BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
Pendidikan merupakan salah satu bagian dari kehidupan yang sifatnya mutlak, baik dalam kehidupan seseorang, maupun dalam kehidupan keluarga, masyarakat serta bangsa dan negara. Olehnya itu pemerintah selalu berupaya meningkatkan mutu pendidikan. Sehubungan dengan itu berbagai usaha telah ditempuh pemerintah Indonesia untuk meningkatkan kualitas pendidikan tersebut, antara lain penyempurnaan dan perbaikan kurikulum, pemantapan proses belajar mengajar serta pengembangan lembaga-lembaga pendidikan.
Salah satu faktor keberhasilan pendidikan adalah kemampuan guru yang baik dalam mengajar. Dalam proses pembelajaran seorang guru dituntut untuk meningkatkan kualitas diri dalam mengembangkan strategi mengajar yang mengarah kepada keaktifan optimal belajar siswa. Dengan demikian seorang guru dituntut untuk mampu menggunakan metode mengajar yang sesuai dan tepat, agar siswa dapat dengan mudah memahami pelajaran yang akan diajarkan terutama dalam mengajarkan matematika. Seorang guru harus mampu menilai dan menerapkan pendekatan pembelajaran yang sesuai dengan materi ajar.
Berdasarkan hasil observasi ketika Peneliti melaksanakan Praktek Pengalaman Lapangan Terpadu (PPLT) di SMA Negeri 7 Palu, dan dialog dengan salah seorang guru matematika, diperoleh informasi bahwa sebagian
besar siswa kelas X masih mengalami kesulitan dalam memahami dan menyelesaikan soal cerita sistem persamaan linear dua variabel (SPLDV).
Contoh kesalahan yang dilakukan siswa dalam materi SPLDV adalah:
Nini dapat menjahit 5 buah rok setiap minggu, sedangkan Ulun dapat menjahit 10 buah rok setiap minggu, waktu yang tersedia adalah 6 minggu, banyak rok yang akan dijahit yaitu 50 lembar. Tentukan berapa minggu mereka bekerja?
Jawaban siswa:
Misal: Nini = x Ulun = y Persamaannya:
x + y = 5 x – y = 10 Jawab:
x + y = 5 x - y = 10 + 2x = 15 x = 7,5
x = 7,5 x 6 = 45 x + y = 10
x – y = 5 – 2y = 5 y = 2,5
y = 2,5 x 6 = 15
Jadi, lama bekerja Nini adalah 45 minggu dan Ulun adalah 15 minggu.
Adapun letak kesalahan siswa yaitu mereka kurang menganalisis soal yang diberikan.
Jawaban yang seharusnya siswa berikan yaitu:
Misal : Waktu yang dibutuhkan Nini = x Waktu yang dibutuhkan Ulun = y
Model matematikanya adalah : x + y = 6
5x + 10 y = 50
Kemudian persamaan diatas dieleminasikan : x + y = 6 x 5 5 x + 5y = 30 5x + 10 y = 50 x 1 5x + 10 y = 50 -
- 5y = - 20 y = 4
Subtitusikan nilai y ke dalam salah satu persamaan : 5x + 10 y = 50
5x + 10(4)=50 5x = 50 – 40 5x = 10 x = 2
Jadi, lama kerja Nini adalah 2 minggu sedangkan Ulun adalah 4 minggu.
Menurut pandangan peneliti, permasalahan tersebut disebabkan karena pengetahuan yang diperoleh siswa hanya merupakan hasil penyampaian dari guru, bukan hasil pengalaman siswa sendiri. Hal ini menyebabkan siswa kurang memahami dan mudah lupa terhadap konsep yang diajarkan, sehingga mengakibatkan siswa sering melakukan kesalahan dalam menyelesaikan soal cerita sistem persamaan linear dua variabel. Untuk mengatasi permasalahan tersebut, diperlukan penerapan suatu pendekatan pembelajaran yang memungkinkan siswa mengaitkan materi yang dipelajari dengan situasi dunia nyata, sehingga materi yang dipelajarinya mudah terekam dalam memori dan tidak mudah dilupakan.
Salah satu pendekatan pembelajaran yang dimaksud adalah
pendekatan CTL. Pendekatan CTL menekankan agar siswa dapat mengaitkan materi yang dipelajarinya dengan situasi dunia nyata, yang pada gilirannya akan mendorong siswa membuat pengetahuan yang akan dimiliki dengan menerapkannya dalam kehidupan mereka sehari-hari. Dengan kondisi ini, siswa akan lebih memahami tentang apa yang mereka pelajari sehingga materi pelajaran yang diperolehnya tidak mudah begitu saja dilupakan.
Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti akan mengadakan suatu penelitian dengan judul ” Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas X G SMA Negeri 7 Palu dalam Menyelesaikan Soal Cerita Sistem Persamaan Linear Dua Variabel melalui Pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL)”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: “Bagaimana penerapan pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) dapat meningkatkan hasil belajar siswa Kelas X G SMA Negeri 7 Palu dalam menyelesaikan soal cerita Sistem Persamaan Linear Dua Variabel?”
C. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan penerapan pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) yang dapat
meningkatkan hasil belajar siswa kelas X G SMA Negeri 7 Palu dalam menyelesaikan soal cerita Sistem Persamaan Linear Dua Variabel.
D. Manfaat Penelitian.
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:
a. Bagi siswa
Siswa diharapkan dapat belajar lebih aktif dan mampu berinteraksi dalam menyampaikan pendapat melalui Pendekatan CTL. Dan dapat
meningkatkan hasil belajar siswa terhadap pokok bahasan Sistem Persamaan Linear Dua Variabel, dan meningkatkan semangat belajar matematika.
b. Bagi guru
Sebagai bahan masukan atau informasi untuk memperoleh gambaran mengenai penerapan Pendekatan CTL untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Sehingga dapat dijadikan alternatif pembelajaran matematika di kelas.
c. Bagi sekolah
Sebagai bahan masukan dalam meningkatkan dan memperbaiki mutu pendidikan di sekolah khususnya pelajaran matematika.
d. Bagi peneliti
Sebagai calon guru, peneliti diharapkan dapat menambah pengetahuan sebagai bahan rujukan untuk pengembangan penelitian pembelajaran matematika lebih lanjut.
E. Batasan Istilah
Agar tidak terjadi salah penafsiran tentang istilah dalam penelitian ini, maka perlu pembatasan istilah sebagai berikut:
1. Hasil Belajar adalah hasil yang diperoleh siswa setelah melakukan
kegiatan belajar. Hasil yang dimaksud berkaitan dengan kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal cerita SPLDV.
2. Pendekatn Contextual Teaching and Learning (CTL) adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata, membuat hubungan pengetahuan yang akan
dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari, dengan melibatkan komponen utamanya yaitu: konstruktivisme, inquiry, bertanya, masyarakat belajar, pemodelan, refleksi, dan penilaian sebenarnya.
3. Soal cerita Sistem Persamaan Linear Dua Variabel (SPLDV) adalah soal- soal yang berhubungan dengan materi SPLDV yang dinyatakan dalam bentuk kalimat-kalimat tertulis, yang model matematikanya hanya berbentuk linear dan linear.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA 1. Hasil Belajar Matematika
Belajar merupakan kegiatan pokok dalam keseluruhan proses pendidikan. Berhasil tidaknya pencapaian tujuan pendidikan sangat ditentukan oleh proses belajar. Belajar dapat membawa perubahan pada individu yang belajar. Perubahan itu merupakan perubahan tingkah laku dari yang kurang baik menjadi lebih baik. “Belajar terjadi apabila ada hasil yang dapat diperlihatkan” (Nasution, 1982:141). Jadi, belajar dapat terjadi apabila ada sesuatu diingat dan ada hasilnya dari apa yang dipelajari.
Menurut Kaluge (Jaeng, 2007:3) bahwa belajar kognitif adalah perubahan persepsi dan pemahaman yang tidak selalu dapat terlihat sebagai tingkah laku yang nampak. Belajar adalah seluruh rangkaian kegiatan yang dilakukan seseorang secara sadar (mandiri atau berinteraksi dengan
lingkungan/orang lain), yang mengakibatkan perubahan pada dirinya berupa pemahaman, pengetahuan, keterampilan, dan perubahan perilaku yang sifatnya relatif permanen.
Dalam proses pembelajaran matematika pada setiap jenjang
pendidikan tidak semua siswa dapat menyerap dan memahami materi yang diberikan. Hal ini disebabkan oleh karakter, potensi dan intelegensi yang berbeda-beda dari setiap siswa. Rendahnya hasil belajar matematika siswa merupakan indikator rendahnya penguasaan mereka terhadap konsep-konsep matematika. Oleh karena itu, untuk meningkatkan hasil belajar siswa
seoptimal mungkin, maka siswa perlu menguasai pengetahuan dasar terlebih dahulu sebelum suatu konsep diberikan kepada mereka.
Hasil belajar adalah “suatu usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalaman sendiri dalam interaksi dangan lingkungannya”
(Slameto, 1995:2). Pendapat ini mengharapkan suasana pembelajaran di sekolah selalu melibatkan benda-benda real di sekitar siswa.
Hasil belajar juga diartikan “kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia mengalami pengalaman belajarnya”. (Sudjana, 2004:22).
merumuskan hasil belajar sebagai pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian, sikap-sikap, apresiasi, kapabilitas dan keterampilan.
Dari beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa hasil belajar matematika adalah hasil yang diperoleh seseorang setelah
melaksanakan kegiatan belajar matematika. Hasil itu dikategorikan tingkat penguasaan siswa dengan melibatkan seluruh potensi yang dimilikinya sehingga mereka dapat memperoleh pengalaman belajar baik aspek kognitif (pengetahuan), efektif (sikap) dan psikomotor (keterampilan) dalam proses pembelajaran matematika.
2. Pengertian Pendekatan CTL
Definisi tentang pembelajaran kontekstual banyak versi yang dapat ditemukan. Dalam Depdiknas(2002:5), pembelajaran kontekstual adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkanya dengan situasi dunia nyata siswa, membuat hubungan antara
pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan sehari- hari dengan melibatkan tujuh komponen utamanya, yaitu: konstruktivisme (constructivism), menemukan (inquiry), bertanya (questioning), masyarakat belajar (learning community), pemodelan (modeling), refleksi (reflection) dan penilaian yang sebenarnya (authentic assessment). Secara singkat masing- masing dapat di jelaskan sebagai berikut:
a). Konstruktivisme
Konstruktivisme (construktivism) merupakan landasan berpikir (filosofi) pembelajaran kontekstual, yaitu bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, yang hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas (sempit) dan tidak sekonyong-konyong. Dengan dasar itu, pembelajaran harus dikemas menjadi proses ‘mengkonstruksi’
bukan ‘menerima’ pengetahuan. Dalam proses pembelajaran, siswa membangun sendiri pengetahuan mereka melalui keterlibatan aktif dalam proses belajar dan mengajar. Siswa menjadi pusat kegiatan, bukan guru.
b). Bertanya
Bertanya merupakan strategi utama pembelajaran kontekstual.
Bertanya dalam pembelajaran dipandang sebagai kegiatan guru untuk mendorong, membimbing, dan menilai kemampuan berpikir siswa. Bagi siswa, kegiatan bertanya merupakan bagian penting dalam melaksanakan pembelajaran yang berbasis inquiry, yaitu menggali informasi.
Mengkonfirmasikan apa yang sudah diketahui dan mengarahkan perhatian pada aspek yang belum diketahuinya.
c). Menemukan
Menemukan (inquiry) merupakan bagian inti dari kegiatan
pembelajaran kontekstual. Pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh siswa diharapkan bukan hasil mengingat fakta-fakta, tetapi hasil dari inquiry sendiri. Langkah-langkah kegiatan inquiry yaitu: (1) merumuskan masalah, (2) mengamati, (3) menganalisis dan menyajikan hasil, dan (4) mengkomunikasikan.
d). Masyarakat Belajar
Konsep masyarakat belajar menyarankan agar hasil pembelajaran diperoleh dari kerjasama dengan orang lain. Dalam kelas CTL, guru disarankan selalu melaksanakan pembelajaran dalam kelompok- kelompok belajar. Siswa dibagi dalam kelompok-kelompok yang anggotanya heterogen dalam kemampuan akademiknya.
e). Pemodelan
Penerapan pembelajaran kontekstual, guru bukanlah satu-satunya model, namun model dapat dirancang dengan melibatkan siswa.
Pemodelan pada dasarnya membahasakan gagasan yang dipikirkan, mendemonstrasikan bagaimana guru agar para siswanya untuk belajar, dan melakukan apa yang guru inginkan agar siswa-siswa melakukannya.
Pemodelan dapat berupa demonstrasi, pemberian contoh tentang konsep atau aktivitas belajar, dan mengoperasikan sesuatu.
f). Refleksi
Refleksi adalah cara berpikir tentang apa yang baru dipelajari atau berpikir kebelakang tentang apa-apa saja sudah dilakukan pada masa lalu. Siswa menyimpan apa yang dipelajarinya sebagai pengetahuan yang baru, yang merupakan pengayaan atau revisi dari pengetahuan
sebelumnya. Refleksi merupakan respon terhadap kejadian,aktivitas,atau pengetahuan yang baru diterima. Kunci dari semua itu adalah bagaimana pengetahuan itu mengendap dibenak siswa. Siswa mencatat apa yang sudah dipelajari dan bagaimana merasakan ide-ide baru. Pada akhir pembelajaran, guru menyisakan waktu sejenak agar siswa melakukan refleksi.
g). Penilaian yang Sebenarnya
Penilaian adalah proses pengumpulan berbagai data yang bisa memberikan gambaran perkembangan belajar siswa, Data yang dikumpulkan melalui kegiatan penilaian bukanlah untuk mencari informasi tentang siswa belajar. Penilaian menekankan proses pembelajaran, maka data yang dikumpulkan harus diperoleh dari kegiatan nyata yang dikerjakan siswa pada saat melakukan proses pembelajaran.
Kemampuan belajar siswa dinilai dari proses, bukan hasil. Prinsip utama assessment dalam pembelajaran kontekstual tidak hanya menilai apa yang diketahui siswa, tetapi juga apa yang dapat dilakukan siswa.
Penilaian ini mengutamakan kualitas hasil kerja siswa dalam menyelesaikan suatu tugas.
3. Pembelajaran Langsung Model pembelajaran langsung adalah suatu model pembelajaran yang berpusat pada guru dengan menggunakan penjelasan dan pemodelan yang digabung dengan latihan dan umpan balik dalam mengajarkan konsep dan keterampilan (Usman HB 2004 : 105).
Selanjutnya fase-fase pembelajaran langsung dengan pendekatan CTL dapat dijabarkan pada tabel berikut ini.
Tabel 2.1 Fase-Fase Pembelajaran Langsung dengan Pendekatan CTL.
No. Fase Pembelajaran Langsung Komponen Utama CTL I. Pendahuluan
Fase 1 : Pengantar/pengenalan
Komponen ke 2: Bertanya Komponen ke 6: Refleksi II. Kegiatan Inti
Fase 2 : Presentasi/Penyajian
Komponen ke 1: Konstruktivisme Komponen ke 2: Bertanya
Komponen ke 3: Inquiry Komponen ke 5: Pemodelan Fase 3 : Latihan Terbimbing Komponen ke 2: Bertanya
Komponen ke 3: Inquiry
Kompenen ke 4: Masyarakat belajar III. Penutup
Fase 4 : Latihan Mandiri
Komponen ke 2 : Bertanya Komponen ke 6 : Refleksi
Komponen ke 7 : Penilaian sebenarnya Kegiatan-kegiatan dari ke 4 fase tersebut adalah : fase
pengenalan/pengantar, pada fase ini guru mempersiapkan siswa untuk belajar, menyampaikan tujuan pembelajaran, meninjau kembali pelajaran
sebelumnya, dan memberikan suatu dasar pemikiran untuk materi yang baru.
Fase presentasi/penyajian yaitu guru menerangkan konsep baru atau
menjelaskan sambil memodelkan keterampilan-keterampilan yang diajarkan.
Fase latihan terbimbing, pada fase ini guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk berlatih keterampilan baru. Fase latihan mandiri yaitu guru meminta para siswa untuk mengerjakan tugas-tugas berdasarkan keterampilan yang baru dimiliki.
4. Tinjauan materi soal cerita SPLDV
Salah satu materi dalam matematika yang penting untuk dipelajari dan perlu ditingkatkan mutu pembelajaran adalah materi yang disajikan dalam bentuk soal cerita. Soal bentuk cerita biasanya merupakan soal terapan yang dihubungkan dengan masalah sehari-hari, diantaranya adalah materi soal cerita SPLDV.
Berdasarkan kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) materi soal cerita SPLDV diajarkan dikelas X pada semester ganjil (semester satu).
Materi ini terdapat dalam pokok bahasan sistem persamaan linear dua variabel, dengan standar kompetensinya adalah: menggunakan operasi, dan sifat manipulasi aljabar dalam pemecahan masalah yang berkaitan dengan sistem persamaan linear dua variabel. Sedangkan kompetensi dasarnya adalah merancang model matematika yang berkaitan dengan sistem persamaan linear, menyelesaikan modelnya, dan menafsirkan hasil yang diperoleh.
Saat penyampaian materi ini, bentuk model matematika yang
diharapkan dapat diselesaikan siswa berdasarkan soal cerita yang diberikan
adalah soal cerita yang model matematikanya terdiri dari persamaan linear dan linear.
Langkah-langkah menyelesaikan soal cerita SPLDV menurut Johanes (2003:145) adalah sebagai berikut:
1. membaca soal dengan teliti sehingga permasalahannya mudah dimengerti, yaitu mengetahui apa yang diberikan (diketahui) dan apa yang ditanyakan.
2. menanyakan suatu besaran yang tidak diketahui dalam satu variabel, misalnya x dan y.
3. menyusun model matematikanya dalam bentuk sistem persamaan.
4. menyelesaikan sistem persamaan tersebut dan memeriksa jawabannya.
Berikut ini disajikan contoh soal cerita SPLDV yang proses jawabannya mengikuti langkah-langkah di atas.
Contoh 1. Ani membeli 4 buah pulpen dan 2 buah buku seharga Rp.
24.000,00, sedangkan Ida membeli 5 buah pulpen dan 2 buah buku seharga Rp. 27.000,00. Tentukan berapa harga satu buah pulpen dan satu buah buku ?
Penyelesaian:
Misalkan : x = harga sebuah pulpen y = harga sebuah buku Model matematikanya
4x + 2y = 24.000 ……(1) 5x + 2y = 27.000 …….(2)
Eleminasikan persamaan (1) dan (2) 4x + 2y = 24.000
5 x + 2 y = 27.000 - - x = -3000
x = 3000 ……(3)
Subtitusikan persamaan (3) ke persamaan (1) 4(3000) + 2y = 24.000
2y = 24.000 – 12.000 2y = 12.000
y = 6.000
Jadi, harga satu buah pulpen adalah 3.000 rupiah dan harga satu buah buku adalah 6.000 rupiah.
Contoh 2. Sebuah gedung kesenian berkapasitas 300 orang. Penonton kelas I harga karcisnya adalah Rp. 10.000,00, dan penonton kelas II harga karcisnya adalah Rp. 6.000,00. Jika setelah pertunjukkan terkumpul dana hasil penjualan karcis sebesar Rp. 2.000.000,00.
Berapakah jumlah penonton pada masing-masing kelas?
Penyelesaian:
Misalkan : a = penonton kelas I b = penonton kelas II Model matematikanya :
a + b = 300
10.000a + 6.000 b = 2.000.000 a + b = 300 a = 300 – b
a = 300 – b disubtitusikan pada 10.000a + 6.000b = 2.000.000 maka : 10.000(300-b) + 6.000b = 2.000.000
3.000.000 – 10.000b + 6.000b = 2.000.000
– 10.000b + 6.000b = 2.000.000 – 3.000.000 - 4.000b = – 1.000.000
b = 250
Untuk b = 250 disubtitusi ke a = 300 – b, maka a = 300 – 250 a = 50
Jadi, jumlah penonton kelas I adalah 50 orang dan jumlah penonton kelas II adalah 250 orang.
BAB III
METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Rancangan Penelitian.
Dalam penelitian ini, akan digunakan rancangan tindakan partisipan, dengan bentuk penelitian tindakan kelas. Peneliti terlibat langsung dalam proses penelitian sejak awal sampai dengan akhir penelitian yang berupa laporan hasil penelitian.
Adapun pendekatan yang akan digunakan adalah pendekatan kualitatif. Pendekatan kualitatif menghasilkan data secara tertulis maupun lisan dari aktivitas atau perilaku subyek yang diamati pada saat proses pembelajaran berlangsung. Untuk kelancaran pelaksanaan penelitian ini, maka dalam penelitian ini akan dibantu oleh teman mahasiswa Program Studi Pendidikan Matematika dan guru matematika kelas X G SMA Negeri 7 Palu dalam pengumpulan data.
Rancangan penelitian ini mengacu pada model penelitian yang dikemukakan oleh Kemmis dan Mc. Taggart (Arikunto, 2007: 16) yang terdiri atas 4 komponen yaitu (1) perencanaan, (2) pelaksanaan tindakan, (3) observasi dan (4) refleksi.
1.
Keterangan:
0 = Refleksi awal
1 = Rencana tindakan siklus I 2 = Tindakan pada siklus I 3 = Observasi pada siklus I 4 = Refleksi pada siklus I 5 = Rencana tindakan siklus II 6 = Tindakan pada siklus II 7 = Observasi pada siklus II 8 = Refleksi pada siklus II a = Siklus I
b = Siklus II 5
6 6
0 1 2 3
4 a
7
8 b
B. Setting dan Subyek Penelitian
Penelitian ini dilakukan di kelas X G SMA Negeri 7 Palu. Subyek penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X G SMA Negeri 7 Palu, yang terdaftar pada tahun ajaran 2008/2009. Pemilihan lokasi penelitian didasarkan atas informasi dari salah seorang guru matematika di sekolah tersebut yang menyatakan bahwa siswa kelas X G SMA Negeri 7 Palu kurang memahami masalah yang diberikan yaitu pada pokok bahasan sistem persamaan linear dua variabel terutama dalam menyelesaikan soal cerita sehingga
menyebabkan rendahnya hasil belajar siswa. Pada penelitian ini, peneliti sebagai instrumen utama, bertindak sebagai pemberi tindakan, pengamat, pengumpul data dan menganalisis data. Oleh karena itu, peneliti terlibat langsung dalam penelitian dan dituntut kehadirannya.
C. Jenis Data dan Teknik Pengumpulan Data.
a. Jenis Data.
Jenis data dalam penelitian ini yaitu data kualitatif yang
diperoleh dari hasil observasi, hasil wawancara, dan aktivitas siswa yang Gambar 1 Diagram Alur DesainPenelitian
akan dideskripsikan secara alami, selain itu mulai dari data sebelum tindakan (tes awal), selama tindakan (pada saat pembelajaran berlangsung) serta sesudah tindakan pembelajaran dilakukan (tes akhir setiap tindakan) untuk mengetahui kemampuan belajar siswa. Mengingat jenis penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas, maka data kualitatif dijadikan sebagai pegangan utama (Maleong, 1999:20). Selain itu juga data kuantitatif sebagai ukuran hasil belajar siswa setelah dilakukan tindakan.
b. Teknik Pengumpulan Data.
1). Tes Tertulis
Pengumpulan data dengan tes dilakukan sebelum dan sesudah tindakan. Tes yang diberikan sebelum tindakan bertujuan untuk mengumpulkan informasi, tentang pengetahuan awal siswa mengenai materi sistem persamaan linear dua variabel. Tes dilakukan dengan 2 cara, yaitu secara individu dan kelompok. Tes individu diberikan saat setiap tindakan berakhir dan tes secara kelompok dilakukan dengan menggunakan LKS. Keduanya bertujuan untuk memperoleh data serta memberikan gambaran tentang sejauh mana hasil belajar siswa terhadap materi yang diberikan dengan menggunakan pendekatan CTL tercapai.
2). Wawancara
Wawancara dilakukan untuk memperoleh informasi tentang pemahaman siswa dalam pembelajaran, materi sistem persamaan linear dua variabel yang diperoleh melalui tes setiap akhir tindakan.
Pertanyaan-pertanyaan yang diajukan pada saat wawancara tidak dibuat secara berstruktur, tetapi bersumber dari hasil pekerjaan siswa dan jawaban-jawaban yang muncul dari pertanyaan sebelumnya.
Selanjutnya pada saat wawancara berlangsung, siswa dibimbing untuk melakukan perbaikan pada kesalahan yang dilakukannya.
3). Observasi
Observasi dilaksanakan selama proses pembelajaran
berlangsung untuk mendokumentasikan aktivitas yang dilakukan oleh subyek dalam penelitian dan peneliti (guru). Observasi ini dilakukan oleh peneliti, teman sejawat, (mahasiswa pendidikan matematika) dan guru matematika di sekolah tersebut. Data diambil dengan
menggunakan lembar observasi. Tujuannya adalah untuk mengamati aktivitas guru dan siswa selama proses pembelajaran.
4). Catatan Lapangan.
Catatan lapangan dilakukan untuk memperoleh data yang tidak terekam dalam lembar observasi dan wawancara. Catatan ini memuat segala aktivitas guru dan siswa selama proses pembelajaran. Instrumen dalam penelitian ini adalah peneliti sendiri dan dibantu oleh instrumen yang lain yaitu:
1) Penilaian Minat dan Sikap
Penilaian ini dimaksudkan untuk mengetahui sikap siswa terhadap pembelajaran sistem persamaan linear dua variabel yang menggunakan model pembelajaran langsung dengan pendekatan
CTL dan sebagai bahan pertimbangan guru (peneliti) untuk memperbaiki cara kerjanya dalam mengajar.
2). Penilaian Diri (Student Self-Assesment)
Penilaian ini dimaksudkan untuk memperoleh informasi tentang diri siswa dengan menilai dirinya sendiri yang
berhubungan dengan kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal cerita sistem persamaan linear dua variabel.
D. Teknik Analisis Data
Analisis data dilakukan dengan mengacu pada model Miles dan Huberman (Sugiyono, 2007: 91), yaitu: (1) reduksi data (data reduction), (2) penyajian data (data display) dan (3) kesimpulan/verifikasi (conclusion drawing/verification)
a. Reduksi Data
Mereduksi data berarti merangkum, menyeleksi, memfokuskan dan menyederhanakan data sejak awal pengumpulan data sampai dengan penyusunan laporan.
b. Penyajian Data
Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah menyajikan data. Data yang disajikan bersifat naratif. Setelah data disajikan, lalu dibuat penafsiran dan evaluasi untuk membuat perencanaan tindakan selanjutnya.
c. Kesimpulan/Verifikasi
Penarikan kesimpulan dimaksudkan untuk memberikan
kesimpulan terhadap hasil penafsiran dan evaluasi. Penarikan kesimpulan merupakan pengungkapan akhir dari hasil tindakan.
E. Kriteria Keberhasilan Tindakan
Tindakan dianggap berhasil apabila persentase daya serap individu mencapai 65% dan daya serap klasikal mencapai 75%. (Depdikbud, 1996: 25) dengan aturan sebagai berikut :
Persentase daya serap individu =
Persentase daya serap klasikal =
F. Tahap-tahap Penelitian
Penelitian ini terdiri dari dua tahap, yaitu tahap pra tindakan dan tahap pelaksanaan tindakan.
a. Tahap Pra Tindakan
Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini, yaitu:
1. melakukan wawancara dengan guru untuk mengetahui kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal cerita sistem persamaan linear dua variabel.
2. melaksanakan tes awal
3. menentukan subyek penelitian b. Tahap Pelaksanaan Tindakan
Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini mengacu pada model
penelitian yang dikemukan oleh Kemmis dan Mc. Taggart (Arikunto, 2007:
Skor yang diperoleh siswa
Skor maksimum soal x 100%
Skor total siswa peserta tes
Skor maksimum soal x 100%
16) yang terdiri atas 4 komponen, yaitu: (1) perencanaan, (2) pelaksanaan tindakan, (3) observasi dan (4) refleksi.
a) Siklus I
1. Perencanaan
Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini, yaitu:
a. membuat rencana pelaksanaan pembelajaran
b. menyiapkan LKS
c. membuat tes akhir tindakan d. membuat lembar observasi 2. Pelaksanaan Tindakan
Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini didasarkan pada rencana pelaksanaan pembelajaran yang telah dibuat, yaitu dengan menerapkan model pembelajaran langsung dengan pendekatan CTL.
3. Observasi
Observasi pada siklus I ini dilakukan oleh teman sejawat (mahasiswa Program Studi Pendidikan Matematika). Adapun kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah mengobservasi kegiatan siswa dalam mengikuti pembelajaran dan mengamati kegiatan guru dalam proses pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan lembar observasi yang telah disiapkan. Selain itu, peneliti mengobservasi dan menilai hasil kerja siswa baik pekerjaan individu maupun kelompok.
4. Refleksi
Pada tahap ini, data hasil observasi dikaji dan diolah untuk menentukan pemberian tindakan perlu diulang atau tidak. Jika perlu diulangi, maka peneliti menyusun kembali rencana tindakan untuk siklus berikutnya.
b). Siklus II 1. Perencanaan
Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah menyusun dan mendiskusikan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), lembar
observasi, lembar kerja siswa (LKS), tes akhir tindakan siklus II, lembar penilaian diri dan daftar cek penilaian minat dan sikap yang dikerjakan oleh peneliti berdasarkan hasil pertimbangan guru kelas X G SMA Negeri 7 Palu.
2. Pelaksanaan tindakan
Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah melaksanakan pembelajaran yang didasarkan pada rencana pembelajaran yang telah dibuat, yang berorientasi pada fase-fase model pembelajaran langsung dengan pendekatan CTL.
3. Observasi
Observasi pada siklus II ini dilakukan oleh teman sejawat (mahasiswa Program Studi Pendidikan Matematika). Adapun kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah mengobservasi kegiatan siswa dalam mengikuti pembelajaran dan mengamati kegiatan guru dalam proses pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan lembar observasi
yang telah disiapkan. Selain itu, peneliti mengobservasi dan menilai hasil kerja siswa baik pekerjaan individu maupun kelompok.
4. Refleksi
Berdasarkan hasil observasi dan catatan lapangan yang
diperoleh, peneliti, guru matematika kelas X G SMA Negeri 7 Palu dan teman sejawat berdiskusi untuk mencari kelebihan dan kekurangan yang terjadi selama tindakan berlangsung.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
Berikut ini dikemukakan hasil penelitian yang terbagi dalam dua bagian yaitu (1) hasil pra tindakan dan (2) hasil pelaksanaan tindakan.
1. Hasil Pra Tindakan
Pada hari Selasa tanggal 25 November 2008, peneliti menemui Kepala SMA Negeri 7 Palu, untuk melakukan penelitian di sekolah tersebut dan menyerahkan surat izin penelitian dari Dekan FKIP UNTAD.
Selanjutnya kepala sekolah menyerahkan sepenuhnya kepada Ibu Misnah S.Pd, guru bidang studi matematika kelas X G SMA Negeri 7 Palu.
Peneliti melakukan observasi awal terhadap kondisi pembelajaran matematika di kelas X G SMA Negeri 7 Palu. Pembelajaran matematika terdiri atas 5 jam pelajaran setiap minggu dengan rincian 3 jam pelajaran pada hari Kamis dan 2 jam pelajaran pada hari Sabtu. Siswa yang terdaftar di kelas X G pada tahun ajaran 2008/2009 terdiri atas 34 siswa.
Pada hari Rabu tanggal 26 November 2008, peneliti melaksanakan tes awal untuk mengetahui pemahaman siswa tentang sistem persamaan linear dua varibel dengan menggunakan metode subtitusi dan eleminasi.
Materi tes yang diujikan merupakan materi prasyarat dalam materi soal cerita sistem persamaan linear dua varibel. Tes awal diikuti oleh 33 siswa, sebab satu siswa berhalangan hadir karena sakit. Jumlah soal tes awal sebanyak 3 nomor. Soal tes awal dapat dilihat pada Lampiran 1.
Setelah melaksanakan tes awal, peneliti memeriksa hasil pekerjaan siswa. Dari hasil analisis tes awal siswa, diperoleh daya serap klasikal
sebesar 52,12 % dengan ketuntasan klasikal sebesar 15,15 %. Hal ini menunjukan bahwa hasil tes awal siswa tentang sistem persamaan linear dua variabel masih rendah. Untuk lebih jelasnya, dapat dilihat pada Lampiran 2. Dari tes awal siswa, dengan pertimbangan dari guru matematika kelas X G peneliti menentukan informan sebanyak 5 siswa yang memperoleh nilai terendah pada saat tes awal. Adapun kelima siswa tersebut adalah Muh. Fikri Haikal (MF), Rahmat Fauzi (RF), Adelta (AD), Indra Suripno (IS) dan Lilis Nurhandayani (LN).
Pada penelitian ini, peneliti membentuk siswa ke dalam enam kelompok kecil berdasarkan hasil tes awal siswa. Dalam tiga kelompok beranggotakan 5 siswa dan tiga kelompok beranggotakan 6 siswa yang berkemampuan heterogen yaitu siswa berkemampuan tinggi, siswa berkemampuan sedang dan siswa berkemampuan rendah. Pembagian kelompok dapat dilihat pada Lampiran 3. Kelima subyek penelitian disebar dalam kelompok yang berbeda. Tujuannya yaitu agar mereka mendapatkan masukan-masukan dari teman kelompoknya, sehingga semua kelompok aktif selama proses pembelajaran berlangsung.
2. Hasil Pelaksanaan Tindakan
Penelitian ini terdiri atas dua siklus. Pelaksanaan tindakan pada setiap siklus meliputi (1) perencanaan, (2) pelaksanaan tindakan, (3)
observasi dan (4) refleksi. Adapun hasil pelaksanaan dari siklus I dan siklus II sebagai berikut:
a). Hasil Pelaksanaan Siklus I (1) Perencanaan
Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini, yaitu membuat rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), menyiapkan lembar kerja siswa 1 (LKS 1) , menyiapkan tes akhir tindakan, membuat lembar observasi kegiatan guru dan kegiatan siswa selama proses pembelajaran, menyiapkan lembar penilaian sikap dan minat serta membuat lembar penilaian diri (Student Self Assessment).
(2) Pelaksanaan Tindakan
Pelaksanaan tindakan dilaksanakan pada hari Kamis tanggal 27 November 2008 di kelas X G SMA Negeri 7 Palu dengan materi soal cerita sistem persamaam linear dua variabel yang berbentuk linear dan linear. Pelaksanaan tindakan dimulai dari pukul 07.15 s.d 09.00 Wita.
Pembelajaran pada tindakan ini menggunakan model pembelajaran langsung dengan pendekatan CTL. Model pembelajaran langsung terdiri dari tiga tahap yaitu (a) pendahuluan, (b) kegiatan inti dan (c) penutup, dari kegiatan tersebut terdapat 4 fase, yaitu fase 1:
pengantar/pengenalan, fase2: presentasi/penyajian, fase 3: latihan terbimbing, dan fase 4: latihan mandiri. Selain pada fase-fase
pembelajaran langsung diterapkan tujuh komponen utama pembelajaran CTL yaitu konstruktivisme, inquiry, bertanya, masyarakat belajar,
pemodelan, refleksi dan penilaian yang sebenarnya. Adapun rincian pelaksanaannya, sebagai berikut:
(a) Pendahuluan
Fase 1 : Pengantar / Pengenalan
Pada fase ini, peneliti terlebih dahulu membuka pelajaran dengan memberi salam, mempersiapkan siswa untuk belajar dan memberikan motivasi, menyampaikan tujuan pembelajaran, kemudian menggali pengetahuan prasyarat siswa. Pada saat menggali pengetahuan prasyarat siswa dan memotivasi siswa, peneliti menerapkan komponen 2 dan komponen 6 pada pendekatan kontekstual (CTL). Berikut ini petikan penyampaian peneliti kepada seluruh siswa diawal pembelajaran.
Guru : Assalamu alaikum wr. wb…
Siswa : Wassalamu alaikum wr. wb…
Guru : Anak-anak sekalian, sekarang waktunya untuk belajar matematika. Jadi Ibu harap kalian menyimpan buku ataupun hal-hal yang tidak ada kaitannya dengan
matematika kemudian duduk sesuai kelompoknya masing- masing. Adapun tujuan pembelajaran kita pada hari ini adalah kalian diharapkan dapat menyelesaikan soal cerita sistem persamaan linear dua variabel. Pada waktu kalian SMP kalian telah mempelajari sistem persamaan linear dua variabel. Apakah kalian masih ingat ?
Siswa : Masih ingat Bu, dikit-dikit
Guru : Bagus! Kalau begitu siapa yang masih ingat metode yang digunakan dalam menyelesaikan soal cerita sistem persamaan linear dua variabel ? Ayo siapa yang bisa menjawab?
Siswa : Saya Bu! Jawab Harwan
Guru : Sambil menoleh ke arah suara tersebut, “Yah silahkan Harwan apa jawaban kamu ?”
Siswa : Ya dengan metode yang digunakan yaitu metode subtitusi dan eleminasi.
Guru : “Bagus Harwan jawaban kamu tepat sekali. Nah siapa diantara kalian yang ingin bertanya?”
Siswa : “Saya Bu!Jawab Ulfa”
Guru : “Yah silahkan Ulfa”
Siswa : “Bu, Bagaimana cara menentukan nilai x dan y dengan cara subtitusi dan eleminasi?”
Guru :”Pertanyaan kamu bagus, untuk itu siapa yang bisa menjawab pertanyaan dari teman kalian?”
Siswa : “Saya Bu! Jawab Ikram”
Guru : “Silahkan Ikram”
Siswa : “ Caranya, terlebih dahulu kita tulis persamaan linear dua variabelnya, untuk mendapatkan nilai x diselesaikan dari persamaan pertama, setelah itu nilai x dari persamaan
pertama disubtitusikan kepersamaan kedua sehingga diperoleh nilai y nya. Untuk cara eleminasi yaitu terlebih dahulu kita tulis persamaan linear dua variabelnya, untuk menentukan nilai x hilangkan variabel y sedangkan untuk menentukan nilai y samakan variabel x nya.”
Pada petikan wawancara di atas, peneliti dalam menggali pengetahuan prasyarat siswa tentang soal cerita sistem persamaan linear dua variabel, peneliti telah menerapkan komponen bertanya dan refleksi. Karena siswa mengingat kembali pengetahuan yang telah diperoleh pada masa lalu tentang sistem persamaan linear dua variabel melalui pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh peneliti.
Waktu yang digunakan pada kegiatan ini adalah 15 menit.
(b) Kegiatan Inti
Fase 2: Presentasi / Penyajian
Pada fase ini, dimulai dengan penyajian masalah dalam
kehidupan sehari-hari yang terkait dengan soal cerita SPLDV. Berikut permasalahan yang diajukan oleh peneliti kepada siswa diawal
pembelajaran.
“Ani membeli 4 buah buku dan 2 buah pensil seharga Rp. 24.000,00, sedangkan Ida membeli 5 buah buku dan 2 buah pensil seharga Rp.
27.000,00. Tentukan berapa harga satu buah buku dan satu buah pensil?”
Berikut petikan penjelasan proses pembelajaran berlangsung.
Guru : “Anak-anak, jadi kalian telah mencatat masalah yang ibu berikan? Kalau sudah. Sekarang perhatikan baik-baik ya masalah yang ada…!!! Ibu minta salah satu dari kalian menuliskan di papan tulis mengenai apa yang diketahui dan apa yang ditanyakan”
Siswa : “Saya Bu!” Jawab Ita
Guru :”Ya…!! Silahkan kamu maju”
Siswa :”Diketahui harga 4 buah pulpen dan 2 buah buku Rp.
24.000,00 serta harga 5 buah pulpen dan 2 buah buku Rp.
27.000,00. Sedangkan yang ditanyakan berapa harga satu buah pulpen dan satu buah buku?”
Guru :”Jawaban kamu bagus sekali.” Nah siapa yang bisa menyelesaikan masalah tersebut?
Siswa :”Saya Bu!”Jawab Rahma
Guru : “Ya…!! Silahkan kamu maju Rahma”
Siswa :”Kita misalkan x = Harga satu buah pulpen dan y = Harga satu buah buku, kemudian model matematikanya adalah 4x + 2y = 24.000 dan 5x + 2y = 27.000, lalu dengan
menggunakan metode eleminasi diperoleh 4x + 2y = 24.000
5x + 2y = 27.000 _ -x = - 3000
x = 3000
untuk x = 3000 disubtitusi ke persamaan 4x + 2y = 24.000 diperoleh
4(3000) + 2y = 24.000
2y = 24.000 – 12.000 2y = 12.000
y = 6.000
Guru : “Ya…Jawaban kamu sangat tepat. Untuk itu apakah jawabannya hanya sampai pada jawaban yang diberikan Rahma?”
Siswa : “Tidak Bu…”
Guru : “Kalau begitu siapa yang bisa menambahkan jawaban dari Rahma?”
Siswa : “Saya Bu!!”Jawab Deta Guru : “Ya….Silahkan Deta”
Siswa : “Jadi , harga satu buah pulpen adalah 3000 rupiah dan harga satu buah buku adalah 6000 rupiah”
Guru : “Jadi sekarang kalian sudah paham atau ada yang mau ditanyakan?”
Siswa :”Tidak Bu…..Sudah paham”
Guru : “Ok…kalau begitu ibu anggap kalian semua sudah paham materi kita hari ini.”
Dari petikan tanya jawab di atas, peneliti dalam pembelajaran ini menerapkan komponen konstruktivisme, inquiry, pemodelan dan bertanya.
Fase 3: Latihan Terbimbing
Pada fase ini, peneliti membagikan LKS 1 kepada masing- masing kelompok dan meminta siswa untuk membaca dan memahami masalah dan memberi kesempatan bagi siswa yang belum memahami masalah untuk bertanya serta meminta siswa untuk mengerjakan LKS 1 secara berkelompok. Peneliti menjelaskan kepada siswa agar dapat bekerja sama dengan teman kelompoknya, karena pada akhir
pembelajaran, guru akan memberikan penghargaan kepada kelompok terbaik. Berikut petikan penjelasan guru kepada siswa.
Guru : “Ditangan kalian sudah ada LKS 1 yang harus kalian kerjakan secara berkelompok. Setiap siswa harus
bertanggung jawab terhadap kelompoknya masing-masing.
Jadi, semua anggota kelompok harus dapat bekerja sama dengan baik, nanti dari setiap kelompok akan mendapat penghargaan dari Ibu.”
Siswa : “Asyik………….”
Guru : “Jadi sekarang kalian duduk sesuai kelompok yang telah dibagi kemarin. (guru mengatur tempat duduk siswa).
Selanjutnya kalian akan belajar kelompok seperti yang telah ibu katakana tadi untuk mengerjakan LKS ini jadi harus
kerja sama ya dalam menyelesaikan masaalah yang ada dalam LKS tersebut?”
Siswa : “Ya…..Bu..!!”
Kemudian seluruh siswa bekerja secara kelompok untuk menyelesaikan masalah-masalah yang ada pada LKS 1, kemudian guru berjalan kesetiap kelompok memonitoring siswa dan juga memberikan penjelasan kepada kelompok yang bertanya karena ada yang belum dipahami siswa. Pada fase ini, peneliti menerapkan komponen pembelajaran CTL yaitu masyarakat belajar, inquiry dan bertanya. Waktu yang digunakan dalam kegiatan ini adalah 60 menit.
Dengan 20 menit memberikan penjelasan cara menyelesaikan LKS 1, 25 menit menyelesaikan LKS 1, dan 15 menit setiap kelompok menjawab dipapan tulis. Berikut petikan tentang kegiatan presentasi kelompok di depan kelas.
Guru : “Anak-anak Ibu akan membagikan hasil kelompok kalian yang sudah kalian kerjakan tadi, dan ibu minta memaparkan hasil kelompok kalian di depan ……Untuk itu perhatikan jawaban kelompok kalian, kalau ada yang ditanyakan tolong angkat tangan kemudian kita bahas bersama-sama”
Siswa : “Ok…..Bu..!!”
Kemudian dua kelompok dari enam kelompok yang ada menuliskan jawaban mereka di depan kelas kemudian guru bersama
kelompok lain memeriksa jawaban yang ada. Setelah itu guru memberikan penghargaan kepada enam kelompok tersebut.
(c) Penutup
Fase 4 : Latihan Mandiri
Kegiatan yang dilakukan pada fase ini yaitu peneliti meminta siswa untuk duduk kembali ke tempat duduknya masing-masing dan memberikan latihan individu atau latihan mandiri. Peneliti meminta siswa untuk mengerjakan tes secara individu dan tidak bekerja sama dengan temannya. Setelah mengumpulkan tes individu siswa, peneliti menyimpulkan hasil pembelajaran hari ini. Berikut uraian penjelasan guru kepada siswa sebelum melaksanakan tes.
“Anak-anak, setelah kalian bekerja dalam kelompok untuk menyelesaikan soal-soal yang ada pada LKS 1. Sekarang kalian duduk kembali ketempat kalian semula, karena Ibu akan memberikan soal latihan secara individu untuk mengetahui apakah kalian benar- benar paham dan mengerti dengan pembelajaran kita hari ini. Oleh karena itu, Ibu minta kalian untuk tidak kerjasama, kerjakan sendiri atau secara individu. Jika ada soal yang kurang dimengerti, tanyakan pada Ibu ya.”
Pada fase ini, peneliti menerapkan komponen penilaian autentik. Penilaian juga diberikan melalui pengamatan terhadap aktivitas siswa khususnya informan, penelitian yang dilakukan teman sejawat dan penilaian terhadap minat, sikap dan diri melalui angket
yang akan diberikan kepada siswa sebagai penilaian terhadap ranah afektif siswa. Waktu yang digunakan pada fase ini 30 menit.
Selanjutnya, pembelajaran ditutup dengan mengucapkan salam kepada siswa.
(3). Hasil Tes Akhir Siklus I
Tes akhir siklus I dilaksanakan secara klasikal, siswa tidak diizinkan bekerjasama dengan siswa lainnya.
Berdasarkan analisis hasil tes akhir tindakan pada siklus I, diperoleh data bahwa daya serap klasikal yang dicapai sebesar 62,72
% dengan ketuntasan klasikal sebesar 51,51 % dan jumlah siswa yang mencapai daya serap individu ≥ 65% sebanyak 17 orang. Untuk lebih jelasnya, analisis tes akhir tindakan dapat dilihat pada Lampiran 8.
Sedangkan analisis tes akhir untuk kelima informan, dapat dilihat pada Tabel 4.1 berikut:
Tabel 4.1 Analisis Tes Akhir tindakan siklus I untuk 5 informan.
No Informan
Skor yang
Diperoleh Jumlah
Skor Daya Serap Individu(%)
1 2
50 50
1. AD 35 15 50 50
2. LN 40 25 65 65
3. MF 30 20 50 50
4. IS 35 20 55 55
5. RF 35 15 50 50
Skor yang Diperoleh 175 95 270
Skor Maksimal Soal 250 250 500
Daya Serap Kalsikal 35 % 19 % 54 %
Berdasarkan hasil analisis tes individu, pada Tabel 4.1 diperoleh informasi:
1) pada soal nomor 1 AD, LN, IS, MF dan RF dapat menyelesaikan soal dengan baik, meskipun mereka masih keliru dalam melakukan
perhitungan.
2) pada soal nomor 2 AD, LN, IS, MF dan
RF tidak dapat menyelesaikan soal dengan baik, karena mereka
melakukan kekeliruan dalam membuat model matematikanya, melakukan kesalahan dalam melakukan perhitungan, hal ini disebabkab karena siswa terburu-buru pada saat menyelesaikan soal.
Berdasarkan analisis hasil tes akhir tindakan pada siklus I,
menunjukkan bahwa kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal cerita yang model matematikanya terdiri atas persamaan linear dan linear masih rendah.
(4). Data Hasil Wawancara
Setelah memeriksa tes akhir tindakan, peneliti melakukan wawancara pada hari Sabtu tanggal 29 November 2008 terhadap informan. Peneliti tidak memberikan pertanyaan secara terstruktur.
Wawancara berfokus untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut: (1) apakah siswa senang dengan model pembelajaran yang digunakan, (2) kesulitan apa yang dialami siswa ketika mengikuti pembelajaran dan (3) kesulitan apa yang dialami siswa ketika menyelesaikan soal cerita sistem persamaan linear dua variabel.
Berdasarkan ketiga fokus pertanyaan tersebut, diperoleh variasi jawaban dari informan yang dapat dikategorikan sebagai berikut:
1)semua informan senang belajar dengan model pembelajaran langsung dengan pendekatan CTL, karena dalam menerapkan model ini peneliti memberikan LKS tuntunan. Selain itu, siswa dapat mengembangkan gagasan dan idenya selama dalam pembelajaran, serta mereka dapat mengaitkan materi dengan kehidupan mereka sehari-hari.
2)dalam mengerjakan latihan, sebagian siswa masih ada yang mengalami kesulitan dalam menyelesaikan soal cerita sistem persamaan linear dua variabel.
3)informan AD dan MF mengalami kesulitan dalam memahami soal-soal yang diberikan berbeda dengan contoh soal yang diberikan.
(5). Data Hasil Observasi
Observasi dilakukan oleh guru matematika kelas X G SMA Negeri 7 Palu dan teman sejawat mahasiswa dari Program Studi
Pendidikan Matematika dengan menggunakan lembar observasi. Tujuan dari observasi ini, untuk mengetahui aktivitas guru dan aktivitas siswa dalam proses pembelajaran dengan menerapakan model pembelajaran Langsung dengan pendekatan CTL.
a. Hasil Observasi Pengamat (guru matematika kelas X G SMA Negeri 7 Palu) terhadap aktivitas guru
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan pengamat diperoleh informasi, bahwa pada umumnya peneliti telah melaksanakan RPP yang
telah direncanakan dengan baik, meskipun dalam pelaksanaannya peneliti kurang dapat mengelolah waktu dengan baik. Peneliti telah berusaha untuk menyampaikan tujuan pembelajaran, memotivasi siswa, mengajukan pertanyaan untuk mengetahui pengetahuan prasyarat siswa dengan materi yang akan di pelajari, membagi dan mengorganisir siswa ke dalam kelompok belajar, menyajikan materi pelajaran dengan
mengajukan masalah sehari-hari yang terkait dengan materi soal cerita sistem persamaan linear dua variabel, mendemonstrasikan cara
menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan materai soal cerita sistem persamaan linear dua variabel, memberikan petunjuk kepada siswa mengenai kegiatan yang akan dilakukan dalam kelompok, mengontrol pemahaman siswa dengan mengajukan pertanyaan dan memberi
kesempatan kepada siswa untuk bertanya, membagi Lembar Kerja Siswa (LKS 1) kepada setiap kelompok, meminta siswa untuk berdiskusi dan bekerjasama dengan teman sekelompoknya, membimbing siswa dalam menyelesaikan LKS 1 yang telah diberikan, memberikan tes akhir individu kepada siswa, dan menutup pelajaran dengan memberikan salam. Untuk lebih jelasnya, lembar observasi aktivitas guru dapat dilihat pada Lampiran 9.
b. Hasil Observasi Pengamat (teman sejawat dari Program Studi Pendidikan Matematika) terhadap aktivitas siswa.
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan oleh pengamat, secara keseluruhan subjek penelitian telah menunjukkan aktivitas yang
cukup baik dalam proses pembelajaran. Siswa memperhatikan penjelasan guru, menjawab pertanyaan guru atau bertanya untuk memahami soal yang belum dimengerti, siswa sudah menunjukkan keberanian untuk mengajukan pendapatnya selama dalam proses pembelajaran, menyelesaikan LKS, memberikan kesimpulan dan mengerjakan tes secara individu, meskipun dalam pelaksanaannya masih terdapat subjek yang kurang aktif dalam pembelajaran. Untuk lebih jelasnya, lembar observasi aktivitas siswa dapat dilihat pada Lampiran 10.
(6). Refleksi Siklus I
Refleksi dilakukan untuk mengetahui kekurangan dan kelebihan, yang terjadi selama pelaksanaan siklus I. Hal ini dilakukan agar
peneliti dapat merencanakan tindakan yang lebih efektif pada siklus II.
Pada akhir tindakan siklus I, peneliti bersama dengan pengamat mendiskusikan temuan-temuan selama pelaksanaan tindakan siklus I.
Berdasarkan data pengamatan diperoleh, bahwa peneliti telah
menyampaikan tujuan pembelajaran, memberikan motivasi, memberi gambaran tentang kegiatan yang akan dilakukan selama proses
pembelajaran, mengajukan pertanyaan untuk mengetahui kemampuan dasar siswa, membimbing siswa dalam mengerjakan LKS dan
menyimpulkan pembelajaran.
Dari analisis hasil tes individu siswa pada siklus I, diperoleh data bahwa daya serap klasikal yang dicapai sebesar 62,72%
sebagaimana telah diuraikan sebelumnya. Hal ini disebabkan karena sebagian besar siswa masih melakukan kesalahan dalam menyelesaikan soal tes akhir tindakan misalnya kesalahan dalam membuat model matematika tetapi pada umumnya, kesalahan yang dilakukan oleh siswa adalah ketidaktelitian yang dilakukan pada saat melakukan perhitungan.
Oleh karena data yang diperoleh belum mencapai indikator keberhasilan tindakan sebesar 75%, maka peneliti segera melakukan persiapan untuk pelaksanaan proses pembelajaran pada siklus II, dengan memperbaiki kekurangan-kekurangan yang terjadi pada siklus I.
Hasil refleksi ini menunjukkan beberapa hal yang perlu diperhatikan dan ditingkatkan pada siklus II antara lain:
1. siswa kurang memperhatikan penjelasan guru pada saat pembelajaran berlangsung.
2. peneliti perlu memperhatikan efisiensi penggunaan waktu dalam mengajar, agar alokasi waktu untuk menyelesaikan soal tidak tersita sehingga siswa tidak tergesa-gesa dalam mengerjakan soal.
3. seringnya siswa salah dalam menyelesaikan soal, karena kemampuan peneliti dalam memberikan bimbingan masih kurang.
Peneliti perlu memperbaiki tekhnik pembagian kelompok, jangan hanya mengelompokkan siswa berdasarkan teman sebangku.
Karena perbaikan pengelompokan siswa dari segi jumlah anggota kelompok diharapkan dapat meningkatkan keaktifan siswa dalam belajar dan bekerja sama dengan siswa lainnya.
b). Hasil Pelaksanaan Siklus II (1) Perencanaan
Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini, yaitu membuat rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), menyiapkan lembar kerja siswa (LKS 2), menyiapkan tes akhir tindakan serta membuat lembar observasi kegiatan guru dan kegiatan siswa selama proses pembelajaran,
menyiapkan lembar penilaian dan minat serta membuat lembar penilaian diri (Student Self Assessment).
(2) Pelaksanaan Tindakan
Tindakan siklus II dengan menerapkan model pembelajaran langsung dengan pendekatan CTL dilaksanakan pada hari Kamis tanggal 4 Desember 2008 yang berlangsung pada pukul 07.15 s.d 09.00 Wita. Hal ini sesuai dengan RPP (Lampiran 5) yang dibuat. Tindakan siklus II dilaksanakan di kelas X G SMA Negeri 7 Palu dengan materi soal cerita sistem persamaan linear dua variabel yang berbentuk linear dan linear.
Kegiatan pembelajaran pada pertemuan ini dilakukan dalam tiga tahap yaitu (a) pendahuluan, (b) kegiatan inti dan (c) penutup. Adapun rincian pelaksanaannya, sebagai berikut:
(a) Pendahuluan
Fase 1: Pengantar / Pengenalan
Pada tahap ini (fase 1), peneliti terlebih dahulu membuka pelajaran dengan memberi salam, menyiapkan dan memotivasi siswa,
menyampaikan tujuan pembelajaran siswa dan menggali pengetahuan prasyarat siswa. Pada saat menggali pengetahuan prasyarat siswa dan memotivasi siswa, peneliti menerapkan komponen pada pendekatan CTL.
Berikut ini petikan penyampaian peneliti kepada seluruh siswa diawal pembelajaran.
Guru : “Assalamu alaikum wr.wb…
Siswa : “Wassalamu alaikum wr.wb..
Guru : “Anak-anak sekalian, sekarang waktunya belajar matematika.
Jadi hal-hal yang tidak ada kaitannya dengan matematika tolong disimpan dulu, dan tolong duduk sesuai dengan kelompoknya masing-masing. Tujuan dari pembelajaran kita hari ini adalah kalian diharapkan dapat menyelesaikan soal cerita sistem persamaan linear dua variabel. Pada waktu SMP kalian telah mempelajari mengenai cara menyelesaikan soal cerita sistem persamaan linear dua variabel. Siapa yang bisa menyebutkan cara menyelesaikan soal cerita sistem persamaan linear dua variabel?”
Siswa : “Sebelum kita menyelesaikan soal, terlebih dahulu kita menuliskan apa yang diketahui, apa yang ditanyakan,
memisalkan soal tersebut dengan variabel-variabel, kemudian menggunakan metode-metode yang ada dalam sistem
persamaan linear dua variabel, setelah itu mencari penyelesaiannya dan menarik kesimpulan”
Guru : “Ya bagus..! Kemarin kita juga sudah membahasnya. Tapi masih ada beberapa diantara kalian yang belum tahu, jadi ibu minta kalau ada yang kalian belum pahami, kalian harus harus tanyakan tidak perlu malu ataupun takut. Okey anak- anak? Jadi karena hasil tes kemarin masih banyak yang menjawab kurang tepat, maka hari ini kita akan membahas kembali pelajaran kemarin.”
Siswa : “Ya…Bu..!! (Siswa menjawab serentak)”
Guru : Sebelum ibu memulai pelajaran hari ini, ibu mau memberikan kembali masalah yang ada yang ada dalam kehidupan kita sehari-hari yaitu “Dalam sebuah gedung pertunjukkan terdapat 400 orang penonton. Harga tiap lembar karcis untuk kelas II adalah Rp. 5.000,00 sedangkan untuk kelas I Rp. 7.000,00, hasil penjualan karcis sebesar Rp.2.200.000,00. Berapa banyak penonton yang membeli karcis kelas II dan kelas I?” Sekarang siapa yang bisa menyelesaikan masalah tersebut?
Siswa : “Saya Bu! Jawab Andini”
Guru : “Ya…Silahkan Andini”
Siswa : “Diketahui: Harga tiap lembar karcis kelas II adalah Rp. 5.000,00 dan haraga tiap lembar karcis kelas I adalah Rp. 7.000,00.
Ditanyakan : Berapa banyak penonton yang membeli karcis kelas I
dan kelas II?. Kemudian misalkan x = Harga karcis kelas I dan y
= Harga karcis kelas II jadi model matematika yang sesuai yaitu x + y = 400 dan 7.000 x + 5.000 y = 2.200.000. Lalu dengan
menggunakan metode subtitusi, diperoleh:
x + y = 400
x = 400 – y maka
7.000 (400 – y) + 5.000 y = 2.200.000 2.400.000 – 7.000 y + 5.000 y = 2.200.000
- 2.000 y = 2.200.000 – 2.400.000 - 2.000 y = - 200.000
y = 100
untuk y = 100 di subtitusi ke persamaan x + y = 400 diperoleh x + 100 = 400
x = 400 – 100 x = 300
Jadi, banyak penonton yang membeli karcis kelas I adalah 300 orang dan banyaknya penonton yang membeli karcis kelas II adalah 100 orang. (menuliskan jawabannya di papan tulis)”.
Pada petikan wawancara di atas, peneliti dalam menggali
pengetahuan awal siswa mengenai langkah-langkah dalam menyelesaikan soal cerita SPLDV telah menerapkan komponen bertanya dan refleksi.
Karena siswa mengingat kembali pengetahuan yang diperoleh sebelumnya,
melalui pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh peneliti. Waktu yang digunakan pada kegiatan ini adalah 15 menit.
(b) Kegiatan Inti
Fase 2: Presentasi / Penyajian
Pada fase ini, peneliti memulainya dengan penyajian masalah dalam kehidupan sehari-hari yang berkaitan dengan soal cerita sistem persamaan linear dua variabel. Berikut permasalahan yang diajukan oleh peneliti kepada siswa diawal pembelajaran.
“Sebidang tanah milik Pak Fadil berbentuk persegi panjang. Jika kelilingnya 86 meter dan panjangnya lebih 15 meter dari lebarnya, berapa meter panjang dan lebar tanah milik Pak Fadil tersebut?”
Untuk menyelesaikan masalah tersebut, peneliti menyajikan langkah- langkah dalam menyelesaikan soal cerita sistem persamaan linear dua
variabel. Berikut petikan penjelasan proses pembelajaran yang berlangsung.
Guru : “Anak-anak, tadi Ibu telah menyajikan langkah-langkah dalam menyelesaikan soal cerita sistem persamaan linear dua variabel.
Siapa yang bisa menyelesaikan permasalahan tersebut?”
Siswa : “Saya Bu..!!” Jawab Maria Guru : “Ya…Silahkan Maria”
Siswa : “Diketahui: Keliling tanah Pak Fadil adalah 86 meter dan panjangnya lebih 15 meter dari lebarnya. Kemudian ditanyakan:
Berapa meter panjang dan lebar tanah Pak Fadil tersebut?
Setelah itu kita memisalkan x = panjang dan y = lebar. Aduh…
Bu saya tidak ingat lagi cara menyelesaikannya, jadi gimana dong Bu…………
Guru : “Okey…tidak apa-apa, untuk itu siapa yang bisa melanjutkan jawaban dari teman kalian Maria?”
Siswa : “Saya Bu!” Jawab Cicilia Guru : “Ya…Silahkan Cicilia”
Siswa : “Penyelesaiannya yaitu:
2x + 2y = 86
y = x – 15 dengan menggunakan metode subtitusi, diperoleh 2x + 2y = 86
2x + 2(x – 15) = 86 2x + 2x – 30 = 86 4x = 86 + 30 4x = 116 x = 29
untuk x = 29 disubtitusi ke persamaan y = x – 15 diperoleh:
y = 29 – 15 y = 14
Jadi, panjang tanah milik Pak Fadil adaalah 29 meter dan lebar tanah Pak Fadil adalah 14 meter.
Guru : “Okey….Jawaban dari teman kalian sudah sangat tepat, untuk itu kalian sudah paham atau ada yang mau kalian tanyakan?”
Siswa : “Tidak ada Bu……..sudah paham
Dari petikan tanya jawab di atas, peneliti menerapkan komponen konstruktivisme, bertanya, inquiry dan bertanya.
Fase 3: Latihan Terbimbing
Kegiatan yang dilakukan pada fase ini adalah peneliti membagikan LKS 2 pada setiap kelompok yang telah dibagi sebelum pembelajaran dimulai.
Peneliti juga menjelaskan kegiatan yang harus dilakukan siswa dalam kelompok belajarnya dan memberikan motivasi kepada siswa untuk bekerja dengan baik karena pada akhir pembelajaran, peneliti akan memberikan penghargaan kepada kelompok terbaik. Berikut petikan uraian penjelasan guru kepada siswa.
Guru : “Sekarang di tangan kalian sudah ada LKS 2 yang harus kalian kerjakan secara berkelompok. Setiap siswa harus bertanggung jawab terhadap kelompoknya masing-masing. Jadi, semua anggota kelompok harus dapat bekerja sama dengan baik. Kelompok yang dapat bekerja sama dengan baik akan memperoleh penghargaan sebagai kelompok paling kompak sedangkan untuk kelompok terbaik akan ditentukan berdasarkan perolehan nilai setiap anggota kelompok pada tes akhir nanti.
Siswa : “Berarti, nanti ada ujiannya Bu?”
Guru : “Iya…..seperti yang kemarin kan. Oleh karena itu, setiap anggota kelompok harus bisa menguasai materi pada LKS, agar nanti pada ujian memperoleh nilai yang bagus dan kelompoknya dapat menjadi kelompok terbaik. Apa kalian sudah mengerti?”
Siswa : “Mengerti Bu”
Kemudian seluruh siswa bekerja secara kelompok untuk
menyelesaikan masalah-masalah yang ada pada LKS 2 dan guru berjalan ke setiap kelompok untuk memonitoring siswa dan juga memberikan penjelasan kepada kelompok yang bertanya karena ada yang belum dipahami siswa. Pada fase ini, peniliti menerapkan komponen pembelajaran CTL yaitu masyarakat belajar dan bertanya. Waktu yang digunakan untuk kegiatan inti adalah 65 menit. Untuk menuliskan hasil kerja kelompok di papan dilanjutkan siswa hanya diminta dari setiap kelompok untuk menuliskan di papan tulis hasil kerja kelompoknya, kemudian dibahas bersama-sama jika ada yang masih belum dipahami oleh siswa. Berikut petikan kegiatan presentasi kelompok.
Guru : “Ibu akan meminta kalian untuk menuliskan hasil kerja LKS 2 kalian di depan, nanti kita akan membahas hasil pekerjaan kalian bersama-sama.”
Siswa : “Dikerjakan lag?”
Guru : “Bukan dikerjakan lagi, tapi jawaban kalian akan kita bahas bersama-sama. Sekarang setiap kelompok Ibu minta untuk menjawab hasil kerja kelompoknya di papan tulis, supaya kalau ada yang bertanya atau ada yang belum dipahami bisa ditanyakan kembali. Okey…..”
Siswa : “ Iya Bu!!!”
Setiap kelompok menuliskan jawaban mereka di depan kelas, kemudian guru memeriksa jawaban siswa bersama-sama dengan siswa.
Setelah selesai guru menyajikan kembali materi soal cerita sistem persamaan linear dua variabel.
(c). Penutup
Fase 4 : Latihan Mandiri
Setelah siswa selesai mengerjakan LKS 2 secara berkelompok dan menuliskan semua jawaban masing-masing kelompok di depan papan tulis.
Guru memberikan latihan soal untuk dikerjakan secara individu atau latihan mandiri. Guru meminta siswa untuk mengerjakan tes secara jujur dan tidak bekerja sama dengan teman. Berikut petikan penjelasan guru kepada siswa sebelum melaksanakan tes.
“Anak-anak setelah kalian bekerja dalam kelompok untuk menyelesaikan masalah-masalah yang ada pada LKS 2 sekarang kalian akan dites apakah kalian benar-benar paham dan mengerti dengan pembelajaran kita pada hari ini. Oleh karena itu, Ibu minta kalian untuk tidak bekerja sama dengan teman kalian. Jika ada masalah yang kurang dimengerti, tolong tanyakan pada Ibu.”
Pada fase ini, peneliti menerapkan komponen penilaian autentik. Selain melalui tes akhir individu, penilaian juga diberikan melalui pengamatan terhadap aktifitas siswa khususnya informan penelitian yang dilakukan oleh teman sejawat dan penilaian terhadap minat, sikap dan diri siswa melalui angket yang akan diberikan kepada siswa sebagai penilaian terhadap ranah afektif siswa. Waktu yang digunakan pada fase ini adalah 25 menit.
Selanjutnya, pembelajaran ditutup dengan mengucapkan salam kepada siswa.
(3) Hasil Tes Akhir Siklus II
Tes akhir siklus II dilaksanakan secara klasikal. Tes terdiri atas 2 butir soal dan berbentuk essai. Berdasarkan analisis hasil tes akhir
tindakan II diperoleh data bahwa daya serap klasikal yang dicapai sebesar 79,39 % dengan ketuntasan klasikal sebesar 100 % dan jumlah siswa yang mencapai daya serap ≥ 65% sebanyak 33 orang. Untuk lebih jelasnya, analisis hasil tes akhir tindakan siklus II dapat dilihat pada Lampiran 13.
Sedangkan analisis hasil tes akhir tidakan siklus II untuk kelima informan dapat dilihat pada Tabel 4.2 berikut:
Tabel 4.2 Analisis Tes Akhir tindakan siklus II untuk 5 informan.
No Informan
Skor yang
Diperoleh Jumlah Skor
Daya Serap Individu(%)
1 2
50 50
1. AD 25 45 70 70
2. LN 30 45 75 75
3. IS 25 50 75 75
4. MF 25 40 65 65
5. RF 30 45 75 75
Skor yang Diperoleh 135 225 360
Skor Maksiamal soal 250 250 500
Daya Serap Klasikal 54 % 90 % 72 %
Berdasarkan analisi tes individu pada Tabel 4.2 diperoleh informasi:
a). pada soal nomor 1, semua informan tidak dapat menyelesaikannya dengan baik.
b) pada soal nomor 2, IS dan MF dapat menyelesaikan soal dengan baik. AD, LN, masih melakukan sedikit kesalahan dalam melakukan perhitungan, sedangkan RF melakukan sedikit kesalahan dalam membuat model matematika, tetapi pada dasarnya RF sudah bisa menentukan hal-hal yang diketahui dan yang ditanyakan.
Berdasarkan analisis hasil tes akhir tindakan siklus II data yang diperoleh telah mencapai indikator keberhasilan tindakan sebesar 75%.
Hal ini menunjukkan bahwa siswa mampu menyelesaikan soal cerita SPLDV.
(4) Data Hasil Wawancara
Setelah memeriksa hasil tes akhir tindakan, peneliti melakukan wawancara dilakukan pada hari Sabtu tanggal 6 Desember 2008. Peneliti tidak menggunakan pertanyaan secara terstruktur. Wawancara berfokus untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut: (1) apakah siswa senang dengan model pembelajaran yang digunakan, (2) kesulitan apa yang dialami oleh siswa ketika mengikuti pembelajaran dan (3) bagaimana tanggapan siswa terhadap soal-soal yang diberikan.
Berdasarkan ketiga fokus pertanyaan tersebut, diperoleh variasi jawaban dari informan yang dapat dikategorikan sebagai berikut:
1) semua informan senang dengan model pembelajaran langsung dengan pendekatan CTL, karena berbeda dengan situasi pembelajaran yang selama ini mereka terima.
2)dalam mengerjakan latihan, informan Ls mengalami sedikit kesulitan dalam memahami soal cerita sistem persamaan linear dan linear. Namun secara garis besar mereka sudah mampu menyelesaikan soal-soal cerita SPLDV.
3) semua informan senang dengan model soal-soal yang diberikan karena lebih bervariasi. Kemudian, informan akan lebih senang lagi apabila soal latihan yang diberikan sesuai dengan contoh soal.
( 5) Data Hasil Observasi
Observasi dilakukan oleh guru matematika kelas X G SMA Negeri 7 Palu dan teman sejawat, mahasiswa dari Program Studi
Pendidikan Matematika dengan menggunakan lembar observasi. Tujuan dari observasi ini untuk mengetahui aktivitas guru dan aktivitas siswa dalam proses pembelajaran dengan menerapakan model pembelajaran Langsung dengan pendekatan CTL.
a. Hasil Observasi Pengamat (guru matematika kelas X G SMA Negeri 7 Palu) terhadap Aktivitas Guru
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan pengamat diperoleh informasi, bahwa pada umumnya peneliti telah melaksanakan RPP yang telah direncanakan dengan baik. Peneliti telah berusaha untuk
menyampaikan tujuan pembelajaran, memotivasi siswa, memberikan penjelasan tentang kegiatan yang akan dilakukan selama proses pembelajaran, mengajukan pertanyaan untuk mengetahui kemampuan dasar siswa berkaitan dengan materi yang akan dipelajari, menyajikan soal
cerita sistem persamaan linear dan linear, mengaktifkan siswa dengan memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengajukan pendapat dan pertanyaan, memberikan bimbingan selama dalam proses pembelajaran maupun pada saat menyimpulkan pembelajaran. Untuk lebih jelasnya, lembar observasi aktivitas guru dapat dilihat pada Lampiran 15.
b. Hasil Observasi Pengamat (teman sejawat dari Program Studi Pendidikan Matematika) terhadap Aktivitas Siswa
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan oleh pengamat, diperoleh informasi bahwa pada umumnya subjek penelitian
memperlihatkan peningkatan kearah perbaikan dibanding dengan siklus I.
Peningkatan ini dapat dilihat dari keberanian siswa untuk mengajukan pendapat, bertanya dan menjawab pertanyaan dengan baik, ini berarti siswa terlibat aktif selama pembelajaran. Begitu pula halnya dalam mengerjakan soal, sebagian besar subjek penelitian mampu menerjemahkan soal cerita kedalam model matematika. Pada dasarnya mereka memiliki kemampuan untuk menyelesaikan soal cerita. Untuk lebih jelasnya, lembar observasi aktivitas siswa dapat dilihat pada Lampiran 16.
(6) Refleksi Siklus II
Berdasarkan hasil observasi aktivitas guru dan siswa saat pelaksanaan tindakan siklus II, pengamat memberi nilai lebih baik
dibanding dengan siklus I. Aktivitas siswa dalam mengikuti pembelajaran sudah baik. Para siswa menjadi lebih aktif selama pembelajaran
berlangsung, karena perhatian dan bantuan dari siswa yang berkemampuan