PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
Rumusan Masalah
Tujuan
Luaran Penelitian
Manfaat Penelitian
TINJAUAN PUSTAKA
- Bahan Baku
- Produk
- Proses
- Penelitian Terdahulu
- Pemilihan Metodologi
- Metode Analisa
- Hipotesa
Daun kumis kucing mempunyai klasifikasi, morfologi mikroskopis dan tumbuhan serta senyawa kimia didalamnya yaitu. Contoh tumbuhan yang diyakini mempunyai aktivitas antioksidan cukup tinggi adalah kumis kucing (Zakaria Z, 2008). Kumis kucing (Orthosiphon stamineus) merupakan tanaman yang banyak ditemukan di Pulau Jawa dan Sumatera, namun juga ditemukan di negara lain seperti negara-negara Asia Tenggara lainnya, Australia dan Afrika (Dharma, 1985).
Daerah sentra produksi kumis kucing adalah Jawa Tengah (Ambarawa, Kopeng dan Blora), Jawa Barat (Sukabumi dan Bogor), Jawa Timur, Sumatera Barat, Sumatera Utara, Aceh, dan Sulawesi Utara. De Padua dkk menjelaskan, tanaman kumis kucing di berbagai daerah disebut dengan nama berbeda-beda, antara lain remujung (Jawa Tengah), kumis ucing (Jawa Barat), kumis kucing (Melayu). Daun kumis kucing dikenal sebagai obat kencing (tidak berbahaya bagi ginjal), obat ginjal misalnya batu ginjal atau fosfat dalam urin (Dharma, 1985).
Daun kumis kucing mengandung minyak atsiri glikosida flavonol, flavonoid, garam golongan, glikosida ortosiponin, saponin dan terpenoid. Pada penelitian ini daun bulu kucing dijadikan ekstrak sehingga dapat digunakan sebagai bahan baku pembuatan hand sanitizer melalui berbagai proses yaitu proses pengeringan, proses ekstraksi dan proses penguapan. Ekstrak daun kumis kucing kemudian dibuat menjadi produk hand sanitizer yang teruji kualitas produknya.
Pada penelitian ini diperoleh ekstrak melalui proses ekstraksi maserasi yang digunakan sebagai bahan dasar pembuatan produk hand sanitizer. Proses evaporasi dilakukan untuk menghilangkan kelebihan uap etanol yang terkandung dalam larutan ekstraksi sehingga menghasilkan ekstrak daun catnip yang kental. Cara ini disebut dengan metode sumur, sumur steril kemudian dimasukkan ke dalam cawan petri yang berisi media dan bakteri, kemudian larutan ekstrak daun kumis kucing yang dilarutkan dalam air steril dituangkan ke dalam sumur sebanyak 20 µL.
Pada penelitian ini dilakukan uji oragnoleptik untuk mengetahui kesesuaian produk dengan hand sanitizer komersial. Memvariasikan konsentrasi pelarut pada saat proses pembuatan ekstrak daun kumis kucing. Penelitian ini mengacu pada jurnal “Pengaruh Memvariasikan Konsentrasi Pelarut Etanol terhadap Kandungan Flavonoid Total Daun Bluntas (Pluchea indica (L.)less) Menggunakan Metode Microwave - Assisted Extraction (MAE)” dengan hasil penelitian menunjukkan adanya perbedaan konsentrasi pelarut etanol. Pelarut etanol berpengaruh terhadap kadar flavonoid total dan rendemen ekstrak daun beluntas. Cara pembuatan Ekstrak Daun Kumis Kucing, penelitian ini mengacu pada jurnal “Formulasi Sabun Mandi Cair Ekstrak Daun Kumis Kucing (Orthosiphon aristatus (Bl) Miq.)” dengan hasil penelitian menunjukkan bahwa Ekstrak Daun Kumis Kucing mempunyai aktivitas antibakteri terhadap bakteri Staphylococcus. aureus. Prinsip dasarnya adalah konsentrasi ekstrak 5% dan formula sabun mandi cair adalah ekstrak daun kumis kucing dengan konsentrasi basa VCO yang berbeda yaitu 20, 25 dan 30%.
Uji daya hambat ekstrak etanol daun kemangi (Ocimum sanctum L.) terhadap pertumbuhan bakteri E.coli dan S.aureus) dengan hasil penelitian menunjukkan bahwa konsentrasi ekstrak daun kemangi semakin optimum. semakin besar pula daya hambat bakteri E.
METODOLOGI PENELITIAN
- Tempat dan Waktu
- Bahan dan Alat
- Metode Penelitian
- Metode Analisa Data
- Diagram Alir
Daun kumis kucing halus ditimbang sebanyak 25 gram dan dilakukan proses ekstraksi maserasi menggunakan 75 mL pelarut etanol dengan konsentrasi etanol 80% selama 3 x 24 jam pada suhu kamar. Sumur yang telah disterilkan diletakkan di atas media yang mengandung bakteri, kemudian ekstrak daun kumis kucing sebanyak 20 µL dipipet ke dalam sumuran, sampel didiamkan selama 2 jam, kemudian sumuran dikeluarkan dan sampel diinkubasi pada suhu 37oC, kemudian diinkubasi pada suhu 37oC. Daerah diamati dan diukur daya hambat yang terbentuk pada waktu 24 jam.Ekstrak daun kumis kucing sebanyak 50 mg ditimbang dan dilarutkan dalam 1 mL aquades lalu diaduk hingga larut.
Ekstrak daun kumis kucing yang telah larut dimasukkan ke dalam cobek, diaduk hingga homogen dan digiling hingga terbentuk gel. Pembuatan hand sanitizer dengan bahan baku daun tanaman kumis kucing menggunakan analisis data produk hand sanitizer dengan persamaan karakterisasi berdasarkan standar SNI terkait hand sanitizer cair sintetik. Hasil pengujian kemampuan daya hambat ekstrak daun kumis kucing terhadap pertumbuhan bakteri Eschericia coli dan Staphilococcus aerus menunjukkan terdapat zona hambat.
Uji aktivitas bakteri pada penelitian ini dilakukan untuk mengetahui konsentrasi ekstrak daun kumis kucing yang dapat digunakan sebagai bahan aktif dalam pembuatan hand sanitizer. Metode yang digunakan adalah metode lubang bor, yaitu sampel ekstrak daun kumis kucing dimasukkan ke dalam lubang bor. Aktivitas yang terjadi di sekitar sumur tersebut disebabkan adanya aktivitas senyawa yang terkandung dalam ekstrak daun catnip bekas.
30 Data yang diperoleh menunjukkan bahwa semakin tinggi konsentrasi ekstrak maka diameter zona hambatnya semakin besar dan nilai efisiensi zona hambat yang dihasilkan semakin besar dengan semakin besarnya konsentrasi ekstrak daun kumis kucing. sedang digunakan. Pada konsentrasi 5% hingga 12,5% diameter zona hambat terus meningkat, hal ini disebabkan semakin banyak ekstrak daun kumis kucing yang digunakan maka semakin banyak pula zat aktif yang dikandung ekstrak tersebut untuk menghambat pertumbuhan bakteri E.semakin tinggi pula konsentrasi ekstrak maka diameter zona hambat akan semakin besar, dan semakin besar konsentrasi ekstrak daun kumis kucing maka semakin besar pula nilai efisiensi zona hambat yang dihasilkan.
Sehingga ekstrak daun kumis kucing dapat menjadi bahan dasar pembuatan hand sanitizer berbahan dasar alami. Hasil penelitian ini dapat dijadikan referensi untuk membuat hand sanitizer dengan menggunakan ekstrak daun kumis kucing sebagai bahan dasarnya. Isolasi, pemurnian dan uji aktivitas antibakteri senyawa sinensetin dari ekstrak daun kumis kucing (Orthosiphosis aristatus).
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil Analisa
Pengujian produk dilakukan dengan cara membandingkan produk hasil produksi dengan produk yang sudah ada di pasaran.
Pembahasan
Semakin besar zona hambat yang dihasilkan maka semakin kuat senyawa dalam ekstrak tersebut. Nilai efisiensi yang dihasilkan didasarkan pada perbandingan diameter zona hambat bakteri tereduksi terhadap diameter kontrol positif dibandingkan dengan diameter zona hambat kontrol positif.Hasil grafik yang diperoleh adalah sebagai berikut. Hal ini disebabkan kurangnya konsentrasi ekstrak yang digunakan mengakibatkan diameter zona hambat menjadi sangat kecil.
KESIMPULAN
Kesimpulan