SUMMARY
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KELELAHAN MATA PADA OPERATOR SISTEM INFORMASI AKADEMIK
TERPADU (SIAT) PROGRAM STUDI DI UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO TAHUN 2013
Dinta Puspita. 811409048. Skripsi. Jurusan Kesehatan Masyarakat. Fakultas
Ilmu-Ilmu Kesehatan dan Keolahragaan. Universitas Negeri Gorontalo. Pembimbing I dr. Zuhriana K. Yusuf M. Kes dan Pembimbing II Sirajuddien Bialangi SKM, M. Kes.
Abstrak
Penggunaan komputer di seluruh dunia mengalami peningkatan dari waktu ke waktu. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kelelahan mata.
Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik. Desain penelitian yang digunakan adalah desain cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh operator Sistem Informasi Akademik Terpadu (SIAT) program studi yang bekerja di Universitas Negeri Gorontalo yaitu sebanyak 50 operator. Sampel dalam penelitian ini adalah 31 operator yang memenuhi kriteria inklusi dan kriteria eksklusi. Tehnik pengambilan sampel menggunakan purposive sampling. Data penelitian tentang kelelahan mata dan istirahat mata diperoleh menggunakan kuesioner sedangkan tingkat pencahayaan komputer dan jarak pandang ke komputer diperoleh dengan pengukuran langsung menggunakan lux meter dan meteran.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ketiga faktor (variabel independen) memiliki hubungan dengan kelelahan mata yaitu ada hubungan antara istirahat mata dengan kelelahan mata p = 0,013 (p value < 0,05), ada hubungan intensitas pencahayaan komputer dengan kelelahan mata p = 0,006 (p value < 0,05) dan ada hubungan antara jarak pandang ke komputer dengan kelelahan mata p = 0,001 (p value < 0,05).
Berdasarkan penelitian ini maka disarankan bagi institusi agar pekerjaan operator difokuskan pada pekerjaan utama dan melakukan pemeriksaan mata secara berkala. Bagi pekerja disarankan agar selalu mengistirahatkan mata secara teratur, menggunakan intensitas pencahayaan dan jarak pandang ke komputer yang memenuhi standar. Bagi peneliti selanjutnya untuk melihat hubungan faktor-faktor lain yang hubungannya dengan kelelahan mata.
I. Pendahuluan
Era perkembangan teknologi khususnya teknologi informasi menuntut manusia untuk berhubungan dengan komputer. Umumnya 80% pekerjaan kantor diselesaikan dengan memanfaatkan komputer. Peran komputer yang sangat luas dewasa ini, ditambah penggunaan internet yang semakin populer menyebabkan para pekerja menghabiskan waktunya di depan komputer sedikitnya 3 jam sehari (Hanum, 2008).
Penggunaan komputer di seluruh dunia mengalami peningkatan dari waktu ke waktu. Pemakaian komputer biasanya menghabiskan waktu berjam-jam, terutama bagi pekerja yang menggunakan komputer sebagai alat bantu kerja utama. Berdasarkan suatu survei di Amerika Serikat, rata-rata waktu kerja yang digunakan untuk bekerja dengan komputer adalah 5,8 jam atau 69% dari total 8 jam kerja (Maryamah, 2011). Survei yang dilakukan oleh
American Optometric Association
(AOA) tahun 2004, membuktikan bahwa 61% masyarakat Amerika sangat serius dengan permasalahan mata akibat bekerja dengan komputer dalam waktu lama. AOA dan Federal
Occupational Safety and Health
Administration (FOSHA) meyakini bahwa Computer Vision Syndrome, di masa datang akan menjadi permasalahan yang mengkhawatirkan (Hanum, 2008).
Sering dan lamanya seseorang bekerja dengan komputer, dapat mengakibatkan keluhan serius pada mata. Keluhan yang sering diungkapkan oleh pekerja komputer adalah kelelahan mata yang merupakan gejala awal, mata terasa kering, mata
terasa terbakar, pandangan menjadi kabur, penglihatan ganda, sakit kepala, nyeri pada leher, bahu dan otot punggung (Hanum, 2008).
Timbulnya kelelahan mata dipengaruhi oleh beberapa faktor yang berasal dari faktor pekerja maupun faktor lingkungan. Faktor pekerja dapat berupa kelainan refraksi, usia, perilaku yang berisiko, faktor keturunan, dan lama kerja. Sedangkan faktor lingkungan yang mempengaruhi adalah intensitas pencahayaan, kualitas iluminasi, atau ukuran objek. Faktor pekerja dan faktor lingkungan sebagai faktor risiko kelelahan mata dapat berdampak buruk terhadap pekerja. Yang termasuk dalam perilaku berisiko adalah jarak pandang mata ke monitor dan istirahat mata (Supriati, 2012). Dengan adanya latar belakang masalah ini sehingga peneliti ingin melakukan penelitian tentang “Faktor-faktor yang berhubungan dengan kelelahan mata pada operator Sistem Informasi Akademik Terpadu (SIAT) program studi di Universitas Negeri Gorontalo tahun 2013”.
II. Metode Penelitian
2.1Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di masing-masing ruangan operator Sistem Informasi Akadamik Terpadu (SIAT) program studi Universitas Negeri Gorontalo. Penelitian dilakukan selama satu bulan yaitu dimulai pada tanggal 9 April sampai dengan tanggal 9 Mei tahun 2013.
2.2Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik. Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain
cross sectional yaitu suatu penelitian untuk mempelajari dinamika korelasi antara faktor-faktor risiko dan efek, dengan cara pendekatan, observasi atau pengumpulan data sekaligus pada suatu saat (point time approach) (Notoatmodjo, 2010:37-38).
2.3Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh operator Sistem Informasi Akademik Terpadu (SIAT) program studi yang bekerja di Universitas Negeri Gorontalo yaitu sebanyak 50 operator. Sampel dalam penelitian ini adalah 31 operator Sistem Informasi Akademik Terpadu (SIAT) program studi yang memenuhi kriteria inklusi dan kriteria eksklusi. Tehnik pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan purposive sampling.
2.4Analisis Data
Tehnik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi logistik yaitu untuk melihat ada tidaknya hubungan antara variabel independen (istirahat mata, intensitas pencahayaan komputer dan jarak pandang ke komputer) dengan variabel dependen (kelelahan mata) dengan derajat kemaknaan 5%.
III.Hasil dan Pembahasan
1) Hasil Univariat
a. Karakteristik Responden 1. Umur Responden
Distribusi kelelahan mata berdasarkan umur dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 3.1 Distribusi Kelelahan Mata Berdasarkan Umur pada Operator Sistem Informasi Akademik Terpadu (SIAT) Program Studi di Universitas Negeri Gorontalo Tahun 2013 Umur (tahun) Kelelahan Mata Total Ya Tidak n % n % n % 23-25 3 14,3 4 40,0 7 22,6 26-28 9 42,9 2 20,0 11 35,5 29-31 3 14,3 2 20,0 5 16,1 32-34 5 23,8 0 0 5 16,1 35-37 0 0 2 20,0 2 6,5 38-40 1 4,8 0 0 1 3,2 Total 21 100,0 10 100,0 31 100,0 Sumber: Data Primer, April 2013
Berdasarkan tabel 3.1 dapat diketahui bahwa seluruh operator termasuk dalam usia dewasa dan masih dalam usia produktif. Dari 31 operator yang dijadikan responden terdapat paling banyak berumur 26-28 tahun yaitu sebanyak 11 operator (35,5%) yang terdistribusi mengalami kelelahan mata terdapat 9 operator (42,9%) dan tidak mengalami kelelahan mata terdapat 2 operator (20,0%) dan yang paling sedikit berumur 38-40 tahun yaitu sebanyak 1 operator (3,2%) yang terdistribusi mengalami kelelahan mata terdapat 1 operator (4,8%) dan tidak terdapat operator yang tidak mengalami kelelahan mata.
2. Jenis kelamin
Distribusi kelelahan mata berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 3.2 Distribusi Kelelahan Mata Berdasarkan Jenis Kelamin pada Operator Sistem Informasi Akademik Terpadu (SIAT) Program Studi di Universitas Negeri Gorontalo Tahun 2013 Jenis Kelamin Kelelahan Mata Total Ya Tidak n % n % n % Laki-laki 10 47,6 8 80,0 18 58,1 Perempuan 11 52,4 2 20,0 13 41,9 Total 21 100, 0 1 0 100, 0 31 100, 0 Sumber: Data Primer, April 2013
Berdasarkan tabel 3.2 dapat diketahui bahwa sebagian besar operator adalah laki-laki. Dari 31 operator yang mengalami kelelahan mata terdapat 18 operator (58,1%) yang berjenis kelamin laki-laki yang terdistribusi mengalami kelelahan mata terdapat 10 operator (47,6%) dan terdapat 8 operator (80,0%) tidak mengalami kelelahan mata. Operator yang berjenis kelamin perempuan terdapat 13 operator (41,9%) yang terdistribusi mengalami kelelahan mata sebanyak 11 operator (52,4%) dan terdapat 2 operator (20,0%) tidak mengalami kelelahan mata.
3. Asal Fakultas
Distribusi kelelahan mata berdasarkan asal fakultas dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 3.3 Distribusi Kelelahan Mata Berdasarkan Fakultas pada Operator Sistem Informasi Akademik Terpadu (SIAT) Program Studi di Universitas Negeri Gorontalo Tahun 2013 Fakultas Kelelahan Mata Total Ya Tidak n % n % n % FEB 1 4,8 2 20,0 3 9,7 FSB 2 9,5 2 20,0 4 12,9 FATEK 3 14,3 2 20,0 5 16,1 FAPERTA 2 9,5 1 10,0 3 9,7 FIKK 1 4,8 0 0 1 3,2 FIP 3 14,3 1 10,0 4 12,9 FIS 5 23,8 0 0 5 16,1 FMIPA 4 19,0 2 20,0 6 19,4 Total 21 100, 0 10 100, 0 31 100, 0 Sumber: Data Primer, April 2013
Berdasarkan tabel 3.3 dapat diketahui bahwa operator yang merupakan operator Sistem Informasi Akademik Terpadu (SIAT) Program Studi yang ada di Universitas Negeri Gorontalo tersebar di 8 fakultas yaitu Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB), Fakultas Sastra dan Budaya (FSB), Fakultas Teknik (FATEK), Fakultas Pertanian (FAPERTA), Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan dan Keolahragaan (FIKK), Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP), Fakultas Ilmu Sosial (FIS) dan Fakultas Ilmu Pengetahuan Alam dan Matematika (FMIPA).
Dari 31 operator yang dijadikan responden operator yang paling banyak terdapat di FMIPA yaitu sebanyak 6 operator (19,4%) yang terdistribusi mengalami kelelahan mata sebanyak 4 operator (19,0%) dan yang tidak mengalami kelelahan mata sebanyak 2 operator (20,0%). Operator yang paling sedikit terdapat di FIKK yaitu sebanyak 1 operator (12,9%) yang terdistribusi mengalami kelelahan mata sebanyak 1 operator (4,8%) dan tidak terdapat operator yang tidak mengalami kelelahan mata. 4. Masa Kerja
Distribusi kelelahan mata berdasarkan masa kerja dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 3.4 Distribusi Kelelahan Mata Berdasarkan Masa Kerja pada Operator Sistem Informasi Akademik Terpadu (SIAT) Program Studi di Universitas Negeri Gorontalo Tahun 2013 Masa Kerja (tahun) Kelelahan Mata Total Ya Tidak n % n % n % ≥ 2 16 76,2 5 50,0 21 67,7 < 2 5 23,8 5 50,0 10 33,3 Total 21 100, 0 10 100, 0 31 100, 0 Sumber: Data Primer, April 2013
Berdasarkan tabel 3.4 dapat diketahui bahwa masa kerja operator sebagian besar ≥ 2 tahun. Dari 31 operator yang dijadikan responden terdapat paling banyak bekerja selama ≥ 2 tahun yaitu sebanyak 21 operator (67,7%) yang terdistribusi mengalami kelelahan
mata sebanyak 16 operator (76,2%) dan yang tidak mengalami kelelahan mata sebanyak 5 operator (50,0%).
Operator yang bekerja selama ≥ 2 tahun terdiri dari yang bekerja selama 2 tahun terdapat 14 operator (45,2%) yang terdistribusi mengalami kelelahan mata sebanyak 10 operator (47,6%) dan yang tidak mengalami kelelahan mata sebanyak 4 operator (40%) dan yang bekerja selama 2,3 tahun terdapat 7 operator (22,6%) yang terdistribusi mengalami kelelahan mata sebanyak 6 operator (28,6%) dan yang tidak mengalami kelahan mata sebanyak 1 operator (10%).
Operator yang bekerja selama < 2 tahun yaitu sebanyak 10 operator (33,3%) yang terdistribusi mengalami kelelahan mata sebanyak 5 operator (23,8%) dan yang tidak mengalami kelelahan mata sebanyak 5 operator (50,0%). Operator yang bekerja selama < 2 tahun terdiri dari yang bekerja selama 1 tahun sebanyak 1 operator (3,2%) dan operator tersebut mengalami kelelahan mata (4,8%) dan tidak ada yang mengalami kelelahan mata, yang bekerja selama 1,5 tahun sebanyak 4 operator (12,9%) terdistribusi mengalami kelelahan mata sebanyak 4 operator (19,0%) dan tidak ada yang mengalami kelelahan mata dan yang bekerja selama 1,6 tahun sebanyak 5 operator (16,1%) terdistribusi tidak ada yang mengalami kelelahan mata dan terdapat 5 operator (50%) yang tidak mengalami kelelahan mata.
Masa kerja operator sebagian besar ≥ 2 tahun karena
Pustikom (Pusat Teknologi dan Komputer) yang menaungi Sistem Informasi Akademik Terpadu (SIAT) di Universitas Negeri Gorontalo disahkan pada tahun 2010. Sedangkan untuk operator yang bekerja < 2 tahun itu merupakan operator tergolong masih baru karena ada operator lama yang telah diganti
sedang melanjutkan studi S2 di luar daerah.
b. Hal-hal yang berkaitan dengan Kelelahan Mata
1. Kelelahan Mata
Distribusi operator berdasarkan kelelahan mata dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 3.5 Distribusi Operator Berdasarkan Kelelahan Mata pada Operator Sistem Informasi Akademik Terpadu (SIAT) Program Studi di Universitas Negeri Gorontalo Tahun 2013 Kelelahan Mata Ya Tidak Total
Sumber: Data Primer, April 2013 Berdasarkan tabel 3
diketahui bahwa sebagian besar operator mengalami kelelahan mata. Operator yang mengalami kelelahan mata sebanyak 21 operator (67,7%) dan operator tidak mengalami kelelahan mata sebanyak 10 operator (32,3%). 2. Jenis Keluhan Kelelahan Mata
Distribusi operator berdasarkan jenis keluhan kelelahan mata yaitu mata gatal, mata berair, mata kabur, mata rangkap/ganda, mata tegang, mata
MATA PERIH 15% MATA BERAIR 14% MATA GATAL 14% SAKIT KEPALA 15% Pustikom (Pusat Teknologi dan
Komputer) yang menaungi Sistem Informasi Akademik Terpadu (SIAT) di Universitas Negeri Gorontalo disahkan pada tahun Sedangkan untuk operator yang bekerja < 2 tahun itu merupakan operator tergolong masih baru karena ada operator lama yang telah diganti karena njutkan studi S2 di luar
hal yang berkaitan dengan Kelelahan Mata
si operator berdasarkan kelelahan mata dapat dilihat pada tabel berikut :
.5 Distribusi Operator Berdasarkan Kelelahan Mata pada Operator Sistem Informasi Akademik Terpadu (SIAT) Program Studi di Universitas Negeri Gorontalo Tahun 2013 a n % 21 67,7 10 32,3 31 100 Sumber: Data Primer, April 2013
Berdasarkan tabel 3.5 dapat diketahui bahwa sebagian besar operator mengalami kelelahan mata. Operator yang mengalami kelelahan mata sebanyak 21 operator (67,7%) dan operator yang tidak mengalami kelelahan mata sebanyak 10 operator (32,3%).
Jenis Keluhan Kelelahan Mata Distribusi operator berdasarkan jenis keluhan kelelahan mata yaitu mata gatal, mata berair, mata kabur, mata rangkap/ganda, mata tegang, mata
tegang, sakit kepa
merah dapat dilihat pada grafik berikut :
Sumber: Data Primer, April 2013 Grafik 3.1 Distribusi Operator
Berdasarkan Jenis Keluhan Kelelahan Mata pada Operator Sistem Informasi Akademik Terpadu (SIAT) Program Studi di Negeri Gorontalo Tahun 2013 Berdasarkan
dapat diketahui bahwa keluhan kelelahan mata paling banyak dirasakan oleh operator adalah mata tegang, mata perih dan sakit kepala yaitu masing
dan keluhan kelelahan mata paling sedikit dirasakan oleh operator adalah mata merah (5%). Keluhan kelelahan mata lainnya adalah mata gatal, mata berair, mata kabur yaitu masing-masing (14%) dan mata rangkap/ganda yaitu 8%. MATA TEGANG 15% MATA KABUR 14% MATA RANGKAP/ GANDA 8% MATA MERAH 5% tegang, sakit kepala dan mata merah dapat dilihat pada grafik pie
mber: Data Primer, April 2013 .1 Distribusi Operator
Berdasarkan Jenis Keluhan Kelelahan Mata pada Operator Sistem Informasi Akademik Terpadu (SIAT) Program Studi di Universitas Negeri Gorontalo Tahun 2013 Berdasarkan grafik 3.1 dapat diketahui bahwa keluhan kelelahan mata paling banyak dirasakan oleh operator adalah mata tegang, mata perih dan sakit kepala yaitu masing-masing (15%) dan keluhan kelelahan mata paling sedikit dirasakan oleh operator adalah mata merah (5%). Keluhan kelelahan mata lainnya adalah mata gatal, mata berair, mata kabur yaitu masing (14%) dan mata rangkap/ganda yaitu 8%.
3. Istirahat Mata
Distribusi operator berdasarkan istirahat mata yang sesuai dengan rekomendasi National Institute for Occupational Safety and Health (NIOSH) VDT Studies and Information untuk melakukan istirahat selama 15 menit terhadap pemakaian komputer selama dua jam dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 3.6 Distribusi Operator Berdasarkan Istirahat Mata pada Operator Sistem Informasi Akademik Terpadu (SIAT) Program Studi di Universitas Negeri Gorontalo Tahun 2013 Istirahat Mata n % Tidak 20 64,5 Ya 11 35,5 Total 31 100,0 Sumber: Data Primer, April 2013
Berdasarkan dari tabel 3.6 dapat diketahui bahwa sebagian besar operator tidak melakukan istirahat mata saat bekerja menggunakan komputer. Operator yang tidak melakukan istirahat mata saat bekerja menggunakan komputer sebanyak 20 operator (64,5%) dan operator yang melakukan istirahat mata sebanyak 11 operator (35,5%).
4. Intensitas Pencahayaan Komputer
Distribusi operator berdasarkan intensitas pencahayaan komputer yang digunakan dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 3.7 Distribusi Operator Berdasarkan Intensitas Pencahayaan Komputer yang Digunakan Operator Sistem Informasi Akademik Terpadu (SIAT) Program Studi di Universitas Negeri Gorontalo Tahun 2013 Intensitas Pencahayaan Komputer n %
Tidak Memenuhi Standar 18 58,1 Memenuhi Standar 13 41,9
Total 31 100,0
Sumber: Data Primer, April 2013 Berdasarkan tabel 3.7 dapat diketahui bahwa sebagian besar operator menggunakan intensitas pencahayaan komputer yang tidak memenuhi standar. Intensitas pencahayaan komputer yang digunakan oleh operator yang tidak memenuhi standar sebanyak 18 komputer (58,1%) dan intensitas pencahayaan komputer yang digunakan oleh operator yang memenuhi standar yaitu 50-100 lux sebanyak 13 komputer (41,9%).
5. Jarak Pandang ke Komputer Distribusi operator berdasarkan jarak pandang ke komputer yang digunakan dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 3.8 Distribusi Operator Berdasarkan Jarak Pandang ke Komputer yang Digunakan Operator Sistem Informasi Akademik Terpadu (SIAT) Program Studi di Universitas Negeri Gorontalo Tahun 2013 Jarak Pandang ke Komputer n % Tidak Memenuhi Standar 17 54,8 Memenuhi Standar 14 45,2 Total 31 100,0
Sumber: Data Primer, April 2013 Berdasarkan tabel 3.8 dapat diketahui bahwa sebagian besar operator menggunakan jarak pandang ke komputer tidak memenuhi standar yaitu 50-100 cm. Operator yang menggunakan jarak pandang ke komputer tidak memenuhi standar sebanyak 17 operator (54,8%) dan operator yang menggunakan jarak pandang ke komputer memenuhi standar yaitu 50-100 cm sebanyak 14 operator (45,2%).
2) Hasil Bivariat
Analisis bivariat dilakukan untuk mengetahui adanya hubungan faktor-faktor (variabel independen) dengan kelelahan mata (variabel dependen). Analisis data menggunakan analisis Chi square namun hasil analisis bivariat dari ketiga faktor tersebut tidak
memenuhi syarat Chi square karena terdapat sel yang nilai ekpektasinya kurang dari 5 sehingga menggunakan analisis Fisher exact. Adanya hubungan faktor-faktor dengan kelelahan mata dilihat dengan p value < 0,05. Hasil dari masing-masing variabel yang diteliti adalah sebagai berikut :
1. Hubungan istirahat mata dengan kelelahan mata
Hubungan istirahat mata dengan kelelahan mata dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 3.9 Hubungan Istirahat Mata dengan Kelelahan Mata yang Dialami Operator Sistem Informasi Akademik Terpadu (SIAT) Program Studi di Universitas Negeri Gorontalo Tahun 2013 Istira- hat Mata Kelelahan Mata Total p value Ya Tidak n % n % n % Tidak 17 81,0 3 30,0 20 64,5 0,013 Ya 4 19,0 7 70,0 11 35,5 Total 21 100, 0 10 100, 0 31 100, 0 Sumber : Data Primer, April 2013
Berdasarkan tabel 3.9 dapat diketahui bahwa dari 31 operator yang dijadikan responden yang tidak melakukan istirahat mata terdapat 20 operator (64,5%) yang terdistribusi mengalami kelelahan mata sebanyak 17 operator (81,0%) dan yang tidak mengalami kelelahan mata sebanyak 3 operator (30,0%). Operator yang melakukan istirahat mata sebanyak 11 operator (35,5%) yang terdistribusi mengalami kelelahan mata sebanyak 4 operator (19,0%) dan yang tidak mengalami kelelahan mata sebanyak 7 operator (70,0%).
Hasil analisis tidak memenuhi syarat chi square karena terdapat sel yang nilai ekpektasinya kurang dari 5 ada 25% maka diambil p value pada analisis fisher exact yaitu p = 0,013 yang berarti p value < 0,05 dan Ho ditolak atau menyatakan ada hubungan antara istirahat mata dengan kelelahan mata.
Setelah bekerja dengan komputer perlu mengistirahatkan mata sejenak dengan melihat pemandangan yang dapat menyejukkan mata secara periodik. Istirahat dalam waktu yang singkat dan sering jauh lebih bermanfaat dibandingkan dengan istirahat yang lama tetapi jarang (Maryamah, 2011).
Dalam hal ini, National Institute for Occupational Safety and Health (NIOSH) VDT Studies and Information merekomendasikan untuk melakukan istirahat selama 15 menit terhadap pemakaian komputer selama dua jam. Frekuensi istirahat yang teratur berguna untuk memotong rantai kelelahan sehingga akan menambah kenyamanan bagi pengguna komputer (Murtopo dan Sarimurni, 2005).
Hasil penelitian Maryamah (2011) bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara istirahat mata dengan kelelahan mata p value = 0,047 yang berarti sejalan dengan hasil penelitian ini. Kelelahan mata yang terjadi disebabkan oleh operator yang tidak melakukan istirahat mata secara teratur atau periodik seperti yang direkomendasikan National Institute for Occupational Safety and Health (NIOSH) VDT Studies and Information. Cara istirahat mata yang dilakukan oleh operator sebagian besar termasuk dalam maxi break yaitu mengistirahatkan mata dengan melakukan kegiatan seperti jalan-jalan,
bangun dari tempat kerja, minum kopi atau teh dan makan siang. Cara melakukan istirahat mata dengan cara maxi break kurang bisa mencegah terjadinya kelelahan mata karena istirahat mata dengan cara ini tidak teratur atau tidak secara periodik atau yang berarti istirahat lama dan jarang dilakukan. Cara istirahat mata mereka dengan keluar ruangan, cuci muka, melihat objek lain, menghentikan pekerjaan, memejamkan mata sementara, tidur sejenak dan memijat sekitar mata setelah bekerja berjam-jam di muka komputer.
Operator yang tidak melakukan istirahat mata namun tidak mengalami kelelahan mata dikarenakan oleh keadaan mata operator yang sehat. Mereka sering memakan makanan yang banyak mengandung vitamin A seperti buah-buahan dan sayur-sayuran yang berwarna hijau yang banyak mengandung beta karoten sehingga kesehatan mata mereka senantiasa terjaga kesehatannya walaupun tidak melakukan istirahat mata yang sesuai dengan rekomendasi National Institute for Occupational Safety and Health (NIOSH) VDT Studies and Information, operator-operator tersebut tidak mengalami kelelahan mata. 2. Hubungan Intensitas Pencahayaan
Komputer dengan Kelelahan Mata Hubungan intensitas pencahayaan komputer dengan kelelahan mata dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 3.10 Hubungan Intensitas Pencahayaan Komputer dengan Kelelahan Mata yang Dialami Operator Sistem Informasi Akademik Terpadu (SIAT) Program Studi di Universitas Negeri Gorontalo Tahun 2013 Intensitas Pencahayaan Komputer Kelelahan Mata Total p value Ya Tidak n % n % n % Tidak Memenuhi Standar 16 76,2 2 20,0 18 58,1 0,006 Memenuhi Standar 5 23,8 8 80,0 13 41,9 Total 21 100, 0 10 100, 0 21 100, 0 Sumber : Data Primer, April 2013
Berdasarkan tabel 3.10 dapat diketahui bahwa dari 31 operator yang dijadikan responden yang menggunakan intensitas pencahayaan komputer tidak memenuhi standar terdapat 18 operator (58,1%) yang terdistribusi mengalami kelelahan mata sebanyak 16 operator (76,2%) dan yang tidak mengalami kelelahan mata sebanyak 2 operator (20,0%). Operator yang menggunakan intensitas pencahayaan komputer memenuhi standar sebanyak 13 operator (41,9%) yang terdistribusi mengalami kelelahan mata sebanyak 5 operator (23,8%) dan yang tidak mengalami kelelahan mata sebanyak 8 operator (80,0%).
Hasil analisis tidak memenuhi syarat chi square karena terdapat sel yang nilai ekpektasinya kurang dari 5 ada 25% maka diambil p value pada analisis fisher exact yaitu p = 0,006 yang berarti p value < 0,05 dan Ho ditolak atau menyatakan ada hubungan
antara intensitas pencahayaan komputer dengan kelelahan mata.
Kelelahan mata dapat terjadi apabila mata difokuskan pada objek yang berjarak dekat dalam waktu yang lama karena otot-otot mata harus bekerja lebih keras untuk melihat objek yang berjarak sangat dekat, terutama jika disertai dengan pencahayaan yang menyilaukan. Jika seseorang bekerja melihat objek bercahaya di atas dasar berwarna pada jarak dekat secara terus menerus dalam jangka waktu tertentu mengakibatkan mata harus berakomodasi dalam jangka waktu yang lama sehingga terjadi penurunan daya akomodasi mata (Maryamah, 2011).
Monitor komputer yang dipergunakan oleh operator komputer umumnya diatur dengan tingkat kontras yang tinggi untuk memperoleh kecerahan karakter dan latar belakang sehingga intensitas cahaya yang dipancarkan monitor akan tinggi dan menyebabkan adanya pantulan yang dapat menimbulkan silau pada mata operator komputer. Dalam Widana (1986) dalam Occupational, Chervichobrachial (Pain) Syndrome
and Visual Display Units,
merekomendasikan rerata intensitas cahaya pada layar adalah 50-100 lux (Kurniawan, 2012). Karakteristik layar/monitor komputer (VDT) dan kebutuhan bekerja dengan menggunakan komputer dapat memicu timbulnya masalah mata dan penglihatan (Maryamah, 2011).
Sebagian besar operator tidak menggunakan intensitas pencahayaan komputer yang memenuhi standar yang direkomendasikan oleh Widana (1986)
dalam Occupational,
Chervichobrachial (Pain) Syndrome
merekomendasikan rerata intensitas cahaya pada layar adalah 50-100 lux. Faktor ekstrinsik yang menyebabkan kelelahan mata adalah iluminasi. Kuantitas iluminasi yaitu cahaya yang berlebihan dapat menimbulkan silau, pandangan terganggu, dan menurunnya sensitivitas retina. Kualitas iluminasi yaitu meliputi kontras, sifat cahaya (flicker), dan warna. Kontras berlebihan atau kurang, cahaya berkedip atau menimbulkan flicker, dan warna-warna terang, akan menyebabkan mata menjadi cepat lelah (Hanum, 2008).
Layar komputer yang digunakan oleh operator tersebut secara keseluruhan adalah LCD (Liquid Crystal Display) sehingga aman untuk kesehatan mata karena radiasinya yang rendah namun walaupun secara keseluruhan komputer menggunakan komputer yang aman tetapi mereka sebagian besar menggunakan intensitas pencahayaan komputer yang tidak memenuhi standar karena mereka lebih banyak menggunakan intensitas pencahayaan komputer lebih dari 100 lux sehingga bisa menimbulkan kesilauan. Dan ada sebagian kecil juga yang menggunakan intensitas pencahayaan komputer yang kurang sehingga cahaya dari komputer meraka yang diterima mata juga redup namun mereka menyatakan tetap nyaman dengan keadaan komputer yang mereka gunakan tersebut. Hal inilah yang menyebabkan mereka banyak mengalami kelelahan mata.
Operator yang tidak menggunakan intensitas pencahayaan komputer yang memenuhi standar namun tidak mengalami kelelahan mata dikarenakan oleh keadaan mata operator yang sehat. Mereka sering memakan makanan yang banyak
mengandung vitamin A seperti buah-buahan dan sayur-sayuran yang berwarna hijau yang banyak mengandung beta karoten sehingga kesehatan mata mereka senantiasa terjaga kesehatannya walaupun tidak menggunakan intensitas pencahayaan komputer yang memenuhi standar yang direkomendasikan oleh Widana (1986)
dalam Occupational,
Chervichobrachial (Pain) Syndrome and Visual Display Units yaitu 50-100 lux, operator-operator tersebut tidak mengalami kelelahan mata.
3. Hubungan Jarak Pandang ke Komputer dengan Kelelahan Mata
Hubungan jarak pandang ke komputer dengan kelelahan mata dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 3.11 Hubungan Jarak Pandang ke Komputer dengan Kelelahan Mata yang Dialami Operator Sistem Informasi Akademik Terpadu (SIAT) Program Studi di Universitas Negeri Gorontalo Tahun 2013 Jarak Pandang ke Kompu ter Kelelahan Mata Total p value Ya Tidak n % n % n % Tidak Memenu hi Standar 16 76,2 1 10,0 17 54,8 0,001 Memenu hi Standar 5 23,8 9 90,0 14 45,2 Total 21 100, 0 10 100, 0 31 100, 0 Sumber : Data Primer, April 2013
Berdasarkan tabel 3.11 dapat diketahui bahwa dari 31 operator yang
dijadikan responden yang menggunakan jarak pandang ke komputer tidak memenuhi standar terdapat 17 operator (54,8%) yang terdistribusi mengalami kelelahan mata sebanyak 16 operator (76,2%) dan yang tidak mengalami kelelahan mata sebanyak 1 operator (10,0%). Operator yang menggunakan jarak pandang ke komputer memenuhi standar sebanyak 14 operator (45,2%) yang terdistribusi mengalami kelelahan mata sebanyak 5 operator (23,8%) dan yang tidak mengalami kelelahan mata sebanyak 9 operator (90,0%).
Hasil analisis tidak memenuhi syarat chi square karena terdapat sel yang nilai ekpektasinya kurang dari 5 ada 25% maka diambil p value pada analisis fisher exact yaitu p = 0,001 yang berarti p value < 0,05 dan Ho ditolak atau menyatakan ada hubungan antara jarak pandang ke komputer dengan kelelahan mata.
Monitor yang terlalu dekat dapat mengakibatkan mata menjadi tegang, cepat lelah, dan potensi ganggguan penglihatan. Occupational Safety and Health Association (OSHA) (1997) menyebutkan bahwa pada saat menggunakan komputer jarak antara mata pekerja dengan layar sekurang-kurangnya adalah 20-40 inci atau sekitar 50-100 cm. Pekerja yang dalam jangka waktu cukup lama ketika bekerja dengan jarak monitor yang dekat akan menyebabkan mata menjadi cepat lelah karena mata dipaksa berakomodasi pada jarak dekat (Maryamah, 2010).
Sebuah penelitian survei yang dilakukan oleh American Optometric Association (AOA) pada tahun 2004 menyebutkan bahwa tak jarang pekerja kantor mengalami kelelahan mata akibat terlalu lama dalam jarak dekat di
depan komputer dan gelombang elektromagnetik yang dihasilkan monitor komputer menyebabkan radiasi dan bisa mengganggu kesehatan mata. Jarak antara mata dan monitor komputer yang terlalu dekat sering mengakibatkan munculnya beragam penyakit mata. VDT (Visual Display Terminal) merupakan bagian layar monitor yang paling berpengaruh bagi kesehatan pekerja pengguna komputer terutama terhadap kesehatan mata (Maryamah, 2011). Untuk kenyamanan, monitor harus diatur sehingga mata anda sama tingginya dengan tepi atas layar, sekitar 5-6 cm di bawah bagian atas casing monitor. Monitor yang terlalu rendah akan menyebabkan leher dan pundak anda nyeri (Mashud, 2008).
Hasil penelitian Maryamah (2011), Saputro (2013) dan Supriati (2012) yaitu tidak ada hubungan yang bermakna antara jarak pandang ke monitor dengan keluhan kelelahan mata yang berarti tidak sejalan dengan hasil penelitian ini yaitu ada hubungan antara jarak pandang ke komputer dengan kelelahan mata.
Sebagian besar operator menggunakan jarak pandang ke komputer tidak memenuhi standar
Occupational Safety and Health
Association (OSHA) (1997) yaitu 50-100 cm. Keadaan tempat kerja mereka sudah ergonomis yaitu peletakan layar komputer yang tepat di depan operator dan posisi duduk mereka sudah lurus di depan komputer. Sebagian besar operator yang menggunakan jarak pandang ke komputer yang dekat dikarenakan bahwa kebiasaan mereka yang sering menggunakan komputer dengan jarak pandang ke mata yang dekat untuk lebih memfokuskan huruf-huruf kecil di dalam komputer yang
merupakan pekerjaan mereka. Mereka terbiasa melihat benda-benda kecil yang terdapat di dalam pekerjaan mereka. Selain itu ada juga operator yang menggunakan jarak pandang ke komputer yang terlalu jauh dan ini bisa menyebabkan kelelahan mata karena mata dipaksa untuk memfokuskan benda kecil dalam jarak yang jauh sehingga perilaku berisiko seperti inilah yang bisa menyebabkan kelelahan mata.
Operator yang tidak menggunakan jarak pandang ke komputer yang memenuhi standar namun tidak mengalami kelelahan mata dikarenakan oleh keadaan mata operator yang sehat. Mereka sering memakan makanan yang banyak mengandung vitamin A seperti buah-buahan dan sayur-sayuran yang berwarna hijau yang banyak mengandung beta karoten sehingga kesehatan mata mereka senantiasa terjaga kesehatannya walaupun tidak menggunakan jarak pandang ke komputer yang memenuhi standar yang direkomendasikan oleh Occupational Safety and Health Association (OSHA) (1997) yaitu 50-100 cm, operator-operator tersebut tidak mengalami kelelahan mata.
IV.Simpulan dan Saran 4.1Simpulan
Kesimpulan dalam penelitian ini adalah ada hubungan antara istirahat mata, intensitas pencahayaan komputer dan jarak pandang ke komputer dengan kelelahan mata yang dialami oleh operator Sistem Informasi Akademik Terpadu (SIAT) program studi yang ada di Universitas Negeri Gorontalo tahun 2013.
4.2Saran
Diharapkan bagi institusi agar pekerjaan operator Sistem Informasi Akademik Terpadu (SIAT) program studi difokuskan pada pekerjaan utama dan melakukan pemeriksaan mata secara berkala. Bagi pekerja disarankan agar selalu mengistirahatkan mata secara teratur, menggunakan intensitas pencahayaan dan jarak pandang ke komputer yang memenuhi standar. Bagi peneliti selanjutnya melihat faktor-faktor lain yang berhubungan dengan kelelahan mata.
V. Daftar Pustaka
Al-Barry, Akmalia dan Usman. 2001. Kamus Istilah Medis. Jakarta : Arkola.
Anizar. 2009. Teknik Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Industri. Yogyakarta : Graha Ilmu.
Dewi, Sitorus dan Hasyim. 2009. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kelelahan Mata pada Operator Komputer di Kantor Samsat Palembang Tahun 2009. (http://eprints.unsri.ac.id/60/3/abst rak4.pdf, diakses 22 Februari 2013).
Fajar I, Isnaeni, Pudjirahaju A, Amin I, Sunindya B.R, Aswin AAG. A dan Iwan S. 2009. Statistika untuk Praktisi Kesehatan. Yogyakarta : Graha Ilmu.
Fauzianti, Emmi. 2011. Hubungan
Pengetahuan, Sikap Dengan
Keluhan Subyektif dalam
Penggunaan Komputer pada
Pegawai Satuan Kerja Perangkat Daerah Kabupaten Pesisir Selatan
Tahun 2011. Skripsi. Fakultas Kedokteran Universitas Andalas Padang.
(http://repository.unand.ac.id/1752 8/1/HUBUNGANPENGETAHUA N.pdf, diakses pada tanggal 1 Maret 2013).
Hanum, Iis. 2008. Efektivitas Penggunaan Screen pada Monitor
Komputer untuk Mengurangi
Kelelahan Mata Pekerja Call Centre di PT. Indosat NSR Tahun
2008. Tesis. Sekolah Pasca
Sarjana Universitas Sumatera
Utara Medan.
(http://repository.usu.ac.id/bitstrea m/123456789/7048/1/08E00330.p df, diakses pada tanggal 23 Februari 2013).
Humaidi, Syahrul. 2005. Dampak
Radiasi Monitor Komputer.
(http://repository.usu.ac.id/bitstrea
m/123456789/1885/1/fisika-syahrul2.pdf, diakses pada tanggal 25 Februari 2013).
Ilyas, Sidarta. 2008. Penuntun Ilmu
Penyakit Mata Edisi Ketiga.
Jakarta : FKUI
---. 2004. Ilmu Perawatan Mata. Jakarta : Sagung Seto. Koesyanto, Herry. 2006. Pengaruh
Penerangan dan Jarak Pandang
pada Komputer Terhadap
Kelelahan Mata. KEMAS -
Volume 1 / No. 2 / Januari - Juni 2006.
(http://eprints.unsri.ac.id/60/3/abst rak4.pdf, diakses 22 Februari 2013).
Kurniawan, I Gede Wahyu. 2012.
Pengaruh Intensitas Cahaya
Monitor Terhadap Kenyamanan
Mata, Beban Kerja dan
Produktivitas pada Operator
Komputer. Jurnal Matrix Vol. 2 No. 3, November 2012, Halaman 152-157.
(http://p3m.pnb.ac.id/dokument/ju rnal/1360303202_Wahyu.pdf, diakses 22 Februari 2013).
Maryamah, Siti. 2011. Faktor-Faktor
yang Berhubungan dengan
Keluhan Kelelahan Mata pada Pengguna Komputer di Bagian Outbound Call Gedung Graha
Telkom BSD (Bumi Serpong
Damai) Tangerang Tahun 2011. Skripsi. Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
(http://perpus.fkik.uinjkt.ac.id/file digital/SITI%20MARYAMAH.pd f, diakses pada tanggal 22 Februari 2013).
Mashud. 2008. Komputer, Ergonomi
dan Kesehatan Kerja.
(http://mgmp-tik-dki.org/?pilih=news&aksi=lihat&i d=6.pdf, diakses pada tanggal 22 Februari 2013)
Masruhkin, Agus. 2010. Definisi Komputer.
(http://repository.usu.ac.id/bitstrea m/123456789/19201/2/Reference. pdf, diakses pada tanggal 1 Maret 2013).
Murtopo dan Sarimurni. 2005.
Pengaruh Radiasi Layar
Komputer terhadap Kemampuan Daya Akomodasi Mata Mahasiswa
Pengguna Komputer di
Universitas Muhamadiyah
Surakarta. Jurnal Penelitian Sains & Teknologi, Vol. 6, No. 2, 2005: 153–163.
(http://publikasiilmiah.ums.ac.id/b itstream/.../6.%20ICHWAN%20M URTOPO.pdf, diakses pada tanggal 1 Maret 2013)
Notoatmodjo, S. 2010. Metode Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta.
Ridley, John. 2008. Ikhtisar Kesehatan dan Keselamatan Kerja Edisi Ketiga. Jakarta : Erlangga.
Riwidikdo dan Hani. 2009. Fisika Kesehatan. Yogyakarta : Mitra Cendikia Press.
Saputro, Wisnu Eko. 2013. Hubungan Intensitas Pencahayaan, Jarak Pandang Mata ke Layar dan Durasi Penggunaan Komputer dengan Keluhan Computer Vision
Syndrome. Jurnal Kesehatan
Masyarakat 2013, Volume 2, Nomor 1, Tahun 2013. (http://ejournal s1.undip.ac.id/index.php/jkm/searc h/titles?searchPage=4, diakses 22 Februari 2013).
Sugiyono. 2013. Statistika untuk Penelitian. Bandung : Alfabeta Suma’mur. 1996. Hygiene Perusahaan
dan Kesehatan Kerja. Jakarta : Toko Gunung Agung.
Supriati, Febriana. 2012. Faktor-Faktor yang Berkaitan dengan Kelelahan Mata pada Karyawan
Bagian Administrasi di PT.
Indonesia Power UBP Semarang. Jurnal Kesehatan Masyarakat, Volume 1, Nomor 2, Tahun 2012,
Halaman 720–730.
(http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm/articl
e/view/1352/1373, diakses 22
Februari 2013).
Syaifuddin. 2006. Anatomi dan
Fisiologi untuk Mahasiswa
Keperawatan Edisi 3. Jakarta : EGC.
Tambayong, Jan. 2001. Anatomi dan
Fisiologi untuk Keperawatan.
Jakarta : EGC
UNG. 2010. Keputusan Rektor
Universitas Negeri Gorontalo
Nomor: 561/H47.A2/LL/2010
Tentang Organisasi dan Tata Kerja (OTK) Pusat Teknologi
Informasi dan Komputer
(Pustikom) Universitas Negeri
Gorontalo. Gorontalo : UNG. (http://repository.ung.ac.id/sk/rekt or/Otk/Pustikom.pdf, diakses pada tanggal 1 Maret 2013).
---. 2010. Rencana Strategis
Universitas Negeri Gorontalo
2010-2014.
(http://repository.ung.ac.id/files/80 /1/Renstra_UNG.pdf, diakses pada tanggal 5 Mei 2013).
Widyati dan Yuliarsih. 2002. Hygiene
dan Sanitasi Umum dan