• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN METODE DISCOVERY LEARNING DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PAI DAN BUDI PEKERTI PADA SISWA SMKS FARMASI MANDIRI BANJARMASIN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "PENERAPAN METODE DISCOVERY LEARNING DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PAI DAN BUDI PEKERTI PADA SISWA SMKS FARMASI MANDIRI BANJARMASIN"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

PENERAPAN METODE DISCOVERY LEARNING DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PAI DAN BUDI PEKERTI

PADA SISWA SMKS FARMASI MANDIRI BANJARMASIN

Achmad Fauzi

Pendidikan Profesi Guru, IAIN Palangka Raya Email : fauzi3284@gmail.com

ABSTRAK

Penelitian dilatar belakangi oleh kenyataan masih rendahnya hasil belajar siswa pada mata pelajaran PAI & Budi Pekerti SMK Farmasi Mandiri Banjarmasin. Hal ini ditunjukan dengan hasil belajar siswa yang dibawah KKM. Metode Discovery Learning dapat menjadi alternatif untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Tujuan penelitian ini adalah untuk dapat mengetahui bisa atau tidaknya penerapan metode Discovery Learning dalam meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran PAI & Budi Pekerti SMK Farmasi Mandiri Banjarmasin. Jenis penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas.

Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI SMK Farmasi Mandiri Banjarmasin Tahun Pelajaran 2022/2023. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah tes, dan dokumentasi.

Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat diketahui bahwa dengan penerapan metode Discovery Learning dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas XI SMK Farmasi Mandiri Banjarmasin dalam mata pelajaran PAI & Budi Pekerti dari sebelum tindakan, siklus I, siklus II. Pada sebelum tindakan diketahui 3 siswa yang tuntas dengan ketuntasan klasikal 18,75%, pada siklus I diketahui 8 siswa yang tuntas dengan ketuntasan klasikal 50%, pada siklus II diketahui 15 siswa yang tuntas dengan ketuntasan klasikal 93,75%.

Dengan demikian dapat diambil kesimpulan bahwa dengan penerapan metode Discovery Learning dapat meningkatkan hasil belajar siswa SMK Farmasi Mandiri Banjarmasin dalam mata pelajaran PAI & Budi Pekerti.

Kata Kunci : Metode, Discovery Learning, Hasil Belajar.

(2)

PENDAHULUAN

Dalam mengajar tentunya seorang pendidik memakai strategi kreasi intelektual dan strategi kognitif dari pada informasi verbal. Cara mengajar yang demikian membutuhkan peranan yang besar dari guru atau pengajar untuk dapat menumbuhkan dan mengarahkan peserta didik pada keaktifan dan pengembangan potensi serta berproses menempa diri sesuai dengan bakat dan kesadaran dari perserta didik itu sendiri akan pentingnya sebuah pendidikan.

Strategi seperti ini diharapkan dapat menghasilkan interaksi dan keterlibatan maksimal siswa dalam belajar.

Metode pembelajaran yang statis dan kaku, sikap dan mental pendidik yang dirasa kurang mendukung proses, dan strategi pembelajaran yang kurang relevan menyebabkan proses pembelajaran kurang menarik. Adanya kelemahan-kelemahan metode yang digunakan karena metode yang digunakan masih cenderung menggunakan metode ceramah. Kurang kreatifnya guru agama dalam menggali metode yang biasa dipakai untuk pendidikan agama menyebabkan pelaksanaan pembelajaran cenderung monoton. Sedangkan dalam proses pembelajaran peran guru sangat menentukan keberhasilan dalam proses pembelajaran. Adapun tugas guru adalah membantu siswa mencapai tujuannya. Yakni guru lebih banyak berurusan dengan strategi dari pada memberikan informasi. Tugas guru mengelola kelas sebagai sebuah tim yang bekerja bersama untuk menemukan sesuatu yang baru bagi anggota kelas (siswa). Sesuatu yang baru datang dari siswa. Siswa menemukan sendiri ‟bukan dari, apa kata guru”. Begitulah peran guru di kelas yang dikelola dengan metode inkuiri.

Peran guru dalam pembelajaran dengan metode discovery learning hanya sebagai fasilitator oleh karena itu guru harus peran aktif dan kreatif dalam memberikan materi pelajaran pada siswa sehingga terwujud proses pembelajaran yang berkualitas. Setiap materi yang disajikan memiliki makna dengan kualitas yang beragam. Makna tersebut berupa pemberian kesempatan kepada siswa untuk menemukan konsep apa yang dipelajarinya.

Pembelajaran PAI dan Budi Pekerti pada siswa di SMK Farmasi Mandiri Banjarmasin masih dominan dengan metode ceramah, sehingga siswa hanya pasif mendengarkan ceramah guru saja. Karena hanya mendengarkan ceramah guru, ada sebagian siswa yang kurang konsentrasi. Akibatnya siswa tidak memahami materi yang disampaikan. Hal tersebut tercermin dari hasil belajarnya yang rata-rata baru mencapai 53,75 dengan ketuntasan 18,75% (KKM

= 75).

Melihat kondisi tersebut, maka diperlukan suatu upaya untuk memperbaiki hasil belajar siswa melalui metode pembelajaran yang mampu meningkatkan keaktifan siswa, sehingga siswa tidak pasif mendengarkan guru, tetapi juga aktif memahami materi yang disampaikan. Salah satu metode yang

(3)

digunakan adalah dengan metode discovery learning. Discovery learning berarti penemuan, artinya siswa menemukan konsep materi dengan terlebih dahulu mendapatkan penjelasan dari guru. Dengan menemukan konsep secara individu, dalam memori siswa akan selalu teringat, sehingga akan mudah memahami materi yang disampaikan.

Bertolak dari latar belakang di atas peneliti terdorong untuk mengadakan penelitian dengan judul “Penerapan Metode Discovery Learning dalam Meningkatkan Hasil Belajar PAI dan Budi Pekerti Pada Siswa SMKS Farmasi Mandiri Banjarmasin.”

METODOLOGI PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian tindakan kelas atau di sebut dengan Classroom Action Research yaitu penelitian yang dilakukan oleh guru di kelas atau sekolah tempat ia mengajar dengan tekanan pada penyempurnaan atau peningkatan proses dan praksis pembelajaran. PTK di Indonesia baru dikenal pada akhir dekade 80-an, meskipun sudah di kenalkan pada tahun 1946 oleh ahli psikologi sosial Amerika bernama Kurt Lewin dan kemudian dikembangkan oleh ahli-ahli lain seperti Stephen Kemmis, Robin Mc. Tanggart, John Elliot, Dave Ebbutt dan sebagainya (Aqib dan Amrullah, 2018:1) .

Penelitian tindakan kelas (PTK) dapat diartikan sebagai proses pengkajian masalah pembelajaran di dalam kelas melalui refleksi diri dalam upaya untuk memecahkan masalah tersebut dengan cara melakukan berbagai tindakan yang terencana dalam situasi nyata serta menganalisis setiap pengaruh dari perlakuan tersebut (Hanifah, 2014:68).

PTK adalah salah satu bentuk kajian yang bersifat reflektif, yang dilakukan oleh pelaku tindakan untuk meningkatkan kematapan rasional dari tindakan-tindakannya dalam melaksanakan tugas dan memperdalam pemahaman terhadap kondisi dalam praktik pembelajaran. Sedangkan menurut Anjani Belawati PTK adalah suatu bentuk penelitian yang bersifat reflektif dengan melakukan tindakan-tindakan tertentu agar dapat memperbaiki dan meningkatkan praktik-praktik pembelajaran dikelas secara profesional (Pandiangan, 2019:8). Selanjutnya Ajat Rukajat mengategorikan penelitian tindakan kelas ada tiga unsur atau konsep (Rukajat, 2018:2-4), yakni sebagai berikut:

a. Penelitian adalah aktivitas mencermati sesuatu objek tertentu melalui metodologi ilmiah dengan mengumpulkan data-data dan dianalisis untuk menyelesaikan suatu masalah.

b. Tindakan adalah suatu aktifitas yang sengaja dilakukan dengan tujuan tertentu yang berbentuk siklus kegiatan dengan tujuan untuk memperbaiki atau meningkatkan mutu atau kualitas proses belajar mengajar.

c. Kelas adalah sekelompok siswa yang dalam waktu yang sama menerima

(4)

pelajaran yang sama dari seorang guru.

Sehingga dari pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa penelitian tindakan kelas adalah penelitian praktis yang dimaksudkan untuk memperbaiki pembelajaran dikelas. Penelitian tindakan kelas merupakan penelitian yang bersiklus, yang terdiri dari rencana, aksi, observasi, dan refleksi yang dilakukan secara berulang-ulang. Prosedur penelitian tindakan ini terdiri atas 2 siklus, dan kedua siklus tersebut merupakan rangkaian kegiatan yang saling berkaitan, artinya pelaksanaan siklus II merupakan kelanjutan dan perbaikan dari pelaksanaan siklus I.

HASIL PENELITIAN 1. Siklus I

a. Tahap Perencanaan (Planning)

Adapun tahap-tahap perencanaan pada siklus I, yaitu menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) dengan menggunakan metode pembelajaran discovery learning, menyusun instrumen berupa lembar observasi, angket respon peserta didik, dan soal pretest untuk siklus I.

Langkah-langkah pelaksanaan metode discovery learning pada siklus I yaitu pada pertemuan I peneliti menerapkan pembelajaran kooperatif dengan metode discovery learning. Adapun indikator kognitif yang harus dicapai adalah menganalisis dan menyimpulkan materi syaja’ah. Untuk mempermudah penerapan pembelajaran kooperatif, maka siswa dibagi menjadi 3 kelompok setiap kelompok terdiri dari 5-6 orang. Pada pertemuan ini, meliputi tiga tahap, yaitu kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan akhir berupa refleksi dan evaluasi.

1. Kegiatan awal, pada kegiatan awal dilakukan dengan peserta didik memberi salam kepada guru, dilanjutkan dengan presensi, menanyakan kabar siswa, menanyakan pelajaran sebelumnya. Kemudian menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai dan menerangkan strategi yang akan digunakan. Pada tahap apersepsi, guru memberikan motivasi tentang pentingnya bersikap syaja’ah.

2. Kegiatan inti, pada pembelajaran kooperatif atau kelompok ini guru bertindak sebagai fasilitator. Pembelajaran di mulai ketika siswa sudah berkumpul dengan kelompoknya masing-masing. Pada tahap pertama guru melakukan pretest untuk mengukur sejauh mana pengetahuan dasar siswa tentang materi. Setelah selesai dilanjutkan dengan memberikan modul dan LKPD pembelajaran kepada setiap siswa untuk membantu mempermudah siswa belajar dan membagi siswa menjadi 3 kelompok yang beranggotakan 5-6 orang. Setiap kelompok berbagi tugas, ada yang bertugas menjelaskan materi hasil diskusi kelompoknya

(5)

kepada kelompok lain, ada yang bertugas menulis dan merangkum informasi yang diterima. Masing-masing kelompok ditugaskan untuk mempresentasikan kembali di depan kelas disertai diskusi dan tanya jawab. Kelompok yang paling baik dan aktif dalam diskusi diberikan reward dan apresiasi oleh guru berdasarkan kesepakatan semua kelompok.

3. Kegiatan akhir, sebagai penutup, guru mengadakan evaluasi dengan menanyakan kembali kepada siswa tentang materi sya’jaah, siswa diajak menyimpulkan materi yang sudah dipelajari. Peserta didik mengumpulkan hasil kerja kelompoknya untuk dinilai. Penilaian dilakukan pada waktu belajar kelompok, dengan melihat keaktifan siswa dalam mengungkapkan ide, tanya jawab, dan kekompakan dalam kerja kelompok. Selanjutnya guru bertanya kepada peserta didik tentang strategi pembelajaran yang telah laksanakan. Dan sebelum pelajaran diakhiri guru memberikan motivasi kepada siswa agar tetap semangat belajar, kemudian ditutup dengan berdo’a dan salam.

b. Tahap tindakan (action)

Kegiatan pembelajaran dengan menggunakan metode pembelajaran discovery learning dilaksanakan pada tanggal 6 Desember 2022 pukul 07.30- 09.45 WITA dikelas XI yang berjumlah 16 peserta didik secara Luring.

Pembelajaraan dilakukan sesuai dengan RPP yang telah disusun, yang terdiri dari kegiatan awal (pembukaan), inti (pelaksanaan), dan akhir (penutup). Selanjutnya untuk mengetahui hasil belajar siswa, maka guru memberikan soal tes yang terkait dengan materi yang telah dipelajari.

c. Tahap pengamatan

Setelah berlangsungnya proses belajar mengajar pada RPP siklus I, guru memberikan apersepsi dan mengondisikan siswa dalam proses belajar.

Setelah proses belajar berakhir, guru memberikan soal post test pilihan ganda yang terdiri dari 5 soal untuk mengetahui hasil belajar peserta didik, dan dengan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) mata pelajaran PAI & Budi Pekerti yang ditetapkan di SMK Farmasi Mandiri Banjarmasin yaitu 75.

Dari pernyataan diatas maka dapat dilihat hasil tes belajar (Pre test dan Post test) pada siklus I materi syaja’ah, diperoleh fakta bahwa nilai rata- rata pretest siklus I adalah 53,75 dengan nilai terendah 40, nilai tertinggi 80, serta persentase ketuntasan klasikal pretest mencapai 18,75% dari 16 peserta didik. Setelah dilaksanakan tindakan siklus I dengan menggunakan metode discovery learning pada pembelajaran PAI dan Budi Pekerti terjadi peningkatan kemampuan peserta didik berupa kenaikan nilai rata-rata menjadi 71,25 dengan nilai terendah 60, nilai tertinggi 100, serta ketuntasan klasikal post test mencapai 50%, atau sebanyak 8 dari 16 peserta didik yang

(6)

mengikuti siklus I sudah tuntas belajar dengan mendapatkan nilai di atas KKM.

d. Refleksi

Refleksi tindakan siklus I difokuskan pada masalah yang muncul pada saat pembelajaran. Dari data di atas, didapat masalah yang muncul sebagai berikut:

1. Hasil belajar siswa menunjukkan bahwa ketuntasan klasikal siswa hanya 50%. Hal ini berarti hanya 50% dari siswa yang mengikuti siklus I sudah tuntas belajar sehingga ketuntasan hasil belajar pada siklus I belum tercapai dan harus melaksanakan siklus berikutnya.

2. Siswa masih belum bisa memahami seutuhnya konsep metode discovery laerning, sehingga masih sering merasa bingung.

3. Siswa tidak mencatat materi yang dipelajari sehingga pembelajaran terbatas pada ingatan saja.

4. Siswa belum aktif menjawab pertanyaan yang di ajukan guru, dan masih menunggu agar ditunjuk terlebih dahulu oleh guru, baru mau menjawab pertanyaan yang di ajukan.

5. Pembelajaran terasa hanya searah karena siswa masih terlihat pasif.

e. Revisi

Dari permasalahan yang telah disebutkan di atas, maka akan diadakan revisi untuk memperbaiki kinerja pada siklus selanjutnya. Revisi tersebut antara lain:

1. Merencanakan dan mempersiapkan pembelajaran dengan metode discovery learning yang lebih menarik dan terarah oleh peserta didik.

2. Memberikan penjelasan mengenai konsep metode discovery learning agar siswa tidak merasa bingung saat dihadapkan dengan metode discovery learning.

3. Mendorong siswa agar mencatat materi yang dipelajari sesuai pemahaman siswa.

4. Mendorong siswa agar lebih aktif bertanya apa yang tidak ia pahami, sehingga siswa dapat lebih memahami materi yang diajarkan.

5. Mendorong siswa agar menjawab pertanyaan lisan secara langsung, tanpa harus ditunjuk oleh guru.

2. Siklus II

a. Tahap Perencanaan (Planning)

Adapun tahap-tahap perencanaan pada siklus II, yaitu menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) dengan menggunakan metode pembelajaran discovery learning, menyusun instrumen berupa lembar observasi, angket respon peserta didik, dan soal post tes untuk siklus II.

Langkah-langkah pelaksanaan metode discovery learning pada siklus II yaitu pada pertemuan II peneliti menerapkan pembelajaran kooperatif

(7)

dengan metode discovery learning. Adapun indikator kognitif yang harus dicapai adalah mengaitkan syaja’ah dengan upaya mewujudkan kejujuran dalam kehidupan sehari-hari dan menyimpulkannya dan pada level psikomotorik berupa indikator mendesain mind mapping tentang syaja’ah dengan upaya mewujudkan kejujuran dalam kehidupan sehari-hari. Untuk mempermudah penerapan pembelajaran kooperatif, maka siswa dibagi menjadi 3 kelompok setiap kelompok terdiri dari 5-6 orang.

Pada pertemuan ini, meliputi tiga tahap, yaitu kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan akhir berupa refleksi dan evaluasi.

1. Kegiatan awal, pada kegiatan awal dilakukan dengan memberi salam, dilanjutkan dengan presensi, menanyakan kabar siswa, menanyakan pelajaran sebelumnya. Kemudian menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai dan menerangkan strategi yang akan digunakan.

Pada tahap apersepsi, guru memberikan stimulus dengan mengajak siswa merenung tentang hikmah syaja’ah.

2. Kegiatan inti, pada pembelajaran kooperatif atau kelompok ini guru bertindak sebagai fasilitator. Pembelajaran di mulai ketika siswa sudah berkumpul dengan kelompoknya masing-masing. Pada tahap pertama guru melakukan pretest untuk mengukur sejauh mana pengetahuan dasar siswa tentang materi. Setelah selesai dilanjutkan dengan memberikan modul atau LKPD pembelajaran kepada setiap siswa untuk membantu mempermudah siswa belajar dan membagi peserta didik menjadi 3 kelompok yang beranggotakan 5-6 orang. Setiap kelompok berbagi tugas, ada yang bertugas untuk menjelaskan materi hasil diskusi kelompoknya kepada kelompok lain, ada yang bertugas menulis dan merangkum informasi yang diterima. Masing-masing kelompok ditugaskan untuk mempresentasikan kembali di depan kelas disertai diskusi dan tanya jawab. Kelompok yang paling baik dan aktif diberikan reward dan apresiasi oleh guru berdasarkan kesepakatan semua kelompok.

3. Kegiatan akhir, sebagai penutup, guru mengadakan evaluasi dengan menanyakan kembali kepada siswa hikmah yang dapat diambil sikap syaja’ah. Siswa diajak menyimpulkan materi yang sudah dipelajari.

Siswa mengumpulkan hasil kerja kelompoknya untuk dinilai. Penilaian dilakukan pada waktu belajar kelompok, dengan melihat keaktifan peserta didik dalam mengungkapkan ide, tanya jawab, dan kekompakan dalam kerja kelompok. Selanjutnya guru bertanya kepada para siswa tentang strategi pembelajaran yang telah laksanakan. Dan sebelum pelajaran diakhiri guru memberikan motivasi kepada siswa agar tetap semangat belajar, kemudian ditutup dengan berdo’a dan salam.

b. Tahap tindakan (action)

(8)

Kegiatan pembelajaran dengan menggunakan metode pembelajaran discovery learning siklus II dilaksanakan pada tanggal 13 Desember 2022 pukul 07.30-09.45 WITA di kelas XI yang berjumlah 16 siswa secara Luring.

Pembelajaraan dilakukan sesuai dengan RPP yang telah disusun, yang terdiri dari kegiatan awal (pembukaan), inti (pelaksanaan), dan akhir (penutup). Selanjutnya untuk mengetahui hasil belajar siswa, maka guru memberikan soal tes yang terkait dengan materi yang telah dipelajari.

c. Tahap pengamatan

Setelah berlangsungnya proses belajar mengajar pada RPP siklus II, guru memberikan apersepsi dan mengondisikan siswa dalam proses belajar.

Setelah proses belajar berakhir, guru memberikan soal post tes pilihan ganda yang terdiri dari 5 soal untuk mengetahui hasil belajar siswa, dan dengan kriteria ketuntasan minimal (KKM) mata pelajaran PAI & Budi Pekerti yang ditetapkan di SMK Farmasi Mandiri Banjarmasin yaitu 75.

Dari pernyataan diatas maka dapat dilihat hasil tes pada siklus I dan siklus II materi syaja’ah diperoleh fakta bahwa nilai rata-rata Test siklus I adalah 71,25 dengan nilai terendah 60, nilai tertinggi 100, serta persentase ketuntasan klasikal Test Siklus I mencapai 50% sebanyak 8 siswa yang mendapatkan nilai di atas KKM. Setelah dilaksanakan tindakan siklus II dengan menggunakan metode discovery learning pada pembelajaran PAI dan Budi Pekerti yang diikuti oleh 16 orang siswa kelas XI terjadi peningkatan kemampuan siswa berupa kenaikan nilai rata-rata menjadi 90 dengan nilai terendah 60, nilai tertinggi 100, serta ketuntasan klasikal Tes Siklus II mencapai 93,75%, atau sebanyak 15 dari 16 siswa yang mengikuti siklus II sudah tuntas belajar dengan mendapatkan nilai di atas KKM.

d. Refleksi

Refleksi tindakan siklus II difokuskan pada progres perbaikan dan masalah yang masih muncul pada saat pembelajaran. Dari data di atas, didapat hal-hal yang muncul sebagai berikut:

1. Hasil belajar siswa menunjukkan bahwa ketuntasan klasikal siswa sudah 93,75%. Hal ini berarti hanya 6,25% dari siswa yang mengikuti siklus II belum tuntas belajar sehingga ketuntasan hasil belajar pada siklus II sudah dirasa cukup.

2. Siswa sudah mulai memahami seutuhnya konsep discovery learning, sehingga tidak lagi bingung.

3. Siswa mencatat materi yang didapatkan saat diskusi melalui lembar transaksi maupun pada saat penguatan materi sehingga pembelajaran bisa terekam dengan baik.

4. Siswa mulai aktif menjawab pertanyaan yang diajukan guru, dan tidak menunggu agar ditunjuk terlebih dahulu oleh guru, baru mau menjawab pertanyaan yang di ajukan.

(9)

Dalam hasil tes siklus I yang dilakukan pada tanggal 13 Desember 2022 dapat dilihat bahwa hanya 8 siswa yang tuntas di atas KKM dan 8 siswa lainnya masih berada dibawah nilai KKM.

Kemudian dilanjutkan dengan siklus II. Dari hasil tes pada siklus II yang dilakukan pada tanggal 13 Desember 2022 terjadi peningkatan yang sudah memuaskan dengan kategori perolehan ketuntasan mencapai 15 siswa dikategorikan tuntas di atas KKM dan 1 orang lainnya masih berada di bawah KKM.

Tabel Analisis Hasil Belajar Pre Test, Siklus I dan Siklus II

No. Hasil Belajar Nilai

Pre Test Siklus I Siklus II

1 Nilai Rata-rata 53,75 71,25 90

2 Nilai Tertinggi 80 100 100

3 Nilai Terendah 40 60 60

4 Jumlah Siswa Tuntas 3 8 15

5 Presentase Ketuntasan 18,75% 50% 93,75%

Keberhasilan penelitian tindakan kelas ini tidak terlepas dari peran guru yang secara kontinyu memperbaiki kemampuannya dalam menerapkan metode discovery learning. Metode ini memiliki beberapa keunggulan di antaranya adalah meningkatkan aktifitas peserta didik, metode ini dapat meningkatkan aktifitas peserta didik dalam pembelajaran. Metode discovery learning adalah sebuah metode yang berbasis active learning. Pembelajaran aktif cirinya siswa aktif mencari dan mengumpulkan pengetahuan dari dari berbagai sumber. Dalam impelementasinya, siswa diharuskan untuk berinteraksi dan berkomunikasi dengan teman sekelasnya. Sehingga aktifitas ini menuntut siswa untuk lebih aktif dan kreatif dalam pembelajaran.

0 20 40 60 80 100

Siklus I Siklus II

71.25

90

50

93.75

Grafik 4.1 Peningkatan Hasil Belajar Siswa Per Siklus

Nilai Rata-rata Persentase Ketuntasan Belajar (%)

(10)

KESIMPULAN

Peningkatan kemampuan pemahaman siswa dengan menggunakan metode discovery learning di kelas XI SMK Farmasi Mandiri Banjarmasin mendapatkan hasil yang baik. Hal tersebut nampak dari terjadinya peningkatan hasil disetiap siklusnya. Hal itu karena terbukti sangat efektif permasalahan yang ada pada saat proses pembelajaran berlangsung di kelas ini dengan model yang diterapkan, sehingga membuat siswa bisa lebih memahami materi pada pembelajaran PAI & Budi Pekerti. Dapat digambarkan bahwa pada awalnya kemampuan siswa dalam memahami materi syaja’ah dalam pembelajaran PAI

& Budi Pekerti masih rendah. hal tersebut terlihat dari hasil beajar siswa yang ditemukan peneliti pada saat melakukan penamatan awal. Setelah diterapkannya model discovery learning dalam pembelajaran PAIBD materi syaja’ah, kemampuan pemahaman konsep siswa meningkat. Pada siklus pertama kemampuan pemahaman konsep siswa mendapatkan skor presentase sebesar 50%, nilai tersebut masuk kedalam predikat baik. Pada siklus kedua skor yang didapatkan meningkat menjadi 93,75% yang sudah masuk kedalam predikat sangat baik.

DAFTAR PUSTAKA

Abdi. 2011. Contextual Teaching and Learning (CTL) dalam Pembelajaran PAI.

Dinamika Ilmu: Jurnal Pendidikan. https://doi.org/10.21093/di.v11i1.49 Al-Amin, Muhammad Irfan. 2021. Mengenal Model Pembelajaran Aktif

Discovery Learning [online]. Link:

https://katadata.co.id/safrezi/berita/615ac8ecabdad/mengenal-model- pembelajaran-aktif-discovery-learning.

Aqib, Zainal dan Ahmad Amrullah. 2018. Penelitian Tindakan Kelas: Teori dan Aplikasi. Yogyakarta: Andi.

Arikunto, S., Supardi, & Suhardjono. 2021. Penelitian Tindakan Kelas: Edisi Revisi.

Bumi Aksara

Hanifah, N. 2014. Memahami Penelitian Tindakan Kelas: Teori dan Aplikasinya. UPI Press.

Pandiangan, Anjani Putri Belawati. 2019. Penelitian Tindakan Kelas. Yogyakarta:

Grup Penerbitan CV. Budi Utama.

Purwanto, Ngalim. 1997. Prinsip-Prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran, Bandung:

Remaja Rosdakarya.

Rukajat, A. 2018. Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research): Disertai Contoh Judul Skripsi dan Metodologinya. Deepublish.

Sudijono, Anas. 1996. Pengantar Evaluasi Pendidikan, Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Thabroni, Gamal. 2022. Model Pembelajaran Discovery Learning: Pembahasan Lengkap [online]. Link:https://serupa.id/discovery-learning/.

Referensi

Dokumen terkait

Setelah dilaksanakan tindakan siklus II dengan menggunakan Model Discovery Learning pada pembelajaran PAI dan Budi Pekerti yang diikuti oleh 15 orang peserta

Setelah dilaksanakan tindakan siklus II dengan menggunakan model discovery learning pada pembelajaran PAI dan Budi Pekerti yang diikuti oleh 23 orang peserta didik kelas VI

Setelah dilaksanakan tindakan siklus 2 dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw pada pembelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti yang

Setelah dilaksanakan tindakan siklus II dengan menggunakan Problem Based Learning pada pembelajaran PAI dan Budi Pekerti yang diikuti oleh 10 orang siswa kelas VIIa

Setelah dilaksanakan tindakan siklus I dengan menggunakan media Market Place Activity pada pembelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti yang diikuti oleh 10

Penerapan model pembelajaran discovery Learning mampu meningkatkan prestasi belajar peserta didik pada materi ayo membayar zakat kelas VI SDN 2 Sungai Kupang ditandai dari

Panduan Administratif Pelaksanaan Orientasi Kehidupan Kampus (OKK) Tahun 2019 ini, telah ditetapkan bersama oleh panitia pelaksana dan disahkan oleh Rektor

Pada siklus II, langkah-langkah penerapan metode pembelajaran discovery learning untuk meningkatkan keberhasilan siswa dilakukan dengan cara pemberian motivasi,