• Tidak ada hasil yang ditemukan

penerapan model pembelajaran kooperatif tipe two

N/A
N/A
Nguyễn Gia Hào

Academic year: 2023

Membagikan "penerapan model pembelajaran kooperatif tipe two"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TWO STAY TWO STRAY DISERTAI LDS BERGAMBAR TERHADAP

HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA KELAS VIII SMPN 13 PADANG

ARTIKEL ILMIAH

PUTRI NENGSIH NIM. 12010159

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (STKIP) PGRI SUMATERA BARAT

2017

(2)

1

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TWO STAY TWO STRAY DISERTAI LDS BERGAMBAR TERHADAP HASIL BELAJAR BIOLOGI

SISWA KELAS VIII SMPN 13 PADANG

Putri Nengsih, Siska Nerita, dan Annika Maizeli

Program Studi Pendidikan Biologi STKIP PGRI Sumatera Barat putriningsih2302gmail.com

ABSTRAC

Based on observations and interviews conducted at SMPN 13 Padang, it was found that the lack of interest and motivation in learning, so that students become less active in the learning process. In addition, the model and applied learning media teachers have the right, especially on the material Motion Systems in Humans. This causes low student learning outcomes is still there under the mastery Minimum Criteria (KKM) ie 77 on the material Motion Systems in Humans.

This study aims to determine the result of studying biology class VIII SMPN 13 Padang with the implementation of cooperative learning model Two Stay Two Stray accompanied LDS display.

This type of research is experimental design with Randomized Control-group Posttest Only Design. The study population was a class VIII student of the school year 2016/2017. The sampling method using purposive sampling techniques. Determination of the sample by drawing class, class VIII.7 as an experimental class and class VIII.8 as the control class. Instruments used in the affective domain using observation sheets attitude, while the use of written tests of cognitive and psychomotor using the assessment sheet product. Data were analyzed using t-test at the level of correlation of 95% (α = 0.05). Based on the results of research that student learning outcomes in the affective domain values obtained experimental class mode is B + (3.61) and the control class is B (3.09). Cognitive domain average values obtained experimental class is B (2.86) and the control class that is B- (2.66). The results of the analysis of the t-test obtained t (2.00)> t table (1.67) which means that the hypothesis in this study received. While psychomotor performance values obtained optimum experimental class is B + (3.49) and the control class that is A- (3.66). From this study it can be concluded that the learning model Two Stay Two Stray accompanied LDS Display can improve learning outcomes biology class VIII SMPN 13 Padang.

Keywords: Learning Outcomes Biology, LDS Display, Two Stay Two Stray PENDAHULUAN

Proses pembelajaran merupakan suatu proses yang mengandung serangkaian pelaksanaan oleh guru dan siswa atas dasar hubungan timbal balik yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan pembelajaran. Oleh karena itu, guru selaku fasilitator harus mampu melaksanakan proses pembelajaran tersebut secara maksimal untuk mewujudkan pembelajaran yang ideal. Proses pembelajaran yang ideal dapat diwujudkan dengan menggunakan berbagai strategi, pendekatan, metode serta model pembelajaran yang efektif dan menggunakan media yang tepat sehingga dapat memotivasi siswa dalam proses pembelajaran. Menurut Sanjaya, (2006:99) guru tidak hanya berperan sebagai sumber belajar, akan tetapi berperan sebagai orang yang membimbing dan memfasilitasi agar siswa mau dan mampu belajar.

Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan di SMPN 13 Padang dan wawancara dengan guru biologi kelas VIII pada bulan Maret 2016, guru mengungkapkan bahwa kurangnya minat dan motivasi siswa dalam belajar. Hal ini terlihat dari siswa yang kurang tertarik untuk belajar dan cenderung pasif, metode yang digunakan kurang tepat dan media pembelajaran yang digunakan guru adalah media charta dan power point sehingga belum cukup mampu untuk memotivasi siswa dalam belajar. Hal tersebut dapat berdampak terhadap rendahnya hasil belajar biologi menjadi rendah yaitu di bawah Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM).

Rendahnya hasil belajar siswa dapat dilihat dari nilai rata-rata ulangan harian pada materi sistem gerak pada manusia yang masih di bawah KKM. KKM yang ditetapkan untuk materi sistem gerak pada manusia adalah 77.

Untuk mengatasi masalah di atas, maka guru perlu memilih metode, model dan media yang

(3)

2 dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Salah satunya dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray yang disertai LDS bergambar.

Model pembelajaran kooperatif Two Stay Two Stray dapat meningkatkan kualitas pembelajaran, dimana struktur Two Stay Two Stray ini memberikan kesempatan kepada kelompok untuk membagikan hasil dan informasi dengan kelompok lain. Hal ini terlihat dari kelebihan model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray menurut Istarani (2010:202) dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam menyatukan ide dan gagasannya terhadap materi yang dibahasnya dalam kelompok maupun ketika menyampaikan pada siswa yang diluar kelompoknya, melatih siswa untuk berbagi tertutama berbagi ilmu pengetahuan yang didapatnya di dalam kelompok dan keberanian siswa dalam menyampaikan bahan ajar kepada temannya. Agar informasi dapat disampaikan dengan baik maka pemberian Lembar Diskusi Siswa (LDS) bergambar dapat membantu siswa agar lebih mudah mempelajari dan memahami materi. LDS bergambar merupakan lembar diskusi siswa yang menjadi media yang harus dibaca, dipahami dan dikerjakan oleh siswa pada saat diskusi kelompok. Dengan adanya gambar informasi yang disampaikan dapat dimengerti dengan mudah karena hasil yang diragakan lebih mendekati kenyataan melalui gambar yang terdapat pada LDS.

Berdasarkan latar belakang di atas , maka penulis telah melakukan penelitian mengenai “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Two Stay Two Stray Disertai LDS Bergambar Terhadap Hasil Belajar Biologi

Siswa Kelas VIII SMPN 13

Padang”.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penerapan model pembelajaran Two Stay Two Stray Disertai LDS Bergambar terhadap hasil belajar siswa kelas VIII SMPN 13 Padang.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini adalah penelitian eksperimen.Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Agustus 2016 tahun pelajaran 2016/2017 di SMPN 13 Padang.

Populasi dalam penelitian adalah seluruh siswa kelas VIII SMPN 13 Padang yang terdaftar pada tahun pelajaran 2016/

2017.Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik Purposive Sampling sehingga diperoleh sampel kelas VIII.7 sebagai kelas eksperimen dan kelas VIII.8sebagai kelas

kontrol.Instrumen yang digunakan untuk melakukan penilaian pada ranah afektif dengan menggunakan penilaian lembar observasi sikap, penilaian pada ranah kognitif melalui tes akhir penelitian, dan penilaian pada ranah psikomotor melalui lembar penilain produk.

Teknik analisis data pada tes akhir dilakukan uji hipotesis yang terlebih dahulu dilakukan uji normalitas dan uji homogenitas.

Data yang diperoleh berditribusi normal dan homogen maka dilakukanlah uji t.

HASIL PENELITIAN 1. Ranah Afektif

Penilaian afektif dilakukan selama proses pembelajaran berlangsung. Data hasil penilaian afektif siswa yang telah diperoleh dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1.Diagram Penilaian Ranah Afektif A. Bekerjasama, B. Bertanggung __.Jawab dan C. Santun

_._berkomunikasi pada saat proses __.pembelajaran

Pada kelas eksperimen didapatkan nilai modus tertinggi terlihat pada indikator bekerjasama yaitu 3,74 dan kelas kontrol terlihat pada indikator bertanggung jawab dan santun berkomunikasi yaitu 3,12. Nilai modus secara keseluruhan pada kelas eksperimen dengan predikat B+ (3,61) dan pada kelas kontrol dengan predikat B (3,09).

2. Ranah Kognitif

Penilaian pada ranah kognitif dilakukan pada akhir penelitian.Rata-rata pada penilaian ranah kognitif dapat dilihat pada Gambar 2.

0,5 1 1,5 2 2,5 3 3,5

4 3,74 3,70

3,29

3,09 3,12 3,12

Nilai Rata modus

Kelas Eksperimen Kelas Kontrol

A B C

(4)

3 Gambar 2.Diagram PenilaianRanah .

………….Kognitif

Berdasarkan Gambar 2, terlihat bahwa hasil belajar biologipada ranah kognitif untuk kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan dengan kelas kontrol. Hal ini terlihat rata-rata hasil belajar pada kelas eksperimen adalah 71,84dengan nilai konversi 2,86 (B) sedangkan kelas kontrol adalah 66,66 dengan nilai konversi 2,66 (B-). Pada ranah kognitif ini, didapatkan hasil analisis uji normalitas pada kelas eksperimen adalah L0 0,01074< Ltabel 0,15 sedangkan kelas kontrol yaitu L0 0,04642< Ltabel 0,15 maka data dari kedua kelas sampel berdistribusi normal, sedangkan hasil analisis uji homogenitas Fhitung 0,88< Ftabel 1,84 maka varians data dari kedua kelas sampel homogen. Karena kedua data berdistribusi normal dan homogen, maka dilakukan uji hipotesis yaitu menggunakan uji-t. Hasil uji-t pada ranah kognitif didapatkan thitung 2,00 > ttabel 1,67 dengan demikian hipotesis diterima.

3. Ranah Psikomotor

Penilaian psikomotor dilakukan setelah proses pembelajaran dan yang dinilai dari penilaian ini untuk kelas eksperimen adalah laporan akhir diskusi kelompok, sedangkan untuk kelas kontrol adalah resume.

Data hasil penilaian psikomotor siswa dapat dilihat pada Gambar 5

.

Gambar 3. Diagram Penilaian Ranah ,,,,,,,,,,,,,,,,,,Psikomotor

_.A. kelengakapn laporan / resume,

………….B. Menyimpulkan hasil laporan / ________.resume dan C. Kerapian dan ________.Kejelasan dalam penulisan

Berdasarkan Gambar 3, terlihat bahwa nilai pada ranah psikomotorpada kelas eksperimen dan kontrol didapatkan nilai capaian optimum tertinggi pada indikator kelengkapan laporan diskusi/resume. Kelas eksperimen dengan nilai B+ (3,34) dan kelas kontrolA- (3,58). Nilai capaian optimum secara keseluruhan pada kelas eksperimen dengan predikat B+ (3,49) dan predikat pada kelas kontrol dengan predikat A- (3,66).

PEMBAHASAN 1. Ranah Afektif

Penilaian ranah afektif pada kelas eksperimen diperoleh melalui pengamatan selama proses pembelajaran berlangsung.

Berdasarkan data yang diperoleh modus keseluruhan pada kelas eksperimen berada pada predikat B+ (3,49). Dilihat dari ketiga indikator yang diamati, untuk indikator pertama memiliki nilai rata-rata modus tertinggi yaitu 3,62 (A-) pada aspek bekerjasama. Dimana siswa saling bertukar informasi di dalam kelompok maupun kepada anggota kelompok lain dan ini juga terlihat pada saat siswa berkomunikasi ketika bertamu ke kelompok lain untuk mecari informasi dan ketika membagikan informasi kepada kelompok yang bertamu. Selain itu, masih ada beberapa siswa yang tidak mendengarkan dan menanggapi pendapat teman dalam proses pembelajaran. Sebagaimana menurut Huda (2014:7) bahwa kerjasama dalam konteks belajar yaitu saling melibatkan siswa 0

105 15 20 25 30 35 40 45 50 55 60 65 70 75 80

Kelas EksperimenKelas Kontrol 71,84

66,66

Nilai Rata - rata

kelas eksperimen kelas kontrol

0 0,5 1 1,5 2 2,5 3 3,5 4

3,34 3,23

2.94 3,58

3,37

3,17

Nilai Rata Capaian Optimum

Kelas Eksperimen

Kelas Kontrol

A B C

(5)

4 lainuntuk menyelesaikan tugas kelompok, saling memberikan dorongan, anjuran, serta saling berbagi informasi dengan teman kelompok yang membutuhkan bantuan.

Artinya bekerjasama dalam membantu siswa lain yang belum memahami dan mengerti mengenai materi yang dipelajari.

Indikator kedua memiliki nilai rata- rata modus 3,56 (A-) pada aspek bertanggung jawab. Pada indikator ini, siswa sudah mampu mendiskusikan LDS bergambar, menulis laporan diskusi. Pada saat mengumpulkan laporan diskusi masih banyak siswa yang kurang peduli dimana hanya beberapa siswa saja yang bertanggung jawab untuk mengumpulkan laporan diskusi di dalam kelompok untuk diberikan kepada guru.

Menurut sanjaya (2006:246-247) keberhasilan kelompok tergantung pada setiap anggotanya, maka setiap anggota kelompok harus memiliki tanggung jawab sesuai dengan tugasnya.Setiap anggota harus memberikan yang terbaik untuk keberhasilan kelompoknya, untuk mencapai hal tersebut guru memberikan penilaian pada individu dan juga kelompok. Penilaian individu bisa berbeda, akan tetapi penilaian kelompok harus sama.

Selanjutnya, indikatorketigamemiliki nilai modus 3,24 (B+) pada aspeksantun berkomunikasi pada saat proses pembelajaran.

Pada indikator ini, siswa sudah menggunakan bahasa komunikasi yang baik namun belum semuanya yang menyampaikan dan menerima informasi dengan jelas. Sebagaimana menurut Sanjaya (2006:206) ada beberapa faktor yang dapat menyebabkan kesalahan komunikasi.Pertama, faktor lemahnya kemampuan pengirim pesan dalam mengkomunikasikan informasi, sehingga pesan yang disampaiakan tidak jelas diterima.Kedua, faktor lemahnya kemampuan penerima pesan dalam menerima pesan yang disampaikan, sehingga ada kesalahan dalam menginterpretasi pesan yang disampaikan.

Meningkatnya aktivitas siswa pada penerapan model pembelajaran kooperatif Two Stay Two Stray disertai LDS bergambar disebabkan karena siswa aktif dalam proses pembelajaran dimana siswa mencari informasi dengan cara bertamu dan membagikan informasi mengenai materi yang dipelajari kepada kelompok lain. Hal ini sesuai dengan pendapat Rusman (2012:208) mengatakan bahwa “Pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan prestasi belajar siswa dan sekaligus dapat meningkatkan hubungan social, menumbuhkan sikap toleransi dan

menghargai pendapat orang lain, dan dapat memecahkan masalah dalam kelompoknya.

Nilaiafektif pada kelas kontrol dari ketiga indikator yang diamati yaitu berada pada predikat B (3,09). Pada indikator pertama mendapat nilai modus 3,09 (B) pada aspek bekerjasama. Dimana siswa terlihat saling bekerjasama dalam diskusi kelompok walaupun masih banyak yang kurang mendengarkan dan tidak menggapi pendapat teman dalam diskusi kelompok. Sebagaimana menurut Djamarah (2010:7) dalam suatu kerjasama, siswa akan saling menyadari kekurangan dan kelebihan yang dimilikinya, saling membantu tanpa ada rasa minder dalam dirinya serta persaingan yang terjadi secara positif untuk mencapai prestasi belajar yang optimal.

Pada indikator kedua mendapat nilai modus tertinggi 3,12 (B) pada aspek bertanggung jawab pada indikator ini, siswa sudah memperhatikan guru dalam menerangkan pelajaran namun masih banyak siswa yang tidak ikut serta dalam membuat resume dan mengumpulkan resume. Menurut Asma (2012:10) bahwa setiap orang atau setiap kelompok bertanggung jawab untuk menguasai materi pelajaran karena keberhasilan belajar kelompok ditentukan seberapa besar sumbangan hasil belajar secara perorangan.

Selanjutnya, indikator ketiga mendapat nilai modus 3,03 (B) pada aspeksantun berkomunikasi pada saat proses pembelajaran. Pada indikator ini masih ada beberapa siswa yang kurang menggunakan bahasa komunikasi yang baik, sopan dan jelas.

Hal ini terlihat pada saat siswa berdiskusi dengan teman kelompok. Hal ini sesuai dengan pendapat Latisma (2011: 192) mengatakan bahwa ciri-ciri hasil belajar afektif akan tampak pada peserta didik dalam berbagai tingkah laku. Seperti, perhatiannya dalam mata pelajaran, kedisiplinannya dalam mengikuti proses pembelajaran, motivasinya yang tinggi untuk tau lebih banyak mengenai materi pelajaran, rasa hormatnya terhadap pendidik dan sebagainya.

2. Ranah Kognitif

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, lebih banyak siswa yang tuntas pada kelas eksperimen dibandingkan dengan kelas kontrol. Dimana kelas eksperimen menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray disertai dengan LDS bergambar, sedangkan kelas kontrol menggunakan metode ceramah, diskusi dan

(6)

5 tanya jawab. Hal ini terlihat rata-rata hasil belajar pada kelas eksperimen adalah 71,84dengan nilai konversi 2,86 (B) sedangkan kelas kontrol adalah 66,66 dengan nilai konversi 2,66 (B). Pada kelas eksperimen hasil belajar siswa yang di atas KKM sebanyak 10 orang dengan presentase ketuntasannya 32,26%, sedangkan kelas kontrol didapatkan hasil yang mencapai KKM sebanyak 4 siswa dengan presentase ketuntasan 12,50%. Jika dilihat dari uraian di atas lebih banyak kelas eksperimen yang tuntas dibandingkan kelas kontrol, walaupun belum mencapai 60% siswa yang tuntas.Menurut Djamarah (2010:107) apabila bahan pelajaran yang diajarkan kurang dari 60% dikuasai oleh siswa maka tingkat keberhasilan tergolong kurang. Namun hal tersebut bukan berarti penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray LDS Bergambar tidak baik digunakan dalam proses pembelajaran.

Rendahnya hasil belajar siswa di bawah Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) disebabkan karena siswa baru mengenal model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray disertai dengan LDS bergambar.Selain itu, pelaksanaan pembelajaran terkendala oleh waktu. Waktu yang singkat membuat proses pembelajaran menjadi kurang maksimal. Dimana pada beberapa pertemuan terdapat jam pelajaran yang terpenggal oleh jam istirahat dan ketika jam istirahat berakhir siswa tidak masuk kelas dengan tepat waktu walaupun guru sudah mengontrol siswa agar masuk dengan tepat waktu. Sehingga hal ini berdampak terhadap proses pembelajaran. Selain itu, karakter siswa yang berbeda-beda juga mempengaruhi hasil belajar.Tingginya hasil belajar siswa kelas eksperimen dibandingkan kelas kontrol pada ranah kognitif karena pada kelas eksperimen menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray disertai LDS bergambar. Model pembelajaran ini membuat siswa aktif dan bersemangat dalam proses pembelajaran. Dimana pada saat proses pembelajaran berlangsung siswa yang awalnya mendiskusikan LDS bergambar bersama teman kelompok dapat mendiskusikan dan memahami materi bersama teman kelompoknya, selain itu informasi mengenai materi yang di pelajari bisa didapatkan kembali melalui proses siswa bertamu kesemua kelompok dengan membawa lembar kunjungan untuk mencatat setiap informasi yang didapatkan dari kelompok lain.

Dengan mendapatkan banyaknya informasi, baik itu informasi yang berbeda ataupun sama. Jika informasi yang didapatkan berbeda maka akan dapat membantu teman kelompok yang lainnya untuk mendapatkan informasi namun jika informasi yang didapatkan sama maka akan dapat mengulang informasi yang didapatkan sebelumnya sehingga akan menambah pemahaman siswa mengenai materi yang dipelajari yaitu materi sistem gerak pada manusia. Menurut Istarani (2010:202) model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam menyatukan ide dan gagasannya terhadap materi yang dibahasnya dalam kelompok dan begitu juga sebaliknya ketika siswa balik kelompoknya masing- masing.Oleh karena itu setiap siswa memiliki keberanian untuk menyampaikan bahan ajar pada temannya agar dapat saling memahami materi yang dipelajari.

Pemahaman materi juga dipengaruhi oleh sumber belajar yang mendukung.Hal ini sejalan dengan Arsyad (2005: 19) bahwa pemakaian media pembelajaran dalam proses belajar mengajar dapat membangkitkan motivasi dan rangsangan kegiatan belajar bahkan membawa pengaruh-pengaruh psikologis terhadap siswa. Hal ini terlihat pada saat pemberian LDS bergambar dapatmembantu memberikan pemahaman siswa terhadap materi yang dipelajari.

Pelaksanaan pembelajaran di kelas kontrol menerapkan metode ceramah, diskusi dan tanya jawab. Rendahnya hasil belajar siswa disebabkan karena proses pembelajaran terasa membosankan dan siswa menjadi pasif karena tidak menemukan sendiri konsep yang diajarkan. Dimana hal ini terlihat bahwa dalam proses pembelajaran siswa hanya mengandalkan penjelasan materi dari guru saja dan menyebabkan siswa menjadi mudah bosan dalam proses pembelajaran. Hal inilah yang menyebabkan hasil belajar siswa pada kelas kontrol masih di bawah KKM.

3. Ranah Psikomotor

Penilaian ranah psikomotor pada kelas eksperimen diperoleh dari laporan diskusi berupa laporan akhir, sedangkan kelas kontrol diperoleh dari resume. Indikator yang dinilai dari ranah psikomotor ini yaitu aspek kelengkapan laporan diskusi/resume, menyimpulkan hasil laporan diskusi/resume dan kerapian dan kejelasan dalam penulisan laporan diskusi/resume.

(7)

6 Penilaian psikomotornilai akhirnya dihitung berdasarkan capaian optimum dari ketiga pertemuan. Pada kelas ekperimen nilai capaian optimumnya berada pada predikat B+ (3,49). Indikator pertama memperoleh rata- rata nilai tertinggi yaitu 3,34 (B+) pada aspekkelengkapan laporan dikusi. Dimana siswa sudah membuat laporan akhir kelompok dengan lengkap serta terdapat semua komponen laporan dan masih ada beberapa yang kurang sistematis.Indikator yang kedua memperoleh rata-rata 3,23 (B+) pada aspek menyimpulkan hasil diskusi. Pada indikator ini siswa sudah mampu membuat kesimpulan laporan akhir sesuai dengan tujuan pembelajaran walaupun masih ada beberapa yang kurang sesuai dengan materi yang dipelajari. Selanjutnya, nilai indikator ketiga memperoleh nilai rata-rata terendah yaitu 2,94 (B) pada aspekkerapian dan kejelasan dalam penulisan. Rendahnya nilai pada indikator ini karena singkatnya waktu dalam proses pembelajaran membuat siswa kurang memperhatikan kerapian dan kejelasan penulisan. Menurut Jufri (2013: 68) ranah psikomotor berkenaan dengan hasil belajar yang diekspresikan dalam bentuk keterampilan menyelesaikan tugas-tugas manual dan gerakan fisik atau kemampuan bertindak.

Penilaian keterampilan pada kelas kontrol rata-nilai capaian optimum dari ketiga pertemuan berada pada predikat A- (3,66).

Indikator pertama memperoleh nilai tertinggi pada kelas eksperimen yaitu 3,58 (A-)pada aspek kelengkapan resume. Dimana siswa sudah membuat resume dengan lengkap serta terdapat semua komponen laporan diskusi dan sistematis. Indikator yang kedua memperoleh nilai 3,37 (B+) pada aspek menyimpulkan hasil diskusi pada indikator ini siswa sudah mampu menyimpulkan resume sesuai dengan tujuan pembelajaran dan masih ada beberapa yang kurang sesuai dengan materi yang dipelajari.

Selanjutnya, pada indikator ketiga memperoleh nilai 3,17 (B) pada aspek kerapian dan kejelasan dalam penulisan. Pada indikator ini masing-masing kelompok sudah membuat resume dengan rapi namun masih ada beberapa penulisannya yang kurang jelas.

Tingginya nilai psikomotor siswa pada kelas kontrol karena sebelum pembuatan resume siswa sudah diberikan penjelasan mengenai materi yang dipelajari. Sehingga hampir semua kelompok membuat resume sesuai dengan tuntutan tujuan pembelajaran dan sistematis. Selain itu, penulisan resume memiliki waktu yang cukup. Menurut Anwar

(2009: 87) penilaian keterampilan bertujuan untuk mengetahui sejauh mana tingkat keterampilan (skill) yang dimiliki siswa setelah mereka memahami proses pembelajaran kognitif dan afektif. Apabila suatu proses pembelajaran itu dimulai dengan sikap dan minat yang baik maka penilaian pengetahuannya juga meningkat dengan baik.

SIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, maka dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaranTwo Stay Two Stray disertai LDS Bergambar berpengaruh baik terhadap hasil belajar biologi siswa kelas VIII SMPN 13 Padang.

KEPUSTAKAAN

Anwar, syafri.2009. Penilaian Berbasis Kompetensi. Padang: UNP Press.

Arsyad, Azhar. 2014. Media Pembelajaran (edisi revisi). Jakarta: Rajawali Press.

Djamarah, Syaiful Bahri, Aswan Zain. 2014.

Strategi Belajar Mengajar. Jakarta:

Rineka Cipta.

Huda, Miftahul. 2014. Cooprative Learning Metode Teknik Struktur dan Model Terapan : Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

Istarani. 2010. 58 Model Pembelajaran Inovatif.Medan : Media Persada.

Jufri, W. 2013.Belajar dan Pembelajaran Sains.Bandung : Pustaka Reka Cipta.

Latisma. 2011. Evaluasi Pendidikan. Padang:

UNP Press Padang.

Rusman. 2012. Model-Model Pembelajaran.

Depok : Rajagrafindo Persada.

Sanjaya, Wina. 2006. Perencanaan Dan

Desain Sistem Pembelajaran. Jakarta : Perpustakaan Nasional.

Referensi

Dokumen terkait

Tindakan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah penerapan model pembelajaran kooperatif pendekatan Two Stay To Stray untuk meningkatkan prestasi belajar