Pengantar Kebijakan kesehatan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
Kebijakan adalah aturan tertulis yang merupakan keputusan formal organisasi, yang bersifat mengikat, yang mengatur perilaku dengan tujuan untuk menciptakan tata nilai baru dalam masyarakat. Kebijakan akan menjadi rujukan utama para anggota organisasi atau anggota masyarakat dalam berperilaku. Kebijakan pada umumnya bersifat problem solving dan proaktif. Berbeda dengan hukum (Law) dan Peraturan (Regulation).
Kebijakan publik, hadir dengan tujuan tertentu, yaitu mengatur kehidupan bersama untuk mencapai tujuan (misi dan misi) bersama yang telah disepakati, salah satu bidang yang sangat bergantung kepada kebijakan publik yaitu kesehatan.
Pengertian sehat menurut World Health Organization (WHO) adalah keadaan yang menunjukkan sehat fisik, mental, dan sosial bukan hanya terbebas dari penyakit, penyakit, cacat dan kelemahan. Indikator sehat ini telah dilengkapi dilengkapi oleh badan kesehatan dunia itu dengan dimasukkannya komponen sehat spritual. Mengacu pada definisi tersebut seseorang yang sehat adalah berfungsinya komponen fisik, mental, dan sosial, serta pemahaman dan penerapan nilai-nilai agama yang agung secara optimal dan harmonis.
Kesehatan merupakan anugerah yang sangat berharga dan tidak dapat diukur dengan apapun, oleh sebab itu tindakan yang paling tepat adalah mencegah timbulnya ancaman terhadap kesehatan baik yang berasal dari diri sendiri, orang lain, atau lingkungan.
Jika kita ingin memberi nilai secara matematis maka tubuh kita sesungguhnya memiliki nilai yang sangat berharga Dr. Harold J.M. dalam Journal of Hospital Practice pernah menghitung harga tubuh kita berdasarkan analisis unsur kimia yang kimia yang membangunnya. Awalnya beliau hanya menghargainya 98 sen. Tetapi seiring dengan kemajuan teknologi analisis dengan ditemukannya suatu hormon pada wanita yang disebut disebut dengan FSH dan Prolaktin, maka manusia manusia yang beratnya beratnya 60 kg dinilai dengan harga 6.000.000 dollar AS.
Harga tersebut di atas akan terus meningkat seiring dengan kemajuan teknologi yang dapat menemukan unsur-unsur penting lainnya. Dengan demikian tubuh kita adalah benda yang sangat berharga yang harus senantiasa dijaga keutuhannya dengan baik.
Tubuh yang sangat mahal itu nilainya dapat naik dan turun tergantung pada pola dan gaya hidup kita.
Kesehatan merupakan bagian penting dari kesejahteraan masyarakat. Kesehatan juga merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia, disamping sandang, pangan pangan dan papan. Dengan berkembangnya berkembangnya pelayanan pelayanan kesehatan dewasa ini, memahami Kesehatan merupakan bagian penting dari kesejahteraan masyarakat. Namun dalam kehidupan kita tentu tidak lepas dari masalah masalah kesehatan. Masalah kesehatan yang dihadapi tentunya harus memiliki manajemen yang baik terkhusus kebijakan kesehatan. Dimana Kebijakan kesehatan memiliki peran strategis dalam pengembangan dan pelaksanaan program kesehatan.
Kebijakan kesehatan juga berperan sebagai panduan semua unsur masyarakat masyarakat dalam bertindak dan berkontribusi terhadap pembangunan pembangunan kesehatan. Melalui peran'angan perancangan dan pelaksanaan kebijakan kesehatan yang benar, diharapkan mampu mengendalikan dan memperkuat peran stakeholders guna menjamin kontribusi secara maksimal, menggali sumber daya potensial, serta menghilangkan penghalang pelaksanaan pembangunan kesehatan. Mengingat pentingnya kebijakan kesehatan maka perlu untuk mengetahui kebijakan kesehatan itu sendiri.
BAB II
PENGANTAR KEBIJAKAN KESEHATAN
A. NILAI KESEHATAN
Organisasi Kesehatan Dunia WHO tahun 1984 menyebutkan bahwa pengertian keadaan sehat adalah sebagai sebagai ;suatu keadaan keadaan fisik, mental, dan sosial kesejahteraan dan bukan hanya ketiadaan penyakit atau kelemahan, sehat adalah suatu keadaan dimana seseorang pada waktu diperiksa tidak mempunyai keluhan ataupun tidak terdapat tanda suatu penyakit dan kelainan.
Kesehatan bersifat menyeluruh dan mengandung empat aspek. Perwujudan dari masing-masing aspek tersebut dalam kesehatan seseorang antara lain sebagai berikut:
a. Kesehatan fisik terwujud apabila seseorang tidak merasa dan mengeluh sakit atau tidak adanya keluhan dan memang secara bukti tidak tampak sakit. Semua organ tubuh berfungsi normal atau tidak mengalami gangguan.
b. Kesehatan mental jiwa mencakup 3 komponen, yakni pikiran, emosional, dan spiritual. Pikiran sehat tercermin dari cara berpikir atau jalan pikiran. Emosional sehat tercermin dari kemampuan seseorang untuk mengekspresikan emosinya, misalnya takut, gembira, kuatir, sedih dan sebagainya. Spiritual sehat tercermin dari cara seseorang dalam mengekspresikan rasa syukur, pujian, kepercayaan dan sebagainya terhadap sesuatu di luar alam fana ini, yakni Tuhan Yang Maha Kuasa.
Misalnya sehat spiritual dapat dilihat dari praktik keagamaan seseorang. Dengan perkataan perkataan lain, sehat spiritual adalah keadaan keadaan dimana seseorang menjalankan ibadah dan semua aturan aturan agama yang dianutnya.
c. Kesehatan sosial terwujud apabila seseorang mampu berhubunga dengan orang lain atau kelompok lain secara baik, tanpa membedakan ras, suku, agama atau kepercayan, status sosial, ekonomi, politik, dan sebagainya, serta saling toleran dan menghargai.
d. Kesehatan dari aspek ekonomi terlihat bila seseorang (dewasa) produktif, dalam arti mempunyai kegiatan yang menghasilkan sesuatu yang dapat menyokong terhadap
hidupnya sendiri atau keluarganya secara finansial. Bagi mereka yang belum dewasa (siswa atau mahasiswa) dan usia lanjut (pensiunan), dengan sendirinya batasan ini tidak berlaku. Oleh sebab itu, bagi kelompok tersebut, yang berlaku adalah produktif secara sosial, yakni mempunyai kegiatan yang berguna bagi kehidupan mereka nanti, misalnya berprestasi bagi siswa atau mahasiswa, dan kegiatan sosial, keagamaan, atau pelayanan kemasyarakatan bagi usia lanjut. Dalam pengertian yang pengertian yang paling paling luas sehat merupakan merupakan suatu keadaan yang dinamis dimana individu menyesuaikan diri dengan perubahan lingkungan internal (psikologis, intelektual, spiritual dan penyakit) dan eksternal (lingkungan fisik, sosial, fisik, sosial, dan ekonomi) dalam mempertahankan kesehatannya.
B. KEDUDUKAN KESEHATAN
Kesehatan merupakan hak asasi manusia yang harus dilindungi dan diperhatikan oleh Pemerintah sebagai penyelenggara suatu negara, sebagai hak dasar kesehatan atau keadaan sehat perlu dipertahankan dan ditingkatkan. Pentingnya kesehatan sebagai hak asasi manusia dan sebagai kondisi yang diperlukan untuk terpenuhinya hak-hak lain telah diakui secara internasional.
Hak atas kesehatan meliputi hak untuk mendapatkan kehidupan dan pekerjaan yang sehat, hak untuk mendapatkan mendapatkan pelayanan kesehatan, dan perhatian khusus terhadap kesehatan ibu dan anak. Pasal 25 Universal Declaration of Human Rights (UDHR) menyatakan Setiap orang berhak atas taraf kehidupa yang memadai untuk kesehatan dan kesejahteraan dirinya sendiri dan keluarganya, termasuk hak atas pangan, sandang, papan dan pelayanan pelayanan kesehatan, pelayanan sosial yang diperlukan serta hak atas keamanan pada saat menganggur, sakit, cacat, ditinggalkan oleh pasangannya,lanjut usia, atau keadaan lain yang mengakibatkan merosotnya taraf kehidupan yang terjadi diluar kekuasaannya.
Ibu dan anak berhak mendapatkan perhatian dan bantuan khusus. Semua anak, baik yang dilahirkan di dalam maupun di luar perkawinan, harus menikmati perlindungan sosial yang sama.
Jaminan hak atas kesehatan juga terdapat dalam Pasal 12 ayat (1) Konvensi Internasional tentang hak Ekonomi, sosial dan budaya yang ditetapkan oleh Majelis
umum PBB 2200 A (XXI) tanggal16 Desember 1966, yaitu bahwa negara peserta konvenan tersebut mengakui hak setiap orang untuk menikmati standar tertinggi yang dapat dicapai dalam hal kesehatan fisik dan mental. Perlindungan terhadap hak-hak ibu dan anak juga mendapat perhatian terutama dalam Konvensi hak anak. Instrumen internasional lain tentang hak atas kesehatan juga terdapat pada Pasal 12 dan 14 Konvensi internasional tentang Penghapusan semua bentuk Diskriminasi terhadap Perempuan, dan ayat I Deklarasi universal tentang Pemberantasan Kelaparan dan kekurangan gizi.
Deklarasi Alma Ata tahun 1978 merupakan bentuk kesepakatan bersama antara 140 negara termasuk indonesia, adalah merupakan hasil Konverensi internasional Pelayanan Kesehatan Primer (Primary health Care) di kota Alma Ata, negara Kazahstan sebelumnya merupakan bagian dari Uni Soviet. Konverensi internasional Primary health care ini disponsori oleh organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan organisasi PBB untuk anak (Unicef). Isi pokok dari deklarasi ini, bahwa Pelayanan Kesehatan Primer (Dasar) adalah merupakan strategi utama untuk pencapaian kesehatan untuk semua (health for all ), sebagai bentuk perwujudan hak asasi manusia. Deklarasi Alma Ata ini selanjutnya terkenal dengan Kesehatan semua untuk tahun 2000 atau “Health for all by the year 2000”. Bentuk operasional dalam mencapai kesehatan untuk semua (Kesuma) tahun 2000 di Indonesia adalah PKMD (Pembangunan Kesehatan Masyarakat Desa).
Meskipun sebenarnya di Indonesia sudah berkembang sejak tahun 1970 an, di Solo dan Banjarnegara yang diprakarsai oleh Yakkum, dalam bentuk dana sehat, pos obat sehat, pos obat desa, arisan rumah sehat, dan sebagainya. Deklarasi Alma Ata juga menyebutkan bahwa untuk mencapai kesehatan untuk semua tahun 2000 adalah melalui Pelayanan Kesehatan Dasar, yang sekurang-kurangnya mencakup 8 pelayanan dasar yakni:
1. Pendidikan kesehatan (health education)
2. Peningkatan penyediaan makanan dan gizi +(promotion of food supplies and proper nutrition)
3. Penyediaan air bersih yang cukup dan sanitasi dasar (adequate supply of safe water and basic sanitation)
4. Pelayanan kesehata ibu dan anak termasuk keluarga berencana (maternal and child care, including family planning)
5. Imunisasi (immunitation against the major infectious diseases)
6. Pencegahan dan pemberantasan penyakit endemik (prevention and control control of locally endemic diseases)
7. Pengobatan penyakit-penyakit umum (appropriate treatment of common diseases and injuries)
8. Penyediaan Obat esensial (provision essential drugs)
Dari 8 pelayanan kesehatan dasar tersebut diatas, pendidikan kesehatan (promosi kesehatan) ditempatkan pada urutan pertama. Ini berarti bahwa sejak bahwa sejak konferensi Alma Ata tahun 1978, para delegasi 140 negara tersebut telah mengakui betapa pentingnya peran promosi kesehatan dalam mencapai kesehatan untuk semua.
Oleh sebab itu dalam Konferensi internasional Promosi Kesehatan yang pertama di Ottawa, yang menghasilkan Piagam Ottawa (Ottawa Charter) ini, Deklarasi Alma Ata dijadikan dasar pijakannya. Hal ini dapat dilihat dalam pembukaan Piagam Ottawa yang menyebutkan: “The first International Conference Promotion, meeting in Ottawa this 21st day of November 1986 hereby present this charter for action to achieve Health action to achieve Health for All by the year 2000 and beyond. Dalam pernyataan ini tersirat bahwa para delegasi atau peserta dari semua negara, melalui piagam atau Charter tersebut bersepakat untuk melanjutkan pencapaian Sehat untuk semua tahun 2000 dan sesudahnya, seperti yang telah dideklarasikan dalam piagam Alma Ata. Hal tersebut adalah merupakan bentuk komitment semua negara untuk melanjutkan terwujudnya kesehatan untuk semua (health for all) melalui promosi kesehatan. Lebih jelas lagi dalam pendahuluan Piagam Ottawa juga disebutkan “It built on the progress made through the Declaration on Primary Health care at Alma Ata” the world Organitations target for Health for All the world organitations target for Health for All document and the recent debate the world assembly on intersectoral action for health. Dari uraian tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa sejarah promosi kesehatan pada akhir abad ke 20 dan awal abad ke 21 yang dimulai dengan Konferensi internasional Promosi Kesehatan yang pertama di Ottawa, Canada ini tidak terlepas dari Deklarasai Alma Ata.
Jelas bahwa kesehatan adalah hal penting yang berhak diperoleh setiap individu serta menjadi kewajiban bagi negara untuk menjamin agar setiap warga negaranya mau dan mampu untuk hidup sehat dan memanfaatkan pelayanan pelayanan kesehatan.
Selain itu, kesehatan merupakan salah satu bagian dari Indeks Pembangunan Manusia (IPM) atau Human Development Index yang merupakan indikator dalam menentukan tingkat kesejahteraan masyarakat.
Kerkaitan dengan pembangunan kesehatan, tak kurang dari 189 negara anggota Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) hadir dalam penanangan “Deklarasi Tujuan Pembangunan Millenium Development Goals 2015 di New York, 2000. Pertemuan tersebut bertujuan untuk meningkatkan kehidupan manusia melalui pembangunan pendidikan, ekonomi, dan kesehatan. Isu-isu luas tercakup dalam deklarasi MDGs, di dalamnya termaktub pula butir- butir tujuan pembangunan pada bidang kesehatan kesehatan seperti seperti penurunan angka Kematian Ibu dan angka Kematian bayi sebagai bagian dari perlindungan kelompok rentan, selain terkait dengan strategi penurunan angka kemiskinan (Poverty Reduction Strategy). Penting dan kritisnya bidang kesehatan ini antara lain ternyatakan dengan fakta-akta bahwa:
1. Kebijakan kesehatan tumbuh dengan cepat, dan termasuk dalam wilayah yang sering menjadi bahan perdebatan.
2. Selama lebih dari 20 tahun terakhir, pembahasan kebijakan kesehatan berkembang pesat dalam berbagai literatur akademik, demikian pula dengan area lain terkait kesehatan dan pengobatan dalam konteks ilmu sosial. Kebijakan kesehatan bahkan tidak hanya dibahas oleh kalangan akademisi maupun profesional kesehatan dan medis, tapi juga oleh para politisi, kelompok masyarakat, serta media dan umum.
Pelayanan Pelayanan kesehatan semakin berkembang sejalan dengan pertumbuhan atau perkembangan kehidupan sosial yang semakin kompleks dan penuh ketidakpastian. Situasi tersebut bahkan dimanfaatkan sebagai bahasan penting dalam perdebatan politik (the basis of important policy debates).
3. Pada negara-negara industri, biaya pelayanan kesehatan sudah meningkat sekitar 10 persen dari aktivitas ekonomi keseluruhan. Negara-negara nonindustri lainnya juga memperlihatkan gambaran serupa.
4. Aspek penting pembiayaan kesehatan yang mengokohkan posisi strategis sektor kesehatan telah sejak lama diketahui. Bahkan di tahun 1990 saja, pengeluaran untuk kesehatan secara global diestimasikan telah mencapai sekitar 1700 triliun dolar, atau sekitar 4 persen dari keseluruhan pendapatan. Pada negara-negara industri, biaya kesehatan sudah meningkat hingga lebih besar dari 10 persen GDP (Gross Domestic Product), dengan kata lain, perhitungan biaya untuk pelayanan kesehatan sekitar 10 persen dari keseluruhan aktifitas ekonomi. Pengeluaran untuk kesehatan terus meningkat, seiring dengan peningkatan usia harapan harapan hidup dan bertambahnya populasi orang tua usia lanjut. Kemajuan teknologi medis memberikan lebih banyak alternatif diagnostik dan klinik sehingga semakin banyak cara untuk menghabiskan uang dalam sektor pelayanan kesehatan serta untuk perusahaan obat dan peralatan medis.
5. Sektor kesehatan sudah menjadi bagian dari industri yang memberikan lapangan pekerjaan luas. Ungkapan bahwa kesehatan adalah area yang padat karya menunjukkan bahwa banyak orang yang bekerja dalam sektor kesehatan. Contohnya di Amerika Serikat, pada tahun 1910 terdapat profesi dokter, farmasi, perawat, dan dokter gigi, dan 1,3 persen dari seluruh orang yang bekerja, berada dalam ruang lingkup kerja di sektor kesehatan. Saat ini, terdapat sekitar 700 kategori pekerjaan dalam sektor pelayanan kesehatan, dan lebih dari 5 persen dari pekerja berada dalam sektor kesehatan. Hal ini menyebabkan sektor kesehatan sebagai industri individual terbesar yang memberi pekerjaan di sana (Amerika Serikat) juga negara-negara Eropa sehingga Organisasi pelayanan kesehatan atau industri kesehatan disebut-sebut sebagai industri individual terbesar yang memberi pekerjaan (the largest single industrial employer).
Pada lingkup nasional, Pasal 28 H ayat (1) UUD 1945 menyatakan bahwa setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal, dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan. UU 36 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia menyatakan bahwa: Setiap orang berhak untuk hidup, mempertahankan hidup dan meningkatkan taraf kehidupannya, Setiap orang berhak hidup tenteram, aman, damai, bahagia, sejahtera, lahir dan batin, Setiap orang berhak atas lingkungan hidup yang baik dan sehat, Jaminan atas hak memperoleh derajat
kesehatan yang optimal juga terdapat dalam UU Nomor 36 Tahun 1999 tentang kesehatan.
C. MASALAH KESEHATAN
Masalah kebijakan, adalah nilai dan kebutuhan atau kesempatan yang belum terpenuhi, tetapi dapat diindentifikasikan dan dicapai melalui tindakan publik. Tingkat masalah tergantung pada nilai dan kebutuhan apa yang dipandang paling penting.
Menurut Dunn (1988) beberapa karakteristik masalah pokok dari masalah kebijakan, adalah:
1. Interdepensi (saling tergantung)
Interdepensi adalah kebijakan suatu bidang (energi) seringkali mempengaruhi masalah kebijakan lainnya (pelayanan kesehatan). Kondisi ini menunjukkan adanya sistem masalah. Sistem masalah ini membutuhkan pendekatan Holistik, satu masalah dengan yang lain tidak dapat di pisahkan dan diukur sendirian.
2. Subjektif
Subjektif adalah kondisi eksternal yang menimbulkan masalah diindentifikasi, diklasifikasi dan dievaluasi secara selektif. Contoh: Populasi udara secara objektif dapat diukur (data). Data ini menimbulkan penafsiran yang beragam (gangguan kesehatan, lingkungan, iklim, dan lain-lain). Muncul situasi problematis, bukan problem itu sendiri.
3. Artifisial
Artifisial adalah pada saat diperlukan perubahan situasi problematis, sehingga dapat menimbulkan masalah kebijakan.
4. Dinamis
Dinamis adalah masalah dan pemecahannya berada pada suasana perubahan yang terus menerus. Pemecahan masalah justru dapat memunculkan masalah baru, yang membutuhkan pemecahan masalah lanjutan.
5. Tidak terduga
Tidak terduga adalah masalah yang muncul di luar jangkauan kebijakan dan sistem masalah kebijakan
D. HIRARKI KESEHATAN
Setiap kebijakan harus memiliki konsistensi dan koherensi dengan kebijakan pada tingkat kewenangan yang luas. Dengan begitu tidak akan terjadi benturan kebijakan yang dapat menyebabkan sebuah kebijakan tidak dapat dieksekusi.
1. Berdasarkan sistem politik
Menurut konsep Trias politica, hierarki dalam kebijakan meliputi:
a. Kebijakan publik yang tertinggi yang dibuat oleh legislatif sebagai representasi dari publik, contoh pembuatan UUD
b. Kebijakan publik yang dibuat dalam bentuk Kerjasama antara legislative dengan eksekutif. Contoh: Perda ditingkat Daerah.
c. Kebijakan yang dibuat oleh eksekutif, yaitu kebijakan yang dibuat untuk melaksanakan kebijakan public yang bersifat umum yang dibuat oleh legislative (UUD) dan yg melalaui Kerjasama dengan eksekutif (UU).
Indonesia memiliki hierarki dasar hukum yang harus ditaati dan menjadi landasan dalam penyususan kebijakan public di Indonesia, mengacu pada UU no 12 tahun 2011 mengenai Pembentukan Perundangan-undangan RI.
Produk Perundangan
a. Undang-undang, dibentuk oleh DPRD dengan persetujuan Presiden
b. Peraruran Pemerintah Pengganti UU (Perppu), ditetapkan Presiden dulu hal ikhwal kegentingan yg memaksa
c. Perarturan Pemerintah (PP) ditetapkan Presiden untuk menjalankan UU d. Peraturan Presiden (Perpres), Peraturan Per UU dibuat Presiden
e. Peraturan Daerah (Perda) Peraturan PerUU disusun DPRD dengan persetujuan Bersama Kepala Daerah.
2. Berdasarkan wilayah Geografis Otoritas Pembuat Kebijakan
Kebijakan Nasional yang berarti berlaku untuk seluruh penduduk dan system pemerintahan dibawah pemerintahan pusat Negara
Kebijakan Provinsi yg harus diimpelentasikan pada seluruh pemerintahan di provinsi terkait, kota/kab serta level pemerintahan yg lebih rednah berikutnya.
3. Berdasarkan isi, waktu, dan prioritas Penetapan kebijakan.
Dalam mementukan hierarki kebijakan dpt dibedakan melalui isi kebijakan tsb:
a. Kebijakan utama, kebijakan dasar yg belum diturunkan
b. Kebijakan turunan, yg telah dirunkan dari sebuah kebihajkan utama. Misalnya, kebijakan penanggulangan AKI dpt diturunkan menjadi Kebijakan peningkatan Gizin Ibu hamil.
c. Kebijakan jangka Panjang. Berdurasi lebih 5 tahun.Misalnya 25 tahun, biasanya dibuat ditingkat nasional, misalnya RPJP bidang kesehatan
d. Kebijakan jangka pendek, durasi sekitar 1 tahun. Biasanya berupa program yg menjadi implemetasi dari kebijakan pd hierarki lebih tinggi.
Adapun Kebijakan Kesehatan ditentukan dari Prioritasnya berdasarkan ketersediaan dan alokasi anggaran serta sumber daya lainnya. Pada umumnya, sebuah kebijakan ditetapkan sebagai prirotas antara lain dengan mempertimbangkan kemungkinan dampak besar yang dapat terjadi. Dengan demikian, kebijakan dapat menjadi kebijakan prioritas utama dan kebijakan yg bukan prioritas.
Berdasarkan isi, waktu, dan prioritas, sebuah kebijakan dapat terus berlangsung / menghilang dan tergantikan oleh kebijakan lainnya. Misalnya, kebijakan revitalisasi posyandu yg diterapkan pd masa sebelum otonomi daerah ditiadakan pada pemerintahan selanajutnya menyebabkan banyak kasus gizi buruk, AKI dan AKB semakin meningkat.
Aplikasi pemahaman dan konsep dasar kebijakan public, kebijakan kesehatan dan penerapan hierarki dpt terlihat pd contoh implementasi kebijakan kes di beberapa negara dan Indonesia.