• Tidak ada hasil yang ditemukan

pengaruh penerapan model pembelajaran kooperatif

N/A
N/A
Nguyễn Gia Hào

Academic year: 2023

Membagikan "pengaruh penerapan model pembelajaran kooperatif"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TWO STAY TWO STRAY (TSTS) DISERTAI LEMBAR KERJA

SISWA (LKS) TERHADAP HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA KELAS VIII SMPN 2 TANJUNG MUTIARA TAHUN

PEMBELAJARAN 2015/2016 KABUPATEN AGAM

Oktaviza Sri Anggraini, Ardi, Diana Susanti

Program Studi Pendidikan Biologi STKIP PGRI Sumatera Barat Oktaviza@ymail.com

ABSTRAK

The result of biology for student in class VIII in SMPN 2 Tanjung Mutiara in Motion to plant, Pest and disease to plant still under Criteria of Passing Minimum (KKM). The low result of students is caused of students in group discussion and learning process is still focused on teacher.

The use of learning model is lacking variation. The student in learning do not interest for learning and passive in asking and answer questions from the teacher. in other can see lacking interaction between student, and lacking interaction of students in group discussion and learning process. In discussion the teacher to do clasical discussion and only a few students active and other students passive and do not serrious in learning process. In discussion the teacher do not use students LKS until discussion is not good. The purpose of the research for know implementing learning Model Cooperative Type Two Stay Stray (TSTS) with LKS to the result of biology in class VIII SMPN 2 Tanjung Mutiara Kabupaten Agam in 2015/2016. The type of this research is experiment research, uses randomized Control Group Posttest Only Design. The population of this research was all students VIII SMPN 2 Tanjung Mutiara Which was signed in 2015/2016. Sample taken uses purposive sampling tecnic with class VIII3 as an experimental class and class VIII2 as the control class. The instrument which was used is sheet test of the students. The data analysis technique wich was used test-t. The result of final test shown that experiment in two class have more average score than control class, where the average experiment class shown that (49,40) is lower than the control class (55.99). T-test results obtained thitung = ˗9,03 and price of ttabel = 1,68. So it can be concluded that learning model Two Stay Two Stray (TSTS) with LKS can increase the result of biology score for class VIII in SMPN 2 Tanjung Mutiara Kabupaten Agam in 2015/2016.

Keyword: Model Two Stay Two Stray (TSTS) Lembar Kerja Siswa (LKS), Result Learn Pendahuluan

Pendidikan yang bermutu sangat penting dalam kehidupan yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas manusia.

Salah satu upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan adalah dengan cara memperbaiki proses belajar mengajar atau pembelajaran.

Hal ini terkait dengan kemampuan guru memilih strategi dan pendekatan yang sesuai dengan kebutuhan siswa agar pembelajaran semakin baik.

Biologi merupakan salah satu bagian dari ilmu pengetahuan alam (IPA) yang dipelajari di Sekolah Menengah. Ilmu ini

berperan penting dalam kehidupan sehari- hari yang berkaitan dengan lingkungan dan alam sekitar.

Berdasarkan hasil wawancara penulis dengan guru biologi SMPN 2 Tanjung Mutiara diperoleh informasi bahwa nilai biologi yang diperoleh siswa umumnya rendah dan minat siswa dalam proses pembelajaran biologi masih kurang. Hal ini terlihat dari hasil nilai rata-rata ulangan harian siswa pada mata pelajaran biologi siswa kelas VIII semester 1 tahun pelajaran 2014/2015 yang masih di bawah kriteria ketuntasan minimal (KKM). KKM yang

(2)

telah ditetapkan guru adalah 75, sedangkan nilai rata-rata ulangan harian siswa kelas VIII secara berurutan adalah VIII1(59,85), VIII2(69,84), VIII3(65,7), VIII4(53,51), VIII5(57,87). Lebih jauh terungkap bahwa salah satu materi biologi yang sulit dipahami siswa adalah gerak pada tumbuhan. Materi ini memuat konsep tentang macam-macam gerak pada tumbuhan, membedakan antara gerak tropisme, nasti dan taksis, dan juga macam-macam hama dan penyakit yang menyerang tumbuhan.

Berdasarkan observasi pembelajaran yang penulis lakukan pada bulan Maret 2015, terlihat proses belajar mengajar yang berlangsung di sekolah cenderung berpusat pada guru. Penggunaan model pembelajaran kurang bervariasi. Siswa dalam belajar masih kurang tertarik untuk belajar dan cenderung pasif baik dalam bertanya atau menjawab pertanyaan dari guru. Di sisi lain juga terlihat kurangnya interaksi antar siswa, serta kurang adanya kerjasama dalam belajar yang bisa membuat siswa saling bertukar pikiran dan ide. Sewaktu diskusi guru cenderung melakukan diskusi klasikal, dan hanya beberapa siswa saja yang aktif, sebagian besar siswa tidak aktif dan mengikuti pelajaran kurang serius. Pada waktu diskusi guru tidak menggunakan lembar kerja siswa sehingga diskusi kurang terarah.

Berdasarkan masalah yang ditemukan dalam proses pembelajaran tersebut, diperlukan upaya guru untuk menciptakan suasana belajar dengan memilih model yang lebih sesuai dengan materi yang dipelajari agar dapat lebih menarik perhatian siswa dalam pembelajaran sehingga pembelajaran tidak membosankan. Pemilihan model pembelajaran yang lebih tepat akan berpengaruh terhadap minat siswa dalam belajar sehingga diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar mereka.

Penggunaan berbagai model terutama model dengan struktur yang sesuai, tepat dan cocok untuk materi tertentu bagi guru merupakan suatu jembatan untuk memudahkan dalam proses belajar mengajar agar tercapainya tujuan pembelajaran dengan hasil belajar yang memuaskan.

Berkaitan dengan hal tersebut, maka model pembelajaran yang diharapkan dapat membantu siswa menjadi lebih aktif dalam kegiatan belajar adalah pembelajaran

kooperatif. Menurut Hamdani (2011: 30) pembelajaran kooperatif ini merupakan salah satu bentuk pembelajaran yang berdasarkan paham konstruktivis. Dalam pembelajaran kooperatif diterapkan strategi belajar dengan sejumlah siswa sebagai anggota kelompok kecil yang tingkat kemampuannya berbeda.

Dalam menyelesaikan tugas kelompoknya, setiap anggota kelompok harus saling bekerjasama dan saling membantu untuk memahami materi pelajaran.

Berdasarkan latar belakang di atas, penulis telah melakukan penelitian tentang pengaruh penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray (TSTS) disertai lembar kerja siswa (LKS) terhadap hasil belajar biologi siswa kelas VIII SMPN 2 Tanjung Mutiara Tahun Pembelajaran 2015/2016 Kabupaten Agam.

Model pembelajaran kooperatif mempunyai banyak struktur, salah satunya adalah struktur Two Stay Two Stray (TSTS) yang telah dikembangkan oleh Spencer Kagan (1992) dalam Hariyanto dan Warsono (2012:235). Lie (2010 : 61) mengemukakan bahwa “teknik ini bisa digunakan dalam semua mata pelajaran dan semua tingkatan usia peserta didik. Teknik belajar mengajar Two Stay Two Stray (TSTS) juga memberikan kesempatan kepada kelompok untuk membagiakn hasil dan informasi dengan kelompok lain”.

Kelebihan struktur TSTS ini menurut Istarani dan Ridwan (2014:107) sebagai berikut ini

1. Kerjasama di dalam kelompok maupun diluar kelompok dalam proses belajar mangajar.

2. Kemampuan siswa dalam memberikan informasi kepada temannya yang lain diluar kelompok dan begitu juga sebaliknya ketika siswa balik kedalam kelompoknya masing- masing.

3. Kemampuan siswa dalam menyatukan ide dan gagasannya terhadap materi yang dibahasnya dalam kelompok maupun ketika menyampaikannya pada siswa yang diluar kelompoknya.

4. Keberanian siswa dalam menyampaikan bahan ajar pada temannya.

(3)

5. Melatih siswa untuk berbagi terutama berbagi ilmu pengetahuan yang didapatnya di dalam kelompok.

6. Pembelajaran tidak akan membosankan sebab antara siswa selalu berinteraksi dalam kelompok maupun di luar kelompok.

7. Melatih kemandirian siswa dalam belajar.

Lembar kerja siswa (LKS) merupakan salah satu jenis alat bantu pembelajaran.

Secara umum, LKS merupakan pembelajaran sebagai pelengkap atau sarana pendukung pelaksanaan rencana pembelajaran. LKS berupa lembaran kertas yang berupa informasi maupun soal-soal yang harus dijawab oleh siswa. (Hamdani, 2011:74).

Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat pengaruh penerapan model pem- belajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray (TSTS) disertai Lembar Kerja Siswa (LKS) terhadap hasil belajar biologi siswa Kelas VIII SMPN 2 Tanjung Mutiara Kab. Agam.

Metode Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen. Penelitian eksperimen adalah penelitian yang mengadakan perlakuan terhadap variabel penelitian. Penelitian ini telah dilaksanakan di SMPN 2 Tanjung Mutiara Kab. Agam pada bulan November pada Tahun Pelajaran 2015/2016.

Rancangan penelitian yang digunakan adalah Randomized Control-Group Posttest Only Design

Populasi adalah keseluruhan dari objek yang akan diteliti. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII SMPN 2 Tanjung Mutiara Kab. Agam yang terdaftar pada tahun 2015/2016 yang terdiri dari 5 kelas. Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan teknik purposive sampling, yaitu berdasarkan kesamaan rata- rata nilai siswa.Prosedur penelitian ini dibagi menjadi 3 tahapan yaitu tahap persiapan, tahap pelaksanaan dan tahap evaluasi.

Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes. Tes yang dilakukan berupa tes objektif yang terdiri dari 5 option yaitu A, B, C, D, E. Teknik analisis data dalam penelitian ini yaitu dengan menggunakan uji normalitas dan uji

homogenitas. Setelah dilakukan uji normalitas dan uji homogenitas yang hasilnya berdistribusi normal dan sampel memiliki varians yang homogen, maka dapat dilakukan uji hipotesis dengan menggunakan uji-t. Uji hipotesis bertujuan untuk diterima atau ditolak.

Hasil dan Pembahasan

Berdasarkan nilai rata-rata hasil belajar, maka didapatkan persentase ketuntasan hasil belajar siswa seperti gambar di bawah ini.

Gambar 2. Nilai Rata-rata Hasil Belajar Siswa.

Setelah dilakukakannya penelitian di SMPN 2 Tanjung Mutiara, maka diperoleh hasil belajar siswa pada ranah kognitif terlihat dari skor rata-rata hasil belajar biologi siswa pada kelas eksperimen dengan model mengajar menggunakan model Two Stay Two Stray (TSTS) disertai LKS yaitu 49,40. Jika dibandingkan kelas kontrol dengan pembelajaran konvensional menggunakan metode ceramah disertai power point dan diskusi yaitu 55,99.

Ketuntasan untuk masing-masing siswa masih kurang baik, yaitu kelas eksperimen tidak ada satupun siswa yang tuntas sedangkan pada kelas kontrol ada sebanyak 3 orang siswa dengan presentase ketuntasan kelas eksperimen 0% dan kelas kontrol 11,11%. Sehingga dari kedua kelas sampel hanya 3 orang yang mencapai KKM. Hal ini sejalan dengan yang dikemukakan oleh Djamarah (2010: 107) menyatakan bahwa

“apabila bahan pelajaran yang diajarkan 46

48 50 52 54 56 58

Eksperimen Kontrol Series 1

49,40 55,99

Nilai Kognitif

Kelas

(4)

kurang dari 60% dikuasai oleh siswa maka tingkatan keberhasilan tergolong kurang baik”. Hal ini berarti proses pembelajaran kurang maksimal dan juga hasil belajar siswa menurun dari tahun sebelumnya. Ini disebabkan karena peneliti sebagai guru muda sehingga kurang pengalaman dalam mengajar.

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa hasil belajar biologi siswa kelas eksperimen dengan menggunakan model pembelajaran Two Stay Two Stray (TSTS) disertai LKS tidak berpengaruh terhadap hasil belajar biologi siswa. Hal ini terlihat dari rata-rata hasil belajar biologi siswa pada kedua kelas sampel yang menunjukan bahwa nilai siswa pada kedua kelas sampel yang tidak menunjukan perbedaan sehingga hipotesis ditolak.

Menurut Suryabrata (2013: 42) jika hipotesis ditolak ada beberapa kemungkinan penyebabnya, salah satunya adanya variabel- variabel luaran. Variabel luaran yang menyebabkan hipotesis ditolak yaitu kemungkinan disebabkan oleh siswa yang tidak belajar terlebih dahulu, malas dalam belajar, dalam melakukan diskusi banyak siswa tidak serius mengerjakannya, meribut dalam saat berdiskusi. Oleh sebab itu terjadilah proses pembelajaran yang kurang baik.

Perlakuan dalam penelitian ini belum membuat nilai rata-rata tes akhir siswa mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Hal tersebut bukan berarti penerapan model pembelajaran menggunakan model Two Stay Two Stray (TSTS) disertai LKS tidak baik digunakan dalam proses pembelajaran, hanya saja mungkin siswa kurang tertarik karena model pembelajaran Two Stay Two Stray (TSTS) disertai LKS ini baru pertama kali diterapkan. Dalam pelaksanaan model ini dimana siswa ribut saat proses pembelajaran dan diskusi berlangsung, serta model ini mengundang keributan sewaktu bertamu, anak yang kurang aktif mereka tidak terlalu serius dalam melakukan diskusi. Hal ini terlihat pada salah satu kelemahan model Two Stay Two Stray (TSTS) menurut Istarani dan Ridwan (2014:108) yaitu dapat mengundang keributan ketika siswa bertamu kekelompok lain. Sulitnya bagi siswa untuk memahami dan mendalami materi ini

disebabkan karena sepenuhnya diserahkan kepada siswa untuk memahami materi tanpa ada penjelasan dari guru, dan bagi siswa yang kurang aktif mereka kesulitan mengikuti proses pembelajaran seperti ini, serta adakalanya penggunaan waktu yang kurang efektif.

Pada saat siswa berdiskusi dikelompok asal dan pergi bertamu ke kelompok lain mereka kurang serius dalam mengerjakannya dan tidak terlalu mempedulikan pelajarannya. Sehingga minat belajar siswa menjadi berkurang. Menurut Slameto (2003: 57) minat besar pengaruhnya terhadap belajar, karena bila bahan pelajaran yang dipelajari tidak sesuai dengan minat siswa, siswa tidak akan belajar sebaik- baiknya, karena tidak ada daya tarik baginya.

Kendala yang penulis temukan selama penelitian dengan menerapkan model Two Stay Two Stray (TSTS) yaitu masalah waktu, peneliti merasa kesulitan dalam mengatur waktu dalam proses pembelajaran seperti pada saat siswa berdiskusi di kelompok asal mereka,pergi bertamu ke kelompok lain dan kembali ke kelompok asal. dengan kurangnya waktu tersebut membuat proses pembelajaran kurang efektif dan efisien.

Penerapan model Two Stay Two Stray (TSTS) ini baru diterapkan sehingga siswa canggung dalam belajar. Kemudian masih kurangnya pengelolaan kelas, sehingga suasana kelas menjadi ribut saat proses belajar mengajar berlangsung. Penulis berusaha mengontrol keadaan kelas agar tercipta suasana yang kondusif. Suasana yang kondusif maksudnya tidak ada keributan walaupun penulis sudah berusaha untuk mengontrol suasana kelas dengan memberikan teguran kepada siswa. Hal ini sesuai dengan pendapat Hasibuan dan Moedjiono (2009:82) bahwasanya keterampilan mengelola kelas merupakan keterampilan guru untuk menciptakan dan memelihara kondisi belajar yang optimal jika terjadi gangguan baik dengan cara mendisiplinkan ataupun melakukan kegiatan remedial. Warsono dan Harianto (2012: 24) yang menyatakan bahwa guru sebagai fasilitator harus mampu membangun lingkungan pembelajaran yang kondusif bagi terselenggaranya pembelajaran aktif yang baik. Berdasarkan uraian diatas, tidak terdapat pengaruh penerapan model Two

(5)

Stay Two Stray (TSTS) disertai LKS terhadap siswa kelas VIII SMPN 2 Tanjung Mutiara Kabupaten Agam. Hal ini terbukti dengan rata-rata nilai kelas eksperimen berbeda dibandingkan dengan kelas kontrol.

Ini disebabkan karena berbagai faktor dari dalam maupun dari luar diri siswa. Faktor dari dalam diri siswa yaitu kurangnya minat serta kemauan siswa terhadap belajar biologi. Sedangkan faktor luar diri siswa yaitu terpengaruh lingkungan disekitarnya.

Kesimpulan dan Saran

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat pengaruh penerapan model Two Stay Two Stray (TSTS) disertai LKS terhadap hasil belajar biologi siswa kelas VIII SMPN Tanjung Mutiara Kabupaten Agam.

Dari penelitian yang telah dilakukan, maka peneliti menyarankan beberapa hal:

1. Penerapan model pembelajaran menggunakan Two Stay Two Stray (TSTS) disertai LKS dapat digunakan, tetapi harus

memperhatikan karakteristik siswa.

2. Bagi peneliti selanjutnya diharapkan dapat melakukan penelitian lanjutan pada pokok bahasan biologi yang lain dan dengan tingkat sekolah yang berbeda.

3. Bagi sekolah diharapkan agar lebih memperbanyak pengadaan buku paket biologi supaya siswa dapat meminjam dan dapat belajar

dirumah sehingga ada persiapan siswa dalam belajar.

Daftar Pustaka

Djamarah, Syaiful Bahri dan Zain, Aswan.

2010. Strategi Belajar Mengajar.

Jakarta : Rineka Cipta

Hamdani, M.A. 2011. Strategi Belajar Mengajar. Bandung : Pustaka Setia

Hariyanto dan Warsono. 2012. Pembelajaran Aktif :Teori dan Asesmen.

Surabaya: .Remaja Rosdakarya

Moedjiono, Hasibuan. 2009. Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Istarani dan Muhammad Ridwan. 2014 .50 tipe pembelajaran kooperati. Media Persada: Bandar Selamat Medan

Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-faktor yang mempengaruhi. Jakarta : Asdi Mahasatya.

Suryabrata, Sumadi. 2006. Metodologi Penelitian. Jakarta: Raja Gravindo Persada

Referensi

Dokumen terkait

Pada model pembelajaran kooperatif tipe two stay two stray, siswa dibagi dalam kelompok terdiri dari 4 orang, guru mengajukan pertanyaan atau suatu topik untuk

NCU Peningkatan Keaktifan Siswa Pada Mata Pelajaran Tematik Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay –two Stray Di Kelas V Sdn Deketwetan Lamongan B erdas arkan data