• Tidak ada hasil yang ditemukan

penerapan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw

N/A
N/A
Nguyễn Gia Hào

Academic year: 2023

Membagikan "penerapan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

1

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW DISERTAI MEDIA GAMBAR TERHADAP HASIL BELAJAR

SISWA KELAS X SMA NEGERI 2 LEMBANG JAYA KABUPATEN SOLOK

Masrizal 1, Nursyahra 2, Liza Yulia Sari 2

1 Mahasiswa Program Studi Pendidikan Biologi STKIP PGRI Sumatera Barat

2 Dosen Program Studi Pendidikan Biologi STKIP PGRI Sumatera Barat masrizalcerdas@gmail.com

ABSTRACT

This research is backgrounded by several problems which they are some students only focus for the teacher in learning process even thought 2013 curriculum has been implemented, many of the students are less active in learning process, and the instrument do not used as the better in learning process. These problems are bring negative effect for outcome of students biologynclass X SMA Negeri 2 Lembang Jaya Kabupaten Solok . Then, this research has the goal to know the implemented of cooperative learning type jigsaw with using picture for result of students studying class X SMA Negeri 2 Lembang Jaya Kabupaten Solok. Besides, the kind of this research is experiment research which population of this research is students class X SMA Negeri 2 Lembang Jaya Kabupaten Solok in academic year 2016/2017. In addition, experiment class of this research is X MIPA 2 and class control of this research is X MIPA 1 which it is taken by using total sampling technic. Then, the research design of this research is Randomized Control Group Postest Only Design. The instrument that is used for cognitive skill is objective question, instrument for affective skill is self assessment, and for psychomotor skill is result of students report. Based on the result of the research, it can be concluded that implemented of cooperative learning type jigsaw with using picture can not add outcome of students class X SMA Negeri 2 Lembang Jaya Kabupaten Solok.

Keyword: Jigsaw, Picture Media, Student Learning Outcomes

PENDAHULUAN

Dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah, kegiatan belajar merupakan kegiatan yang paling pokok. Ini berarti bahwa berhasil tidaknya pencapaian tujuan pendidikan banyak bergantung kepada bagaimana proses belajar yang dialami

oleh siswa sebagai anak didik, sedangkan belajar itu sendiri ialah suatu proses usaha yang dilakukan oleh seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalan interaksi

(2)

2

dengan lingkungannya (Slameto, 2013: 1-2).

Menurut Dimyati dan Mudjiono (2009: 17-18) belajar merupakan peristiwa sehari-hari di sekolah.

Belajar merupakan hal yang kompleks. Komplektisitas belajar tersebut dapat dipandang dari segi 2 subjek, yaitu dari siswa dan dari guru.

Dari siswa, belajar dialami sebagai suatu proses. Siswa mengalami proses mental dalam menghadapi bahan ajar.

Bahan belajar tersebut berupa keadaan alam, hewan, tumbuh-tumbuhan, manusia, dan bahan yang telah terhimpun dalam buku-buku pelajaran.

Dari segi guru, proses belajar tersebut tampak sebagai perilaku belajar tentang suatu hal.

Selain itu dalam pembelajaran guru harus memahami hakikat materi pembelajaran yang diajarkan sebagai suatu pelajaran yang dapat mengembangkan kemampuan berfikir siswa dan memahami berbagai model pembelajaran yang dapat merangsang kemampuan siswa untuk belajar dengan perencanaan yang matang dari guru ( Sagala, 2010: 63).

Jadi belajar dan pembelajaran diarahkan untuk membangun

kemampuan mengusai materi pelajaran, dimana pengetahuan itu sumbernya dari luar diri, tetapi dikontruksi dalam diri individu siswa.

Pengetahuan tidak diperoleh dengan cara diberikan atau ditransfer dari orang lain, tetapi dibentuk dan dikontruksi oleh individu itu sendiri sehingga siswa itu mampu mengembangkan intelektualnya ( Sagala, 2010: 63).

Berdasarkan hasil wawancara dengan guru Biologi kelas X di SMA Negeri 2 Lembang Jaya Kabupaten Solok pada bulan Januari 2017.

Ditemukan beberapa permasalahan dalam proses pembelajaran yaitu, peserta didik masih terpusat pada guru meskipun telah diterapkan kurikulum 2013, dalam proses pembelajaran peserta didik kurang aktif, hanya sedikit peserta didik yang memperhatikan guru menjelaskan materi, kurangnya pemanfaatan media dalam proses pembelajaran. Sehingga akibat dari permasalahan belajar tersebut berdampak pada nilai ulangan harian siswa. Terutama pada materi yang dianggap sulit yaitu materi ekologi. Kriteria ketuntasan minimal (KKM) pada materi ini adalah 78.

(3)

3

Rata-rata nilai peserta didik kelas X pada materi ekologi adalah 69.9 dengan ketuntasan hanya 40% .

Untuk mengatasi permasalahan tersebut maka dituntut kreativitas guru menggunakan model pembelajaran yang tepat sehingga dalam pembelajaran dapat meningkatkan motivasi, minat serta hasil belajar siswa. Salah satu model pembelajaran yang dapat mengaktifkan peserta didik adalah dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw.

Menurut Rusman ( 2012: 218) dalam model pembelajaran Jigsaw siswa memiliki banyak kesempatan untuk menyampaikan pendapat dan mengolah informasi yang didapat dan dapat meningkatkan keterampilan berkomunikasi, anggota kelompok.

Selain itu Jigsaw secara konsisten menunjukan bahwa siswa yang terlibat di dalam model pembelajaran Jigsaw ini memperoleh prestasi lebih baik, mempunyai sikap yang lebih baik dan lebih positif terhadap pembelajaran, disamping saling menghargai perbedaan dan pendapat orang lain.

Untuk menunjang berjalannya proses pembelajaran menggunakan model kooperatif tipe Jigsaw dengan

baik dan untuk mengetahui sejauh mana pemahaman siswa dalam memahami materi pelajaran atau masalah yang diidentifikasi maka disertakan dengan media gambar sebagai penunjang model pembelajaran yang diterapkan.

Menurut Sadiman dkk (2012: 29) gambar dapat mengatasi batasan ruang dan waktu. Tidak semua benda, objek dan peristiwa dapat di bawa ke kelas, dan tidak selalu bisa anak-anak dibawa ke objek/peristiwa tersebut.

Berdasarkan uraian di atas, penulis telah melakukan penelitian yang berjudul Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Disertai Media Gambar Terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas X SMA Negeri 2 Lembang Jaya Kabupaten solok ”.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini dilaksanakan pada semester 2 tahun pelajaran 2016/2017 di SMA Negeri 2 Lembang Jaya Kabupaten Solok. Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen, dengan rancangan penelitian “Randomised Control Group Only Design” yaitu penelitian menggunakan sekelompok

(4)

4

0 15 30 45 60 75 90

A B C

77,75

72,22 75,22

79,58 80 82,22

Eksperimen Kontrol Keterangan :

A : Tanggung jawab B : Kerja Sama C : Saling Menghargai

Nilai Rata-Rata Perindikator

subjek penelitian dari suatu populasi tertentu, kemudian dikelompokkan secara random menjadi dua kelompok atau kelas, yaitu kelas eksperimen dan kelas kontrol.

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X MIPA SMA Negeri 2 Lembang Jaya Kabupaten Solok semester 2 tahun pelajaran 2016/2017 yang hanya terdiri dari 2 kelas. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik total sampling dimana seluruh anggota populasi menjadi sampel. Setelah dilakukan pengundian didapatkan bahwa kelas eksperimen dalam penelitian ini adalah kelas X MIPA 2 dan kelas kontrol dalam penelitian ini adalah Kelas X MIPA 1.

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw disertai media gambar. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah hasil belajar biologi siswa kelas X MIPA SMA Negeri 2 Lembanga Jaya.

Prosedur penelitian dibagi menjadi tiga tahapan yaitu persiapan, pelaksanaan dan tahap akhir.

Instrumen dalam penelitian ini adalah pada ranah pengetahuan yang

menggunakan soal objektif untuk tes hasil belajar, ranah sikap melalui penilaian diri oleh peserta didik, serta ranah keterampilan melalui penilaian produk (laporan hasil diskusi).

Langkah-langkah penyusunan instrumen tes akhir yang dilakukan adalah sebagai berikut: (1) Membuat kisi – kisi soal tes. (2) Menyusun tes uji coba dan kunci jawaban yang dibuat dalam bentuk tes objektif. (3) Soal diuji cobakan kepada siswa yang bukan kelas sampel, sehingga didapat beberapa soal untuk tes akhir, yang terlebih dahulu dilkukan uji validitas, daya pembeda item, indeks kesukaran item dan reliabilitas.

HASIL DAN PEMBAHASAN Ranah Sikap

Hasil nilai ranah sikap perindikator pada penilaian diri dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2. Nilai Sikap pada Kelas Eksperimen dan Kontrol.

(5)

5

Berdasarkan Gambar 2 pada kelas eksperimen untuk indikator tanggung jawab memiliki nilai rata- rata Sikap 77,75, pada indikator kerjasama memiliki rata-rata nilai 72,22, pada indikator saling menghargai memiliki rata-rata nilai 75,22. Sedangkan kelas kontrol untuk indikator tanggung jawab memiliki nilai rata-rata Sikap 79,58, pada indikator kerjasama memiliki rata-rata nilai 80, pada indikator saling menghargai memiliki rata-rata nilai 82,22.

Hasil nilai rata-rata sikap untuk seluruh pertemuan kelas eksperimen adalah 75,33 dengan presentase ketuntasanya adalah 53,33%

sedangkan untuk kelas kontrol nilai rata-ratanya adalah 80,50 dengan presentase ketuntasannya adalah 65%.

Rendahnya hasil belajar peserta didik di kelas eksperimen disebabkan karena tidak cocoknya antara anggota kelompok yang satu dengan anggota kelompok lainnya. Terlihat saat mereka melakukan diskusi ada anggota kelompok yang tidak senang dengan anggota kelompoknya sendiri.

Permasalahan tersebut juga tidak terlepas dari kurang telitinya peneliti

saat membagi kelompok diskusi dan tidak memperhatikan kelemahan dari pembagian kelompok secara heterogen. Menurut Majid (2008: 117) Murid merasa tidak puas dengan kelompok dan berpendapat kelompok tidak menarik. Akhirnya murid tidak saling mendukung.

Nilai peserta didik pada indikator saling menghargai juga rendah, terlihat pada saat peserta didik berkomunikasi dalam kelompok ada diantara peserta didik yang tidak menghargai pendapat teman yang berbeda dengan pendapat dirinya sendiri. Menurut Djamarah dan Zain (2013: 126) Peserta didik memperolok-olokkan temannya, sehingga kelas menjadi gaduh tidak karuan. Siswa yang biasa diperolok- olokkan biasanya siswa yang disuruh tampil kedepan dan yang mengajukan pertanyaan.

Untuk nilai indikator tanggung jawab juga masih terlihat di bawah KKM dimana KKM nya adalah 80. Ini disebabkan karena ada diantara peserta didik yang tidak mendengarkan temannya menjelaskan materi. Begitupun saat mengerjakan tugas ada diantara peserta didik yang

(6)

6

tidak menyelesaiakan tugas dengan tepat waktu. Menurut Dimyati dan Mudjiono (2009: 166) ada beberapa ciri-ciri kelompok kecil yang menonjol diantaranya adalah ada interaksi dan komunikasi antara anggota, serta ada tindakan bersama sebagai perwujudan tanggung jawab.

Pada kelas kontrol nilai rata- rata perindikator dari ketiga indikator tersebut yang paling rendah adalah rata-rata nilai indikator tanggung jawab dan kerja sama, ini dikarenakan tanggung jawab dan kerja sama siswa berkurang pada saat mereka berdiskusi, peserta didik hanya menitik beratkan pada satu orang saja untuk mencari jawaban untuk pertanyaan yang telah mereka buat sebelumnya pada saat tahap menanya.

Menurut Rohani (2010: 29) Relasi dan kerjasama dalam kelompok yang demokratis yakni setiap individu berperan serta secara aktif dan ikut bekerja sama.

Nilai peserta didik pada indikator saling menghargai sudah dapat dikatakan tuntas karena telah mencapai KKM yaitu 82,22 sedangkan KKM nya adalah 80. Ini tidak terlepas dari sikap peserta didik

yang mau mendengarkan temannya dalam berdiskusi kelompok. Menurut Dimyati dan Mudjiono (2009: 166) siswa dalam kelompok kecil adalah anggota kelompok yang belajar untuk memecahkan masalah kelompok.

Kelompok kecil merupakan satuan kerja yang kompak dan kohesif.

Ranah Pengetahuan

Hasil penilaian tes akhir peserta didik kelas eksperimen dan kelas kotrol dapat dilihat pada gambar 3.

Gambar 3. Rata-Rata Nilai Pengetahu- an Kelas Sampel

Berdasarkan Gambar 3 Nilai rata-rata peserta didik pada kelas eksperimen yaitu 59,21 dengan presentase yang tuntasnya yaitu 6.67%. Pada kelas kontrol memiliki rata-rata 57,87 dengan presentase ketu tuntasannya adalah 10%, jumlah peserta didik yang tuntas hanya 2 orang. Berdasarkan uji hipotesis yang telah dilakukan didapatkan bahwa H1

ditolak dan H0 diterima ini berarti,

(7)

7

penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw disertai media gambar tidak dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas X SMA Negeri 2 Lembang Jaya Kabupaten Solok. Meskipun terjadi peningkatan hasil belajar dari nilai sebelumnya tetapi masih sedikit.

Pada penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw disertai media gambar hasil belajar peserta didik yang masih di bawah KKM dimana KKM nya adalah 78, dipengaruhi oleh beberapa faktor yang peneliti temui di lapangan diantaranya kurangnya efektifitas waktu yang telah ditentukan sebelumnya, karena masih ada peserta didik yang meribut dalam proses pembelajaran Permasalahan tersebut juga disebabkan karena sikap peneliti yang kurang tegas pada saat menegur peserta didik yang berbicara dan bercanda dalam berdiskusi. sesuai dengan yang disampaikan oleh Made Pidarta dalam Djamarah dan Zain (2013: 195) beberapa masalah- masalah pengelolaan kelas yang berhubungan dengan prilaku siswa adalah tidak ada standar prilaku dalam bekerja kelompok, misalnya ribut, bercakap-cakap, pergi ke sana kemari.

Pada waktu peserta didik berdiskusi kelompok peneliti juga menemukan adanya anggota kelompok yang tidak suka dengan anggota kelompok yang lainnya.

Banyak dari mereka untuk meminta pindah kelompok karena merasa tidak nyaman dengan teman kelompoknya.

Permasalahan tersebut juga tidak terlepas dari kurang telitinya peneliti saat membagi kelompok diskusi.

Sebagaimana yang disampaikan Istarani (2012: 29-30) Adapun beberapa keterbatasan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw adalah beberapa peserta didik mungkin pada awalnya segan mengeluarkan ide, takut dinilai temannya dalam group, guru banyak tersita waktu untuk mensosialisasikan peserta didik belajar dengan cara ini, Sulit membentuk kelompok yang dapat bekerjasama dengan secara harmonis, penilaian terhadap murid sebagai individu menjadi sulit karena tersembunyi di belakang kelompok.

Selain itu tidak adanya persiapan peserta didik sebelum melaksanakan proses belajar di sekolah dan juga ulangan harian juga menjadi penyebab rendahnya nilai peserta didik. Ini

(8)

8

0 15 30 45 60 75 90

A B

78,92

67,75 86,25

70,83

Eksperimen Kontrol

Nilai Rata-Rata Perindikator Keterangan :

A : Kelengkapan Isi Laporan B : Penulisan

terbukti hanya beberapa peserta didik saja yang tahu tentang materi sebelumnya dan materi yang akan di pelajari hari itu begitupun pada saat ulangan harian dilaksanakan. Menurut Slameto (2013: 59) Kesiapan adalah kesediaan untuk memberi respon atau reaksi. Kesiapan itu perlu di perhatikan dalam proses belajar, karena siswa belajar dan padanya sudah ada kesiapan, maka hasil belajarnya akan lebih baik.

Pada kelas kontrol yang menggunakan pendekatan saintifik tanpa disertai model serta media pembelajaran memberikan hasil yang lebih rendah dari kelas eksperimen.

Hal ini terjadi karena kondisi yang penulis temukan di lapangan, dimana dalam proses diskusi, peserta didik hanya menitik beratkan pada satu orang saja untuk mencari jawaban pertanyaan yang telah mereka buat sebelumnya pada saat tahap menanya.

Sesuai dengan pendapat Dimyati dan Mudjiono (2009: 52) dengan keterlibatan langsung siswa, secara logis akan menyebabkan mereka memperoleh pengalaman atau berpengalaman. Bentuk-bentuk perilaku yang merupakan implikasi

prinsip keterlibatan langsung bagi siswa misalnya siswa berdiskusi untuk membuat laporan.

Ranah Keterampilan

Hasil nilai ranah keterampilan perindikator pada penilaian lembaran laporan hasil diskusi dapat dilihat pada gambar 4.

Gambar 4. Nilai Keterampilan Kelas Eksperimen dan Kontrol

Secara keseluruhan hasil laporan diskusi siswa yaitu untuk kelas eksperimen memiliki rata-rata nilai 73,33 dengan presentase ketuntasan 43% sedangkan kelas kontrol memiliki rata-rata nilai 77,93 dengan presentase ketuntasan 45%.

Untuk penilaian perindikator didapatkan pada kelas eksperimen untuk indikator kelengkapan isi nilai peserta didik masih dibawah KKM yaitu 78,92 sedangkan KKM nya adalah 80. Rendahnya nilai peserta didik pada indikator kelengkapan isi disebabkan oleh tidak sesuainya isi

(9)

9

laporan hasil diskusi peserta didik dengan tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Begitupun saat mengisi identitas masih ada diantara peserta didik yang tidak mengisi identitas sesuai dengan apa yang telah di tetapkan.

Nilai rata-rata peserta didik pada indikator penulisan di kelas eksperimen juga masih di bawah KKM yaitu 67,75 sedangkan KKM nya adalah 80. Rendahnya nilai peserta didik untuk indikator penulisan di kelas eksperimen disebabkan karena peserta didik hanya ingin cepat selesai mengerjakan lembar laporan diskusi mereka masing-masing sehingga peserta didik kurang teliti membuat laporan hasil diskusi dan pada lembar diskusi peserta didik masih terdapat coret- coretan yang disebabkan kurang berhati-hatinya peserta didik dalam menulis pada lembaran laporan diskusi mereka serta peserta didik kurang bersungguh-sungguh dalam mengerjakan tugas yang diberikan guru. Menurut Annurrahman (2010:

180) siswa yang memiliki keinginan belajar akan nampak melalui kesungguhan untuk terlibat di dalam

proses belajar, antara lain nampak melalui keaktifan bertanya, mengemungkakan pendapat, menyimpulkan pembelajaran, mencatat, membuat resume, mengerjakan latihan-latihan dan evaluasi sesuai dengan tuntutan pembelajaran.

Nilai peserta didik pada kelas kontrol untuk indiktor kelengkapan isi sudah tuntas. Karena pada saat mengerjakan laporan hasil diskusi peserta didik telah memperhatikan aturan pengisian laporan hasil diskusi.

Begitu juga saat membuat dan menjawab pertanyaan banyak diantara mereka yang membuat pertanyaan dan jawaban sesuai dengan tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.

Untuk nilai peserta didik pada indikator penulisan masih rendah.

Rendahnya nilai peserta didik disebabkan karena peserta didik tidak teliti terhadap apa yang dibuat dan pada lembar diskusi masih terdapat coret-coretan yang disebabkan karena peserta didik kurang berhati-hati dalam menulis pada lembaran laporan diskusi mereka, serta peserta didik kurang bersungguh-sungguh dalam

(10)

10

mengerjakan tugas yang diberikan guru.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dan uji hipotesis yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw disertai media gambar tidak dapat meningkatan hasil belajar peserta didik kelas X SMA Negeri 2 Lembang Jaya Kabupaten Solok.

DAFTAR PUSTAKA

Aunurrahman. 2010. Belajar dan Pembelajaran. Bandung:

Alfabeta.

Dimyati & Mujiono. 2009. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta:

Rineka Cipta

Djamarah, Syaiful Bahri & Aswan Zain. 2013. Srategi Belajar Mengajar. Jakarta : Rineka Cipta.

Istarani. 2012. 58 Model Pembelajaran Kooperatif.

Medan: Media Persada.

Majid, Abdul.2008. Perencanaan Pembelajaran Mengembangkan Standar Kompetensi Guru.

Bandung: Remaja Rosdakarya.

Rohani, Ahmad. 2010. Pengelolaan Pengajaran. Jakarta: Rineka Cipta.

Rusman. 2012. Model-Model Pembelajaran. Jakarta: Raja Grafindo Persada

Sadiman. et al. 2012. Media Pendidikan. Depok: Rajawali Press.

Sagala. Syaiful. 2010. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung:

Alfabeta.

Slameto. 2013. Belajar dan Faktor- Faktor yang Mempengaruhinya.

Jakarta: Rineka Cipta.

Referensi

Dokumen terkait

Pada tahap perencanaan peneliti menyiapkan segala sesuatu yang dibutuhkan saat penelitian, yaitu Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), Membuat materi

Hal itu dapat dibuktikan dari peningkatan nilai rata-rata, daya serap, dan ketuntasan klasikal hasil belajar siswa pada pembelajaran Ekonomi setelah dilakukan dua kali siklus tindakan,