PENGARUH ECONOMIC VALUE ADDED DAN MARKET VALUE ADDED TERHADAP RETURN SAHAM
Oleh :
Nama NIM
Siti Hardiyati Sririzky 14423050
Siti Mutaalimah 14423063
PROGRAM STUDI EKONOMI ISLAM FAKULTAS ILMU AGAMA ISLAM UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
YOGYAKARTA 2016
A. Latar Belakang
Ekspektasi dari para investor terhadap investasinya adalah return yang setinggi- tingginya dengan tingkat risiko tertentu. Return yang didapati oleh para investor dapat berupa capital gain atau dividen. Return ini dapat menjadi indikator utama bagi para investor untuk menginvestasikan dananya. Sehingga semakin tinggi return yang tawarkan oleh suatu perusahaan maka akan menarik para investor untuk berinvestasi.
Dalam melakukan investasi, biasanya para investor akan melihat kondisi perusahaan menggunakan perhitungan rasio. Metode ini banyak digunakan oleh perusahaan atau para calon investor dikarenakan perhitungannya yang mudah. Namun, perhitungan ini memiliki kelemahan yaitu hanya menghitung tingkat profitabilitas, solvabilitas dan likuiditas suatu perusahaan tanpa memperhitungkan sisi nilai perushaan.
Penting bagi seorang calon investor untuk mengetahui nilai tambah suatu perusahaan yang akan didanainya. Dengan menggunakan perhitungan kinerja perusahaan berbasis pada nilai tambah maka diharapkan didapati hasil pengukuran kinerja perusahaan yang realistis dan mendukung penyajian laporan keuangan.
Perhitungan dari sisi nilai perusahaan dapat menggunakan metode Economic Value Added (EVA) dan Market Value Added (MVA). Economic Value Added merupakan pengukuran kinerja perusahaan yang mengukur nilai tambah ekonomis suatu perusahaan. Sedangkan Market Value Added menunjukkan kinerja pasar dari suatu perusahaan. Kedua metode ini tidak disediakan oleh perusahaan, biasanya para investor akan mencari sendiri untuk mengetahui nilai tambah perusahaan tersebut.
Setiap perhitungan yang dilakukan oleh para calon investor akan merujuk pada return yang akan mereka dapati. Sehingga pada makalah ini kami akan membahas tentang pengaruh Economic Value Added dan Market Value Added terhadap return saham. Dimana kami akan menjelaskan apakah Economic Value Added dan Market Value Added memiliki pengaruh terhadap return saham.
B. Economic Value Added (EVA)
Metode Economic Value Added (EVA) atau Nilai Tambah Ekonomis pertama kali dikembangkan oleh Stewart dan Stem yang merupakan analis keuangan dari Stem Stewart & Co pada tahun 1993. Model EVA memberikan parameter yang cukup objektif karena berdasarkan dari konsep biaya modal (cost of capital) yakni mengurangi laba dengan beban biaya modal, dimana biaya modal tersebut mencerminkan tingkat risiko perusahaan dan tingkat kompensasi atau return yang diharapkan investor atas sejumlah investasi yang ditanamkan diperusahaan (Simbolon, Dzulkirom dan Saifi, 2014)(Anggoro, 2015).
Konsep ini merupakan pengukuran kinerja perusahaan yang mengukur nilai tambah ekonomis suatu perusahaan yang memperhitungkan biaya modal rata-rata tertimbang (Weighted Average Cost of Capital) atas investasi yang ditanam (Bakar, 2010). Menurut Moeljadi (2006:75) Economic Value Added (EVA) merupakan nilai tambah kepada pemegang saham oleh manajemen selama satu tahun tertentu (Sonia, Zahroh, Azizah, 2014). Sedangkan menurut Brealey, Myres, dan Marcus (2007) dalam Simbolon, dkk (2014) menyatakan bahwa Economic Value Added (EVA) merupakan laba bersih perusahaan atau divisi setelah dikurangi biaya modal yang digunakan.
EVA merupakan pengukur kinerja keuangan yang dianggap sesuai dengan harapan kreditur dan pemegang saham, karena EVA memperhitungkan tingkat risiko.
Semakin tinggi risiko atau cost of capital yang ditanggung perusahaan, maka semakin tinggi pula tingkat pengembalian (return) yang harus diberikan kepada investor atau pemegang saham. EVA yang positif menunjukkan penciptaan nilai, sedangkan EVA yang negatif menunjukkan penghancuran nilai. Manajemen dapat melakukan banyak hal untuk menciptakan nilai tambah, tetapi pada prinsipnya EVA akan meningkat jika menajemen melakukan satu dati tiga hal berikut ini (Stewart, 1993: 118-119) (Linawati, 1999):
1. Meningkatkan laba operasi tanpa adanya tambahan modal.
2. Menginvestasikan modal baru kedalam project yang mendapat return lebih besar dari biaya modal yang ada.
3. Menarik modal dari aktivitas-aktivitas usaha yang tidak menguntungkan.
Economic value added merupakan selisih antara adjuted NOPAT selama satu tahun buku dan capital charge, yang didasarkan pada cost of capital dikalikan dengan adjusted net operating assets. EVA diukur dengan satuan rupiah per lembar saham.
Berikut adalah formula EVA (Ansori, 2015):
EVA = NOPAT – Capital Charges
Adapun variabel yang akan digunakan dalam pengukuran EVA adalah sebagai berikut : 1. Net Operating Profit After Tax (NOPAT)
Net Operating Profit After Tax merupakan laba operasi setelah pajak yang merupakan penyesuaian dari Earning Before Interest and Tax, dimana laba operasi dihitung sebelum dikurangkan dengan financing cost. Rumus yang digunakan adalah :
NOPAT = EAT + Beban Bunga Atau
NOPAT = EBIT (1-T)
2. Invested Capital
Invested Capital merupakan jumlah dana yang diinvestasikan perusahaan untuk membiayai usahanya, yang merupakan penjumlahan dari total ekuitas dan hutang (Saputra,2010). Invested Capital dirumuskan sebagai berikut :
Invested Capital = Total Utang + Ekuitas
3. Weight Average Cost of Capital (WACC)
Weight Average Cost of Capital adalah biaya ekuitas dan biaya hutang masing- masing dikalikan dengan persentase ekuitas dan hutang dalam struktur modal perusahaan.
Menurut Saputra (2010), biaya modal rata-rata tertimbang dicari dengan persamaan sebagai berikut:
WACC = D x rd (1-T) + E x re
Keterangan :
D = The Level of Debt Capital rd = Cost of Debt
E = The Level of Equity Capital re = Cost of Equity
T = Tax Rate
a. The Level of Debt Capital
Total Hutang (D) =
b. Cost of Debt
Biaya Bungan Hutang (rd) =
c. Tax Rate
Tingkat Pajak (T) =
d. The Level of Equity Capital
Total Ekuitas (E) =
e. Cost of Equity
Biaya Bunga Ekuitas (re) =
4. Capital Charges
Capital Charges didapat dengan mengalikan WACC dengan invested capital.
Invested capital merupakan hasil dari penjabaran perkiraan dalam neraca untuk melihat besarnya modal yang diinvestasikan dalam perusahaan oleh kreditur dan pemegang saham serta seberapa besar modal yang diinvestasikan dalam aktivitas operasi dan operasional lainnya. Invested capital dapat dihitung dengan menjumlahkan total hutang dan total ekuitas perusahaan. Capital charges menunjukkan seberapa besar biaya
kesempatan modal yang telah disuntikkan kreditur dan pemegang saham. Capital charges dapat dihitung dengan rumus :
Capital Charges = Invested Capital x WACC 5. Economic Value Added (EVA)
Economic Value added dapat didefinisikan sebagai keuntungan operasional setelah pajak dikurangi dengan biaya modal atau dengan kata lain, Economic Value Added merupakan pengukuran pendapatan sisa (residual income) yang mengurangkan biaya modal terhadap laba operasi (Steward dan Stern, 1991; seperti dikutip dari Ghozali dan Irwansyah, 2002).
Dimana rumusnya adalah :
EVA = NOPAT – Capital Charges
Menurut Wijayanto, penilaian EVA dapat dinyatakan sebagai berikut (Bakar, 2010) : 1. Nilai positif (+) menunjukkan telah terjadi proses nilai tambah ekonomis bagi perusahaan
atau ada nilai ekonomis lebih setelah perusahaan membayarkan semua kewajiban pada para penyandang dana baik kreditur maupun pemegang saham.
2. Nilai nol (0) menunjukkan tidak terjadi proses nilai tambah maupun pengurangan ekonomis karena laba telah habis digunakan untuk membayar kewajiban pada penyandang dana baik kreditu maupun pemegang saham.
3. Nilai negatif (-) menunjukkan tidak terjadi proses nilai tambah ekonomis bagi perusahaan atau perusahaan tidak mampu membayarkan kewajiban para penyandang dana baik kreditur maupun pemegang saham.
Kelebihan dan Kekurangan EVA Kelebihan EVA (Rudianto, 2000):
a. EVA dapat menyelaraskan tujuan manajemen dan kepentingan pemegang saham, dimana EVA digunakan sebagai ukuran operasional dari manajemen yang mencerminkan keberhasilan perusahaan didalam menciptakan nilai tambah bagi pemegang saham atau investor.
b. EVA memberikan pedoman bagi manajemen untuk meningkatkan laba operasi tanpa tambahan dan/modal, mengeksposur pemberian pinjaman (piutang) dan menginvestasikan dana yang memberikan imbalan tinggi.
c. EVA merupakan sistem manajemn keuangan yang dapat memecahkan semua masalah bisnis mulai dari strategi dan pergerakannya sampai keputusan operasional sehari-hari.
Selain memiliki kelebihan, EVA juga memiliki beberapa kelemahan, yaitu (Rudianto,2006) : a. Sulitnya menentukan biaya modal yang benar-benar akurat, khususnya biaya modal
sendiri. Terutama dalam perusahaan go public biasanya mengalami kesulitan dalam perhitungan sahamnya.
b. Analisis EVA hanya mengukur faktor kuantitatif saja, sedangkan untuk mengukur kinerja secara optimal perusahaan harus diukur berdasarkan faktor kuantitatif dan kualitatif.
Manfaat Economic Value Added
Manfaat dari penerapan Economic Value Added (EVA) antara lain (Utama, 1997;
12)(Utama,1997):
1) Dapat digunakan sebagai penilai kinerja perusahaan yang berfokus pada penciptaan nilai (value creation).
2) Dapat meningkatkan kesadaran manajer bahwa tugas mereka adalah untuk memaksimumkan nilai perusahaan serta nilai pemegang saham.
3) Dapat membuat para manajer berfikir dan juga bertindak seperti halnya pemegang saham yaitu memilih investasi yang memaksimumkan tingkat pengembalian dan meminimumkan tingkat biaya modal sehingga nilai perusahaan dapat dimaksimumkan.
4) Economic Value Added (EVA) membuat para manajer agar memfokuskan perhatian pada kegiatan yang menciptakan nilai dan memungkinkan mereka untuk mengevaluasi kinerja berdasarkan kriteria maksimum nilai perusahaan.
5) Economic Value Added (EVA) menyebabkan perusahan untuk lebih memperhatikan struktur modalnya.
6) Dapat digunakan untuk mengidentifikasi kegiatan atau proyek yang memberikan pengembalian lebih tinggi, daripada biaya modalnya.
C. Market Value Added (MVA) 1. Pengertian MVA
Menurut Brightam dan Houston (2010), laporan akuntansi tidak mencerminkan nilai pasar sehingga laporan tersebut tidak memadai untuk tujuan evaluasi kinerja manajer.
Untuk mengatasi hal tersebut, terdapat dua ukuran kinerja tambahan, yaitu Economic Value Added (EVA) dan Market Value Added (MVA). MVA adalah perbedaan antara nilai pasar ekuitas suatu perusahaan dengan nilai buku seperti yang disajikan dalam neraca. Nilai pasar dihitug dengan mengalikan harga saham dengan jumah saham yang beredar. Semakin tinggi nilai MVA, semakin baik perusahaan yang telah pekerjaan yang telah dilakukan manajemen bagi pemegang saham perusahaan. Tetapi sebagian besar harga saham mengaami kenaikan. jadi angka MVA yang positif mungkin tidak sepenuhnya diakibatkan oleh manajemen.
Menurut Steward (dalam Meyta Rosi, 2008: 5), Market Value Added (MVA) suatu pengukur kinerja yang tepat untuk menilai sukses tidaknya perusahaan dalam menciptakan kekayaan bagi pemiliknya. Jadi, untuk meningkatkan kekayaan bagi suatu perusahaan MVA harus di tingkatkan. Sedangkan EVA merupakan kinerja operasional untuk pengukran internal suatu perusahaan. Dengan demikian antara EVA dan MVA memiliki hubungan yang sangat kuat dalam menentukan nilai kekayaan suatu perusahaan.
MVA menjelaskan besarnya kekayaan yang dapat diciptakan dan dihilangkan pada saat ini sedangkan EVA menggambarkan efisiensi untuk periode tertentu. Dari kedua metode ini dapat dilihat sutu perusahaan publik dalam hal kekayaan menciptakan atau menghilangkan selama kegiatan opersionalnya. Sehingga kedua metode ini dapat digunakan dalam acuan untyk para investor mempertimbangkan apakah perusahaan
tersebut memberikan keuntungan atau kerugian terhadap modal yang telah diinvestasikan.
Dari hasil studi menyatakan bahwa EVA dan MVA mempunyai hubungan yang positif dan signifikan (Davies, 1996; Tully, 1999) seperti yang ditulis oleh Tortella &
Brusco, 2001).
2. KONSEP MVA
Metode Market Value Added (MVA) merupakan perbedaan nilai pasar saham dengan jumlah ekuitas modal investor yang telah di setor. Dengan tujuan untuk menguntungkan para pemegang saham dan untuk memastikan bahwa sumber daya yang terbatas dapat dialokasikan secara baik dan efisien. Steawer mengemukakan bahwa ukuran kinerja Financial yaitu EVA dan MVA sebagai ukuran yang tepat untuk mengukur apakah shareholder wealth telah berhasil disiptakan atau belum, jika total market value dari perusahaan telah melebihi jumlah modal yang diinvestasikan didalamnya maka perusahaan telah berhasil menciptakan shareholder value dan sebaliknya, lebih jauh lagi MVA memiliki gambaran kinerja dimasa lampau ataupun prospeknya dimasa yang akan datang.
3. PERHITUNGAN MVA
Nilai tambah pasar (MVA) dari sebuah perusahaan merupakan hasil dari selisih nilai pasar perusahaan dikurangi oleh komponen biaya yang telah dikeluarkan perusahaan untuk modal investasinya (Winarto, 2005:5).
a. Baridwan dan Legowo (2002:143) merumuskan MVA sebagai berikut : MVA = Market Value 0f equity (MVE) - Book Value of equity (BVE) MVE = Shares outstanding x stock price
BVE = Shares outstanding x nominal value of share
b. Hanafi (2008:55) merumuskan MVA adalah sebagai berikut:
MVA = Nilai Pasar Saham– Nilai Buku Saham
Nilai pasar saham dapat dicari dengan mengalikan harga pasar perlembar saham dengan jumlah saham yang beredar dipasar.
Menurut Winarto (2005:5) langkah yang harus ditempuh untuk menghitung nilai MVA adalah:
a. Menghitung jumlah saham yang beredar (the number of share outstanding) b. Menghitung harga pasar saham (share price)
c. Menghitung nilai buku ekonomis per lembar saham (economic book value per share)
d. Menghitung MVA.
TABEL 1 LANGKAH-LANGKAH PERHITUNGAN MVA Komponen
MVA
Rumus perhitungan masing-masing komponen MVA Nilai Pasar
Saham
Harga pasar saham x jumlah saham yang beredar Nilai buku
saham
MVA Nilai pasar saham – Nilai Buku Saham
Sumber : Hanafi (2008:55), Winarto (2005:6)
MVA yang positif ( MVA>0 ) berarti menunjukkan pihak manajemen telah mampu meningkatkan kekayaan pemegang saham dan MVA yang negatif ( MVA<0) mengakibtakan berkurangnya nilai modal pemegang saham sehingga memaksimumkan nilai MVA seharusnya menjadi tujuan utama perusahaan dalam meningkatkan kekayaan pemegang saham (Gatot, 2008:359). Menurut Young& O’byrne (2001:271) “ Semakin besar MVA semakin baik,MVA yang negative berarti nilai dari investasi yang dijalankan menajemen kurang dari modal yang diserahkan kepada perusahaan oleh oasar modal, yang berarti bahwa kekayaan telah dimusnahkan”.
4. Kelebihan dan Kelemahan Market Value Added (MVA)
Kelebihan MVA menurut Baridwan dan Legowo (2002), MVA merupakan ukuran tunggal dan dapat berdiri sendiri yang tidak membutuhkan analisis trend, sehingga bagi pihak menajemen dan penyedia dana akan lebih mudah dalam menilai kinerja perusahaan, sedangkan kelemahan MVA adalah MVA hanya dapat diaplikasikan pada perusahaan yang sudah go public saja.
5. Manfaat Market Value Added (MVA) :
a. MVA menjadi tujuan utama perusahaan dalam menitikberatkan pada kemakmuran pemegang saham.
b. MVA dapat dibuat kontrak untuk menentukan besarnya bonus kinerja bagi pengelola.
c. MVA dapat dijadikan acuan yang lebih baik bagi pemilik modal untuk mempertimbangkan apakah perusahaan tersebut akan memberikan keuntungan atau kerugian terhadap modal yang akan diinvestasikan.
d. MVA merupakan pengharapan pasar terhadap perusahaan pada periode mendatang (yang lebih panjang).
e. MVA digunakan untuk menilai manajemen perusahaan publik.
f.
D. Return Saham
Saham merupakan surat berharga yang merupakan instrumen bukti kepemilikan dari individu atau institusi dalam suatu perusahaan (Sonia, Zahroh, Azizah, 2014).
Sedangkan return merupakan hasil yang diperoleh dari investasi. Menurut Home dan John (2005), return saham atau yang biasa disebut dengan return merupakan pembayaran yang diterima karena hak kepemilikannya, ditambah dengan perubahan dalam harga pasar yang dibagi dengan harga awal. Sedangkan menurut Brigham dan Houston (2006)
menyatakan bahwa return atau tingkat pengembalian adalah selisih antara jumlah yang diterima dengan jumlah yang diinvestasikan (Ansori, 2015).
Return dapat berupa return realisasi atau return ekspektasian. Return realisasi merupakan return yang telah terjadi yang dihitung berdasarkan data historis. Return realisasi sangat penting karena dapat digunakan sebagai salah satu pengukur kinerja perusahaan. Sedangkan return ekspektasian merupakan return yang diharapkan akan diperoleh investor dimasa mendatang. Jadi return ekspektasian sifatnya belum terjadi.
Return suatu investasi terdiri dari dua komponen yaitu yield atau dividen dan capital gain. Yield merupakan return yang mencerminkan aliran kas atau pendapatan yang diperoleh secara periodik. Sedangkan capital gain merupakan return yang diperoleh dari kenaikan (penurunan) nilai surat berharga (Tandelillin, 2007)(Ansori, 2015).
Dari dua komponen pengembalian tersebut, selanjutnya dapat dihitung pengembalian total (total return) dan tingkat pengembalian (rate of return) sebagai berikut :
Total Return = Capital Gain (Loss) + Yield Atau
Return Saham =
Keterangan :
Pt = Harga saham pada periode t Pt-1 = Harga saham pada periode t-1
Perubahan harga selama periode dapat berupa angka negatif, nol, dan positif.
Sedangkan yield dapat berupa angka nol (0) dan positif (Halim, 2005) (Ansori, 2015).
1. Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Return Saham
Menurut Alwi (2203), ada beberapa faktor yang mempengaruhi return saham atau tingkat pengembalian saham, antara lain :
a. Faktor Internal
a) Pengumuman tentang pemasaran, produksi, penjualan seperti pengiklanan, laporan produksi dan laporan penjualan.
b) Laporan pendanaan, seperti pengumuman yang berhubungan dengan ekuitas dan hutang
c) Pengumuman badan direksi manajemen, seperti perubahan dan pergantian direktur.
d) Pengumuman pengambilalihan perusahaan, seperti laporan merger, investasi ekuitas, laporan take over oleh pengakusisian dan diakusisi.
e) Pengumuman investasi, seperti melakukan ekspansi pabrik, pengembangan riset dan penutupan usaha lainnya.
f) Pengumuman ketenagakerjaan, seperti negoisasi baru, kontrak baru dan lainnya.
g) Pengumuman laporan keuangan perusahaan, seperti peramalan laba sebelum akhir tahun fiskal dan setelah akhir tahun fiskal.
b. Faktor Eksternal
a) Pengumuman dari pemerintah, seperti perubahan suku bunga tabungan, kurs valuta asing dan inflasi.
b) Pengumuman hukum, seperti tuntutan karyawan terhadap perusahaan atau manajernya dan tuntutan perusahaan terhadap manajernya.
c) Pengumuman industri sekuritas, seperti laporan pertemuan tahunan, insider trading, dan harga saham perdagangan.
d) Gejolak politik luar negeri dan fluktuasi nilai tukar.
e) Berbagai isu baik dalam negeri maupun luar negeri.
Menurut Tinneke (2007), faktor-faktor yang mempengaruhi return saham adalah : a. Economic Value Added (EVA)
Economic Value Added merupakan pengukuran kinerja yang memperhitungkan tingkat biaya modal, yaitu dengan perhitungan laba bersih setelah pajak dikurangi dengan biaya modal. EVA yang positif menunjukkan perusahaan berhasil memenuhi biaya modal dengan laba bersih setelah pajak, sehingga para pemegang saham akan menerima return dari perusahaan tersebut.
b. Price to Book Value (PBV)
Price to Book Value merupakan rasio pasar (market ratio) yang digunakan untuk mengukur rasio harga pasar saham terhadap nilai bukunya. Perusahaan yang berkinerja baik, biasanya rasio PBV-nya diatas 1 yang menunjukkan nilai pasar saham lebih besar dari nilai bukunya
c. Debt to Equity Ratio (DER)
Debt to Equity Ratio digunakan untuk mengukur tingkat penggunaan hutang terhadap modal sendiri. DER yang semakin tinggi menunjukkan ketergantungan permodalan perusahaan terhadap pihak luar juga tinggi. Hal tersebut mengakibatkan perusahaan akan menggunakan laba bersih untuk membayar kewajiban kepada pihak luar terlebih dahulu. Sehingga return yang didapat oleh para pemegang saham akan semakin kecil.
Menurut Agus Pratiwi (2011), faktor-faktor yang mempengaruhi return saham adalah sebagai berikut:
a. Economic Value Added (EVA)
Perusahaan yang mampu menghasilkan tingkat pengembalian yang lebih besar dari biaya modalnya akan mampu membayar dividen kepada pemegang saham. EVA yang positif menandakan bahwa perusahaan berhasil menciptakan kekayaan bagi pemiliki modal, oleh karena itu hal ini akan menarik minat para investor. Jadi, semakin tinggi nilai EVA pada sautu perusahaan maka semakin tinggi pula return sahamnya.
b. Return On Equity (ROE)
Return On Equity adalah rasio yang menunjukkan sejauh mana perusahaan menghasilkan keuntungan bagi pemegang saham dari modal yang telah mereka investasikan. Rasio ini digunakan untuk mengukur kinerja manajemen perusahaan dalam mengelola ekuitas yang ada untuk menghasilkan laba bersih. Semakin besar laba bersih yang dicapai maka nilai ROE perusahaan pun semakin tinggi sehingga return yang diterima pemegang saham juga semakin tinggi.
c. Return On Assets (ROA)
Return On Assets merupakan salah satu bentuk dari rasio profitabilitas untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dengan menggunakan total aktiva yang ada. ROA yang tinggi menunjukkan bahwa laba yang dihasilkan dari aktiva tinggi, sehingga return yang diterima pemegang saham juga akan tinggi.
Menurut Rois (2010) faktor yang mempengaruhi saham adalah sebagai berikut : a. Market Value Added (MVA)
Market Value Added merupakan selisih antara nilai pasar saham dengan modal sendiri yang disetor oleh pemegang saham. MVA positif menunjukkan bahwa saham perusahaan tersebut dinilai oleh investor lebih besar dari pada nilai buku per lembar.
Hal ini berarti meningkatkan harga saham dan memberikan capital gain kepada pemegang saham. Bertambahnya capital gain akan menambah return yang diperoleh pemegang saham.
b. Return On Assets (ROA)
Perusahaan yang dapat menghasilkan laba dari aktivitasnya maka akan mempunyai ROA yang tinggi karena ROA mengukur kemampuan perusahan dalam menghasilkan laba dengan menggunakan total aktiva yang dimiliki oleh perusahaan.
Sehingga semakin tinggi ROA maka akan semakin tinggi pula return yang diperoleh para pemegang saham.
E. Pengaruh Economic Value (EVA) Terhadap Return Saham
Menurut Ansori (2015), return memiliki peran yang signifikan dalam menentukan nilai dari suatu investasi. Dalam suatu perusahaan EVA digunakan untuk mengukur nilai tambah suatu perusahaan. Nilai tambah ini tercipta apabila perusahaan memperoleh keuntungan (profit) diatas cost of capital perusahaan. Perusahaan yang memiliki EVA yang tinggi cenderung dapat lebih menarik investor untuk berinvestasi diperusahaan tersebut, karena semakin tinggi EVA semakin tinggi pula nilai perusahaan. Semakin tinggi nilai perusahaan, maka investor yang berinvestasi melalui saham pada perusahaan tersebut juga akan bertambah, sehingga akan menaikkan harga saham yang kemudian akan meningkatkan return saham melalui capital gain. EVA yang bernilai positif menandakan bahwa perusahaan memiliki profit yang tinggi karena perusahaan mampu untuk memenuhi kewajibannya. Ketika laba perusahaan semakin tinggi maka dividen yang didapati oleh para pemegang saham juga semakin tinggi. Oleh sebab itu, dapat disimpulkan bahwa EVA memiliki pengaruh yang positif terhadap return saham.
Dalam penelitian Harjono dijelaskan tentang penelitian yang dilakukan oleh Mariana (2007), dimana dari hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa EVA tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap return saham namun EVA memiliki pengaruh yang positif terhadap return saham. Sedangkan dalam penelitian yang dilakukan oleh Harris dan Lauw, kinerja perusahaan yang menggunakan konsep Economic Value Added (EVA) mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap tingkat pengembalian saham. Hal tersebut menunjukkan bahwa tingkat pengembalian saham pada 35 perusahaan yang termasuk dalam indeks LQ-45 dipengaruhi oleh kinerja keuangan yang diukur menggunakan EVA.
F. Pengaruh Market Value Added Terhadap Return Saham
Menurut Ansori (2015), konsep Market Value Added (MVA) mengacu pada nilai total yang pasar berikan pada semua saham dan obligasi perusahaan dikurangi biaya modal yang diinvestasikan. MVA yang positif menunjukkan bahwa saham perusahaan tersebut dinilai oleh investor lebih besar daripada nilai buku perlembarnya. Perusahaan yang baik ditunjukkan dengan nilai MVA lebih besar dari nol, sedangkan MVA yang kurang dari nol menunjukkan berkurangnya nilai modal pemegang saham. MVA yang tinggi membuat harga saham juga tinggi, sehingga menyebabkan tingkat pengembalian saham ikut naik (Mariana,2007). Jadi, kekayaan atau kesejahteraan pemilik perusahaan akan bertambah bila MVA bertambah melalui meningkatnya capital gain dari meningkatnya harga saham. Semakin tinggi capital gain dan dividen, maka return saham yang diperoleh pemegang saham juga akan bertambah. Hal ini menunjukkan pengaruh positif MVA terhadap return yang dipegang oleh pemegang saham.
G. Kesimpulan
Economic Value Added merupakan pengukuran kinerja perusahaan yang mengukur nilai tambah ekonomis suatu perusahaan. EVA memiliki pengaruh yang positif terhadap return saham. Semakin tinggi nilai suatu EVA maka semakin tinggi pula laba yang diperoleh oleh perusahaan tersebut. Hal ini dikarenakan perusahaan mampu menghasilkan laba yang tinggi setelah memenuhi kewajibannya. Apabila perusahaan mampu menghasilkan laba yang tinggi maka hal ini akan meningkatkan keinginan para invetor untuk berinvestasi di perusahaan tersebut. Apabila saham tersebut banyak diminati oleh para investor maka akan dapat meningkatkan harga saham. Sehingga memberikan keuntungan kepada pemegang saham.berupa capital gain. Namun,meskipun begitu, EVA tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap return saham.
Market Value Added merupakan kinerja pasar dari suatu perusahaan. MVA mengacu pada nilai yang pasar berikan pada semua saham dan obligasi perusahaan dikurangi biaya modal yang diinvestasikan.MVA memiliki hubungan yang positif terhadap return saham. MVA yang tinggi akan membuat harga saham juga tinggi, sehingga menyebabkan tingkat pengembalian saham ikut naik. Jadi kekayaan atau kesejahteraan pemilik perusahaan akan bertambah apabila MVA bertambah melalui meningkatnya capital gain dari meningkatnya harga.
Daftar Pustaka
Alwi. (2003). Pasar Modal, Teori dan Aplikasi. Jakarta: Yayasan Pancur Siwah.
Ansori. (2015). Pengaruh EVA dan MVA terhadap Return Saham pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI. Retrieved 12 1, 2016, from
http://eprints.uny.ac.id/23014/1/Ansori_13808147003.pdf
Bakar, A. (2010). Analisis Perbandingan Kinerja Perusahaan Telekomunikasi dengan Menggunakan EVA, REVA, FVA dan MVA. Rekayasa Institusi Teknologi Nasional, XIV.
Dona, R., & Ernawati, W. J. (n.d.). Pengaruh EVA, MVA dan Arus Kas Operasi Terhadap Return Saham Perusahaan LQ-45. Majalah Ilmiah Ilmu Pengetahuan Sosial.
Linawati, L. (1999). EVA sebagai Ukuran Keberhasilan Kinerja Manajemen Perusahaan. Akuntansi dan Keuangan, 1.
Putra, A. D. (2015). EVA dan MVA sebagai Alat Ukur Kinerja Keuangan (Studi pada PT. HM Sampoerna Tbk dan PT. Gudang Garam Tbk Periode 2011-2013. Retrieved 12 1, 2016, from
http://dosen.perbanas.id/wp-content/uploads/2015/02/Anggoro-Dwi-Putra-1111000036.pdf Rosy, M. (n.d.). Analisis Pengruh Antara EVA dan MVA Terhadap Harga Saham Pada Perusahaan Sektor
LQ 45 Di BEI PEriode 2007-2008. Retrieved 12 1, 2016, from
http://www.gunadarma.ac.id/library/articles/graduate/economy/2009/Artikel_20205784.pdf Sunardi, H. (2010, Mei). Pengaruh Penilaian Kinerja dengan ROI dan EVA Terhadap Return Saham pada
Perusahaan yang Tergabung dalam Indeks LQ 45 di BEI. Akuntansi, 2, 23.
Trisnawati, I. (2009). Pengaruh Economic Value Added, Arus Kas Operasi, Residual Income, Earnings, Operating Leverage dan MVA Terhadap Return Saham. Bisnis dan Akuntansi, 11.
Utama. (1997). EVA Pengukur Penciptaan Nilai PErusahaan.
Zahroh, Sonia, B., & Azizah, D. F. (2014, April). Pengaruh EVA, MVA dan ROI Terhadap Harga Saham (Studi pada Perusahaan Property dan Real Estate yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia PEriode 2009-2012. Administrasi Bisnis, 9, 9.