PENGARUH DURASI DAN JARAK PENGGUNAAN SMARTPHONE TERHADAP KELELAHAN MATA PADA MAHASISWA ARO GAPOPIN
Rangga Adhitia Hermawan, [email protected],
Lorentius Wahana Dika [email protected]
Akademi Refraksi Optisi dan Optometry Gapopin Pondok Aren Raya No. 108 A. Bintaro. Tangerang selatan
ABSTRACT
The research objective was to determine the relationship between distance and duration of smartphone use and eye fatigue complaints among students of ARO Gapopin. The sampling technique used a simple purposive sampling method with a sample size of 116 respondents obtained through an online questionnaire on the google form. The data analysis used was in multiple regression analysis using the SPSS application. The results of this study showed that there was no influence between variable duration and distance of smartphone use on complaints of eye fatigue.
With significance values of 0.996 and 0.682.
Keywords: Durasi, Jarak, Kelelahan Mata, Smartphone
PENDAHULUAN
Teknologi diciptakan untuk mempermudah setiap kegiatan manusia.
Teknologi memiliki berbagai macam jenis yang tidak terhitung jumlahnya.
Salah satu contoh teknologi yang populer pada saat ini adalah Gadget. Secara estimologi, gadget adalah sebuah istilah dalam bahasa Inggris yang berarti
perangkat elektronik kecil yang memiliki fungsi khusus. Berbagai macam gadget dapat ditemui pada zaman sekarang ini salah satu contohnya adalah Smartphone.
Smartphone atau dalam bahasa Indonesia bisa disebut dengan telepon pintar adalah perkembangan dari telepon genggam sebelumnya yang hanya memiliki beberapa fungsi saja seperti SMS atau
telepon. Akan tetapi smartphone untuk sekarang ini sudah memiliki beberapa keunggulan multifungsional yang dapat membantu pekerjaan manusia dan mempermudah kegiatan yang diinginkan dalam satu genggaman. Dengan berbagai kemudahan yang ditawarkan dari smartphone inilah orang – orang beralih menggunakaannya.
Kementerian Komunikasi dan Informatika menyatakan, penggunaan internet di Indonesia sangat tinggi. Hal itu didorong oleh tarif internet yang murah, dan banyaknya jumlah pengguna ponsel pintar mencapai 167 juta orang atau 89%
dari total penduduk Indonesia.
(mediaindonesia.com). Menurut (Anwar et al. 2021) Proses pembelajaran secara daring diduga menimbulkan dampak buruk bagi kesehatan mata anak.
Akibat yang ditimbulkan salah satunya adalah miopia atau rabun jauh. Hal tersebut bisa terjadi disebabkan paparan dari sinar layar monitor pada komputer atau layar ponsel yang menjadikan rasa lelah pada matayang secara terus menerus menatapnya dalam waktu yang cukup lama.
Menggunakan smartphone tentunya memiliki kekurangan, yaitu ukuran layarnya yang kecil. Menatap layar smartphone yang kecil dengan jarak pandang yang dekat dapat menyebabkan mata menjadi tegang, cepat lelah, dan berpotensi mengalami keluhan penglihatan. Berdasarkan data dari World Health Organization (WHO) menunjukkan angka kejadian kelelahan mata atau as the nopia di dunia berkisar 75 persen sampai 90 persen. Survey knowledge, attitude, and practices (KAP) pada dokter mata di India melaporkan asthenopia sebanyak 97,8%.
Kelelahan mata menurut Ilmu Kedokteran adalah gejala yang diakibatkan oleh upaya berlebihan dari sistem penglihatan yang berada dalam kondisi kurang sempurna untuk memperoleh ketajaman penglihatan.
Sedangkan menurut Trevino Pakasi (1999) kelelahan mata adalah suatu kondisi subjektif yang disebabkan oleh penggunaan otot mata secara berlebihan.
Mata lelah, tegang atau pegal adalah gangguan yang dialami mata karena otot- ototnya yang dipaksa bekerja keras terutama saat harus melihat objek dekat dalam jangka waktu lama. Otot mata
sendiri terdiri dari tiga sel-sel otot eksternal yang mengatur gerakan bola mata, otot ciliary yang berfungsi memfokuskan lensa mata dan otot iris yang mengatur sinar yang masuk ke dalam mata.
Eyestrain atau kelelahan mata juga disebut astenopia, terjadi pada saat mata terlalu lelah karena digunakan terlalu lama atau terlalu intens (Wilson, 2015). Dampak dari kelelahan mata akan menunjukan gejala antara lain nyeri terasa berdenyut di sekitar mata, penglihatan atau pandangan kabur, penglihatan ganda atau rangkap, mata sulit fokus, mata perih, mata merah, mata berair, mata terasa gatal, kering, sakit kepala, pusing disertai mual (Ilyas, 2010)
Pada umumnya, jarak penggunaan smartphone dan e-book kurang lebih adalah 30 cm. Penelitian Babekova tahun 2011 menjelaskan bahwa rata-rata jarak penggunaan smartphone berjarak 36,2 cm (Babekova et all 2011). Pada penelitian Long gejala keluhan kelelahan mata setelah membaca atau melihat melalui smartphone selama 60 menit dan jarak rata-rata penggunaan smartphone adalah 29,2 cm akan memperbesar timbulnya keluhan (Long et all, 2017). Aktivitas
jarak dekat yang terlalu berlebihan akan menyebabkan mata menjadi mudah lelah, sayu dan kadang berair (Efendi, 2021)
METODOLOGI PENELITIAN
Jenis penelitian ini merupakan penelitian korelasional dengan rancangan penelitian cross sectional yang bertujuan untuk mengetahui hubungan variabel independen dan variabel dependen.
Populasi target dalam penelitian ini adalah seluruh mahasiswa Akademi Refraksi Optisi dan Optometry Gapopin Jakarta yang berjumlah 325 mahasiswa.
Cara penghitungan sampel dengan menggunakan proporsional random sampling yaitu: ditentukan melalui rumus Taro Yaname dan Slovin, hal ini mengacu pada pendapat Sugiyono (2016: 82) menyatakan “Proportionate Stratified Random Sampling digunakan apabila populasi memiliki anggota/unsur yang tidak homogen dan besetara secara proporsional” teknik pengambilan sampel Pada penelitian ini pengambilan sampel yang digunakan adalah dengan menggunakan rumus slovin:
n = 𝑁
1+𝑁𝑒2
Keterangan:
n = Jumlah Sampel N = Jumlah Populasi e = Taraf kesalahan (10%)
Berdasarkan rumus slovin, dengan jumlah populasi sebanyak 325 mahasiswa, error margin sebesar 0.1, maka didapatkan sampel sejumlah 77 mahasiswa, namun kuesioner yang didapat sejumlah 116 orang, maka sampel yang digunakan adalah 116 orang mahasiswa. Instrumen yang digunakan berupa angket seputar penggunaan smartphone, jarak mata dengan
smartphone dan lama menggunakan smartphone secara terus-menerus dalam satu hari.
Operasional Variabel
Operasionalisasi variabel diperlukan guna menentukan jenis dan indikator dari variabel-variabel yang terkait dalam penelitian ini. Disamping itu, operasionalisasi variabel bertujuan untuk menentukan skala pengukuran dari masing-masing variabel, sehingga pengujian hipotesis dengan menggunakan alat bantu dapat dilakukan dengan tepat
Tabel 1 Operasional Variabel
Variabel Indikator Alat Ukur Hasil Ukur
Kelelahan Mata Mata terasa perih Kuesioner 1. Ya
Mata Merah 2. Tidak
Penglihatan Berbayang/Ganda Penglihatan Kabur
Nyeri/terasa berdenyut disekitar mata
Mata berair Sulit focus
Sakit kepala (Berat/Nyut-nyutan) Pusing disertai mual
(Pheasant, 1991)
Durasi <4 Jam Kuesioner 1. Ya
>4 Jam 2. Tidak
(Wea, at all, 2016)
Jarak <30 cm Kuesioner 1. Ya
>30 cm 2. Tidak
(Wea, at all, 2016) Salah satu penentuan skala dalam pembuatan angket adalah skala Guttman.
Menurut Sugiyono (2014) “Skala
Guttman adalah skala yang digunakan untuk mendapatkan jawaban tegas dari responden, yaitu hanya terdapat dua
interval seperti “setuju-tidak setuju”; “ya- tidak”; “benarsalah”; “positif-negatif”;
“pernah-tidak pernah” dan lainlain”.
Skala pengukuran ini dapat menghasilkan pertanyaan dalam bentuk pilihan ganda meupun check list, dengan jawaban yang dibuat skor tertinggi (setuju) dua dan terendah (tidak setuju) satu.
Uji Validitas
Uji Validitas digunakan untuk menunjukan tingkat keandalan atau ketepatan suatu alat ukur. Validitas menunjukan derajat ketepatan antara data yang sesungguhnya terjadi pada objek dengan data yang dikumpulkan oleh peneliti. Valid berarti instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur. Menurut Sugiyono (2017:121),“Instrumen yang valid berarti berarti instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur”. Koefisien validitas butir soal dapat dicari dengan menggunakan rumus hubungan Product Moment pada hasil olahan data pada SPSS. Kemudian, kusioner dapat dinyatakan valid jika hasil nilai rhitung lebih besar dari rtabel.
Uji Reliabilitas
Menurut Arikunto, Suharsimi (2013:221), “Reliabilitas menunjukan pada suatu pengertian bahwa suatu instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik”.
Untuk mengukur tingkat keajegan soal ini digunakan perhitungan Alpha Cronbach yang dapat dilihat pada hasil olahan data pada SPSS. Uji reliabilitas dilakukan secara bersama-sama terhadap seluruh butir soal. Reliabilitas suatu konstruk variabel dikatakan tinggi atau baik apabila memiliki nilai Cronbach’s Alpha lebih dari 0,70 Guilford dalam jihad, Asep (2012: 181)
Analisis Regresi Berganda
Menurut Sugiyono (2017) mengatakan bahwa analisis regresi berguna untuk melakukan prediksi seberapa tinggi nilai variabel dependen bila nilai variable independen dimanipulasi (dirubah-rubah). Analisis regresi berganda digunakan untuk mengetahui pengaruh Durasi (X1) dan Jarak (X2) terhadap Kelelahan Mata (Y).
Persamaan Regresi Berganda tersebut menggunakan rumus (Sugiyono, 2017):
Y = a+b1X1 + b2X2 +€
Y = Kelelahan Mata α = Konstanta
b1 = koefisien regresi Durasi b2 = koefisien regresi Jarak X1 = Durasi
X2 = Jarak
€ = standard Eror
Pengujian Hiptesis uji T
1. Membuat formulasi hipotesis
Artinya ada pengaruh yang signifikan dari varibel independen ( X ) terhadap variabel dependen ( y ).
2. Menentukan level signifikasi dengan menggunakan 0,05 atau 5 % atau t hitung > t tabel maka H0 diterima dan H1 ditolak artinya hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini diterima atau sebaliknya
3. Mengambil keputusan
- Jika t sig ≤ α = 0,05 , maka hipotesis diterima
- Jika t sig > α = 0,05 , maka hipotesis ditolak
Koefisien Determinasi
Menurut Sugiyono (2018) koefisien determinasi (R2) digunakan untuk melihat pengaruh variable X terhadap Y dalam bentuk persen (%).
Koefisien determinasi ini dalam penelitian ini digunakan untuk
mengetahui seberapa besar prosentase pengaruh variabel bebas Durasi (X1), Jarak (X2) terhadap perubahan variabel terikat kelelahan mata (Y).
HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum dan Lokasi Penelitian
Sejarah Pendidikan Vokasi di Indonesia dimulai sejak kebijakan Politik Etis dari pemerintah Belanda yang membuka kesempatan kepada kaum muda Indonesia untuk mendapatkan pendidikan yang lebih baik. Suharno et al.. (2020) mencatat bahwa sejak jaman Politik Etis sampai dengan Kedatangan Jepang (Zaman Penjajahan Belanda), arah pendidikan vokasi diarahkan untuk mendukung kepentingan penjajah.
Akademi Refraksi Optisi dan Optometry (ARO) merupakan sebuah lembaga pedidikan profesi yang focus memberikan pendidikan dibidang refraksi dan optisi.
Refraksi adalah suatu kegiatan yang berhubungan dengan pemeriksaan mata dasar, tajam penglihatan dan pemeriksaan kelainan media refrakta/mata. Optisi adalah suatu kegiatan yang berhubungan dengan proses pembuatan kacamata, pelayanan perkacamataan dan lensa
kontak serta kegiatan dibidang kesehatan mata “Vision Care”.
Karakteristik Responden Tabel 2 Distribusi mahasiswa berdasarkan usia
Usia N %
<45 tahun 97 83,62
>45 tahun 19 16,38
Total 116 100
Menurut tabel 2, karakteristik mahasiswa berdasarkan usia dapat dilihat 97 mahasiswa berusia <45 tahun dengan persentase 83,62%
Tabel 3 Distribusi mahasiswa berdasarkan jenis kelamin Jenis
kelamin
N %
Laki-laki 72 62,07
Perempuan 44 37,93
Total 116 100
Menurut tabel 3, karakteristik mahasiswa berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat 72 mahasiswa berjenis kelamin laki-laki dengan persentase 62,07%
Tabel 4 Distribusi mahasiswa berkacamata/lensa kontak Menggunakan
kacamata/lensa kontak
N %
Ya 49 42,24
Tidak 67 57,76
Total 116 100
Menurut tabel 4, karakteristik mahasiswa berdasarkan penggunaan kacamata/lensa kontak dapat dilihat 67 mahasiswa tidak menggunakan kacamata/lensa kontak dengan persentase 57,76%
Analisis data
Tabel 5 Hasil Uji Validitas Variabel Kelelahan Mata (Y)
Pernyata aan
r- Hitun g
r-Tabel Keteranga n
P1 .647** 0,1824 Valid P2 .497** 0,1824 Valid P3 .673** 0,1824 Valid P4 .731** 0,1824 Valid P5 .736** 0,1824 Valid P6 .640** 0,1824 Valid P7 .752** 0,1824 Valid P8 .602** 0,1824 Valid P9 .458** 0,1824 Valid
Dari hasil uji validitas pada tabel 5 seluruh butir kuesioner pada variabel kelelahan mata dinyatakan valid karena r- Hitung > r-Tabel. Dengan demikian maka uji validitas untuk variabel kelelahan mata (Y) dinyatakan valid.
Tabel 6 Hasil Uji validitas Variabel Durasi (X1)
Pernyataaan r- Hitung
r- Tabel
Keterangan
P1 1.000** 0,1824 Valid
Dari hasil uji validitas pada tabel 6 seluruh butir kuesioner pada variabel
Durasi dinyatakan valid karena r-Hitung
> r-Tabel. Dengan demikian maka uji validitas untuk variabel Durasi (X1) dinyatakan valid.
Tabel 7 Hasil Uji validitas Variabel Jarak (X2)
Pernyataaan r- Hitung
r- Tabel
Keterangan
P1 1.000** 0,1824 Valid
Dari hasil uji validitas pada tabel 7 seluruh butir kuesioner pada variabel Jarak dinyatakan valid karena r-Hitung >
r-Tabel. Dengan demikian maka uji
validitas untuk variabel Jarak (X2) dinyatakan valid.
Tabel 8 Uji Reliabilitas Variabel Cronbach
Alpha
Kesimpulan Durasi (X1) 1.000 Reliabel Jarak (X2) 1.000 Reliabel Kelelahan
Mata (Y)
.759 Reliabel Dari hasil uji reliabilitas dalam tabel 8 nilai Cronbach Alpha dari ketiga variabel ini adalah lebih besar dari 0,60 jadi variabel yang diuji dalam penelitian ini dinyatakan reliabel.
Tabel 9 uji Analisis Regresi Berganda Model Unstandardized
Coefficients
Standard Coefisient
T Sig
B Std. Eror Beta
(Constant) 12.257 1.107 11.070 .000
Durasi .218 .531 .000 .005 .996
Jarak .003 .516 .039 .411 .682
a. Dependent variable: KELELAHAN MATA Berdasarkan hasil analisis regresi
berganda pada tabel 9 maka diperoleh persamaan regresi sebagai berikut:
Y=12.257+0.218X1+0.003 X2
Persamaan diatas dapat diartikan sebagai berikut:
a. Konstanta sebesar 12.257. jika variabel durasi dan jarak sama dengan nol (0), maka besarnya kelelahan mata adalah 12.257
b. Jika variabel durasi mengalami kenaikan satu poin, sementara variabel jarak dianggap tetap, maka akan menyebabkan
kenaikan kelelahan mata sebesar 0.218
c. Jika variabel jarak mengalami kenaikan satu poin, sementara variabel durasi dianggap tetap, maka akan menyebabkan
kenaikan kelelahan mata sebesar 0.003
Tabel 10 uji koefisien korelasi
Model R
1 .039a
Hasil uji koefisien korelasi antara pengaruh durasi dan jarak penggunaan smartphone terhadap kelelahan mata mahasiswa ARO Gapopin yang dijelaskan pada tabel 10 bernilai positif sebesar 0.039. hasil tersebut menunjukkan interpretasi koefisien korelasi yang rendah antara variabel independen yaitu Durasi dan Jarak terhadap kelelahan mata arah hubungannya adalah positif karena nilai R positif.
Tabel 11 uji koefisien determinasi
Model R
Square
1 .001
a. Predictors: (Constant), JARAK, DURASI
b. Dependent Variable: KELELAHAN MATA
Hasil uji koefisien determinasi dapat dilihat pada tabel 11 yang menunjukan bahwa Pengaruh Durasi dan
Jarak terhadap Kelelahan mata sebesar 0,1% sedangkan 99,99% dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak diajukan dalam penelitian ini.
Uji Parsial (T)
Berdasarkan hasil uji T pada tabel 9, Nilai t-Hitung pada variabel durasi sebesar 0,005 dan t-Tabel sebesar 1.65810 sehingga (t-Hitung < t-Tabel) dengan nilai signifikansi sebesar 0,996.
Sehingga dapat dikatakan bahwa variabel durasi tidak berpengaruh terhadap kelelahan mata.
Berdasarkan hasil uji T pada tabel 9, Nilai t-Hitung pada variabel jarak sebesar 0,411 dan t-Tabel sebesar 1.65810 sehingga (t-Hitung < t-Tabel) dengan nilai signifikansi sebesar 0,682.
Sehingga dapat dikatakan bahwa variabel jarak penggunaan smartphone tidak berpengaruh terhadap kelelahan mata.
PEMBAHASAN
Hubungan Durasi Penggunaan
Smartphone terhadap Kelelahan Mata Hasil penelitian yang dilakukan terhadap 116 mahasiswa ARO GAPOPIN untuk penelitian tentang hubungan jarak pemakaian smartphone dengan keluhan
kelelahan mata responden melalui analisis regresi berganda menggunakan program aplikasi computer bernama SPSS. Maka didapatkan hasil yaitu bahwa tidak terdapat pengaruh antara Durasi Penggunaan Smartphone terhadap Kelelahan Mata mendapatkan hasil t- Hitung < t-Tabel yaitu 0,005 < 1,65810 dengan taraf signifikansi sebesar 0,996 lebih besar dari taraf signifikansi yang digunakan yaitu 0,05. Maka dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat pengaruh antara variabel durasi penggunaan smartphone terhadap kelelahan mata. Yang berarti durasi penggunaan smartphone tidak memiliki peranan penting dalam keluhan kelelahan mata. Walau hasil persentase jawaban kuesioner sebesar 62.93% atau sebesar 73 mahasiswa menggunakan smartphone lebih dari 4 jam namun mereka tetap menggunakan jarak yang aman yaitu lebih dari 30cm dengan hasil persentase jawaban kuesioner sebesar 55.17% atau sebanyak 64 mahasiswa dari 116 mahasiswa.
Hubungan Jarak Penggunaan
Smartphone terhadap Kelelahan Mata
Hasil penelitian yang dilakukan terhadap 116 mahasiswa ARO GAPOPIN untuk penelitian tentang hubungan jarak pemakaian smartphone dengan keluhan kelelahan mata responden melalui analisis regresi berganda menggunakan program aplikasi computer bernama SPSS. Maka didapatkan hasil yaitu bahwa tidak terdapat pengaruh antara Jarak Penggunaan Smartphone terhadap Kelelahan Mata mendapatkan hasil t- Hitung < t-Tabel yaitu 0,005 < 1,65810 dengan taraf signifikansi sebesar 0,682 lebih besar dari taraf signifikansi yang digunakan yaitu 0,05. Maka dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat pengaruh antara variabel Jarak terhadap kelelahan mata. Yang berarti jarak penggunaan smartphone tidak memiliki peranan penting dalam keluhan kelelahan mata. Dapat dilihat dari persentase atas jawaban kuesioner yaitu mereka tetap menggunakan jarak yang aman yaitu lebih dari 30cm dengan hasil persentase jawaban kuesioner sebesar 55.17% atau sebanyak 64 mahasiswa dari 116 mahasiswa.
KESIMPULAN
Diperoleh kesimpulan sebagai berikut:
1. Tidak terdapat pengaruh antara durasi penggunaan smartphone terhadap kelelahan mata pada mahasiswa ARO Gapopin 2. Tidak terdapat pengaruh antara
jarak penggunaan smartphone terhadap kelelahan mata pada mahasiswa ARO Gapopin
DAFTAR PUSTAKA
Al Anwar, A.A., Doringin, F. &
Simarmat. M.M. 2021. Faktor - Faktor yang Mempengaruhi Derajat Miopia Anak Usia Sekolah Pada Pasien Optik Riz-q. Jurnal Mata Optik 2(2). 10-18.
Arikunto, Suharsimi. 2013. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.
Jakarta: Rineka Cipta
Efendi, Z., Umami, N.Z., & Rahayu, S. 2021. Faktor-faktor Aktivitas Kerja Jarak Dekat dengan Kejadian Miopia pada Anak Usia Sekolah . Jurnal Mata Optik 2(3). 13-17.
Babekova, Rosenfield, Hue & Huang.
2011. Font Size and Viewing Distance of Handheld Smartphones.
American Academy of Optometry [Online Journal] [diunduh 15 Juli
2019]. Tersedia dari:
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubme d/21499163
Gumunggilung, D., Doda, D.V.D., &
Mantjoro, E.M. 2021. Hubungan Jarak dan Durasi Pemakaian Smartphone dengan Keluhan Kelelahan Mata pada Mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat Unsrat di Era Pandemi Covid-19.
Jurnal KESMAS, 11(2).
https://mediaindonesia.com/humanior a/389057/kemenkominfo-89-
penduduk-indonesia-gunakan- smartphone.
Ilyas. 2010. Ilmu Penyakit Mata.
Jakarta: Balai Penerbit FKUI
Jihad, Asep, Haris, Abdul. 2012.
Evaluasi Pembelajaran. Yogyakarta:
Multi Pressindo
Long J, Cheung R, Duong S, Paynter R & Asper L. 2017. Viewing Distance and Eyestrain Symptoms with Prolonged Viewing of Smartphones.
Optometry Australia [Online Journal]
[15 Juli 2019]. Tersedia dari:
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubme d/27716998
Pakasi, Trevino. 1999. The Eye Problem of Public Transportation’s Drivers and Its Prevention. Majalah
Hiperkes Kesalamatan Kerja Vol XXXII No. 1 hal-22-25. Jakarta Pheasant, S. 1991. Ergonomics, Work and Health. London : Macmillan Press.
Sugiyono. 2014. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung:
Alfabeta, CV
Sugiyono. 2016. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, R&D.
Bandung : IKAPI
Sugiyono. 2017. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D.
Bandung : Alfabeta, CV
Sugiyono. 2018. Metode Penelitian Kuantitatif. Bandung:
Alfabeta, CV
Wae, Maria .H, 2016, Hubungan Tingkat Penggunaan Smartphone Dengan Kejadian Miopia Pada Mahasiswa Keperawatan Angkatan VII STIKES Citra Husada Mandiri Kupang, pp. 1-7 [online], (diakses tanggal 11 juli 2019), tersedia dari: http://cyber- chmk.net/ojs/index.php/sains/artic le.
World Health
Organization.2003.Management Of Astenpia Disorder. WHO, Switzerland.