adalah metode yang menyenangkan sehingga membuat mereka tertarik dan berkesan, (c) Pendampingan Orang Tua.

Orang tua berperan mendampingi anak-anak mereka dalam mengulang hafalannya di rumah. Hafalan yang sering di ulang-ulang akan semakin melekat dan cepat dalam menghafal, (d) Motivasi. Motivasi dalam menghafalkan Al-

(7)

Qur’an sangat diperlukan bagi anak untuk menghindari kejenuhan pada saat kegiatan menghafal. Kita sebagai guru maupun orang tua harus berusaha terus menerus memberikan motivasi agar anak tetap semangat dalam menghafal, (e) Lingkungan. Lingkungan merupakan salah satu factor yang dapat mempengaruhi minat anak terhadap tahfidz Quran. Lingkungan yang Qurani akan mendorong semangat anak untuk senantiasa belajar Al-Qur’an. Selain itu, anak yang telat dikenalkan dengan Al-Qur’an oleh orang tua akan lebih muda menghafal jika dinadingkan dengan anak yang belum mengenal Al-Qur’an sama sekali, (f) Teman Sebaya. Anak cenderung meniru apa yang dilihat, baik dari orang tuaguru maupun teman sebayanya. Sehingga anak yang memiliki teman yang gemar menghafal Al-Qur’an maka ia juga akan gemar menghafal Al-Qur’an.

Nurkhaeriyah (Desi, 2020: 27) menyebutkan bahwa faktor-faktor pendukung dalam menghafal Al-Qur’an adalah usia peserta didik, kecerdasan peserta didik, tujuan menghafal, minat menghafal Al-Qur’an dan waktu menghafal.

Menghafal surah-surah pendek berbeda dengan kamus atau buku. Dalam menghafal Al-Qur’an harus benar tajwid dan fasih dalam melafalkannya. Oleh karena itu, seseorang tidak dapat seenaknya dalam membaca maupun mengafalkan surah-surah pendek atau Al-Qur’an. Jika hafalan seseorang tidak sesuai dengan bacaan yang telah ditetapkan , maka dikhawatirkan aan mengubah kemurnian Al-Qur’an. Hal ini karena perbedaan sedikit bacaan saja akan memiliki arti yang berbeda.

Sagala (2013: 75) mengemukakan ada tiga indikator menghafal surah- surah pendek atau menghafal Al-Qur’an adalah: (a) Kelancaran Hafalan.

Kelancaran hafalan adalah keadaan dimana anak mampu melafalkan ayat-ayat Al-Qur’an tanpa tersangkut-sangkut, terputus-putus ataupun tersendat-sendat, (b) Kefasihan. Kefasihan berasal dari kata “fasih” yang berarti lancer, bersih dan baik lafalnya. Fasih dalam membaca Al-Qur’an erat kaitannya dengan makharijul huruf, (c) Ketepatan Tajwid. Setiap pembacaan ayat-ayat Al-Qur’an harus disertai dengan hukum bacaan tajwid. Adapun hukum mengamalkan ilmu tajwid adalah fardhu ‘ain.

Kata media berasal dari Bahasa latin “medius” yang secara harfiah berarti

“tengah, perantara atau pengantar” (Arsyad, 2011: 3). Media pembelajaran adalah alat yang dapat membantu proses belajar mengajar dan berfungsi untuk memperjelas makna pesan yang disampaikan, sehingga dapat mencapai tujuan pembelajaran yang lebih baik dan sempurna. Oleh karena itu peran guru dalam menentukan media dalam proses belajar mengajar dituntut kraetif dalam upaya mengembangkan berbagai jenis aspek perkembangan yang dimiliki oleh setiap anak. Salah satu cara yaitu menggunakan media audio visul dalam pembelajaran.

Pendidikan merupakan suatu proses yang diarahkan kepada pembentukan manusia yang diharapkan oleh masyarakat. Secara praktis, pencapaian tujuan melalui proses pembelajaran direncanakan oleh guru. Dengan perkataan lain, guru hendaknya menyediakan lingkungan pembelajaran yang serasi dengan usaha pencapaian tujuan pendidikan. Dari lingkungan inilah guru dapat mengoptimalkan penyediaan berbagai media, sehingga membantu proses pembelajaran.

Media merupakan alat bantu bagi seorang guru dalam mengembangkan dan memperlancar kemampuan dan proses belajar mengajar di sekolah. Media

(8)

juga dapat dimanfaatkan di mana saja dan kapan saja, yang penting sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan anak.

Menurut Sujiono (2012: 86) mengatakan bahwa fungsi dan tujuan media dapat mengembangkan kognitif anak seperti merangsang anak untuk melakukan kegiatan pikiran, perasaan, perhatian dan minat bereksperimen, menyelidik, alat bantu untuk mencapai tujuan pendidikan yang maksimal, alat peraga untuk memperjelas sesuatu, dan mengembangkan imajinasi.

Media dapat merangsang anak untuk melakukan kegiatan, terkadang anak sulit untuk memahami apa yang kita sampaikan akan tetapi melalui media yang tepat agar anak lebih mudah untuk memahaminya. Selanjutkan Hamalik dalam Arsyad (2011: 15) mengemukakan bahwa pemakaian media pembelajaran dalam proses belajar mengajar dapat membangkitkan keinginan dan minat yang baru, membangkitkan motivasi dan rangsangan kegiatan belajar, dan bahkan membawa pengaruh-pengaruh terhadap anak.

Teknologi komunikasi media audio visual adalah cara menghasilkan atau menyampaikan materi dengan menggunakan mesin-mesin mekanis dan elektronik untuk menyajikan pesan-pesan audio dan visual. Media komunikasi audio visual adalah proses penyampaian pesan atau informasi dari sumber kepada satu penerima atau lebih dengan cara memvisualkan sekaligus memperdengarka isi pesan atau informasi kepada penerima dengan melalui media yang menunjangnya. Media yang menunjangnya itu adalah media elektronik. Contohnya seperti televisi, VCD player, DVD player, computer dan lain-lainnya yang bisa digunakan untuk memvisualkan sekaligus memperdengarkan isi pesan dan informasi tersebut. Bentuk aplikasinya dari komunikasi visual itu bisa berbentuk film yang bersifat entertain maupun informatif dan iklan seperti yang sering kita lihat di televisi.

Media audio visual adalah suatu media yang terdiri dari media visual yang disinkronkan dengan media audio, yang sangat memungkingkan terjalinnya komunikasi dua arah antara guru dan anak didik di dalam proses belajar mengajar. Media audio visual juga merupakan perpaduan yang saling mendukung antara gambar dan suara yang menggugah perasaan dan pemikiran bagi yang menonton (Masitah dan Juli, 2016: 129).

Arsyad (2011: 91) mengatakan media berbasis audio visual adalah media visual yang menggabungkan penggunaan suara tambahan untuk memproduksinya. Media berarti wadah atau sarana. Dalam bidang komunikasi, istilah sebenarnya adalah penyebutan singkat dari media komunukasi. Media komunikasi sangat berperan dalam mempengaruhi perubahan masyarakat.

Televisi dan radio adalah contoh media yang paling sukses menjadi pendorong perubahan.

Audio visual juga dapat menjadi media komunikasi. Penyebutan audio visual sebenarnya mengacu pada indra yang menjadi sasaran dari media tersebut.

Media audio visual mengandalkan pendengaran dan penglihatan. Produk audio visual dapat menjadi media dokumentasi dan dapat juga menjadi media komunikasi. Sebagai media dokumentasi tujuan yang lebih utama adalah mandapatkan fakta dari suatu peristiwa. Sedangkan sebagai media komunikasi, sebuah produk audio visual melibatkan lebih banyak elemen media dan lebih membutuhkan perencanaan agar dapat mengkomunikasikan sesuatu.

https://karyatulisilmiah.com.komuniaksi audio visual (diunduh 20 Januari 2022).

(9)

Kemp & Dayton (Oktaviani, 2017: 31) mengatakan bahwa manfaat media audio visual adalah: (a) penyampaian pesan pembelajaran menjadi lebih focus, (b) pembelajaran akan jauh lebih menarik, (c) pembelajaran menjadi lebih interaktif, (d) waktu pelaksanaan pembelajaran dapat diperpendek, (e) kualitas pembelajaran dapat ditingkatkan, (f) sikap positif anak terhadap materi pembelajaran dan proses pembelajaran dapat ditingkatkan, (g) peran guru berubah kearah yang positif.

Levied dan Lentz (Arsyad, 2011: 16) mengatakan bahwa fungsi media audio visual adalah: (a) Fungsi atensi media audio visual merupakan inti yaitu untuk menarik minat perhatian anak untuk focus pada isi pembelajaran yang berkaitan dengan kegiatan pembelajaran dan sub tema pada pembelajaran, (b) Fungsi efektif media audio visual dapat dilihat pada ketertarikan atau semangat anak dalam belajar dan mengenal huruf, bentuk, warna dan nama sesuai pada teks bergambar atau pada film yang berbentuk audio visual, (c) Fungsi kognitif media audio visual dapat terlihat dari temuan-temuan penelitian yang mengungkapkan bahwa audio visual atau gambar dapat menstimulasi anak khususnya di dalam pencapaian pembelajaran untuk memahami dan mengingat pesan-pesan yang tergantung dalam gambar, (d) Fungsi kompesatoris media pembelajaran terlihat dari hasil penelitian bahwa penggunaan media audio visual dapat memberikan peningkatan untuk memahami pembelajaran dan membantu anak yang lemah dalam membaca. Dengan kata lain media pembelajaran berfungsi untuk memudahkan anak yang lambat menerima pembelajaran dari guru.

METODE

Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif, sehingga keseluruhan data dan informasi yang terkumpul merupakan suatu hasil nyata yang berada dilapangan tanpa ada rekayasa atau pengaruh dari peneliti sendiri yang kemudian dideskripsikan dan dipresentatifkan. Nasution (2016), mengemukakan bahwa penelitian kualitatif merupakan penelitian deskritif yang bertujuan untuk mengungkapkan keadaan nyata yang berlangsung di lapangan. Penelitian deskriftif merupakan penelitian yang bertujuan untuk mengumpulkan data dan informasi, mengenai status suatu gejala, peristiwa dan kejadian yang ada atau yang terjadi pada masa sekarangm sesuai apa adanya pada saat penelitian dilakukan, kemudian menguraikan dan memaparkan data dan informasi tersebut secara deskritif pula.

Pendekatan penelitian yang digunakan yaitu kualitalif deskriptif, maka metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode pengamatan/observasi langsung dengan instrument utama adalah peneliti sendiri, yang terjun langsung melakukan pengamatan untuk mengumpulkan data-data. Data tersebut diperoleh dari catatan observasi dan evaluasi dengan pengamatan langsung, kemudian peneliti berusaha melakukan interpretasi terhadap data-data tersebut, lalu dideskripsikan dan dipresentatifkan sesuai dengan kenyataan apa adanya. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini yaitu: 1) Observasi adalah metode pengumpulan data yang digunakan melalui pengamatan yang ada dilapangan untuk menghimpun data penelitian melalui pengamatan dan pengindraan yang dilakukan langsung oleh peneliti untuk mendapatkan informasi terkait dengan objek yang akan diteliti. Pengamtan atau pencatatan yang dilakukan secara sistematis terhadap suatu fenomena dari suatu objek. Adapun teknik observasi yang peneliti gunakan dalam penelitian ini meliputi dua cara, yaitu: a) Observasi secara sistematis, yaitu observasi yang dilakukan oleh peneliti dengan menggunakan pedoman pengamatan untuk

(10)

memperoleh data, dalam hal ini peneliti membuat suatu pedoman wawancara terkait dengan informasi yang akan didapatkan dalam penelitian, b) Observasi non sistematis, yaitu obsevasi atau pengamatan yang dilakukan peneliti dengan tidak menggunakan pedoman observasi, dalam hal ini peneliti mengadakan pengamatan secara langsung terhadap fenomena yang ada dilapangan dan dicatat tentang hal yang diamati terkait dengan objek yang diamati, 2) Teknik wawancara adalah usaha atau metode dalam mengumpulkan informasi dengan mengajukan sejumlah pertanyaan secara lisan untuk dijawab secara lisan dengan ciri utama berupa kontak langsung dengan tatap muka antara si pencari informasi dengan sumber informasi, dalam hal ini peneliti menggali data melalui tatap muka langsung dalam penggalian data sedalam-dalamnya yang akurat sesuai fakta dilapangan, 3) Teknik Dokumentasi adalah suatu teknik pengumpulan data dengan berbagai dokumen sebagai data untuk mendukung informasi yang dapatkan peneliti dengan sumber bukan manusia, non human resources, diataranya dokumen dan bahan statistik, seperti foto, dokumen data guru dan anak didik, visi dan misi lembaga dan dokumen-dokumen lainnya yang terkait dengan penelitian (Sugiyono, 2014).Teknik Dokumentasi adalah teknik pengumpulan data dengan sumber bukan manusia, non human resources, diataranya dokumen dan bahan statistik (Sugiyono, 2014).

Data-data yang telah dikumpulkan dan dicatat, diolah dengan menggunakan metode analisis data secara kualitatif deskriftif dengan langkah- langkah sebagai berikut: 1) Reduksi data; yaitu data yang teramati dirangkum, dicatat, dan disusun secara sistimatis dan teratur mulai dari tahapan awal hingga akhir kegiatan, 2) Penyajian data, data disajikan dalam bentuk teks yang bersifat naratif, 3) Penarikan kesimpulan selanjutnya akan dideskripsikan secara deskriptif kualitatif dalam bentuk paparan logis sesuai keadaan apa adanya sesuai yang diperoleh peneliti dari hasil pencatatan observasi pengamatan langsung dilakukan, kemudian dari hasil catatan itu dilakukan interpretasi sebagai jawaban terhadap permasalahan yang diajukan pada penelitian ini (Sugiyono, 2018).

Keabsahan data menggunakan triangulasi data sebagai teknik untuk mencek keabsahan data, dimana dalam pengertianya triangulasi merupakan tehnik ke absahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain dalam membandingkan hasil wawancara terhadap obyek penelitian.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Media pembelajaran merupakan komponen pembelajaran yang memiliki fungsi mendasar dalam pelaksanaan pembelajaran. Ketepatan pemanfaatan sumber belajar dapat memengaruhi kualitas prosedur dan manfaat yang merupakan tujuan dalam proses kegiatan belajar. Media adalah sumber alur bantu pendidik untuk meningkatkan dan menstumulasi potensi dan prosedur pembelajaran di sekolah. Media bisa digunakan kapan dan dimanapun, asalkan serasi dengan pemenuhan layanan dan tumbuh kembang anak.

Alat dan sumber belajar yang sering dipakai dalam proses kegiatan belajar mengajar yaitu media audio visual. Media ini sebagai alat perantara dalam menyampaikan pesan melalui panglihatan dan pendengaran untuk menciptakan situasi yang dapat membikin anak bisa mendapatkan pemahaman, keterampilan, atau sikap.

Proses belajar mengajar dengan memanfaatkan media audio visual melibatkan indra penglihatan dan pendengaran agar bisa mengefesienkan potensi indera anak, agar bisa memahami pembelajaran yang diperlihatkan.

(11)

Fungsi media audio visual menarik konsentrasi anak Ketika belajar, memberikan rangsangan perhatian kepada anak, dan memberikan pengalaman belajar yang berkesan.

Guru TK Islam Muadz Bin Jabal Kendari mengenai alasan beliau menggunakan media audio visual dalam pembelajaran hafalan surah-surah pendek, karena dapat meningkatkan semangat anak didiknya dalam belajar, menarik perhatian anak karena terdapatgambar yang dapat dilihat dan suar yangbisa didengr, serta mempermudah pendidik untuk memberikan pembelajaran hafalan agar anak tidak bosan belajar.

TK Islam Muadz Bin Jabal Kendari, dimana anak usia 5-6 tahun sudah bisa melafaskan doa-doa pendek dan surah-surah penek, serta dapat melakukan ibadah. Guru bisa memberikan pembiasaan ibadah keanak, seperti mengenalkan doa sehari-hari dan bacaan-bacaan surah pendek dengan cara pembiasaan. Dalam hal ini guru membiasakan anak secara rutin dan bertahap memberikan latihan-latihan kepada anak dalam pembelajaran surah-surah pendek menggunakan media audio visual. Hal inilah yang mendorong guru di TK Islam Muadz Bin Jabal Kendari membiasakan anak didiknya untuk terlatih dan terbiasa menghafal surah-surah pendek sejak dini.

Kemampuan pendidik dalam menerapkan media audio visual dalam pembelajaran hafalan surah-surah pendek pada anak didiknya tentunya tidak semua berjalan dengan lancar. Ada beberapa kendala-kendala yang dihadapi guru dalam penerapannya. Akan tetapi guru dan orangtua tidak pernah putus asa dalam pendidikan anak-anaknya dan selalu mau melaksanakan dan membantu anak.

Impian semua orangtua dan guru yang beragama Islam yaitu menjadikan anaknya yang shalih dan shalihah, bahkan mendambakan anaknya menjadi hafidz Al-Qur’an. Hal ini diharapkan agar anak mendapat kebahagiaan di dunia dan di akhirat. Pada TK Islam Muadz Bin Jabal Kendari, aktivitas hafalan sebagai aktivitas melalui pembiasaan yang selalu berkesinambungan dan berulang.

Sebagaimana yang dilakukan pendidik, hal ini menghasilkan dampak yang sangat positif bagi nilai-nilai agama, akhlak serta moral anak.

Penerapan Media Audio Visual dalam Pembelajaran Hafalan Surah- Surah Pendek di TK Islam Muadz Bin Jabal Kendari

Menerapkan kurikulum pada satuan supaya bisa memberikan dampak pada anak agar sasaran Pendidikan terpenuhi. Kegiatan pembelajaran diharapkan penyediaan tempat belajar yang kondusif, aman dan nyaman bagi anak.

Kegiatan belajar harus disesuaikan dengan karekateristik anak.

Sumber belajar bisa meningkatkan proses dan minat belajar peserta didik dan dapat menunjang tujuan pembelajaran berhasil efisien dan efektif.

Pembelajaran bisa efektif jika situasi yang pembelajaran dilaukan secara langsung oleh anak, dapat dilihat dan didengar (Sudjana dan Ahmad, 2010).

Anak usia 5-6 tahun sudah bisa melafaskan doa-doa pendek dan surah- surah penek, serta dapat melakukan ibadah, seperti mengenalkan doa sehari- hari dan bacaan-bacaan surah pendek dengan cara pembiasaan. Dalam hal ini guru membiasakan anak secara rutin dan bertahap memberikan latihan-latihan kepada anak dalam pembelajaran surah-surah pendek menggunakan media audio visual. Hal inilah yang mendorong guru di TK Islam Muadz Bin Jabal Kendari membiasakan anak didiknya untuk terlatih dan terbiasa menghafal surah-surah pendek sejak dini.

(12)

Penerapan media audio visual dalam pembelajaran berupa VCD Player dan media dalam bentuk video yang melibatkan indra penglihatan dan pendengaran.

Aktivitas dilaksabakan agar dapat membantu dalam menstimulasi agar senang, rinag gembita, termotivasi, semangat, terampil, kreatif dan dan percaya diri dalam menghafal surah.

Faktor Pendukung dan Penghambat Penerapan Media Audio Visual dalam Pembelajaran Hafalan Surah-surah Pendek

Penerapan media audio visual dalam pembelajaran hafalan surah-surah pendek pada anak kelompok B di TK Islam Muadz Bin Jabal Kendari, tentunya dalam pelaksanaannya tidak lepas dari faktor-faktor sebagai pendukung maupun terdapat faktor yang menjadi penghambat dalam pelaksanaanya adalah adanya apresiasi dari kepala sekolah dan orangtua yang membantu para ustadzah dalam mendampingi anak-anaknya juga di rumah yang selalu memperdengarkan murottal agar anak-anak lebih lancar lagi saat menghafal.

Penerapan media audiovisual dalam pembelajaran hafalan surah-surah pendek pada anak di TK Muadz Bin Jabal Kendari terdapat juga kelebihan dan kekurangan dalam penggunaannya, yaitu kelebihan dari mediaaudio visual ini adalah sangat menark bagianak sehingga anak bersemangat dalam menghafal dengan melihat video kartun animasi dan dapat dilakukan di rumah dengan bantuan orangtua sehingga menghafal menjadi lebih mudah dan dilakukan secara berulang-ulang dan berkesinambungan. Sementara kekurangannya adalah pembelajarannya tidak terlalu efektif karena hanya menggunakan laptop saja, tidak dibarengi dengan infokus yang akan terlihat jelas dan besar gambar videonya. Secara umum faktor penghambat itu tidak ada. Pelaksanaannya tentunya tidak lepas dari kekurangan-kekurangan yang guru lakukan sehinga masih butuh evaluasi- evaluasi yang harus guru lakukan untuk kearah perbaikan dalam penerapannya supaya lebih maksimal.

Media audio visul, dalam hal ini media sebagai perpaduan audio dan visul bisa dilihat dan didengar. Oleh karena itu guru sebagai penyaji materi dapat diganti perannya oleh media audio visual, sehingga guru berubah fungsi menjadi fasilitator belajar guna mempermudah anak didik untuk belajar (Arsyad, 2011).

Pembelajaran Hafalan Surah-surah Pendek di TK Islam Muadz Bin Jabal Kendari

Penerapan media audio visual dalam pembelajaran tidak hanya meningkatkan kemampuan menghafal anak, akan tetapi juga memberikan pembiasaan anak dalam meningkatkan keimanan dan ketaqwaan anak sejak dini. Tentunya dalam pelaksanaannya tetap melihat tahapan perkembangan anak dan sesuai prinsip pembelajaran anak usia dini dengan tampa paksaan atau tekanan. Impian semua orangtua dan guru yang beragama Islam yaitu menjadikan anaknya yang shalih dan shalihah, bahkan mendambakan anaknya menjadi hafidz Al-Qur’an. Hal ini diharapkan agar anak mendapat kebahagiaan di dunia dan di akhirat. Pada TK Islam Muadz Bin Jabal Kendari.

Pembiasaan-pembiasaan yang baik diberikan kepada anak distimulasi lewat bimbingan dan pembinaan yang berkulitas tentunya melalui pembiasaan dan keteladanan. Pembiasaan ini harus dilalukan secara terus menerus dan berkesimabungan supaya anak terbiasa dari kecil sehingga apabila dia kelak sudah dewasa ada bekal sebagai pondasi pembiasaan yang diberikan dan dibiasakan sejak kecil sehingga berbekas dan selalu dingat dan akan menjadi terbiasa apabila sudah dewasa. Apabila pembiasaan ini dimiliki anak, maka ia dengan mudah dalam melaksanakan ibadah, mengaji, serta tak lupa berdo’a.

SIMPULAN DAN SARAN

(13)

Simpulan

Penerapan media audio visual dalam pembelajaran hafalan surah-surah pendek pada kelompok B TK Islam Muadz Bin Jabal Kendari, pada proses pembelajaran dalam pembelajaran hafalan surah-surah pendek dalam pelaksanaannya mengikuti langkah-langkah prosedur kegiatan yaitu mempersiapkan alat dan bahan yang akan digunakan, kemudian mendampingi anak dalam pelaksanaannya serta mengevaluasi hasil hafalan anak-anak.

Penerapan media audio visual dalam pembelajaran hafalan surah-surah pendek anak adalah guru sudah memberikan pembelajaran bagi anak didiknya dengan baik. Guru berusaha mengoptimalkan perkembangan anak dengan cara memberikan stimulus secara berkesinambungan. Adapun faktor-faktor pendukung guru dalam pelaksanaanya adalah adanya apresiasi dari kepala sekolah yang memfasilitasi sarana dan prasarana dan orangtua yang membantu para guru dalam mendampingi anak-anaknya juga di rumah yang selalu memperdengarkan murottal agar anak-anak lebih lancar lagi saat menghafal.

Penerapan media audio visual dalam pembelajaran hafalan surah-surah pendek anak, tidak hanya meningkatkan kemampuan menghafal anak, akan tetapi juga memberikan pembiasaan anak dalam meningkatkan keimanan dan ketaqwaan anak sejak dini.

Saran

1. Bagi kepala sekolah, diharapkan menjalin hubungan kerjasama yang baik, karena bantuan yang diberikan orang tua merupakan kontribusi positif yang membantu terciptanya insan yang berakhlak sesuai dengan tujuan pendidikan islam.

2. Bagi guru, diharapkan lebih mempertahankan dan meningkatkan lagi pendidikan keagamaan pada anak, dimana pada usia emas inilah anak-anak perlu ditanamkan nilai-nilai kebaikan utamanya menanamkan pembiasaan melatih anak mengenal dan mencintai Al-Qur’an sejak dini.

DAFTAR PUSTAKA

Aini, Ade Nur. 2021. Efektivitas Media Pembelajaran Audio Visual Dalam Meningkatkan Kemampuan Menghafal Al-Qur’an pada Anak Kelompok B Di TK Islam Pondok Sakinah. Skripsi. Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara.

Aisyah, Siti dkk. 2012. Perkembangan dan Konsep Dasar Pengembangan Anak Usia Dini. Jakarta: Universitas Terbuka.

Arsyad, Azhar. 2011. Media Pembelajaran. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Desi. 2020. Penerapan Metode Kaisa Dalam Meningkatkan Hafalan Surah Pendek Pada Anak Usia 5-6 Tahun. Skripsi. Institut Perguruan Tinggi Ilmu Al-Qur’an.

Hidayah, Aida. 2017. Metode Tahfidz Al-Qur’an Untuk Anak Usia Dini. Ilmiah Helmawati. 2015. Mengenal dan Memahami PAUD. Bandung: Rosda.

Hermawan, Rudianto. 2018. Pengajaran Sholat Pada Anak Usia Dini Perpektif Hadis Nabi Muhammad SAW. Jurnal Insania. Volume 23, No. 2. Juli – Desember 2018

Huliyah, Muhiyatul. 2016. Hakikat Pendidikan Anak Usia Dini. As-sibyan 1.

(14)

Holden S, D., & Sahyar. 2015. Pengaruh Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Berbasis Eksperimen Riil dan Laboatorium Virtual Terhadap Hasil Belajar Fisika Siswa. Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan. Volume 2 Nomor 1.

Komunikasi Audio Visual (3 Jan 2012). https://karyatulisilmiah.com.komuniaksi audio visual. (diunduh tanggal 20 Januari 2022)

Latif, Muhtar, dkk. 2013. Orientasi Baru Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta:

Kencana Prenada Media Group.

Masitah, Widya & Juli Hastuti. 2016. Meningkatkan Kemampuan Bahasa Melalui Metode Bercerita Dengan Menggunakan Media Audio Visual Di Kelompok B RA Saidi Turi Kecamatan Pancar Batu Kabupaten Deli Serdang. Jurnal Intiqad, Volume 8, Nomor 2.

Masruroh, Siti. 2018. Implementasi Nilai Agama dan Moral pada Anak Usia Dini melalui Urutan Wudhu. Jurnal Golden Age. Pendidikan Anak Usia Dini, Volume. 2, No. 1 Juni 2018.

Meity. 2016. Karakteristik Anak Usia Dini. Jurnal Permata Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka. Edisi Khusus ISBN: 978-602-1078-31-1 Mutammimul. 2019. Sistem Pengenalan dan Penerjemahan Al-Qur’an Surah Al-

Waqi’ah Melalui Suara Menggunakan Transformasi Sumudu. Jurnal TECHSI:

Volume 11 Nomor 1.

Mutiah. Diana. 2012. Psikologi Bermain Anak Usia Dini. Jakarta: Kencana Prenada media Group.

Nasution. 2016. Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif. Bandung: Tarsito Oktaviani, Diana & Kamtini. 2017. Pengaruh Penggunaan Media Audio Visual

Terhadap Kemampuan Membaca Permulaan Anak Usia 5-6 Tahun Di TK Salsa. Jurnal Bunga Rampai Usia Emas, Volume 3 Nomor 1.

Retnowati, Yuni. 2019. Metode Pembelajaran Hafalan Surat-Surat pendek Pada Anak Usia Dini RA Full Day Se-Kabupaten Bantul. Jurnal Al-Athfal Jurnal Pendidikan Anak, Volume 5 Nomor 1. ISSN: 2477-4189. DOI:

http://dx.doi.org./10.14421/al-athfal.2019.51-07

Sugiyono. 2014. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta.

___. 2018. Meteode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D (Metode Penelitian dan Pengembangan). Bandung: Alfabeta.

Sujiono, Nuraini. 2012. Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta: Indeks Suningsih. 2020. Implementasi Kegiatan Menghafal Surah-Surah Pendek Untuk

Mengembangkan Akhlak Anak di Taman Kanak-Kanak Aisyiyah Sukarame Bandar Lampung. Skripsi. Universitas Negeri Raden Intan Lampung.

Susianti, Cucu. 2016. Efektivitas Metode Talaggi dalam Meningkatkan Kemampuan Menghafal Al-Qur’an Anak Usia Dini. Jurnal Tunas Siliwangi, Volume 2 Nomor 1.

Suyadi. 2013. Konsep Dasar PAUD. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Wijaya, Widarmi D, dkk. 2016. Kurikulum Pendidikan Anak Usia Dini. Tangerang Selatan: Universitas Terbuka.

Yuliana, Syukri & Halida. 2015. Peningkatan Kemampuan Praktek Shalat Melalui Metode Demonstrasi Dengan Media Gambar Pada Anak Usia 5-6 Tahun.

Jurnal Program Studi Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini FKIP Untan

(15)

Referensi

Dokumen terkait

Ada tiga bentuk media pembelajaran yaitu media audio (media yang menggunakan indra pendengaran), media visual (media yang menggunakan indra pengelihatan), media

Kesimpulan dari penelitian ini adalah adanya pengaruh media audio visual terhadap perkembangan emosi anak kelompok B di TK Pertiwi I Gondang Sragen. Kata kunci : perkembangan

0,002 < 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak yang berarti terdapat pengaruh media audio visual terhadap perkembangan emosi anak kelompok B di TK Pertiwi I

Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan dalam dua siklus dapat diketahui bahwa menggunakan metode kegiatan menggambar dengan media audio visual anak

Secara keseluruhan menggambar dengan media audio visual dapat meningkatkan kreativitas anak kelompok B di Taman Kanak-Kanak Dharma Wanita Kaliwiro Wonosobo.

Menurut Nana Sudjana (2002: 2) merincikan manfaat media audio visual dalam proses belajar mengajar bagi siswa antara lain:.. Pengajaran akan lebih menarik perhatian siswa

Berdasarkan hasil penelitian tentang pengaruh penggunaan media audio visual terhadap kemampuan menggambar anak kelompok B di TK Dharma Wanita Persatuan Sedati-Gede

Dr. Analisis Penggunaan Media audio visual dalam Pengembangan Kreativitas anak kelompok B di TK Seruni Kecamatan Batudaa Kabupaten Gorontalo. Jurusan Pendidikan