• Tidak ada hasil yang ditemukan

Brannca (1980) mengemukakan bahwa pemecahan masalah matematis dijadikan sebagai proses inti dan utama dalam kurikulum matematika sehingga menjadi tujuan umum dalam pembelajaran matematika

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "Brannca (1980) mengemukakan bahwa pemecahan masalah matematis dijadikan sebagai proses inti dan utama dalam kurikulum matematika sehingga menjadi tujuan umum dalam pembelajaran matematika"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Matematika merupakan ilmu dasar yang memegang peranan penting dalam kehidupan sehari-hari. Matematika telah diajarkan sejak jenjang SD hingga tingkat perguruan tinggi, juga digunakan dalam kaidah ilmu yang lain seperti fisika, kimia dan mata pelajaran lain. ini membuktikan bahwa matematika sangat penting untuk dipelajari. (Nurdyansyah & Fahyuni, 2016:52).

Menurut National Council of Teachers of Mathematics (NCTM, 2000:52) mengemukakan bahwa standar proses yang harus dimiliki dalam pembelajaran matematika merupakan kecakapan-kecakapan matematis yang terdiri dari beberapa aspek salah satunya pemecahan masalah. Sejalan dengan pendapat NCTM, Permendiknas No.58 Tahun 2014 merumuskan tujuan pembelajaran matematika pada pendidikan menengah yakni agar siswa memiliki kemampuan dalam pemecahan masalah. Pemecahan masalah menjadi salah satu target utama yang penting untuk dikembangkan dalam pembelajaran matematika, karena pembelajaran matematika tidak hanya dilakukan dengan mentransfer pengetahuan kepada siswa, tapi juga membantu siswa untuk membentuk pengetahuan mereka sendiri serta memberdayakan siswa untuk mampu memecahkan masalah yang dihadapi dalam pembelajaran.

Brannca (1980) mengemukakan bahwa pemecahan masalah matematis dijadikan sebagai proses inti dan utama dalam kurikulum matematika sehingga menjadi tujuan umum dalam pembelajaran matematika. Dengan mampu memecahkan masalah, siswa akan mampu berfikir kritis, kreatif dan mengembangkan kecakapan matematis lainnya. Jadi, jelaslah bahwa kemampuan

(2)

pemecahan masalah merupakan salah satu kemampuan dasar yang harus dikuasai oleh siswa. Mengingat pentingnya kemampuan pemecahan masalah matematis dalam pembelajaran matematika, maka kemampuan tersebut perlu ditingkatkan dengan menerapkan metode dan model pembelajaran yang lebih bervariasi.

(Permatasari, 2014:32)

Wahyudin (2008) mengatakan bahwa salah satu aspek penting dari perencanaan bertumpu pada kemampuan guru untuk mengantisipasi kebutuhan dan materi-materi atau model-model yang dapat membantu para siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran (Sumartini, 2018). Setiap metode dan model pembelajaran yang ada mempunyai kelebihan dan kekurangan untuk diterapkan.

Maka dari itu pemilihan model yang paling tepat dapat menunjang keberhasilan tujuan yang akan dicapai, dengan model pembelajaran yang ada siswa dapat belajar secara mandiri atau pun belajar bersama secara berkelompok dalam suasana yang menyenangkan sehingga siswa dapat aktif dalam pembelajaran.(Octavia, 2020)

SMP Negeri 1 Muaro Jambi merupakan sekolah yang dijadikan peneliti sebagai lokasi penelitian. Berdasarkan hasil observasi1, ditemukan masih terdapat beberapa permasalahan yaitu terlihat bahwa proses pembelajaran matematika di kelas sebagian besar kegiatan masih didominasi oleh guru hal ini mengakibatkan pembelajaran belum sepenuhnya melibatkan siswa. Guru menjadi satu-satunya pusat pembelajaran dalam setiap kegiatan di kelas sehingga dalam proses pembelajaran siswa menjadi kurang aktif dan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa rendah karena hanya menerima apa yang dijelaskan oleh guru.

1 Lampiran 1

(3)

Russefendi (1991) menyatakan bahwa sebagian besar matematika diberikan di sekolah melalui penjelasan konvensional dari guru sehingga membuat siswa menjadi pasif. Berkaitan dengan hal tersebut, maka diperlukan perbaikan dan pembaharuan dalam pembelajaran guna meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa dengan menciptakan kondisi belajar yang aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan bagi siswa melalui model pembelajaran yang tepat dan sesuai dengan karakteristik siswa.(Yunita et al., 2018).

Peneliti juga menemukan bahwa pada pembelajaran materi sistem persamaan linear dua variabel di SMP Negeri 1 Muaro Jambi kelas 8 siswa cenderung pasif dalam proses pembelajaran, pembelajaran masih berpusat pada guru dan kurangnya minat siswa untuk membaca dan bertanya tentang materi yang diajarkan oleh guru sehingga siswa kesulitan dalam pemecahan masalah yang berkaitan dengan materi dan soal yan diberikan oleh guru selama pembelajaran. Masalah tersebut tentu mengahambat proses pembelajaran yang sedang berlangsung dan akan berdampak pada kemampuan pemecahan malasah matematis siswa. Menurut (As’ari, 2017) sistem persamaan linear dua variabel adalah persamaan yang memiliki dua variabel dan pangkat dari masing-masing variabel sama dengan satu. Pembelajaran materi SPLDV juga berhubungan dengan kehidupan sehari-hari oleh karena itu siswa diharuskan untuk berpikir secara kreatif dan inovatif dalam proses pembelajaran SPLDV.

Untuk mengatasi permasalahan diatas, peneliti mencoba inovasi metode baru yang dapat menarik siswa dan mampu meningkatkan keaktifan siswa sehingga dapat pula meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa. Salah satu metode yang dapat menunjang hal tersebut adalah pembelajaran

(4)

model kooperatif. Menurut Octavia (2020: 30) pembelajaran model kooperatif berfokus pada penggunaan kelompok kecil untuk bekerja sama dengan siswa lainnya dalam memaksimalkan kondisi belajar dan pada model pembelajaran ini guru berperan sebagai fasilitator.

Pembelajaran kooperatif memiliki berbagai macam tipe salah satunya Tipe Make A Match. Pembelajaran dengan tipe Make A Match ini merupakan metode

pembelajaran untuk menyampaikan informasi dalam suasana yang menyenangkan sehingga siswa menjadi lebih aktif, kreatif dan inovatif. Hal ini menjadi salah satu alasan peneliti untuk menerapkan metode pembelajaran kooperatif tipe “make a match”.

Salah satu keuntungan teknik make a match menurut Isjoni (2019:77-78) adalah siswa mencari pasangan sambil belajar mengenai suatu konsep atau topik, dalam suasana yang menyenangkan. Teknik ini bisa digunakan dalam semua mata pelajaran dan untuk semua tingkatan usia. Menurut Octavia (2020:89-90) model pembelajaran make a match yaitu pembelajaran yang mengajarnya dengan mencari pasangan melalui kartu pertanyaan dan jawaban yang harus ditemukan dan didiskusikan oleh pasangan siswa tersebut. Model pembelajaran ini mengutamakan penanaman kemampuan sosial terutama kemampuan bekerja sama, kemampuan berinteraksi disamping kemampuan berpikir cepat melalui permainan mencari pasangan dengan dibantu kartu.

Kelebihan Model Kooperatif Tipe Make A Match menurut Octavia (2020:90) yaitu membuat kegiatan belajar menjadi lebih menyenangkan dan dapat meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi yang dipelajari serta meningkatkan motivasi belajar siswa.

(5)

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Rahayu (2019) terdapat peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematis pada kelas eksperimen setelah diajar menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe make a match yang terlihat pada perbedaan nilai kemampuan pemecahan masalah matematis siswa pada hasil pretest lebih rendah di bandingkan dengan nilai posttes.

Berdasarkan hasil uraian dari penelitian diatas terdapat pengaruh pada kemampuan pemecahan masalah matematis siswa dengan menggunakan model kooperatif tipe make a match dibandingkan dengan pembelajaran langsung , hal ini menjadi salah satu alasan peneliti ingin menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe make a match di SMP Negeri 1 Muaro Jambi.

Dengan menggunakan tipe make a match siswa dapat meningkatkan aktivitas belajar, meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa, meningkatkan motivasi belajar siswa, melatih keberanian siswa untuk tampil presentasi, serta lebih aktif dalam belajar dengan suasana yang menyenangkan.

Hal ini sangat baik, karena dapat membentuk persepsi siswa bahwa belajar matematika itu bukan menakutkan atau menegangkan tapi pelajaran yang menarik dan menyenangkan serta tujuan pembelajaran akan tercapai sehingga akan mempengaruhi meningkatnya kemampuan pemecahan masalah matematis siswa.

Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan diatas, maka penulis ingin melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make A Match Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa Kelas VIII SMP Negeri 1 Muaro Jambi”.

(6)

1.2 Identifikasi Masalah

Dari latar belakang masalah yang telah dipaparkan diatas, teridentifikasi masalah sebagai berikut:

1. Penerapan model pembelajaran yang seakan monoton

2. Kurang bervariasinya model pembelajaran dalam penyampaian materi 3. Rendahnya kemampuan pemecahan masalah matematis siswa

1.3 Pembatasan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah diatas, maka pendekatan pembelajaran yang digunakan dibatasi dengan:

1. Model pembelajaran kooperatif tipe make a match.

2. Penelitian dilakukan dikelas VIII SMP Negeri 1 Muaro Jambi

3. Data yang diteliti adalah data kemampuan pemecahan masalah matematis siswa kelas VIII SMP yang diperoleh dari hasil post-test dan lembar observasi keterlaksanaan aktivitas guru dan siswa

4. Fokus bahasan yang akan dibahas peneliti dibatasi pada materi sistem persamaan linear dua variabel

1.4 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya, maka rumusan masalah dari penelitian ini yaitu:

1. Bagaimana penerapan model pembelajaran kooperatif tipe make a match terhadap kemampuan pemecahan masalah matematis siswa dikelas VIII SMP Negeri 1 Muaro Jambi?

2. Apakah terdapat pengaruh yang signifikan dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe make a match terhadap meningkatnya

(7)

kemampuan pemecahan masalah matematis siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Muaro Jambi?

1.5 Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah, maka penelitian ini bertujuan untuk : 1. Mengetahui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe make a match

terhadap kemampuan pemecahan masalah matematis siswa dikelas VIII SMP Negeri 1 Muaro Jambi

2. Mengetahui pengaruh menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe make a match terhadap meningkatnya kemampuan pemecahan masalah

matematis siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Muaro Jambi

1.6 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah : 1. Bagi guru

Dapat menjadi masukan bagi guru sebagai suatu usaha dalam melakukan perbaikan dalam proses pembelajaran dikelas khususnya materi sistem persamaan linear dua variabel. Kemudian agar dapat mengetahui dan menentukan metode, model, dan strategi pembelajaran agar siswa memahami materi sistem persamaan linear dua variabel.

2. Bagi siswa

Memberikan suasana baru dalam proses belajar mengajar dikelas sehingga dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa, dan siswa dapat dengan mudah belajar dan berdiskusi bersama guru dan sesamanya.

3. Bagi sekolah

(8)

Memberikan referensi baru mengenai model pembelajaran kooperatif tipe make a match yang dikembangkan dengan benar akan dapat meningkatkan kualitas lulusan, guru, dan sekolah.

4. Bagi peneliti

Peneliti dapat membuktikan hipotesis yang menjadi acuan atau dugaan sementara dari penelitian ini, bertambahnya wawasan dan pengetahuan dalam dunia pendidikan dan diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam peningkatan pembelajaran disekolah.

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan instrumen asesmen diri sebagai instrumen non-kognitif (non-tes) pada mata pelajaran Agama Katolik untuk mengukur kompetensi

pemerintah akan fokus pada stabilisasi harga enam bahan pangan yang harganya meroket, yaitu cabai rawit, bawang merah, daging ayam telur, beras, dan daging sapi.. (Harga

Pelaksanaan Strategi Pembelajaran Bidang Studi Pendidikan Agama Islam Kelas V SD N 2 Kaliwungu.. Hasil wawancara penulis dengan kepala sekolah SD

Hal ini mungkin disebabkan oleh penggabungan citra wajah dari database yang berbeda menjadi faktor lain yang dapat mempengaruhi akurasi pengenalan karena skenario

Keywords: Rental Flats (Rusunawa) , Urban Poor People, Social Capital, Trust, Subjective

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat, hidayah serta inayah-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis

Penilaian autentik ( Authentic Assessment ) adalah pengukuran yang bermakna secara signifkan atas hasil belajar peserta didik untuk ranah sikap,2. keterampilan,

No Nama Penyedia Hasil Evaluasi Administrasi 1 KAP.. Kumalahadi,Kuncara,Sugen g Pamudji