• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penerapan Seven Tools untuk Mengendalikan Kualitas Produk Cacat pada Produk Konveksi di UMKM X

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "Penerapan Seven Tools untuk Mengendalikan Kualitas Produk Cacat pada Produk Konveksi di UMKM X"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

Penerapan Seven Tools untuk Mengendalikan Kualitas Produk Cacat pada Produk Konveksi di UMKM X

Yofi Aziz Rafi Athallah1*, Kardiman2, Viktor Naubnome3

1,2,3Program Studi Teknik Mesin, Universitas Singaperbangsa Karawang, Karawang Indonesia

*Koresponden email: yofiazizrafiathal@gmail.com

Diterima: 18 Juni 2023 Disetujui: 12 Juli 2023

Abstract

In the current conditions of widespread competition, the industrial world, including small businesses such as MSMEs, is becoming increasingly tough in competing. UMKM X focuses on producing and selling convection products such as clothing, jackets, and others. However, in its business processes, especially the production process, the company still often experiences defects in the products it produces. The implementation of this research is aimed at identifying the causes of defects and providing recommendations for improvements to reduce the number of defects. Seven tools become the method applied in achieving research objectives. Production data for March 2022 is the data used in this research process. The results of implementing the seven tools show that there are three types of defects, namely untidy seams, miss sizes, and small tears. Untidy stitches are the dominant type of defect based on the Pareto chart with a percentage of 51.85%. Defects occur due to three factors based on the fishbone, namely humans, machines, and methods. Some of the improvements proposed in this study include making SOPs, machine maintenance schedules, procuring quality standards, and providing training to improve workers' abilities.

Keywords: convection, MSME, quality control, product defects, seven tools

Abstrak

Dalam kondisi luasnya persaingan dimasa sekarang ini, dunia industri menjadi semakin ketat dalam bersaing termasuk pada usaha kecil seperti UMKM. UMKM X, berfokus pada produksi dan penjualan produk konveksi seperti pakaian, jaket, dan lainnya. Namun, dalam proses bisnisnya terutama proses produksi, perusahaan masih sering mengalami kecacatan pada produk yang dihasilkan. Pelaksanaan penelitian ini ditujukan untuk mengidentifikasi penyebab terjadinya cacat dan memberikan usulan perbaikan untuk menekan angka cacat. Seven tools menjadi metode yang diterapkan dalam mencapai tujuan penelitian. Data produksi pada bulan Maret 2022 menjadi data yang digunakan dalam proses penelitian ini.

Hasil penerapan seven tools yang dilakukan dapat diketahui ada tiga jenis cacat yaitu jahitan tidak rapi, miss ukuran, dan adanya sobek kecil. Jahitan tidak rapi menjadi jenis cacat dominan berdasarkan diagram pareto dengan persentase 51,85%. Cacat terjadi disebabkan karena tiga faktor berdasarkan fishbone yaitu manusia, mesin, dan metode. Beberapa perbaikan yang diusulkan dalam penelitian ini diantaranya pembuatan SOP, jadwal perawatan mesin, pengadaan standar kualitas hingga adanya pelatihan untuk meningkatkan kemampuan pekerja.

Kata Kunci: konveksi, UMKM, pengendalian kualitas, produk cacat, seven tools

1. Pendahuluan

Pesatnya perkembangan industri saat ini, sejalan dengan tingginya tuntutan terhadap perusahaan agar mampu memberikan produk yang memiliki kualitas dan sesuai dengan keinginan serta harapan konsumen [1]. Pada kondisi ini juga, perhatian terhadap kualitas terhadap produk yang dihasilkan harus ditingkatkan, hal ini agar kepuasan pelanggan selalu terjaga [2][3]. Dalam menanggapi hal tersebut perlunya dilakukan perbaikan dalam berbagai hal yang berhubungan dengan proses menghasilkan produk [4]. Perbaikan yang dimaksud salah satunya adalah upaya untuk mereduksi adanya produk yang cacat atau rusak. Produk- produk yang menyimpang dengan standar kualitas yang ditetapkan adalah yang dimaksud dengan produk cacat tersebut. Reduksi terhadap produk cacat berarti ditingkatkannya kemampuan perusahaan dalam menjaga kualitas produk.

Kualitas produk menjadi kunci utama dari banyaknya hal yang perlu diperhatikan agar sebuah perusahaan mampu bersaing dan bertahan di pasar. Hal ini karena kualitas dapat merepresentasikan reputasi perusahaan di mata konsumen [5]. Menjaga kualitas produk berarti menjaga proses produksi karena proses yang sesuai akan dapat menghasilkan produk yang sesuai, karena itu kualitas menjadi penting untuk dijaga

(2)

dan diperhatikan [6]. Perlu adanya kegiatan pengendalian kualitas untuk memiliki kegiatan produksi yang optimal agar mampu menghasilkan produk yang memiliki kualitas yang baik serta konsisten agar dapat memenuhi keinginan pasar [7].

Pelaksanaan pengendalian kualitas sering ditujukan untuk mengidentifikasi terkait penyebab dari terjadinya ketidaksesuaian produk dengan cepat dan tepat. Hasil dari identifikasi tersebut kemudian menjadi bahan analisis lanjutan untuk merumuskan perbaikan agar produk cacat tidak terjadi terus menerus [8]. Pada fakta di lapangan, masih banyak industri kecil banyak mengalami permasalahan terkait kualitas produk karena tidak menerapkan pengendalian kualitas dengan baik, namun tidak semua industri kecil demikian ada juga yang sudah menerapkan dengan baik. Penerapan pengendalian kualitas yang baik pada industri kecil menjadi satu langkah lebih serius untuk memperhatikan kepuasan pelanggannya, serta menandakan bahwa industri tersebut lebih unggul dan kompetitif ketika bersaing dengan perusahaan lain [9]. Peningkatan kualitas produk menjadi salah satu strategi yang cukup efektif untuk bersaing dengan kompetitor dalam masa perkembangan industri seperti sekarang. Karena dengan kualitas yang terjaga, kepuasan konsumen akan meningkat dan hal ini akan menjadi sebuah indikator bahwa perusahaan memiliki daya saing yang tinggi [10]. Metode yang dapat di lakukan untuk mengawasi pengendalian kualitas produk selama proses produksi berlangsung adalah metode seven tools (7 tools) [11]. Seven tools merupakan metode yang terdiri dari beberapa alat statistik yang digunakan untuk mengidentifikasi serta menganalisa permasalahan kualitas produk yang terjadi di perusahaan, pemecahan masalah, dan perbaikan proses [12].

UMKM X adalah sebuah badan usaha berskala mikro kecil menengah dimana berfokus pada industri sandang atau pakaian. Produk yang dihasilkan berupa baju, celana, luaran seperti jaket serta produk pakaian lainnya. Secara praktik berjalannya perusahaan, selain berfokus pada aktivitas produksi, UMKM X juga memasarkan produknya sendiri. Namun pada aktivitas produksinya, UMKM X belum menerapkan aturan baku terkait dengan pengendalian kualitas produk. Karena hal ini, masih banyak ditemukan produk yang rusak dan terbuang karena kualitasnya yang tidak sesuai dengan yang seharusnya. Hal ini tentu akan menimbulkan kerugian dan keuntungan yang kurang efektif jika dibiarkan. Selain itu, perlunya pengendalian kualitas diharapkan dapat memberikan kepuasan terhadap pelanggan. Oleh karena itu, seven tools diharapkan dapat menjadi sebuah alat analisis untuk mengidentifikasi faktor penyebab terjadinya cacat serta memberikan usulan perbaikan yang dapat dilakukan. Sehingga, penelitian ini ditujukan untuk mengetahui faktor penyebab cacat dan memberikan usulan pada produksi UMKM X dengan metode seven tools.

Penelitian yang dilakukan [13], seven tools menjadi alat yang dipakai dalam analisis produk cacat pada perusahaan mebel. Hasil yang didapatkan yaitu manusia dan mesin menjadi faktor dominan terjadinya produk yang tidak sesuai. Didapatkan usulan dari hasil tersebut adalah training, pembaharuan SOP, serta perawatan berkala pada mesin. Beberapa faktor yang dapat menyebabkan cacat produk dari hasil analisis diketahui yaitu manusia dan mesin. Kemudian adanya pelatihan karyawan, sosialisasi SOP hingga perawatan mesin berkala menjadi evaluasi dari penyebab tersebut. Penelitian yang dilakukan [14], penggunaan seven tools dikombinasikan bersama 5W+1H untuk menganalisis faktor penyebab cacat dan memberikan usulan perbaikan pada produksi kayu dowel sapu. Hasil analisis diketahui faktor penyebab cacat yaitu dari bahan baku yang memiliki kualitas yang kurang baik, serta kemampuan operator yang kurang terlatih. Kemudian penelitian yang dilaksanakan [15], penggunaan seven tools yaitu untuk mengidentifikasi faktor penyebab cacat pada produksi air minum kemasan.

Hasil analisis diketahui penyebab terjadinya cacat adalah pada mesin dan manusia, seperti ketidaktelitian dan ketidaksesuaian temperatur. Penelitian yang dilakukan [12], seven tools digunakan untuk tujuan mencari tahu jenis cacat dominan dan penyebab terjadinya hal tersebut. Hasilnya diketahui kulit yang berkutu menjadi cacat yang tertinggi dan kualitas bahan serta ketidaktelitian pekerja menjadi penyebab terjadinya cacat tersebut. Penelitian yang dilakukan [16], seven tools digunakan untuk menganalisis pengendalian kualitas dan memberikan usulan perbaikan. Dalam analisisnya didapat tiga jenis cacat yang disebabkan karena manusia, mesin serta metode. Perbaikan yang diusulkan dengan pembaharuan SOP, mengevaluasi sistem kerja, dan perlunya beberapa alat bantu..

2. Metode Penelitian

Pelaksanaan penelitian ini dengan bantuan metode seven tools utuk menyelesaikan permasalahan produk cacat. Fokus utamanya adalah mengidentifikasi penyebab cacat dan memberikan usulan perbaikan.

Beberapa tahapan dalam pelaksanaan penelitian ini dibuat dalam bentuk diagram alir seperti Gambar 1.

(3)

Gambar 1. Metodologi Penelitian Sumber: [10]

a. Mulai, langkah awal dalam pelaksanaan penelitian ini adalah menandai bahwa penelitian ini dimulai.

b. Persiapan Penelitian, maksud dalam tahapan ini adalah dengan mempersiapkan kebutuhan yang berkaitan dengan pelaksanaan penelitian. Persiapan penelitian ini diantaranya dengan melakukan pengumpulan informasi yang berhubungan dengan penelitian. Selain itu juga melakukan pendalaman terhadap topik penelitian baik secara literatur maupun lapangan.

c. Identifikasi Masalah, maksud dalam tahapan ketiga ini adalah menemukan sebuah permasalahan yang kemudian akan diselesaikan pada penelitian ini. Permasalahan yang diidentifikasikan dalam penelitian ini yaitu berupa masih tingginya produk cacat pada produksi UMKM X.

d. Metodologi penelitian, dalam tahapan ini dimaksudkan untuk menyusun semua tahapan yang dilakukan pada penelitian ini secara terstruktur dan sistematis. Dalam tahapan ini juga dijelaskan mengenai penggunaan metode untuk upaya memecahkan permasalahan penelitian.

e. Pengumpulan data, langkah ini berupa pelaksanaan mengumpulkan kebutuhan data untuk kepentingan penelitian. Didapatkan data yaitu dari laporan produksi dan produk cacat dibulan Maret 2022menjadi data yang digunakan pada penelitian ini. Selain itu data lain yang diambil juga berupa kondisi kerja, sistem kerja, dan lainnya. Data-data ini diambil dengan beberapa cara seperti wawancara, observasi dan dokumentasi.

f. Analisis data, tahapan ini merupakan tahap lanjutan setelah data didapatkan pada tahapan selanjutnya.

Analisis data ini dimaksudkan untuk menganalisis permasalahan berdasarkan data yang didapatkan untuk didapatkan solusi pemecahan dari permasalahan yang ada. Dalam penelitian ini analisis data digunakan dengan menggunakan metode seven tools, kemudian dari hasil tersebut diidentifikasikan mengenai usulan untuk memperbaiki kondisi saat ini yang dapat dilakukan oleh perusahaan untuk menurunkan angka produk cacat.

3. Hasil dan Pembahasan

Penelitian ini menggunakan analisis dengan metode seven tools yang bertujuan menganalisis faktor penyebab terjadinya cacat serta memberikan usulan perbaikan yang dapat mereduksi terjadinya produk cacat. Data produksi pada bulan Maret 2022 menjadi data yang digunakan untuk penelitian ini yaitu pada Tabel 1.

Tabel 1. Data rekapitulasi laporan produksi UMKM X

Jenis Cacat Jumlah Jumlah Produksi

Jahitan Tidak Rapi 42

1540

Miss Ukuran 23

Sobek Kecil 16

Total 81

Sumber: UMKM X, 2022

Diketahui terdapat tiga jenis cacat pada produksi di UMKM X yaitu jahitan yang tidak rapi, miss ukuran, dan sobek kecil dengan penjelasan sebagai berikut:

1. Jahitan tidak rapi, jenis cacat ini berupa adanya bagian jahitan yang kurang rapi seperti terdapat benang yang keluar jalur, ataupun ada jahitan yang tidak rapat, serta jahitan yang tidak lurus.

2. Miss ukuran, pada jenis cacat ini berupa adanya kesalahan dalam mengukur yang akhirnya mengakibatkan adanya perbedaan ukuran antara produk jadi dengan design yang dibuat.

3. Sobek kecil, pada jenis cacat ini berupa adanya bagian yang sobek dengan ukuran kecil pada produk yang dihasilkan. Sobekan ini dapat disebabkan karena kesalahan dalam menggunting, atau kesalahan lainnya.

Adapun beberapa tahap yang dilakukan dalam mengolah data dengan metode seven tools pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

(4)

1. Flowchart

Pada praktik bisnisnya, UMKM X memproduksi berbagai macam produk konveksi seperti pakaian, jaket, celana dan lainnya. Namun pada proses produksinya secara umum melewati tahapan yang sama dimulai dari pemilihan bahan, perancangan design produk, pemotongan, penjahitan, hingga pada proses pengemasan. Adapun proses produksi yang dilakukan pada UMKM X dibuat diagram alir untuk mengurutkan proses yang dilakukan yaitu seperti pada Gambar 2.

Gambar 2. Hasil Flowchart Sumber: Hasil Pengolahan Data, 2023

2. Checksheet

Analisis yang dilakukan pada penelitian ini menggunakan data yang diambil dari laporan produksi perusahaan yaitu pada periode Maret 2022. Data tersebut terdapat sebanyak 24 data dimana hal ini dikarenakan perusahaan melakukan rekapitulasi data produksi setiap hari kerja. Adapun data tersebut disusun dalam bentuk lembar periksa agar lebih mudah untuk dipahami yaitu terdapat pada Tabel 2.

Tabel 2. Hasil Checksheet No Jumlah Produksi

(Lbr)

Jenis Cacat

Jumlah Produk Cacat (Lbr) Jahitan Tidak Rapi Miss Ukuran Sobek

kecil

1 67 2 1 3

2 60 4 1 2 7

3 68 1 1

4 68 2 2

5 70 1 1 1 3

6 68 1 1 2

7 72 2 1 3

8 62 1 1 2

9 68 2 2

10 66 5 1 6

11 60 1 2 3

12 59 2 1 3

13 62 4 2 1 7

14 68 3 3

15 63 2 2

16 66 2 2 4

17 68 4 1 5

18 57 3 1 2 6

19 68 2 2

20 61 1 1 2

21 58 4 3 7

22 60 1 1

23 59 1 1 2

24 62 1 2 3

Total 1540 42 23 16 81

Sumber: Hasil Pengolahan Data, 2023

Pemilihan Bahan Baku

Pembuatan Design

Pembuatan Pola

Pemotongan Bahan Baku

Penjahitan

Pengemasan

(5)

3. Histogram

Data yang disusun pada tahap sebelumnya kemudian disajikan dalam bentuk histogram. Hal ini bertujuan untuk memudahkan membaca data yang telah didapatkan dalam bentuk visual agar lebih mudah lagi dalam pemahaman data. Histogram berfungsi untuk mengonversikan data kedalam bentuk visual agar lebih mudah untuk diterjemahkan. Adapun hasil histogram untuk data produksi perusahaan yaitu seperti pada Gambar 3.

Gambar 3. Hasil Histogram Sumber: Hasil Pengolahan Data, 2023

4. Peta Kendali

Tahapan selanjutnya dalam analisis pengendalian kualitas menggunakan seven tools yaitu pengamatan sebaran data menggunakan peta kendali P. penggunaan peta kendali ini berfungsi untuk menganalisis penyebaran data sudah berada di dalam batas kendali yang diperhitungkan atau tidak.

Komponen di dalam peta kendali yaitu terdapat batas kendali atas (UCL), batas kendali bawah (LCL), dan proporsi cacat sebagai data yang akan diamati. Adapun tahapan awal dalam analisis peta kendali yaitu menghitung ketiga komponen tersebut dan didapatkan hasil perhitungan seperti pada Tabel 3.

Tabel 3. Hasil perhitungan batas kendali No Jumlah Produksi (Lbr) Jumlah Produk yang

Cacat (Lbr) Presentase UCL CL LCL

1 67 3 0.044776119 0.127007 0.052597 0

2 60 7 0.116666667 0.127007 0.052597 0

3 68 1 0.014705882 0.127007 0.052597 0

4 68 2 0.029411765 0.127007 0.052597 0

5 70 3 0.042857143 0.127007 0.052597 0

6 68 2 0.029411765 0.127007 0.052597 0

7 72 3 0.041666667 0.127007 0.052597 0

8 62 2 0.032258065 0.127007 0.052597 0

9 68 2 0.029411765 0.127007 0.052597 0

10 66 6 0.090909091 0.127007 0.052597 0

11 60 3 0.05 0.127007 0.052597 0

12 59 3 0.050847458 0.127007 0.052597 0

13 62 7 0.112903226 0.127007 0.052597 0

14 68 3 0.044117647 0.127007 0.052597 0

15 63 2 0.031746032 0.127007 0.052597 0

16 66 4 0.060606061 0.127007 0.052597 0

0 5 10 15 20 25 30 35 40 45

Jahitan Tidak Rapi Miss Ukuran Sobek Kecil

(6)

No Jumlah Produksi (Lbr) Jumlah Produk yang

Cacat (Lbr) Presentase UCL CL LCL

17 68 5 0.073529412 0.127007 0.052597 0

18 57 6 0.105263158 0.127007 0.052597 0

19 68 2 0.029411765 0.127007 0.052597 0

20 61 2 0.032786885 0.127007 0.052597 0

21 58 7 0.120689655 0.127007 0.052597 0

22 60 1 0.016666667 0.127007 0.052597 0

23 59 2 0.033898305 0.127007 0.052597 0

24 62 3 0.048387097 0.127007 0.052597 0

Total 1540 81

Sumber: Hasil Pengolahan Data, 2023

Data yang telah didapatkan pada Tabel 3 kemudian dikonversikan ke dalam bentuk peta kendali P agar lebih mudah untuk diamati secara visual. Adapun hasil peta kendali tersebut seperti pada Gambar 4.

Gambar 4. Hasil Peta Kendali P Sumber: Hasil Pengolahan Data, 2023

Hasil yang didapatkan pada Gambar 4, peta kendali tersebut dapat diketahui bahwa semua nilai proporsi cacat tidak ada yang melebihi batas kendali. Dari hasil tersebut kemudian dapat disimpulkan bahwa data berada dalam kondisi secara statistik terkendali dan proses penelitian dapat diteruskan.

5. Scatter Diagram

Tahapan berikutnya dalam proses analisis menggunakan seven tools yaitu pengamatan sebaran data yang terdapat pada kejadian produk cacat menggunakan scatter diagram. Hasil untuk scatter diagram yaitu seperti pada Gambar 5.

0 0,02 0,04 0,06 0,08 0,1 0,12 0,14

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25

Presentase UCL CL LCL

(7)

Gambar 5. Hasil Scatter Diagram Sumber: Hasil Pengolahan Data, 2023

Dari hasil scatter diagram pada Gambar 5 dapat diketahui bahwa kondisi sebaran data menyebar dan tidak merata. Namun pada kondisi frekuensi 2 dan 3 data cukup banyak, hal ini dapat diartikan bahwa terjadinya cacat cukup fluktuatif namun dominan dapat dikendalikan karena data terdapat kecenderungan pada frekuensi tertentu.

6. Diagram Pareto

Langkah selanjutnya adalah proses identifikasi mengenai jenis cacat yang memiliki persentase kejadian tertinggi yaitu dengan bantuan diagram pareto. Diagram ini berfungsi untuk mengetahui jenis cacat yang memiliki frekuensi tertinggi. Hal ini dikarenakan pada tahapan selanjutnya akan diprioritaskan analisis terhadap jenis cacat yang terjadi paling dominan. Untuk membuat diagram pareto sebelumnya perlu dilakukan perhitungan mengenai kumulatif persentase untuk semua jenis cacat yaitu pada Tabel 4.

Tabel 4. Hasil Kumulatif Perhitungan

Jenis Cacat Jumlah Kumulatif Persentase

Jahitan Tidak Rapi 42 42 51.85%

Miss Ukuran 23 65 80.25%

Sobek Kecil 16 81 100.00%

Total 81

Sumber: Hasil Pengolahan Data, 2023

Dari hasil perhitungan pada Tabel 4 didapatkan diagram pareto untuk penelitian ini yaitu seperti pada Gambar 6.

Gambar 6. Hasil Diagram Pareto Sumber: Hasil Pengolahan Data, 2023 0

1 2 3 4 5 6 7 8

0 5 10 15 20 25 30

0,00%

20,00%

40,00%

60,00%

80,00%

100,00%

0 20 40 60 80

Jahitan Tidak Rapi Miss Ukuran Sobek Kecil Jumlah Presentase

(8)

Diagram pareto yang dihasilkan seperti Gambar 6 didapatkan kesimpulan bahwa jahitan yang tidak rapi menjadi jenis cacat yang memiliki frekuensi dan persentase kejadian tertinggi. Hal ini berarti, jenis cacat ini akan menjadi prioritas analisis pada tahapan selanjutnya.

7. Diagram Fishbone

Dari tahapan sebelumnya dapat diketahui jahitan yang kurang rapi menjadi jenis cacat yang memiliki persentase kejadian paling tinggi dan paling banyak. Oleh karena itu, untuk proses identifikasi faktor yang menyebabkan cacat dapat terjadi difokuskan pada jenis cacat jahitan tidak rapi. Adapun hasil analisis faktor penyebab cacat menggunakan fishbone yaitu seperti pada Gambar 7.

Gambar 7. Hasil Analisis Sebab-Akibat Sumber: Hasil Pengolahan Data, 2023

Untuk hasil identifikasi dengan fishbone pada Gambar 7 dapat diketahui jahitan tidak rapi terjadi karena beberapa faktor yaitu manusia, mesin, dan metode. Setiap faktor tersebut kemudian memiliki penjelasan sebagai berikut:

a. Manusia, cacat terjadi karena faktor manusia diantaranya karena kurangnya ketelitian pekerja seperti salah menempatkan kain, tidak fokus, hingga terdapat kesalahan ketika memberikan tanda kepada kain.

b. Mesin, pada faktor mesin cacat terjadi karena kegagalan proses yang dilakukan oleh mesin seperti mesin macet dan benang yang tersangkut ketika pekerja sedang melakukan proses penjahitan.

c. Metode, pada faktor metode terjadinya cacat disebabkan karena tidak ada standar dalam melakukan proses dan juga tidak ada standar kualitas yang jelas. Hal ini menjadi berkaitan dengan faktor penyebab yang lain karena standar berhubungan dengan semua aktivitas produksi yang terjadi.

8. Usulan perbaikan

Setelah didapatkan hasil analisis dengan seven tools hingga ditemukan penyebab terjadinya cacat, selanjutnya merumuskan usulan perbaikan yang dapat dilakukan berdasarkan hasil yang didapatkan pada tahapan sebelumnya. Usulan ini bertujuan untuk menjadi bahan pertimbangan perusahaan untuk dapat memperbaiki kondisi kerja dan meningkatkan kualitas produk yang dihasilkan. Adapun beberapa rumusan usulan yang diberikan diantaranya yaitu:

a. Penegasan mengenai proses kerja yang dilakukan dari tahap awal hingga tahapan selesai. Penegasan ini dapat dilakukan melalui pengadaan SOP oleh perusahaan.

b. Merumuskan standar baku baik untuk kualitas kerja dari karyawan, ataupun kualitas produk yang dihasilkan. Hal ini untuk mempertegas mengenai standar kualitas perusahaan.

c. Menjaga performa mesin dengan perawatan mesin secara rutin dan terjadwal. Hal ini berarti perusahaan harus memiliki setidaknya jadwal perawatan setiap mesin yang dimilikinya.

d. Adanya sosialisasi dan pelatihan yang diberikan terhadap pekerja seperti sosialisasi SOP serta pelatihan kerja untuk meningkatkan kualitas pekerjaannya. Hal ini karena faktor tenaga kerja menjadi faktor yang berperan vital untuk diperhatikan dalam upaya menjaga kualitas produk.

Man

Method Machines

Standar kualitas yang belum ada SOP Kerja yang

belum ada

Benang jahit tersangkur pada jarum Kondisi mesin yang

Jahitan Tidak Kain salah ditempatkan Rapi

Karyawan kurang fokus Penandaan kain yang

salah

(9)

4. Kesimpulan

Tujuan utama sebuah bisnis adalah mendapatkan keuntungan sebesar-besarnya. Namun untuk mencapai tujuan tersebut setiap perusahaan harus mampu memenangkan persaingan dengan kompetitor serupa. Upaya yang dapat dilakukan diantaranya dengan mengendalikan kualitas produk. UMKM X yang berfokus pada produksi berbagai produk konveksi dari jaket, pakaian, celana, dan lainnya masih sering mengalami cacat produk dalam proses produksinya. Selama periode pengambilan data yaitu Maret 2022, dari jumlah data sebanyak 1540 produk, 81 diantaranya dalam kondisi cacat atau sekitar 5,25%. Oleh karena itu, analisis dengan seven tools diharapkan mampu menjadi alat yang dapat memberikan hasil analisis sebagai bahan pertimbangan perbaikan perusahaan.

Hasil identifikasi kemudian dapat diketahui bahwa terdapat tiga jenis cacat yaitu jahitan tidak rapi, miss ukuran, dan sobek kecil. Jahitan tidak rapi menjadi jenis cacat dominan berdasarkan diagram pareto dengan persentase 51,85%. Cacat terjadi disebabkan karena tiga faktor berdasarkan fishbone yaitu manusia, mesin, dan metode. Beberapa perbaikan yang diusulkan dalam penelitian dari hasil analisis diantaranya pembuatan SOP, jadwal perawatan mesin, pengadaan standar kualitas hingga adanya pelatihan untuk meningkatkan kemampuan pekerja.

5. Referensi

[1] F. S. Pratama And S. Suhartini, “Analisis Kecacatan Produk Dengan Metode Seven Tools dan FTA Dengan Mempertimbangkan Nilai Risiko Dengan Metode Fmea,” J. Senopati Sustain. Ergon.

Optim. Appl. Ind. Eng., Vol. 1, No. 1, Pp. 43–51, 2019, Doi: 10.31284/J.Senopati.2019.V1i1.534.

[2] A. R. S. Putra, M. Jufriyanto2, And E. D. Priyana, “Analisis Kualitas Kemasan Minyak Goreng Dengan Metode Seven Tools Guna Mengurangi Kegiatan Repack Di PT.Wina Gresik,” J. Radial, Vol. 11, No. 1, Pp. 15–28, 2023.

[3] D. Irwati And D. I. Prasetya, “Mengurangi Cacat Color Out Menggunakan Pendekatan Seven Tools : Studi Kasus Industri Coloring Plastic,” J. Pelita Ind., Vol. 1, No. 1, Pp. 16–21, 2020.

[4] D. A. Putera, A. R. Matondang, M. T. Sembiring, And A. A. Dermawan, “Penerapan Seven Tools Untuk Mengidentifikasi Kadar Limbah Cair (POME) Di Perusahaan Kelapa Sawit,” Sigma Tek., Vol.

5, No. 1, Pp. 22–29, 2022.

[5] B. S. Wijaya, D. Andesta, And E. D. Priyana, “Minimasi Kecacatan Pada Produk Kemasan Kedelai Menggunakan Six Sigma, Fmea Dan Seven Tools Di Pt. Satp,” J. Media Tek. Dan Sist. Ind., Vol. 5, No. 2, Pp. 83–91, 2021, Doi: 10.35194/Jmtsi.V5i2.1435.

[6] A. Hananto And F. X. E. Arianto, “Analisa Kegiatan Produksi Dalam Pendidikan Praktik Guna Peningkatan Kualitas Hasil Produksi Dengan New Quality Control Tools,” J. Infokar, Vol. 6, No. 2, Pp. 71–77, 2022.

[7] M. R. Rosyidi And N. Izzah, “Analisis Kualitas Ikan Bandeng Tanpa Duri Dengan Pendekatan Seven Tools,” Jitu (Jurnal Ilm. Tek. Unida) E-Issn, Vol. 3, No. 2, Pp. 172–182, 2022.

[8] A. P. P. Purba, R. F. Lubis, And T. M. Sitorus, “Pengendalian Dan Perbaikan Kualitas Produk Furniture Dengan Penerapan Metode Sqc (Statistical Quality Control) Dan Fta (Fault Tree Analysis),” J. Sains Dan Teknol. J. Keilmuan Dan Apl. Teknol. Ind., Vol. 22, No. 2, P. 366, 2022, Doi: 10.36275/Stsp.V22i2.545.

[9] N. Adlany, S. Salim Dahda, And M. Jufriyanto, “Implementasi Seven Tools Of Quality Di Industri Kecil Triple X Produksi Tas,” Jati Emas (Jurnal Apl. Tek. Dan Pengabdi. Masyarakat), Vol. 6, No.

2, Pp. 9–14, 2022.

[10] H. Alfadilah, A. F. Hadining, And H. Hamdani, “Pengendalian Kualitas Produk Cacat Piece Pivot Pada Pt. Trijaya Teknik Karawang Menggunakan Seven Tool Dan Analisis Kaizen,” J. Serambi Eng., Vol. 7, No. 1, Pp. 2814–2822, 2022, Doi: 10.32672/Jse.V7i1.3667.

[11] S. Wardah, M. Amin, A. Safitri, M. Gasali, And E. Sudeska, “Model Pengendalian Kualitas Gula Kelapa Dengan Menggunakan Metode Seven Tools (Studi Kasus: Ikm Gula Kelapa Desa Bagan Jaya Kecamatan Enok),” J. Selodang Mayang, Vol. 08, No. 03, Pp. 187–195, 2022.

[12] A. S. Saputra And A. Z. Al Faritsy, “Analisis Kualitas Produk Penyamakan Kulit Menggunakan Seven Tools,” Jumantara J. Manaj. Dan Teknol. Rekayasa, Vol. 2, No. 1, Pp. 8–15, 2023, [Online].

Available: Https://Ejournals.Itda.Ac.Id/Index.Php/Jumantara/Article/View/1430.

[13] N. Aziza And F. B. Setiaji, “Pengendalian Kualitas Produk Mebel Dengan Pendekatan Metode New Seven Tools,” Tek. Eng. Sains J., Vol. 4, No. 1, Pp. 27–34, 2020.

[14] L. Nurhayati And A. Bellanov, “Peningkatan Kualitas Produksi Kayu Dowel Sapu Dengan Pendekatan Metode Seven Tools Dan 5w + 1h,” J. Ind. Syst. Optim., Vol. 5, No. 1, Pp. 39–46, 2022.

(10)

[15] Misbachul Munir, “Analisis Risk Priority Number Cacat Produk Cup Air Mineral Dengan Pendekatan Seven Tools Di Pt. Xyz,” J. Sketsa Bisnis, Vol. 8, No. 1, Pp. 63–71, 2021, Doi:

10.35891/Jsb.V8i1.2438.

[16] I. N. Gusniar And D. N. Ramadhan, “Pengendalian Kualitas Menggunakan Seven Tools Dan Kaizen Pada Part PLG di PT Naratama Sayagai Indonesia,” J. Serambi Eng., Vol. 7, No. 4, Pp. 3655–3663, 2022, Doi: 10.32672/Jse.V7i4.4647.

Referensi

Dokumen terkait

Pada tahap ini yaitu mengidentifikasikan usulan yang dapat dilakukan untuk menekan angka produk cacat tersebut. Pada penelitian ini hanya berupa usulan tidak sampai pada

Every effort will be made by the mining operators to work out with the government plans for the administration of the industry on a basis fair and just to both, and we are sure that