• Tidak ada hasil yang ditemukan

pengaruh acid test ratio, return on asset, dan

N/A
N/A
Nguyễn Gia Hào

Academic year: 2023

Membagikan "pengaruh acid test ratio, return on asset, dan"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

FOOD AND BEVERAGES DI BURSA EFEK INDONESIA

JURNAL

Diajukan oleh:

A F R I M A NPM: 09090002

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI

SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (STKIP) PGRI SUMATERA BARAT

2017

(2)

PENGARUH ACID TEST RATIO, RETURN ON ASSETS DAN DEBT TO EQUITY RATIO TERHADAP HARGA SAHAM PADA PERUSAHAAN YANG BERGERAK DISUBSEKTOR FOOD AND BEVERAGES DI BURSA

EFEK INDONESIA

Oleh :

Afrima1, Syailendra Eka Putra, SE, MM2 dan Desi Areva, M.Pd3

1) Mahasiswa Program Studi Pendidikan Ekonomi STKIP-PGRI Sumatera Barat 2, 3) Dosen Program Studi Pendidikan Ekonomi STKIP-PGRI Sumbar

Email : afrimarima@gmail.com ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis: 1) pengaruh acid test ratio terhadap harga saham, 2) pengaruh return on assets terhadap harga saham, 3) pengaruh debt to equity ratio terhadap harga saham, 4) pengaruh acid test ratio, return on assets dan debt to equity ratio secara bersama- sama terhadap harga saham.

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif dan kuantitatif. Populasi penelitian ini adalah perusahaan yang bergerak disubsektor food and beverages di Bursa Efek Indonesia. Teknik pengambilan sampelnya yaitu purposive sampling dengan sampel dalam penelitian sebanyak 12 perusahaan dan teknik analisis data yang digunakan adalah teknik analisis deskriptif dan analisis induktif, dengan bantuan program Eviews versi 8.0.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: Pertama acid test ratio tidak berpengaruh terhadap harga saham. Hal ini ditunjukkan dengan nilai koefisien regresi sebesar 0,484. Nilai koefisien ini tidak signifikan karena nilai thitung 0,931 < ttabel sebesar 1,672. Kedua return on assets berpengaruh positif dan signifikan terhadap harga saham. Hal ini ditunjukkan dengan nilai koefisien regresi sebesar 0,250. Nilai koefisien ini signifikan karena nilai thitung 3,745 > ttabel 1,672. Ketiga debt to equity ratio tidak berpengaruh terhadap harga saham. Hal ditunjukkan dengan nilai koefisien regresi sebesar 0,904. Nilai koefisien ini tidak signifikan karena nilai thitung, 1,468 < ttabel sebesar 1,672. Keempat acid test ratio, return on assets dan debt to equity ratio secara bersama-sama berpengaruh positif dan signifikan terhadap harga saham. Hal ini ditunjukkan dengan nilai Fhitung

7,059 > Ftabel 2,76. Hal ini berarti Ha diterima dan H0 ditolak.

Kata Kunci : Acid test ratio (ATR), return on asstets (ROA), debt to equity ratio (DER), harga saham

ABSTRACT

This study aims to analyze 1) the effect of acid test ratio of the stock price, 2) the influence of return on assets to the stock price, 3) the effect of the debt to equity ratio of the stock price, 4) the effect of acid test ratio, return on assets and debt to equity ratio is jointly the stock price.This type of research is descriptive and quantitative research. The population of this research is a company engaged disubsektor food and beverages in the Indonesia Stock Exchange.

Sample collection technique is purposive sampling with a sample in the study of 12 companies and data analysis techniques used are descriptive analysis and inductive analysis, with the help of Eviews version 8.0 program.

The results showed that: The first acid test ratio has no effect on stock prices. This is indicated by the value of regression coefficient of 0.484. The value of this coefficient is not significant because tcount 0.931 <ttabel 1.672. Both return on assets and a significant positive effect on stock prices. This is indicated by the regression coefficient of 0.250. The coefficient value is significant because tcount 3.745> 1.672 ttabel. The third debt to equity ratio does not affect the stock price. It is indicated with a regression coefficient of 0.904. The value of the coefficient is not significant because tcount, 1.468 <ttabel 1.672. Fourth acid test ratio, return on assets and debt to equity ratio together positive and significant effect on stock prices. This is indicated by the value of F 7,059> Ftabel 2.76. This means Ha accepted and Ho is rejected.

Keywords: Acid test ratio (ATR), return on asstets (ROA), debt to equity ratio (DER), stock price

(3)

PENDAHULUAN

Harga saham merupakan faktor yang paling penting diperhatikan oleh investor dalam berinvestasi, karena harga saham menunjukkan kinerja ataupun prestasi yang sedang dilalui emiten. Apabila kinerja keuangan perusahaan menunjukkan adanya prospek yang baik, maka sahamnya akan diminati oleh investor dan harganya akan meningkat. Sebaliknya apabila kinerja emiten memburuk, maka keuntungan yang dihasilkan dari operasi usaha akan semakin

kecil. Untuk menganalisis dan memilih harga saham, para investor membutuhkan informasi terpercaya. Informasi tersebut diperoleh dari kinerja perusahaan berdasarkan laporan keuangan. Informasi mengenai harga saham pada perusahaan yang bergerak disubsektor food and beverages di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2011-2015 dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 1. Harga Saham Perusahaan Food and Beverages di BEI Tahun 2011-2015

NO KODE Harga Saham

2011 2012 2013 2014 2015

1 AISA 495 1.080 1.430 2.095 1.210

2 CEKA 950 1,300 1,160 1.500 675

3 DLTA 111.500 255.000 380.000 390.000 5.200

4 ICBP 5.200 7.800 10.200 13.100 13.475

5 INDF 4.600 5.850 6.600 6.750 5.175

6 MLBI 359.000 740.000 1.200.000 11.950 8.200

7 MYOR 14.250 20.000 26.000 20.900 30.500

8 PSDN 310 205 150 143 122

9 ROTI 3.325 6.900 1.020 1.385 1265

10 SKLT 140 180 180 300 370

11 STTP 690 1.050 1.550 2.880 3.015

12 ULTJ 1.080 1.330 4.500 3.720 3.945

13 ADES 1.010 1.920 2.000 1.375 1.015

14 ALTO - 315 570 352 325

15 AQUA - - - - -

16 DAVO - - - - -

17 SKBM - 390 480 970 945

Sumber: www.idx.co.id

Diakses 10 Agustus 2016 09:56 pm)

Berdasarkan tabel di atas terlihat bahwa closing price pada perusahaan subsektor food and beverages yang menjadi sampel penelitian berfluktuasi. Bagi pemodal yang akan berinvestasi dapat melakukan penilaian terhadap saham dengan menggunakan analisis rasio keuangan.

Analisis rasio keuangan merupakan alternatif untuk menguji apakah informasi keuangan dapat digunakan untuk memprediksi harga saham (Alfianto: 2016).

Menurut David Sukardi dan Kurniawan (2010: 233) Analisis laporan keuangan diklasifikasikan menjadi beberapa

kelompok, diantaranya rasio likuiditas, rasio pasar, rasio hutang dan rasio profitabilitas.

Menurut Kasmir (2009: 127) rasio likuiditas merupakan rasio yang menggambarkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendek.

Menurut Sartono (2010) likuiditas sebagai rasio yang menunjukkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya dengan segera. Untuk mengukur likuiditas dapat dilihat dari acid test ratio (quick ratio) yang terdapat dalam laporan keuangan perusahaan.

Menurut Kasmir (2009: 127) quick ratio merupakan rasio yang menunjukkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi

(4)

atau membayar kewajiban atau utang lancar dengan aktiva lancar tanpa memperhitungkan nilai persediaan. Bila acid test ratio meningkat maka akan mempunyai pengaruh yang positif terhadap peningkatan harga saham (Prastowo dan Julianty, 2005:

85).

Selain acid test ratio, rasio keuangan lainnya yang dapat mempengaruhi kinerja keuangan suatu perusahaan yaitu profitabilitas. Menurut Kasmir (2009: 127) rasio profitabilitas merupakan rasio untuk menilai kemampuan perusahaan dalam mencari keuntungan atau laba dalam suatu periode tertentu. Menurut Fahmi (2012) rasio ini dimaksudkan untuk mengukur efisiensi penggunaan aktiva perusahaan, yang bermanfaat untuk menunjukkan keberhasilan perusahaan di dalam menghasilkan keuntungan.

Menurut Mardiyanto (2009: 196) return on assets adalah rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba yang berasal dari aktivitas investasi. Menurut Dendawijaya (2003: 120) rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen dalam memperoleh keuntungan (laba) secara keseluruhan.

Menurut Lestari dan Sugiharto (2007:

196) return on assets adalah rasio yang digunakan untuk mengukur keuntungan bersih yang diperoleh dari penggunaan aktiva. Menurut Brigham (2007) return on assets merupakan rasio yang mengukur laba operasi yang dapat dihasilkan melalui total asset. Dengan kata lain, semakin tinggi rasio ini maka semakin baik produktivitas assets dalam memperoleh keuntungan bersih.

Semakin besar return on assets, semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai oleh perusahaan tersebut dan semakin baik pula posisi perusahaan tersebut dari segi penggunaan asset. Berdasarkan pendapat yang telah dikemukakan di atas diketahui bahwa keberhasilan perusahaan dalam mengelola sumber dana dapat dilihat dari peningkatan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba (profitabilitas).

Jadi, dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi return on assets maka semakin tinggi pula permintaan investor terhadap saham. Meningkatnya jumlah permintaan saham akan memicu naiknya harga saham suatu perusahaan.Selanjutnya

rasio keuangan yang dapat digunakan untuk menilai kinerja keuangan adalah rasio leverage. Menurut Kasmir (2009: 127) rasio leverage merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur sejauh mana aktiva perusahaan dibiayai dengan utang. Menurut Mawardi (2006) debt to equity ratio merupakan perbandingan antara total utang dengan modal sendiri yang berupa saham dan surat berharga lainnya. Menurut Sunjaja dan Berlian: (2003) debt to equity ratio digunakan untuk menghitung perbandingan antara hutang jangka panjang dengan modal pemegang saham perusahaan.

Menurut Sartono (2001: 66) debt to equity ratio merupakan rasio hutang terhadap modal. Rasio ini mengukur seberapa jauh perusahaan dibiayai oleh hutang, dimana semakin tinggi nilai rasio ini menggambarkan gejala yang kurang baik bagi perusahaan. Peningkatan jumlah hutang pada akhirnya akan mempengaruhi jumlah laba bersih yang tersedia bagi pemegang saham karena kewajiban untuk membayar hutang jauh lebih diutamakan daripada pembagian dividen.

Dengan begitu semakin tinggi nilai debt to equity ratio maka semakin rendah harga saham dan sebaliknya semakin rendah nilai debt to equity ratio maka semakin tinggi harga saham. Keberadaan sejumlah variabel yang dapat mempengaruhi harga saham telah diteliti oleh sejumlah peneliti dimasa lalu.

Penelitian yang membahas sejumlah variabel yang mempengaruhi harga saham dilakukan oleh Mandasari (2014) yang menemukan bahwa acid test ratio atau yang biasa disebut dengan quick ratio mempunyai pengaruh positif signifikan terhadap harga saham. Amanah (2014) menemukan bahwa quick ratio mempunyai pengaruh positif signifikan terhadap harga saham. Takarini (2011) menemukan bahwa quick ratio mempunyai pengaruh negatif signifikan terhadap harga saham. Zuliarni (2012) menemukan bahwa return on assets mempunyai pengaruh positif signifikan terhadap harga saham.

Marlina (2009), Amanah (2014) dan Mandasari (2014) menemukan bahwa return on assets mempunyai pengaruh positif signifikan terhadap harga saham. Sandhieko (2009) dan Widuri (2009) menemukan bahwa debt to equity ratio berpengaruh

(5)

negatif signifikan terhadap harga saham.

Berdasarkan kepada fenomena dan latar belakang masalah yang telah dijelaskan, peneliti merasa tertarik untuk melakukan sebuah penelitian tentang pengaruh rasio- rasio keuangan terhadap harga saham khususnya “Pengaruh Acid Test Ratio, Return On Asset dan Debt To Equity Ratio terhadap Harga Saham Perusahaan yang Bergerak di Sektor Food and Beverages di Bursa Efek Indonesia”.

KAJIAN TEORI 1. Harga Saham

Menurut Sunariyah (2004: 128) harga saham adalah harga selembar saham yang berlaku dalam pasar saat ini di bursa efek. Menurut Jogiyanto ( 2008:

143) harga saham adalah harga yang terjadi di pasar bursa pada saat tertentu yang ditentukan oleh pelaku pasar dan ditentukan oleh permintaan dan penawaran saham yang bersangkutan di pasar modal. Menurut Husnan dan pudjiastuti (2004: 151) harga saham merupakan nilai sekarang (present value) dari penghasilan-penghasilan yang akan diterima oleh pemodal dimasa yang akan datang. Menurut Darmadji dan Fakhruddin (2001: 10) harga saham dibentuk karena adanya permintaan dan penawaran atas saham. Menurut Halim (2005: 20) harga saham adalah harga yang terbentuk di pasar jual beli saham.

Berdasarkan teori di atas dapat disimpulkan harga saham adalah harga jual beli saham yang sedang berlaku di pasar saham.

2. Acid Test Ratio

Acid test ratio atau yang sering dengan quick ratio merupakan rasio yang sering digunakan untuk mengukur seberapa efektif perusahaan dalam melunasi kewajiban jangka pendek tanpa dikaitkan dengan penjualan persediaan (Margaretha: 2005). Menurut Harahap (2009) quick ratio menunjukkan kemampuan aktiva lancar yang paling likuid mampu menutupi utang lancar.

Quick ratio (acid test ratio) merupakan alat ukur yang lebih akurat untuk mengukur likuiditas perusahaan, karena rasio ini memfokuskan komponen- komponen aktiva lancar yang lebih likuid yaitu kas, surat-surat berharga dan

piutang yang dihubungkan dengan hutang lancar atau hutang jangka pendek (Martono dan Harjito: 2007).

Berdasarkan pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa acid test ratio adalah salah satu rasio likuiditas yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendek.

3. Return on Assets

Mardiyanto (2009: 196) mengemukakan bahwa ROA adalah rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba yang berasal dari aktivitas investasi. Menurut Dendawijaya (2003: 120) ROA digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen dalam memperoleh keuntungan (laba) secara keseluruhan . Menurut Lestari dan Sugiharto (2007: 196) ROA adalah rasio yang digunakan untuk mengukur keuntungan bersih yang diperoleh dari penggunaan aktiva.

Menurut Brigham dan Houston (2001) rasio laba bersih terhadap total aktiva mengukur pengembalian atas total aktiva (ROA) setelah bunga pajak.

Menurut Horn dan Wachowicsz menghitung ROA dengan menggunakan rumus laba bersih setelah pajak dibagi dengan total aktiva. Keuntungan neto yang beliau maksud adalah keuntungan neto sesudah pajak. Berdasarkan pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa ROA mengukur kemampuan dalam menghasilkan keuntungan bersih setelah pajak dan sebagai ukuran untuk menilai seberapa besar tingkat pengembalian dari asset yang dimiliki perusahaan berdasarkan aktiva yang ada.

4. Debt to Equity Ratio

Tingkat resiko perusahaan dalam memenuhi kewajiban hutangnya dengan modal sendiri juga masih sering digunakan dalam mempertimbangkan keputusan berinvestasi. Tingkat resiko ini diukur dengan DER. DER (Debt to equity ratio) merupakan salah satu rasio solvabilitas yang digunakan untuk mengukur perbandingan antara jumlah hutang dengan modal. Para kreditur sebelum mengambil keputusan memberi

(6)

atau menolak permintaan kredit dari perusahaan, perlu menganalisis laporan keuangan perusahaan yang bersangkutan.

Rasio ini biasa disebut sebagai perbandingan antara total hutang dengan modal yang bersumber dari pemilik modal (equity). Hasil analisis digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan untuk membayar hutangnya dan juga membayar beban bunga.

Utang merupakan pengorbanan- pengorbanan ekonomik (economic sacrifices) untuk menyerahkan aktiva atau jasa kepada entitas lain dimasa yang akan dating (Sugiri et al.,: 2001). Sawir (2001: 11) mengemukakan debt to equity ratio atau ratio utang memperlihatkan proporsi antara kewajiban yang dimiliki dan seluruh kekayaan yang dimiliki.

Sartono (2010) mengungkapkan bahwa hutang dapat meningkatkan nilai perusahaan, akan tetapi hutang dapat menciptakan risiko bagi perusahaan.

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan debt to equity ratio adalah perbandingan antara total hutang terhadap total aktiva. Semakin tinggi hasil persentasenya, cenderung semakin besar risiko keuangannya bagi kreditur maupun pemegang saham (Sawir: 2001).

METODE PENELITIAN

Penelitian yang dilakukan saat ini merupakan penelitian deskriptif dan kuantitatif. Maksudnya adalah penelitian ini bersifat menarasikan berbagai fenomena dan data yang peneliti peroleh dan menggunakan data dan dasar teori untuk membangun sebuah formula solusi terbaik dengan terlebih dahulu melakukan estimasi data dengan bantuan alat uji statistik (Sekaran:

2011).

Jenis Dan Sumber Data

Jenis data yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Menurut Indriantoro dan Supomo (2009) data sekunder yaitu data yang diperoleh peneliti secara tidak langsung melalui media perantara (diperoleh dan dicatat oleh pihak lain). Dalam penelitian ini data sekunder diperoleh dari sejumlah data harga saham pada perusahaan sektor food and beverages yang telah dipublikasikan di Bursa Efek Indonesia (www.idx.co.id) pada periode 2011-2015. Data harga saham yang

digunakan adalah closing price per desember.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Analisis Deskriptif 1. Harga Saham (Y)

Harga saham pada perusahaan subsektor food and beverages berada dalam kondisi harga yang wajar karena rata-rata harga sahamnya berada di atas ribuan rupiah.

2. Acid Test Ratio (X1)

Pada umumnya peningkatan dan penurunan acid test ratio pada perusahaan subsektor food and beverages sebanding dengan peningkatan dan penurunan harga saham. Pada saat acid test ratio meningkat harga saham juga meningkat dan pada saat acid test ratio menurun harga saham juga ikut menurun.

Hal ini sesuai dengan pendapat yang dikemukakan oleh Prastowo dan Julianty (2005: 85) yang menyatakan bahwa apabila acid test ratio atau yang sering disebut dengan quick ratio meningkat maka akan mempunyai pengaruh yang positif terhadap peningkatan harga saham. Akan tetapi hal ini tidak sepenuhnya berlaku pada perusahaan subsektor food and beverages lainnya di Bursa Efek Indonesia. Karena ada beberapa perusahaan yang mengalami penurunan nilai acid test ratio, akan tetapi harga sahamnya meningkat.

3. Return on Assets (X2)

Return on assets dari perusahaan food and beverages yang menjadi sampel penelitian berfluktuasi setiap tahun. Beberapa perusahaan ada yang mempunyai nilai return on assets bertanda negatif sehingga dapat dikatakan bahwa kondisi perusahaan kurang baik. Hal ini menandakan bahwa meskipun harga saham perusahaan tergolong tinggi kadangkala perusahaan masih ada yang tidak mendapatkan keuntungan.

(7)

4. Debt to Equity Ratio

Menurut Tjiptono dan Fakhruddin (2011: 158) semakin tinggi nilai deb to equity ratio berarti jumlah hutang perusahaan tersebut semakin besar, sehingga minat investor untuk membeli saham juga menurun karena risiko finansialnya terlalu tinggi. Namun teori ini tidak berlaku untuk semua perusahaan subsektor food and beverages di Bursa Efek Indonesia.

Karena banyak perusahaan subsektor food and beverages mempunyai harga saham yang tinggi walaupun nilai debt to equity rationya tinggi.

Koefisien Determinasi

Berdasarkan hasil pengolahan data diperoleh hasil nilai R square sebesar 0,274, artinya sebesar 27% perubahan pada variabel dependen (harga saham) dapat dijelaskan oleh variabel independen (acid test ratio, return on assets dan debt to equity ratio) sedangkan sisanya sebesar 73%

dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak termasuk di dalam penelitian ini.

Uji Hipotesis Hasil Uji t

a. Hipotesis 1, pada variabel acid test ratio diperoleh nilai koefisien sebesar 0,484.

Angka ini tidak signifikan karena memiliki nilai thitung sebesar 0,931 < ttabel

1,672 berarti Ho diterima dan Ha ditolak.

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa tidak terdapat pengaruh antara acid test ratio terhadap harga saham pada perusahaan yang bergerak disubsektor food and beverages di Bursa Efek Indonesia.

b. Hipotesis 2, pada variabel return on assets diperoleh nilai koefisien sebesar 0,250. Angka ini signifikan karena memiliki nilai thitung sebesar 3,745 > ttabel

1,672 berarti Ho ditolak dan Ha diterima.

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa terdapat pengaruh secara positif dan signifikan antara return on assets terhadap harga saham pada perusahaan yang bergerak disubsektor food and beverages di Bursa Efek Indonesia.

c. Hipotesis 3, pada variabel debt to equity diperoleh nilai koefisien sebesar 0,904.

Angka ini tidak signifikan karena

memiliki nilai thitung sebesar 1,468 < ttabel

1,672 berarti Ho diterima dan Ha ditolak.

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa tidak terdapat pengaruh antara return on assets terhadap harga saham pada perusahaan yang bergerak disubsektor food and beverages di Bursa Efek Indonesia.

Hasil Uji F

Dari hasil pengolahan data terdapat nilai sebesar 7,59 > F tabel 2,76.

Artinya terdapat pengaruh secara positif dan signifikan antara acid test ratio, return on assets dan debt to equity ratio terhadap harga saham pada perusahaan yang bergerak disubsektor food and beverages di Bursa Efek Indonesia.

PENUTUP Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data yang telah dilakukan dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Pada variabel acid test ratio diperoleh nilai koefisien regresi sebesar 0,484.

Angka ini tidak signifikan karena nilai thitung sebesar 0,931 < ttabel 1,672 berarti Ho diterima dan Ho ditolak. Artinya tidak terdapat pengaruh antara acid test ratio terhadap harga saham pada perusahaan yang bergerak disubsektor food and beverages di Bursa Efek Indonesia.

2. Pada variabel return on asset diperoleh nilai koefisien regresi sebesar 0,250.

Angka ini signifikan karena nilai thitung

sebesar 3,745 > ttabel 1,672 berarti Ho diolak dan Ha diterima. Artinya terdapat pengaruh antara return on assets terhadap harga saham pada perusahaan yang bergerak disubsektor food and beverages di Bursa Efek Indonesia.

3. Pada variabel debt to equity ratio diperoleh nilai koefisien regresi sebesar 0,904. Angka ini tidak signifikan karena nilai thitung sebesar 1,468 < ttabel 1,672 berarti Ho diterima dan Ha ditolak.

Artinya tidak terdapat pengaruh antara deb to equity terhadap harga saham pada perusahaan yang bergerak disubsektor food and beverages di Bursa Efek Indonesia.

4. Pada variabel acid test ratio, return on assets dan debt to equity ratio diperoleh

(8)

nilai sebesar 7,059 > F tabel 2,76.

Artinya terdapat pengaruh secara positif dan signifikan antara acid test ratio, return on assets dan debt to equity ratio terhadap harga saham pada perusahaan yang bergerak disubsektor food and beverages di Bursa Efek Indonesia.

Sedangkan berdasarkan pengujian koefisien diperoleh nilai R Square sebesar 0,274, artinya sebesar 27%

perubahan pada variabel dependen (harga saham) dapat dijelaskan oleh variabel independen (acid test ratio, return on assets dan debt to equity ratio) sedangkan sisanya sebesar 73%

dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak termasuk di dalam penelitian ini.

Saran

1. Sehubungan dengan hasil penelitian yang ditemukan bahwa Acid test ratio, return on assets dan debt to equity ratio mempengaruhi harga saham pada perusahaan sektor food and beverages yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

Oleh karena penulis menyarankan kepada pihak perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia khususnya sektor food and beverages untuk meningkatkan kinerja keuangan agar harga saham mengalami peningkatan.

2. Bagi investor yang akan/dan sedang berinvestasi dalam bentuk saham di Bursa Efek Indonesia disarankan untuk memperhatikan setiap rasio keuangan agar tidak terfokus pada salah satu rasio keuangan.

DAFTAR PUSTAKA

Amanah, R. & Azizah, D.F., 2012.

TERHADAP HARGA SAHAM ( Studi pada Perusahaan Indeks LQ45 Periode 2008-2012 ). , 12(1).

Brigham & Houston. 2006.

Manajemen Keuangan.

Edisi Kedelapan. Edisi Indonesia. Jakarta:

Erlangga.

Husnan, Suad & Eny Pudjiastuti.

2004. Dasar-dasar

Manajemen Keuangan. UPP AMP YKPN: Yogyakarta Jogiyanto. 2008. Teori Portofolio

dan Analisis Investasi. Edisi Ketiga. Yogyakarta: BPFE.

Mardiyanto, Handoyo. 2009. Intisari Manajemen Keuangan. Jakarta:

PT Grasindo.

Margaretha, Farah. 2005.

Manajemen Keuangan.

Yogyakarta: Ekonosia

Marlina, L., 2001. RETURN ON

ASSETS TERHADAP

DIVIDEND PAYOUT RATIO.

, pp.1–6.

Mawardi, M. Cholid. 2007. Analisis

Pengaruh Variabel

Fundamental dan Variabel Makro (Uncontrolable) terhadap Harga Saham Studi Empiris pada Perusahaan Industry Property yang go- publik di BEI). Jurnal Ekonomi. Universitas Islam Malang.

Prastowo, Dwi dan Rifka Juliaty.

2005. Analisa Laporan Keuangan. Edisi Kedua, Penerbit UPP AMP YKPN : Yogyakarta

Sandieko, Hendry Harryo.2009.

Analisis Rasio Likuiditas, Rasio Leverage dan Rasio Profitabilitas serta Pengaruhnya Terhadap Harga Saham Pada Perusahaan Sektor Pertambangan yang Listing di BEI.

Sartono, Agus. 2010. Dasar Dasar

Manajemen Keuangan. Edisi

(9)

IV. Semarang: Universitas Dipenegoro.

Sekaran, Uma. 2006. Metodologi Penelitian Bisnis. Jakarta:

Erlangga.

Melalui Surat Utang Negara di Pasar Modal. PT Alumni:

Bandung

Sunariyah. 2004. Pengantar Pengetahuan Pasar Modal.

Unit Penerbit dan Percetakan Akademi Manajemen Perusahaan YKPN.

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh dari rasio keuangan Current Ratio (CR), Debt to Asset Ratio (DAR), Return on Asset (ROA), serta Ukuran Perusahaan terhadap

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Rasio Profitabilitas, Solvabilitas Dan Likuiditas Terhadap Audit Delay Pada