• Tidak ada hasil yang ditemukan

Faktor- faktor yang berhubungan dengan keluhan kelelahan mata pada pengguna komputer di Accounting Group PT Bank X Jakarta Tahun 2013

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Faktor- faktor yang berhubungan dengan keluhan kelelahan mata pada pengguna komputer di Accounting Group PT Bank X Jakarta Tahun 2013"

Copied!
119
0
0

Teks penuh

(1)

TAHUN 2013

SKRIPSI

Diajukan sebagai Persyaratan untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Kesehatan Masyarakat (SKM)

OLEH :

SELISCA LUTHFIANA FADHILLAH NIM : 109101000048

PEMINATAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

(2)
(3)

ii

Selisca Luthfiana Fadhillah, NIM: 109101000048

Faktor- faktor yang berhubungan dengan keluhan kelelahan mata pada pengguna komputer di Accounting Group PT Bank X Jakarta Tahun 2013

(xviii + 83 halaman, 11 tabel, 1 grafik, 4 gambar, 5 lampiran)

ABSTRAK

Kelelahan mata pada pengguna komputer dapat terjadi karena bekerja dengan melihat dan membaca dekat dalam waktu yang lama. Kondisi demikian dapat menurunkan ketelitian dan kewaspadaan. Selain itu dapat menurunkan kondisi kesehatan pekerja bahkan dapat menyebabkan kecelakaan kerja. Oleh karena itu penelitian ini dilakukan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan keluhan kelelahan mata.

Penelitian ini merupakan penelitian epidemiologi analitik dengan desain

crosss sectional study, yang dilaksanakan pada bulan Juni – Juli 2013. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pengguna komputer di Accounting Group PT Bank X Jakarta dengan jumlah sampel 100 orang. Data penelitian dikumpulkan dengan menggunakan instrumen: kuesioner, snellen chart, meteran, dan lux meter.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengguna komputer yang mengalami keluhan kelelahan mata sebanyak 72%. Keluhan yang paling banyak adalah mata perih (77.8%). Berdasarkan hasil uji statistik diketahui bahwa variabel yang berhubungan dengan keluhan kelelahan mata adalah variabel kelainan refraksi (Pvalue = 0.030) dan tingkat pencahayaan (Pvalue = 0.003). Sedangkan usia dan jarak monitor tidak berhubungan dengan keluhan kelelahan mata.

Untuk menurunkan risiko keluhan kelelahan mata pada pengguna komputer, disarankan agar tingkat pencahayaan sesuai dengan standar Kepmenkes yaitu 500 lux. Melengkapi setiap layar monitor dengan antiglare. Melakukan sosialisasi terhadap pekerja. Mengganti bola lampu yang tidak berfungsi dengan baik. Melakukan pemeriksaan mata pada pekerja dan melakukan pemindahan tenaga kerja dengan visus yang setinggi-tingginya.

Daftar bacaan : (1985 – 2013)

(4)

iii STUDY PROGRAM OF PUBLIC HEALTH

Undergraduated Thesis, September 2013

SELISCA LUTHFIANA FADHILLAH, NIM : 109101000048

FACTORS CORELATION WITH SYMPTOM OF EYESTRAIN IN COMPUTER USER AT ACCOUNTING GROUP PT. BANK X, JAKARTA OF YEAR 2013.

(xviii + 83 pages, 11 tables, 1 graphic, 4 pictures, 5 attachments)

ABSTRACT

Eye fatigue can occur on the user's computer because it works by looking and reading closely for a long time. These conditions can decrease accuracy and alertness. Moreover, it can reduce worker health condition can even cause accidents. This study was therefore conducted to determine the factors associated with complaints of eye fatigue.

This study is an epidemiological study designs crosss sectional analytic study, which was conducted in June-July 2013. The population in this study were all computer users in the Accounting Group X PT Bank Jakarta with a sample of 100 people. Data were collected using instruments: questionnaires, Snellen chart, meter, and a lux meter. Results showed that computer users experience eyestrain complaints as much as 72%. The most common complaints were eye irritation (77.8%). Based on the results of the statistical test is known that the variables associated with complaints of eye fatigue is a variable refractive disorders (Pvalue = 0.030) and light levels (Pvalue = 0.003). While the age and distance monitor is not associated with complaints of eye fatigue.

To reduce the risk of eye fatigue complaints on the user's computer, it is recommended that lighting levels in accordance with the standards Kepmenkes is 500 lux. Complement each monitor with antiglare screen. To disseminate the workers. Replacing light bulbs that are not functioning properly. Conduct eye examinations on workers and labor of moving the highest visual acuity.

References : (1985 – 2013)

(5)
(6)
(7)

vi

Nama : Selisca Luthfiana Fadhillah

Tempat, tanggal lahir : Jakarta, 02 Juli 1991

Jenis Kelamin : Perempuan

Status Pernikahan : Belum menikah

Nomor Handphone : 08568505035

Email : seliscaluthfiana@yahoo.com

Riwayat Pendidikan

2009- sekarang S1- Program Studi Kesehatan Masyarakat, Fakultas

Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, Universitas Islam Negeri

(UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

2006- 2009 SMA Negeri 1 Ciputat

2003- 2006 SMP Negeri II Ciputat

1997- 2003 SD Negeri Situ Gintung II

Pengalaman Pelatihan dan Seminar

2012 Pelatihan OSHAS 18001

(8)

vii

Segala puji bagi Allah SWT Yang Maha Segalanya, syukur penulis ucapkan

padamu ya Rabb, karena tanpa pertolongan-Mu penulis tidak akan mampu

menyelesaikan skripsi ini. Tidak lupa penulis haturkan Shalawat dan salam kepada

baginda Rasulallah SAW yang membawa umatnya dari zaman kegelapan ke zaman

yang terang benderang. Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam

penulisan Skripsi Tentang “Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Keluhan

Kelelahan Mata pada Pengguna Komputer di Accounting Group PT Bank X Jakarta,

Tahun 2013” Penyelesaian skripsi ini semata-mata bukanlah hasil usaha penulis,

melainkan banyak pihak yang memberikan bantuan baik moril maupun materil,

sekiranya patutlah bagi penyusun untuk berterima kasih yang tak terhingga kepada :

1. Kepada Mama dan Papa yang memberikan doa dan ketulusan serta rasa

sayang yang tak terbatas terhadap diriku.

2. Kepada kakak kandungku “Reza Fahmi Fatahillah” yang telah membantu atas

kelancaran penelitian penulis. I can’t make it without u Bro..

3. Ua Emon, Bi Lilis, Umi, dan semua keluarga besar yang juga turut

mendukung dan memotivasi serta memberikan nasehat kepada penulis.

4. Tim ceriwis di grup “Moses Family”, Kak Novi, Kak Nancy, Kak Adi, Kak

(9)

viii

Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

Jakarta.

7. Ibu Febrianti, SP, M. Si, selaku ketua Program Studi Kesehatan Masyarakat

yang selalu berusaha dengan keikhlasannya memajukan jurusan kesmas agar

bisa berdiri di atas dari jurusan-jurusan lain

8. Ibu Raihana Nadra Alkaff, M. MA, selaku Pembimbing Skripsi I dan Ibu

Minsarnawati, M. Kes, selaku Pembimbing II yang selalu memberikan waktu,

ilmu, dan kesabarannya untuk membimbing penulis menyelesaikan skripsi ini.

9. Bapak dr.Yuli Prapanca Satar, Ibu Febrianti dan Ibu Meilani Anwar selaku

penguji sidang skripsi, terimakasih atas masukannya yang berharga untuk

penulis.

10.Bapak Gozali, Kak Ami, Kak Ida, dan Kak Septi. Terimakasih untuk

semangat yang diberikan kepada penulis.

11.My bestfriend forever “Novandany Dwiantoro Putra”, kata terimakasih tidak

akan cukup untuk membayar segala kebaikanmu.

12.Teman-teman di Kesehatan Masyarakat FKIK UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta, khususnya K3 2009. Semoga keberkahan selalu menyertai langkah

(10)

ix

kebaikan yang telah diberikan mendapat balasan dari Allah SWT. Aamiin. Terakhir

kiranya penyusun berharap semoga hasil penelitian ini bermanfaat bagi penyusun dan

pembaca umumnya.

Jakarta, September 2013

(11)

x

LEMBAR PERNYATAAN MAHASISWA i

ABSTRAK ii

LEMBAR PERSETUJUAN iv

LEMBAR PENGESAHAN v

DAFTAR RIWAYAT HIDUP vi

KATA PENGANTAR ix

DAFTAR ISI x

DAFTAR TABEL xiv

DAFTAR GRAFIK xvi

DAFTAR GAMBAR xvii

DAFTAR LAMPIRAN xviii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang 1

1.2 Rumusan Masalah 6

1.3 Pertanyaan Peneltian 7

1.4 Tujuan Penelitian 8

1.4.1 Tujuan Umum 8

1.4.2 Tujuan Khusus 8

1.5Manfaat Penelitian 9

1.5.1 Bagi Perusahaan 9

1.5.2 Bagi Peneliti Lain 10

1.5.3 Bagi Program Studi Kesehatan Masyarakat 10

1.6Ruang Lingkup 10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1Monitor Komputer 11

2.2Pengaruh Penggunaan Komputer Terhadap Kesehatan 13

2.3Pengaruh Komputer Terhadap Kesehatan Mata 13

(12)

xi

2.7Gejala-gejala Kelelahan Mata 19

2.8Patogenesis Kelelahan Mata 20

2.9Faktor Risiko Timbulnya Kelelahan Mata 22

2.5.1 Faktor Karakteristik Individu 22

2.5.2 Faktor Pekerjaan 26

2.5.3 Faktor Lingkungan Kerja 30

2.10Kerangka Teori 33

BAB III KERANGKA KONSEP

3.1Kerangka Konsep 35

3.2Definisi Operasional 38

3.3Hipotesis 41

BAB IV METODE PENELITIAN

4.1Desain Penelitian 42

4.2Lokasi dan Waktu Penelitian 42

4.2.1 Lokasi 42

4.2.2 Waktu Penelitian 42

4.3Populasi dan Sampel 43

4.4Instrumen Penelitian 46

4.5Metode Pengumpulan Data 50

4.6Pengolahan Data 52

4.7Analisis Data 53

4.7.1 Analisis Univariat 53

4.7.2 Analisis Bivariat 54

BAB V HASIL PENELITIAN

5.1Gambaran Umum Perusahaan 55

5.1.1 Profil PT Bank X. 55

5.1.2 Accounting Group PT Bank X 55

5.2Gambaran Lingkungan Kerja 56

(13)

xii

5.3.3 Gambaran Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Keluhan Kelelahan Mata pada Pengguna Komputer di Accounting

Group PT Bank X, Jakarta Tahun 2013 59

5.4Analisis Bivariat 61

5.4.1 Hubungan antara Usia dengan Keluhan Kelelahan Mata pada Pengguna Komputer di Accounting Group PT Bank X, Jakarta

Tahun 2013 61

5.4.2 Hubungan antara Kelainan Refraksi dengan Keluhan Kelelahan Mata pada Pengguna Komputer di Accounting Group PT Bank

X, Jakarta Tahun 2013 63

5.4.3 Hubungan antara Jarak Monitor dengan Keluhan Kelelahan Mata pada Pengguna Komputer di Accounting Group PT Bank

X, Jakarta Tahun 2013 64

5.4.4 Hubungan antara Tingkat Pencahayaan dengan Keluhan Kelelahan Mata pada Pengguna Komputer di Accounting

Group PT Bank X, Jakarta Tahun 2013 65

BAB VI PEMBAHASAN

6.1Keterbatasan Penelitian 67

6.2Keluhan Kelelahan Mata pada Pengguna Komputer di Accounting Group

PT Bank X, Jakarta Tahun 2013 67

6.3Hubungan antara Usia dengan Keluhan Kelelahan Mata pada Pengguna Komputer di AccountingGroup PT Bank X, Jakarta Tahun 2013 70 6.4Hubungan antara Kelainan Refraksi dengan Keluhan Kelelahan Mata pada

Pengguna Komputer di Accounting Group PT Bank X, Jakarta Tahun

2013 71

6.5Hubungan antara Jarak Monitor dengan Keluhan Kelelahan Mata pada Pengguna Komputer di Accounting Group PT Bank X, Jakarta Tahun

2013 75

6.6Hubungan antara Tingkat Pencahayaan dengan Keluhan Kelelahan Mata pada Pengguna Komputer di AccountingGroup PT Bank X, Jakarta Tahun

(14)

xiii

7.2Saran 82

(15)
[image:15.612.110.534.117.519.2]

xiv

Tabel 2.1 Korelasi antara Usia dan Daya Akomodasi 24

Tabel 4.1 Populasi Sampel Penelitian Terdahulu 45

Tabel 5.1 Gambaran Keluhan Kelelahan Mata pada Pengguna Komputer di

AccountingGroup PT Bank X, Jakarta Tahun 2013 57

Tabel 5.2 Gambaran Distribusi Frekuensi Berdasarkan Variabel Faktor Karakteristik

Individu (Usia dan Kelainan Refraksi) pada Pengguna Komputer di

AccountingGroup PT Bank X, Jakarta Tahun 2013 59

Tabel 5.3 Gambaran Distribusi Frekuensi Berdasarkan Variabel Faktor Pekerjaan

(Jarak Monitor) pada Pengguna Komputer di AccountingGroup PT Bank

X, Jakarta Tahun 2013 60

Tabel 5.4 Gambaran Distribusi Frekuensi Berdasarkan Variabel Lingkungan Kerja

(Tingkat Pencahayaan) pada Pengguna Komputer di Accounting Group

PT Bank X, Jakarta Tahun 2013 61

Tabel 5.5 Analisis Hubungan antara Usia dengan Keluhan Kelelahan Mata pada

Pengguna Komputer di Accounting Group PT Bank X, Jakarta Tahun

2013 62

Tabel 5.6 Analisis Hubungan antara Kelainan Refraksi dengan Keluhan Kelelahan

Mata pada Pengguna Komputer di AccountingGroup PT Bank X, Jakarta

(16)

xv

pada Pengguna Komputer di Accounting Group PT Bank X, Jakarta Tahun

[image:16.612.126.524.167.513.2]

2013 64

Tabel 5.8 Analisis Hubungan antara Tingkat Pencahayaan dengan Keluhan

Kelelahan Mata pada Pengguna Komputer di Accounting Group PT Bank

(17)
[image:17.612.132.520.191.507.2]

xvi

Grafik 5.1 Distribusi Jenis Keluhan Kelelahan Mata pada Pengguna Komputer di

(18)
[image:18.612.116.519.131.538.2]

xvii

Gambar 2.1 Kerangka Teori Penelitian 34

Gambar 3.1 Kerangka Konsep Penelitian 37

Gambar 4.1 Digital Lux Meter Custom LX-204 48

(19)

xviii

Lampiran 1 Permohonan Izin Penelitian

Lampiran 2 Pemberian Izin Penelitian

Lampiran 3 Persyaratan Pengambilan Data

Lampiran 4 Output Analisis Univariat dan Bivariat

(20)

1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Komputer didefinisikan sebagai peralatan elektronik yang dapat

merekam, mengolah, menampilkan dan menyimpan data. Kemampuannya

menangani data ini telah membuatnya dimanfaatkan untuk mendukung

berbagai kegiatan manusia antara lain kegiatan bekerja, belajar, belanja, perang,

bahkan juga kegiatan kejahatan dan kegiatan yang sifatnya santai atau hiburan

seperti permainan ketangkasan (Rustiati, 1999).

Kebutuhan komunikasi antar komputer untuk saling menukar data telah

menghasilkan pemikiran untuk menghubungkan komputer pada suatu jaringan

yang populer yang disebut internet, yaitu suatu jaringan komputer yang bersifat

global. Dengan internet para pengguna dapat mengakses data maupun

melakukan komunikasi ke seluruh dunia. Dengan adanya akses ke internet yang

bersifat global, pengaruh komputer terhadap aktivitas manusia semakin tinggi

terutama dalam hal berkomunikasi. Selain itu informasi kini dapat di transmisi,

diakses dan diperbanyak dari jarak jauh secara lebih cepat dan mudah (Rustiati,

1999).

Komputer mulai digunakan sebagai alat pendukung di tempat kerja pada

(21)

penelitian yang dilakukan Amerika Utara pada tahun 1990 dilaporkan bahwa

lebih dari 40 juta komputer digunakan di tempat kerja, 25 juta di rumah dimana

sekitar 7-8 juta diantaranya berupa komputer portabel (Rustiati, 1999).

Penggunaan komputer dewasa ini telah demikian luas di segala bidang,

baik diperkantoran maupun bagian dari kehidupan pribadi seseorang. Hampir

semua petugas administrasi menggunakan komputer dalam pekerjaan

sehari-hari. Penggunaan komputer tidak terlepas dari hal-hal yang dapat mengganggu

kesehatan (Roestijawati, 2007).

Penggunaan komputer yang terlalu lama akan menimbulkan dampak

negatif bagi kesehatan pekerja. Pekerja yang dipaksa beradaptasi dengan

komputer sering mengalami gangguan penglihatan yang disebabkan karena

penggunaan komputer terlalu lama, oleh The American Optometric Association

dinamakan Computer Vision Syndrome (CVS). CVS juga dikenal dengan nama

kelelahan mata. Kelelahan mata adalah kumpulan gejala mata maupun

non-mata yang timbul setelah bekerja di depan layar komputer atau Video Display

Terminal (VDT) (Firdaus, 2013). Kelelahan mata adalah ketegangan pada mata

yang disebabkan oleh gangguan indra penglihatan dalam bekerja yang

memerlukan kemampuan untuk melihat dalam jangka waktu yang lama yang

biasanya disertai dengan kondisi pandangan yang tidak nyaman (Pheasant,

1991).

Kelelahan mata memiliki gejala-gejala atau keluhan seperti terdapat

(22)

disertai rasa berat pada dahi (Ilyas, 1991). Kondisi demikian cenderung akan

menurunkan ketelitian dan lebih lanjut dapat menyebabkan terjadinya

kesalahan, memperpanjang waktu kerja, menurunkan produksi, disamping itu

juga dapat menurunkan kewaspadaan dan cenderung terjadinya kecelakaan

kerja atau menambah angka kecelakaan, serta mempengaruhi moral kerja

(Soeripto, 2008). Selain itu menurut Firdaus (2013) kelelahan mata dapat

menurunkan produktivitas kerja dikarenakan pekerja mengalami berbagai

keluhan yang menyebabkan hilangnya konsentrasi dan menurunkan semangat

kerja. Pekerja yang terganggu kesehatannya akan menyebabkan kerugian pada

perusahaan berupa biaya pengobatan dan perawatan karena Penyakit Akibat

Kerja (PAK). Selain itu angka kehadiran akan menurun dan tidak

terselesaikannya pekerjaan karena ketidakbugaran jasmaninya.

Kelelahan mata sering terjadi pada pekerja yang menggunakan

komputer (Pheasant, 1991). Dari hasil studi sebelumnya (Carayon, 1995 dalam

Sundari, 2011) bahwa pengguna komputer apabila bekerja terlalu lama di depan

komputer akan mengalami beberapa keluhan. Keluhan yang dapat ditimbulkan

karena pemakaian komputer adalah keluhan kelelahan mata sebanyak 75-90%

dan keluhan muskuloskeletal porsinya hanya 22%. NIOSH (1999) juga

mengatakan bahwa keluhan yang paling banyak dilaporkan oleh pengguna

komputer adalah keluhan kelelahan mata. Karena pekerja harus bekerja dengan

(23)

selaras dengan pernyataan Hapsari (2012) bahwa keluhan yang paling sering

dikemukakan oleh para pengguna komputer adalah keluhan pada penglihatan.

Menurut Occupational Safety and Health Administration (OSHA) di

Amerika dilaporkan dari 40 juta pengguna VDT, 80% menderita CVS. Efek

jangka pendek biasanya pandangan kabur, nyeri kepala, pandangan ganda, dan

lain sebagainya (Roestijawati, 2007). Hal ini selaras dengan pernyataan

Pheasant (1991) dimana orang-orang yang bekerja dengan komputer umumnya

menderita kelelahan mata. Prevalensi 70% -90% telah dilaporkan pada orang

yang melakukan entry data berulang-ulang dan layar berbasis tugas-tugas

administrasi lainnya dibandingkan dengan 45% pada pekerja kantor umum

yang tidak menggunakan komputer.

Di Indonesia keluhan kelelahan mata pada pekerja yang menggunakan

komputer sering ditemukan. Hasil penelitian Setiawan (2012) yang dilakukan

terhadap pekerja yang menggunakan komputer di PT Surveyor Indonesia

menunjukan bahwa sebanyak 83,7% mengalami keluhan kelelahan mata. Hana

(2008) dalam penelitiannya juga diketahui sebanyak 78,6% pekerja yang

menggunakan komputer di PT Bridgestone Tire Indonesia mengalami keluhan

kelelahan mata.

Keluhan kelelahan mata dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor.

Faktor-faktor tersebut diantaranya adalah Faktor-faktor karakteristik individu seperti usia, dan

(24)

komputer dan faktor lingkungan kerja seperti pencahayaan juga dapat

mempengaruhi untuk terjadinya kelelahan mata (OSHA, 1997).

PT Bank X adalah perusahaan yang bergerak di bidang jasa perbankan

yang terletak di Jakarta. Untuk mendukung kegiatannya, PT Bank X

memerlukan informasi mengenai keadaan seluruh kegiatan perusahaan secara

cepat dan dapat diandalkan. Informasi ini dikelola di Accounting Group PT

Bank X. Dalam melakukan pekerjaannya, pekerja di Accounting Group sangat

bergantung pada komputer sebagai alat kerja untuk memudahkan pekerjaan

mereka. Sehingga mereka menggunakan komputer dengan pemakaian waktu

yang lama yang memicu terjadinya gangguan kesehatan mata. Gangguan

kesehatan mata tersebut dapat berupa kelelahan mata yang berdampak pada

produktivitas kerja.

Pekerja di Accounting Group memproses informasi-informasi seperti

mengolah data, memasukkan data, memeriksa data ke dalam bentuk

laporan-laporan dan mengkomunikasikannya kepada pengambil keputusan. Sehingga

diperlukan kualitas dan ketajaman penglihatan agar tidak terjadi kesalahan

laporan. Menurut Soeripto (2008) penglihatan merupakan fungsi pekerjaan

yang sangat penting untuk dilaksanakan di dalam industri dan kemampuan

tenaga kerja untuk melihat apa yang sedang dikerjakan adalah langsung

berhubungan dengan kecepatan dan ketelitian dengan apa yang dilakukannya

(25)

Berdasarkan informasi dari kalangan perusahaan hingga saat ini belum

pernah dilakukan suatu penelitian terhadap pekerja yang berhubungan dengan

keluhan kelelahan mata pada pengguna komputer di PT Bank X. Selain itu

belum pernah dilakukan pemeriksaan fisik lingkungan kerja berupa tingkat

pencahayaan, dan belum pernah dilakukannya pemeriksaan terhadap kesehatan

pekerja yang berhubungan dengan gangguan kesehatan mata di Accounting

Group PT Bank X. Padahal pekerjaan di Accounting Group merupakan

pekerjaan vital PT Bank X dimana laporan dari seluruh cabang kantor di dalam

dan di luar negeri diolah di Accounting Group.

Peneliti juga melakukan studi pendahuluan terhadap 15 pekerja dimana

berdasarkan studi pendahuluan yang telah dilakukan, sebanyak 13 pekerja

merasakan adanya keluhan kelelahan mata pada saat bekerja menggunakan

komputer. Keluhan kelelahan mata yang paling banyak dirasakan adalah sakit

kepala sebanyak 46,67%, mata terasa perih sebanyak 46,67% dan penglihatan

kabur sebanyak 40%. Untuk itu peneliti ingin mengetahui faktor-faktor yang

berhubungan dengan keluhan kelelahan mata pada pengguna komputer di

Accounting Group PT Bank X agar risiko kejadian kelelahan mata dapat

diminimalisasi.

1.2 Rumusan Masalah

Komputer digunakan oleh pekerja di Accounting Group PT Bank X

(26)

komputer secara terus-menerus dapat mengakibatkan keluhan kelelahan mata

yang berdampak menurunnya produktivitas kerja. Berdasarkan studi

pendahuluan yang sudah dilaksanakan diketahui bahwa dari 15 pekerja yang

menggunakan komputer di Accounting Group PT Bank X, didapatkan 13

pekerja mengalami keluhan kelelahan mata. Keluhan kelelahan mata yang

paling banyak dirasakan adalah sakit kepala, mata terasa perih dan penglihatan

kabur.

Penelitian terkait faktor-faktor yang berhubungan dengan keluhan

kelelahan mata belum pernah dilakukan di PT Bank X, sehingga perlu

dilakukan penelitian untuk faktor-faktor yang berhubungan dengan keluhan

kelelahan mata pada pengguna komputer di Accounting Group PT Bank X

tahun 2013.

1.3 Pertanyaan Penelitian

1. Bagaimana gambaran keluhan kelelahan mata pada pengguna komputer di

Accounting Group PT Bank X tahun 2013?

2. Bagaimana gambaran faktor karakteristik individu (usia dan kelainan refraksi)

pada pengguna komputer di Accounting Group PT Bank X tahun 2013?

3. Bagaimana gambaran faktor pekerjaan yaitu jarak monitor pada pengguna

komputer di Accounting Group PT Bank X tahun 2013?

4. Bagaimana gambaran faktor lingkungan kerja yaitu tingkat pencahayaan pada

(27)

5. Apakah ada hubungan antara faktor karakteristik individu (usia dan kelainan

refraksi) dengan keluhan kelelahan mata pada pengguna komputer di

Accounting Group PT Bank X tahun 2013?

6. Apakah ada hubungan antara faktor pekerjaan yaitu jarak monitor dengan

keluhan kelelahan mata pada pengguna komputer di Accounting Group PT

Bank X tahun 2013?

7. Apakah ada hubungan antara faktor lingkungan kerja yaitu tingkat

pencahayaan dengan keluhan kelelahan mata pada pengguna komputer di

Accounting Group PT Bank X tahun 2013?

1.4 Tujuan Penelitian 1.4.1 Tujuan Umum

Diketahuinya faktor-faktor yang berhubungan dengan keluhan

kelelahan mata pada pengguna komputer di Accounting Group PT Bank X

tahun 2013.

1.4.2 Tujuan Khusus

1. Diketahuinya gambaran keluhan kelelahan mata pada pengguna komputer

di Accounting Group PT Bank X tahun 2013.

2. Diketahuinya gambaran faktor karakteristik individu (usia dan kelainan

refraksi) pada pengguna komputer di Accounting Group PT Bank X tahun

(28)

3. Diketahuinya gambaran faktor pekerjaan yaitu jarak monitor pada

pengguna komputer di Accounting Group PT Bank X tahun 2013.

4. Diketahuinya gambaran faktor lingkungan yaitu tingkat pencahayaan

pada pengguna komputer di Accounting Group PT Bank X tahun 2013.

5. Diketahuinya hubungan antara faktor karakteristik individu (usia, dan

kelainan refraksi) dengan keluhan kelelahan mata pada pengguna

komputer di Accounting Group PT Bank X tahun 2013.

6. Diketahuinya hubungan antara faktor pekerjaan yaitu jarak monitor

dengan keluhan kelelahan mata pada pengguna komputer di Accounting

Group PT Bank X tahun 2013.

7. Diketahuinya hubungan antara faktor lingkungan yaitu tingkat

pencahayaan dengan keluhan kelelahan mata pada pengguna komputer di

Accounting Group PT Bank X tahun 2013.

1.5 Manfaat Penelitian 1.5.1 Bagi Perusahaan

Hasil penelitian diharapkan dapat menambah pengetahuan serta

memberikan informasi bagi perusahaan mengenai faktor- faktor apa saja yang

berhubungan dengan keluhan kelelahan mata pada pekerja sehingga

perusahaan dapat mengatasi secara dini tindakan pencegahan yang dilakukan

(29)

1.5.2 Bagi Peneliti Lain

Penelitian ini diharapkan akan memperluas wawasan dan menambah

pengetahuan dalam bidang sumber daya manusia khususnya tentang

faktor-faktor yang berhubungan dengan keluhan kelelahan mata pada pengguna

komputer.

1.5.3 Bagi Program Studi Kesehatan Masyarakat

Hasil penelitian dapat dijadikan bahan referensi mengenai

faktor-faktor yang berhubungan dengan keluhan kelelalahan mata untuk mahasiswa

khususnya peminatan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3).

1.6 Ruang Lingkup

Penelitian ini dilaksanakan oleh mahasiswa semester VIII Program

studi Kesehatan Masyarakat Universitas Islam Syarif Hidayatullah Jakarta di

Accounting Group PT Bank X Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni –

Juli 2013. Penelitian membahas mengenai faktor-faktor yang berhubungan

dengan keluhan kelelahan mata pada pengguna komputer di Accounting

Group PT Bank X tahun 2013, dengan menggunakan desain studi cross

sectional. Data penelitian diperoleh dengan cara pengambilan data primer dan

(30)

11

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Monitor Komputer

Komputer terdiri dari Central Processing Unit (CPU) dan Visual

Display Terminal (VDT), yaitu bagian yang paling berpengaruh terhadap

kesehatan mata pada pekerja pengguna komputer. VDT yang dapat disebut pula

Visual Display Unit (VDU) adalah alat untuk presentasi visual dan informasi

yang disimpan secara elektronik (Fauzia, 2004).

Cara kerja VDT umumnya berdasarkan penggunaan sebuah Cathode

Ray Tube (CRT) dan layar yang berfungsi hampir sama dengan televisi.

Televisi diperuntukan untuk dilihat dari jauh, sedangkan komputer harus dilihat

dari dekat. Jenis lain yang menggunakan teknik lain yaitu VDT yang

menggunakan plasma dan Electroluminance (ELD) atau Liquid Crystal Display

(LCD), kini mulai banyak dipegunakan seperti pada komputer laptop (Fauzia,

2004).

Proses kerja VDT umumnya masih memakai Cathode Ray Tube (CRT)

yang terdiri atas: katoda yang berfungsi sebagai sumber elektron, kisi-kisi untuk

(31)

anoda, yang berfungsi untuk mempercepat, memfokuskan, dan mengatur sinar

(Fauzia, 2004).

Alat defleksi berupa kumparan magnetik di luar tabung untuk mengatur

area pada layar yang akan disinari. Lintasan sinar yang terjadi tergantung pada

lapangan magnetik yang diinduksi oleh kuparan (Fauzia, 2004).

Layar CRT yang terdiri dari dua lapisan, yaitu lapisan logam yang

menimbulkan potensi tinggi sampai 25 kV, dan layar fosfor merupakan bahan

yang berfluorensi, di mana energi electron diubah menjadi cahaya. Monitor

berwarna mempunyai voltase lebih tinggi dari monitor monokrom (Fauzia,

2004).

Penutup kaca terbuat dari lapisan Permalloy yang bersifat konduktif,

dan berfungsi untuk melindungi tabung dari pengaruh lapangan elektrostatik

dan elektromagnetik. Cara kerja CRT yaitu elektron yang bermuatan negatif

ditembakkan dai katoda dari arah belakang tabung dan akan diakselerasi ke

permukaan gelas tabung yang dilapisi fosfor oleh tegangan tinggi yang

bermuatan positif (anoda). Berkas elektron ini difokuskan sehingga berbentuk

bulat dan menyapu permukaan tabung secara horizontal dan vertikal dengan

mempergunakan coil. Control grid berfungsi mematikan dan menghidupkan

berkas elektron sehingga dihasilkan pola tertentu di layar. Iluminasi yang

dipancarkan oleh VDT besarnya 791,28 lumen/m2 sampai 4.396 lumen/m2

(32)

2.2. Pengaruh Penggunaan Komputer Terhadap Kesehatan

Pengaruh penggunaan komputer terhadap kesehatan dapat dibedakan

menjadi pengaruh yang langsung dan tidak langsung. Pengaruh langsung yaitu

pengaruh pada penglihatan dan otot rangka, sedangkan pengaruh tidak langsung

yaitu pengaruh respon stres pada manusia. Gangguan pada penglihatan yang

sering terjadi adalah kelelahan mata yang disebut juga astenopia atau eye strain

dengan angka kejadian mencapai 40-92% (Fauzia, 2004).

2.3. Pengaruh Komputer Terhadap Kesehatan Mata

Pengguna komputer harus bekerja dengan melihat pada jarak dekat dan

lama. Mata harus berakomodasi terus menerus yang menyebabkan pergeseran

diafragma iris lensa ke arah depan sehingga mengakibatkan spasme otot-otot

siliar. Untuk kembali ke posisi diafragma semula memerlukan waktu pemulihan

yang lebih panjang. Hal ini menyebabkan penurunan amplitudo akomodasi dari

pekerja komputer dan menyebabkan miopia sementara (Fauzia, 2004).

VDT sebagai sumber cahaya menyebabkan rangsangan terhadap mata.

Cahaya akan diterima oleh sel-sel fotoreseptor retina dan selanjutnya akan

dikonveksikan menjadi energi bio-elektrik melalui siklus biokimiawi yang

memerlukan energi dan waktu tertentu. Pada penelitian terdahulu telah

dibuktikan bahwa perangsangan yang terus menerus pada mata menimbulkan

(33)

Pada penelitian lain dibuktikan bahwa para pengguna komputer selain

melihat pada monitor juga harus melihat ke keyboard dan dokumen atau

manuskrip. Keadaan ini menyebabkan intensitas pergerakkan bola mata 2,5 kali

lebih besar dibandingkan saat membaca dan menulis. Hal ini tentunya ikut

berperan serta menambah kelelahan pada mata (Fauzia, 2004).

Pada waktu kita melihat suatu objek yang dekat dengan jelas, mata perlu

melakukan akomodasi dan konvergensi. Akomodasi adalah kemampuan

seseorang untuk mempertahankan fokus pada waktu melihat satu objek yang

jauh kemudian objek tersebut digerakkan ke arah yang lebih dekat dan masih

dapat terlihat jelas, sebagai hasil kerja otot dalam dan otot luar bola mata. Daya

konvergensi adalah kemampuan seseorang untuk dapat mempertahankan

akomodasinya untuk melihat jarak terdekat yang menghasilkan bayangan

tunggal (Fauzia, 2004).

Untuk dapat melihat dekat dengan nyaman dan tahan lama harus

mempunyai koordinasi dari binocular vision yang baik, yaitu waktu seseorang

melihat suatu objek yang menjadi pusat perhatian dengan kedua mata, dan

menerima bayangan objek di kedua mata, yang akan diinterpretasikan sebagai

bayangan tunggal. Binokularitas seseorang tergantung dari ketajaman

penglihatan yang seimbang dan baik, alignment yang baik dan susunan saraf

pusat yang baik pula. Bila salah satu tak berkembang dengan baik maka

(34)

2.4. Fungsi Mata dalam Pekerjaan

Penglihatan adalah kemampuan sensorik yang luar biasa dan digunakan

untuk memandu hampir semua yang kita lakukan. Hal ini memungkinkan kita

untuk mengaktifkan dan menanggapi banyak sistem peringatan, dan

memberikan kita umpan balik yang hampir konstan pada berbagai jenis gerakan

yang selalu berubah (Kevin, et.al, 2010).

Mata yang begitu penting untuk kehidupan pada umumnya dan bagi

pekerjaan pada khususnya perlu dilindungi, ditingkatkan kesehatannya dan

lebih dari itu dipelihara atau diciptakan kondisi-kondisi yang menjamin

kelestariannya (Suma’mur, 1989).

Dari kelima indra, penglihatan dapat dianggap terpenting. Dengan

penglihatan, pekerjaan dapat dilakukan dengan baik, oleh karena dengan

penglihatan itu keseluruhan aspek dari pekerjaan dapat disadari, untuk

kemudian dikendalikan secara tepat. Karena perananya yang besar dalam

pekerjaan, khususnya bagi industri dan komunikasi, diperlukan kemampuan

alat penglihatan yang semaksimal mungkin dalam hal fungsi mata.

Fungsi-fungsi yang terpenting ini meliputi ketajaman penglihatan, kepekaan terhadap

persepsi, dan persepsi warna (Suma’mur, 1989).

Selain itu, menurut Soeripto (2008) penglihatan merupakan fungsi

pekerjaan yang sangat penting untuk dilaksanakan di dalam industri dan

(35)

langsung berhubungan dengan kecepatan dan ketelitian dengan apa yang

dilakukannya terhadap pekerjaanya.

Kemampuan penyesuaian mata terhadap fungsinya perlu berada dalam

keadaan yang tepat sesuai dengan keperluan. Kemampuan penyesuaian ini

adalah akomodasi mata, lebar kecilnya pupil, dan adaptasi retina (Suma’mur,

1989).

2.5. Proses Kerja Mata

Mata menyerupai kamera, tetapi bekerja lebih baik dari kamera karena

beraksi secara otomatis, hampir tepat dan cepat tanpa harus ada penyesuaian

yang dilakukan. Cahaya memasuki mata melalui kornea yang transparan,

kemudian menjalar melalui lensa yang membalikkan cahaya tersebut dan

membentuk gambaran balik pada retina. Retina mengubah cahaya ke dalam

impuls saraf. Impuls tersebut melewati sepanjang saraf optikus dan traktus ke

otak, disampaikan ke korteks oksipitalis dan di sana diinterpretasikan sebagai

gambar (Gibson, 1995).

2.6. Kelelahan mata

Dalam kenyataannya, proses penting dari penglihatan adalah fungsi

saraf otak, mata hanyalah organ reseptor untuk sinar cahaya. Sistem penglihatan

menguasai sekitar 90% dari semua kegiatan kita dalam kehidupan sehari-hari.

[image:35.612.121.529.131.530.2]
(36)

kantor-kantor yang modern. Jika fungsi saraf mata banyak yang berada di bawah

tekanan stres selama melihat, tidak mengherankan bahwa akan menimbulkan

kelelahan mata (Grandjean, 2003).

Kelelahan mata disebabkan oleh stres yang terjadi pada fungsi

penglihatan. Stres pada otot akomodasi dapat terjadi pada saat seseorang

berupaya untuk melihat pada objek berukuran kecil dan pada jarak yang dekat

dalam waktu yang lama. Pada kondisi demikian, otot-otot mata akan bekerja

secara terus menerus dan lebih dipaksakan. Ketegangan otot-otot

pengakomodasi (otot-otot siliar) makin besar sehingga terjadi peningkatan asam

laktat dan sebagai akibatnya terjadi kelelahan mata, stres pada retina dapat

terjadi bila terdapat kontras yang berlebihan dalam lapangan penglihatan dan

waktu pengamatan yang cukup lama (Ilyas, 1991).

Manifestasi kelelahan mata sebagian tergantung dari pemakaian kedua

mata, sebagian dari kemampuan alat penglihatan dan sebagian lagi dari

kemampuan sesorang untuk mempertahankan usaha yang terus menerus tanpa

menjadi lelah. Menurut Donders, kelelahan mata sendiri sebenarnya adalah

kelelahan otot, karena kelebihan beban pada otot siliar. Kemudian baru

ditambahkan kelelahan dari saraf yang mengatur pergerakan bola mata untuk

mempertahankan konvergensi (Ivone, 2004).

Menurut Wijaya (2012) dalam Silaban (2013), pencahayaan yang tidak

baik dapat menyebabkan stres pada penglihatan. Stres pada penglihatan ini bisa

(37)

(visual and nenlous fatique). Kelelahan mata yang disebabkan oleh stres

intensif pada fungsi tunggal dari mata. Stres yang persisten pada otot

akomodasi (ciliary muscle) dapat terjadi pada seseorang yang mengadakan

penglihatan terhadap objek-objek yang berukuran kecil dan pada jarak yang

dekat dalam waktu yang lama. Stres pada retina dapat terjadi bila terdapat

kontras yang berlebihan dalam lapangan penglihatan (visual field) dan waktu

pengamatan yang cukup lama.

Menurut Pheasant (1991) kelelahan mata adalah ketegangan pada mata

yang disebabkan oleh gangguan indra penglihatan dalam bekerja yang

memerlukan kemampuan untuk melihat dalam jangka waktu yang lama yang

biasanya disertai dengan kondisi pandangan yang tidak nyaman. Sedangkan

menurut Suma’mur (1989) kelelahan mata timbul sebagai stres intensif pada

fungsi-fungsi mata seperti terhadap otot-otot akomodasi pada pekerjaan yang

perlu pengamatan secara teliti atau terhadap retina sebagai akibat

ketidaktepatan kontras.

Pengaruh penggunaan komputer pada kesehatan dapat dibedakan

menjadi pengaruh yang langsung dan tidak langsung. Pengaruh langsung yaitu

pengaruh pada penglihatan dan otot rangka, sedangkan pengaruh tidak langsung

yaitu pengaruh respon stres pada manusia (Fauzia, 2004).

Astenopia banyak dijumpai pada pemakai kacamata, membaca dekat

dan terus-menerus lebih dari dua jam. Terutama di ruangan yang

(38)

terjadi karena kelelahan mata akibat memusatkan pandangan pada komputer di

mana objek yang dilihat terlalu kecil, kurang terang, bergerak dan bergetar.

Mata yang berkonsentrasi kurang berkedip, sehingga penguapan air mata

meningkat dan mata menjadi kering (Fauzi 2006 dalam Nourmayanti 2010).

2.7. Gejala-gejala Kelelahan Mata

Menurut Suma’mur (1996), gejala atau keluhan kelelahan mata

diantaranya adalah :

1. Sakit kepala

2. Penurunan kemampuan intelektuil, daya konsentrasi dan kecepatan berpikir.

3. Penglihatan rangkap atau kabur

4. Perasaan sakit kepala di daerah atas mata

Menurut Ilyas (1985), gejala kelelahan mata terdapat perasaan tegang

atau sakit pada mata, mata merah, perasaan panas pada mata disertai rasa berat

pada dahi.

Tanda-tanda tersebut di atas terjadi bila iluminasi tempat kerja

berkurang dan pekerja yang bersangkutan menderita kelainan refraksi mata

yang tidak dikoreksi. Bila persepsi visual mengalami stres yang hebat tanpa

disertai efek lokal pada otot akomodasi atau retina maka keadaan ini akan

menimbulkan kelelahan saraf. General Nervus Fatique ini terutama akan terjadi

bila pekerjaan yang dilakukan seseorang memerlukan kosentrasi, kontrol otot

(39)

Sedangkan menurut Pheasant (1991), gejala atau keluhan kelelahan

mata adalah sebagai berikut :

1. sakit atau sensasi berdenyut di sekitar dan di belakang bola mata,

penglihatan kabur, penglihatan ganda, dan kesulitan dalam memfokuskan

penglihatan

2. Pada mata dan pelupuk mata terasa perih, kemerahan, sakit dan mata berair

3. Sakit kepala yang terkadang disertai dengan mual dan pusing.

2.8. Patogenesis Kelelahan Mata

Mekanisme kelelahan mata pada pengguna komputer belum sepenuhnya

diketahui, tetapi diduga merupakan gabungan dari faktor permukaan mata,

akomodasi dan faktor lain di luar mata, karakteristik komputer serta penataan

ruang kerja. Penglihatan dipusatkan untuk melihat layar monitor. Pemusatan

penglihatan dilakukan dengan cara menatap lurus dan fisura interpalpebra

terbuka lebar. Hal tersebut menyebabkan meningkatnya pajanan udara terhadap

mata dan mengurangi frekuensi berkedip. Keadaan ini diperberat oleh beberapa

faktor. Faktor-faktor itu antara lain pencahayaan ruangan dengan tingkat

iluminasi tinggi sehingga terjadi kontras yang berlebihan antara monitor dengan

lingkungan kerja akan mengganggu fungsi akomodasi dan berakibat pada

ketidaknyamanan terhadap mata, dan monitor komputer yang diposisikan lebih

tinggi dari ketinggian horizontal mata menyebabkan area permukaan mata yang

(40)

Keluhan kelelahan mata terutama disebabkan oleh aktivitas akomodasi

dan konvergensi mata yang berlebihan ketika bekerja di depan komputer.

Aktivitas yang berlebihan itu terjadi karena mata membutuhkan penyesuaian

terhadap jarak antara mata dengan monitor. Berbagai faktor yang memperberat

keluhan ini antara lain astigmatima, hipermetropia, miopia, cahaya berlebihan,

kesulitan koordinasi mata, dan lain-lain (Firdaus, 2013).

Nyeri kepala pada pekerja pengguna komputer dipicu oleh berbagai

macam stres, seperti kecemasan dan depresi. Faktor lain yang berpegaruh yaitu

kondisi mata (kelainan refraksi), dan kondisi lingkungan kerja yang tidak sesuai

(kurang pencahayaan dan penyusunan letak komputer yang tidak sesuai).

Pekerjaan yang dilakukan dengan komputer merupakan pekerjaan yang

membutuhkan kemampuan kedua mata untuk dapat memfokuskan penglihatan

pada jarak dekat. Penglihatan jarak dekat memerlukan konvergensi kedua mata

yang dikoordinasi oleh otak agar mata dapat mempertahankan peletakan kedua

bayangan pada tempat setara di kedua retina. Kemampuan konvergensi dapat

menurun akibat bekerja secara terus-menerus di depan komputer sehingga

kedua mata akan tidak searah dan tertuju ke titik yang berbeda. Otak yang

bekerja menekan atau menghilangkan bayangan pada satu mata semakin lama

akan mengalami kelelahan sehingga terjadi penglihatan ganda. Penglihatan

kabur terjadi bila mata tidak dapat memfokuskan objek penglihatan secara tepat

di retina sehingga tidak terbentuk bayangan yang jelas. Penglihatan kabur

(41)

astigmatisma, selain itu bisa disebabkan oleh kacamata koreksi yang tidak tepat

kekuatan dan setelannya. Suatu keadaan yang disebut dengan presbiopia juga

berkaitan dengan timbulnya keluhan penglihatan kabur. Faktor lingkungan

kerja dapat berpengaruh pula terhadap timbulnya keluhan ini, yaitu layar

monitor yang kotor, sudut penglihatan yang kurang baik, adanya refleksi

cahaya yang menyilaukan atau monitor komputer yang berkualitas buruk atau

rusak (Firdaus, 2013).

2.9. Faktor Risiko Timbulnya Kelelahan Mata 2.9.1 Faktor Karakteristik Individu

1. Usia

Pekerja komputer dituntut untuk dapat melihat dan membaca

dekat untuk waktu yang lama. Untuk dapat bertahan lama dan nyaman

sangat tergantung dari amplitudo fusi seseorang, baik fusi sensorik

maupun fusi motorik. Fusi sensorik yaitu daya menyatukan dua

bayangan menjadi bayangan tunggal dan fusi motorik adalah kemampuan

untuk mengintegrasikan kerja otot-otot mata sedemikian rupa sehingga

pada waktu melihat jauh atau dekat kedua mata terfiksasi pada objek yang

menjadi pusat perhatian dengan bayangan yang tetap tunggal. Untuk

dapat mempertahankan fiksasi pada objek yang jadi perhatian dalam jarak

(42)

Daya konvergensi seseorang dipengaruhi oleh daya akomodasi

yang sangat tergantung pada kelenturan lensa seseorang. Daya

konvergensi ini juga mempengaruhi kemampuan mata sebagai suatu team

untuk dapat bergerak mengikuti baris dan melompat ke baris berikutnya,

kemampuan ini disebut saccadic eye movement (Fauzia, 2004).

Menurut Suma’mur (1996) keluhan kelelahan mata dapat

dipengaruhi usia karena ketajaman penglihatan berkurang. Pada tenaga

kerja berusia lebih dari 40 tahun, visus jarang ditemukan 6/6, melainkan

berkurang. Hal ini juga di jelaskan oleh Ilyas (1991) dimana dengan

bertambahnya usia maka setiap lensa akan mengalami kemunduran

kemampuan untuk mencembung atau berkurangnya daya untuk

akomodasi. Orang yang berusia 40 tahun atau lebih, akan memberikan

keluhan berupa mata lelah, berair, dan sering terasa pedas. Pheasant

(1991) juga mengungkapkan bahwa lensa menjadi lebih kaku dengan

berjalannya usia. Sehingga ketegangan otot yang lebih besar diperlukan

untuk akomodasi, dan bekerja dekat menjadi lebih melelahkan. Titik

terdekat untuk melihat menjadi semakin sulit dan kesulitan untuk fokus.

Grandjean (2003) juga mengungkapkan bahwa usia memiliki efek

mendalam pada kekuatan akomodasi, karena lensa secara bertahap

kehilangan elastisitasnya. Sebagai akibatnya titik dekat secara bertahap

menurun, sedangkan titik jauh biasanya tetap tidak berubah atau menjadi

(43)

Berikut ini merupakan korelasi antara daya akomodasi dan usia

[image:43.612.139.524.168.519.2]

menurut Grandjean (2003) yang dapat dilihat dalam Tabel 2.1 berikut.

Tabel 2.1

Korelasi antara Usia dan Daya Akomodasi

Umur (Tahun) Titik dekat (cm)

16 8

32 12

44 25

50 50

60 100

Sumber: (Grandjean, 2003)

Penelitian yang dilakukan oleh Nourmayanti (2010) juga

menunjukkan adanya hubungan antara usia dengan keluhan kelelahan

mata dengan nilai Pvalue sebesar 0,023.

2. Kelainan Refraksi

Kelainan refraksi adalah keadaan bayangan tegas yang tidak

dibentuk pada retina. Secara umum, terjadi ketidakseimbangan sistem

penglihatan pada mata sehingga menghasilkan bayangan yang kabur.

Sinar tidak dibiaskan tepat pada retina, tetapi dapat di depan atau di

(44)

Pengguna komputer harus bekerja dengan melihat pada jarak

dekat dan lama. Mata harus berakomodasi terus-menerus yang

menyebabkan pergeseran diafragma iris lensa ke arah depan yang

mengakibatkan spasme otot-otot siliar. Untuk kembali ke posisi

diafragma semula memerlukan waktu pemulihan yang lebih panjang. Hal

ini menyebabkan penurunan amplitudo akomodasi dari pekerja komputer

dan menyebabkan miopia sementara (Fauzia, 2004).

Ametropia adalah kelainan refraksi yang terdapat pada mata kiri

atau kanan atau keduanya, tetapi tidak dikoreksi. Pada kelainan refraksi

ini timbulnya kelelahan mata disebabkan oleh karena pembentukkan

bayangan objek yang menjadi kabur, sehingga interpretasi penglihatan

akan lebih sulit, serta akomodasi mata menjadi lebih kuat (Ivone, 2004).

Pada kelainan refraksi miopia, pasien miopia mempunyai

pungtum remotum (titik terjauh yang masih dilihat jelas) yang dekat

sehingga mata selalu dalam atau berkedudukan konvergensi yang akan

menimbulkan keluhan astenopia atau kelelahan mata. Selain itu pada

penderita hipermetropia atau rabun dekat, penderita akan mengeluh

matanya lelah dan sakit karena terus menerus harus berakomodasi untuk

melihat atau memfokuskan bayangan yang terletak di belakang makula

agar terletak di daerah makula lutea. Akibat terus-menerus berakomodasi,

(45)

Grandjean (2003) menyatakan bahwa presbiopia adalah alasan

yang sering muncul untuk ketidaknyamanan penglihatan saat melakukan

pekerjaan dekat. Hal ini dikarenakan meningkatnya kekuatan otot statis

yang diperlukan untuk mengkompensasi hilangnya elastisitas lensa dan

menjadi salah satu alasan untuk terjadinya kelelahan mata.

Yeow dan Taylor (1991) dalam Bridger (2003) melaporkan bahwa

hingga 30% penduduk Amerika Serikat yang bekerja dan diperkirakan

memiliki kelainan refraksi banyak yang mengalami keluhan kelelahan

mata ketika saat bekerja menggunakan komputer untuk waktu yang lama

dibandingkan dengan pekerja yang tidak mengalami kelainan refraksi.

Selain itu, penelitian yang dilakukan oleh Setiawan (2012) juga

menunjukkan adanya hubungan antara kelainan refraksi dengan keluhan

kelelahan mata yang dirasakan pekerja yang bekerja menggunakan

komputer dengan Pvalue = 0,03.

2.9.2 Faktor Pekerjaan

1. Durasi Penggunaan Komputer

Departemen Layanan Kesehatan dan Kemanusiaan AS baru-baru

ini merilis laporan tentang batas waktu minimal memandang mnitor

komputer dan juga televisi dalam sehari yaitu maksimal 2 jam dalam

sehari. Menurut National Institute of Occupational Safety and Health,

(46)

menghabiskan 3 jam atau lebih per hari di depan komputer. A healthier

Michigan mencatat bahwa ketika seorang pengguna memfokuskan

pandangan mereka pada layar dalam jangka aktu yang lama, otot-otot

kecil dalam mata mereka akan terus berkontraksi, dan hal tersebut

mengakibatkan kelelahan, kaburnya penglihatan dan juga kesulitan untuk

memfokuskan pikiran (Firdaus, 2013).

Pheasant (1991) juga menggungkapkan bahwa mata

membutuhkan waktu untuk melihat suatu objek kerja agar lebih fokus,

objek kerja yang terlalu kecil dan bentuk yang sangat rumit akan

memerlukan waktu yang lama agar penglihatan lebih fokus dan faktor

yang paling berpengaruh dalam keluhan kelelahan mata adalah pekerjaan

jarak dekat dalam jangka waktu yang lama.

Menurut National Institute of Occupational Safety and Health

(NIOSH), kelelahan mata mempengaruhi sekitar 90% dari orang-orang

yang menghabiskan tiga jam atau lebih per hari di depan komputer

(Children Growup Clinic, 2012 dalam Firdaus, 2013). Adapun hasil

penelitian yang dilakukan oleh Ivone (2004) mendapatkan pengguna

komputer yang mengalami keluhan kelelahan mata sebanyak 88,2%

setelah 4 jam bekerja dan Sunarmi (1997) mendapatkan pengguna

komputer yang mengalami keluhan kelelahan mata sebanyak 84,5%

(47)

2. Jarak Penggunaan Komputer

Kenyamanan penglihatan dan postur yang baik tergantung pada

jarak antara layar monitor dengan mata. Untuk bekerja menggunakan

komputer jarak antara mata dengan layar komputer minimum 50cm

(Pheasant, 2003).

Menurut Occupational Safety and Health Association (OSHA)

saat pekerja bekerja menggunakan komputer jarak antara mata terhadap

layar monitor sekurang-kurangnya adalah 20 inch atau 50 cm (OSHA,

1997).

Penelitian Jaschinski-Kruza (1991) dalam Bridger (2003)

menunjukkan bahwa pekerja sehat dan tidak mengeluhkan kelelahan mata

ketika bebas untuk mengatur jarak pandang mereka sendiri yaitu jarak

antara 51 cm sampai dengan 99 cm.

3. Document Holder

Fauzi (2006) dalam Nourmayanti (2010) menjelaskan bahwa

posisi monitor dapat dilihat oleh operator komputer sesuai dengn level

mata, yaitu membentuk sudut 20o–50o. Dengan sudut pandang seperti itu,

maka penempatan dokumen yang baik adalah di atas keyboard, sehingga

proses melihat dokumen dan monitor tidak memerlukan pergerakan bola

mata atau kepala yang dapat mengakibatkan mata lebih cepat lelah dan

(48)

4. Penggunaan Antiglare

Menurut Grandjean (2003) glare adalah proses adaptasi mata yang

berlebihan. Terdapat tiga jenis glare atau silau, yaitu:

a. Silau relatif, yang disebabkan oleh kontras kecerahan yang

berlebihan antara bagian yang berbeda dari bidang visual.

b. Silau mutlak, yang disebabkan ketika sumber cahaya begitu terang

(misalnya matahari) dan mata tidak mungkin beradaptasi dengan itu.

c. Silau adaptive, efek sementara selama periode adaptasi cahaya,

misalnya pada saat keluar dari ruangan gelap menjadi terang.

Phasant (1991) menyatakan bahwa gambar yang kabur pada

monitor, silau, dan pantulan cahaya dapat menyebabkan daya akomodasi

mata yang berlebihan sehingga menyebabkan terjadinya keluhan

kelelahan mata. Sehingga diperlukan penggunaan antiglare pada layar

komputer. Teori tersebut juga didukung dengan penelitian Talwar et al

(2009) dalam Setiawan (2012).

Penelitian oleh Bhanderi et al terhadap operator komputer di NCR

Delhi yang menyatakan 46,3% responden mengalami kelelahan mata dan

berhubungan dengan penggunaan antiglare. Penelitian oleh Hanum juga

melaporkan bahwa kompuer dengan penapis antiglare dapat mengurangi

kelelahan mata pada pekerja pengguna komputer. Antiglare dapat

mengurangi pantulan cahaya (yang berasal dari cahaya luar terpantul oleh

(49)

5. Jenis Monitor

a. Monitor Tabung (CRT)

Komputer pada awalnya menggunakan monitor jenis Cathode

Ray Tube (CRT) yang lebih banyak dikenal dengan sebutan

komputer tabung atau layar cembung. Monitor komputer CRT

terdiri atas titik-titik kecil (pixel) yang membuat mata menjadi sulit

untuk fokus. Adanya efek halo dari pantulan cahaya di antara

titik-titik tersebut menyebabkan gambar yang terbentuk menjadi tidak

jelas. Titik-titik tersebut juga harus dilakuan recharge yang

menimbulkan suatu flicker. Flicker tersebut membuat otot-otot

mata harus berulang kali mengatur dan memfokuskan penglihatan.

Beberapa hal tersebut dapat menimbulkan kelelahan pada mata dan

karena efek yang tidak menyenangkan itu, komputer tabung saat

ini lebih jarang digunakan (Firdaus, 2013).

b. Liquid Crystal Display (LCD)

Penggunaan komputer sekarang lebih banyak yang

menggunakan komputer layar datar. Komputer jenis ini sudah

tidak ada flicker pada monitor sehingga dapat meminimalisasi

kelelahan mata, tidak ada lagi efek halo oleh karena itu dapat

mengurangi pantulan cahaya, sudah didesain sedemikian rupa

(50)

yang datar maka pantulan cahaya dari luar lebih sedikit (Firdaus,

2013).

2.9.3 Faktor Lingkungan Kerja

Faktor lingkungan kerja yang dapat mempengaruhi keluhan kelelahan

mata adalah pencahayaan. Tingkat pencahayaan yang tidak memadai pada

pengguna komputer merupakan faktor yang menyebabkan keluhan kelelahan

mata (Fauzia, 2004). Pencahayaan yang baik memungkinkan tenaga kerja

melihat objek-objek yang dikerjakannya secara jelas, cepat dan tanpa

upaya-upaya yang tidak perlu. Lebih dari itu, pencahayaan yang memadai

memberikan kesan pemandangan yang lebih baik dan keadaan lingkungan

yang menyegarkan. Selain itu, pencahayaan yang buruk menyebabkan

kelelahan mata dengan berkurangnya daya dan effisiensi kerja (Suma’mur,

1996).

Cahaya harus diarahkan sehingga tidak memancar ke mata operator

ketika operator sedang melihat tampilan layar. Selain itu, pencahayaan harus

memadai bagi operator untuk melihat teks dan layar, tapi tidak begitu terang

seperti menyebabkan silau atau ketidaknyamanan (0SHA, 1997).

Perlengkapan pencahayaan perlu diletakkan atau dipasang menurut

karakteristik distribusi cahaya yang dikehendaki sehingga dapat terarah

dengan baik. Pencahayaan yang terarah dapat menciptakan distribusi cahaya

(51)

pekerjaan dengan teliti tanpa adanya hal yang menimbulkan kelelahan pada

mata. (Ilyas, 1989).

Persyaratan pencahayaan untuk membaca dari hardcopy dan dari

komputer jelas berbeda. Lingkungan kantor yang terlalu terang,

bagaimanapun, menimbulkan risiko dalam pekerjaan yang menggunakan

komputer (NIOSH, 1999).

Pheasant (1991) menyatakan bahwa pencahayaan sebesar 500-700 lux

cocok untuk keperluan kantor umum dan kantor yang diterangi lebih dari

1000 lux mungkin dapat dianggap sebagai over-lit (kecuali ada tuntutan tugas

khusus).

Menurut Kepmenkes RI No. 1405/menkes/sk/xi/2002 standar

intensitas pencahayaan untuk pekerjaan dengan menggunakan komputer

minimal 500 lux.

Penelitian yang dilakukan oleh Maryamah (2011) menunjukkan

adanya hubungan antara intensitas pencahayaan dengan keluhan kelelahan

(52)

2.10. Kerangka Teori

Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya keluhan kelelahan

mata adalah faktor karakteristik individu, faktor pekerjaan, dan faktor

lingkungan pekerjaan. Faktor karakteristik individu antara lain: usia, kelainan

refraksi (Grandjean, 2003). Faktor pekerjaan antara lain: jarak monitor (OSHA,

1997). Selain itu dalam Pheasant (1991) durasi penggunaan komputer dan

penggunaan antiglare dapat mempengaruhi keluhan kelelahan mata, Fauzi

(2006) dalam Nourmayanti (2010) menyebutkan bahwa keluhan kelelahan mata

juga dapat dipengaruhi oleh penggunaan document holder, Firdaus (2013)

menyebutkan jenis monitor juga berpengaruh dalam kejadian kelelahan mata.

Sedangkan faktor lingkungan kerja menurut Suma’mur (1996) yang dapat

mempengaruhi keluhan kelelahan mata yaitu pencahayaan. Hal tersebut dapat

(53)
[image:53.612.125.549.99.540.2]

Gambar 2.1 Kerangka Teori Penelitian

Sumber: OSHA (1997), Grandjean (2003), Fauzi (2006), Pheasant

(1991), Firdaus (2013), Sumamur (1996)

Karateristik Individu :

 Usia

 Kelainan refraksi

Keluhan kelelahan mata

Lingkungan Kerja :

 Intensitas pencahayaan

Pekerjaan :  Jarak monitor

 Durasi penggunaan komputer

 Penggunaan

Document holder  Penggunaan

(54)

35

KERANGKA KONSEP

3.1 Kerangka Konsep

Kerangka konsep ini berdasarkan kerangka teori yang diungkapkan oleh

beberapa sumber yang menyatakan bahwa terdapat faktor- faktor yang dapat

mempengaruhi kejadian keluhan kelelahan mata antara lain faktor individu

seperti usia dan kelainan refraksi. Faktor pekerjaan seperti durasi penggunaan

komputer, jarak monitor, penggunaan document holder dan penggunaan

antiglare. Faktor lingkungan yaitu pencahayaan.

Usia dapat mempengaruhi timbulnya keluhan kelelahan mata yaitu

karena usia yang berbeda dapat mempengaruhi kekuatan lensa mata individu.

Usia membuat kekuatan lensa secara bertahap kehilangan elastisitasnya yang

berdampak terhadap perubahan daya akomodasi individu.

Kelainan refraksi dapat mempengaruhi untuk timbulnya keluhan

kelelahan mata karena seseorang yang memiliki kelainan refraksi membuat

daya akomodasinya bertambah sehingga cenderung membuat otot matanya

tegang dan menimbulkan keluhan kelelahan mata.

Jarak monitor dapat mempengaruhi timbulnya keluhan kelelahan mata

(55)

keras sehingga menyebabkan ketegangan mata yang kemudian akan timbul

keluhan kelelahan mata.

Tingkat pencahayaan juga dapat mempengaruhi untuk timbulnya

keluhan kelelahan mata karena cahaya yang terlalu suram membuat mata

semakin kuat untuk melakukan daya akomodasi.

Namun pada penelitian ini durasi kerja, jenis monitor, penggunaan

document holder dan penggunaan antiglare tidak diteliti. Berdasarkan hasil

observasi yang dilakukan, seluruh pekerja bekerja dengan menggunakan

komputer lebih dari 4 jam/hari dan seluruh komputer yang disediakan tidak ada

yang menggunakan document holder dan antiglare. Jenis monitor yang

digunakan juga seluruhnya menggunakan monitor LCD.

Kerangka konsep terdiri dari variabel terikat (dependen) dan variabel

bebas (independen). Variabel independen terdiri dari faktor individu (usia dan

kelainan refraksi), faktor pekerjaan yaitu jarak monitor, dan faktor lingkungan

kerja yaitu tingkat pencahayaan. Sedangkan keluhan kelelahan mata ditetapkan

sebagai variabel dependen. Hubungan antara beberapa variabel tersebut

(56)
[image:56.612.139.511.145.520.2]

Variabel Independen Variabel dependen

Gambar 3.1 Kerangka Konsep Penelitian Usia

Tingkat Pencahayaan

Keluhan kelelahan mata

(57)

3.2 Definisi Operasional

Faktor Dependen

Variabel

Dependen Definisi Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala Ukur

Keluhan

Kelelahan Mata

Pernyataan subjektif gangguan kesehatan mata yang dirasakan responden pada saat bekerja dengan menggunakan komputer. Keluhan meliputi :

1. Nyeri atau terasa berdenyut di sekitar mata

2. Penglihatan kabur 3. Penglihatan

ganda/rangkap 4. Sulit fokus dalam

melihat 5. Mata perih 6. Sakit kepala

7. Pusing disertai mual 8. Mata merah

9. Mata berair

Memberikan kuesioner kepada responden

Kuesioner 1. Ada (jika mengalami satu atau lebih keluhan kelelahan mata) 2. Tidak Ada (jika

tidak mengalami satupun keluhan kelelahan mata)

(Pheasant, 1991)

(58)

Faktor Independen

Variabel Independen

Definisi Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala Ukur

Karakteristik Individu

Usia Lama responden hidup,

terhitung sejak tahun kelahiran sampai

dilakukannya penelitian.

Memberikan kuesioner kepada responden

Kuesioner 1. Berisiko (jika ≥ 40 tahun)

2. Tidak berisiko (< 40 tahun) (Ilyas, 1991) Ordinal Kelainan Refraksi Suatu ketidakseimbangan sistem penglihatan pada responden sehingga

menghasilkan bayangan yang kabur pada mata

Melakukan pemeriksaan mata pada responden

Snellen Chart 1. Ada kelainan refraksi (jika tidak 6/6, dengan/tidak menggunakan alat koreksi apapun) 2. Tidak ada kelainan

refraksi (jika 6/6, dengan/tidak menggunakan alat koreksi apapun) (Gibson, 1995)

(59)

Pekerjaan

Jarak monitor Jarak antara layar monitor dengan mata responden yang biasa dilakukan saat bekerja menggunakan komputer

Pengukuran langsung dengan menggunakan meteran yang diukur dari mata responden sampai ke bagian tengah layar monitor

Meteran 1. Berisiko

(< 50 cm) 2. Tidak berisiko

(≥ 50 cm) (OSHA, 1997)

Ordinal

Lingkungan Kerja

Tingkat Pencahayaan

Jumlah cahaya yang diterima di area titik dilakukannya pengukuran yaitu di ukur sejajar meja atau tempat diletakkannya monitor komputer yang dinyatakan dalam lux

Pengukuran Langsung dengan

direct reading instrument

Lux meter 1. Berisiko

(Jika < 500 lux) 2. Tidak berisiko

(Jika ≥ 500 lux) (Kepmenkes No. 1405)

(60)

3.3 Hipotesis

1. Ada hubungan antara usia dengan keluhan kelelahan mata pada pengguna

komputer di Accounting Group PT Bank X tahun 2013.

2. Ada hubungan antara kelainan refraksi dengan keluhan kelelahan mata

pada pengguna komputer di Accounting Group PT Bank X tahun 2013.

3. Ada hubungan antara jarak monitor dengan keluhan kelelahan mata pada

pengguna komputer di Accounting Group PT Bank X tahun 2013.

4. Ada hubungan antara tingkat pencahayaan dengan keluhan kelelahan mata

(61)

42 4.1 Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian epidemiologi analitik dengan desain

cross sectional study (potong lintang). Dalam penelitian ini suatu penelitian

untuk mempelajari dinamika korelasi antara faktor-faktor risiko dengan efek,

dengan cara pendekatan, observasi atau pengumpulan data sekaligus pada suatu

saat (point time approach). Artinya, tiap subjek penelitian hanya diobservasi

sekali saja dan pengukuran dilakukan terhadap status karakter atau variabel

subjek pada saat pemeriksaan (Notoatmodjo, 2010).

Desain ini digunakan karena mudah dilaksanakan, sederhana, murah,

ekonomis dalam hal waktu, dan hasilnya dapat diperoleh dengan cepat

(Notoatmodjo, 2010).

4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2.1 Lokasi

Lokasi penelitian ini di Accounting Group PT Bank X, Jakarta.

4.2.2 Waktu Penelitian

(62)

4.3 Populasi dan Sampel

Populasi dan sampel dalam penelitian ini adalah pengguna komputer di

Accounting Group PT Bank X tahun 2013. Jumlah populasi pengguna

komputer adalah 160 orang.

Sampel ditentukan berdasarkan perhitungan sampel yang dilakukan

berdasarkan rumus besar sampel uji hipotesis beda dua proporsi sebagai

berikut:

nsample =

[ ⁄ √ √ ]

Keterangan :

n : Besar sampel minimum yang dibutuhkan dalam penelitian

P1 : Proporsi kejadian pada salah satu partisipan pada kelompok

berisiko

P2 : Proporsi kejadian pada salah satu partisipan pada kelompok tidak

berisiko

P : Rata-rata proporsi ((P1+P2)/2))

Z1-α/2 : Derajat kemaknaan α pada dua sisi (two tail) yaitu sebesar 5%=

1,96

Z1-β : Kekuatan uji 1-β yaitu sebesar 95%

Adapun hasil proporsi variabel penelitian dari penelitian sebelumya

(63)

1. Tingkat Pencahayaan

Maryamah (2011), menunjukkan bahwa pengguna komputer

dengan tingkat pencahayaan < 300 lux yang mengalami keluhan kelelahan

mata adalah sebesar 63,4% (P1). Pengguna komputer dengan tingkat

pencahayaan ≥ 300 lux yang mengalami keluhan kelelahan mata adalah

sebesar 15,4% (P2).

2. Jarak Monitor

Prayitno (2008), menunjukkan bahwa pengguna komputer dengan

jarak monitor ≥ 45 cm yang mengalami keluhan kelelahan mata adalah

sebesar 53,8% (P1). Pengguna komputer dengan jarak monitor <45 cm

yang mengalami keluhan kelelahan mata adalah sebesar 91,2% (P2).

3. Usia

Nourmayanti (2010), menunjukkan bahwa pengguna komputer

yang berusia lebih dari 45 tahun yang mengalami keluhan kelelahan mata

adalah sebesar 33,3% (P1). Pengguna komputer yang berusia kurang dari

45 tahun yang mengalami keluhan kelelahan mata adalah sebesar 93,8%

(P2).

Adapun hasil perhitungan sampel penelitian berdasarkan nilai proporsi

(64)
[image:64.612.140.508.155.509.2]

Tabel 4.1

Populasi Sampel Penelitian Terdahulu

Variabel Diket

Gambar

Tabel 2.1 Korelasi antara Usia dan Daya Akomodasi
Tabel 5.8 Analisis Hubungan antara Tingkat Pencahayaan dengan Keluhan
Grafik 5.1 Distribusi Jenis Keluhan Kelelahan Mata pada Pengguna Komputer di
Gambar 2.1 Kerangka Teori Penelitian
+7

Referensi

Dokumen terkait

1) Tempatkan monitor pada jarak 50-70 cm dari mata. Hal ini dilakukan sebagai upaya untuk meminimalkan timbulnya keluhan penglihatan. Kebiasaan untuk memfokuskan penglihatan

Negelkerke R Square 0,263 artinya 5 variabel yang diteliti terse- but (jarak penglihatan, posisi monitor, masa kerja, pencahayaan dan lama bekerja di depan komputer)

Kumpulan gejala mata dan penglihatan yang dialami selama bekerja dengan monitor komputer/Visual Display Terminal (VDT) dalam jangka waktu lama dinamakan Computer

“Hubungan Intensitas Pencahayaan dengan Keluhan Kelelahan Mata Karyawan Pengguna Komputer di Satuan Kerja Penataan Bangunan dan Lingkungan Provinsi Sumatera Utara

Dalam observasi awal menyatakan bahwa lama melihat saat bekerja didepan komputer adalah salah satu faktor yang mengakibatkan terjadinya keluhan kelelahan mata pada pengguna

dengan keluhan kelelahan mata karyawan pengguna komputer di Satuan Kerja. Penataan Bangunan dan Lingkungan Provinsi Sumatera Utara

2013, Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Keluhan Kelelahan Mata pada Pengguna Komputer di Accounting Group PT Bank X Jakarta Tahun 2013, Skripsi.. 2004, Upaya

Ekaputra Prada Indonesia dapat disimpulkan sebagai berikut : Terdapat hubungan masa kerja dan lama penggunaan komputer terhadap keluhan Computer Vision Syndrome pada pekerja pengguna