• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN METODE KOMUNIKASI ANTARPRIBADI DOSEN DALAM MENGINTEGRASIKAN NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER MAHASISWA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2024

Membagikan "PENERAPAN METODE KOMUNIKASI ANTARPRIBADI DOSEN DALAM MENGINTEGRASIKAN NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER MAHASISWA"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

-226-

PENERAPAN METODE KOMUNIKASI ANTARPRIBADI DOSEN DALAM MENGINTEGRASIKAN NILAI-NILAI PENDIDIKAN

KARAKTER MAHASISWA

Herman dan Darman Manda

Dosen Program Pascasarjana Universitas Negeri Makassar

Hermanspdmsi1975@yahoo.com darmanmanda.ppsunm@yahoo.com

ABSTRACT

This study aims to determine; describe of interpersonal communication method applied by Lecturer at the State University of Makassar, an overview of integrating the values of Character Education by professors at the State University of Makassar. The relationship between the application of methods of interpersonal communication and application of the values of character education at the State University of Makassar.This is a descriptive study, the research seeks to describe the relationship between the effect of the application of methods of interpersonal communication and application of the values of character education at the State University of Makassar. The population in this study were all students Makassar State University Tier One Program and samples taken in the incident as many as 150 people.Results of this study are a) a general description of interpersonal communication lecturer owned now is a good rest is pretty good categories and very good. In the above analysis, it can be described that interpersonal communication lecturer high competence in the backdrop of an academic atmosphere that occurs in every campus. b) To know the description of integrating Values Character Education student at the State University of Makassar in categorized very good. c) There is the influence of interpersonal communication, to integrate the values of character education student at the State University of Makassar, where if the communication between individuals in earnest and will be to add the values of character education students better.

(2)

-227- PENDAHULUAN

Pendidikan adalah sebuah usaha yang ditempuh oleh manusia dalam rangka memperoleh ilmu yang kemudian dijadikan sebagai dasar untuk bersikap dan berperilaku. Karena itu, pendidikan merupakan salah satu proses pembentukan karakter manusia. Pendidikan bisa juga dikatakan sebagai proses pemanusiaan manusia. Dalam keseluruhan proses yang dilakukan manusia terjadi proses pendidikan yang akan menghasilkan sikap dan perilaku yang akhirnya menjadi watak, kepribadian, atau karakternya. Untuk meraih derajat manusia seutuhnya sangatlah tidak mungkin tanpa melalui proses pendidikan.

Undang-Undang Republik Indonesia nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (UU Sisdiknas) merumuskan fungsi dan tujuan pendidikan nasional yang harus digunakan untuk mengembangkan pendidikan nasional di Indonesia. Pasal 3 UU Sisdiknas menyebutkan:

“Pendidikan nasional berfungsi untuk mengembangkan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, dengan tujuan dapat berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab”.

Tujuan pendidikan nasional itu merupakan rumusan mengenai kualitas manusia Indonesia yang harus dikembangkan oleh setiap satuan pendidikan. Oleh karena itu, rumusan tujuan pendidikan nasional menjadi dasar dalam pengembangan nilai-nilai budaya dan karakter bangsa di sekolah, dengan berlandaskan pada Pancasila, UUD 1945 dan kebudayaan kebangsaan Indonesia.

Pembangunan karakter yang merupakan upaya perwujudan amanat Pancasila dan Pembukaan UUD 1945 dilatarbelakangi oleh realita permasalahan kebangsaan yang berkembang saat ini, sepertidisorientasi dan belum dihayatinya nilai-nilaiPancasilaketerbatasan perangkat kebijakan terpadu dalam mewujudkan nilai-nilai Pancasila, bergesernya nilai etika dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, memudarnya kesadaran terhadap nilai-nilai budaya bangsa ancaman disintegrasi bangsa dan melemahnya kemandirian bangsa.

Untuk mendukung perwujudan cita-cita pembangunan karakter sebagaimana diamanatkan dalam Pancasila dan Pembukaan UUD 1945 serta mengatasi permasalahan kebangsaan saat ini, maka Pemerintah menjadikan pembangunan karakter sebagai salah satu program prioritas pembangunan nasional. Semangat itu secara implisit ditegaskan dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) tahun 2005-2025, di mana di jelaskan dalam Kemendiknas Puskur, 2011-1).“Pendidikan karakter ditempatkan sebagai landasan untuk mewujudkan visi pembangunan nasional, yaitu “mewujudkan masyarakat

(3)

-228-

berakhlak mulia, bermoral, beretika, berbudaya, dan beradab berdasarkan falsafah Pancasila”.

Suatu usaha penyebaran idea baru bukanlah suatu proses yang sederhana.

Hal ini terutama terletak pada banyaknya hambatan, sehingga memerlukan waktu yang lama. Di Dosen misalnya dalam rangka mengintegrasikan nilai-nilai karakter pada mahasiswa yang ada perlu digunakan atau diterapkan metode-metode komunikasi antarpribadi oleh Dosen sehingga mahasiswa dapat mengimplementasikan karakter-karakter yang positif di dalam kelas dan di masyarakat.

Salah satu fenomena yang dialami oleh Perguruan Tinggi seperti Universitas Negeri Makassar adalah peningkatan tawuran, demonstrasi yang sifatnya anarkis akhir-akhir ini, seperti demonstrasi kenaikan bahan bakar minyak, kebijakan universitas, serta masalah-masalah yang terjadi di masyarakat.

Mencermati prilaku mahasiswa UNM, sering terjadi demonstrasi yang sebenarnya tidak perlu diakibatkan karena sering terjadi miss informasi yang terjadi seperti kebijakan-kebijakan yang kurang jelas, kemudahan pelayanan yang ditawarkan pada mahasiswa sering ditanggapi kurang bagus. Penyediaan sarana dan prasarana di kelas yang belum maksimal.

Dengan demikian pihak UNM pada saat perkuliahan hendaknya menerapkan nilai-nilai karakter yang terintegrasi di dalam mata kuliah yang ada sehingga benar-benar jelas arah dan tujuannya, serta manfaat yang diberikan dapat dirasakan sebagai kemudahan dalam perkuliahan.

TINJAUAN PUSTAKA A. Komunikasi Antarpribadi

Jika dua orang terlibat dalam komunikasi, misalnya dalam bentuk percakapan, maka komunikasi akan terjadi atau berlangsung selama ada kesamaan makna mengenai apa yang dipercakapkan. Kesamaan bahasa yang dipergunakan dalam percakapan itu belum tentu menimbulkan kesamaan makna. Dengan kata lain, mengerti bahasanya saja belum tentu mengerti makna yang dibawakan oleh bahasa itu. Jelas bahwa percakapan kedua orang tadi dapat dikatakan komunikatif apabila kedua-duanya, selain mengerti bahasa yang dipergunakan, juga mengerti makna dari bahan yang dipercayakan.

Komunikasi merupakan dari seluruh interaksi antarmanusia. Karena tanpa komunikasi, interaksi antarmanusia, baik secara perorangan, kelompok maupun organisasi tidak mungkin terjadi. Sebagian besar interaksi antarmanusia berlangsung dalam situasi komunikasi antarpribadi.

1) Komunikasi antarpribadi dilihat dari komponen-komponennya.

Komunikasi antarpribadi dalam definisi ini merupakan proses pengiriman dan penerimaan pesan diantara dua orang atau diantara sekelompok kecil orang,

(4)

-229-

dengan berbagai efek dan umpan balik (feedback). Dalam defenisi ini setiap komponen harus diapandang dan dijelaskan sebagai bagian yang terintegrasi dalam tindakan komunikasi antarpribadi.

Komponen-komponen yang ada dalam komunikasi antarpribadi adalah sebagai berikut:

a) Pengirim-penerima.

Komunikasi antarpribadi melibatkan paling tidak 2 orang. Setiap orang yang terlibat dalam komunikasi antarpribadi memformulasikan dan mengirim pesan (fungsi pengirim) dan juga sekaligus menerima dan memahami pesan (fungsi penerima). Istilah pengirim-penerima ini digunakan untuk menekankan bahwa fungsi pengirim dan penerima dan dilakukan setiap orang yang terlibat di dalam komunikasi antarpribadi. Hal ini untuk menyatakan bahwa: pertama, proses komunikasi antarpribadi tidak dapat terjadi pada diri sendiri. Komunikasi pada diri sendiri disebut dengan komunikasi interpersonal. Kedua, komunikasi antarpribadi berkaitan dengan manusia; bukan dengan binatang, mesin, gambar, atau benda lainnya. Ketiga, komunikasi antarpribadi terjadi diantara dua orang atau diantara sekelompok kecil orang.

b) Encoding-docoding

Encoding adalah tindakan menghasilkan pesan. Artinya, pesan-pesan yang akan disampaikan di “kode” atau diformulasikan terlebih dahulu dengan menggunakan kata-kata, simbol dan sebagainya. Sebaliknya tindakan untuk menginterpretasikan dan memahami pesan-pesan yang diterima, disebut sebagai decoding. Dalam komunikasi antarpribadi, karena pengiriman sekaligus juga bertindak sebagai penerima; maka fungsi encoding dilakukan oleh setiap orang yang terlibat dalam komunikasi antarpribadi.

c) Pesan-pesan

Dalam komunikasi antarpribadi, pesan-pesan ini bisa berbentuk verbal (seperti kata-kata) atau non verbal (gerakan, simbol) atau gabungan antara bentuk verbal dan non-verbal.

d) Saluran

Saluran ini berfungsi sebagai jembatan yang menghubungkan pengirim dan penerima informasi. Dalam komunikasi antarpribadi, lazimnya para pelaku bertemu secara tatapmuka.

e) Gangguan (noise)

Serangkalil terjadi pesan-pesan yang dikirim berbeda dengan pesan-pesan yang diterima. Hal ini disebabkan adanya gangguan saat berlangsungnya komunikasi.

Dalam komunikasi antarpribadi. Dalam komunikasi antarpribadi, gangguan ini mencakup 3 hal:

- Gangguan fisik biasanya berasal dari luar dan mengganggu transmisi fisik pesan; seperti kegaduhan, interupsi, jarak dan sebagainya.

(5)

-230-

- Gangguan psikologis, timbul karena perbedaan gagasan dan penilaian subyektif di antara orang yang terlibat dalam komunikasi. Emosi, perbedaan nilai-nilai, sikap, status dapat mengakibatkan hambatan psikologis.

- Gangguan semantik, terjadi karena kata-kata atau simbol yang digunakan dalam berkomunikasi, seringkali memiliki arti ganda (tidak hanya memiliki satu arti), sehingga penerima gagal menangkap maksud-maksud dari pengirim pesan.

f) Umpan Balik

Umpan balik memainkan peranan yang sangat penting dalam proses komunikasi antarpribadi; karena pengirim dan penerima secara terus menerus dan bergantian memeberikan umpan balik dalam berbagai cara baik secara verbal (dengan pertanyaan atau jawaban dalam kaitannya dengan apa yang bisa positif, netral atau negatif. Umpan balik disebut positif bila dirasakan menguntungkan. Sebaliknya, dikatakan negatif bila umpan balik tersebut dirasakan merugikan. Sementara tanggapan yang biasa-biasa saja merupakan umpan balik netral. Selain umpan balik dari orang lain, biasanya kita mendapat umpan balik dari pesan kita sendiri.

Dalam arti bahwa kita mendengar suaru kita sendiri dan dengan umpan balik ini kita bisa memperbaiki bila ada kesalahan.

g) Konteks

Konteks dimana kita berkomunikasi dakan mempengaruhi proses komunikasi itu sendiri. Ada tiga dimensi konteks dalam proses komunikasi antarpribadi, yaitu:

dimensi fisik, sosial psikologis dan temporal.

- Dimensi fisik mencakup tempat di mana komunikasi berlangsung.

- Dimensi sosial psikologi mencakup misalnya status hubungan diantara orang yang terlibat dalam komunikasi, peranan yang dimainkan, norma dan budaya masyarakat dimana mereka berkomunikasi, situasi akrab atau tidak akrab, formal dan informal, serius atau tidak serius.

- Dimensi temporel menunjukkan adanya suatu pesan khusus yang sesuai dengan rangkaian kejadian-kejadian komunikasi.

h) Bidang pengalaman (field of expriences)

Bidang pengalaman merupakan faktor penting dalam komunikasi. Komunikasi bisa menjadi efektif apabila para pelaku yang terlibat dalam komunikasi mempunyai bidang pengalaman yang sama. Sebaliknya komunikasi akan menjadi sulit bila para pelaku yang terlibat dalam komunikasi mempunyai pengalaman yang sangat berbeda.

i) Akibat (efek)

Proses komunikasi selalu mempunyai berbagai akibat, baik pada salah satu perilaku atau keduanya. Akibat yang terjadi bisa merupakan akibat yang negatif maupun akibat yang positif.

2) Komunikasi antarpribadi dilihat dari “proses pengembangannya”.

Menurut perpektif ini, komunikasi adalah suatu proses yang berkembang, yaitu dari yang bersifat inpersonal meningkat menjadi interpersonal atau intim.

(6)

-231-

Artinya, ada peningkatan hubungan di antara para pelaku komunikasi. Seringkali pertemuan antarpribadi diawali dengan pembicaraan pada masalah-masalah yang bersifat umum, seperti: umur, tempat tinggal, pendidikan, asal daerah dan sebagainya. Selain itu, interaksi tersebut ditentukan oleh norma-norma sosial yang ada dalam masyarakat. Situasi semacam ini masih bersifat impersonal. Bila pada akhirnya pembicaraan tersebut berkembang pada masalah-masalah yang lebih spesifik dan bersifat pribadi, seperti: kebiasaan, kesukaan atau seks, situasi tersebut telah menunjukkan adanya komunikasi interpersonal.

3) Komunikasi antarpribadi dilihat dari hubungan (pasangan)

Dalam pandangan ini, komunikasi antarpribadi didefenisikan sebagai komunikasi yang terjadi diantar dua orang yang mempunyai hubungan yang terlihat jelas diantara mereka. Komunikasi antarpribadi yang tercakup disini adalah komunikasi antara dua orang bersaudara, seorang guru dan seorang murid, dua orang teman, sepasang kekasih dan sebagainya. Karena melibatkan hubungan antara dua orang yang berinteraksi, maka seringkali defenisi ini disebut sebagai defenisi pasangan (diapik) komunikasi antarpribadi.

Komunikasi antarpribadi merupakan proses pengiriman dan penerimaan pesan-pesan antara dua orang atau diantara sekelompok kecil orang-orang, dengan beberapa efek dan beberapa umpan balik seketika (De Vito, 1989:4). Berdasarkan pendapat De Vito tersebut, komunikasi antarpribadi dapat berlangsung antara dua orang memang sedang berduaan seperti suami istri yang sedang bercakap-cakap atau antara dua orang dalam satu pertemuan.

Rogers (1988:16) mengemukakan beberapa karakteristik komunikasi yang menggunakan saluran antarpribadi yaitu (1) arus pesan yang cenderung dua arah, (2) konteks komunikasinya tatap muka, (3) tingkat umpan balik yang terjadi tinggi, (4) kemampuan mengatasi tingkat selektivitas yang tinggi, (5) kecepatan jangkauan terhadap audience yang besar relatif lamban, dan (6) efek yang mungkin terjadi ialah perubahan sikap.

DeVito (1989:4) menyatakan bahwa proses komunikasi antarpribadi bisa efektif dengan melihat lima hal, yaitu: (1) Keterbukaan, (2) Empathy, (3) Dukungan, (4) Kepositifan, dan (5) Kesamaan.

1) Keterbukaan, untuk menunjukkan kulaitas keterbukaan dari komunikasi antarpribadi ini paling sedikit ada dua aspek, yakni: aspek keginginan untuk terbuka bagi setiap orang yang berinteraksi dengan orang lain, dan aspek keinginan untuk menanggapi secara jujur semua stimuli yang datang kepadanya. Dengan demikian komunikasi antarpribadi bisa dikatakan efektif jika keterbukaan dalam berkomunikasi ini diwujudkan.

2) Empathy, dimaksudkan untuk merasakan apa yang dirasakan oleh orang lain.

Jika komunikasi dalam kerangka empati ini, maka seseorang akan memahami posisinya, dari mana mereka berasal, dimana mereka sekarang dan keman

(7)

-232-

mereka akan pergi. Dan yang paling penting ialah kita tidak bakal memberikan penilaiannya pada perilaku atau sikap yang salah dan benar.

3) Dukungan, dengan dukungan ini akan tercapai komunikasi antarpribadi yang efektif. Dukungan adakalanya terucapkan dan adakalanya tidak terucapkan.

Dukungan yang tidak terucapkan tidaklah mempunyai nilai yang negatif, melainkan dapat merupakan aspek positif dari komunikasi. Gerakan-gerakan seperti anggukan kepal, kerdipan mata, senyum, atau tepukan tangan merupakan dukungan positif yang tidak terucapkan.

4) Kepositifan, dalam komunikasi antarpribadi kualitas ini paling sedikit terdapat tiga perbedaan. Pertama, komunikasi antarpribadi akan berhasil jika terdapat perhatian yang positif terhadap diri seseorang. Kedua, komunikasi antarpribadi akan terpelihara baik, jika perasaan positif tersebut dikomunikasikan. Ketiga, perasaan positif tersebut bermamfaat untuk mengefektifkan kerjasama. Tidak ada hal yang paling menyakitkan kecual berkomunikasi dengan orang lain yang tidka tertarik atau tidak mau memberikan respon yang menyenangkan terhadap situasi yang dibicarakan.

5) Kesamaan (homophily), komunikasi antarpribadi akan efektif jika orang-orang yang berkomunikasi memiliki kesamaan, apakah itu kesamaan bahasa atau kesamaan persepsi.

a) Pengertian Pendidikan Karakter

Muslich (2011:67) mengemukakan “pendidikan karakter, alih-alih disebut pendidikan budi pekerti, sebagai pendidikan nilai moralitas manusia yang disadari dan dilakukan dalam tindakan nyata”. Dalam kamus ilmiah karakter memiliki kesamaan arti dengan kata “watak” yang berarti pembawaan, kebiasaan dan tabiat, sedangkan kata watak sendiri memiliki pengertian sebagai sifat batin manusia yang mempengaruhi segenap pikiran dan tingkahlaku, budipekerti. Maka bisa diartikan bahwa karakter itu berkaitan dengan kekuatan moral, yang bernilai“

positif, bukan netral. Kemdiknas Puskurbuk, (2010: 4) menjelaskan:

“Karakter sendiri merupakan kepribadian seseorang yang terbentuk dari hasil internalisasi berbagai kebajikan (virtues) yang diyakini dan digunakan sebagai landasan untuk cara pandang, berpikir, bersikap, dan bertindak. Kebajikan terdiri atas se jumlah nilai, moral, dan norma, seperti jujur, berani bertindak, dapat dipercaya, dan hormat kepada orang lain. Interaksi seseorang dengan orang lain menumbuhkan karakter masyarakat dan karakter bangsa. Oleh karena itu, pengembangan karakter bangsa hanya dapat dilakukan melalui pengembangan karakteri ndividu seseorang. Akan tetapi, karena manusia hidup dalam lingkungan sosial tertentu, maka pengembangan karakter individu seseorang hanya dapat dilakukan dalam lingkungan sosial yang berangkutan. Artinya, pengembangan karakter bangsa hanya dapat dilakukan dalam suatu proses pendidikan yang tidak melepaskan peserta didik dari lingkungan sosial dan budaya bangsa adalah Pancasila; jadi pendidikan karakter bangsa haruslah berdasarkan nilai-nilai Pancasila”.

(8)

-233-

Senada dengan Sahabuddin, (2007:163) mengemukakan bahwa “Pancasila merupakan penyaring terhadap nilai-nilai yang dapat diterima oleh warga Negara Indonesia dimanapun berada”. Pendidikan adalah suatu usaha yang sadar dan sistematis dalam mengembangkan potensi peserta didik. Pendidikan adalah juga suatu usaha masyarakat dan bangsa dalam mempersiapkan generasi mudanya bagi keberlangsungan kehidupan masyarakat dan bangsa yang lebih baik dimasa depan.

Keberlangsungan itu ditandai oleh pewarisan karakter yang telah dimiliki masyarakat dan bangsa. Oleh karena itu, pendidikan adalah proses pewarisan karakter bangsa bagi generasi muda dan juga proses pengembangan budaya dan karakter bangsa untuk peningkatan kualitas kehidupan masyarakat dan bangsa dimasa mendatang. Kemendiknas Pusbuskur, (2010 : 4) dijelaskan :

“Dalam proses pendidikan budaya dan karakter bangsa, secara aktif peserta didik mengembangkan potensi dirinya, melakukan proses internalisasi, dan penghayatan nilai-nilai menjadi kepribadian mereka dalam bergaul di masyarakat, mengembangkan kehidupan masyarakat yang lebih sejahtera, serta mengembangkan kehidupan bangsa yang bermartabat”.

b) Fungsi Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa

Sesuai dengan fungsi pendidikan nasional, pendidikan karakter dimaksudkan untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Dalam Kemdiknas Puskurbuk, (2010:7) dijelaskan fungsi pendidikan budaya dan karakter bangsa adalah:

Pengembangan:pengembangan potensi peserta didik untuk menjadi pribadi berperilaku baik; ini bagi peserta didik yang telah memiliki sikap dan perilaku yang mencerminkan budaya dan karakter bangsa;

Perbaikan: memperkuat kiprah pendidikan nasional untuk bertanggung jawab dalam pengembangan potensi peserta didik yang lebih bermartabat; dan

Penyaring:untukmenyaringbudayabangsasendiridanbudaya

bangsalainyangtidaksesuaidengannilai-nilaibudayadan karakter bangsa yang bermartabat.

c) Tujuan Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa

Pendidikan karakter dilakukan dalam rangka mencapai tujuan pendidikan nasional yaitu untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berahlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang domokratis serta bertanggung jawab. Dalam Kemdiknas Pusbuskur, (2010:7) Tujuan pendidikan budaya dan karakter bangsa adalah:

 Mengembangkan potensi kalbu/nurani/afektif peserta didik sebagai manusia dan warganegara yang memiliki nilai-nilai budaya dan karakter bangsa;

 Mengembangkan kebiasaan dan perilaku peserta didik yang terpuji dan sejalan dengan nilai-nilai universal dan tradisi budaya bangsa yang religius;

 Menanamkan jiwake pemimpinan dan tanggungjawab peserta didik sebagai

(9)

-234- generasi penerus bangsa;

 Mengembangkan kemampuan peserta didik menjadi manusia yang mandiri, kreatif, berwawasan kebangsaan; dan

 Mengembangkan lingkungan kehidupan sekolah sebagai lingkungan belajar yang aman, jujur, penuh kreativitas dan persahabatan, serta dengan rasa kebangsaan yang tinggi dan penuh kekuatan (dignity).

d) Nilai-nilai dalam Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa

Kemdiknas Puskurbuk, (2010:7-8) dijelaskan nilai-nilai yang dikembangkan dalam pendidikan budaya dan karakter bangsa diidentifikasi dari sumber-sumber berikut ini:

Agama:masyarakatIndonesiaadalahmasyarakatberagama.Oleh karenaitu, kehidupan individu, masyarakat, dan bangsa selalu didasari pada ajaran agama dan kepercayaannya. Secara politis, kehidupan kenegaraan pun didasari pada nilai-nilai yang berasal dari agama. Atas dasar pertimbangan itu, maka nilai- nilai pendidikan budaya dan karakter bangsa harus didasarkan pada nilai-nilai dan kaidah yang berasaldari agama.

Pancasila: negara kesatuan Republik Indonesia ditegakkan atas prinsip-prinsip kehidupan kebangsaan dan kenegaraan yang disebut Pancasila. Pancasila terdapat pada Pembukaan UUD 1945 dan dijabarkan lebih lanjut dalam pasal- pasal yang terdapat dalam UUD1945. Artinya, nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila menjadi nilai-nilai yang mengatur kehidupan politik, hukum, ekonomi, kemasyarakatan, budaya, dan seni. Pendidikan budaya dan karakter bangsa bertujuan mempersiapkan peserta didik menjadi warga negara yang lebih baik, yaitu warga negara yang memiliki kemampuan, kemauan, dan menerapkan nilai nilai Pancasila dalam kehidupannya sebagai warga negara.

Budaya: sebagai suatu kebenaran bahwa tidak ada manusia yang hidup bermasyarakat yang tidak didasari oleh nilai-nilai budaya yang diakui masyarakat itu. Nilai-nilai budaya itu dijadikan dasar dalam pemberian makna terhadap suatu konsep dan arti dalam komunikasi antar anggota masyarakat itu.

Posisi budaya yang demikian penting dalam kehidupan masyarakat mengharuskan budaya menjadi sumber nilai dalam pendidikan budaya dan karakter bangsa.

Tujuan Pendidikan Nasional: sebagai rumusan kualitas yang harus dimiliki setiap warga negara Indonesia, dikembangkan oleh berbagai satuan pendidikan di berbagai jenjang dan jalur. Tujuan pendidikan nasional memuat berbagai nilai kemanusiaan yang harus dimiliki warga negara Indonesia. Oleh karena itu, tujuan pendidikan nasional adalah sumber yang paling operasional dalam pengembangan pendidikan budaya dan karakter bangsa.

e) Prinsip-prinsip Pendidikan Karakter

Pendidikankarakter harus dikembangkan secara holistik sehingga hasilnya akan lebih optimal. Karena dalam membangun manusia yang berkarakter bukan hanya dari dimensi kognitif saja, tetapi dalam prosesnya harus mampu mengembangkan potensi manusia. Oleh karena itu, pendidikan karakter harus dirancang secara sistemik dan holistik agar hasilnya lebih optimal. Sebagaimana

(10)

-235-

dijelaskan oleh Thomas Lickona, bahwa untuk mengembangkan pendidikan karakter perlu memperhatikan sebelas prinsip agar efektif.

Kemdiknas Puskur, (2010:11), dijelaskan bahwa “pada prinsipnya, pengembangan budaya dan karakter bangsa tidak dimaksukan sebagai pokok bahasan tetapi terintegrasi kedalam mata pelajaran, pengembangan diri, dan budaya sekolah”. Kemdiknas Puskurbuk, (2010-11) :

“Prinsip pembelajaran pembelajaran yang digunakan dalam pengembangan pendidikan budaya dan karkter bangsa mengusahakan agar peserta didik mengenal dan menerima nilai-nilai budaya dan karakter bangsa sebagai milik mereka dan bertanggung jawab atas keputusan yang diambilnya melalui tahapan mengenal pilihan, menilai pilihan, menentukan pendirian dan selajutnya menjadikan suatu nilai sesuai dengan keyakinan diri.

Dengan prinsip ini peserta didik belajr melalui proses berfikir, bersikap, dan berbuat. Ketiga proses ini dimaksudkan untuk mengembangkan kemampuan peserta didik dalam melakukan kegiatan social dan mendorong peserta didik untuk melihat diri sendiri sebagai mahluk social”.

METODE PENELITIAN A. Variabel Penelitian

Penelitian ini terdiri atas satu buah variable yang disimbolkan dengan X, serta satu buah variable terikat yang disimbolkan dengan Y dengan penjelasan sebagai berikut: X adalah Metode Komunikasi Antarpribadi, dan Y adalah Pengintegrasiaan Nilai-Nilai Karakter.

Penelitian ini didasarkan pada model desain survey deskriptif yang bersifat korelasional dengan menggunakan pendekatan kuantitatif. Terkait dengan model tersebut, Ary, Jacobs dan Razavieh (1985) menegaskan bahwa model survey di samping dapat digunakan untuk melukiskan kondisi dengan criteria yang diterapkan dan dapat juga digunakan untuk menyelidiki perbedaan gejala-gejala tersebut serta untuk menguji hipotesis. Penelitian deskriptif berupaya memperoleh informasi berkenaan dengan fenomena yang diamati saat ini (Gay, 1990; danTiro, 1999).

B. Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah Mahasiswa Universitas Negeri Makassar.Karena jumlah responden sangat banyak, peneliti menggunakan sampling insidentil dengan harapan bahwa peneliti menemui mahasiswa yang ada di Universitas Negeri Makassar dengan area Kampus Parangtambung, Kampus gunung sari, Kampus Banta-bantaeng, Kampus Tidung, Kampus Pare-pare dan Kampus Bone. Adapun jumlah mahasiswa yang menjadi responden adalah 150 orang yang diambil secara acak.

C. Teknik Pengumpulan Data

(11)

-236-

Kuesioner yaitu berupa daftar pertanyaan yang dibuat untuk mencari jawaban dari responden Dalam hal ini, data dikumpulkan dengan menggunakan teknik instrumen yang berbentuk kuesioner, dalam pelaksanaan pengumpulan data, berdasarkan jumlah sampel.Jawaban setiap item instrumen menggunakan skala Likert sebagai alat pengukuran tentang fenomena sosial. Skala Likert dalam menjawab pertanyaan, mempunyai gradasi dari sangat positif sampai dengan sangat negative.

D. Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini disesuaikan dengan permasalahan, hipotesis, dan tujuan penelitian yang telah dirumuskan sebelumnya, berdasarkan hal tersebut maka teknik analisis data yang digunakan adalah analisis rerata, persentase, simpangan baku dan analisis jalur (path analysis) atau regresi bertahap dengan bantuan komputer program SPSS 11.50 for

HASIL PENELITIAN

1) Gambaran Komunikasi Antarpribadi Dosen dengan Mahasiswa di Universitas Negeri Makassar

Berkomunikasimerupakan keharusan bagi manusia.Manusia membutuhkan dan senantiasa berusaha membuka serta menjalin komunikasi atau hubungan sesamanya.Selain itu, ada sejumlah kebutuhan di dalam diri manusia yang hanya dapat dipusatkan lewat komunikasi dengan sesamanya.Oleh karena itu, penting bagi kita menjadi terampil berkomunikasi.

Suatu usaha penyebaran idea baru bukanlah suatu proses yang sederhana.

Hal ini terutama terletak pada banyaknya hambatan, sehingga memerlukan waktu yang lama. Di Dosen misalnya dalam rangka mengintegrasikan nilai-nilai karakter pada mahasiswa yang ada perlu digunakan atau diterapkan metode-metode komunikasi antarpribadi oleh Dosen sehingga mahasiswa dapat mengimplementasikan karakter-karakter yang positif di dalam kelas dan di masyarakat. Hal ini dapat di lihat pada tabel berikut:

Tabel. 2. Gambaran Komunikasi Antarpribadi Dosen dengan Mahasiswa di Universitas Negeri Makassar

No. Kategorisasi Persentase

1.

2.

3.

4.

5.

Tidak Baik Kurang baik Cukup baik Baik

Sangat Baik

0 5 38 52 5 100 Sumber data : hasil olah angket 1 – 27 tahun 2015

(12)

-237-

Dapat digambarkan bahwa, komunikasi yang terjalin antara dosen dengan mahasiswa selama ini masih dalam kategori cukup baik cenderung kategori baik.

Dalam kenyataannya mahasiswa dalam komunikasi antarpribadi dapat dilihat pada interaksi mahasiswa di dalam kelas, komunikasi dalam pembimbingan akademik dengan berfungsinya penasehat akademik, berfungsinya pembimbingan dalam tugas akhir sampai mereka berkomunikasi dalam ikatan alumni baik alumni fakultas maupun alumni perguruan tinggi. .

Pada point yang memilih kurang baik, dikarenakan ada beberapa mahasiswa yang mengalami persoalan akademik seperti keterlambatan dalam proses perkuliahan, dalam perkuliahan mahasiswa mengalami masalah seperti sakit, biaya, jarak rumah, mahasiswa bekerja paruh waktu untuk menutupi biaya perkuliahan serta banyak masalah pribadi sehinggan mahasiswa tersebut terlambat dalam proses penyelesaian. Pada point sangat bagus, dikarenakan mahasiswa memanfaatkan waktu dengan sebaik-baiknya yang ada antara dosen dan mahasiswa dalam bimbingan belajar, bimbingan penyelesaian studi serta usaha yang keras dalam menyelesaikan tahapan-tahapa akademik dengan baik.

Pada prinsipnya dosen yang ada di Universitas Negeri Makassar komunikasi dan interaksi dengan menggunakan empati, keterbukaan, kesamaan, kepositifan dan yang lainnya tercipta dengan baik.Hal ini dibuktikan persepsi mahasiswa tentang komunikasi antarpribadi dengan dosennya baik.

2) Gambaran Karakter Mahasiswa Universitas Negeri Makassar

Praktek pendidikan Indonesia cenderung terfokus pada pengembangan aspek kognitif sedangkan aspek soft skils atau non akademik sebagai unsur utama pendidikan karakter belum diperhatikan secara optimal bahkan cenderung diabaikan. Oleh karena itu reorientasi pendidikan dari yang hanya berfokus pada pengembangan karakter yang merupakan suatu keharusan membangun karakter bangsa, namun orientasi tersebut membutuhkan waktu yang cukup lama dan harus dilakukan secara berkesinambungan.

Pada saat ini pemerintah tiada henti-hentinya melakukan upaya-upaya untuk perbaikan kualitas pendidikan di Indonesia, namun belum semuanya berhasil, terutama menghasilkan insan Indonesia yang berkarakter. Salah satu upaya untuk mewujudkan pendidikan yang seperti di atas, para peserta didik harus dibekali dengan pendidikan khusus yang membawa visi misi pokok dalam pembinaan karakter/akhlak mulia dan harus ada usaha untuk menjadikan nilai- nilai itu kembali menjadi karakter yang dibanggakan di hadapan bangsa lain.

Untuk mengetahui perkembangan karakter mahasiswa sebagai implementasi dari pendidikan, maka dapat dilihat pada table berikut:

(13)

-238-

Tabel. 2. Gambaranpengintegrasian Nilai Pendidikan Karakter Mahasiswa UNM

No. Kategorisasi Persentase

1.

2.

3.

4.

5.

Tidak Baik Kurang Baik Cukup Baik Baik

Sangat Baik

0 3 9 43 45 100 Sumber data : hasil olah angket 1 – 19 tahun 2015

Dapat dipahami bahwa, gambaran karakter mahasiswa di Universitas Negeri Makassar berada pada kategori sangat baik, hal ini dilihat dari persepsi mahasiswa perolehan nilai berada di kategori baik dan kategori sangat baik.

Karakter mahasiswa selama ini memang masih terjaga, hanya dalam kasus beberapa tawuran itu terjadi pada lokasi-lokasi atau kelompok-kelompok tertentu, hal ini dikarenakan adanya orang luar yang mengatasnamakan mahasiswa yang terjadi tawuran dengan kepentingan kelompok itu atau mahasiswa itu sendiri. Pada prinsipnya mahasiswa yang tidak terlibat tawuran, juga memiliki prestasi-prestasi yang sangat luar biasa.

a. Analisis Statistik Inferensial

Korelasi

Untuk menguji hipotesis dan mengetahui ada tidaknya tentang komunikasi antarpribadi dalam mengintegrasikan nilai pendaidikan karakter di Universitas Negeri Makassar, maka diadakan uji korelasi product moment.

Berdasarkan hasil perhitungan product moment, maka diperoleh korelasi antara Komunikasi antarpribadi terhadap karakter mahasiswa di Universitas Negeri Makassar dengan koefisien r 0,684 kemudian di konsultasikan pada tabel interpertasi nilai r berada pada interval. Ini berarti hubungan antara komunikasi antarpribadi terhadap karakter mahasiswa kategori kuat. Dari koefisien korelasi yang bertanda + diperoleh adanya hubungan yang searah. Artinya kalau komunikasi antarpribadi meningkat maka semakin baik pula karakter mahasiswa.

Analisis Regresi Linear Sederhana

Untuk menguji hipotesis dalam penelitian ini yaitu ” Penerapan Metode Komunikasi Antarpribadi Dosen dalam Mengintegrasikan Nilai-Nilai Pendidikan Karakter Mahasiswa Universitas Negeri Makassar” maka digunakan analisis regresi sederhana.

Model summary

Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate

1 .684a .468 .465 8.71235

a. Predictors: (Constant), Komunikasi Antarpribadi b. Dependent Variable: Karakter mahasiswa

Dari hasil olah data diperoleh nila R square = 0,468 artinya variabel komunikasi antarpribadi dapat menerangkan variabilitas sebesar46,80% dari

(14)

-239-

variabel karakter mahasiswa, sedangkan sisanya diterangkan oleh variabel lain (dimana R2 merupakan koefisien determinasi).

a. Dependent Variable: Karakter mahasiswa Untuk konstanta Hipotesis:

H0 : koefisien regresi tidak signifikan H1 : koefisien regresi signifikan

Pada taraf signifikansi 5%, dari nilai sig. = 0,000 yang lebih dari taraf signifikansi 5% sehingga dapat disimpulkan bahwa tolak Ho artinya konstanta berpengaruh pada Pengintegrasian Nilai Pendidikan Karakter pada mahasiswa Universitas Negeri Makassar.

Untuk koefisien Hipotesis :

H0 : koefisien regresi tidak signifikan H1 : koefisien regresi signifikan

Pada taraf signifikansi 5%.Nilai signifikansi yang diperoleh sebesar 0,000 yang lebih kecil dari taraf signifikansi 5%.Maka dapat disimpulkan bahwa tolak Ho artinya komunikasi antarpribadi dosen berpengaruh terhadap pengintegrasian nilai pendidikan karakter mahasiswa. Sehingga model regresi terbentuk adalah

Y = 14,321 + 0,625 (X)

Tanda + pada variabel komunikasi antarpribadi menunjukkan arah searah, artinya bila komunikasi antarpribadi di tingkatkan maka pengintegrasian nilai pendidikan karakter akan diperoleh akan naik, begitu sebaliknya.

PEMBAHASAN

1. Gambaran Komunikasi Antarpribadi Dosen Universitas Negeri Makassar Bila dilihat disisi komunikasi antarpribadi yang ada di Mahasiswa Universitas Negeri Makassar berkategori baik, ini juga dibuktikan di lapangan bahwa dosen-dosen yang ada di Universitas Negeri Makassar masih meluangkan waktunya berkomunikasi di luar jam mata kuliah.Bimbingan-bimbingan secara teknis perkuliahan.Komunikasi antarpribadi dosen di universitas negeri Makassar memang masih dalam kondisi baik. Jika terpenuhi persyaratan yang seperti di ungkapkan oleh DeVito (1989:4) menyatakan bahwa proses komunikasi antarpribadi bisa efektif dengan melihat lima hal, yaitu: (1) Keterbukaan, (2) Empathy, (3) Dukungan, (4) Kepositifan, dan (5) Kesamaan.

2. Gambaran penerapan nilai pendidikan karakter di mahasiswa Universitas Negeri Makassar.

Berdasarkan hasil penelitian yang telah di jelaskan sebelumnya, maka penerapan nilai pendidikan karakter di mahasiswa universitas Negeri Makassar dalam kategori sangat baik.Hal ini budaya yang dikembangkan oleh mahasiswa masih dalam tataran yang berada pada pelaksanaan yang wajar dan sesuai dengan tata aturan akademik yang dibuat oleh pihak Universitas.

(15)

-240-

Hasil penelitian ini sejalan dengan pendapat Muslich (2011:67) mengemukakan “pendidikan karakter, alih-alih disebut pendidikan budi pekerti, sebagai pendidikan nilai moralitas manusia yang disadari dan dilakukan dalam tindakan nyata”. Dalam kamus ilmiah karakter memiliki kesamaan arti dengan kata

“watak” yang berarti pembawaan, kebiasaan dan tabiat, sedangkan kata watak sendiri memiliki pengertian sebagai sifat batin manusia yang mempengaruhi segenap pikiran dan tingkah laku, budi pekerti. Maka bisa diartikan bahwa karakter itu berkaitan dengan kekuatan moral, yang bernilai “positif, bukan netral.

Kemdiknas Puskurbuk, (2010: 4) menjelaskan “Karakter sendiri merupakan kepribadian seseorang yang terbentuk dari hasil internalisasi berbagai kebajikan (virtues) yang diyakini dan digunakan sebagai landasan untuk cara pandang, berpikir, bersikap, dan bertindak. Kebajikan terdiri atas sejumlah nilai, moral, dan norma, seperti jujur, berani bertindak, dapat dipercaya, dan hormat kepada orang lain. Interaksi seseorang dengan orang lain menumbuhkan karakter masyarakat dan karakter bangsa. Oleh karena itu, pengembangan karakter bangsa hanya dapat dilakukan melalui pengembangan karakter individu seseorang. Akan tetapi, karena manusia hidup dalam lingkungan sosial tertentu, maka pengembangan karakter individu seseorang hanya dapat dilakukan dalam lingkungan social yang berangkutan. Artinya, pengembangan karakter bangsa hanya dapat dilakukan dalam suatu proses pendidikan yang tidak melepaskan peserta didik dari lingkunga sosial dan budaya bangsa adalah Pancasila; jadi pendidikan karakter bangsa haruslah berdasarkan nilai-nilai Pancasila”.

3. Pengaruh Komunikasi Antarpribadi dengan Penerapan nilai pendidikan karakter Mahasiswa Universitas Negeri Makassar

Berdasarkan hasil analisis data sebelumnya berarti hubungan antara komunikasi antarpribadi terhadap penerapan nilai pendidikan karakter mahasiswa kategori kuat. Dari koefisien korelasi yang bertanda + diperoleh adanya hubungan yang searah. Artinya kalau komunikasi antarpribadi meningkat maka semakin baik pula karakter mahasiswa.

Untuk menguji hipotesis dalam penelitian ini yaitu ” Penerapan Metode Komunikasi Antarpribadi Dosen dalam Mengintegrasikan Nilai-Nilai Pendidikan Karakter Mahasiswa Universitas Negeri Makassar” maka digunakan analisis regresi sederhana.Dari hasil olah data diperoleh nilaivariabelkomunikasi antarpribadi dapat menerangkan variabilitas sebesar 46,80% dari variabel karakter mahasiswa, sedangkan sisanya diterangkan oleh variabel lain (dimana R2 merupakan koefisien determinasi) sehingga dapat disimpulkan bahwa tolak Ho artinya konstanta berpengaruh pada Pengintegrasian Nilai Pendidikan Karakter pada mahasiswa Universitas Negeri Makassar. Hasil analisis koefisien di dapatkan bahwa komunikasi antarpribadi di tingkatkan maka pengintegrasian nilai pendidikan karakter akan diperoleh akan naik, begitu sebaliknya.

(16)

-241-

Temuan penelitian ini bila dikaitkan dengan falsafah Pendidikan karakter dilakukan dalam rangka mencapai tujuan pendidikan nasional yaitu untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berahlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang domokratis serta bertanggung jawab.

KESIMPULAN

1. Gambaran umum komunikasi antarpribadi dosen yang dimiliki sekarang ini adalah kategori baik selebihnya cukup baik dan sangat baik. Dalam analisa di atas, dapat digambarkan bahwa komunikasi antarpribadi dosen kompetensi yang tinggi itu dilatarbelakangi adanya suasana akademik yang terjadi di setiap kampus hal ini di yang diukur adalah Keterbukaan, Empathy, Dukungan, Kepositifan, dan Kesamaan.

2. Untuk mengetahui gambaran pengintegrasian Nilai-Nilai Pendidikan Karakter mahasiswa di Universitas Negeri Makassar di dikatogorikan sangat baik. Hal ini budaya yang dikembangkan oleh mahasiswa masih dalam tataran yang berada pada pelaksanaan yang wajar dan sesuai dengan tata aturan akademik yang dibuat oleh pihak Universitas..

3. Terdapat pengaruh komunikasi antarpribadi, terhadap pengintegrasian nilai- nilai pendidikan karakter mahasiswa di Universitas Negeri Makassar, dimana jika komunikasi antar pribadi di digalakkan dan dinaikkan maka akan menambah nilai-nilai pendidikan karakter mahasiswa yang lebih baik. Semakin bagus komunikasi antarpribadi yang dijalin oleh dosen dengan mahasiswa, semakin bagus karakter mahasiswa tersebut dengan pendekatan-pendekatan kekeluargaan, akan terjalin komunikasi sehingga tujuan antara dosen dan mahasiswa dapat tercapai dengan baik.

SARAN

Berdasarkan kesimpulan dari hasil penelitian yang telah diuraikan di atas, maka penulis mengajukan beberapa saran-saran yang sifatnya konstruktif yaitu:

1. Gambaran umum komunikasi antarpribadi dosen dengan kategori baik. Maka dari itu hendaknya ditingkatkan menjadi lebih komunikasi yang sangat baik.

Oleh karena itu diharapkan dosen selalu memberi ruang kepada mahasiswa untuk mengadakan komunikasi dengan memperhatikan keterbukaan, empaty, dukungan, kepositifan dan kesamaan.

2. Gambaran pengintegrasian Nilai-Nilai Pendidikan Karakter mahasiswa di Universitas Negeri Makassar di dikatogorikan sangat baik. Dalam hal ini perlu di pertahankan dengan mematuhi aturan akademik dan kemasiswa.

Mengedepankan nilai-nilai pendidikan karakter yang sudah ada dan terbangun di masyarakat mahasiswa UNM.

3. Besarnya pengaruh komunikasi antarpribadi, terhadap pengintegrasian nilai- nilai pendidikan karakter mahasiswa di Universitas Negeri Makassar, dimana Dosen dan Mahasiswa perlu menjalin dan ada ruang yang untuk

(17)

-242-

berkomunikasi, dimana dosen dan mahasiswa tidak ada batasan-batasan untuk pencapai tujuan. Dosen diharapkan dengan keterbukaan, empaty, dukungan, dan kesamaan serta di barengi pendidikan karakter setiap perkuliahan, maupun di luar perkuliahan, maka karakter mahasiswa akan melekat dengan baik serta mahasiswa dapat menjadi mahasiswa teladan dan berprestasi baik di kanca nasional maupun international. Hal ini tentu atas bimbingan dosen dan civitas akademi yang ada di UNM.

DAFTAR PUSTAKA

Applbaum, Ronald L. Et. All 1974 The Process of Group Communication, Science Research Associate, Inc Chicago

Ahmadi, Lif Khoiru dan Amri, Sofan. 2011. Mengembangkan Pembelajaran IPS Terpadu.Jakarta : PT. Prestasi Pustakaraya

Barnlund C.D 1968. Interpersonal of communication Hongtong Mefflin, Boston Bulaeng Andi, 2000. Metode Penelitian Komunikasi KontenporerHasanuddin

University Press, Makassar.

De Vito Joseph A. 1989. The Interpersonal Communication Harpers& Row Publisher New York

Effendi, Onong Uchjana , 1992. Kepemimpinan dan Komunikasi PT. Citra Aditya Bakti Bandung.

Kementrian Pendidikan Nasional. 2010. Bahan Pelatihan Penguatan Metodologi Pembelajaran Berdasarkan Nilai-Nilai Budaya Untuk membentuk daya Saing dan Karakter Bangsa.Jakarta : Badan Penelitian dan Pengembangan Pendidikan Nasional Pusat Kurikulum.

Kesuma Dharma, dkk. 2011. Pendidikan Karakter Kajian Teori dan Praktik, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Muslich, Masnur. 2011. Pendidikan Karakter, Menjawab Tantangan Krisis Multidimensional. Jakarta: PT Bumi Aksara

Nasution Zulkarnaen, 1988. Komunikasi Pembangunan Pengenalan Teori dan Penerapannya .Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Raka, Gede. 2006, Guru Transformasional dalam Pembangunan Karakter dan Pembangunan Bangsa, Makalah, Orasi Dosen Berprestasi Tingkat Poltekes dan Tingkat Nasional, (Jakarta: 10 Nopember)

Raka, Gede dkk. 2011. Pendidikan Karakter di Sekolah. Jakarta : PT Gramedia Rakhmat Jalaluddin, 1998. Psikologi Komunikasi, PT. Remaja Rosdakarya.

Bandung

Reardon K. Kathlen 1987. Interpersonal communication , Where Minds Meet, Wadsworth Publisting Company, California.

Rogert Everet M. And F. Filoyed Shoemaker, 1988.Communication of innovation a cross cultural approach.The Free Press New York

Rogers, Herta H. Murphy.1991. Effective communication MC.Graw-Hill Book Companyt Inc London

Sahabuddin. 2007. Mengajar dan Belajar. Makassar: Badan Penerbit UNM Sendjaja.S. Djuarsa. 1993. Pengantar Komunikasi Universitas Terbuka. Jakarta Stephen W. Little John.Theories of Human Communication

(18)

-243-

Sugiyono, 1997.Statistik untuk Penelitian Alfabeta Bandung.

Supratiknya, 1995. Komunikasi Antar Pribadi Tinjauan Psikologis, Karnisius Yogyakarta

Sudjana, 1982.Metode Statistika. Tarsito: Bandung

Suharsimi Arikunto. 2006. Prosedur Penelitian. Jakarta: PT Asdi Mahasatya

Referensi

Dokumen terkait

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan analisis semiotika yang menekankan pada analisis teks, yang digunakan untuk mengetahui makna

Teknik analisis data yang digunakan dalam skripsi ini adalah analisis deskriptif. Metode analitik digunakan dalam rangka menganalisis data-data di dalamnya. Tujuan metode

Untuk menganalisis dan mengolah data yang telah dikumpulkan, teknik analisis yang digunakan adalah: (1) mentraskripkan video cerita rakyat Bujang Sambilan ke dalam

Teknik analisis data adalah teknik yang digunakan untuk menganalisis data hasil penelitian dalam rangka menguji kebenaran hipotesis hingga memberikan kesimpulan

Berdasarkan permasalahan yang telah dirumuskan, hasil analisis dan pengujian hipotesis yang telah dilakukan pada bab sebelumnya, maka dari penelitian yang dila- kukan

Pembahasan Pada bagian ini peneliti pembahas hasil analisis data berdasarkan penerimaan atau penolakan atas hipotesis kerja yang telah dirumuskan sebelumnya Dalam bagian pembahasan

Teknik analisis data yang digunakan adalah teknik analisis isi content analysis dengan membaca, menganalisis, mendeskripsikan, dan menyimpulkan isi dari Kumpulan Cerita Rakyat Kepulauan

Sesuai dengan judul penelitian maka hipotesis yang digunakan untuk analisis data adalah sebagai berikut: Ha=Layanan konseling kelompok dengan teknik shaping dapat meningkatkan tanggung