• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN METODE PROBLEM BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS IV SDN 1 KARANG TUNGGAL

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2024

Membagikan "PENERAPAN METODE PROBLEM BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS IV SDN 1 KARANG TUNGGAL"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

PENERAPAN METODE PROBLEM BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS IV SDN 1 KARANG

TUNGGAL

Isti Nur Indana1, Slamet Riyadi2

1,2IAIN Palangka Raya

Email: 1istinurindanasd@gmail.com, 2slamet.riau2@gmail.com

Abstrak

Proses pembelajaran, seringkali mengalami tantangan seperti sulitnya menarik minat siswa, rendahnya motivasi dan hasil belajar yang belum memuaskan. Dalam hal ini, guru perlu menggunakan metode yang menarik agar dapat menerapkan pembelajaran yang efektif.

Penelitian ini bertujuan untuk 1) mengetahui penerapan metode PBL dalam pembelajaran PAI siswa kelas IV di SDN 1 Karang Tunggal, 2) mengetahui hasil belajar siswa pada materi PAI di kelas IV sebelum penggunaan metode PBL, dan 3) mengetahui hasil belajar siswa pada materi PAI di kelas IV sesudah penggunaan metode PBL. Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang terdiri dari tiga siklus (pra siklus, siklus I dan siklus II). Teknik pengumpulan data yang digunakan berupa tes hasil belajar yang dibuat oleh guru.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa 1) penerapan metode PBL dalam pembelajaran PAI di kelas IV SDN 1 Karang Tunggal telah memberikan dampak positif, meningkatkan pemahaman siswa dan menunjukkan tingkat ketuntasan belajar, 2) sebelum menerapkan metode PBL nilai rata-rata tes formatif siswa mencapai 48%, dan 3) setelah penerapan metode PBL, nilai rata-rata tes formatif siswa mencapai 85%. Jadi, dapat disimpulkan bahwa penerapan metode PBL memberikan dampat yang positif dan meningkatkan hasil belajar siswa pada materi PAI.

Kata kunci: Problem Based Learning, Hasil Belajar Siswa, Pendidikan Agama Islam

Pendahuluan

Pendidikan Agama Islam (PAI) memegang peran krusial dalam membentuk karakter dan moral siswa di sekolah dasar (SD). Di SDN 1 Karang Tunggal, mata pelajaran PAI diajarkan kepada siswa kelas IV, di mana tujuannya tidak hanya sebatas memahami ajaran agama, tetapi juga memperkenalkan nilai-nilai keagamaan dan etika dalam kehidupan sehari-hari. Namun, dalam proses belajar mengajar di kelas, seringkali terdapat tantangan yang perlu dihadapi, seperti kesulitan dalam menarik minat dan perhatian siswa, rendahnya motivasi belajar, serta hasil belajar yang belum memuaskan.

(2)

Seiring dengan kemajuan pendidikan, perlu ada upaya untuk meningkatkan kualitas pembelajaran PAI. Salah satu metode pembelajaran yang dianggap efektif adalah Problem Based Learning (PBL). Metode PBL menekankan pada pemberian permasalahan atau tantangan nyata yang relevan dengan kehidupan sehari-hari sebagai dasar proses pembelajaran. Dalam metode ini, siswa tidak lagi hanya menjadi objek pasif dalam menerima materi, tetapi aktif berperan sebagai subjek yang mencari pemecahan masalah melalui diskusi, penelitian, dan kerja kelompok (Astuti, 2019).

Penerapan metode Problem Based Learning dalam pembelajaran PAI di kelas IV SDN 1 Karang Tunggal diharapkan menjadi alternatif yang efektif untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Dengan memberikan permasalahan yang relevan dengan kehidupan sehari-hari dan berhubungan erat dengan materi PAI, diharapkan siswa akan lebih termotivasi untuk belajar dan aktif mencari solusi melalui proses PBL. Selain itu, metode ini juga memiliki potensi untuk membantu siswa menghubungkan ajaran agama Islam dengan kehidupan nyata, sehingga nilai-nilai agama dapat lebih mudah diinternalisasi oleh siswa (Afif, 2019).

Selain itu, metode PBL juga dapat mendorong siswa untuk melakukan penelitian lebih mendalam tentang ajaran agama Islam dan nilai-nilai keagamaan.

Dengan menghadapi masalah konkret, siswa akan merasa tertantang untuk mencari jawaban yang tepat berdasarkan pemahaman agama dan etika yang mereka pelajari.

Hal ini dapat membantu siswa meningkatkan pemahaman mereka tentang ajaran Islam, serta meningkatkan kedalaman dan kebermaknaan pembelajaran PAI (Zega

& Darmana, 2019).

Penerapan metode PBL juga sejalan dengan perkembangan pendidikan yang semakin mengedepankan pembelajaran berbasis keterampilan dan penguasaan konsep. Melalui pembelajaran berbasis masalah, siswa tidak hanya akan menguasai konsep agama, tetapi juga belajar untuk mengaplikasikan nilai-nilai tersebut dalam kehidupan sehari-hari. Dengan demikian, penerapan metode PBL di mata pelajaran PAI dapat membawa dampak positif jangka panjang dalam membentuk karakter dan moral siswa yang lebih baik (Putra, 2019).

Namun, penilaian dan evaluasi juga menjadi bagian penting dalam penerapan metode PBL. Sistem penilaian harus sesuai dengan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai, mengukur kemampuan siswa dalam memahami konsep agama, mengaplikasikan nilai-nilai kehidupan, dan menyelesaikan masalah dengan kreativitas dan berpikir kritis. Dengan penilaian yang tepat, hasil belajar siswa dapat diukur secara objektif, dan guru dapat mengetahui sejauh mana keberhasilan penerapan metode PBL dalam meningkatkan hasil belajar PAI siswa.

(3)

Metode Penelitian

Subyek dalam penelitian ini adalah siswa-siswi kelas IV di SDN 1 Karang Tunggal yang mengikuti mata pelajaran PAI, sedangkan obyek penelitian adalah penerapan metode Problem Based Learning (PBL) sebagai pendekatan pembelajaran untuk mata pelajaran PAI. Tempat penelitian dilakukan di SDN 1 Karang Tunggal, di kelas IV yang merupakan kelas yang menjadi fokus penelitian. Waktu pelaksanaan penelitian dimulai pada tanggal 3 Juni 2023 hingga 10 Agustus 2023.

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan (action research), karena penelitian dilakukan untuk memecahkan masalah pembelajaran di kelas. Penelitian tindakan yang dipilih menggunakan model spiral dari Kemmis dan Taggart, yang terdiri dari siklus perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi. Data yang digunakan yaitu data primer dan data sekunder.

Teknik pengumpulan data menggunakan observasi dan dokumentasi, sedangkan instrument penelitian berupa tes (pretest dan posttest) yang dibuat oleh guru. Teknik analisis data yang digunakan yaitu 1) merekapitulasi hasil tes, 2) menghitung jumlah skor yang tercapai dan prosentasenya untuk masing-masing siswa, dan 3) menganalisa hasil observasi yang dilakukan oleh guru sendiri selama kegiatan belajar mengajar berlangsung.

Hasil Penelitian dan Pembahasan

Tuntutan kelulusan untuk pokok bahasan atau sub pokok bahasan dapat diukur dengan mengacu pada persentase pencapaian nilai tertentu. Dalam hal ini, jika seorang siswa mencapai nilai 65 atau lebih, dan persentase siswa yang mencapai atau melebihi 85% dari keseluruhan kelompok, maka pokok bahasan atau sub pokok bahasan tersebut dianggap tuntas secara klasikal.

Pra Siklus

Penelitian pra siklus dilakukan pada tanggal 20 Juli 2023 yang bertujuan untuk mempersiapkan dan merencanakan suatu siklus atau tahapan penelitian lebih lanjut. Tahapan ini berfokus pada langkah-langkah awal yang perlu diambil sebelum memulai penelitian utama.

Tabel 1

Rekapitulasi Hasil Tes Formatif Siswa pada Pra Siklus

No Uraian Hasil Pra Siklus

1. Nilai rata-rata tes formatif 45,00

(4)

No Uraian Hasil Pra Siklus 2. Jumlah siswa yang tuntas belajar 12

3. Persentase ketuntasan belajar 48%

Sumber: data diolah oleh peneliti (2023)

Tabel 1 merupakan rekapitulasi hasil dari tes formatif yang dilakukan pada tahap Pra Siklus. Tabel ini mencakup informasi penting mengenai prestasi belajar siswa selama periode pra siklus. Pertama, nilai rata-rata tes formatif pada Siklus I adalah 45,00. Nilai ini mencerminkan sejauh mana siswa memahami materi pelajaran dan kemampuan mereka dalam mengaplikasikan pengetahuan tersebut dalam pengujian. Selanjutnya, terdapat 12 siswa yang berhasil menyelesaikan atau

“tuntas” dalam tahap belajar yang dinilai melalui tes formatif pada Pra Siklus.

Jumlah ini mencerminkan siswa-siswa yang telah memiliki pemahaman yang memadai terhadap materi pelajaran.

Persentase ketuntasan belajar, yang dihitung dengan membandingkan jumlah siswa yang tuntas belajar (12 siswa) dengan total jumlah siswa yang mengikuti tes formatif, mencapai 48%. Persentase ini mengindikasikan bahwa sekitar setengah dari total siswa yang mengikuti tes telah berhasil menyelesaikan tahap belajar dengan baik. Tabel ini memberikan gambaran awal tentang sejauh mana siswa dalam kelas telah menguasai materi pelajaran pada tahap Pra Siklus.

Siklus I

a. Perencanaan

Peneliti merancang modul ajar yang mencakup materi-materi tentang

“Salam” dan disajikan dalam format yang menarik dan mudah dipahami oleh siswa. Selain itu, peneliti juga menyiapkan soal tes formatif I yang akan digunakan untuk mengukur pemahaman awal siswa sebelum penerapan metode Problem Based Learning. Soal tes formatif I ini dirancang agar dapat mengevaluasi pemahaman siswa secara komprehensif dan memberikan gambaran awal tentang sejauh mana keberhasilan pembelajaran sebelum intervensi dilakukan.

Selain merancang modul ajar dan soal tes, peneliti juga menyiapkan berbagai alat penunjang dan instrumen observasi untuk merekam aktivitas guru dan siswa selama pembelajaran berlangsung. Lembar observasi aktivitas guru dirancang untuk mengamati dan mencatat interaksi antara guru dan siswa selama sesi pembelajaran, termasuk gaya pengajaran, penjelasan materi, dan

(5)

interaksi sosial dalam kelas. Sedangkan lembar observasi aktivitas siswa digunakan untuk mengamati tingkah laku dan partisipasi siswa dalam proses pembelajaran. Observasi ini memungkinkan peneliti untuk memperoleh data kualitatif yang mendalam tentang respons siswa terhadap metode pembelajaran yang diterapkan.

b. Pelaksanaan

Selama pelaksanaan belajar mengajar, pengamatan atau observasi dilakukan secara bersamaan untuk memantau interaksi antara guru (peneliti) dan siswa. Setelah proses pembelajaran berlangsung, siswa diberikan tes formatif I untuk menilai tingkat keberhasilan mereka dalam proses belajar mengajar yang telah berlangsung. Data hasil penelitian pada Siklus I diolah untuk mendapatkan pemahaman tentang kemajuan belajar siswa dan efektivitas penerapan metode Problem Based Learning pada tahap awal ini.

Tabel 2

Rekapitulasi Hasil Tes Formatif Siswa pada Siklus I

No Uraian Hasil Siklus I

1. Nilai rata-rata tes formatif 65,00 2. Jumlah siswa yang tuntas belajar 16 3. Persentase ketuntasan belajar 64%

Sumber: data diolah oleh peneliti (2023)

Dari tabel di atas menjelaskan bahwa hasil pembelajaran dengan menerapkan metode Problem Based Learning (PBL) pada materi salam kelas IV menunjukkan bahwa nilai rata-rata tes formatif sebesar 65,00. Dari total 25 siswa, hanya 16 siswa dari 25 yang berhasil tuntas belajar, mencapai persentase ketuntasan belajar sebesar 64%. Meskipun sudah ada sejumlah siswa yang tuntas belajar, persentase tersebut masih di bawah target ketuntasan yang diharapkan, yaitu sebesar 85%.

(6)

Gambar 1

Proses Evaluasi Siswa pada Siklus I

Situasi ini mungkin terjadi karena metode PBL mungkin belum sepenuhnya berhasil mengatasi kesulitan pemahaman siswa terhadap materi salam kelas IV. Kemungkinan siswa memerlukan lebih banyak dukungan atau pendekatan yang berbeda untuk dapat mencapai tingkat ketuntasan yang diharapkan. Oleh karena itu, pada siklus berikutnya, perlu diadakan penyesuaian strategi pembelajaran dan pendekatan yang lebih efektif agar tingkat ketuntasan belajar dapat meningkat.

c. Refleksi

Refleksi harus dilakukan dengan penuh ketelitian dan kritis tanpa terpengaruh oleh emosi atau preferensi pribadi. Dalam proses refleksi, guru harus mampu mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi hasil penelitian dan belajar dari pengalaman tersebut. Di samping itu, perlu juga dilakukan analisis mendalam terhadap data yang telah dikumpulkan, agar dapat menyimpulkan temuan yang valid dan relevan. Dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar diperoleh informasi dari hasil pengamatan sebagai berikut:

1) Tidak semua siswa aktif berpartisipasi selama proses pembelajaran.

2) Tingkat pemahaman siswa bervariasi.

3) Keterbatasan waktu pembelajaran.

d. Revisi

Pada tahap pelaksanaan pembelajaran di siklus I, masih terdapat beberapa kekurangan yang perlu diperbaiki. Oleh karena itu, diperlukan revisi dalam pelaksanaan pembelajaran pada siklus berikutnya.

(7)

1) Memberikan lebih banyak dukungan dan dorongan agar semua siswa berpartisipasi aktif dalam diskusi dan aktivitas pembelajaran.

2) Menggunakan variasi metode pembelajaran yang lebih interaktif dan menarik untuk meningkatkan partisipasi siswa.

3) Melakukan pre-assesmen untuk menilai pemahaman awal siswa sebelum memulai pembelajaran dan menentukan materi sesuai dengan pemahaman siswa.

4) Menyediakan bahan/sumber belajar tambahan bagi siswa yang mengalami kesulitan memahami materi.

5) Merencanakan jadwal pembelajaran yang lebih fleksibel untuk memberikan lebih banyak waktu dalam menggunakan metode Problem Based Learning.

Siklus II

a. Perencanaan

Pada tahap perencanaan, guru atau peneliti melakukan evaluasi mendalam terhadap hasil dan temuan dari Siklus I. Berdasarkan analisis tersebut, guru merumuskan rencana pembelajaran yang lebih tepat dan efektif untuk mencapai tujuan penelitian. Rencana pembelajaran yang disusun harus mempertimbangkan perbaikan dan penyesuaian strategi pembelajaran serta memperhatikan kebutuhan dan karakteristik siswa. Pada langkah ini, para peneliti sedang menyiapkan sarana pembelajaran yang mencakup modul ajar, soal tes formatif 2, serta berbagai alat pengajaran yang mendukung.

b. Pelaksanaan

Berdasarkan Lembar Observasi Guru Selama Proses Pembelajaran (Siklus II), menggambarkan perkembangan dan implementasi perubahan yang diambil dari hasil evaluasi Siklus I.

Tabel 3

Rekapitulasi Hasil Tes Formatif Siswa pada Siklus II

No Uraian Hasil Siklus II

1. Nilai rata-rata tes formatif 75,00 2. Jumlah siswa yang tuntas belajar 21 3. Persentase ketuntasan belajar 85%

Sumber: data diolah oleh peneliti (2023)

Pada tabel 3, terdapat rekapitulasi hasil tes formatif siswa pada Siklus II.

(8)

mencapai 75,00. Selain itu, dari jumlah total siswa sebanyak 25 siswa, sebanyak 21 siswa berhasil menuntaskan belajar, yang menghasilkan persentase ketuntasan belajar mencapai 85%. Hasil ini menunjukkan adanya peningkatan dari siklus sebelumnya, dan menandakan bahwa pembelajaran pada Siklus II telah memberikan dampak positif bagi siswa dalam mencapai tingkat ketuntasan yang lebih tinggi.

Tingkat ketuntasan belajar sebesar 85% ini menunjukkan pencapaian yang sangat baik bagi siswa di Siklus II. Rata-rata nilai tes formatif yang mencapai 75,00 menunjukkan adanya kemajuan dalam pemahaman materi dan prestasi belajar siswa. Hal ini sejalan dengan upaya peneliti sebagai pengajar untuk mengimplementasikan perbaikan dari hasil evaluasi pada siklus sebelumnya. Persentase ketuntasan yang mendekati 90% menggambarkan efektivitas strategi pembelajaran yang digunakan pada siklus ini. Namun, meskipun tingkat ketuntasan sudah tinggi, peneliti tetap harus terus berupaya meningkatkan kualitas pembelajaran untuk memastikan semua siswa dapat mencapai potensi belajar mereka secara optimal.

Secara keseluruhan, meskipun terdapat usaha untuk meningkatkan beberapa aspek pembelajaran dari Siklus I ke Siklus II, tabel ini menggambarkan adanya tantangan dalam memperbaiki motivasi siswa dan pemahaman mereka terhadap metode pembelajaran yang kompleks. Meskipun demikian, upaya konsisten dalam mempertahankan beberapa elemen positif dan refleksi kontinu menunjukkan komitmen guru dalam mengembangkan pengajaran. Perlu adanya perubahan lebih lanjut untuk memastikan bahwa semua siswa dapat lebih aktif terlibat dan memahami materi pembelajaran dengan lebih baik.

c. Refleksi

Guru atau peneliti mengevaluasi seluruh proses pembelajaran yang telah dilaksanakan. Melalui refleksi ini, guru mempertimbangkan keberhasilan dan hambatan yang dialami selama pelaksanaan pembelajaran. Hasil refleksi ini menjadi landasan bagi penyesuaian lebih lanjut pada Siklus III, dan memungkinkan guru untuk terus meningkatkan kualitas pembelajaran dan mencapai tujuan penelitian yang telah ditetapkan. Dengan demikian, Siklus II menjadi tonggak penting dalam PTK, memastikan bahwa setiap tahap dijalankan dengan cermat dan membuahkan hasil yang bermakna bagi pengembangan proses belajar mengajar.

1) Siswa mengalami peningkatan nilai rata-rata.

2) Siswa mengalami tingkat ketuntasan yang meningkat dari sebelumnya.

(9)

3) Penilit yang bertindak sebagai pengajar telah berhasil menghadirkan proses pembelajaran yang efektif.

4) Hasil tes formatif dan tingkat ketuntasan yang tinggi menunjukkan bahwa pembelajaran telah berfokus pada kebutuhan siswa.

Siklus I menggambarkan langkah awal dalam penerapan metode PBL. Pada tahap perencanaan, peneliti merancang perangkat pembelajaran seperti modul ajar dan soal tes formatif I untuk mengukur pemahaman awal siswa sebelum penerapan metode PBL (Adawiyah, 2021). Selain itu, instrumen observasi juga disiapkan untuk merekam aktivitas guru dan siswa selama pembelajaran berlangsung. Hasil dari Siklus I menunjukkan bahwa tingkat ketuntasan belajar siswa masih di bawah target yang diharapkan, yaitu hanya 64%. Dari refleksi pada tahap ini, peneliti menyadari bahwa perlu ada penyesuaian strategi pembelajaran agar tingkat ketuntasan dapat meningkat.

Siklus II merupakan fase penelitian di mana peneliti melakukan perbaikan dan penyesuaian strategi pembelajaran berdasarkan hasil dari Siklus I. Rencana pembelajaran yang disusun lebih tepat dan efektif. Selama tahap kegiatan dan pelaksanaan, peneliti berhasil meningkatkan tingkat ketuntasan belajar siswa menjadi 85%, yang menunjukkan adanya peningkatan yang signifikan dari siklus sebelumnya. Dalam tahap refleksi Siklus II, peneliti menyimpulkan bahwa peningkatan tersebut disebabkan oleh implementasi strategi pembelajaran yang lebih baik dan metode yang lebih interaktif (Saraswati & Djazari, 2018).

Selain itu, ditemukan beberapa kendala selama proses pembelajaran, seperti partisipasi siswa yang tidak merata dan tingkat pemahaman siswa yang beragam.

Peneliti berhasil mengatasi kendala tersebut dengan memberikan dukungan lebih aktif bagi siswa, menggunakan variasi metode pembelajaran yang menarik, dan melakukan pre-assesmen untuk menilai pemahaman awal siswa. Pada akhirnya, peneliti mencapai tujuan penelitian dengan tingkat ketuntasan belajar yang mencapai 85%. Proses refleksi di Siklus II menjadi dasar bagi penyesuaian lebih lanjut pada Siklus III, dan memungkinkan peneliti untuk terus meningkatkan kualitas pembelajaran. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa metode PBL efektif dalam meningkatkan pemahaman dan prestasi belajar siswa dalam materi agama Islam.

Hasil yang dicapai pada Siklus II dengan tingkat ketuntasan belajar mencapai 85% menjadi bukti nyata bahwa metode ini efektif dalam mencapai tujuan pembelajaran. Selain itu, penelitian ini juga menggarisbawahi pentingnya peran seorang pengajar yang berperan sebagai peneliti. Kemampuan pengajar dalam menghadirkan proses pembelajaran yang efektif, menarik, dan interaktif

(10)

berhasil menciptakan lingkungan belajar yang kondusif dan mengoptimalkan sumber daya yang ada dalam kelas untuk mendukung keberhasilan pembelajaran.

Dalam konteks refleksi, penelitian ini menunjukkan pentingnya evaluasi diri yang kritis dan objektif. Dengan refleksi yang mendalam, peneliti dapat mengidentifikasi kelebihan dan kelemahan dari proses pembelajaran dan merumuskan langkah-langkah perbaikan yang lebih baik. Namun, penelitian ini juga menyoroti beberapa kendala yang perlu diatasi, seperti partisipasi siswa yang tidak merata dan tingkat pemahaman siswa yang beragam. Dengan melakukan penyesuaian strategi pembelajaran, menyediakan dukungan tambahan, dan menggunakan variasi metode pembelajaran yang lebih menarik, peneliti berhasil mengatasi kendala-kendala tersebut. Refleksi yang kritis dan objektif merupakan langkah penting dalam proses penelitian ini. Dengan melakukan refleksi yang mendalam, peneliti dapat mengidentifikasi keberhasilan dan hambatan dalam proses pembelajaran dan merumuskan langkah-langkah perbaikan yang lebih baik (Mahendradhani, 2021).

Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Maaruf, Gani, dan Syukri (2017) yang fokus pada penerapan PBL pada pembelajaran materi Sistem Tata Surya untuk meningkatkan hasil belajar siswa juga sejalan dengan penelitian di atas. Metode quasi-experimental dengan desain control pretest-posttest yang mereka gunakan menunjukkan bahwa penerapan PBL dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada materi tersebut. Selain itu, penelitian oleh Ewo Rahmat (2018) yang menerapkan PBL dalam pembelajaran Ekonomi siswa juga mendukung temuan penelitian di atas. Melalui penelitian tindakan kelas (PTK), Ewo Rahmat menemukan bahwa penerapan model PBL dapat meningkatkan prestasi belajar Ekonomi siswa.

Secara keseluruhan, penelitian ini memberikan bukti bahwa metode PBL efektif dalam meningkatkan pemahaman dan prestasi belajar siswa dalam materi agama Islam. Dalam implementasinya, peneliti berhasil mengatasi beberapa kendala dan mencapai hasil yang memuaskan pada Siklus II. Dari penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa metode pembelajaran PBL memberikan manfaat yang signifikan bagi siswa dalam meningkatkan pemahaman dan prestasi belajar.

Pengalaman belajar aktif dan partisipatif yang diberikan oleh metode PBL telah berhasil meningkatkan tingkat ketuntasan belajar siswa hingga mencapai 85%.

Kesimpulan

Penerapan metode Problem Based Learning dalam pembelajaran PAI di kelas IV SDN 1 Karang Tunggal telah memberikan dampak positif, meningkatkan pemahaman siswa dan meningkatkan tingkat ketuntasan belajar. Hal ini

(11)

menunjukkan bahwa metode PBL telah berhasil mengatasi tantangan pembelajaran sebelumnya dan secara efektif membantu siswa mencapai prestasi belajar yang lebih baik. Sebelum menerapkan metode Problem Based Learning, tingkat ketuntasan belajar siswa belum mencapai target yang diharapkan. Nilai rata-rata tes formatif pada Siklus I adalah 45,00. Nilai ini mencerminkan sejauh mana siswa memahami materi pelajaran dan kemampuan mereka dalam mengaplikasikan pengetahuan tersebut dalam pengujian. Pada siklus I, meskipun nilai rata-rata tes formatif sudah mencapai 65,00, hanya 64% dari total 25 siswa yang berhasil tuntas belajar. Situasi ini mungkin disebabkan oleh kesulitan pemahaman siswa terhadap materi, yang menunjukkan bahwa metode PBL belum sepenuhnya efektif dalam mengatasi tantangan tersebut. Sesudah penerapan metode Problem Based Learning menunjukkan pencapaian yang sangat baik dalam pembelajaran siswa. Rata-rata nilai tes formatif yang mencapai 75,00 menandakan adanya kemajuan dalam pemahaman materi dan prestasi belajar siswa. Tingkat ketuntasan belajar sebesar 85% juga menggambarkan efektivitas strategi pembelajaran yang digunakan. Hal ini dengan upaya peneliti sebagai pengajar dalam mengimplementasikan perbaikan dari hasil evaluasi pada siklus sebelumnya.

Referensi

Adawiyah, R., Isnaini, N. F., Hasanah, U., & Faridah, N. R. (2021). Kesiapan Pelaksanaan Pembelajaran Tatap Muka pada Era New Normal di MI At-Tanwir Bojonegoro. Jurnal Basicedu, 5(5), 3814–3821.

Afif, N. (2019). Pembelajaran Berbasis Masalah Perspektif Al-Qur’an. Karya Litera Indonesia.

Ariyani, B., & Kristin, F. (2021). Model pembelajaran problem based learning untuk meningkatkan hasil belajar IPS siswa SD. Jurnal Imiah Pendidikan Dan Pembelajaran, 5(3), 353–361.

Astuti, T. P. (2019). Model problem based learning dengan mind mapping dalam pembelajaran IPA abad 21. Proceeding of Biology Education, 3(1), 64–73.

Fauzan, M., Gani, A., & Syukri, M. (2017). Penerapan model problem based learning pada pembelajaran materi sistem tata surya untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Jurnal Pendidikan Sains Indonesia (Indonesian Journal of Science Education), 5(1), 27–35.

Hidayah, I., Ariefiantoro, T., Nugroho, D. W. P. S., & Suryawardana, E. (2021).

Analisis Strategi Bauran Pemasaran Dalam Meningkatkan Volume Penjualan (Studi Kasus Pada Pudanis Di Kaliwungu). Solusi, 19(1).

Jundu, R., Jehadus, E., Nendi, F., Kurniawan, Y., & Men, F. E. (2019). Optimalisasi

(12)

anak di desa popo kabupaten manggarai. E-Dimas: Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat, 10(2), 221–225.

Kertati, I., Zamista, A. A., Rahman, A. A., Yendri, O., Pratama, A., Rusmayadi, G., Nurhayati, K., Zebua, R. S. Y., Artawan, P., & Arwizet, K. (2023). MODEL &

METODE PEMBELAJARAN INOVATIF ERA DIGITAL. PT. Sonpedia Publishing Indonesia.

Mahendradhani, G. A. A. R. (2021). Problem-Based Learning di Masa Pandemi.

Nilacakra.

Makur, A. P., Jehadus, E., Fedi, S., Jelatu, S., Murni, V., & Raga, P. (2021).

Kemandirian belajar mahasiswa dalam pembelajaran jarak jauh selama masa pandemi. Mosharafa: Jurnal Pendidikan Matematika, 10(1), 1–12.

Putra, I. D. G. R. D. (2019). Peran kepuasan belajar dalam mengukur mutu pembelajaran dan hasil belajar. Jurnal Penjaminan Mutu, 5(1), 22–31.

Rahmat, E. (n.d.). Penerapan model pembelajaran problem based learning (PBL) untuk meningkatkan prestasi belajar siswa. Jurnal Penelitian Pendidikan, 18(2), 144–159.

Saputra, N. (2021). Penelitian tindakan kelas. Yayasan Penerbit Muhammad Zaini.

Saraswati, N. F., & Djazari, M. (2018). Implementasi Metode Pembelajaran Small Group Discussion Untuk Meningkatkan Aktivitas Belajar Pada Kompetensi Dasar Jurnal Penyesuaian Siswa Kelas X Akuntansi Smk Muhammadiyah Kretek Tahun Ajaran 2017/2018. Jurnal Pendidikan Akuntansi Indonesia, 16(2), 15–

23.

Setiawan, T., Sumilat, J. M., Paruntu, N. M., & Monigir, N. N. (2022). Analisis Penerapan Model Pembelajaran Project Based Learning dan Problem Based Learning pada Peserta Didik Sekolah Dasar. Jurnal Basicedu, 6(6), 9736–9744.

Suswati, U. (2021). Penerapan Problem Based Learning (PBL) Meningkatkan Hasil Belajar Kimia. TEACHING: Jurnal Inovasi Keguruan Dan Ilmu Pendidikan, 1(3), 127–136.

Uno, H. B., & Mohamad, N. (2022). Belajar dengan pendekatan PAILKEM: pembelajaran aktif, inovatif, lingkungan, kreatif, efektif, menarik. Bumi Aksara.

Yayuk, E. (2019). Pembelajaran Matematika Sekolah Dasar (Vol. 1). UMMPress.

Zega, I. S., & Darmana, A. (n.d.). Implementasi Bahan Ajar Hidrolisis Garam Terintegrasi Nilai-Nilai Islami dengan Model Problem Based Learning untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Ditinjau dari Minat Belajar Siswa. Jurnal Inovasi Pembelajaran Kimia (Journal Of Innovation in Chemistry Education), 1(2), 64–

73.

Referensi

Dokumen terkait

Skripsi dengan judul “Penerapan Metode Group Investigation (GI) untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPS Pada Siswa Kelas IV SDN Jeru 01 Kecamatan Turen Kabupaten Malang “

Penerapan pembelajaran menggunakan model PBL dapat meningkatkan kinerja guru untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa kelas IV. SD Negeri 2 Banjarrejo Kecamatan

Apakah dengan melalui penerapan metode inquiry dapat meningkatkan motivasi belajar Bahasa Indonesia siswa kelas IV SDN.. Apakah dengan melalui penerapan metode

Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa penerapan metode inquiry dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar Bahasa Indonesia Siswa kelas IV SDN Tambaharjo 01.. Kata kunci

Penerapan Model Problem based learning (PBL) pada Pembelajaran Matematika dalam Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas 5 Semester II Sekolah Dasar

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa penerapan metode demonstrasi pada pembelajaran IPA dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV SDN Inpres Malanggong.. Kata Kunci:

Untuk memperoleh data tentang pengaruh model pembelajaran problem based learning terhadap hasil belajar kelas IV SDN Bandungrejosari 1 Malang diperoleh dari hasil pretest

Sehingga, hasil penelitian ini menunjukkan bahwa model pembelajaran Project Based Learning PjBL efektif dalam meningkatkan hasil belajar kognitif pada peserta didik kelas IV di UPT SDN