• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH EKSTRAK KULIT BUAH MANGGIS (Garcinia mangostana L.) TERHADAP SIKLUS ESTRUS MENCIT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "PENGARUH EKSTRAK KULIT BUAH MANGGIS (Garcinia mangostana L.) TERHADAP SIKLUS ESTRUS MENCIT "

Copied!
4
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH EKSTRAK KULIT BUAH MANGGIS (Garcinia mangostana L.) TERHADAP SIKLUS ESTRUS MENCIT

(Mus musculus L. Swiss Webster)

Oleh:

Julia Maria Gorette1, Ramadhan Sumarmin2, Rina Widiana1

1Program Studi Pendidikan Biologi STKIP PGRI Sumatera Barat

2Jurusan Biologi FMIPA Universitas Negeri Padang E-mail: [email protected]

ABSTRACT

Mangosteen (Garcinia mangostana L.) is a tropical plant that originated from Southeast Asia. Mangosteen rindis used to treat various diseases, antihistamine, antibacterial, anti-cancer, anti-hypertension and stroke. This study aims to determine the effect of extracts of mangosteen rind (Garcinia mangostana L.) on the estrous cycle of mice (Mus musculus L. Swiss Webster). This study is an experiment used Completely Randomized Design ( CRD ), 4 treatments and 6 replications. Mangosteen peel extract given to mice by gavage for 24 days way. The extract was given to mice at a dose of B 0.2, C 0.4, D 0.6 and Control A 0 g /head/day. Observations made during the estrous cycle of 26 days to review the vaginal smear method with stained Giemsa. The data obtained were analyzed by Analysis of Variance by analyzing the average length of one cycle and each phase of the estrous cycle of mice and Duncan New Multiple Range Test (DNMRT).The results showed mangosteen peel extract can prolong the estrous cycle during the (± 3 days) and extension occurred in all phases of the cycle (proestrus, estrous, and diestrus, metestrus ). Added time proestrus phase of the shortest found in A (1.25 days) and longest in treatment C (2 days). Estrous phase of the shortest found in A (2.13 days) and longest in treatment D (3 days). Metestrus phase the shortest found in A (1.71 days) and longest in treatment D (3.58 days). Diestrus phase of the shortest found in A ( 1.42 days ) and longest in treatment D ( 3.52 days ). Added estrous cycle at a time (6.5 days), B (9.33 days), C (10.07 days) and D (11.53 days). From these results it can be concluded that mangosteen peel extract given orally prolong the estrous cycle and extension at each phase of the estrous cycle

Keyword: Mangosteen, oestrous cycle, mice.

PENDAHULUAN

Masalah kependudukan menjadi sangat penting karena dampak yang timbul akibat pertumbuhan penduduk mengundang tuntutan yang lebih besar lagi dan menyangkut kelangsungan hidup.

Sebagai negara yang sedang berkembang dengan jumlah penduduk yang besar, salah satu upaya pemerintah dalam mengatasi masalah penduduk adalah dengan program KB (Keluarga Berencana).

Usaha untuk menemukan senyawa baru dari kekayaan alam Indonesia sehingga lebih murah, dan dapat dipakai sebagai alat kontrasepsi yang efektif menjadi salah satu alternatif pemecahan masalah kependudukan di Indonesia (Palupi, 2008).

Salah satu tanaman yang diharapkan dapat menjadi antifertilitas adalah manggis (Garcinia mangostana L.). Senyawa yang berperan sebagai antifertilitas adalah mangostin. Mangostin terdapat pada kulit buah manggis, zat aktif ini dapat menekan system saraf pusat dengan menekan jalur hipotalamus dan hipofisis yang akan menghambat pengeluaran gonadotropin.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh ekstrak kulit buah manggis (Garcinia mangostana L.) terhadap siklus estrus mencit (Mus musculus L. Swiss Webster).

Siklus estrus merupakan periode penerimaan seksual (birahi) pada hewan betina yang ditentukan oleh tingkat sirkulasi estrogen. Selama siklus estrus berlangsung berbagai perubahan tingkah laku (Nalbandov, 1990 ; Rugh, 1968). Terdapat empat fase siklus estrus, yaitu:

a. Fase Diestrus

Pada fase ini terdapat banyak leukosit dan epitel berinti yang letaknya tersebut homogen. Fase diestrus berlangsung selama separuh waktu siklus (Syahrun, 1994); Nalbandov, 1990). Fase ini berlangsung 2 sampai 4 hari (Rugh, 1968).

b. Fase Proestrus

Fase proestrus merupakan periode pertumbuhan folikel di dalam ovarium dan menghasilkan hormone estrogen. Pada fase ini jumlah leukosit dan epitel berinti berkurang, diganti dengan epitel bertanduk, dan terdapat banyak lendir. fase ini berlangsung selama 12 jam (Syahrun, 1994; Nalbandov, 1990).

Fase ini berlangsung 1 sampai 1,5 hari (Rugh, 1968).

c. Fase Estrus

Ditandai dengan menghilangnya semua leukosit dan epitel berinti yang disebabkan oleh estrogen.

Hanya ada epitel bertanduk dan bentuknya besar- besar. Pada fase ini produksi estrogen bertambah dan

(2)

terjadi ovulasi. Mucosa dari uterus menebal dan banyak mengandung darah, pada waktu inilah hewan betina siap untuk kawin. Fase ini berlangsung 12-18 jam (Syahrun, 1994 ; Nalbandov, 1990). Fase ini berlangsung 1 sampai 3 hari (Rugh, 1968).

d. Fase Metestrus I

Ciri-ciri yang diperlihatkan pada fase ini adalah leukosit mulai terlihat lagi, letaknya terutama di sekeliling epitel bertanduk dan epitel berinti. Disini pun epitel berinti mulai terlihat lagi dan jumlah epitel bertanduk akan berkurang (Syahrun, 1994).

e. Fase Metestrus II

Ditandai dengan jumlah epitel bertanduk yang semakin lama makin sedikit akhirnya hilang semua.

Hanya tinggal epitel berinti dengan leukosit yang letaknya sebagian dengan masih ada sekitar epitel berinti. Akhirnya leukosit akan menyebar kembali pada stadium diestrus. Pada fase ini, terjadi pembentukan korpus luteum, progesteron aktif sekali untuk mempersiapkan dinding uterus untuk implantasi ovum dan akan degenerasi bila tidak ada pembuahan (Syahrun, 1994). Fase ini berlangsung 1 sampai 5 hari (Rugh, 1968).

METODE PENELITIAN

Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Oktober-November 2013 di Laboratorium Zoologi Jurusan Biologi FMIPA UNP. Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah: mikroskop cahaya, cotton bud, kaca objek, botol kaca, timbangan analitik digital, kamera digital, sendok porselen, lumpang dan alu, kandang mencit, wadah pakan, jarum gavage, water bath, inkubator, desikator, cawan petri, corong, erlenmeyer, hot plate, neraca ohaus, pipet tetes, cuvac (spuit suntik), aluminium foil, batang pengaduk, kertas saring, kertas label, tissue, botol plastik tempat minum hewan coba dan sekam sebagai alas kandang mencit.

Bahan yang digunakan adalah mencit (Mus musculus L.) Swiss Webster betina, kulit buah manggis (Garcinia mangostana L.), ketaman kayu, pellet, methanol, Na-CMC 2 %, aquabidest, larutan Bouin dan Giemsa.

Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 4 perlakuan dan 6 ulangan. Adapun dosis perlakuan yang diberikan adalah sebagai berikut: kontrol (tanpa pemberian ekstrak kulit buah manggis), pemberian ekstrak kulit buah manggis 0,2 g/ekor/hari, pemberian ekstrak kulit buah manggis 0,4 g/ekor/hari dan pemberian ekstrak kulit buah manggis 0,6 g/ekor/hari.

Pemberian dosis perlakuan didapatkan berdasarkan dari dosis (Garcinia mangostana L.) yang telah dikonsumsi manusia dan telah dikonversikan dosisnya untuk mencit.

Mencit yang diambil sebagai hewan uji adalah mencit betina yang sudah mencapai umur 8-10 minggu. Mencit betina diberi perlakuan ekstrak kulit buah manggis dengan dosis tunggal sesuai perlakuan, selama 24 hari, hal ini mengacu pada lama siklus

estrus pada mencit (Rugh, 1968) dengan cara menggavagekan ekstrak sebanyak 0,5 cc setiap harinya. Penentuan fase penyusun siklus estrus dilakukan dengan melihat perbandingan sel epitel berinti, sel epitel menanduk, leukosit dan lendir, pada hasil apus vagina mencit (Mus musculus L.) Swiss Webster. Sampel apus vagina diambil setiap hari pada jam 10.00 pagi. Semua data yang diperoleh dari penelitian dianalisis dengan analisis of varians (ANOVA) dan dilanjutkan dengan uji lanjut DNMRT pada derajat α 5 % (Hanafiah, 2000).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Dari hasil penelitian ini dapat diketahui pengaruh ekstrak kulit buah manggis (Garcinia mangostana L.) terhadap siklus estrus mencit (Mus musculus L. Swiss Webster) adalah sebagai berikut ini:

Tabel 2. Rata-rata panjang setiap fase siklus estrus mencit pada pemberian ekstrak kulit buah manggis

Perlakuan (t)

Rata-rata panjang fase siklus estrus (hari) Proestrus Estrus Metestrus Diestrus A 1,25a 2,13a 1,71a 1,42a B 1,73ab 2,52ab 2,55b 2,57b

C 2b 2,45ab 2,5b 3,12b

D 1,38a 3b 3,58c 3,52b

Keterangan: Angka-angka pada kolom masing-masing fase estrus yang diikuti huruf kecil yang sama, berbeda tidaknyata, dan huruf yang berbeda, berbeda nyata pada taraf α 5%.

Berdasarkan hasil pengamatan seperti pada Tabel 2 ditemukan bahwa panjang rata-rata fase proestrus pada perlakuan B, C dan D lebih panjang dari A (kontrol). Setelah dianalisis secara statistik dimana pemberian ekstrak kulit buah manggis dalam berbagai dosis berpengaruh terhadap lama panjang fase proestrus. Perlakuan memperpanjang fase proestrus, proestrus terpanjang perlakuan C selama 2 hari dan fase yang terpendek selama 1,38 hari.

Meningkatnya lama perpanjangan fase proestrus pada perlakuan C ini diduga bahwa kemungkinan efek mangostin yang bersifat estrogenik ini turut aktif meningkatkan kadar estrogen efektif dalam darah.

Oleh karena tingginya kadar estrogen dalam darah dapat menghambat hipofisis dalam mensekresikan hormon gonadotropin (FSH) melalui umpan balik negatif.

Menurunnya kadar FSH mengakibatkan terhambatnya perkembangan folikel di dalam ovarium. Hal ini didukung oleh Palupi (2008) yang menyatakan bahwa zat yang bersifat estrogenik yang terdapat pada ekstrak adalah senyawa aktif mangostin yang dapat menyebabkan terhambatnya perkembangan folikel ovarium dan menurunkan jumlah folikel ovarium. Pemberian ekstrak perlakuan

(3)

C menunjukkan dosis yang terbaik untuk bisa digunakan sebagai obat antifertilitas karena sudah menunjukkan adanya perubahan lamanya fase proestrus sehingga pengaruhnya terhadap lama fase proestrus menjadi lebih lama.

Dari hasil pengamatan seperti pada Tabel 2 ditemukan bahwa panjang rata-rata fase estrus pada perlakuan B, C dan D lebih panjang dari A (kontrol).

Setelah dianalisis secara statistik dimana pemberian ekstrak kulit buah manggis dalam berbagai dosis berpengaruh terhadap lama panjang fase estrus.

Perlakuan memperpanjang fase estrus, fase estrus terpanjang perlakuan D selama 3 hari dan fase yang terpendek C selama 2,45 hari. Pemberian ekstrak ini berpengaruh terhadap fase estrus, adapun pemberian ekstrak memperpanjang fase estrus dibanding kontrol, tapi pertambahan perpanjangan ini tidak melebihi kisaran normal panjang fase estrus seperti dinyatakan oleh Rugh (1968), bahwa kisaran normal fase estrus berlangsung 1 sampai 3 hari.

Penyebab perpanjangan fase estrus mencit disebabkan karena pemberian ekstrak yang bersifat estrogenik. Zat aktif yang terkandung dalam ekstrak kulit buah manggis merupakan komponen bioaktif mangostin yang bersifat estrogenik, dapat menyebabkan terhambatnya ovulasi, dikendalikan oleh sistem hormonal reproduksi melalui poros hipotalamus-hipofisis-ovarium terhadap lama fase estrus mencit. Hal ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Rusmiati (2010) bahwa tingginya kadar estrogen dalam darah dapat menghambat hipofisis dalam mensekresikan hormon gonadotropin (FSH) melalui umpan balik negatif. Konsentrasi FSH yang rendah ini tidak cukup untuk merangsang pertumbuhan folikel muda, sehingga tidak terjadi pematangan folikel de Graaf dan ovulasi tidak terjadi.

Hal ini diduga bahwa pemberian ekstrak perlakuan D menunjukkan dosis yang terbaik untuk bisa digunakan sebagai obat antifertilitas karena sudah menunjukkan adanya perubahan lamanya fase estrus sehingga pengaruhnya terhadap lama fase estrus menjadi lebih lama dari kontrol. Dari hasil pengamatan pada fase metestrus berdasarkan Tabel 2 diperoleh rata-rata panjang metestrus pada perlakuan B, C dan D terjadi perpanjangan bila dibandingkan A (kontrol). Setelah dianalisis secara statistik dimana pemberian ekstrak kulit buah manggis berpengaruh terhadap lama panjang fase metestrus. Perlakuan metestrus terpanjang terdapat pada D selama 3,58 hari dan yang terpendek pada C selama 2,5 hari.

Pemberian dosis yang semakin tinggi menyebabkan perpanjangan fase metestrus semakin lama.

Penyebab perpanjangan fase metestrus perlakuan D diduga efek mangostin dapat mempengaruhi produksi FSH dan LH oleh kelenjar hipofisis. Penekanan secara tak langsung terhadap kadar LH dan FSH dan tetap meningkatkan kadar estrogen akan menyebabkan perpanjangan fase tersebut. Hal ini sesuai dengan dikemukakan oleh Palupi (2008), bahwa penekanan secara langsung

terhadap kadar LH dan FSH yang dihasilkan oleh hipotalamus maupun hipofisis yang mengakibatkan terhambatnya produksi hormon estrogen dan progesteron. Hal ini diduga bahwa pemberian ekstrak perlakuan D menunjukkan dosis yang terbaik untuk bisa digunakan sebagai obat antifertilitas karena sudah menunjukkan adanya perubahan lamanya fase metestrus sehingga pengaruhnya terhadap lama fase metestrus menjadi lebih lama.

Lebih lanjut, dari hasil pengamatan pada fase diestrus berdasarkan Tabel 2 dimana diperoleh rata- rata panjang diestrus pada perlakuan B, C dan D, setiap perlakuan mengalami perpanjangan bila dibandingkan A (kontrol). Setelah dianalisis secara statistik dimana pemberian ekstrak kulit buah manggis berpengaruh terhadap lama panjang fase diestrus.

Perlakuan memperpanjang fase diestrus, diestrus terpanjang perlakuan D selama 3,52 hari dan fase yang terpendek selama 3,12 hari. Penyebab perpanjangan pemberian ekstrak pada fase diestrus diduga akan mengganggu proses terbentuknya korpus luteum bergenerasi menjadi korpus albikan dan akan menghilang sebelum terjadi ovulasi berikutnya. Hal ini diduga bahwa pemberian ekstrak perlakuan D menunjukkan dosis yang terbaik untuk bisa digunakan sebagai obat antifertilitas karena sudah menunjukkan adanya perubahan lamanya fase diestrus sehingga pengaruhnya terhadap lama fase diestrus menjadi lebih lama.

Tabel 3. Rata-rata panjang siklus estrus mencit pada pemberian ekstrak kulit buah manggis Perlakuan

(t)

Rata-rata panjang siklus estrus mencit

(hari)

A 6,5a

B 9,33b

C 10,07b

D 11,53b

Keterangan: Angka-angka pada kolom yang sama yang diikuti huruf superskrip yang sama, tidak berbeda nyata pada α 5%

Pemberian ekstrak juga dapat memperpanjang siklus total ini berpengaruh terhadap lama siklus estrus dan pemberian dosis yang semakin tinggi menyebabkan terjadinya perubahan pada siklus reproduksi mencit yaitu diperpanjangnya siklus estrus mencit (Tabel 3). Pada apusan vagina yang dibuat dapat diamati perubahan bentuk sel yang menandakan pergantian fase dalam siklus estrus. Dari hasil pengamatan terhadap apusan vagina dapat terlihat bahwa pada fase proestrus terdapat sel epitel berinti, epitel menanduk, leukosit sedangkan pada fase estrus terdapat banyak sel epitel menanduk. Kemudian pada fase metestrus terdapat sel epitel berinti dan menanduk, leukosit mulai tampak sedangkan pada fase diestrus terdapat sel epitel berinti, menanduk dan banyak leukosit (Rugh, 1968).

(4)

Perpanjangan siklus estrus terjadi mulai siklus estrus pertama sejak pemberian ekstrak kulit buah manggis. Pertambahan panjang siklus estrus setelah pemberian ekstrak kulit buah manggis diperpanjang dari kisaran normal 4-6 hari (Rugh, 1968) sampai 9 hari (± 3 kali panjang siklus normal).

Penyebab perpanjangan siklus estrus ini diduga terjadi karena adanya efek mangostin yang bersifat estrogenik, dapat menyebabkan terjadinya gangguan terhadap panjang-pendek siklus estrus. Hal ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Nalbandov (1990), menyatakan bahwa panjang pendek suatu siklus estrus dikendalikan oleh sistem hormonal reproduksi melalui poros hipotamus-hipofisis- ovarium. Jika terjadi penyimpangan pada lama siklus estrus, hal itu menunjukkan telah terjadi gangguan pada mekanisme pengendalian tersebut.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa:

1. Ekstrak kulit buah manggis dapat memperpanjang siklus estrus mencit ± 3 hari dan perpanjangan pada setiap fase siklus estrus.

2. Ekstrak dapat digunakan sebagai alternatif obat kontrasepsi alami.

DAFTAR PUSTAKA

Nalbandov, A.V, 1990. Fisiologi Reproduksi Pada Mamalia dan Unggas. Jakarta: Universitas Indonesia Press.

Nugroho, A.E. 2009. Manggis (Garcinia mangostana L.) : Dari Kulit Buah Yang Terbuang Hingga Menjadi Kandidat Suatu Obat. Laboratorium Farmakologi dan Taksikologi, Bagian

Farmakologi dan Farmasi Klinik.

Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada.

Palupi, J. 2008. Pengaruh Pemberian Ekstrak Kulit Buah Manggis (Garcinia mangostana L.) Per Oral Terhadap Folikulogenesis Ovarium Mencit (Mus musculus). Jurnal Kesehatan, Vol 6, No 2. diakses 12 Desember 2012 Rugh, R. 1968. The Mouse its Reproduction and

Development. Publishing Company. United State of America: Burgess

Rusmiati. 2010. Pengaruh Ekstrak Metanol Kulit Kayu Durian (Durio zibethinus Murr) Pada Struktur Mikroanatomi Ovarium dan Uterus Mencit (Mus Musculus L ) Betina. Jurnal Sains dan Terapan Kimia, Vol 4. No 1.

http://www.banjarbaru.ac.id. diakses 20 Januari 2013.

Syahrum, H.M. 1994. Reproduksi dan Embriologi:

Dari Satu Sel Menjadi Organisme. Jakarta:

Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Referensi

Dokumen terkait

EFEK ANTIDIARE EKSTRAK ETANOL KULIT BUAH MANGGIS (Garcinia mangostana Linn.) PADA MENCIT Swiss Webster YANG DIINDUKSI Oleum ricini.. Cecilia Evan, 2015; Pembimbing

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh pemberian ekstrak kulit buah manggis terhadap gambaran histologik trakea mencit yang terpapar asap rokok, pengaruh

Daya Antibakteri Ekstrak Kulit Buah Manggis ( Garcinia mangostana L.) terhadap Pertumbuhan Streptococcus viridans ; Idayu Windriyana, 101610101012; 2014; 92

Hasil skrining fitokimia pada ekstrak metanol kulit buah manggis menunjukan hasil positif terhadap senyawa kimia golongan saponin, triterpenoid, tanin dan

Hasil uji skrining fitokimia menunjukkan bahwa ekstrak etanol kulit buah manggis (Garcinia mangostana L.) positif mengandung senyawa golongan flavonoid, saponin,

Sehubungan hal tersebut, dilakukan formulasi granul ekstrak kulit buah manggis, sehingga akhirnya dapat diperoleh suatu sediaan granul ekstrak Kulit buah manggis

Semakin banyak jumlah ekstrak kulit buah manggis yang diinkorporasikan ke dalam fase minyak, maka warna nanoemulsi yang terbentuk semakin pekat dan nilai persen

Tabel 4.1 Definisi operasional perbandingan efek antifertilitas ekstrak kulit buah manggis ( Garcinia mangostana L .) terhadap jumlah oosit dan angka fertilisasi