i ABSTRAK
PENERAPAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING (PBL) UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS
IV SD NEGERI 2 BANJARREJO BATANGHARI LAMPUNG TIMUR TAHUN PELAJARAN 2014/2015
OLEH
ESTER RINTOWATI
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa kelas IV SD Negeri 2 Banjarrejo batanghari lampung timur tahun pelajaran 2014/2015 melalui pembelajaran menggunakan model Problem Based Learning (PBL) .
Penelitian ini menggunakan metode tindakan kelas yang dilaksanakan dalam 2 siklus. Setiap siklus terdiri dari tahap perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. Pengumpulan data menggunakan lembar observasi aktivitas siswa dan kinerja guru, serta soal evaluasi.
Hasil penelitian menunjukan bahwa pengunaan model pembelajaran
Problem Based Learning (PBL) dapat meningkatkan aktivitas dan hasi belajar siswa. rata aktivitas siswa siklus I adalah 58,67dan pada siklus II 61. Rata-rata hasil belajar siswa siklus I 69 dan pada siklus II meningkat menjadi 76. Ketuntasan belajar siswa siklus I sebesar 65%, meningkat menjadi 95% pada akhir siklus II.
i
PENERAPAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING (PBL) UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS
IV SD NEGERI 2 BANJARREJO BATANGHARI LAMPUNG TIMUR
OLEH
ESTER RINTOWATI
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar
SARJANA PENDIDIKAN
Pada
Jurusan Ilmu Pendidikan
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG
PENERAPAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING (PBL) UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR
SISWA KELAS IV SD NEGERI 2 BANJARREJO BATANGHARI LAMPUNG TIMUR
(Skripsi)
OLEH
ESTER RINTOWATI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG
xiv
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
2.1 Kerangka pikir penelitian ………...………. 23
xii
e. Saran Perbaikan/Tindakan untuk siklus II Pertemuan ke I ... 61
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1.1 Nilai Ulangan Harian Kelas IV SD Negeri 2 Banjarrejo ………… 4
Kecamatan Batanghari Kabupaten Lampung Timur TA 2013/2014 2.1 Peran guru, siswa, dan masalah dalam PBL ……… 19
2.2 Tahapan-tahapan model PBL ……….… 20
3.1 Format Lembar Observasi Aktivitas Siswa ……….… 29
3.2 Lembar Observasi Kinerja Guru ……….… 30
3.3 Rubrik Instrument Penilaian Kinerja Guru ………….……… 31
3.4 Kriteria Keberhasilan Hasil Belajar Siswa ……….………… 32
3.5 Frekuensi Distribusi Nilai Hasil Belajar Siswa ……….…. 32
4.1 Hasil Pengamatan Aktivitas Siswa pada Siklus I Pertemuan ke I ... 40
4.2 Hasil Observasi Kinerja Guru pada Siklus I Pertemuan ke I …….…. 41
4.3 Hasil Pengamatan Aktivitas Siswa pada Siklus I Pertemuan ke II .... . 48
4.4 Hasil Observasi Kinerja Guru pada Siklus I Pertemuan ke II ……… 48
4.5 Distribusi Frekuensi Hasil Belajar siswa pada Siklus I …………. 51
4.6 Hasil Pengamatan Aktivitas Siswa pada Siklus II Pertemuan ke I ..… 57
4.7 Hasil Observasi Kinerja Guru pada Siklus II Pertemuan ke I …….… 58
4.8 Hasil Pengamatan Aktivitas Siswa Siklus II Pertemuan ke II.…….… 66
4.9 Hasil Observasi Kinerja Guru pada Siklus II Pertemuan ke II ……… 67
4.10 Distribusi Frekuensi Hasil Belajar siswa pada Siklus II ………. … 69
4.11 Rekapitulasi hasil Peningkatan Aktivitas Siswa siklus I dan siklus II… 70 4.12 Rekapitulasi Hasil Kinerja Guru Selama Pelaksanaan Penelitian …. 71
vii
MOTO
Di belakangku ada kekuatan tak terbatas, di
depanku ada kemungkinan tak berakhir,
di sekelilingku ada kesempatan tak terhitung.
Mengapa aku harus takut ?
(B. Tejanando)
viii
PERSEMBAHAN
Dengan mengucap syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang selalu
melimpahkan rahmat dan karuniaNya, kupersembahkan karya kecilku ini untuk
orang-orang yang kusayangi :
1. Kepada ke dua orang tua Bapak Suripto dan Ibu Eni Sulistri yang selalu
menjadi motifasiku
2. Untuk Suamiku Dedek Febriyantoni dan anak-anak ku : Ferin, Kezia dan
Kayleon yang selalu mendukung dan mendoakan untuk penyelesaian skripsi
ini.
3. Untuk sahabat- sahabatku Sri Budiarti, Marta, Dewi, Nurbaiti, Heni dan
Asih Sayekti atas bantuan, perhatian dan dorongan moril yang telah
diberikan.
4. Kepala SD N 2 Banjarrejo bapak Suprapto dan teman-teman mengajarku di
SD N 2 Banjarrejo, terimakasih atas do’a, semangat, motivasi dan
bantuannya selama ini baik sumbanagan tenagga, pikiran dan lain
sebagainya.
5. Almamater tercinta Universitas Lampung
iv
RIWAYAT HIDUP
Penulis bernama Ester Rintowati, anak kedua dari dua
bersaudara. Putri dari pasangan Bapak Suripto dan Ibu
Eni Sulistri. Penulis dilahirkan di Purwoadi Lampung
Tengah pada tanggal 09 Februari 1983. Penulis
menamatkan sekolah dasar di SDN 2 Purwoadi
Lampung Tengah pada tahun 1996, menamatkan
sekolah lanjutan pertama di SMPN 1 Trimurjo Lampung Tengah pada tahun
1999 dan menamatkan sekolah menengah atas di SMA Kristen No.1 Metro
pada tahun 2002. Pada tahun 2002 penulis melanjutkan pendidikan D2 di
Universitas Lampung, dan pada tahun 2013 penulis mendapat kesempatan untuk
ix
SANWACANA
Puji syukur penulis ucapakan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi sebagai tugas akhir.
Dalam kegiatan ini penulis menyadari bahwa semuanya tidak akan terselesaikan
tanpa bantuan banyak pihak, untuk itu peneliti mengucapkan terimakasih.
Pada kesempatan ini penulis menghanturkan rasa terimakasih yang sebesar-
besarnya atas segala bantuan, saran dan bimbingan kepada :
1. Bapak Dr. H. Bujang Rahman, M.Si., Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung yang telah banyak membantu penulis selama melaksanakan studi di FKIP Universitas Lampung.
2. Ibu Dr. Riswanti Rini, M.Si. Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung yang telah memberikan sumbangsih untuk kemajuan program studi PGSD dan juga membantu penulis dalam menyelesaikan surat-surat sebagai syarat skripsi.
3. Bapak Dr. H. Darsono, M.Pd., selaku ketua program studi PGSD Universitas Lampung yang telah banyak memberikan ilmu kepada penulis dan memberikan kritik dan saran yang membangun untuk kesempurnaan skripsi ini.
4. Bapak Drs. Rapani, M.Pd. sebagai pembimbing, yang telah memberi saran dan motivasi, serta meluangkan waktu bagi penulis untuk menyelesaikan skripsi.
5. Ibu Dra. Siti Rachmah S sebagai pembahas yang telah banyak saran dan motivasi, serta meluangkan waktu bagi penulis untuk membimbing dalam penulisan skripsi ini.
6. Seluruh dosen serta staf karyawan Universitas Lampung. 7. Bapak Suprapto, S.Pd selaku Kepala SD N 2 Banjarrejo.
x
10. Keluargaku tercinta yang selalu memberi dukungan dan semangat.
11. Seluruh pihak yang membantu baik secara langsung maupun tidak langsung.
Semoga segala bantuan serta kerjasama yang baik yang telah diberikan menjadi catatan amal dari Tuhan Yang Maha Esa.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi masih terdapat banyak kekurangan dan jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu kritik dan saran yang membangun sangat peneliti harapkan guna memperbaiki skripsi ini. Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Bandar Lampung, 2015
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan faktor utama dalam pembentukkan pribadi manusia,
dan sangat berperan dalam membentuk baik atau buruknya pribadi manusia
menurut ukuran normatif. Menyadari akan hal tersebut, pemerintah sangat
serius menangani bidang pendidikan, sebab dengan sistem pendidikan yang
baik diharapkan muncul generasi penerus bangsa yang berkualitas dan mampu
menyesuaikan diri untuk hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Reformasi pendidikan merupakan respon terhadap perkembangan tuntutan
global sebagai suatu upaya untuk mengadaptasikan sistem pendidikan yang
mampu mengembangkan sumber daya manusia untuk memenuhi tuntutan
zaman yang sedang berkembang. Melalui reformasi pendidikan, pendidikan
harus berwawasan masa depan yang memberikan jaminan bagi perwujudan
hak-hak azasi manusia untuk mengembangkan seluruh potensi dan prestasinya
secara optimal guna kesejahteraan hidup di masa yang akan datang.
Pendidikan pada dasarnya merupakan suatu usaha pengembangan sumber daya
2
pendidikan khususnya pendidikan formal (sekolah), tetapi sampai sekarang
pendidikan masih dipandang sebagai sarana utama untuk pengembangan SDM.
Pendidikan dianggap sebagai suatu faktor yang penting dalam pembangunan
nasional di Indonesia. Hal ini tampak jelas pada tujuan nasional yang
termaksud dalam pembukaan Undang-undang Dasar 1945, yaitu mencerdaskan
kehidupan bangsa. Hal ini menunjukkan bahwa pendidikan merupakan jalan
untuk mengembangkan potensi-potensi yang dimiliki sehingga menjadi
manusia yang bermanfaat untuk dirinya sendiri, orang lain, bangsa dan
negaranya.
Pendidikan juga berupaya untuk menyiapkan siswa melalui kegiatan
bimbingan, pengajaran dan latihan untuk masa mendatang. Pendidikan di
Indonesia diselenggarakan guna memenuhi kebutuhan masyarakat sepenuhnya.
Hal tersebut sejalan dengan Undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional pada Bab 1 pasal 1 ayat 1 bahwa pendidikan adalah usaha
sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses belajar agar
siswa secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan
spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia,
serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara.
Kurikulum 2013 dirumuskan secara terpadu kompetensi sikap, pengetahuan,
dan keterampilan siswa. Penerapan kurikulum 2013 membawa konsekuensi
adanya perubahan mendasar dalam kegiatan belajar di kelas dan proses
3
Proses pembelajaran dengan tematik terpadu, yaitu mempelajari semua
mata pelajaran secara terpadu melalui tema-tema kehidupan yang di
jumpai siswa sehari-hari
Proses belajar siswa aktif, menerapkan proses saintifik yang meliputi keterampilan mengamati, menanya, mencoba, menalar dan
meng-komunikasikan hasilnya.
Penilaian dilakukan tidak hanya pada proses akhir belajar, tetapi juga
dilakukan sepanjang proses belajar berlangsung, yang disebut dengan
penilaian autentik untuk menilai sikap, pengetahuan, dan keterampilan
siswa.
Sejalan dengan itu, kompetensi yang diharapkan adalah kemampuan pikir dan
tindak yang produktif dan kreatif. Kemampuan itu diperjelas dalam kompetensi
inti yang salah satunya, “menyajikan pengetahuan dalam bahasa yang jelas,
logis, dan sistematis atau dalam tindakan yang mencerminkan perilaku anak
sehat, beriman, berakhlak mulia”.
Pada umumnya proses belajar mengajar di sekolah masih termasuk
konvensional dalam arti guru lebih mendominasi dengan menggunakan metode
ceramah dan sangat sedikit peran aktif dari siswa, seperti pengamatan yang
peneliti lakukan di kelas IV SDN 2 Banjarrejo. Ketika guru menjelaskan
pelajaran banyak siswa yang bercakap-cakap atau bermain dengan teman
sebangkunya, hanya siswa yang duduk di depan yang memperhatikan.
Pembelajaran belum menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL). Akibatnya ketika guru mengajukan pertanyaan tentang materi yang baru disampaikan sebagian besar siswa yang duduk di belakang tidak
dapat menangkap materi yang sudah di jelaskan. Juga ketika guru memberikan
4
membuktikan bahwa aktivitas siswa dalam proses belajar masih sangat rendah
sehingga berdampak pada hasil belajar yang belum sesuai. Hasil belajar
tersebut dapat di lihat pada tabel berikut ini :
Tabel 1.1 Nilai Ulangan Harian Kelas IV SD Negeri 2 Banjarrejo Kecamatan Batanghari Kabupaten Lampung Timur TA 2013/2014
No Rentang Nilai Jumlah Siswa Presentase Kategori KKM
1 66 – 75 7 35 % Tuntas
66
2 50 – 65 8 40 % Tidak tuntas
3 40 – 49 5 25 % Tidak tuntas
Jumlah 20 100 %
Sumber: Daftar Nilai Siswa
Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa siswa yang belum mencapai
KKM sebanyak 13 orang siswa 65% dan yang sudah mencapai KKM
sebanyak 7 orang siswa 35%. Berdasarkan penjelasan di atas maka perlu
diadakan penelitian tindakan kelas, untuk meningkatkan aktivitas dan hasil
belajar.
Berdasarkan beberapa masalah tersebut pembelajaran di kelas hendaknya
dimulai dengan pengajuan masalah yang diangkat dari dunia nyata siswa agar
siswa secara mandiri dapat mencari alternatif pemecahan masalahnya. Salah
satu model pembelajaran yang dapat memenuhi tuntutan tersebut adalah
pembelajaran berbasis masalah atau Problem Based Learning (PBL). Model
PBL dapat membantu guru dalam mengaitkan masalah yang akan diajukan dengan dunia nyata siswa sehingga pembelajaran disesuaikan dengan tema
bukan mata pelajaran. Selain itu, langkah-langkah dalam PBL seperti meng-umpulkan informasi serta menyajikan hasil karya dapat mendorong siswa
5
Dari uraian di atas perlu diadakan perbaikan dalam proses pembelajaran
menggunakan penelitian tindakan kelas. Berkaitan dengan penelitian
tersebut peneliti mengambil judul “Penerapan model Problem Based Learning (PBL) untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa kelas IV SD negeri 2 Banjarrejo Batanghari Lampung Timur.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, dapat disimpulkan bahwa identifikasi
masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1.Guru menyampaikan materi ajar secara terpisah belum dikaitkan dengan
tema sehingga materi yang disampaikan masih terpaku pada buku
pelajaran.
2.Pada saat proses pembelajaran, guru lebih mendominasi kegiatan
pembelajaran dan siswa cenderung pasif.
3.Siswa belum mandiri artinya masih bergantung pada guru dalam
menyelesaikan tugas.
4.Guru belum pernah menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL).
5.Siswa juga belum terbiasa dengan kegiatan berdiskusi dan
meng-komunikasikan hasil temuan mereka
6.Masih rendahnya aktivitas siswa dalam pembelajaran tematik kelas IV SD
N 2 Banjarrejo.
7.Masih rendahnya hasil belajar siswa dalam pembelajaran tematik kelas IV
6
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah di atas, dapat dirumuskan masalah
sebagai berikut.
1.Bagaimanakah penerapan model PBL sehingga dapat meningkatkan
aktivitas belajar siswa kelas IV SD N 2 Banjarrejo Kecamatan Batanghari?
2.Apakah penerapan model PBL dapat meningkatkan hasil belajar siswa
kelas IV SD N 2 Banjarrejo Kecamatan Batanghari?
D. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dalam penelitian ini
sebagai berikut:
1.Meningkatkan aktivitas belajar dengan menggunakan model Pembelajaran
Problem Based Learning siswa kelas IV SD N 2 Banjarrejo Kecamatan Batanghari.
2.Meningkatkan hasil belajar dengan menggunakan model Pembelajaran
Problem Based Learning siswa kelas IV SD N 2 Banjarrejo Kecamatan Batanghari.
E. Manfaat penelitian
Adapun hasil penelitian tindakan kelas ini diharapkan dapat memberikan
manfaat bagi:
1. Siswa
Menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan agar dapat
7
2. Guru
Memiliki pengetahuan, keterampilan, dan pengalaman tentang penelitian
tindakan kelas serta dapat mengembangkan kompetensi yang dimiliki
siswa baik kognitif, afektif, maupun psikomotor.
3. Sekolah
Dapat meningkatkan mutu dan hasil pembelajaran di SD N 2 Banjarrejo
Kecamatan Batanghari Kabupaten Lampung Timur.
4. Peneliti
Menambah pengetahuan tentang Penelitian Tindakan Kelas (PTK), dan
dapat meningkatkan pengetahuan dan penguasaan menggunakan model
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Belajar dan Pembelajaran
1. Belajar
a. Pengertian belajar
Secara psikologis pengertian belajar merupakan suatu proses perubahan
yaitu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan
lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Menurut Slameto
(2010 : 2) ” Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang
untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara
keseluruhan sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan
lingkungannya. ” Sejalan dengan pendapat Usman diatas (2010 : 5) bahwa ”
Belajar adalah sebagai proses perubahan tingkah laku pada diri individu
berkat adanya interaksi antara individu dan individu dengan
lingkungannya.” Sementara Siregar dan Hartini (2010 : 5) mengemukakan
bahwa ” Belajar adalah suatu aktivitas mental (psikis) yang berlangsung
dalam interaksi dengan lingkungannya yang menghasilkan perubahan
yang bersifat relatif konstan ”. Selain itu Sanjaya (2006 : 112) menyatakan
9
dari pengalaman dan latihan”. Menurut Piaget, belajar merupakan proses
asimilasi dan atau akomodasi informasi ke dalam struktur mental. Asimilasi
adalah terpadunya informasi dan pengalaman baru ke dalam struktur mental
(Scheme). Asimilasi dapat terjadi jika informasi baru yang diterima anak sesuai dengan struktur mental anak. Jika informasi atau pengalaman baru
yang diterima anak tidak cocok dengan struktur mental yang telah dimiliki
anak sebelumnya, maka struktur mental dapat mengalami
akomodasi. Akomodasi yaitu perubahan pikiran sebagai suatu akibat adanya
informasi dan pengalaman baru. Ada kalanya informasi baru yang diterima
anak itu bertentangan dengan struktur mental yang telah dimiliki
sebelumnya, sehingga dalam struktur mental anak itu terjadi disekuliberasi
(ketidak seimbangan). Dalam kondisi inipun perlu adanya akomodasi dalam
scheme anak, yang selanjutnya dapat diikuti dengan asimilasi.
Dari beberapa pengertian tentang belajar yang telah dikemukakan di atas
peneliti menyimpulkan bahwa belajar adalah suatu kegiatan yang dilakukan
oleh seseorang untuk meningkatkan segala aspek yang ada pada diri
seseorang tersebut dan di laksanakan seumur hidupnya.
b. Pengertian Aktivitas Belajar
Sardiman (2007: 100) menyatakan bahwa yang dimaksud dengan aktivitas
belajar adalah aktivitas yang bersifat fisik maupun mental.
Usman (2000) mengatakan bahwa aktivitas belajar adalah aktivitas
jasmaniah dan rohaniah, yang meliputi aktivitas visual, aktivitas lisan,
10
Siberman (2000) mengemukakan bahwa paham belajar aktif memberikan
gambaran tingkatan aktivitas belajar terhadap penguasaan materi yang
dikuasainya, yaitu:
(1)apa yang saya dengar saya lupa,
(2)apa yang saya lihat saya ingat sedikit,
(3)apa yang saya dengar, lihat dan tanyakan atau diskusikan saya mulai
paham,
(4)apa yang saya dengar, lihat, diskusikan dan lakukan saya memperoleh
pengetahuan dan keterampilan,
(5)apa yang saya ajarkan kepada orang lain saya kuasai.
Djamarah (2000:67) mengemukakan bahwa belajar sambil melakukan
aktivitas lebih banyak mendatangkan hasil bagi anak didik, sebab kesan
yang didapatkan oleh anak didik lebih tahan lama tersimpan di dalam benak
anak didik.
Dari beberapa pengertian tentang aktivitas belajar yang telah di kemukakan
di atas, peneliti menyimpulkan bahwa aktivitas belajar adalah kegiatan yang
melibatkan kegiatan fisik dan pikiran dalam pembelajaran melalui
pengalaman sendiri untuk memperoleh informasi atau pengetahuan baru,
sehingga mengakibatkan perubahan tingkah laku pada siswa.
c. Hasil Belajar
Belajar merupakan bagian terpenting dalam pembelajaran. Sudjana (2009:
3) mendefinisikan hasil belajar siswa pada hakikatnya adalah perubahan
tingkah laku sebagai hasil belajar dalam pengertian yang lebih luas
mencakup bidang kognitif, afektif, dan psikomotorik. Dimyati dan
11
suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar. Dari sisi guru, tindak
mengajar diakhiri dengan proses evaluasi hasil belajar. Dari sisi siswa, hasil
belajar merupakan berakhirnya pengajaran dari puncak proses belajar.
Benjamin S. Bloom (Dimyati dan Mudjiono, 2006: 26-27) menyebutkan
enam jenis perilaku ranah kognitif, sebagai berikut:
1. Pengetahuan, mencapai kemampuan ingatan tentang hal yang telah
dipelajari dan tersimpan dalam ingatan. Pengetahuan itu
berkenaan dengan fakta, peristiwa, pengertian kaidah, teori, prinsip,
atau metode.
2. Pemahaman, mencakup kemampuan menangkap arti dan makna
tentang hal yang dipelajari.
3. Penerapan, mencakup kemampuan menerapkan metode dan kaidah
untuk menghadapi masalah yang nyata dan baru. Misalnya,
menggunakan prinsip.
4. Analisis, mencakup kemampuan merinci suatu kesatuan ke dalam
bagian- bagian sehingga struktur keseluruhan dapat dipahami dengan
baik. Misalnya mengurangi masalah menjadi bagian yang telah kecil.
5. Sintesis, mencakup kemampuan membentuk suatu pola baru.
Misalnya kemampuan menyusun suatu program.
6. Evaluasi, mencakup kemampuan membentuk pendapat tentang
beberapa hal berdasarkan kriteria tertentu. misalnya, kemampuan
menilai hasil ulangan.
Berdasarkan pengertian hasil belajar di atas, disimpulkan bahwa hasil
belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah
menerima pengalaman belajarnya. Kemampuan-kemampuan tersebut
mencakup aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik. Hasil belajar dapat
dilihat melalui kegiatan evaluasi yang bertujuan untuk mendapatkan
12
dalam mencapai tujuan pembelajaran. Agar siswa dapat meraih hasil belajar
yang diharapkan, maka perlu diperhatikan faktor-faktor yang
mempengaruhi belajar. Faktor-faktor tersebut dapat digolongkan menjadi
dua yaitu faktor internal dan eksternal. Dalam hal ini Slameto (2010 :
54-71) menguraikan faktor-faktor itu sebagai berikut :
faktor internal adalah faktor yang ada pada diri individu yang sedang
belajar, meliputi: faktor jasmaniah (kesehatan, cacat tubuh) dan Faktor
psikologis (intelegensi, perhatian, minat, bakat, motif, kematangan,
kesiapan). Faktor kelelahan atau faktor eksternal adalah faktor yang ada di
luar individu, meliputi:
1) Keluarga (cara orang tua mendidik, relasi antar anggota keluarga,
suasanarumah, keadaan ekonomi keluarga, pengertian orang tua,
latar belakang kebudayaan).
2) Sekolah (metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi
siswa dengan siswa, disiplin sekolah, alat pelajaran, waktu sekolah,
standar pelajarandi atas ukuran, keadaan gedung, metode belajar, tugas
rumah).
3) Masyarakat (kegiatan siswa dalam masyarakat, mass media, teman
bergaul, bentuk kehidupan masyarakat).
Selain itu menurut Dimyati dan Mudjiono (2006 : 239-253) menyebutkan
bahwa ”Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar adalah faktor internal dan
faktor ekternal. Faktor internal meliputi : sikap terhadap belajar, motivasi
belajar, konsentrasi belajar, mengolah bahan belajar, menyimpan perolehan
hasil belajar, menggali hasil belajar yang tersimpan, kemampuan berprestasi
atau unjuk hasil belajar, rasa percaya diri siswa, intelegensi dan keberhasilan
13
meliputi : guru sebagai pembina siswa belajar, prasarana dan sarana
pembelajaran, kebijakan penilaian, lingkungan sosial siswa di sekolah dan
kurikulum sekolah”.
2. Pembelajaran
a. Pengertian Pembelajaran
Beberapa pengertian pembelajaran menurut para ahli adalah :
Warsita (2008:85) “Pembelajaran adalah suatu usaha untuk membuat
peserta didik belajar atau suatu kegiatan untuk membelajarkan peserta
didik”.
UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas Pasal 1 Ayat 20 “Pembelajaran
adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar
pada suatu lingkungan belajar”.
Sudjana (2004:28) “Pembelajaran dapat diartikan sebagai setiap upaya yang
sistematik dan sengaja untuk menciptakan agar terjadi kegiatan interaksi
edukatif antara dua pihak, yaitu antara peserta didik (warga belajar) dan
pendidik (sumber belajar) yang melakukan kegiatan membelajarkan”.
Corey (1986:195) “Pembelajaran adalah suatu proses dimana lingkungan
seseorang secara disengaja dikelola untuk memungkinkan ia turut serta
dalam tingkah laku tertentu dalam kondisi-kondisi khusus atau
menghasilkan respons terhadap situasi tertentu, pembelajaran merupakan
14
Dimyati dan Mudjiono (1999:297) “Pembelajaran adalah kegiatan guru
secara terprogram dalam desain instruksional, untuk membuat siswa belajar
aktif, yang menekankan pada penyediaan sumber belajar”.
Trianto (2010:17) “Pembelajaran merupakan aspek kegiatan manusia yang
kompleks, yang tidak sepenuhnya dapat dijelaskan”. Pembelajaran secara
simpel dapat diartikan sebagai produk interaksi berkelanjutan antara
pengembangan dan pengalaman hidup. Pembelajaran dalam makna
kompleks adalah usaha sadar dari seorang guru untuk membelajarkan
siswanya (mengarhkan interaksi siswa dengan sumber belajar lainnya)
dalam rangkan mencapai tujuan yang diharapkan.
Sumber http://dedi26.blogspot.com/2013/04/pengertian-pembelajaran-menurut-para.html (Kamis, 25 April 2013)
b. Pembelajaran Tematik Terpadu
Pembelajaran tematik terpadu dikembangkan pertama kali pada awal tahun
1970-an yang akhir ini diyakini sebagai salah satu model pembelajaran yang
efektif (highly effective teachingmodel), karena mampu mewadahi dan
menyentuh secara terpadu dimensi emosi, fisik, dan akademik siswa di
dalam kelas atau di lingkungan sekolah.
Pembelajaran tematik dimaknai sebagai pembelajaran yang dirancang
berdasarkan tema-tema tertentu. Menurut Covey (dalam Sagala, 2010: 61)
menyatakan pembelajaran adalah suatu proses dimana lingkungan seseorang
15
laku tertentu dalam kondisi khusus atau menghasilkan respons terhadap
situasi tertentu.
Menurut Hernawan dkk., (2007: 128) pembelajaran tematik merupakan
kegiatan belajar mengajar dengan memadukan materi beberapa mata
pelajaran dalam satu tema. Menurut Rusman (2010: 254) pembelajaran
tematik adalah pembelajaran terpadu yang menggunakan pendekatan
tematik yang melibatkan beberapa mata pelajaran untuk memberikan
pengalaman bermakna kepada siswa. Dikatakan bermakna karena dalam
pembelajarannya siswa akan memahami konsep-konsep yang mereka
pelajari melalui pengalaman langsung dan menghubungkannya dengan
konsep yang diajarkan di kelas.
Pembelajaran tematik terpadu awalnya dikembangkan untuk anak-anak
berbakat dan bertalenta, anak-anak yang cerdas, program perluasan belajar
dan siswa yang belajar cepat. Pembelajaran tematik terpadu juga sudah
terbukti berhasil memacu percepatan dan meningkatkan kapasitas memori
siswa untuk waktu yang panjang.
Pembelajaran tematik terpadu diharapkan mampu menginspirasi siswa
untuk memperoleh pengalaman belajar. Implementasi pembelajaran tematik
terpadu menuntut kemampuan guru dalam mentransformasikan materi
pembelajaran, maka guru harus memahami materi apa yang diajarkan dan
bagaimana mengaplikasikannya dalam lingkungan belajar di kelas.
Pembelajaran tematik terpadu berfungsi untuk memberikan kemudahan bagi
16
dalam tema serta dapat menambah semangat belajar karena materi yang
dipelajari merupakan materi yang nyata (kontekstual) dan bermakna bagi
siswa.
Dari beberapa pendapat tentang pembelajaran tematik terpadu di atas,
peneliti menyimpulkan pembelajaran tematik adalah pembelajaran yang
disajikan dengan tema tema tertentu dengan mengintegrasikan beberapa
konsep dari beberapa mata pelajaran menjadi satu tema yang di dalamnya
mencakup aspek pengetahuan, sikap maupun keterampilan sehingga dapat
memberikan pengalaman yang bermakna bagi siswa.
Tujuan pembelajaran tematik terpadu adalah:
1. Mudah memusatkan perhatian pada satu tema atau topik tertentu.
2. Mempelajari pengetahuan dan mengembangkan berbagai kompetensi
muatan pelajaran dalam tema yang sama.
3. Memiliki pemahaman terhadap materi pelajaran lebih mendalam dan
berkesan.
4. Mengembangkan kompetensi berbahasa lebih baik dengan
mengkaitkan berbagai muatan pelajaran lain dengan pengalaman
pribadi siswa.
5. Lebih bergairah belajar karena mereka dapat berkomunikasi dalam
situasi nyata, seperti bercerita, bertanya, menulis sekaligus
mempelajari pelajaran yang lain.
6. Lebih merasakan manfaat dan makna belajar karena materi yang
disajikan dalam konteks pengayaan; dan
7. Budi pekerti moral siswa dapat ditumbuh kembangkan dengan
mengangkat sejumlah nilai budi pekerti sesuai dengan situasi dan
17
B. Model Pembelajaran
1. Pengertian Model Pembelajaran
Model pembelajaran merupakan cara/teknik penyajian yang digunakan guru
dalam proses pembelajaran agar tercapai tujuan pembelajaran. Pengertian
Model Pembelajaran dapat diartikan sebagai cara, contoh maupun pola,
yang mempunyai tujuan meyajikan pesan kepada siswa yang harus
diketahui, dimengerti, dan dipahami yaitu dengan cara membuat suatu pola
atau contoh dengan bahan-bahan yang dipilih oleh para pendidik/guru sesuai
dengan materi yang diberikan dan kondisi di dalam kelas. Suatu model akan
mempunyai ciri-ciri tertentu dilihat dari faktor-faktor yang melengkapinya.
Sumber: http://panduanguru.com/model-model-pembelajaran-pengerti-annya/ (Model-Model Pembelajaran | Pengertiannya 22 June,2013 In Kompetensi Guru)
2. Model-Model Pembelajaran
Model pembelajaran adalah bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal
sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru. Dengan kata lain, model
pembelajaran merupakan bungkus atau bingkai dari penerapan suatu
pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran.
Berdasarkan Permendikbud Nomor 65 Tahun tentang Standar Proses, model
pembelajaran yang diutamakan dalam implementasi Kurikulum 2013 adalah
model pembelajaran Inkuiri (Inquiry Based Learning), model pembelajaran
18
(Project Based Learning), dan model pembelajaran berbasis permasalahan
(Problem Based Learning).
Sumber: https://ibnufajar75.wordpress.com/2014/05/31/model-model-pem-belajaran-yang-sesuai-dengan-kurikulum-2013/ (Model-model Pembe-lajaran Yang Sesuai Dengan Kurikulum 201331/05/2014)
3. Model Problem Based Learning (PBL)
Model PBL adalah sebuah pendekatan pembelajaran yang menyajikan masalah kontekstual sehingga merangsang siswa untuk belajar. Dalam kelas
yang menerapkan pembelajaran berbasis masalah, siswa bekerja dalam tim
untuk memecahkan masalah dunia nyata. pembelajaran berbasis masalah
merupakan suatu model pembelajaran yang menantang siswa untuk “belajar
bagaimana belajar,” bekerja secara berkelompok untuk mencari solusi dari
permasalahan dunia nyata.
PBL dilakukan dengan memberian rangsangan berupa masalah-masalah yang kemudian dilakukan pemecahan masalah oleh siswa yang diharapkan
dapat menambah keterampilan siswa dalam pencapaian materi
pembelajaran. Berikut ini lima strategi dalam menggunakan model
pembelajaran berbasis masalah.
(1) Permasalahan sebagai kajian.
(2) Permasalahan sebagai penjajakan pemahaman.
(3) Permasalahan sebagai contoh.
(4) Permasalahan sebagai bagian yang tak terpisahkan dari proses.
(5) Permasalahan sebagai stimulus aktivitas autentik.
19
Peran guru, siswa dan masalah dalam pembelajaran berbasis masalah dapat
digambarkan berikut ini.
Tabel 2.1 peran guru, siswa, dan masalah dalam PBL.
Guru sebagai pelatih Siswa sebagai problem solver
Menantang siswa untuk berfikir
Menjaga agar siswa terlibat
Mengatur dinamika kelompok
Menjaga
berlangsungnya proses
Peserta yang aktif
Terlibat langsung
Sumber: Materi Pelatihan Guru Implementasi Kurikulum 2013 (2014 : 26)
Melalui PBL terjadi pembelajaran bermakna. Siswa yang belajar memecahkan suatu masalah maka mereka akan menerapkan pengetahuan
yang dimilikinya atau berusaha mengetahui pengetahuan yang diperlukan.
Dalam situasi pembelajaran berbasis masalah siswa mengintegrasikan
pengetahuan dan keterampilan secara simultan dan mengaplikasikannya
dalam konteks yang relevan. Pembelajaran berbasis masalah juga dapat
meningkatkan kemampuan berfikir kritis, menum-buhkan inisiatif siswa
dalam bekerja, motivasi internal untuk belajar, dan mengembangkan
20
Tabel 2.2 tahapan-tahapan model PBL
FASE FASE PERILAKULAKU GURU
FASE 1
Orientasi siswa kepada masalah
Guru menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskan logistik yang dibutuhkan, memotivasi siswa terlibat pada aktivitas pemecahan masalah yang dipilih.
FASE 2
Mengorganisasikan siswa untuk belajar
Guru membantu siswa mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut.
FASE 3
Membimbing penyelidikan individu maupun kelompok
Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen, untuk
mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah.
FASE 4
Mengembangkan dan menyajikan hasil karya
Guru membantu siswa dalam
merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan, video, dan model dan membantu mereka untuk berbagi tugas dengan temannya.
FASE 5
Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah
Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan proses-proses yang mereka gunakan.
Sumber: Materi Pelatihan Guru Implementasi Kurikulum 2013 (2014 : 27)
Penilaian dalam pembelajaran berbasis masalah dilakukan dengan cara
evaluasi diri (self-assessment) dan peer assessment.
(1) Self-assessment. Penilaian yang dilakukan oleh pebelajar itu sendiri terhadap usaha-usahanya dan hasil pekerjaannya dengan merujuk pada
tujuan yang ingin dicapai (standard) oleh pebelajar itu sendiri dalam
belajar.
(2) Peer-assessment. Penilaian di mana pebelajar berdiskusi untuk memberikan penilaian terhadap upaya dan hasil penyelesaian
tugas-tugas yang telah dilakukannya sendiri maupun oleh teman dalam
21
Penilaian yang relevan dalam PBL antara lain berikut ini. (1) Penilaian kinerja siswa
Di sini siswa diminta untuk unjuk kerja kemampuan tertentu,
contohnyaseperti melukis suatu gambar atau menulis karangan.
(2) Penilaian portofolio siswa
Adalah penilaian berkelanjutan yang didasarkan pada informasi yang
menunjukkan perkembangan kemampuan siswa dalam suatu periode
tertentu. Informasi perkembangan siswa dapat berupa hasil karya
terbaik selama proses belajar, piagam penghargaan atau bentuk
informasi lain yang terkait kompetensi tertentu dalam suatu mata
pelajaran.
(3) Penilaian potensi belajar
Penilaian yang diarahkan untuk mengukur potensi belajar siswa yaitu
mengukur kemampuan yang dapat ditingkatkan dengan bantuan guru
atau teman-temannya yang lebih maju.
(4) Penilaian usaha kelompok
Penilaian ini mengurangi kompetisi merugikan yang sering terjadi,
misalnya membandingkan siswa dengan temannya. Penilaian yang
sesuai dengan PBL adalah menilai pekerjaan yang dihasilkan siswa sebagai hasil pekerjaan mereka dan mendiskusikan hasil pekerjaan
secara bersama-sama.
Dalam pelaksanaannya, PBL tentunya memiliki kelebihan dan kekurangan. Berikut ini adalah kelebihan dan kekurangan dari PBL
(1)Kelebihan PBL
Siswa didorong untuk memiliki kemampuan memecahkan
masalah dalam situasi nyata.
Siswa memiliki kemampuan membangun pengetahuannya
22
Pembelajaran berfokus pada masalah sehingga materi yang tidak
ada hubungannya tidak perlu saat itu dipelajari oleh siswa.
Hal ini mengurangi beban siswa dengan menghafal atau
menyimpan informasi.
Terjadi aktivitas ilmiah pada siswa melalui kerja kelompok.
Siswa terbiasa menggunakan sumber-sumber pengetahuan baik
dari perpustakaan, internet, wawancara dan observasi.
Siswa memiliki kemampuan menilai kemajuan belajarnya sendiri.
Siswa memiliki kemampuan untuk melakukan komunikasi ilmiah
dalam kegiatan diskusi atau presentasi hasil pekerjaan mereka.
Kesulitan belajar siswa secara siswa dapat diatasi melalui kerja
kelompok dalam bentuk peer teaching
(2)Kekurangan PBL
PBL tidak dapat diterapkan untuk setiap materi pelajaran, ada bagian guru berperan aktif dalam menyajikan materi. PBL lebih cocok untuk pembelajaran yang menuntut kemampuan tertentu
yang kaitannya dengan pemecahan masalah
Dalam suatu kelas yang memiki tingkat keragaman siswa yang
tinggi akan terjadi kesulitan dalam pembagian tugas
C. Kerangka Pikir Penelitian
Berdasarkan kajian pustaka menunjukan bahwa dalam pembelajaran tema
peduli terhadap makhluk hidup dengan menggunakan model problem based
learning dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Dari uraian di atas, maka
23
Kondisi awal
Guru Siswa
Pembelajaran belum menggunakan model Problem
Based Learning
Pembelajaran menggunakan model Problem Based Learning
Diduga menggunakan model
Problem Based Learning
meningkatkan hasil belajar siswa tema peduli terhadap makhluk
hidup kelas IV SD N 2 yang di demonstrasikan oleh
guru, siswa mengamati.
Siklus 2 Menggunakan model
Problem Based Learning yang di demonstrasikan oleh
guru, siswa mengikuti.
Siklus 3 Menggunakan model
Problem Based Learning yang di demmonstrasikan oleh guru, siswa mengikuti,
mencoba, dan menyajikan hasil di depan kelas. Tindakkan
di kelas
Kondisi akhir
Gambar 2.1 kerangka pikir penelitian
D. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan kajian pustaka di atas, peneliti merumuskan hipotesis tindakan
sebagai berikut:
1. Model pembelajaran PBL dapat meningkatkan aktivitas belajar pada tema peduli terhadap makhluk hidup siswa kelas IV SD N 2 Banjarrejo.
2. Model pembelajaran PBL dapat meningkatkan hasil belajar pada tema peduli terhadap makhluk hidup siswa kelas IV SD N 2 Banjarrejo.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan jenis Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang
difokuskan pada situasi kelas, atau yang dikenal dengan Classroom Action Research. Dalam penelitian ini peneliti bukan hanya memecahkan persoalan di kelasnya saja, tetapi juga berupaya meningkatkan aktivitas dan hasil belajar
siswa, serta berupaya meningkatkan profesionalisme guru melalui refleksi,
colaboratif, dan partisipatif. Menurut Arikunto dkk., (2011 : 3) PTK adalah
suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan yang
sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersamaan.
Tindakan tersebut diberikan oleh guru atau dengan arahan dari guru yang
dilakukan oleh siswa.
Guru melakukan penelitian tindakan karena telah menyadari adanya
kekurangan pada dirinya, artinya pada kinerja yang dilakukan dan sesudah itu
tentunya ingin melakukan perbaikan. Pemberian tindakan yang dilakukan
oleh guru menyangkut penyajian strategi, pendekatan, metode atau cara untuk
25
Perencanaan
Pelaksanaan Refleksi
Pengamatan
SIKLUS I
Perencanaan
Pelaksanaan Refleksi
Pengamatan
SIKLUS
berulang-ulang sampai memperoleh informasi yang mantap tentang
pelaksanaan metode tersebut.
Prosedur penelitian yang digunakan berbentuk siklus, dimana siklus ini tidak
hanya berlangsung satu kali, tetapi beberapa kali hingga tujuan pembelajaran
di kelas tercapai. Menurut Arikunto (2011 : 16) secara garis besar terdapat
empat tahapan yang dilalui, yaitu:
(1) Perencanaan,
(2) Pelaksanaan,
(3) Pengamatan, dan
(4) Refleksi.
Adapun model dan pelaksanaan untuk masing-masing tahap adalah
sebagai berikut:
26
B. Setting Penelitian
1. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di SD Negeri 2 Banjarrejo Kecamatan Batanghari
Kabupaten Lampung Timur semester ganjl tahun ajaran 2014/2015.
Pemilihan tempat penelitian ini berdasarkan pertimbangan sebagai tempat
peneliti bertugas. Selain itu, peneliti telah memahami situasi dan kondisi
dalam proses pembelajaran yang berlangsung selama ini dan sebagai
upaya perbaikan serta evaluasi untuk meningkatkan hasil belajar siswa
dalam pembelajaran Tematik menggunakan prosedur penelitian tindakan
kelas (Classroom Action Research) mengabdosi model Hopkins dalam Aqib (2007: 93) yang dinamakan Spiral Tindakan Kelas. Tahap-tahap
rencana pelaksanaan penelitian tindakan diuraikan sebagai berikut:
(1)Perencanaan
Tahap pra penelitian.
a. Menetapkan Kompetensi Inti dan kompetensi dasar
b. Menyusun rencana pembelajaran
c. Membuat Instrumen Penilaian
(2)Pelaksanaan
Implementasi RPP langkah-langkahnya sebagai berikut :
a) Kegiatan Pendahuluan
Siswa merespon salam yang diucapkan guru dan
dilanjutkan doa bersama-sama.
Menginformasikan kepada siswa tema dan sub tema yang
27
Mengkomunikasikan kehadiran siswa.
Menyampaikan tujuan pembelajaran.
b) Kegiatan Inti
Guru membagi siswa dalam kelompok
Siswa menyiapkan alat dan bahan
Siswa mengamati gambar yang tersedia
Siswa mendiskusikan secara berkelompok
siswa mempresentasikan hasil diskusi.
Siswa membaca teks bacaan.
Siswa melakukan tanya jawaban tentang teks bacaan.
Siswa diminta untuk mengumpulkan informasi.
Siswa mencari informasi atau sumber dari luar dan bantu
oleh guru.
Siswa menyajikan hasil pengumpulan informasi.
Guru mengevaluasi hasil kerja siswa.
Evaluasi berupa tes tulis penguasaan konsep yang terdiri
dari soal isian singkat dan uraian.
c) Kegiatan Penutup
Bersama-sama siswa membuat kesimpulan/rangkuman
hasil belajar sehari
Bertanya jawab tentang materi yang telah dipelajari(untuk
mengetahui hasil ketercapaian materi)
28
Mengajak semua siswa berdoa menurut agama dan
keyakinan masing-masing. (untuk mengakhiri kegiatan
pembelajaran).
(3)Observasi
- Kegiatan observasi dengan memakai format uji kinerja tentang
hasil belajar siswa yang sudah disiapkan untuk mengumpulkan data.
- Menilai hasil tindakan dengan menggunakan 3 aspek.
(4)Refleksi
Dengan melihat hasil belajar guru melakukan refleksi yaitu Meliputi
kegiatan menganalisis, memahami, dan membuat kesimpulan hasil
pengamatan dan catatan lapangan. Hasil relfeksi dapat dijadikan catatan
untuk memperbaiki proses pembelajaran pada siklus berikutnya
2. Subjek Penelitian
Pelitian ini dilaksankaan pada siswa kelas IV SD 2 Banjarrejo Kecamatan
Batanghari Kabupaten Lampung Timur tahun ajaran 2014/2015. Jumlah siswa
20 orang yang terdiri dari 13 siswa laki-laki dan 7 siswa perempuan Penelitian
ini dilakukan secara kolaboratif antara 1 peneliti dan satu guru mitra sebagai
observer untuk menilai dan mengamati aktivitas dan hasil belajar siswa serta
aktivitas guru peneliti dalam pelaksanaan pembelajaran.
3. Data dan Instrumen Penilaian
a. Pada penelitian ini data yang dibutuhkan adalah:
- Data aktivitas dan hasil belajar siswa.
29
b. Instrumen Penelitian
- Lembar Panduan Observasi
Instrument dirancang peneliti berkolaborasi dengan guru mitra, lembar
panduan observasi digunakan untuk mengumpulkan data mengenai
aktivitas siswa, kinerja guru, dan hasil belajar siswa selama penelitian
tindakaan kelas dalam pembelajaran dengan menggunakan model
pembelajaran Problem Based Learning. Format lembar observasi yang digunakan sebagai berikut:
a) Lembar Observasi Aktivitas Siswa
Tabel 3.1 Format Lembar Observasi Aktivitas Siswa
Nama
Percaya diri Ingin tahu Kerjasama
Jumlah
Sumber : Kemendikbud 2014, Materi Pelatihan Guru Implementasi Kurikulum 2013 tahun 2014 SD kelas V
Keterangan:
30
b) Lembar Observasi Kinerja Guru
Tabel 3.2 Lembar Observasi Kinerja Guru
Aspek yang diamati Skor Perolehan
1 2 3 4 5 6
1 2 3 4
Awal Pembelajaran A.Pra Pembelajaran
1. Kesiapan ruangan, alat, dan media pembelajaran.
2. Memeriksa kesiapan siswa
B . Membuka Pembelajaran
1. Memberikan kegiatan apersepsi 2. Menyampaikan kompetensi (tujuan)
yang akan dicapai dan kegiatanserta memotivasi siswa
II Kegiatan Inti Pembelajaran A . Penguasaan Materi
1. Menunjukkan penguasaan materi Pembelajaran
2. Mengaitkan materi dengan pengetahuan lain yang relevan
3. Menyampaikan materi sesuai dengan hirarki belajar
B. Media Pembelajaran
1. Menumbuhkan partisipasi aktif siswa dalam pembelajaran
2. Pesan yang dimuat dalam media Jelas 3. Media rancangan guru
4. Relevan dengan pesan yang disampaikan
5. Melibatkan siswa dalam penggunaan media
6. Terbaca dan mudah dipahami 7. Menarik perhatian siswa 8. Warna realistik
C. Kemampuan Belajar
1. Melakukan menjelaskan keterampilan menceritakan kembali teks bacaan 2. Mengembangkan kemampuan
berkomunikasi atau menyampaikan informasi
3. Membantu siswa dalam membentuk sikap percaya diri, ingin tahu dan kerjasama
31
1. Memantau kemajuan belajar 2. Melakukan penilaian akhir sesuai
dengan kompetensi
III Penutup
1. Menyimpulkan bersama siswa 2. Melakukan refleksi pembelajaran
dengan melibatkan siswa 3. Menyusun rangkuman dengan
melibatkan siswa
4. Melaksanakan tindak lanjut
Jumlah Skor Skor Maksimal Rata-rata Nilai Persentase Kategori
Tabel 3.3 Rubrik Instrument Penilaian Kinerja Guru
No Skor Keterangan Indikator
1 4 A
Aspek yang diamati dilaksanakan sangat baik oleh guru, guru melakukannya dengan sempurna dan melibatkan seluruh siswa
2 3 B
Aspek yang diamati dilaksanakan sangat baik oleh guru, guru melakukannya tanpa kesalahan melibatkan sebagian seluruh siswa
3 2 C
Aspek yang diamati dilaksanakan cukup baik oleh guru, guru melakukannya dengan sedikit kesalahan dan melibatkan sebagian kecil siswa
4 1 D
Aspek yang diamati dilaksanakan kurang baik oleh guru, guru melakukannya dengan banyak kesalahan dan tidak melibatkan siswa
- Test Hasil belajar
Instrument ini untuk menjaring data mengenai peningkatan hasil belajar
siswa khususnya mengenai penguasaan terhadap materi yang diajarkan
32
yang diberikan berbentuk isian yang dinyatakan dengan rumus nilai di
dapat dari skor perolehan dibagi jumlah skor maksimal di kali seratus.
Tabel 3.4 Kriteria Keberhasilan Hasil Belajar Siswa
No Rentang Nilai Kategori
1 81-100 Sangat Tinggi
2 66-80 Tinggi
3 51-65 Sedang
4 0-50 Rendah
Berdasarkan KKM di SD Negeri 2 Banjarrejo, siswa dikatakan berhasil jika
memperoleh nilai ≥ 66, kemudian hasil tersebut akan didistribusikan ke dalam
tabel berikut:
Tabel 3.5 Frekuensi Distribusi Nilai Hasil Belajar Siswa
No Nilai Frekuensi Jumlah persentase Kategori 1
2 3 Jumlah Rata-rata
Tuntas Belum Tuntas
C. Indikator Keberhasilan
Sebagai indikator keberhasilan belajar yang diharapkan dalam penelitian yang
dilakukan ini adalah :
1. Terjadi peningkatan aktivitas belajar siswa pada siklus I dan siklus II.
2. Terjadi peningkatan hasil belajar siswa pada siklus I dan siklus II.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas melalui penerapan model
pembelajaran Problem Based Learning pada tema Peduli Terhadap Makhluk Hidup kelas IV SD Negeri 2 Banjarrejo Kecamatan Batanghari
Kabupaten Lampung Timur dapat disimpulkan bahwa :
1. Penerapan pembelajaran menggunakan model PBL dapat meningkatkan aktivitas siswa. Pada siklus I pertemuan ke I rata-rata skor aktivitas siswa
52,67 meningkat di pertemuan ke II menjadi 58,67 dengan rerata siklus I
sebesar 55,67. Pada siklus II pertemuan ke I rata-rata skor aktivitas siswa
60,33 meningkat di pertemuan ke II menjadi 61dengan rerata siklus II
sebesar 60,67. Terjadi peningkatan aktivitas siswa yaitu 5 point rerata dari
siklus I ke siklus II.
2. Penerapan pembelajaran menggunakan model PBL dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Pada siklus I rata-rata hasil belajar siswa 69, sebesar
65% siswa Tuntas dan 35% siswa belum tuntas. Pada siklus II rata-rata
74
95% hanya 5% siswa yang belum tuntas. Terjadi peningkatan persentase
ketuntasan belajar siswa sebesar 30% dari siklus I ke siklus II.
3. Penerapan pembelajaran menggunakan model PBL dapat meningkatkan kinerja guru untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa kelas IV
SD Negeri 2 Banjarrejo Kecamatan Batanghari Kabupaten Lampung
Timur tahun pelajaran 2014/2015.
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan yang telah diuraikan di atas, peneliti memberikan
saran dalam penerapan model PBL Untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa , antara lain :
1. Bagi siswa, untuk senantiasa menjaga dan memupuk motivasi belajar
dengan demikian semangat belajar akan terus terbina secara otomatis
akan membudaya senang belajar.
2. Bagi guru, sebaiknya menerapkan pembelajaran menggunakan model
pembelajaran PBL dalam proses pembelajaran, karena dengan mengunakan model pembelajaraan PBL siswa akan lebih mudah memahami berbagai materi pembelajaran.
3. Bagi Sekolah, agar dapat melengkapi sarana dan prasrana yang
mendukung pembelajaran yang berkaitan dengan pembelajaran
menggunakan alat praga dan gambar agar proses pembelajaran dapat
berlangsung lebih baik sehingga hasil belajar siswa dapat
75
terpadu yang mendukung segala aktivitas belajar terutama terkait
dengan kedisiplinan para siswa dan kinerja guru.
4. Bagi peneliti lanjutan, agar dapat meningkatkan profesionalisme
dan semangat dalam melakukan penelitian, serta dapat mengunakan
DAFTAR PUSTAKA
Aqib. 2007. Penelitian Tindakan Kelas. Yrama Widya. Bandung. Arends, R.I. 2007. Learning to Teach. McGraw Hill. New York.
Arikunto, Suharsimi. 2011 . Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Rineka Cipta. Jakarta.
Asra dan Sumiati. 2007. Strategi Belajar dan Mengajar di Sekolah Dasar. CV Maulana. Bandung.
Bungin, Burhan. 2011. Metodologi Penelitian Kuantitatif: Komunikasi, Ekonomi dan Kebijakan Publik Serta Ilmu-ilmu Sosial Lainnya. Kencana. Jakarta
Dimyanti dan Mudjiono, 2006. Belajar dan pembelajaran. Dirjen Dekti. Jakarta. Isjoni. 2009. Model Pembelajaran Moderen. Gramedia. Jakarta.
Kemendikbud. 2013 Pendekatan Saintifik. Kemendikbud RI. Jakarta. Kemendikbud 2014, Materi Pelatihan Guru Implementasi Kurikulum 2013
tahun 2014 SD kelas V
Muzamiroh, M.L.2013. Kupas Tuntas Kurikulum 2013. Kata pena. Jakarta Piaget, 2003/ Belajar dan Faktro yang Mempengaruhinya. Andhi karya.
Jakarta.
Permendikbud 2013 81A Tentang Impelementasi Kurikulum 2013. Jakarta Rusman. 2013. Model-Model Pembelajaran: PT.Raja Grafindo Persada.
Jakarta.
Sanjaya, w. 2006. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Kencana. Jakarta.
77
Slameto. 2010. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. (Edisi Revisi) Rineka Cipta. Jakarta.
Sudjana. 2009. Metode Statistika. Tarsito. Bandung.
Suherman. 2008. Hakikat Pembelajaran. Wijaya kusuma. Bandung. Suharmi, 2010. Penelitian Tindakan Kelas. PT. Bumi Aksara. Jakarta. Trianto. 2010. Model Pembelajaran Terpadu. PT. Bumi Aksara. Jakarta. Usman, U 2010. Menjadi Guru Profesional. PT Remaja Rosdakarya. Bandung. www.academia.edu/4570365/Aktivitas_Belajar ( di akses tanggal 4 november
2014)
www.slideshare.net/ismdn/teori-hasil-belajar-menurut-para-ahli ( di akses tanggal 4 november 2014)