• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING DENGAN MEDIA ANIMASI BERBENTUK VIDEO UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DI SDN KANAMIT JAYA 1

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2024

Membagikan "PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING DENGAN MEDIA ANIMASI BERBENTUK VIDEO UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DI SDN KANAMIT JAYA 1"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING DENGAN MEDIA ANIMASI BERBENTUK VIDEO UNTUK

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DI SDN KANAMIT JAYA 1

Leo Parulian

Institut Agama Islam Negeri Palangka Raya E-mail: [email protected]

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan hasil belajar mata pelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti dengan menerapkan Model Pembelajaran Discovery Learning dengan media animasi berbentuk video. Metode penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Subyek yang melakukan tindakan adalah Siswa kelas IV SDN Kanamit Jaya 1 Kecamatan maliku. Pengumpulan data menggunakan teknik Observasi, dan Tes. KKM di SDN Kanamit Jaya 1 adalah 70.

Penelitian ini dilakukan dengan 2 siklus, yaitu siklus I dan siklus II. penelitian ini menggunakan analisis hasil pengolahan data observasi, Analisis proses tindakan yang terdiri dari perencanaan, tindakan, mengamati dan merefleksi, Analisis belajar tiap siklus.

Hasil penelitian ini menunjukkan Penerapan Model Pembelajaran Discovery Learning Dengan Media animasi berbentuk Video mampu meningkatkan hasil belajar pada siswa kelas IV SDN Kanamit Jaya 1, Adanya peningkatan yang signifikan pada hasil belajar siswa setelah dalam pembelajaran menggunakan media animasi berbentuk video, siklus I yaitu 50% yang mencapai KKM yang terdiri atas 5 siswa Pada pelaksanaan siklus II terjadi Peningkat menjadi 90% siswa yang mencapai KKM.

Kata kunci: Discovery Learning, Media, Video animasi, Hasil Belajar

Pendahuluan

Berhasilnya tujuan pembelajaran ditentukan oleh banyak faktor di antaranya adalah faktor guru dalam melaksanakan proses belajar mengajar, karena guru secara langsung dapat mempengaruhi, membina dan meningkatkan kecerdasan serta keterampilan siswa. Untuk mengatasi permasalahan di atas dan guna mencapai tujuan pendidikan secara maksimal, peran guru sangat penting dan diharapkan guru memiliki cara/model mengajar yang baik sesuai dengan konsep-konsep mata pelajaran yang akan disampaikan.

Model adalah suatu gambaran tentang sesuatu yang dapat memperjelas berbagai kaitan di antara unsur-unsur yang ada. Secara lebih luas, model

(2)

adalah sesuatu yang mengungkap dan menjelaskan tentang hubungan dari berbagai komponen, aksi dan reaksi, serta sebab dan akibat. Model hanyalah merupakan pemikiran dari kenyataan yang sebenarnya (Ninik, Hafis, 2012 : 28).

Penggunaan model pembelajaran yang tidak tepat dapat membuat proses pembelajaran tidak efektif, dikarenakan jika proses pembelajaran yang dilakukan sangat sederhana, dan tidak menggunakan media pada proses pembelajaran tersebut maka materi yang diberikan akan susah untuk diterima oleh siswa. Siswa merasa bosan dan kurang mengerti karena tidak tertariknya pada proses pembelajaran tersebut. Oleh sebab itu, peran penting guru yang dapat mengubah semuanya menjadi efektif.

Nana Sudjana (2010:22) menjelaskan bahwa hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Oemar Hamalik (2009:120) menyatakan bahwa siswa dikatakan berhasil dalam belajarnya apabila dapat mengembangkan kemampuan pengetahuan dan pengembangan sikap. Sedangkan pada bagian lain, mengemukakan bahwa hasil belajar dapat diartikan sebagai tingkat keberhasilan siswa dalam mempelajari mata pelajaran di sekolah yang dinyatakan dalam skor yang diperoleh dari hasil tes mengenai sejumlah materi pelajaran tertentu

Salah satu fakta yang ditemukan di SDN Kanamit Jaya 1 menunjukkan bahwa lebih dari 40% peserta didik belum mengetahui dan memahami tentang hormat dan patuh pada orang tua dan guru. serta bagaimana menerapkan dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini disebabkan oleh beberapa hal, antara lain motivasi dan perhatian peserta didik yang rendah, metode pembelajaran yang belum variatif, dan masih mengandalkan metode ceramah, media yang masih terbatas dan faktor lain yang tidak mendukung terlaksananya proses pembelajaran di kelas dengan baik.

Pembelajaran dengan penemuan (Discovery learning) merupakan suatu komponen penting dalam pendekatan konstruktivis yang telah memiliki sejarah panjang dalam dunian pendidikan. Ide pembelajaran penemuan (Discovery learning) muncul dari keinginan untuk memberi rasa senang kepada anak/siswa dalam

”menemukan” sesuatu oleh mereka sendiri, dengan mengikuti jejak para ilmuan (Jamil, 2017 : 241). Dengan demikian model pembelajaran Discovery Learning dapat di terapkan dengan berbantuan media animasi berbentuk video dimana media video animasi dapat lebih menarik perhatian siswa SD kelas IV.Rusman, (2017:213) berpendapat bahwa media adalah teknologi pembawa pesan yang dapat dimanfaatkan untuk keperluan pembelajaran.Ihsana El Khuluqo.

(2017:143) media berasal dari bahasa latin yaitu medium yang secara harfiah berarti tengah, perantara atau pengantar. Dengan kata lain, media adalah perantara atau pengantar pesan dari pengirim pesan kepada penerima pesan.

(3)

Briggs (1977) media pembelajaran adalah sarana fisik untuk menyampaikan isi atau materi pembelajaran seperti : buku, film, video, dan sebagainya. Ihsana El Khuluqo. (2017:144), Sedangkan menurut Johnson dalam Supriyono (2011) menyebutkan bahwa Discovery learning terdapat pengalaman yang disebut ahaa experience atau menemukan sesuatu dari proses penyelidikan yang dilakukan oleh peserta didik (Ahmad Yani, 2013 : 132 ).

Metode/Metodologi

Penelitian ini adalah jenis penelitian tindakan kelas (classroom action research) yaitu penelitian yang dilakukan oleh guru di kelas atau sekolah tempat ia mengajar dengan tekanan pada penyempurnaan atau peningkatan proses dan praksis pembelajaran. Penelitian Tindakan Kelas yaitu suatu kegaitan menguji cobakan suatu ide ke dalam praktik atau situasi nyata dalam harapan kegiatan tersebut mampu memperbaiki dan meningkatkan kualitas proses belajar mengajar (Riyanto, 2001: 37)

Penelitian Tindakan Kelas dilaksanakan dengan tujuan untuk memperbaiki kinerja guru dalam proses pembelajaran sehingga terjadi peningkatan terhadap hasil belajar siswa. Adanya tuntutan mutu pendidikan yang berkualitas sangat berimbas kepada tuntutan kinerja guru dalam melakukan tugas pokoknya. Guru dituntut untuk lebih profesional dan harus mampu meningkatkan kemampuan siswa secara maksimal.Kondisi inilah yang membutuhkan tindakan kongkrit dari guru yang salah satu wujudnya dengan melakukan PTK (Sigit, 2013:3)

Lokasi, Objek dan Subjek Penelitian

Lokasi penelitian ini adalah di SDN Kanamit Jaya 1 Kecamatan Maliku yang dilaksanakan pada bulan juli sampai dengan agustus 2023, Objek penelitian adalah model pembelajaran Discovery Learning. Dalam penelitian ini yang menjadi subjek penelitian adalah seluruh siswa kelas IV SDN Kanamit Jaya 1 Kecamatan Maliku Kabupaten Pulang Pisau Tahun Pelajaran 2023/2024 dengan rincian sebagai berikut :

Tabel 1 Data Siswa Kelas 4

No Jenis Kelamin Jumlah Status

1 Laki laki 5 Aktif

2 Perempuan 5 Aktif

Total 10

(4)

Untuk memudahkan pelaksanaan penelitian ini maka perlu merancang langkah-langkah penelitian terlebih dahulu. Secara garis besar terdapat empat tahapan yang lazim dilalui dalam penelitian tindakan kelas sebagai berikut ini:

Siklus 1

1. Tahap Perencanaan (Planning)

Adapun tahap-tahap perencanaan pada siklus I, yaitu :

a. Menyusun RPP Siklus I terdiri dari satu MA, yaitu tentang pengertian Hormat dan patuh pada orang tua dan guru beserta contoh contohnya menggunakan video animasi

b. Membuat instrumen penilaian siklus I terdiri dari 10 soal pilihan ganda

c. Membuat lembar observasi.

2. Tahap Pelaksanaan (action)

Kegiatan pembelajaran dengan menggunakan metode pembelajaran Discovery Learning dilaksanakan pada tanggal 24 Juli 2023 pukul 07.00- 09.20 WIB dikelas IV yang berjumlah 10 peserta didik secara Luring.

Pembelajaraan dilakukan sesuai dengan MA yang telah disusun, yang terdiri dari kegiatan awal (pembukaan), inti (pelaksanaan), dan akhir (penutup)Selanjutnya untuk mengetahui hasil belajar peserta didik, maka guru memberikan soal tes yang terkait dengan materi yang telah dipelajari.

3. Tahap pengamatan

Setelah berlangsungnya proses belajar mengajar pada MA siklus I, guru memberikan apersepsi dan mengondisikan peserta didik dalam proses belajar. Setelah proses belajar berakhir, guru memberikan soal post test pilihan ganda yang terdiri dari 5 soal untuk mengetahui hasil belajar peserta didik, dan dengan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) mata pelajaran PAI dan BP yang ditetapkan di SDN Kanamit Jaya 1 yaitu 70.

4. Refleksi

tindakan siklus I difokuskan pada masalah yang muncul pada saat pembelajaran. Dari data di atas, didapat masalah yang muncul sebagai berikut:

a. Hasil belajar peserta didik menunjukkan bahwa ketuntasan klasikal peserta didik hanya 50%. Hal ini berarti hanya 50% dari peserta didik yang mengikuti siklus I sudah tuntas belajar sehingga ketuntasan hasil belajar pada siklus I belum tercapaidan harus melaksanakan siklus berikutnya.

(5)

b. Peserta didik masih belum bisa memahami seutuhnya konsep model Discovery Learning, sehingga masih sering merasa bingung.

c. Peserta didik tidak mencatat materi yang dipelajari sehingga pembelajaran terbatas pada ingatan saja.

d. Peserta didik belum aktif menjawab pertanyaan yang di ajukan guru, dan masih menunggu agar ditunjuk terlebih dahulu oleh guru, baru mau menjawab pertanyaan yang di ajukan.

e. Pembelajaran terasa hanya searah karena peserta didik masih terlihat pasif.

Siklus II

1. Tahap Perencanaan (Planning)

Adapun tahap-tahap perencanaan pada siklus II, yaitu :

a. Menyusun Modul Ajar Siklus II terdiri dari satu Modul Ajar, yaitu tentang santun dan menghargai teman serta contohnya dengan menggunakan animasi berbentuk video

b. Membuat instrumen penilaian siklus II terdiri dari 10 soal pilihan ganda Membuat lembar observasi.

c. Merencanakan dan mempersiapkan pembelajaran dengan media Discovery Learning yang lebih menarik dan lebih mudah dibaca oleh peserta didik.

d. Memberikan penjelasan mengenai konsep media Discovery Learning agar peserta didik tidak merasa bingung saat dihadapkan dengan media Discovery Learning.

e. Mendorong peserta didik agar mencatat materi yang dipelajari sesuai pemahaman peserta didik.

f. Mendorong peserta didik agar lebih aktif bertanya apa yang tidak ia pahami, sehingga peserta didik dapat lebih memahami materi yang diajarkan.

g. Mendorong peserta didik agar menjawab pertanyaan lisan secara langsung, tanpa harus ditunjuk oleh guru.

2. Tahap Pelaksanaan (action)

Kegiatan pembelajaran dengan menggunakan metode pembelajaran Discovery Learning siklus II dilaksanakan pada tanggal 02 agustus 2023 pukul 07.00 -09.20 WIB dikelas IV yang berjumlah 10 siswa secara Luring. Pembelajaraan dilakukan sesuai dengan modul ajar yang telah disusun, yang terdiri dari kegiatan awal (pembukaan), inti (pelaksanaan), dan akhir (penutup). Selanjutnya untuk mengetahui hasil

(6)

belajar peserta didik, maka guru memberikan soal tes yang terkait dengan materi yang telah dipelajari.

3. Tahap pengamatan

Setelah berlangsungnya proses belajar mengajar pada modul ajar siklus II, guru memberikan apersepsi dan mengondisikan peserta didik dalam proses belajar. Setelah proses belajar berakhir, guru memberikan soal post tes pilihan ganda yang terdiri dari 5 soal untuk mengetahui hasil belajar peserta didik, dan dengan kriteria ketuntasan minimal (KKM) mata pelajaran PAI yang ditetapkan di SDN Kanamit jaya 1 yaitu 70.

4. Refleksi

tindakan siklus II difokuskan pada progres perbaikan dan masalah yang masih muncul pada saat pembelajaran. Dari data di atas, didapat hal-hal yang muncul sebagai berikut:

a. Hasil belajar peserta didik menunjukkan bahwa ketuntasan siswa sudah 90%. Hal ini berarti hanya 10% dari siswa yang mengikuti siklus II belum tuntas belajar sehingga ketuntasan hasil belajar pada siklus II sudah dirasa cukup.

b. Peserta didik sudah mulai memahami seutuhnya konsep Discovery Learning, sehingga tidak lagi bingung.

c. Siswa mencatat materi yang didapatkan saat diskusi melalui lembar transaksi maupun pada saat penguatan materi sehingga pembelajaran bisa terekam dengan baik.

d. Siswa mulai aktif menjawab pertanyaan yang diajukan guru, dan tidak menunggu agar ditunjuk terlebih dahulu oleh guru, baru mau menjawab pertanyaan yang di ajukan.

Teknik Pengumpulan data

Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling utama dalam penelitian, karena tujuan utama dalam penelitian adalah mendapatkan data. Tanpa mengetahui teknik pengumpulan data, maka peneliti tidak akan mendapatkan data yang memenuhi standar data yang ditetapkan (Sugiyono, 2016:308). Untuk teknik pengumpulan data kuantitatif dalam penelitian ini menggunakan:

1. Tes merupakan salah satu bentuk instrumen yang digunakan untuk mengukur hasil belajar siswa yaitu pengetahuan (kognitif). Kualitas hasil pengukuran sangat ditentukan oleh kualitas alat ukur (tes) yang digunakan. Karena itu, guru perlu menaruh perhatian besar dalam membuat tes yang digunakan untuk mengukur hasil belajar siswa untuk

(7)

dimensi pengetahuan (Nurmawati, 2016:105). tes diberikan setelah pelaksanaa pembelajaran selesai. Jumlah soal sebanyak 10 soal dan jawaban terdiri dari pilihan ganda a, b, c, dan d, yang bertujuan untuk mengukur penguasaan konsep pada pembelajaran PAI

2. Dokumentasi. Widodo (2018:75) Mengemukakan bahwa Dokumentasi adalah kegiatan pengumpulan data yang dilakukan melalui dokumentasi. Teknik ini dilakukan dengan memanfaatkan dokumen- dokumen tertulis, gambar, foto atau benda-benda lainnya yang berkaitan dengan aspek- aspek yang diteliti.

Teknik Analisis Data

Penelitian ini menggunakan teknik analisis deskriptif kuantitatif.

Analisis data kuantitatif adalah mendeskripsikan data yang didapat untuk menemukanantara dua variabel atau lebih.Data kuantitatif pada penelitian ini berupa hasil skor pada nilai hasil belajar siswa. Data kuantitatif tersebut dianalisis menggunakan analisis statistik deskriptif. Statistik deskriptif adalah statistik yang berfungsi untuk mendiskripsikan atau memberi gambaran terhadap obyek yang diteliti, tanpa melakukan analisis dan membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum. Dalam statistik deskriptif, akan dikemukakan cara-cara penyajian data dengan tabel biasa maupun distribusi frekuensi, grafik garis maupun batang, diagram lingkaran, piktogram, penjelasan kelompok melalui modus, mean, dan variasi melalui rentang dan simpangan baku (Sugiyono, 2015). Hasil belajar siswa dan hasil skor pada lembar observasi berupa data kuantitatif yang dapat dianalisis secara statistik deskriptif. Hal yang lebih penting adalah statistik deskriptif dapat digunakan untuk memaknai data statistik kelas (Arikunto, 2014).

Hasil Penelitian dan Pembahasan

Tahapan penelitian ini meliputi dua siklus, setiap siklus dilengkapi dengan masing- masing satu Modul Ajar (MA) sebagai perangkat dalam proses belajar mengajar yaitu MA Siklus I dan RPP Siklus II. Hasil penelitian dan pembahasan diuraikan secara bertahap sesuai dengan pelaksanaannya dalamproses belajar mengajar dikelas.

Siklus I diperoleh fakta bahwa nilai rata-rata pretest siklus I adalah 61 dengan nilai terendah 40, nilai tertinggi 80, serta persentase ketuntasan klasikal pretest mencapai 40 % dari 10 peserta didik. Setelah dilaksanakan tindakan siklus I dengan menggunakan media Discovery Learning pada pembelajaran PAI dan Budi Pekerti yang diikuti oleh 10 peserta didik kelas IV terjadi peningkatan kemampuan peserta didik berupa kenaikan nilai rata-rata menjadi

(8)

65 dengan nilai terendah 40, nilai tertinggi 80, serta ketuntasan klasikal post test mencapai 50 %, atau sebanyak 5 dari 10 peserta didik yang mengikuti siklus I sudah tuntas belajar dengan mendapatkan nilai di atas KKM.

Tabel 2 Analisis Hasil Belajar Siklus I

NO Hasil Belajar Pretest Post Test

1 Nilai rata- rata 61 65

2 Nilai Terendah 40 40

3 Nilai Tertinggi 80 80

4 Jumlah Peserta Didik

Tuntas 4 5

5 Persentase Ketuntasan 40 % 50 %

Siklus II Setelah menjelaskan model pembelajaran Discovery learning lebih mendalam serta memberikan motivasi kepada siswa agar lebih aktif dalam pembelajaran hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan model Discovery Learning memiliki dampak positif dalam meningkatkan hasil belajar siswa. Tes hasil belajar dilaksanakan pada akhir pembelajaran tiap siklus pada setiap pertemuan Peserta didik diberi soal evaluasi berupa pertanyaan dengan menggunakan Model Discovery Learning pada pembelajaran PAI dan Budi Pekerti yang diikuti oleh 10 orang peserta didik kelas IV terjadi peningkatan kemampuan peserta didik berupa kenaikan nilai rata-rata menjadi 81 dengan nilai terendah 60, nilai tertinggi 100, serta ketuntasan Tes Siklus II mencapai 90

%, atau sebanyak 9 dari 10 siswa yang mengikuti siklus II sudah tuntas belajar dengan mendapatkan nilai di atas KKM.hasil belajar selama penelitian menunjukkan bahwa selalu ada peningkatan pada tiap siklusnya. Peningkatan hasil belajar peserta didik tiap siklus dapat dilihat pada grafik berikut:

(9)

Grafik 4.1 Peningkatan Hasil Belajar Siswa Per Siklus Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan tentang penerapan metode Discoveri Learning. untuk meningkatkan hasil belajar PAI dan Budi Pekerti siswa kelas IV SDN Kanamit Jaya 1, dapat peneliti kemukakan kesimpulan sebagai beriku Penerapan metode Discoveri Learning. pada pembelajaran PAI dan Budi Pekerti mempermudah bagi guru dalam mencapai tujuan belajar yang diinginkan dan mengoptimalkan/menuntaskan hasil belajar peserta didik. Hal ini terlihat dari persentase ketuntasan belajar secara klasikal pada siklus I sebesar 50%, pada siklus II 90%. Nilai rata-rata hasil peserta didik juga mengalami peningkatan yang signifikan, yaitu pada tahap siklus I sebesar 65, siklus II naik menjadi 81. Hal ini berarti, target yang ditetapkan peneliti yaitu standar ketuntasan hasil belajar peserta didik secara klasikal mencapai ≥ 80 % dan secara individual nilai rata-rata yang diperoleh peserta didik ≥ 70 .

Referensi

Anuar, Muhardi (2021) Implementasi Video Pembelajaran Dalam Meningkatkan Hasil Belajar Mata Pelajaran Pai Materi Hormat Dan Patuh Kepada Orang Tua

Ana, n. Y. (2018). Penggunaan model pembelajaran discovery learning dalam Nilai Rata Rata

Persentase

(10)

peningkatan hasil belajaran siswa di sekolah dasar. Jurnal ilmiah pendidikan dan pembelajaran.

Anonim. (2018). Model-Model Pembelajaran. Jakarta: Direktorat Pembinaan SMA Kementrian Pendidikan dan Kebudayan RI.

El Khuluqo, Ikhsan. (2017). Belajar dan Pembelajaran Konsep Dasar Metode dan Aplikasi Nila-Nilai Spiritualitas dam Proses Pembelajaran. Jakarta: Pustaka Belajar.

Fadhli, Muhibuddin. (2015). Pengembangan Media Pembelajaran Berbasis Video Kelas IV Sekolah Dasar. Jurnal Dimensi Pendidikan dan Pembelajaran, 26.

Fajri, zaenol. (2019) Model pembelajaran discovery learning dalam meningkatkan prestasi belajar siswa SD. Jurnal ika pgsd (ikatan alumni pgsd) unars

Muhamad, N. (2015). Pengaruh Metode Discovery Learning untuk Meningkatkan Representasi Matematis dan Percaya Diri Siswa. Jurnal Pendidikan Universitas Garut.

Masrun S, Moh. 2016. Senang Belajar Agama Islam dan Budi Pekerti untuk SD Kelas IV. Jakarta:Erlangga.

Rusman. 2017. Belajar dan Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan.

Jakarta:PT. Kharisma Putra Utama.

Sugiyono. (2015). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung:

Alfabeta.

Sudjana, Nana. 2010. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung:PT.

Remaja Rosdakarya.

Sugihartono, dkk. 2007. Psikologi Pendidikan. Yogyakarta: UNY Press.

Widodo. 2018. Metodologi Penelitian Populer dan Praktis. Jakarta:PT Raja Grafido Persada.

Yuliana, Nabila. JIPP Volume 2, (2018). Penggunaan Model Pembelajaran Discovery Learning Dalam Peningkatan Hasil Belajar Siswa Di Sekolah Dasar.

Referensi

Dokumen terkait

Pertemuan pertama pada siklus II ini dilaksanakan pada hari Senin tanggal 14 Januari 2013 sekitar 2 jam pelajaran atau 70 menit. Pada pertemuan pertama ini pelaku

Setelah dilaksanakan tindakan siklus II dengan menggunakan metode discovery learning pada pembelajaran PAI dan Budi Pekerti yang diikuti oleh 16 orang siswa kelas XI

Kegiatan Siklus I dilaksanakan selama dua pertemuan, pertemuan pertama sebagai awal dari penelitian dilaksanakan pada hari Selasa tanggal 18 September 2018,

Penerapan pembelajaran matematika materi Program Linear dengan menggunakan model pembelajaran Discovery Learning pada peserta didik Kelas XI MIPA 5 SMA Negeri 1

soal dengan menggunakan tahapan pemecahan masalah. • Pada pertemuan kedua siklus II, siswa yang memperhatikan guru menjelaskan masih sekitarn 50% sedangkan

soal dengan menggunakan tahapan pemecahan masalah. • Pada pertemuan kedua siklus II, siswa yang memperhatikan guru menjelaskan masih sekitarn 50% sedangkan

SIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas yang telah dilaksanakan melalui penerapan model pembelajaran discovery learning pada pembelajaran untuk meningkatkan aktivitas

Untuk mendapatkan hasil analisa tingkat keberhasilan peserta didik setelah proses pembelajaran tiap siklus dilakukan dengan cara evaluasi berupa tes maka digunakan pedoman ketuntasan