• Tidak ada hasil yang ditemukan

pengajaran remedial dalam pendidikan jasmani

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2024

Membagikan "pengajaran remedial dalam pendidikan jasmani"

Copied!
248
0
0

Teks penuh

HAKIKAT BELAJAR DAN MENGAJAR

Pendahuluan

Proses pembelajaran merupakan suatu kegiatan mendasar dalam proses pendidikan, dimana proses pembelajaran tidak dapat dipisahkan dari proses pendidikan. Kegiatan belajar sering dikaitkan dengan mengajar, bahkan belajar dan mengajar digabungkan menjadi pembelajaran dan sering disebut dengan proses belajar mengajar.

Hakikat Belajar

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa para ahli mengartikan belajar dengan kata ‘perubahan’. Perubahan yang terjadi meliputi perubahan tingkah laku secara keseluruhan baik dari segi sikap, keterampilan, pengetahuan dan lain sebagainya.

Hakikat Mengajar

Mengajar merupakan suatu urusan yang sangat kompleks, sehingga sulit untuk menentukan apa sebenarnya pengajaran yang baik. Meski begitu, ada beberapa ciri-ciri guru yang baik, yaitu guru yang dapat membawa siswanya mencapai tujuan belajarnya, namun secara umum guru harus mempunyai sikap dan kualitas untuk menjadi guru yang baik.

Hakikat Proses Belajar Mengajar

Mengenai komponen-komponen yang mempengaruhi jalannya suatu proses pembelajaran menurut Djamarah & Zain, dalam kegiatan belajar mengajar terdapat beberapa komponen pembelajaran yang saling berkaitan, yaitu: (1) guru, (2) siswa, (3) pembelajaran materi, (4) metode pembelajaran, (5) media pembelajaran, (6) evaluasi pembelajaran. Oleh karena itu, dalam proses pembelajaran perlu diciptakan situasi yang menantang bagi siswa untuk mencari dan menemukan masalah, serta menyelesaikannya dan menarik kesimpulan.

HAKIKAT KESULITAN BELAJAR

Pengertian Kesulitan Belajar

Subini (2012:59) menjelaskan kesulitan belajar adalah suatu keadaan yang membuat siswa tidak dapat belajar dengan baik. Jika dicermati, gejala-gejala tersebut sebenarnya menunjukkan hambatan atau kesulitan belajar yang dihadapi siswa.

Jenis-Jenis Masalah Belajar Siswa

Kelompok pertama adalah kelompok siswa yang belum mencapai tahap ketuntasan, namun hampir mencapainya. Kelompok kedua adalah kelompok siswa yang belum mencapai tingkat kesempurnaan yang diharapkan karena ada konsep dasar yang belum dikuasainya.

Kriteria Penentuan Kesulitan Belajar

Siswa dikatakan mengalami kesulitan belajar apabila prestasi akademiknya berada di bawah rata-rata prestasi kelompoknya secara keseluruhan. Misalnya rata-rata prestasi akademik suatu kelompok adalah 8, maka siswa yang mendapat nilai di bawah 8 dikatakan mengalami kesulitan belajar.

Mengatasi Kesulitan Belajar

Menurut Atieka, model pembelajaran yang dapat digunakan untuk mengatasi permasalahan belajar siswa sudah sesuai dengan tujuan kurikulum berbasis kompetensi; yaitu: (a) pembelajaran kontekstual (contextual teaching learning); (b) permainan peran; (c) Pembelajaran Partisipatif (Participatory Teaching and Learning); (d) pembelajaran tuntas (mastery learning); dan (e) pembelajaran dengan modul (modular teaching). Setiap modul harus: (1) memungkinkan peserta didik mengalami kemajuan belajar sesuai dengan kemampuannya; (2) memungkinkan siswa mengukur kemajuan belajar yang telah dicapainya; dan (3) memfokuskan siswa pada tujuan pembelajaran yang spesifik dan terukur.

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI HASIL

Konsep Hasil Belajar

Tinggi rendahnya hasil belajar siswa dipengaruhi oleh banyak faktor yang ada, baik internal maupun eksternal. Secara umum faktor-faktor yang mempengaruhi proses hasil belajar terbagi menjadi dua kategori, yaitu faktor internal dan faktor eksternal.

Faktor Internal dalam Pembelajaran

Adapun sikap positif ini, ia mengharapkan sesuatu yang diinginkannya sesuai dengan objek yang ada dan tidak akan menolak, ia akan selalu menerima. Apalagi jika guru atau orang tua memaksa anak melakukan sesuatu yang tidak sesuai dengan bakatnya, maka akan menghancurkan keinginan anak tersebut. 66 Pelajaran tambahan dalam pendidikan jasmani. Talenta-talenta khusus, baik yang masih berupa potensi maupun yang sudah terealisasi, terbagi dalam lima bidang, yaitu:

Tabel 3.1 Distribusi Kecerdasan IQ menurut Stanford Revision  Tingkat kecerdasan (IQ)  Klasifikasi
Tabel 3.1 Distribusi Kecerdasan IQ menurut Stanford Revision Tingkat kecerdasan (IQ) Klasifikasi

Faktor Eksternal dalam Pembelajaran

BELAJAR TUNTAS (MASTERY LEARNING)

Sejarah Belajar Tuntas

Secara sederhana beliau menyatakan bahwa jika setiap siswa diberikan waktu sesuai dengan kebutuhannya untuk belajar sampai pada tingkat kesempurnaan tertentu dan menggunakan seluruh waktu yang diperlukannya, maka diharapkan ia dapat mencapai tingkat kesempurnaan tersebut. Waktu yang digunakan tergantung pada lamanya siswa ingin terlibat aktif dalam kegiatan pembelajaran (keseriusannya) dan total waktu yang tersedia baginya. Model ini berpendapat bahwa kualitas pengajaran dan kemampuan siswa untuk memahami pengajaran berinteraksi mempengaruhi jumlah waktu yang diperlukan untuk menguasai sepenuhnya suatu tugas sesuai dengan kemampuannya.

Definisi Belajar Tuntas

Kemampuan memahami pengajaran menggambarkan kemampuan siswa dalam memperoleh manfaat dari pengajaran itu dan berkaitan erat dengan kecerdasan umumnya. Pembelajaran Holistik menyediakan struktur pengajaran yang mencakup pembelajaran di kelas yang diikuti dengan kerja kelompok kecil. Pembelajaran holistik adalah salah satu cara untuk melakukan pembelajaran individual dalam lingkungan belajar kelompok tradisional.

Prosedur Pembelajaran Tuntas

Setelah jangka waktu tertentu, siswa mengikuti tes formatif alternatif yang mengukur tingkat keberhasilan pada satuan pembelajaran yang sama. Dengan demikian, seluruh siswa di kelas selalu memulai mempelajari suatu unit pembelajaran baru secara bersama-sama. Setelah menyelesaikan seluruh rangkaian satuan pembelajaran, peserta didik mengikuti tes yang mencakup keseluruhan rangkaian/rangkaian satuan pembelajaran.

Karakteristik Pembelajaran Tuntas

Dalam mewujudkan pengakuan terhadap perbedaan individu, pendekatan mastery learning menggunakan prinsip kemajuan berkelanjutan. Kriterianya ditetapkan, misalnya peserta didik telah menguasai minimal 75% kompetensi yang ditentukan, maka peserta didik dapat melanjutkan mempelajari satuan pelajaran/kompetensi lainnya. Diukur dengan prestasi belajar siswa pada setiap satuan pelajaran dimana siswa harus mencapai minimal 75%.

Implementasi Guru dalam Melaksanakan Pembelajaran Tuntas

Prosedur pengajaran remedial terdiri atas: (1) mengkaji kasus beserta permasalahannya, (2) menentukan alternatif pilihan, (3) layanan bimbingan konseling/psikoterapi, (4) melakukan pengajaran remedial, (5) mengukur prestasi belajar, (6) melakukan evaluasi ulang dan diagnosis ulang, (7) pengayaan remedial dan/atau konfirmasi (tambahan).

DIAGNOSIS KESULITAN BELAJAR

Pengertian Diagnosis Kesulitan Belajar

Apabila kegiatan diagnostik terfokus pada masalah-masalah yang muncul dalam pembelajaran, hal ini disebut diagnosis kesulitan belajar. Kesulitan belajar merupakan prasyarat terjadinya proses pembelajaran yang ditandai dengan adanya hambatan tertentu dalam mencapai hasil belajar. Oleh karena itu kegiatan diagnostik ditujukan pada permasalahan-permasalahan yang timbul dalam pembelajaran, oleh karena itu disebut diagnosis kesulitan belajar.

Kedudukan Diagnosis Kesulitan Belajar

Untuk memberikan kesempatan berkembang yang wajar kepada anak di atas rata-rata, seorang guru harus mempunyai kemampuan dan keterampilan untuk mendiagnosis dan meningkatkan pembelajaran. Adanya program diagnosis dan peningkatan pembelajaran sangat berarti bagi siswa yang keterampilannya berbeda dengan keterampilan umum temannya. Tanpa diagnosis dan program peningkatan pembelajaran, anak yang kurang mampu akan selamanya ditinggalkan oleh teman-temannya, dan anak yang pintar dapat mengubah kelebihan kemampuannya menjadi hal yang negatif.

Prosedur Identifikasi Diagnosis Kesulitan Belajar

Langkah operasionalnya meliputi identifikasi dan pencarian siswa yang diduga mengalami kesulitan belajar. Sedangkan untuk mengetahui aspek atau bagian mana saja dari kesulitan belajar yang dialami siswa dapat dilakukan dengan memeriksa hasil tes kerja. Pada tahap ini dilakukan upaya untuk mengungkap seluruh faktor yang diduga menimbulkan masalah pembelajaran.

Gambar 5.1 Tahapan Diagnosis Kesulitan Belajar menurut Ross & Stanley
Gambar 5.1 Tahapan Diagnosis Kesulitan Belajar menurut Ross & Stanley

Penyebab Kesulitan Belajar Peserta Didik

PENETAPAN KRITERIA KETUNTASAN MINIMAL

Pengertian Penetapan KKM

Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) pembelajaran adalah tingkat pencapaian standar kompetensi dan kompetensi mata pelajaran dasar oleh siswa per mata pelajaran (Khaeruddin & Djunaidi, 2007:3). Kriteria penyelesaian minimal menjadi acuan dalam ujian bersama guru, siswa dan orang tua siswa. Kriteria ketuntasan minimal harus dicantumkan dalam Laporan Hasil Belajar (LHB) sebagai acuan dalam kaitannya dengan hasil belajar siswa (Depdiknas, 2008:3).

Fungsi Penetapan Kriteria Ketuntasan Minimal

Satuan pendidikan wajib melaksanakan sosialisasi agar peserta didik dan/atau orang tuanya dapat dengan mudah mengakses informasi. Setiap kompetensi dasar (KD) dan indikatornya ditentukan oleh KKM yang harus dicapai dan dikuasai siswa. Siswa berupaya mencapai KKM dengan cara proaktif mengikuti kegiatan pembelajaran dan menyelesaikan tugas yang dirancang oleh pendidik.

Rambu-Rambu Penetapan KKM

Keberhasilan pencapaian KKM menjadi tolak ukur kinerja satuan pendidikan dalam melaksanakan program pendidikan. Satuan pendidikan yang memiliki KKM tinggi dan dilaksanakan secara bertanggung jawab dapat menjadi tolak ukur mutu pendidikan bagi masyarakat.

Mekanisme Penetapan KKM

Guru atau kelompok guru menentukan KKM mata pelajaran dengan memperhatikan tiga aspek kriteria yaitu kompleksitas, daya tampung dan asupan siswa, dengan diagram pada Gambar 6.1 sebagai berikut. Daya dukung meliputi: (1) kompetensi guru (misalnya nilai Uji Kompetensi Guru); (2) jumlah siswa dalam satu kelas; 3) predikat akreditasi sekolah; dan (4) kecukupan infrastruktur sekolah (Tim Direktorat Pembinaan SMP, 2017:17). Bagi siswa kelas VIII dan IX antara lain harus memperhitungkan rata-rata nilai rapor semester sebelumnya (Tim Direktorat Pembinaan SMP, 2017: 17).

Gambar 6.1 Skema Penetapan KKM  (Sumber:Sunarti & Rahmawati, 2014:203)
Gambar 6.1 Skema Penetapan KKM (Sumber:Sunarti & Rahmawati, 2014:203)

Penafsiran Kriteria Menjadi Nilai

Dalam pertimbangan profesional KKM, penentuan KKM dibuat oleh orang yang pakar dan berpengalaman dalam pengajaran dan pembelajaran. Selepas setiap indikator ditentukan oleh KKMnya, langkah seterusnya ialah menentukan KKM KD dalam mata pelajaran dan seterusnya beralih kepada KKM mata pelajaran secara keseluruhan. Setelah KKM mata pelajaran dan unit pendidikan ditentukan, keputusan penentuan KKM oleh guru atau kumpulan guru mata pelajaran disahkan oleh pengarah sekolah untuk dijadikan penanda aras guru semasa melaksanakan penilaian.

Tabel 6.2 Kriteria dan Skala Penilaian Penetapan KKM dengan Rentang Nilai  Aspek Yang Dianalisis  Kriteria Dan Skala Penilaian
Tabel 6.2 Kriteria dan Skala Penilaian Penetapan KKM dengan Rentang Nilai Aspek Yang Dianalisis Kriteria Dan Skala Penilaian

Model KKM

Berdasarkan ilustrasi di atas, jika siswa pada mata pelajaran PJOK mendapat nilai tidak memenuhi predikat C “Cukup”. Misalnya SMP Harapan Bangsa berdasarkan hasil analisis menetapkan satu KKM untuk semua mata pelajaran (KKM 60). Interval nilai dan predikat semua mata pelajaran menggunakan tabel yang sama, misalnya terlihat pada tabel 6.8 di bawah ini.

Analisis KKM

Pada contoh Tabel 6.7 di atas, panjang interval untuk predikat C dan B adalah 9, sedangkan untuk predikat A panjang intervalnya adalah 8. Setelah KKM setiap mata pelajaran telah ditentukan, maka KKM satuan pelajaran dapat ditentukan berdasarkan KKM terendah, sedang, atau modus dari seluruh KKM mata pelajaran. Bagi satuan pendidikan yang menentukan hanya satu KKM untuk semua mata pelajaran, maka interval nilai dan predikat dapat menggunakan satu ukuran.

Mekanisme Analisis KKM

  • Ketuntasan Belajar PJOK Kurikulum 2013

Rekapitulasi Ketuntasan Belajar Minimal Sekolah Nama Sekolah : SMP Harapan Bangsa Kelas/Semester : VII/1 Mata Pelajaran : PJOK Bulan Prasyarat : Maret 2018. Mekanisme analisis KKM diawali dengan analisis capaian ketuntasan belajar siswa pada KD, kemudian dirangkum minimal penyelesaian pembelajaran di sekolah. Ketuntasan belajar PJOK Kurikulum 2013 merupakan ketuntasan minimal seluruh kompetensi dasar kompetensi pengetahuan dan kompetensi keterampilan yang berkisar antara 60-66 pada skala 0-100 atau 2,66 pada skala 0-4 (B-), dan untuk kompetensi sikap B.

Tabel 6.10 Rekapitulasi Ketuntasan Belajar Minimal Sekolah  No
Tabel 6.10 Rekapitulasi Ketuntasan Belajar Minimal Sekolah No

PROGRAM PENGAJARAN REMEDIAL

  • Sejarah Pengajaran Remedial
  • Konsep Pengajaran Remedial
  • Tujuan Pengajaran Remedial
  • Fungsi Pembelajaran Remedial
  • Hubungan Program Remedial dengan Belajar Tuntas

Pengajaran remedial (remedial teaching) secara etimologis berasal dari kata remedi (bahasa Inggris) yang berarti menyembuhkan, mengoreksi, memperbaiki, mengulangi. Oleh karena itu pengajaran remedial bertujuan agar siswa yang mengalami kesulitan belajar dapat mencapai prestasi belajar yang baik. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa tujuan pengajaran remedial adalah membantu siswa yang mengalami kesulitan belajar dengan meningkatkan prestasi belajarnya.

PROSEDUR PENGAJARAN REMEDIAL

Jenis-Jenis Pengajaran Remedial

Maka diberikan pembelajaran remedial untuk melatih motorik kasar, hal ini terjadi sebelum anak diajarkan permainan melempar dan menangkap bola. Guru PJOK menjelaskan konsep menendang bola dengan kaki bagian dalam, guru mendemonstrasikan cara menggunakan teknik menendang bola dengan kaki bagian dalam, kemudian guru meminta siswa melakukan rincian operasional teknik tersebut. menendang bola dengan bagian dalam kaki ke arah teman lawan. Biasanya pada akhir perkuliahan guru memberikan tes formatif, apabila hasil belajar yang dicapai siswa tidak mencapai kriteria kemahiran minimal, maka guru memberikan pengajaran tambahan setelah proses pembelajaran biasa berlangsung.

Pendekatan Pengajaran Remedial

Ketiga pendekatan tersebut sangat membantu guru dalam menentukan tindakan baik sebelum, selama, dan sepanjang program pembelajaran agar siswa yang mengalami masalah maupun yang tidak mengalami masalah tetap dapat mencapai hasil belajar yang baik. Menurut Djamarah & Zain (2002:61), baik pendekatan umum maupun pendekatan keagamaan (khusus) adalah sebagai berikut. 1) Pendekatan individual. Pendekatan kelompok adalah adanya interaksi antar anggota kelompok dengan harapan terjadi perbaikan pada siswa yang mengalami kesulitan belajar (Ahmadi & Supriyanto, 2004: 184).

Metode Pengajaran Remedial

Metode pengajaran tambahan merupakan metode yang diterapkan pada seluruh kegiatan bimbingan kesulitan belajar, dimulai dari langkah identifikasi kasus hingga langkah selanjutnya. Dalam pembelajaran tambahan, metode tanya jawab dapat diterapkan dalam bentuk dialog antara guru dan siswa yang mengalami kesulitan belajar. Menurut Ahmadi dan Supriyant, kelebihan metode tanya jawab sebagai metode pengajaran pelengkap antara lain:

Prosedur Pengajaran Remedial

Dengan demikian dalam pelaksanaan pengajaran tambahan ada beberapa metode yang dapat digunakan yaitu metode penugasan, diskusi, tanya jawab, kerja kelompok, pengajaran sejawat, dan pengajaran individu. Dalam proses pengambilan keputusan ini terdapat beberapa prinsip sebagai berikut: a) Efektivitas, dalam arti lebih mampu mencapai tujuan pengajaran remedial yang diharapkan. Sebagaimana telah dijelaskan, tujuan utama dari setiap pembelajaran tambahan adalah prestasi dan kemampuan beradaptasi sesuai dengan kriteria keberhasilan yang telah ditetapkan.

Gambar 8.1 Skema Prosedur Pelaksanaan Pengajaran Remedial
Gambar 8.1 Skema Prosedur Pelaksanaan Pengajaran Remedial

Langkah-langkah Pembelajaran Remedial

178 Pengajaran tambahan dalam pendidikan jasmani.. a) Observasi; yaitu pengumpulan data dengan cara mengamati suatu kegiatan baik secara langsung maupun tidak langsung. Pendekatan pengajaran remedial terdiri atas: (1) pendekatan kuratif, (2) pendekatan preventif, (3) pendekatan pengembangan, (4) pendekatan individual, (5) pendekatan kelompok, (6) pendekatan variatif, (7) pendekatan pedagogi, ( 8) pendekatan berbasis pengalaman, (9) pendekatan pembiasaan, (10) pendekatan emosional, (11) pendekatan rasional, (12) pendekatan fungsional, (13) pendekatan keagamaan dan (14) pendekatan bermakna. Bab ini akan menguraikan: (1) Konsep pembelajaran keterampilan gerak, (2) Prinsip-prinsip pembelajaran gerak, (3) Tahapan pembelajaran gerak, (4) Strategi pembelajaran remedial keterampilan gerak, (5) Tata cara pengajaran remedial keterampilan gerak , dan (6) penilaian pengajaran remedial keterampilan gerak.

PENGAJARAN REMEDIAL KETERAMPILAN GERAK 181

Konsep Belajar Keterampilan Gerak

Keterampilan gerak merupakan kemampuan seseorang dalam melakukan tugas gerak secara optimal, tergantung pada kemampuannya (Rahayubi, 2012:211). Keterampilan gerak merupakan kesadaran individu dalam mengendalikan tubuh untuk bergerak atau melakukan tugas sesuai dengan tujuan yang dicapai (Kluka, 1999:5). Ciri-ciri pembelajaran keterampilan gerak adalah: (1) proses perubahan individu untuk meningkatkan kinerja gerak yang relatif permanen, (2) prosesnya tidak dapat diamati secara langsung, dan (3) merupakan hasil latihan dan pengalaman, bukan kedewasaan. , sementara atau naluri (Kluka, 1999:29).

Prinsip Pembelajaran Gerak

Bantuan dilakukan dengan menyusun bahan pembelajaran agar siswa dapat menemukan hubungan yang saling berkaitan antara berbagai bentuk gerak dan keterampilan gerak. Dengan menerapkan bentuk-bentuk keterampilan tersebut pada situasi permainan nyata, siswa akan dapat mengetahui atau mengukur kekurangan atau kelemahan dirinya. Demikian pula guru akan memperoleh gambaran konkrit sejauh mana materi yang diajarkan dapat diterapkan siswa pada situasi nyata.

Tahap-Tahap Belajar Gerak

Fase ini diawali dengan fase input, seseorang yang mempelajari gerak berada pada tahap dimana ia menerima informasi tentang bentuk dan pola keterampilan gerak yang akan dilakukan. Pada tahap ini asosiasi verbal mulai ditinggalkan dan pelaku fokus pada bagaimana melakukan pola gerakan dengan baik (benar). Pada tahap ini diperlihatkan pola pergerakan yang terbentuk dalam sistem memori.

Strategi Pembelajaran Remedial Keterampilan Gerak

Prosedur Pengajaran Remedial Keterampilan Gerak

Penilaian Pengajaran Remedial Keterampilan Gerak

Referensi

Dokumen terkait