• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING (PBL) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS X MATERI PENYELENGGARAAN JENAZAH DI MA MIFTAHUL ULUM

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "PENERAPAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING (PBL) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS X MATERI PENYELENGGARAAN JENAZAH DI MA MIFTAHUL ULUM"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

PENERAPAN MODELPROBLEM BASED LEARNING(PBL) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS X MATERI PENYELENGGARAAN JENAZAH DI MA MIFTAHUL

ULUM

Mahzumi1

1Institut Agama Islam Negeri Palangka Raya E-mail: [email protected]1

Abstract

Latar belakang pendidikan yang berasal dari Lembaga Pendidikan yang berbeda akan memunculkan karakteristik yang berbeda pula. Untuk mewujudkan pembelajaran yang aktif dan kritis pada pelajaran Fikih khususnya materi penyelenggaraan jenazah masih terdapat beberapa masalah yang dihadapi dalam proses pembelajaran, antara lain peserta didik kurang bersemangat dalam mengikuti pelajaran, malu bertanya serta kurang minat dalam mengerjakan tugas yang di berikan guru. Maka bentuk penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas (PTK) dimana objek peneliti hanya berpusat pada proses pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning, adapun dalam metode pengumpulan data menggunakan metode wawancara, observasi, tes dan dokumentasi. Analisis data menggunakan analisis kualitatif dimana penulis menggambarkan gejala-gejala yang terjadi pada objek penelitian, dan hasilnya adalah sebagai berikut, setelah menerapkan model Problem Based Learning maka diketahui peningkatan hasil belajar siswa pada siklus I hanya 65% dengan nilai rata- rata kelas 73,5. dan pada siklus II adalah 90 % dengan nilai rata-rata 83,5 maka dalam hal ini dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: Terdapat peningkatan hasil belajar Fikih materi penyelenggaraan jenazah siswa melalui penerapan model Problem Based Learning di MA Miftahul Ulum.

Kata kunci: Hasil Belajar, Penyelenggaraan Jenazah, Model Pembelajaran Berbasis Masalah

Pendahuluan

Pendidikan merupakan suatu proses dalam rangka mempengaruhi peserta didik agar menyesuaikan diri sebaik mungkin dengan lingkungannya.

Peran dan fungsi guru dalam proses pembelajaran sangatlah menentukan terhadap berhasil tidaknya proses pembelajaran. Pendidikan adalah suatu sistem yang paling mempengaruhi, bergantung, berkoordinasi dan sistematis dalam mencapai tujuan pendidikan sebagai upaya mencerdaskan bangsa

(2)

merupakan tujuan utama suatu lembaga pendidikan (Bararah, 2020). Proses pendidikan di sekolahan merupakan proses yang terencana dan mempunyai tujuan sehingga segala sesuatu yang dilakukan guru dan peserta didik diarahkan pada pencapaian tujuan pembelajaran. Proses pendidikan yang terencana diarahkan untuk mewujudkan suasana belajar yang kondusif serta proses belajar yang menyenangkan. Dengan demikian, dalam Pendidikan antara proses dan hasil belajar harus berjalan seimbang.

Pendidikan Islam merupakan usaha untuk merubah tingkah laku individu di dalam kehidupan pribadinya atau kehidupan kemasyarakatan dan kehidupan dalam alam sekitar melalui proses pendidikan Sudarto (As’ad, 2022). Pendidikan Islam mengandung berbagai komponen yang antara satu sama lainnya saling berkaitan dan saling berinteraksi untuk mencapai hasil yang diharapkan secara optimal sesuai tujuan yang telah ditetapkan dalam UU No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.

Tujuan pendidikan secara umum yaitu mewujudkan suatu perubahan pada aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik siswa sekaligus sebagai ikhtiar agar mendewasakan manusia dengan upaya pelatihan dan pengajaran. Hal ini termasuk pembelajaran fikih, dimana fikih yaitu ilmu pengetahuan dasar yang berkaitan dengan ketentuan, mekanisme, serta prinsip-prinsip kehidupan. Pembelajaran fikih merupakan bahan untuk melaksanakan tujuan pendidikan di dunia, melatih siswa agar mengerti syari’at agama Islam (Mansir & Purnomo, 2020).

Salah satu pembelajaran fikih yang harus dipahami oleh siswa adalah tentang proses penyelenggaraan jenazah. Hal ini sebagaimana Fatimah et al.

(Aprianto et al., 2021) menyatakan orang islam mempunyai kewajiban terhadap muslim lainnya yang telah meninggal dunia yakni membantu dalam proses penyelenggaraan jenazah dimulai dari memandikan, mengkafani, menshalatkan, hingga terakhir adalah menguburkan.

Pada abad 21 dalam lembaga pendidikan menuntut peserta didik untuk memiliki kompetensi antara lain memiliki kemampuan berpikir kritis dan kemampuan menghadirkan pemecahan masalah (critical thinking and problem solving), kemampuan berkomunikasi (communication), kemampuan berkolaborasi (collaboration), serta kemampuan berpikir kreatif (creative thinking) (Septikasari & Frasandy, 2020). Sebagaimana yang dikatakan oleh Paige (Rahmayanti, 2017) bahwa keterampilan abad 21 menitikberatkan kepada kemampuan untuk berpikir kritis, menyelesaikan masalah, komunikasi dan kerjasama yang merupakan bagian dari HOTS (High Order Thinking Skills) atau

(3)

kemampuan berpikir tingkat tinggi. Begitu juga menurut pendapat Cogan &

Derrico (Rahmayanti, 2017) bahwa salah satu tantangan globalisasi di abad 21 menuntut semua orang memiliki karakteristik yang salah satunya memiliki kemampuan kritis dan sistematis.

Rendahnya hasil belajar siswa disebabkan oleh dominannya proses pembelajaran konvensional. Hal ini membuat proses pembelajaran didominasi oleh guru dan beberapa peserta didik saja. Sedangkan bagi peserta didik yang pasif, tidak memiliki banyak peran dalam proses pembelajaran. Metode ceramah yang digunakan guru dalam menyampaikan materi dapat membuat pembelajaran menjadi membosankan. Peserta didik kurang diberi kesempatan untuk menyusun pengetahuannya sendiri dalam proses pembelajaran. Keadaan tersebut membuat peserta didik berpikir bahwa apa yang mereka pelajari di kelas tidak bermakna bagi kehidupan di kelas. Hal ini berdampak pada minat belajar anak yang berkurang pada pelajaran fikih. Apabila pada pembelajaran hal seperti ini terus terjadi terjadi sejalan dengan pendapat Fauzia (2018) maka suasana kelas cenderung teacher-centered sehingga siswa menjadi pasif, jenuh, dan bosan.. Dalam hal ini, siswa tidak diajarkan strategi belajar yang dapat memahami bagaimana belajar, berfikir, dan memotivasi diri sendiri (self motivation), padahal aspek-aspek tersebut merupakan kunci keberhasilan dalam suatu pembelajaran. Salah satu permasalahannya adalah pada masalah metodologi pembelajaran yang cenderung monoton ditambah lagi dengan kurangnya sarana dan prasarana, biaya dan lainnya. Akibatnya mutu pendidikan Islam seringkali menunjukkan keadaan yang masih rendah (Nata, 2008).

Menurut Purwanto (Qiptiyyah, 2020) hasil belajar adalah perubahan perilaku yang terjadi setelah mengikuti pembelajaran sesuai dengan tujuan pendidikan dalam domain kognitif, afektif dan psikomotorik. Sebagai pendidik, guru perlu memilih model yang tepat untuk menyampaikan sebuah konsep kepada anak didiknya. Untuk mencapai hasil belajar secara optimal, upaya yang dapat dilakukan seorang guru adalah menggunakan model yang sesuai dalam menyampaikan materi kepada peserta didik. Salah satu cara yang dapat membuat peserta didik aktif dalam proses pembelajaran adalah dengan menerapkan model pembelajaran yang bervariasi Riswati, dkk (Fauzia, 2018).

Model pembelajaran yang dapat membantu peserta didik mengaitkan materi dengan kehidupan nyata yaitu Model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) atau pembelajaran berbasis masalah.

Model PBL menurut Rahmadani (2019) merupakan salah satu model yang dapat digunakan pendidik sebagai pembelajaran yang menarik karena dapat

(4)

melibatkan peserta didik tidak hanya mendengar tetapi juga mencari dan menggali informasi yang ada disekitar untuk tercapainya tujuan belajar yang maksimal, serta mampu memberikan suatu keadaan dimana materi belajar yang dipelajari peserta didik dapat terhubung dengan kehidupan sehari-hari.

Model pembelajaran berbasis masalah menurut Lestari (2020) adalah model pembelajaran yang sesuai sebagai upaya meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran Fikih materi tentang Penyelenggaraan jenazah Dengan menggunakan model pembelajaran berbasis masalah ( PBL ), siswa dapat lebih mandiri dan aktif dalam belajar.

Tujuan utama Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning) bukanlah penyampaian sejumlah besar pengetahuan kepada peserta didik, melainkan pada pengembangan kemampuan berpikir kritis dan kemampuan pemecahan masalah dan sekaligus mengembangkan kemampuan peserta didik untuk secara aktif membangun pengetahuan sendiri (Saputra, 2020). Dilihat dari aspek psikologi belajar Sanjaya (Apdoludin, 2023) menyatakan Pembelajaran Berbasis Masalah bersandarkan kepada psikologi kognitif yang berangkat dari asumsi bahwa belajar adalah proses perubahan tingkah laku berkat adanya pengalaman.

Pamungkas (2020) Mengemukakan karakteristik dari model pembelajaran berbasis masalah ini adalah menjadikan masalah nyata sebagai sumber belajar, pembelajaran yang menggunakan model ini dimulai dengan melemparkan suatu masalah yang nyata kepada siswa dan menuntut siswa untuk memecahkan masalah tersebut, serta menggunakan kelompok ataupun individu sehingga pembelajaran lebih aktif dan kreatif.

Manfaat dari pembelajaran berbasis masalah atau Problem Based Learning menurut Warsono & Hariyanto (Akbar et al., 2023) siswa akan tertantang untuk menyelesaikan masalah yang akan membuat siswa menjadi terbiasa menghadapi masalah, solidaritas sosial akan terpupuk dengan adanya diskusi dengan teman satu kelompok, guru dengan siswa akan semakin akrab, serta siswa akan terbiasa menerapkan metode eksperimen karena ada kemungkinan suatu masalah yang harus diselesaikan siswa melalui eksperimen.

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul Penerapan Model Problem Based Learning Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas X Materi Penyelenggaraan Jenazah di MA Miftahul Ulum.

(5)

Metode/Metodologi

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan (action research), karena penelitian dilakukan untuk memecahkan masalah pembelajaran di kelas.

Penelitian ini dirancang untuk dilakukan dalam dua siklus. Menurut Arikunto (As’ad, 2022) penelitian tindakan adalah penelitian tentang hal-hal yang terjadi di masyarakat atau kelompok sasaran, dan hasilnya langsung dapat dikenakan pada masyarakat yang bersangkutan. Ciri atau karakteristik utama dalam penelitian tindakan adalah adanya partisipasi dan kolaborasi antara peneliti dengan anggota kelompok sasaran. Adapun tahapan dalam Penelitian Tindakan kelas menurut Arikunto (Toharudin, 2021) ada empat tahapan penelitian yaitu: perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi.

Dalam penelitian tindakan kelas ini, peneliti menggunakan pendekatan kualitatif, sebab dengan pendekatan kualitatif peneliti dapat menguraikan data yang diperoleh. Yang dimaksud dengan pendekatan kualitatif menurut Nazir (As’ad, 2022) adalah suatu pendekatan dalam melakukan penelitian yang berorientasi pada gejala-gejala yang bersifat alamiah karena orientasinya demikian, maka sifatnya naturalistik dan mendasar atau bersifat kealaman serta tidak bisa dilakukan di laboratorium melainkan harus terjun di lapangan. Oleh sebab itu penelitian seperti ini disebutdengan field study.

Teknik analisis data menurut Sanjaya (Wardhono & Istiana, 2018) merupakan suatu proses mengolah dan menginterpretasi data dengan tujuan untuk mendudukkan berbagai informasi sesuai dengan fungsinya sehingga memiliki makna dan arti yang jelas sesuai dengan tujuan penelitian.

Jadi, yang dimaksud dengan pendekatan kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan penelitian dengan data deskriptif berupa kata- kata tertulis atau lisan tentang perilaku yang dapat diamati sehingga menemukan kebenaran yang dapat diterima oleh akal sehat. Penggunaan pendekatan kualitatif, khususnya dalam penelitian tindakan kelas dipertegas oleh Rochiati (Sugiati, 2021) menyatakan bahwa penelitian tindakan kelas termasuk penelitian kualitatif, meskipun data yang dikumpulkan bisa saja bersifat kuantitatif, dimana uraiannya bersifat deskriptif dalam bentuk uraian kata-kata, dimana peneliti merupakan instrumen pertama dalam pengumpulan data, proses sama pentingnya dengan produk.

Hasil Penelitian dan Pembahasan

Pembelajaran Berbasis Masalah menurut Duch (Rosmita et al., 2020) merupakan salah satu model pembelajaran yang dihadapkan untuk peserta

(6)

didik pada tantangan “belajar untuk belajar”. Siswa aktif bekerja sama di dalam kelompok untuk mencari solusi permasalahan dunia nyata. Pengetahuan yang rill bagi siswa adalah sesuatu yang dibangun atau ditemukan oleh siswa itu sendiri. Jadi pengetahuan bukanlah seperangkat fakta, konsep atau kaidah yang diingat siswa, tetapi harus merekonstruksi pengetahuan itu kemudian memberi makna melalui pengalaman nyata. Dalam hal ini siswa harus dilatih untuk memecahkan masalah dan menemukan sesuatu yang berguna bagi dirinya (Sadirman, 2007).

Dalam hal Penelitian yang dilakukan peneliti mengenai penerapan PBL ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada materi penyelenggaraan jenazah. Pelaksanaan penelitian dimulai dari pemberian tes awal untuk merumuskan permasalahan yang dialami siswa, kemudian dilanjutkan dengan pelaksanaan tindakan sebanyak 2 siklus. Dimana setiap siklus menuntaskan semua indikator pembelajaran. Dalam penelitian tindakan kelas ini yang menjadi subjek penelitian adalah siswa kelas X MA Miftahul Ulum yang berjumlah 20 orang.

Tabel 1. Daftar Nama Pelatihan Media Pembelajaran Siklus I

Names Scores Notes

Muhammad Syahdi 70 Tidak Tuntas Muhammad Fajar 80 Tuntas

Ahmad Fauzi 70 Tidak Tuntas Muhammad Rafli 70 Tidak Tuntas

Nida Amelia 90 Tuntas

Siti Salamah 60 Tidak Tuntas Adilia Safitri 80 Tuntas

Fitri Rahayu 70 Tidak Tuntas

Mutia Rahmah 80 Tuntas

Santi 80 Tuntas

Aulia Rahmah 60 Tidak Tuntas Rizki Maulidya 80 Tuntas

Hamidah 70 Tidak Tuntas Suci Lestari 80 Tuntas

Mardiati 60 Tidak Tuntas Rizky Aulia Rahman 80 Tuntas

Muhammad Zailani 80 Tuntas Ahmad Shaufi 60 Tidak Tuntas

Norlaila 80 Tuntas

Zahratussyita 90 Tuntas

(7)

Tabel 2. Daftar Nama Pelatihan Media Pembelajaran Siklus II

Names Scores Notes

Muhammad Syahdi 90 Tuntas Muhammad Fajar 80 Tuntas

Ahmad Fauzi 80 Tuntas

Muhammad Rafli 70 Tidak Tuntas

Nida Amelia 90 Tuntas

Siti Salamah 80 Tuntas Adilia Safitri 80 Tuntas Fitri Rahayu 80 Tuntas

Mutia Rahmah 90 Tuntas

Santi 70 Tidak Tuntas

Aulia Rahmah 60 Tuntas

Rizki Maulidya 90 Tuntas

Hamidah 80 Tuntas

Suci Lestari 80 Tuntas

Mardiati 80 Tuntas

Rizky Aulia Rahman 90 Tuntas Muhammad Zailani 80 Tuntas

Ahmad Shaufi 80 Tuntas

Norlaila 90 Tuntas

Zahratussyita 90 Tuntas

Adapun hasil hasil rekapitulasi ketuntasan belajar siswa dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 3. Hasil Rekapitulasi Ketuntasan Belajar Siswa

No Uraian Siklus

I

Siklus II

1 Julmlah Seluruh Siswa 20 20

2 Jumlah peserta tes 20 20

3 Nilai rata-rata siswa 73,5 83,5

4 Jumlah siswa yang tuntas belajar 11 18 5 Jumlah siswa yang tidak tuntas belajar 9 2

6 Ketuntasan belajar 65% 90%

Sumber: (Sudjono, 2005).

Hasil test pada siklus I tindakan pertama hanya ada 11 peserta didik yang nilainya mencapai KKM atau 65 % dan 9 peserta didik yang belum mencapai KKM atau belum tuntas. Setelah dilakukan tindakan yang kedua pada siklus I

(8)

dengan memperbaiki skenario pembelajaran Sementara pada Tindakan kedua hasil test menunjukkan bahwa ada 18 peserta didik yang mencapai KKM atau 90 % dan 2 peserta didik yang belum mencapai KKM atau belum tuntas.

Dari data di atas menunjukkan bahwa hasil test pada siklus II tindakan pertama ada 11 peserta didik yang nilainya mencapai KKM atau 65 % dan 9 peserta didik yang belum mencapai KKM atau belum tuntas, Sementara pada Tindakan kedua hasil test menunjukkan bahwa ada 18 peserta didik yang mencapai KKM atau 90 % dan 2 peserta didik yang belum mencapai KKM atau belum tuntas.

Gambar 1. Diagram Kenaikan Hasil Belajar siswa

Berdasarkan diagram gambar diatas dapat diketahui bahwa hasil belajar siswa pada siklus I nilai rata-rata siswa 73,5 dengan perincian siswa yang tuntas sebanyak 65 % (11 siswa) dan siswa yang tidak tuntas 35% (9 siswa).

Dan pada siklus II nilai rata-rata siswa 83,5 dengan perincian siswa yang tuntas sebanyak 90 % (18 siswa) dan siswa yang tidak tuntas 10 % (2 siswa). Pada persentase ketuntasan belajar siswa kelas X MA Miftahul Ulum dari siklus I ke siklus II ketuntasan klasikal mengalami kenaikan dan sudah mencapai indikator keberhasilan.

Kesimpulan

Pembelajaran berbasis masalah (problem based learning) adalah sebuah model pembelajaran yang memanfaatkan masalah yang nyata, dengan tujuan mempersiapkan dan membiasakan siswa menghadapi masalah yang akan dihadapi dalam kehidupannya. Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan

(9)

yang telah diuraikan dapat disimpulkan penerapan modelproblem based learning pada materi penyelenggaraan jenazah dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas X. Peningkatan tersebut terlihat dari nilai rata-rata pos est siklus I yaitu 74,5 dengan nilai ketuntasan mencapai 65%. Sedangkan nilai rata-rata pos est siklus II yaitu 83,5 dengan nilai ketuntasan mencapai 90%. Dari pembahasan di atas, dapat disimpulkan bahwa model Problem Based Learning (PBL) dapat meningkatkan hasil belajar Fikih Kelas X MA Miftahul Ulum dengan nilai rata-rata persentase 65 % menjadi 90 %.

Selain itu beberapa hal yang bisa disimpulkan berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan sebagai berikut: Penggunaan model problem based learning mampu meningkatkan hasil belajar Siswa, Penggunaan model problem based learning mampu meningkatkan persentase jumlah siswa yang tuntas belajar, Model problem based learning membuat siswa lebih mudah memahami materi penyelenggaraan jenazah, serta melihat keberhasilan penerapan model problem based learning sebagaimana di atas, guru merasa tertantang untuk lebih inovatif dan kreatif dalam setiap kegiatan pembelajaran.

Referensi

Akbar, J. S., Dharmayanti, P. A., Nurhidayah, V. A., & Dkk. (2023). Model &

Metode Pembelajaran Inovatif : Teori dan Panduan Praktis. Sonpedia Publishing Indonesia.

Apdoludin. (2023). Model-Model Pembelajaran Berbasis Scientific Approach.

Lakeisha.

Aprianto, M. T. P., Ulfa, S., & Husna, A. (2021). Pengembangan Multimedia Interaktif Mobile Learning Pengurusan Jenazah. JKTP: Jurnal Kajian Teknologi Pendidikan,4(1), 1–118.

As’ad, A. (2022). Penerapan Model Problem Based Learning Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Fikih Materi Penyelenggaraan Jenazah Bagi Peserta Didik Kelas X Ma Roudlotul Mubtadiin Balekambang Nalumsari Jepara Tahun Pelajaran 2021/2022. Seminar Nasional Pendidikan Profesi Guru Agama Islam,2(1), 1633–1646.

Bararah, I. (2020). Pengelolaan Sarana Dan Prasarana Pendidikan Dalam Meningkatkan Kualitas Pembelajaran. Jurnal MUDARRISUNA UIN Ar-Raniry Banda Aceh,10(2), 351–369.

Fauzia, H. A. (2018). Penerapan Model Pembelajaran Problem Based Learning Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Matematika SD. Jurnal Primary Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas Riau,7(1).

(10)

Lestari, Y. (2020). Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Fiqih Kelas VIII A Di MTs Hidayatul Muhsinin Tahun Pelajaran 2019/2020. Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah Dan Keguruan Universitas Islam Negeri (UIN) Mataram.

Mansir, F., & Purnomo, H. (2020). Urgensi Pembelajaran Fiqih Dalam Meningkatkan Religiusitas Siswa Madrasah. AL-WIJDÁN: Journal of Islamic Education Studies,5(2).

Nata, A. (2008). Manajemen Pendidikan Mengatasi Kelemahan Pendidikan Islam di Indonesia. Kencana Prenada Media Group.

Pamungkas, T. (2020). Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning). Guepedia.

Qiptiyyah, M. (2020). Peningkatan Hasil Belajar Pkn Materi Kedudukan Dan Fungsi Pancasila Melalui Metode Jigsaw Kelas Viii F MTs Negeri 5 Demak.G-COUNS: Jurnal Bimbingan Dan Konseling,5(1), 62–68.

Rahmadani. (2019). Metode Penerapan Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL).Lantanida Journal,7(1), 1–100.

Rahmayanti, E. (2017). Penerapan Problem Based Learning dalam Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Peserta Didik pada Pembelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Kelas XI SMA.Prosiding Konferensi Nasional Kewarganegaraan III, 242–248.

Rosmita, A., Nasution, H. N., & Ahmad, M. (2020). Efektivitas Model Problem Based Learning (Pbl) Terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa.JURNAL MathEdu (Mathematic Education Journal),3(1), 19–29.

Sadirman. (2007). Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. PT Raja Grafindo Persada.

Saputra, H. (2020). Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning).

Perpustakaan IAI Agus Salim, 1–9.

Septikasari, R., & Frasandy, R. N. (2020). Keterampilan 4c Abad 21 Dalam Pembelajaran Pendidikan Dasar. Ejournal UIN Imam Bonjol Padang, 107–117.

Sudjono, A. (2005).Pengantar Statistik Pendidikan. Raja Grafindo Persada.

Sugiati, R. (2021). Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Memahami Materi Surah Al-Kafirun Menggunakan Pemebelajaran Kooperatif Tipe Make A Match. Prosiding: Pendidikan Profesi Guru Agama Islam (PPGAI), 1(1), 519–527.

Toharudin, M. (2021). Penelitian tindakan Kelas Teori dan Aplikasinya untuk

Pendidik yang Profesional. Penerbit Lakeisha.

h ps://books.google.co.id/books?id=C5w9EAAAQBAJ

(11)

Wardhono, A., & Istiana, Y. (2018). Prosiding Seminar Nasional 2018 Jilid 3:

Memaksimalkan peran pendidik dalam membangun karakter anak usia dini sebagai wujud investasi bangsa. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas PGRI Ronggolawe Tuban.

Referensi

Dokumen terkait

Algorithm 1Retrospective DAgger for Fixed Size 1: Inputs:,N the number of iterations,π1an initial policy trained on expert traces, αthe mixing parameter,{Pj}a set of training problem

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI UNTYERSITAS BRAWIJAYA I'AIULTAS ILMU ADMINISTRASI Jl.. Kemah swaan dan Alumni ST