• Tidak ada hasil yang ditemukan

STRATEGI DOSEN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN DALAM MENANAMKAN KARAKTER ETIKA MAHASISWA DI STIKOM PGRI BANYUWANGI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "STRATEGI DOSEN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN DALAM MENANAMKAN KARAKTER ETIKA MAHASISWA DI STIKOM PGRI BANYUWANGI"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

SIPENDIKUM 2018

1

STRATEGI DOSEN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN DALAM MENANAMKAN KARAKTER ETIKA MAHASISWA

DI STIKOM PGRI BANYUWANGI

Mohamad Dedi1; Estu Handayani2

Email:dedismantab_stikom@yahoo.co.id; ehchie797@gmail.com

Abstrak

Peran pendidik guru atau dosen adalah sangat penting bagi perkembangan karakter etika dari siswa atau mahasiswanya. Penekanan terhadap pembentukan karakter etika harus lebih banyak di lakukan oleh para pendidik agar bisa menyeimbangkan dengan perkembangan teknologi yang sangat pesat saat ini. Dengan kondisi saat ini, pembelajaran Pancasila dan Kewarganegaraan sangatlah diperlukan anak didik untuk menciptakan generasi yang cerdas serta memiliki etika atau moral yang dapat membantu dalam bermasyarakat. Metodepenelitian yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan analisis data kualitatif, yang mana data yang diperoleh untuk penelitian berasal dari kuesioner, wawancara, catatan pengamatan.Tujuan dari penelitian ini adalah untuk membentuk karakter etika mahasiswa STIKOM PGRI setelah mempelajari matakuliah Pancasila dan Kewarganegaraan.Hasil dari penelitian ini adalah diketahui bahwa tingkat etika mahasiswa STIKOM PGRI Banyuwangi sudah cukup baik.

Kata kunci: karakter, etika, kualitatif, mahasiswa

Pendahuluan

Peran pendidik, guru atau dosen adalah sangat penting bagi perkembangan karakter etika dari siswa atau mahasiswanya. Siswa atau mahasiswa akan mencontoh apa yang dilakukan atau diajarkan oleh para pendidik. Kondisi ini menjadikan peran pendidik harus ditanamkan kejiwa masing-masing peserta didik untuk mendapatkan efektifitas belajar yang baik.

Penekanan terhadap pembentukan karakter etika harus lebih banyak di lakukan oleh para pendidik agar bisa menyeimbangkan dengan perkembangan teknologi yang sangat pesat saat ini. Dengan kondisi saat ini, pembelajaran Pancasila dan Kewarganegaraan sangat lah diperlukanpeserta didik untuk menciptakan generasi yang cerdas serta memiliki etika atau moral yang dapat membantu dalam bermasyarakat. Pendidikan secara ideal bersumber atas landasan lokal yang meliputi kondisi lingkungan dan kondisi saat ini. Serta berkaitan pada kebutuhan masyarakat dengan

1

Penulisadalah Dosen Sikom PGRI Banyuwangi

2

(2)

SIPENDIKUM 2018

2

memperhitungkan kondisi sosial ekonomi, kultur dan politik. Kondisi tersebut dapat membentuk individu dari peserta didik yang siap menghadapi masa-masa yang akan terus berubah kedepannya.

Dengan Perpres No. 87 Tahun 2017 tentang Penguatan Pendidikan Karakter dalam rangka mewujudkan bangsa yang berbudaya melalui penguatan nilai-nilai religius, jujur, toleran, disiplin, bekerja keras, kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah air, menghargai prestasi, komunikatif, cinta damai, gemar membaca, peduli lingkungan, peduli sosial, dan bertanggung jawab, pemerintah memandang perlu penguatan pendidikan karakter.

Demikian juga kalaudikaitkandengan Undang-undang nomer 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Pasal 3, tujuana pendidikan nasional adalah mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggungjawab3. Dari undang-undang tersebut pendidikan berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk karakter serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Diharapkan pula pendidikan di Indonesia mampu mengembangkan potensi anak didik agar menjadi manusia seperti yang tertera pada undang-undang nomor 20 tahun 2003.

Dalam Perpres ini disebutkan, Penguatan Pendidikan Karakter yang selanjutnya disingkat PPK adalah gerakan pendidikan di bawah tanggung jawab satuan pendidikan untuk memperkuat karakter peserta didik melalui harmonisasi olah hati, olah rasa, olah pikir, dan olah raga dengan pelibatan dan kerja sama antara satuan pendidikan, keluarga, dan masyarakat sebagai bagian dari Gerakan Nasional Revolusi Mental (GNRM).

Pembentukan karakter mahasiswa STIKOM PGRI setelah mempelajari Pancasila dan Kewarganegaraan dapat dilihat dari perolehan nilai ujian semester genap dalam 3 periode.

Data nilai mata kuliah Pancasila dan Kewarganegaraan seperti pada tabel 1.1 berikut ini :

Tabel 1.1. Nilai Rata-Rata Mata Kuliah Pancasila dan Kewarganegaraan Semester Genap Periode 2015 -2017

3

(3)

SIPENDIKUM 2018

3

Dari nilai yang diperoleh mahasiswa STIKOM PGRI, diketahui bahwa perolehan nilai rata-rata mata kuliah PKn tahun 2015 adalah 76,51 dengan kriteria AB, tahun 2016 adalah 83,68 dengan kriteria A dan tahun 2017 adalah 80,26 dengan kriteria AB.

Dari perolehan nilai PKn tersebut, maka rumusan masalah dari penelitian ini adalah “Bagaimana strategi dosen Pancasila dan Kewarganegaraan dalam menanamkan karakter etika mahasiswa di STIKOM PGRI Banyuwangi?.”

Tujuan dari penelitian ini adalah membentuk karakter etika mahasiswa STIKOM PGRI setelah mempelajari mata kuliah Pancasila dan Kewarganegaraan. Beberapa manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah agar mahasiswa lebih dapat menanamkan nilai-nilai luhur Pancasila, agar lebih mencintai negara Indonesia, dapat mengamalkan Pacasila disegala situasi, menjadi pedoman warga negara yang baik, mambangun karakter warga negara yang bermartabat dan dapat mewujudkan kehidupan bermoral dalam kehidupan.

Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan analisis data kualitatif. Dimana data yang diperoleh untuk penelitian berasal dari kuesioner, wawancara, catatan pengamatan, pengambilan foto perekaman audio dan video. Metode kualitatif berusaha mengungkapkan berbagai keunikan yang terdapat dalam individu, kelompok, masyarakat, dan/atau organisasi dalam kehidupan sehari-harisecara menyeluruh, rinci, dalam dan dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah.2.

Alasan menggunakan metode penelitian menggunakan data kualitatif adalah salah satu usaha yang dilakukan dosen STIKOM PGRI Banyuwangimata kuliah Pancasila dan Kewarganegaraan dalam menanamkan karakter sopan santun kepada mahasiswa/i dalam pembelajaran Pancasila dan Kewarganegaraan.

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer yang diperoleh dari nilai mata kuliah Pancasila dan Kewarganegaraan yang diambil dari beberapa periode dan data sekunder yang diperoleh secara tidak langsung dari objek peneliti.

(4)

SIPENDIKUM 2018

4

Penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data. Terdapat empat macam tehnik pengumpulan data menurut Sugiono (2008:63)4, yaitu :

1. Tehnik Wawancara

Wawancara yang dilakukan dalam penelitian melibatkan mahasiswa/i STIKOM PGRI dengan melakukan wawancara seputar pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

2. Tehnik Observasi

Observasi dilakukan langsung oleh peneliti yang kemudian dilakukan pencatatan secara sistematis terhadap kondisi dan aktivitas belajar mengajar mahasiswa STIKOM PGRI.

3. Tehnik Kuesioner

Pengumpulan data yag dilakuakn peneliti yaitu dengan cara memberikan seperangkat pertanyaan tertulis kepada objek penelitian atau responden.

4. Tehnik Dokumentasi

Dalam pengumpulan data, dokumentasi yang digunakan berupa catatan, foto, rekaman dan lainnya mengenai data dari objek penelitian

Proses pengolahan data pada penelitian ini adalah : 1) Reduksi data

Data yang diperoleh peneliti dibuat dalam bentuk laporan dengan data yang

terperinci dengan mengumpulkan data tentang strategi dosen pengampu dalammenanamkan karakter etika terhadap pembelajaran mata kuliah PKn.

2) Analisa data

Strategi kegiatan yang dilakukan dalam penelitian ini meliputi penetapan lambang-lambang tertentu, klasifikasi data berdasarkan lambang-lambang/simbol dan melakukan prediksi atas data

3) Kesimpulan dan verifikasi

Dari tahapan pengolahan data, langkah selanjutnya adalah menyimpulkan dari strategi dosen dalam menanamkan karakter etika dalam pembelajaran PKn di STIKOM PGRI Banyuwangi. Kesimpulan ini dibuat berdasarkan dari rumusan masalah yang dibuat pada latar belakang penelitian.

Proses pembuatan data penelitian, peneliti melakukan kembali perpanjangan penelitian dengan melakukan pengamatan, wawancara dengan informan yang pernah ditemui. Perpanjangan penelitian dilakukan peneliti untuk memastikan data yang diperoleh sudah sesuai dan untuk memastikan data yang diperoleh benar atau tidak. Selain itu juga melakukan pengamatan dengan lebih cermat dan berkesinambungan.

Hasil dan Pembahasan

Peneliti melakukan observasi, wawancara dan analisis dokumen dalam proses pengumpulan data mengenai karakter etika terhadap mahasiswa STIKOM PGRI. Data

4

(5)

SIPENDIKUM 2018

5

yang dikumpulkan diambil dari mahasiswa yang mengikuti mata kuliah PKn. Proses observasi yang dilakukan adalah dengan mengamati kegiatan dan proses interaksi para mahasiswa dengan mahasiswa, mahasiswa dengan dosen, percakapan yang dilakukan mahasiswa, sikap dan tingkah laku mahasiswa pada saat menghadap dosen, kejujuran mahasiswa pada saat ujian, mengisi absensi dan cara kritis mahasiswa dalam menerima ilmu pengetahuan baru. Kegiatan yang diamati dan diuraikan lebih banyak kesikap sopan santun dari mahasiswa.

Dalam pembahasan ini diuraikan hasil temuan peneliti yang ditemukan dilapangan yaitu tentang karakter etika mahasiswa STIKOM PGRI Banyuwangi setelah mempelajari mata kuliah PKn. Dari hasil penelitian dapat diketahui secara umum mahasiswa yang telah mengikuti mata kuliah PKnmemiliki sikap dan tingkah laku yang sopan khususnya terhadap para dosen yang ada di STIKOM PGRI. Tingkah laku sopan santun mahasiswa dapat dilihat dari sikap dan perilaku mahasiswa jika bertemu dengan dosen akan melakukan jabat tangan dengan mencium tangan dosen. Tetapi ada sedikit pergeseran terhadap mahasiswa yang sudah lebih senior, dimana melakukan jabat tangan dengan mencium tangan dosen sudah tidak banyak dilakukan kembali oleh mahasiswa.

Perilaku sopan santun menurut Sujiono (2009)5 merupakan bagian dari budi pekerti yang dapat membentuk sikap terhadap manusia, tuhan, diri sendiri, keluarga, masyarakat, bangsa dan alam sekitar. Dari pernyataan yang disajikan, maka perilaku sopan santun adalah bagian dari budi pekerti yang mencerminkan kepribadian seseorang yang membentuk sikap yang tampak dalam perbuatan dan interaksi terhadap orang lain dalam lingkungan sekitarnya. Demikian pula dengan tindakan yang dilakukan oleh mahasiswa STIKOM PGRI terhadap para dosen yang ada.

Sikap dan tingkah laku lainnya yang terkait sopan santun mahasiswa STIKOM PGRI adalah cara mahasiswa dalam berkomunikasi atau berbicara serta berpakaian.

Dimana mahasiswa pada umumnya menggunakan pakaian yang sopan dan sesuai dengan kondisi lingkungan perkuliahan. Setiap mahasiswa harus menjaga kesantunan dalam berkomunikasi dan dapat berinteraksi dengan sesama mahasiswa atau dosen. Interaksi yang dilakukan menggunakan bahasa yang mudah dipahami dan dimengerti. Kondisi ini akan menentukan keberhasilan pembicaraan atau proses berkomunikasi.

Untuk proses kejujuran yang dilakukan mahasiswa dalam mengerjakan tugas ujian ataupun mengisi absensi kehadiran adalah masih cukup sulit dilakukan dengan jujur. Khususnya dalam mengerjakan soal ujian berbentuk teori, mahasiswa selalu mencari celah untuk mendapatkan jawaban dari sumber lain. Ada rasa ketidakpercayaan pada diri mereka dalam menjawab pertanyaan yang ada dalam soal ujian. Selain rasa ketidakpercayaan, ketidaksiapan mahasiswa dalam menjalankan ujian teori juga

5

(6)

SIPENDIKUM 2018

6

menjadi faktor utama ketidakmampuan mahaswa untuk berlaku jujur dalam mengerjakan soal ujian.

Pada mata kuliah PKn, penerapan karakter etika termasuk kedalam pendidikan budi pekerti plus yang melibatkan beberapa aspek, yaitu melibatkan aspek pengetahuan (cognitif), perasaan (feeling) dan tindakan (action). Tanpa ketiga aspek ini, pendidikan karakter tidak akan efektif. Pendidikan karakter menurut Thomas Lickona6 mengandung tiga unsur pokok, yaitu mengetahui kebaikan (knowing the good), mencintai kebaikan (desiring the good ) dan melakukan kebaikan (doing the good). Pendidikan karakter tidak sekedar mengajarkan mana yang baik dan mana yang buruk kepada anak, tetapi lebih menekankan kepada pendidikan karakter untuk menanam kebiasaan (habituation) tentang yang baik sehingga peserta didik paham, mampu merasakan dan mau melakukan hal yang baik. Sehingga pendidikan karakter membawa misi yang sama dengan pendidikan akhlak atau pendidikan moral.

Kesimpulan

Pendidikan karakter sangat penting diberikan kepada mahasiswa melalui pembelajaran mata kuliah PKn. Karakter etika mahasiswa makin terbentuk setelah mempelajari mata kuliah PKn sehingga tidak hanya karakter etikanya saja yang terbentuk, tetapi ahlak dan sifat terpuji mahasiswa juga ikut terbentuk dengan baik. Penanaman karakter etika dapat diterapkan dengan baik kepada mahasiswa dengan menggunakan strategi poin didukung dengan contoh yang dilakukan oleh seluruh civitas akademik yang ada di STIKOM PGRI Banyuwangi.

Daftar Pustaka

Ainah, Sarbaini, Rabiatul Adawiyah, Strategi Guru PKN Menanamkan Karakter Sopan Santun Dalam Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan di SMP Negeri 3 Banjarmasin, Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan: volume 6, Nomer 11, Mei 2016

BasrowodanSukidin, (2002). Metode Penelitian Kualitatif Perspektif Mikro, Surabaya, Insan Cendikia.

Bungin, Burhan, 2003. Analisis Data Penelitin Kualitatif. Jakarta: Raja GrafindoPersada.

Dalmeri, Pendidikan Untuk Pengembangan Karakter (Telaah Terhadap Gagasan Thomas Lickona dalam Educating for Character), Al-Ulum, Volume 14, Nomer 1, Juni 2014, hal 269-288, Universitas Indraprasti PGRI, Jakarta.

6

Thomas Lickona, 2012, Educating for Character: Mendidik untuk Membentuk Karakter, terj. Juna Wadu Wamaungu dan Editor Uyu Wahyuddin dan Suryani, Jakarta: Bumi Aksara

(7)

SIPENDIKUM 2018

7

Elfindri, (2012). Pendidikan Karakter : Kerangka, Metode dan Aplikasi Untuk Pendidikan dan Profesional. Jakarta: Baduose Media.

Thomas Lickona, 2012, Educating for Character: Mendidik untuk Membentuk Karakter, terj. Juna Wadu Wamaungu dan Editor Uyu Wahyuddin dan Suryani, Jakarta: Bumi Aksara.

Peraturan Presiden ( Perpres ) Nomor 87 Tahun 2017 TentangPenguatan Pendidikan Karakter ( Tautan : Perpres_Nomor_87_Tahun_2017).

Sujiono, N Yuliani. (2009). Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta, Indeks Sugiono, (2008). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung, Alfabeta. Undang-undangnomer 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Pasal 3

Referensi

Dokumen terkait

Penggunaan daun gamal (Gliricidia sapium), guna mempercepat kematangan buah pisang Raja Sere dan Emas yang dilakukan Yulianingsih dan Dasuki (1989), menyatakan bahwa daun gamal

Pada teks tersebut, bisa dilihat dengan gamblang bagaimana proses pergeseran struktur yang mengacu kepada bahasa sasaran. Faktor komunikasi yang efektif terhadap bahasa

bermacam bentuk, seperti gerakan separatis dan lain-lain, antara lain: Gerakan Separatis dengan lepasnya Timor Timur dari Indonesia yang dimulai dengan

Orang Kelantan, walau pun yang berkelulusan PhD dari universiti di Eropah (dengan biasiswa Kerajaan Persekutuan) dan menjawat jawatan tinggi di Kementerian atau di Institusi

6. Informed consent yang sudah di tanda tangani oleh pasien atau keluarga pasien disimpan dalam rekam medic.. Bila informed consent yang diberikan oleh pihak lain atau pihak ke

bahwa dengan telah dikeluarkannya Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2007 tentang Perubahan Ketiga Atas Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2004 tentang Kedudukan Protokoler

kesesuaian tindakan aktor yang terlibat. • Yang menunjukkan bahwa lebih berpengaruh dibandingkan variabel lainnya, yang mana menunjukkan besarnya kekuatan masyarakat dalam

- Pengalaman kerja diutamakan dibidangnya - Familiar dengan bidang pemasaran property - Memiliki kemampuan negosiasi/presentasi - Networking luas, berpenampilan menarik,