Diajukan Oleh:
ANDI YUNIARSIH BADULU 4513091054
SKRIPSI
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS BOSOWA MAKASSAR
2018
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Universitas Bosowa Makassar Sebagai Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi (S.Psi)
Oleh:
ANDI YUNIARSIH BADULU 4513091054
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS BOSOWA MAKASSAR
2018
Alhamdulillah puji syukur penulis panjatkan atas segala nikmat dan berkah yang diberikan oleh Allah SWT sehingga penulis
dapat menyelesaikan skripsi ini.
Karya penelitian ini ku persembahkan untuk keluarga besarku terkhusus kedua orang tuaku tercinta yang selalu mengiringi penulis dengan doa dan selalu memberikan
semangat.
Dosen-dosenku terkasih dan teman-teman yang kusayangi.
iv
kesabaran yang kau jalaini, yang akan membuatmu terpana hingga kau lupa pedihnya rasa sakit”
(Ali bin Abi Thalib)
“ Ridho Allah & Ridho Orang Tua adalah kunci, ketika ridho keduanya sudah didapatkan insya Allah segala urusan dimudahkan dan dilancarkan”
(Andi Yuniarsih)
v
limpahan rahmat, berkat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat mnyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh Fear Of Failure Terhadap Perilaku Menyontek Pada Mahasiswa Di Universitas Bosowa”. Penulisan skripsi ini dilakukan untuk memenuhi salah satu syarat menyelesaikan program studi S1 Psikologi pada Fakultas Psikologi Universitas Bosowa.
Dalam penulisan skripsi ini penulis menyadari bahwa bantuan, dorongan, bimbingan, perhatian dan saran-saran dari berbagai pihak sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada :
1. Kedua orang tuaku, Ibunda Nurhaida Faisal M Nur, S.Pd dan Ayahanda Ipda Muhammad Ruslan Badulu yang senantiasa mengiringi penulis dengan doa, banyak memberikan semangat, canda dan tawa dikala penulis lelah mengerjkan skripsi ini, serta dukungan baik moril maupun materil. Ucapan terima kasih ini tentu belum cukup membalas pengorbanan mama & papa selama ini. I love you!
2. Bapak Musawwir, S.Psi., M.Pd selaku Dekan Fakultas Psikologi Universitas Bosowa, terima kasih atas ilmu, kritikan yang membangun, serta waktu yang telah diberikan untuk menjadi panel expert untuk perbaikan skala.
3. Ibu Minarni, S.Psi., M.A. selaku Pembimbing I yang telah memberikan ilmu yang bermanfaat, semangat, saran-saran dan kritik yang membangun, serta selalu menanyakan perkembangan penulisan skripsi dan selalu meluangkan waktu untuk bimbingan disela-sela kesibukan, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.
vi
perkmebangan penulisan skripsi serta waktu yang telah diluangkan kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.
5. Bapak Arie Gunawan HZ, M. Psi., Psikolog selaku Dosen Fakultas Psikologi Universitas Bosowa, terima kasih atas ilmu, motivasi, serta saran-saran yang diberikan selama penyusunan skripsi ini.
6. Bapak Andi Budhy Rakhmat, M. Psi., Psikolog dan Ibu Sulasmi Sudirman, S.Psi., M.A selaku Dosen Expert. Terima kasih atas komentar dan saran yang diberikan kepada penulis untuk perbaikan skala.
7. Seluruh dosen-dosen Fakultas Psikologi yang telah memberikan ilmu yang sangat bermanfaat selama proses perkuliahan.
8. Pak Jupe dan kak Indah terimakasih telah membantu penulis selama pengurusan surat-surat dan administrasi.
9. Untuk Adik-adikku tercinta Muhammad Alfandi, Ibnu Tiansyah, Muhammad Gufran, dan sikecil cantik Zidna Ilma. Terimakasih sudah membantu mendoakan dan selalu memberikan semangat kepada kakakmu ini agar segera menyelesaikan skripsi dan segera pulang berjumpa dengan kalian. I Love you dek!
10. Kepada Keluarga Besarku terkhusus Nenek Haji & Tete Haji, terimakasih selalu mendoakan penulis selama pengerjaan skripsi ini, serta dukungan moral dan moril yang selalu diberikan.
11. Kepada Om Ganteng, Ma No, Ayah Kho, Onco Mul, Tenga Nini, dan Onco Pit. Terimakasih atas doa, dukungan materil yang diberikan selama perkuliahan.
vi
& Om Sahar, terimakasih selalu membantu penulis selama perkuliahan dan selalu memberikan dukungan moral dan moril.
14. Kepada Adekku Ayu & Dian, terimakasih selalu memberikan semangat ketika penulis mulai merasa malas untuk mengerjakan skripsi ini.
15. Kepada Sahabatku Citra Anggraini Djalal & Dian Nuranisyah terimakasih selalu menjadi pendegar yang baik, selalu meluangkan waktu disela-sela kesibukan untuk mendengar keluhan dan selalu menjadi penyemangat dikala penulis mulai jenuh mengerjakan skripsi ini. Love you
16. Kepada Nanda Arina Manasikana yang selalu menemani penulis dari awal perkuliahan hingga penulisan skripsi ini, terimakasih atas dukungan, kritik serta saran untuk tetap bangkit walaupun banyak rintangan yang dihadapi saat penulisan skripsi ini.
17. Rusniyanti La Bungi & Andi Andyna Maharezky Edhy terimakasih selalu setia untuk direpotkan oleh peneliti selama menganalisis data, dan butuh bantuan selama pengerjaan skripsi ini.
18. Ni Luh Gde Widya Santi, Andi Wina Oktaviana, Angelika Anastasia, Megawati Djaha terimakasih selalu memberikan semangat dan bantuan ketika penulis membutuhkan bantuan selama penulisan skripsi ini.
19. Untuk nak Ogan, Tiah, Ila, Saras, Manda, Lia, dan Iin terimakasih selalu memberikan semangat, canda dan tawa disela-sela kesibukan mengerjakan skripsi ini. Kalian TERBAIK!
20. Untuk Letting 13ORFOMOLOGY yang tidak dapat disebutkan satu persatu, terimakasih atas canda tawa, dukungan maupun bantuan yang diberikan selama perkuliahan dan penulisan skripsi ini.
vi
& Samuel Natanial terimakasih sudah mengukir cerita indah selama 1 bulan bersama, dan terimakasih telah menyemangati penulis agar segera menyelasikan skripsi ini.
23. Ko Haris, terimakasih sudah membantu penulis untuk pengambilan data dibeberapa fakultas.
24. Untuk Sabaruddin, Khaerudin Ibrahim, Samuel Natanial, Mariah Ulfah, Suci, Herli, Dirga, Niki, dan Dedi. Terimakasih sudah membantu peneliti untuk membagikan skala.
Makassar, 12 September 2018
Andi Yuniarsih Badulu
vi
ANDI YUNIARSIH BADULU 4513091054
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh fear of failure terhadap perilaku menyontek pada mahasiswa di Universitas Bosowa Makassar.
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan pendekatan kuantitatif. Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 325 orang mahasiswa di Universitas Bosowa. Teknik pengambilan sampel menggunakan simple random sampling. Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala fear of failure dan perilaku menyontek. Analisis data menggunakan regresi sederhana dengan bantuan SPSS 20.0 for windows. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh Thitung > T tabel (4,940 > 1,960) dengan signifikansi sebesar 0,000 (0,000 < 0,05) artinya ada pengaruh fear of failure terhadap perilaku menyontek pada mahasiswa di Universitas Bosowa Makassar. Adapun hasil pengolahan data diperoleh nilai R sebesar 0,265 dan R Square atau besarnya nilai koefisien determinasi sebesar 0,070 yang mengandung pengertian bahwa variabel bebas dalam hal ini fear of failure memiliki pengaruh sebesar 0,070 atau 7% terhadap variabel terikat yaitu perilaku menyontek. Sedangkan sisanya 93% dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak menjadi fokus dalam penelitian ini.
Kata kunci: Fear of Failure, Perilaku Menyontek
vii
HALAMAN PENGESAHAN... ii
PERNYATAAN... iii
PERSEMBAHAN... iv
MOTTO... v
KATA PENGANTAR... vi
ABSTRAK... vii
DAFTAR ISI... viii
DAFTAR TABEL... ix
DAFTAR GAMBAR... x
DAFTAR LAMPIRAN... xi
BAB I PENDAHULUAN ...1
A. Latar belakang ...1
B. Rumusan masalah ...7
C. Tujuan penelitian ...7
D. Manfaat penelitian ...7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA...9
A. Perilaku Menyontek...9
1. Pengertian Perilaku Menyontek...9
2. Bentuk-Bentuk Perilaku Menyontek...10
3. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Menyontek...11
4. Penyebab Perilaku Menyontek...16
D. Kerangka Berpikir ...24
E. Hipotesis...26
BAB III METODE PENELITIAN...27
A. Jenis Penelitian ...27
B. Variabel Penelitian ...27
C. Definisi Operasional...28
D. Populasi, Sampel Dan Teknik Sampling…......29
E. Teknik Pengumpulan Data ...30
F. Uji Instrumen ...33
G. Teknik Analisis Data...37
H. Jadwal Kegiatan...40
I. Persiapan Penelitian...41
J. Pelaksanaan Penelitian...42
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN...43
A. Hasil Penelitian...43
1. Deskriptif Data Penelitian...43
2. Uji Hipotesis...46
B. Pembahasan...47
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN...58
A. Kesimpulan...58
B. Saran...59
DAFTAR PUSTAKA...61
LAMPIRAN-LAMPIRAN...64
RIWAYAT HIDUP...
Tabel 3.2 Blue Print Fear Of Failure...32
Tabel 3.3 Blue-Print Perilaku Menyontek Setelah Uji Coba...34
Tabel 3.4 Blue Print Fear Of Failure Setelah Uji Coba...35
Tabel 3.5 Uji Reliabilitas Perilaku Menyontek...37
Tabel 3.6 Uji Reliabilitas Fear Of failure...37
Tabel 3.7 Uji Normalitas...38
Tabel 3.8 Uji Linearitas...39
Tabel 3.9 Jadwal Kegiatan...40
Tabel 4.1 Norma Kategorisasi Dalam Penelitian...43
Tabel 4.2 Hasil Analisis Deskriptif Data Empirik...43
Tabel 4.3 Distribusi Skor Perilaku Menyontek...44
Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Skor Fear Of failure...45
Tabel 4.5 Uji Hipotesis...46
ix
x
Lampiran 2 Skala Skala Fear of Failure Dan Perilaku Menyontek...66
Lampiran 3 Perhitungan Aiken Dan Uji Keterbacaan Skala...82
Lampiran 4 Tabulasi Data Penelitian...91
Lampiran 5 Deskripsi Skala Fear of Failure Dan Perilaku Menyontek...132
Lampiran 6 Uji Validitas...143
Lampiran 7 Uji Reliabilitas...157
Lampiran 8 Uji Normalitas...159
Lampiran 9 Uji Linearitas...161
Lampiran 10 Uji Hipotesis...163
xi
1 A. Latar Belakang
Pendidikan merupakan suatu usaha terencana untuk meningkatkan sumber daya manusia agar dapat mengembangkan potensi manusia yang memiliki pengendalian diri, kecerdasan, serta keterampilan yang diperlukan individu maupun bangsa dan negara (Teonlioe, 2016). Upaya tersebut dimulai dengan meningkatkan kualitas dan kuantitas sistem pendidikan.
Dalam penyelenggaraan pendidikan diperguruan tinggi sendiri tidak terlepas dari proses interaksi antara dosen dengan mahasiswa. Menurut Arnet (dalam Santrock, 2011) Mahasiswa merupakan individu yang berada pada tahap perkembangan dewasa awal (emerging adulthood).
Pada tahapan perkembangan masa dewasa awal ini, ditandai dengan tanggung jawab yang besar untuk melaksanakan berbagai macam tuntutan akademik bagi seorang mahasiswa yaitu perubahan gaya belajar, tugas- tugas perkuliahan, target pencapaian nilai-nilaiujian, bertambahnya tekanan untuk mencapai prestasi, dan problem-problem akademik lainnya (Santrock, 2003). Dalam proses pembelajaran diperguruan tinggi, sebagai seorang mahasiswa dituntut untuk melakukan hak dan kewajiban. Hak sebagai mahasiswa adalah memperoleh layanan proses belajar mengajar yang berkaitan dengan program studi yang telah dipilihnya serta hasil belajarnya.
Sedangkan kewajiban dari mahasiswa adalah menghadiri perkuliahan,
mengerjakan tugas yang diberikan dosen, dan mengikuti ujian (KBBI).
Warsiti (2013) memaparkan bahwa ujian atau evaluasi dilakukan untuk mengukur pencapaian kompetensi mahasiswa sebagai pengakuan prestasi belajar dan penyelesaian dari suatu pendidikan. Pelaksanaan ujian/evaluasi sangat dibutuhkan agar tercapainya tujuan pembelajaran. Selain itu agar mahasiswa mengetahui sejauhmana kemampuan mereka dalam memahami materi perkuliahan. Namun pada kenyataannya sistem pendidikan di indonesia yang menggunakan tes/ujian mengakibatkan masyarakat memandang prestasi belajar hanya pada pencapaian nilai yang didapat tanpa melihat proses mahasiswa mendapatkan nilai. Hal inilah yang menyebabkan mahasiswa lebih berorientasi pada nilai untuk menghindari kegagalan, bukan pada penguasaan materi yang dipelajari (Santrock, 2014).
Nurmayasari & Murusdi (2015) pada hasil penelitiannya menunjukkan bahwa kegagalan dalam ujian atau nilai yang tidak memenuhi standar dianggap sebagai respon yang tidak menyenangkan bagi siswa maupun mahasiswa. Berbagai macam respon yang dilakukan mahasiswa untuk memperoleh nilai yang baik agar menghindari kegagalan. Respon positif ditunjukan dengan cara belajar sebelum ujian, akan tetapi respon negatif dapat pula muncul dalam bentuk instan/curang yang dilakukan mahasiswa yaitu dengan cara menyontek.
Menurut Dellington (dalam Hartanto, 2012) Menyontek (cheating) adalah
upaya yang dilakukan seseorang untuk mendapatkan keberhasilan saat
ujian dengan cara-cara yang tidak jujur atau curang. Penelitian yang
dilakukan oleh (Kurniawan, 2011) terhadap mahasiswa psikologi Unnes
angakatan 2007 hingga 2010 ditemukan bahwa perilaku kecurangan
akademik yang paling banyak dilakukan dengan menggunakan materi yang dilarang digunakan saat dilakukan ujian, plagiasi dan pemalsuan data pada penyusunan laporan atau tugas kuliah.
Perilaku menyontek sering dikaitkan dengan kecurangan karena merugikan tidak hanya bagi diri sendiri tetapi orang lain. Lawson (dalam Kushartanti, 2009) memaparkan bahwa individu yang melakukan tindakan kecurangan akademik dalam bentuk menyontek cenderung akan berbohong di tempat kerja. Selain itu perilaku menyontek dipandang sebagai perilaku membohongi diri sendiri karena menyontek tidak dapat mengukur seberapa jauh kemampuan yang dimiliki, dan ketergantungan terhadap orang lain (Yuliyanto, 2015).
Purnamasari (2013) dalam hasil penelitiannya menjelaskan bahwa akibat dari perilaku kecurangan akademik akan mengakibatkan terbentuknya perilaku atau watak yang tidak percaya diri, tidak disiplin, tidak bertanggung jawab, dan tidak kreatif. Ada pun dampak negatif dari perilaku menyontek di perguruan tinggi yakni dapat merusak indikator penggunaan data penilaian akademik dan perencanaan pembelajaran terkait dengan umpan balik kepada dosen (Nora & Zhang, 2010).
Perilaku menyontek dapat ditemukan di berbagai belahan dunia tidak
hanya di indonesia, tetapi juga di negara Asia, Amerika, Australia, dan
Eropa. Menyontek memang sudah menjadi musuh bersama dari berbagai
negara dan memerlukan penanganan yang serius. Negara-negara maju di
Amerika Serikat dan Eropa bahkan telah membentuk komite Kode Etik untuk
menangani masalah ini secara khusus (Hartanto, 2012).
Berita tentang perilaku menyontek sendiri biasanya sering muncul pada saat pelaksanaan ujian berlangsung, bahkan universitas terkemuka dunia di Amerika Serikat (AS) ditemukan sekitar 60 mahasiswa, ketahuan menyontek saat ujian akhir. Mahasiswa-mahasiswa ini pun dikenai sanksi skorsing (news.detik.com, 2013). Di indonesia sendiri salah satu Universitas terkemuka mempublikasikan kasus kecurangan akademik mulai dari kasus menyontek, dan plagiarisme. Pada tahun 2005, terdapat 3 kasus yang melibatkan 10 mahasiswa.Pada tahun 2006 terdapat 2 kasus dengan 2 mahasiswa, dan pada tahun 2008 terdapat satu kasus (news.okezone.com, 2009).
Hasil survei Litbang Media Group yang dilakukan pada tangal 19 April 2007 di enam kota besar di Indonesia yaitu Makassar, Surabaya, Yogyakarta, Bandung, Jakarta, dan Medan terhadap 480 responden dewasa menunjukan bahwa mayoritas anak didik, baik di bangku sekolah maupun perguruan tinggi hampir 70% melakukan kecurangan akademik dalam bentuk menyontek (Suparno, 2011).
Fenomena menunjukkan bahwa permasalahan menyontek yang terjadi di
dunia pendidikan di tingkat sekolah dasar maupun ke tingkat sekolah
menegah atas cenderung semakin meningkat hingga individu sampai pada
tingkat perguruan tinggi. McCabe & Trevino (dalam Anderman & Murdock,
2007) menyatakan bahwa tingkat kecurangan di kalangan mahasiswa
sangat tinggi yakni mencapai 95%. Mahasiswa menyatakan bahwa
menyontek disebabkan karena mahasiswa memiliki banyak tekanan dalam
menjalani pendidikan terutama tekanan untuk mendapatkan nilai tinggi dan
prestasi yang baik.
Berdasarkan hasil wawancara awal pada sejumlah mahasiswa yang ada di Universitas Bosowa Makassar, ditemukan bahwa mereka mengakui sering menyontek. Adapun bentuk perilaku menyontek yang mereka lakukan dengan membawa alat bantu kedalam ruang ujian seperti membawa hp, dan catatan kecil. Hal tersebut mereka lakukan karena berbagai alasan yaitu banyaknya tuntutan akademik saat perkuliahan seperti tugas-tugas yang diberikan dosen, tidak siap menghadapi ujian mendadak, ingin mendapatkan nilai yang bagus, takut jika nilai jelek, takut mengecewakan harapan orang tua saat mendapatkan nilai yang tidak memuaskan, dan ragu-ragu dalam menjawab soal karena takut salah.
Mahasiswa mengakui bahwa walaupun sudah belajar, mereka merasa khawatir dan ketakutan atas penilaian dosen, hal itu di sebabkan karena pernah mendapatkan nilai yang tidak memuaskan pada ujian sebelumnya, sehingga menghindari konsekuensi negatif yaitu rasa malu pada temannya dengan melakukan perilaku menyontek.
Dari hasil wawancara diatas dapat diindikasikan bahwa mahasiswa merasa takut akan kegagalan. Conroy (2003) Menyatakan bahwa ketakutan akan kegagalan atau fear of failure adalah suatu reaksi emosional mencakup adanya dorongan untuk menghindari kegagalan terutama konsekuensi negatif kegagalan berupa rasa malu, dan antisipasi terhadap penghinaan.
Birney (dalam Conroy, 2003) menyatakan bahwa ketakutan akan kegagalan
bisa muncul dari konsekuensi yang mengancam diri karena kegagalan atau
ketidakberhasilan dalam mencapai standar prestasi. Sehingga penghindaran
tersebut dilakukan untuk mengurangi kecemasannya dalam menghadapi
evaluasi/ ujian.
Hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan (Sah, 2014) menunjukkan bahwa hubungan signifikan yang positif antara ketakutan akan kegagalan dan perilaku menyontek. Hal tersebut menunjukkan bahwa individu yang tidak memiliki ketakutan akan kegagalan, cenderung rendah keterlibatannya dalam perilaku menyontek. Perilaku menyontek dilakukan sebagai upaya untuk menghilangkan ketegangan dan kegelesihan akibat adanya tuntutan untuk mendapatkan prestasi yang baik (Winkel, 2009).
Hasil penelitian (Mujahidah, 2009) ditemukan bahwa ketakutan akan kegagalan yang dialami mahasiswa menyebabkan mahasiswa takut jika nanti akan gagal dalam ujian, sehingga membuat mahasiswa melakukan cara-cara tidak jujur dalam ujian yaitu dengan cara menyontek. Penelitian tersebut mendukung penjelasan Anderman & Murdock (2007) yang menjelaskan bahwa penyebab perilaku menyontek dikarenakan adanya ketakutan akan kegagalan dalam diri siswa maupun mahasiswa.
Berdasarkan hal tersebut, maka individu akan melakukan perilaku menyontek apabila ia merasa kegagalan dalam ujian atau nilai yang tidak memenuhi standar dianggap sebagai respon yang tidak menyenangkan sehingga menghindari konsekuensi negatif yang didapatinya saat evaluasi/tes yang dianggap kemungkinan individu untuk gagal.
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan diatas. Hal ini
membuat peneliti tertarik melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Fear
of Failure Terhadap Perilaku Menyontek Pada Mahasiswa di Universitas
Bosowa Makassar”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah yang akan diteliti adalah adakah pengaruh fear of failure terhadap perilaku menyontek pada mahasiswa di Universitas Bosowa Makassar?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh fear of failure terhadap perilaku menyontek pada mahasiswa di Universitas Bosowa Makassar.
D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis
a. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangsi bagi kajian bidang ilmu psikologi pendidikan dan psikologi perkembangan mengenai pengaruh fear of failure dengan perilaku menyontek.
b. Penelitian ini dapat memberikan informasi dan menjadi bahan referensi bagi peneliti selanjutnya terkait dengan fair of failure dengan perilaku menyontek.
2. Manfaat Praktis a. Bagi Mahasiswa
Penelitian ini dapat memberikan masukan sebagai bahan intropeksi
diri bagi mahasiswa agar membuat strategi belajar saat mengalami
kegagalan, sehingga mahasiswa mampu mengerjakan tugas/evaluasi
yang sulit dalam situasi apapun tanpa melakukan perilaku menyontek.
b. Bagi Fakultas
Penelitian ini dapat memberikan masukan yang bermanfaat bagi pihak fakultas terutama dosen, agar dapat memantau tingkah laku mahasiswa dalam proses pembelajaran (khususnya pada saat proses evaluasi) dan menciptakan kondisi pembelajaran yang kondusif sehingga mencegah perilaku menyontek.
c. Bagi Universitas
Penelitian ini dapat memberikan informasi yang bermanfaat bagi
lembaga pendidikan terutama universitas sehingga dapat mengambil
kebijakan dan mencari solusi agar perilaku menyontek dapat diatasi.
9 A. PERILAKU MENYONTEK
1. Pengertian Perilaku Menyontek
Perilaku menyontek merupakan perbuatan atau cara-cara yang yang tidak jujur, curang, dan mengahalalkan segala cara yang dilakukan individu untuk mendapatkan nilai yang terbaik dalam menyelesaikan tugas-tugas akademik seperti ujian dan menyelesaikan tugas-tugas.
Pengetian menyontek menurut “Webster’s News World Dicnatory”
secara sederhana dapat dimaknai sebagai penipuan atau melakukan perbuatan tidak jujur (Hartanto, 2012).
Anderman & Murdock (2007) menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan menyontek (cheating) adalah melakukan ketidakjujuran atau tidak fair dalam rangka memenangkan atau meraih keuntungan dalam ujian. Sementara menurut Cizek (dalam Anderman & Murdock, 2007) memberikan defenisi yang lebih terperinci yaitu menyontek digolongkan ke dalam tiga kategori: (1) memberikan, mengambil, atau menerima informasi. (2) menggunakan materi yang dilarang atau membuat catatan atau ngepek, dan (3) memanfaatkan kelemahan seseorang, prosedur, atau proses untuk mendapatkan keuntungan dalamtugas akademik.
Athanasou & Olasehinde (dalam Anderman & Murdock, 2007)
menjelaskan bahwa menyontek adalah kegiatan menggunakan bahan
atau materi yang tidak diperkenankan atau menggunakan
pendampingan dalam tugas-tugas akademik atau kegiatan yang dapat mempengaruhi proses penilaian.
Dari urian diatas dapat disimpulkan bahwa perilaku menyontek merupakan suatu kegiatan tidak jujur atau curang yang dilakukan individu dalam suatu evaluasi atau ujian maupun mengerjakan tugas- tugas untuk menghindari kegagalan dengan menggunakan catatan kecil maupun menanyakan jawaban kepada orang lain.
2. Bentuk-bentuk Perilaku Menyontek
Anderman & Murdock(2007) mengelompokkan empat bentuk perilaku menyontek, yaitu :
a. Individual-oportunistic
Bentuk perilaku menyontek dimana mahasiswa mengganti suatu jawaban ketika ujian atau tes sedang berlangsung dengan menggunakan catatan ketika pengawas atau dosen keluar dari kelas.
b. Independent planned
Bentuk perilaku menyontek yang mana mahasiswa menggunakan catatan ketika tes atau ujian berlangsung, atau membawa jawaban yang telah lengkap atau dipersiapkan dengan menulisnya terlebih dahulu sebelum berlangsung ujian.
c. Social active
Bentuk perilaku menyontek yang mana mahasiswa menyalin, melihat
atau meminta jawaban dari orang lain.
d. Social pasive
Bentuk perilaku menyontek yang mana mahasiswa mengizinkan seseorang melihat atau menyalin jawabannya.
3. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Menyontek
Ajzen (1991) mengkategorikan empat faktor yang mempengaruhi perilaku menyontek yaitu :
a. Faktor Situasional
Ajzen (1991) memaparkan beberapa faktor situasional yang mempengaruhi perilaku menyontek :
1. Tekanan mendapatkan nilai tinggi
Mengejar nilai tinggi merupakan faktor pendorong bagi mahasiswa untuk menyontek. Tekanan tersebut bisa bersumber dari para pendidik yang lebih menekankan nilai dan peringkat akademik dari pada pemahaman materi, tugas yang menumpuk sehingga tidak cukup waktu untuk mengerjakannya.
2. Kontrol atau pengawan selama ujian
Ketika suasana pengawasan ketat, maka kecenderungan menyontek kecil. Sebaliknya jika suasana pengawasan longgar, maka kecenderungan menyontek menjadi lebih besar.
Pengawasan yang ketat akan terhambat jika jumlah mahasiswa
dalam kelas saat ujian berlangsung terlalu padat. Padatnya
jumlah mahasiswa dalam satu akan memudahkan mahasiswa
untuk menyontek.
3. Kurikulum
Menyontek dipandang sebagai suatu bentuk strategi untuk menghadapi tuntutan kurikulum akademik. Ketika mahasiswa mengalami kesulitan dalam memahami dan menyerap materi pelajaran dan beban materi pelajaran yang harus dipelajari telalu berat karena tuntutan kurikulum. Sehingga menimbulkan perasaan pesimis dan terpaksa mencari jalan keluar dengan cara menyontek.
4. Pengaruh teman sebaya
Jika dalam kelas terdapat beberapa anak yang menyontek akan mempengaruhi anak yang lain untuk menyontek. Pada awalnya indivdi tidak ingin menyontek, namum karena melihat temannya menyontek sehingga terpengaruh untuk ikut menyontek.
5. Ketidaksiapan mengikuti ujian
Salah satu alasan yang membuat mahasiswa tidak siap menghadapi ujian adalah kemalasan untuk belajar secara teratur dan mempersiapkan ujian adalah kemalasan untuk belajar. Selain itu kebiasan belajar ketika mau ujian menyebabkan mahasiswa tidak mampu menguasai seluruh materi yang akan diujikan secara optimal sehingga lebih mengandalkan menyontek.
6. Iklim akademis di institusi pendidikan
Iklim perguruan tinggi telah mengikis penyataan “siapa
yang menyontek akan mendapat hukuman”. Kurangnya
perhatian institusi pendidikan terhadap praktik menyontek dalam hal ini pemberian hukuman mengakibatkan praktik menyontek semakin marak terjadi.
b. Faktor Personal
Ajzen (1991) memaparkan beberapa faktor personal yang mempengaruhi perilaku menyontek yaitu:
1. Ketakutan akan kegagalan
Salah satu sumber utama ketakutan terhadap kegagalan adalah pengalaman kegagalan pada tes sebelumnya. Hal inilah yang membuat mahasiswa melakukan tindakan menyontek pada tes berikutnya untuk mendapatkan keberhasilan.
2. Konsep diri
Mahasiswa yang menyontek memiliki konsep diri yang minim terhadap kemampuan diri sendiri. Oleh karena itu mereka akan berusaha mencari penguat dari pihak lain seperti teman-temannya dengan cara bertanya, atau membawa buku catatan yang telah dipersiapkan sebelumnya.
3. Self Esteem dan need for appraval
Mahasiswa yang memiliki self esteem tinggi dan need for appraval yang rendah kecil kemungkinan untuk menyontek.
Namum bagi mahasiswa yang memiliki self esteem dan need
for appraval yang sama-sama tinggi kemungkinan akan
menyontek seperti hanya siswa yang memiliki self esteem yang
rendah.
4. Kompetisi dalam memperoleh nilai dan peringkat akademis Persaingan dalam memperoleh nilai tinggi dan peringkat yang tinggi memicu terjadinya menyontek. Nilai yang tinggi akan berpengaruh pada peringkat akademik di kelas sehingga meningkatkan citra diri siswa
5. Efikasi diri
Mahasiswa dengan tingkat efikasi diri tinggi lebih percaya diri pada kemampuannya dan cenderung tidak menyontek, sebaliknya jika efikasi diri rendah akan berpengaruh pada motivasi untuk belajar dan mengerjakan tugas, sehingga membuat seseorang menyontek.
c. Faktor Demografi
Ajzen (1991) memaparkan beberapa faktor demografi yang mempengaruhi perilaku menyontek:
a. Jenis kelamin
Beberapa peneltian sebelumnya tentang hubungan gender dengan menyontek cenderung tidak konsisten. Perempuan cenderung lebih sedikit menyontek dibandingkan dengan laki- laki. Akan tetapi beberapa penelitian menemukan bahwa tidak ada perbedaan antara laki-laki dan perempuan. Mereka hampir sama cenderung untuk terlibat dalam perilaku menyontek.
b. Usia
Faktor usia cukup berperan dalam kemungkinan
seseorang menyontek. Beberapa hasil penelitian menunjukkan
bahwa mahasiswa dengan usia yang lebih muda lebih sering
menyontek dari pada siswa yang lebih tua. Namun beberapa penelitian melaporkan perbadingan antara usia dan kecurangan di tingkat sekolah maupun perguruan tinggi sebagian besar konstan.
c. IPK
Perilaku menyontek seringkali dikatkan dengan nilai atau IPK. Mahasiswa dengan dengan IPK lebih rendah kemungkinan besar menyontek dari pada yang memiliki nilai tinggi. Meski demikian beberapa penelitian diketahui bahwa nilai atau peringkat sering berkorelasi negativ dengan perilaku menyontek mahasiswa.
d. Moralitas
Moralitas dipahami sebagai kemampuan individu untuk meilai suatu tindakan dari sudut pandang kebaikan, keburukan, kebenaran, kesalahan, serta memutuskan apa yang seharusnya akan dilakukan berdasarkan penilaian yang dilakukan.
e. Riwayat pendidikan sebelumnya
Beberapa penelitian sebelumnya menemukan bahwa perilaku menyontek ketika di sekolah akan berpengaruh saat kuliah.
f. Fakultas/jusrusan
Beberapa peneltian sebelumnya membuktikan bahwa
mahasiswa di fakultas teknik, matematika, matematika,
kedokteran, ekonomi lebih sering menyontek daripada mahasiswa di fakultas ilmu-ilmu sosial dan humaniora.
d. Perkembangan Teknologi
Perekmbangan teknologi membuat perilaku menyontek semakin berkembang dan semakin mudah. Internet salah satunya yang membuat perilaku menyontek semakin berkembang. Ketika mahasiswa mendapat tugas dari dosen untuk membuat makalah, maka mahasiswa akan mengcopy paste berbagai tulisan yang ada di internet dengan sedikit editing menggantikan nama penulis aslinya dengan namanya sendiri. Bahkan tulisan yang dicopy paste tidak dipahami isinya, dan tugas tersebut langsung diserahkan kepada dosen.
4. Penyebab Perilaku Menyontek
Hartanto (2012) menyatakan penyebab mahasiswa menyontek sangat beragam antara lain :
a. Kurangnya pemahaman tentang apa yang dimaksud dengan plagiarism.
b. Keinginan untuk memperoleh hasil yang lebih baik dengan cara efisien.
c. Masalah time menagement atau pengaturan waktu.
d. Permasalahan nilai yang dianut (personal values).
e. Menentang atau kurang menghormati aturan yang sudah ada.
f. Perilaku yang negatif pengajar dan kelas
g. Adanya godaan untuk meraih keuntungan
h. Kurangnya pencegahan i. Krisis individu
j. Tekanan dari teman sebaya.
k. Pandangan bahwa menyontek tidak memberi dampak pada orang lain atau merugikan orang lain.
l. Menyontek terjadi karena erosi perilaku.
m. Menyontek karena pembiaran oleh guru.
n. Menyontek karena tuntutan orang tua akan rangking.
o. Menyontek merupakan pertarungan dalam diri.
p. Menyontek karena masalah prokrastinasi.
q. Menyontek dan tingkat kecerdasan.
r. Menyontek dan status ekonomi sosial (SES).
s. Menyontek dan jenis kelamin.
B. FEAR OF FAILURE
1. Pengertian Fear of Failure
Conroy, Kaye & Fifer (2007) memparkan bahwa Fear of failure atau ketakutan akan kegagalan adalah kecenderungan untuk menilai ancaman dan merasa cemas selama situasi yang melibatkan kemungkinan individu untuk gagal. Kegagalan yang mungkin terjadi akan mengancam individu yang telah belajar mengasosiasikannya dengan sikap tidak suka pada konsekuensi negatif yang didapatkan.
Conroy (2003) memaparkan bahwa Fear of failure atau ketakutan
akan kegagalan adalah suatu reaksi emosional mencakup dorongan
untuk menghindari kegagalan terutama konsekuensi negatif kegagalan
berupa rasa malu, dan antisipasi terhadap penghinaan. Ketakutan akan kegagalan juga bisa muncul dar konsekuensi negatif yang mengancam diri karena kegagalan atau ketidakberhasilan. Sedangkan menurut Birney (dalam Conroy, 2003) mendefenisikan ketakutan akan kegagalan yaitu sebagai ketakutan dalam menghadapi kemungkinan untuk gagal dalam mencapai standar prestasi atau tidak memenuhi standar evaluasi untuk sukes.
Athkinson (1993) memaparkan bahwa fear of failure merupakan motif untuk menghindari kegagalan yang merupakan konsekuensi negatif dari rasa malu dan antisipasi terhadap penghinaan. Individu dengan dengan kecenderungan ini akan membentuk tingkah laku penghindaran untuk mengurangi ketakutannya dalam menghadapi evaluasi/ ujian. Selain itu menurut McClelland (1987) menjelaskan bahwa fear of failure adalah kecemasan yang dialami individu mengenai pandangan orang lain di sekitarnya mengenai performansi indvidu dan seberapa baik indvidu mampu melakukan performansinya.
Berdasarkan uraian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa fear of
failure atau ketakutan akan kegagalan adalah suatu reaksi emosional
berupa ketakutan dan kecemasan individu ketika menghadapi
kemungkinan untuk gagal dan konsekuensi negatif kegagalan berupa
rasa malu dalam mencapai standar prestasi untuk mengurangi
kecemasannya dalam menghadapi evaluasi/ ujian.
2. Aspek-Aspek Fear of Failure
Conroy (2007) memaparkan empat aspek fear of failure yaitu:
a. Ketakutan akan rasa malu yang dialami individu
Aspek ini berkiatan dengan ketakutan akan mempermalukan diri sendiri, terutama saat orang lain mengetahui kegagalannya. Seperti individu mencemaskan apa yang orang lain pikirkan mengenai dirinya serta rasa malu yang akan didapatkan ketika gagal dalam ujian misalnya, tidak mencapai target penilaian.
b. Ketakutan akan penurunan estimasi diri (self estimate) Individu
Aspek ini berkaitan dengan ketakutan akan perasaan merasa kurang dari dalam diri inividu. Seperti merasa tidak cukup pintar dan tidak berbakat sehingga tidak dapat mengontrol performansi dirinya.
c. Ketakutan akan kehilangan pengaruh sosial
Aspek ini berkaitan dengan penilaian orang terhadap diri individu takut apabila mengalami kegagalan, maka orang lain yang penting bagi dirinya tidak akan memperdulikannya, tidak mau menolong dan nilai dirinya akan menurun dimata orang lain.
d. Ketakutan akan masa depan yang tidak pasti
Aspek ini berkaitan dengan ketakutan individu ketika kegagalan
yang dialami akan berakibat ketidakpastian dan berubahnya masa
depan individu. Kegagalan yang dialami ini akan merubah rencana
yang telah dipersiapkan untuk masa depan individu, baik dalam skala
kecil maupun skala besar.
e. Ketakutan mengecewakan orang yang penting
Aspek ini berkaitan dengan ketakutan mengecewakan, dikritik, dan kehilangan kepercayaan dari orang lain yang dirasa penting baginya seperti orang tua, kerabat dan teman. Hal inilah yang akan berdampak pada performansi individu.
3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Fear of Failure
Conroy (2003) memaparkan bahwa fear of failure dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu:
a. Pengalaman awal dimasa kanak-kanak
Pengalaman di awal masa kanak-kanak dipengaruhi oleh pola pengasuhan orang tua. Orang tua yang selalu mengkritik dan membatasi kegiatan anaknya akan menimbulkan perasaan takut gagal. Selain itu rasa gagal juga ditimbulkan oleh orang tua yang selalu melindungi anaknya sehingga anak tidak bisa mencapai suatu prestasi tanpa bantuan penuh dari orang tua karena anak merasa takut jika nanti melakukan keselahan.
b. Karakteristik lingkungan
Lingkungan dalam hal ni meliputi lingkungan keluarga dan
sekolah. Karakteristik keluarga yang penuh tuntutan untuk
berprestasi merupakan penyebab individu merasakan ketakutan akan
kegagalan. Lingkungan sekolah yang selalu menekan dengan
kompetis untuk mendapatkan nilai dan juara dalam bidang akademik
dan non akademik.
c. Pengalaman belajar
Pengalaman kesuksesan dan kegagalan dalam belajar akan mempengaruhi perasaan ketakutan akan kegaalan pada individu.
Kesuksesan yang dicapai dan reward yang didapatkan, mengakibatkan individu merasa harus terus mencapai kesuksesan sehingga individu akan mengalami perasaan ketakutan akan kegagalan. Fair of failure bisa disebabkan oleh kegagalan dan dampaknya membuat individu merasa tidak mau mengalaminya.
d. Faktor subjektif dan kontekstual
Faktor subjektif dan kontekstual ini berkaitan dengan struktur lingkungan dimana individu melakukan performansinya dan persepsi individu terhadap lingkungannya. Dua hal inilah yang akan memberikan pengaruh terhadap penetapan tujuan dan sasaran pencapaian prestasi. Lingkungan yang dipersepsikan individu tidak mentolerir kegagalan akan mengakibatkan individu mengalami perasaan ketakutan akan kegagalan sehingga pencapaian tujuan hanya sampai pada target prestasi yaitu taraf tidak gagal bukan kesuksesan.
C. Pengaruh Fear Of Failure Terhadap Perilaku Menyontek Mahasiswa di Universitas Bosowa
Dalam peneltian ini, peneliti ingin melihat pengaruh fair of failure terhadap
perilaku menyontek mahasiswa di Universitas Bosowa Makassar. Menurut
Dellington (dalam Hartanto, 2012) Menyontek adalah upaya yang dilakukan
seseorang untuk mendapatkan keberhasilan dengan cara-cara yang tidak jujur. McCabe & Trevino (dalam Anderman & Murdock, 2007) menjelaskan bahwa mahasiswa menyontek sudah menjadi suatu yang wajar karena mahasiswa memiliki banyak tekanan dalam menjalani pendidikan terutama tekanan untuk mendapatkan nilai tinggi dan prestasi yang baik. Hal inilah yang menyebabkan mahasiswa lebih berorientasi pada nilai bukan pada penguasaan materi yang dipelajari (Santrock, 2014).
Conroy (2003) memaparkan bahwa ketakutan akan kegagalan adalah dorongan untuk menghindari kegagalan terutama konsekuensi negatif kegegalan berupa rasa malu, menurunnya konsep diri individu, dan hilangnya pengaruh sosial. Ketakutan akan kegagalan juga bisa muncul dar konsekuensi negatif yang mengancam diri karena kegagalan atau ketidakberhasilan. Sedangkan menurut Birney (dalam Conroy, 2003) mendefenisikan ketakutan akan kegagalan yaitu sebagai ketakutan dalam menghadapi kemungkinan untuk gagal dalam mencapai standar prestasi atau tidak memenuhi standar evaluasi untuk sukes.
Hasil penelitian yang dilakukan (Sah, 2014) menunjukkan hubungan signifikan yang positif antara ketakutan akan kegagalan dan perilaku menyontek. Hal tersebut menunjukkan bahwa individu yang tidak ketakutan akan kegagalan, cenderung rendah keterlibatannya dalam perilaku menyontek. Sedangkan individu yang ketakutan akan kegagalan cendrung tinggi keterlibatannya dalam perilaku menyontek.
Hasil peneltian selanjutnya yang dilakukan (Irwan, 2017) menunjukkan
bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara ketakutan akan kegagalan
dan perilaku menyontek pada mahasiswa, semakin tinggi ketakutan akan
kegagalan maka semakin tinggi perilaku menyontek. Sebaliknya semakin rendah ketakutan akan kegagalan maka semakin rendah pula perilaku menyontek.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Pudjiastuti (2015) pada mahasiswa fakultas psikologi univesitas X menunjukkan bahwa terdapat hubungan negatif yang signifikan antara self efficacy dengan perilaku menyontek pada mahasiswa. Hal ini menunjukkan bahwa mahasiswa yang memiliki tingktself efficacy rendah cenderung melakukan perilaku menyontek yang tinggi.
Rendahnya keyakinan diri mahasiswa dikarenakan sebagian besar mahasiswa memiliki besaran usaha yang rendah, artinya mahasiswa kurang berusaha untuk mencegah kegagalan dengan meningkatkan pengetahuan.
Untuk meningkatkan self efficacy mahasiswa harus mampu mempertinggi usaha saat menghadapi kesulitan atau kegagalan, sehingga perilaku menyontek dapat diminimalkan.
Hasil penelitian yang dilakukan Hidayat & Rozali (2015) pada mahasiswa universitas esa unggul menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang negatif dan signifikan antara self efficacy dengan perilaku mencontek. Semakin tinggi self efficacy yang dimiliki mahasiswa saat ujian maka semakin tinggi perilaku mencontek.
Hasil penelitian selanjutnya yang dilakukan oleh Shara (2016) pada mahasiswa fakultas psikologi universitas X, menunjukkan bahwa ada hubungan antara self efficacy dengan perilaku menyontek pada mahasiswa fakultas X universitas X, dimana hubungan tersebut bersifat negatif.
Hubungan yang negatif tersebut menandakan bahwa seseorang yang
memiliki self efficacy yang tinggi maka memiliki perilaku menyontek yang
rendah, dan sebaliknya seseorang yang memiliki perilaku menyontek tinggi maka akan memiliki self efficacy yang rendah. Berdasarkan data mean empirik yang diperolh yaitu self efficacy 86,69 dan perilaku menyontek 80,91 dapat diketahui bahwa responden dalam penelitian memiliki self efficacy yang tergolong kedalam kategori tinggi, sedangkan perilaku menyontek tergolong kedalam kategori sedang.
D. KERANGKA BEPIKIR
Proses pembelajaran diperguruan tinggi, sebagai seorang mahasiswa dituntut untuk melakukan hak dan kewajiban. Hak sebagai mahasiswa adalah memperoleh layanan proses belajar mengajar yang berkaitan dengan program studi yang telah dipilihnya serta hasil belajarnya. Sedangkan kewajiban dari mahasiswa adalah menghadiri perkuliahan, mengerjakan tugas yang diberikan dosen, dan mengikuti ujian (KBBI).
Warsiti (2013) memaparkan bahwa ujian atau evaluasi dilakukan untuk
mengukur pencapaian kompetensi mahasiswa sebagai pengakuan prestasi
belajar dan penyelesaian dari suatu pendidikan. Selain itu agar mahasiswa
mengetahui sejauhmana kemampuan mereka dalam memahami materi
perkuliahan. Namun pada kenyataannya sistem pendidikan di indonesia
yang menggunakan tes/ujian mengakibatkan masyarakat memandang
prestasi belajar hanya pada pencapaian nilai yang didapat tanpa melihat
proses mahasiswa mendapatkan nilai. Hal inilah yang menyebabkan
mahasiswa lebih berorientasi pada nilai untuk menghindari kegagalan, bukan
pada penguasaan materi yang dipelajari (Santrock, 2014). Berbagai macam
cara dilakukan mahasiswa saat menghadapi ujian, salah satunya dengan
cara belajar sebelum ujian. Namun pada kenyataannya adapula yang dilakukan mahasiswa untuk mendapatkan nilai tinggi dengan cara curang yaitu menyontek.
Menyontek adalah upaya yang dilakukan seseorang untuk mendapatkan keberhasilan saat ujian dengan cara-cara yang tidak jujur. McCabe &
Trevino (dalam Anderman & Murdock, 2007) ) menyatakan bahwa tingkat kecurangan di kalangan mahasiswa sangat tinggi yakni mencapai 95%.
Mahasiswa menyatakan bahwa menyontek disebabkan karena mahasiswa memiliki banyak tekanan dalam menjalani pendidikan terutama tekanan untuk mendapatkan nilai tinggi dan prestasi yang baik.
Berdasarkan hasil wawancara awal pada sejumlah mahasiswa yang ada di Universitas Bosowa Makassar, ditemukan bahwa mereka mengakui sering menyontek. Adapun bentuk perilaku menyontek yang mereka lakukan dengan membawa alat bantu kedalam ruang ujian seperti membawa hp, dan catatan kecil. Hal tersebut mereka lakukan karena berbagai alasan yaitu banyaknya tuntutan akademik saat perkuliahan seperti tugas-tugas yang diberikan dosen, tidak siap menghadapi ujian mendadak, ingin mendapatkan nilai yang bagus, takut jika nilai jelek, takut mengecewakan harapan orang tua saat mendapatkan nilai yang tidak memuaskan, dan ragu-ragu dalam menjawab soal karena takut salah.
Mahasiswa mengakui bahwa walaupun sudah belajar, mereka merasa
khawatir dan ketakutan atas penilaian dosen, hal itu di sebabkan karena
pernah mendapatkan nilai yang tidak memuaskan pada ujian sebelumnya,
sehingga menghindari konsekuensi negatif yaitu rasa malu pada temannya
dengan melakukan perilaku menyontek.
Dari hasil wawancara diatas dapat diindikasikan bahwa mahasiswa merasa takut akan kegagalan. Conroy (2003) Menyatakan bahwa ketakutan akan kegagalan adalah suatu reaksi emosional mencakup adanya dorongan untuk menghindari kegagalan terutama konsekuensi negatif kegagalan berupa rasa malu, dan antisipasi terhadap penghinaan.
Birney (dalam Conroy, 2003) menyatakan bahwa ketakutan akan kegagalan bisa muncul dari konsekuensi yang mengancam diri karena kegagalan atau ketidakberhasilan dalam mencapai standar prestasi atau tidak memenuhi standar evaluasi untuk sukes. Hasil penelitian yang dilakukan (Sah, 2014) menunjukkan hubungan signifikan yang positif antara ketakutan akan kegagalan dan perilaku menyontek. Hal tersebut menunjukkan bahwa individu yang tidak ketakutan akan kegagalan, cenderung rendah keterlibatannya dalam perilaku menyontek. Sedangkan individu yang ketakutan akan kegagalan cendrung tinggi keterlibatannya dalam perilaku menyontek.
E. HIPOTESIS
Berdasarkan hasil penelitian sebelumnya dan teori yang telah diuraikan
diatas maka hipotesis dalam penelitian ini adalah terdapat pengaruh fear of
failure terhadap perilaku menyontek pada mahasiswa di Univeritas Bosowa
Makassar.
27
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan penelitian kuantitatif. Menurut (Sugiyono, 2017) Penelitian kuantitatif dapat diartikan sebagai metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu, pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian, analisis data bersifat kuantitatif/ statistik, dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan.
B. Identifikasi Variabel Penelitian
Variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, obyek, atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2017). Variabel dalam penelitian ini terdiri atas dua yaitu: variabel bebas dan variabel terikat.
1. Variabel Bebas
Sugiyono (2017) memaparkan bahwa variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen (terikat). Dalam hal ini variabel bebas peneliti yaitu fear of failure.
2. Variabel Terikat
Sugiyono (2017) memaparkan bahwa variabel terikat adalah variabel
yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel
bebas. Dalam hal ini variabel bebas peneliti yaitu perilaku menyontek.
Variabel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Variabel Bebas : Fear of Failure
2. Variabel Terikat : Perilaku Menyontek
C. Defenisi Operasional 1. Perilaku menyontek
Perilaku menyontek merupakan tindakan ketidakjujuran (curang) dalam rangka untuk mendapatkan nilai dengan cara memanfaatkan informasi dari luar secara tidak sah, mengandalkan orang lain maupun sarana tertentu seperti menggunakan catatan ketika ujian berlangsung, mengganti jawaban ketika pengawas atau dosen keluar dari kelas, meniru pekerjaan teman, bertanya dan meminta jawaban kepada teman, dan mengizinkan seseorang melihat/menyalin jawabannya.
2. Fear of failure
Fear of failure merupakan suatu reaski emosional berupa dorongan untuk menghindari kegagalan dalam mencapai standar prestasi berupa evaluasi/ujian. Terutama konsekuensi negatif kegagalan berupa rasa malu, menurunnya estimasi diri individu, hilangnya pengaruh sosial, takut akan masa depan yang tidak pasti, dan takut mengecewakan orang penting (misalnya orang tua).
Fear of failure Perilaku menyontek
D. Populasi, Sampel dan Teknik Sampling 1. Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Jadi, populasi bukan hanya orang, tetapi juga obyek dan benda-benda akam yang lain. Populasi juga bukan sekedar jumlah yang ada pada obyek/subyek yang dipelajari, tetapi meliputi seluruh karakteristik/sifat yang dimiliki oleh subyek atau obyek yang diteiti. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh mahasiswa Universitas Bosowa Makassar berjumlah 4.309 orang.
2. Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Bila populasi besar, dan peneliti tidak mungkin mempelajari semua yang ada pada populasi, misalnya karena keterbatasan dana, tenaga dan waktu, maka peneliti dapat menggunakan sampel yang diambil dari populasi itu. Apa yang dipelajari dari sampel itu, kesimpulannya akan dapat diberlakukan untuk populasi.
Untuk itu sampel yang diambil dari populasi harus betul-betul representatif (Sugiyono, 2017). Berdasarkan sampel dalam penelitian ini, adapun kriteria subjek yang akan dijadikan wilayah generalisasi yaitu:
a. Mahasiswa Universitas Bosowa yang aktif mengikuti perkuliahan.
b. Mahasiswa semester 3 sampai 6.
c. Bersedia menjadi responden.
Penentuan jumlah sampel dari populasi tertentu menggunakan tabel kretji dengan taraf kesalahan 5% dalam Sugiyono (2017) jadi hasilnya 325 mahasiswa.
3. Teknik Sampling
Teknik sampling adalah merupakan teknik pengambilan sampel.
Adapun Teknik sampling yang digunakan dalam peneltian ini menggunakan teknik probability sampling. Probability sampling adalah teknik pengambilan sampel yang memberi peluang/ kesempatan sama bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel (Sugiyono, 2013). Teknik sampel yang digunakan dalam penelitian in yaitu Simple random sampling. Simple random sampling adalah teknik pengambilan anggota sampel dari populasi dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada pada populasi (Sugiyono, 2017).
E. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan skala likert. Skala likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial (Sugiyono, 2017).
Penelitian ini menggunakan skala perilaku menyontek skala fear of failure yang disusun langsung oleh peneliti.
a. Skala Perilaku Menyontek
Skala Perilaku Menyontek disusun berdasrakan bentuk-bentuk
perilaku menyontek yang dikemukakan oleh Eric B Anderman (2007),
yang menyebutkan bahwa bentuk–bentuk perilaku menyontek terdiri
atas 4 yaitu individual oportunistic, Independent planned, social active,
social pasive. Skala perilaku menyontek ini bertujuan untuk mengetahui seberapa tinggi atau rendah perilaku menyontek pada mahasiswa.
3.1 Blue print Perilaku Menyontek
No. Bentuk-bentuk
perilaku menyontek Indikator No Item
Total Fav Unfav
1 Individual oportunistic
Mengganti jawaban ketika
ujian. 1, 17,
33, 49 5, 21, 37, 53 Menggunakan catatan 16
ketika dosen keluar dari kelas.
9, 25,
41, 57 13, 29, 45, 61
2 Independent planned
Menggunakan catatan
ketika ujian berlangsung. 2, 18,
34, 50 6, 22, 38, 54 Mempersiapkan jawaban 16
lengkap yang telah dipersiapkan.
10, 26,
42, 58 14, 30, 46, 62
3 Social active
Menyalin jawaban dari
orang secara diam-diam 3, 19,
35, 51 7, 23,
39, 55 16 Meminta jawaban dari
teman 11, 27,
43, 59 15, 31, 47, 63 4 Social pasive
Mengizinkan orang lain
melihat jawabannya. 4, 20,
36, 52 8, 24,
40, 56 16 Mengizinkan orang lain
menyalin jawabannya. 12, 28,
44, 60 16, 32, 48, 64
Jumlah 32 32 64
Adapun katergori jawaban yang digunakan pada skala perilaku menyontek adalah Sangat Tidak Setuju (STS), Tidak Setuju (TS), Setuju (S), dan Sangat Setuju (SS). Pemberian skor bergerak dari 1 sampai 4. Penilaian terhadap aitem favorable adalah SS (Sangat Setuju) = 4, S (Setuju) = 3, TS (Tidak Setuju) = 2, STS (Sangat Tidak Setuju) = 1. Penilaian terhadap aitem unfavorable adalah SS (Sangat Setuju) = 1, S (Setuju) = 2, TS (Tidak Setuju)
= 3, STS (Sangat Tidak Setuju) = 4. Dengan kategori jawaban ini
dimaksudkan agar menghindari kerancuan pada pengukuran.
b. Skala Fear of Failure
Skala fear of failure disusun berdasarkan aspek-aspek fear of failure yang dipaparkan oleh Conroy (2003), yang menyebutkan bahwa aspek fear of failure terdiri atas 5 yaitu ketakutan akan rasa malu, ketakutan akan penurun estimasi diri, ketakutan masa depan yang tidak pasti, ketakutan akan kehilangan pengaruh sosial dan ketakutaan akan kehilangan orang yang penting. Skala fear of failure ini bertujuan untuk mengetahui seberapa tinggi atau rendah fear of failure pada mahasiswa Universitas Bosowa Makassar.
3.2 Blue print Skala Fear of Failure
No Aspek fear of
failure Indikator No Item Total
Fav Unfav
1
Ketakutan akan rasa malu yang dialami individu
Merasa malu saat orang lain
mengetahui kegagalannya 1, 21,
41 6, 26,
46 12 Mencemaskan apa yang
orang lain pikirkan mengenai dirinya.
11, 31,
51 16, 36, 56
2
Ketakutan akan penurunan estimasi diri (self estimate) Individu
Merasa tidak cukup pintar
dan tidak berbakat 2, 22,
42 7, 27,
47 12
Merasa tidak dapat mengontrol performansi
dirinya
12, 32,
52 17, 37, 57
3 Ketakutan akan kehilangan pengaruh sosial
Takut tidak dihargai atau
diremehkan 3, 23,
43 8, 28,
48 12
Kehilangan kepercayaan
dari orang lain 13, 33,
53 18, 38, 58 4
Ketakutan masa depan yang tidak
pasti
Tidak mampu membuat
rencana-rencana cadangan 4, 24,
44 9, 29,
49 12
Takut akan masa depannya. 14, 34, 54 19, 39, 59 5 Ketakutan akan
mengecewakan orang yang penting
Takut menerima kritikan dari
orang yang penting. 5, 25,
45 10, 30,
50 12
Takut mengecewakan
keluarga 15, 35,
55 20, 40,
Jumlah 30 60 30 60
Adapaun Katergori jawaban yang digunakan pada skala fear of failure adalah Sangat Tidak Setuju (STS), Tidak Setuju (TS), Setuju (S), dan Sangat Setuju (SS). Pemberian skor bergerak dari 1 sampai 4.
Penilaian terhadap aitem favorable adalah SS (Sangat Setuju) = 4, S (Setuju) = 3, TS (Tidak Setuju) = 2, STS (Sangat Tidak Setuju) = 1.
Penilaian terhadap aitem unfavorable adalah SS (Sangat Setuju) = 1, S (Setuju) = 2, TS (Tidak Setuju) = 3, STS (Sangat Tidak Setuju) = 4.
Dengan kategori jawaban ini dimaksudkan agar menghindari kerancuan pada pengukuran.
F. Uji Instrumen
Sebelum melakukan pengambilan data menggunakan alat tes yang telah dibuat. Alat tes tersebut harus diuji apakah dapat dipercaya dan bisa mengukur apa yang ingin diukur. Untuk itu alat tes diuji menggunakan uji validitas dan uji reliabilitas. Adapun uji validitas yang digunakan dalam penelitian ini yaitu.
1. Uji Validitas
Validitas adalah sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu
alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya. Valid tidaknya suatu alat ukur
tergantung pada mampu tidaknya alat ukur tersebut mencapai tujuan
pengukuran yang dikehendaki dengan tepat (Azwar 2012). Validitas yang
akan diuji dalam penelitian ini yaitu. Validitas Isi (Content Validity) dan
Validitas Konstruk. Azwar (2015) Validitas isi merupakan validitas yang
diestimasi lewat pengujian terhadap kelayakan atau relevansi isi tes
melalui analisis rasional oleh panel yang berkompeten atau melaui
expert judgment dalam hal ini adalah dosen expert review peneliti sebanyak tiga orang riviewer, validitas isi dianalisis dengan menggunakan CVR. Sedangkan Validitas Konstrak, merupakan validitas yang menunjukkan sejauh mana hasil tes mampu mengungkap suatu trait atau suatu konstrak teoritik yang hendaknya ingin diukur (Azwar, 2015). Validitas pada penelitian ini dianalisis dengan menggunakan bantulan Lisrel 8.70. data yang dihasilkan Lisrel dikatan valid jika faktor loading bernilai positif dan niai T-value ≥ 1,96.
Berdasarkan hasil uji validitas dari skala perilaku menyontek terdapat 7 aitem yang gugur sehingga total aitem yang tidak gugur adalah 63 aitem. Adapun aitem yang gugur dari skala perilaku menyontek adalah 17, 22, 23, 28, 30, 52 dan 54. Dapat dilihat pada tabel berikut.
3.3 Blue print Perilaku Menyontek setelah uji coba
No. Bentuk-bentuk
perilaku menyontek Indikator No Item
Total Fav Unfav
1 Individual oportunistic
Mengganti jawaban ketika
ujian. 1, 33,
49 5, 21, 37, 53 Menggunakan catatan 15
ketika dosen keluar dari kelas.
9, 25,
41, 57 13, 29, 45, 61
2 Independent planned
Menggunakan catatan
ketika ujian berlangsung. 2, 18,
34, 50 6, 38, Mempersiapkan jawaban 13
lengkap yang telah dipersiapkan.
10, 26,
42, 58 14, 46, 62
3 Social active
Menyalin jawaban dari
orang secara diam-diam 3, 19,
35, 51 7, 39,
55 15
Meminta jawaban dari
teman 11, 27,
43, 59 15, 31, 47, 63 4 Social pasive
Mengizinkan orang lain
melihat jawabannya. 4, 20,
36 8, 24, 40, 56
14 Mengizinkan orang lain
menyalin jawabannya. 12, 44,
60 16, 32, 48, 64
Jumlah 29 28 57
Sedangkan hasil uji validitas dari skala fear of failure menunjukkan bahwa dari 60 aitem skala fear of failure, terdapat 10 aitem yang gugur sehingga total aitem yang tidak gugur adalah 50 aitem. Adapun aitem yang gugur dari skala fear of failure adalah 8, 20, 26, 30, 36, 39, 40, 50, 56, dan 60. Dapat dilihat pada tabel berikut.
3.4 Blue print Skala Fear of Failure setelah uji coba
No. Aspek Fear of Failure Indikator No Item
Total Fav Unfav
1
Ketakutan akan rasa malu yang dialami
individu
Merasa malu saat orang lain mengetahui
kegagalannya
1, 21,
41 6, 46 Mencemaskan apa 9
yang orang lain pikirkan mengenai
dirinya.
11, 31,
51 16
2 Ketakutan akan penurunan estimasi diri
(self estimate) Individu
Merasa tidak cukup pintar dan tidak
berbakat
2, 22,
42 7, 27, 47 Merasa tidak dapat 12
mengontrol performansi dirinya
12, 32,
52 17, 37, 57
3 Ketakutan akan kehilangan pengaruh
sosial
Takut tidak dihargai
atau diremehkan 3, 23,
43 28, 48 Kehilangan 11
kepercayaan dari orang lain
13, 33,
53 18, 38, 58
4 Ketakutan masa depan yang tidak pasti
Tidak mampu membuat rencana- rencana cadangan
4, 24,
44 9, 29, 49 Takut akan masa 11
depannya. 14, 34,
54 19, 59
5 Ketakutan akan mengecewakan orang
yang penting
Takut menerima kritikan dari orang
yang penting.
5, 25,
45 10
Takut mengecewakan 7
keluarga 15, 35,
55 -
Jumlah 30 20 50
2. Uji Reliabilitas
Reliabilitas mengacu kepada keterpercayaan hasil ukur yang mengandung makna kecermatan pengukuran (Azwar, 2007) Sama halnya dengan Arikunto (2006), mengatakan bahwa reliabilitas adalah tingkat keterandalan atau terpercayanya suatu instrumen. Setiap alat pengukuran seharusnya memiliki kemampuan untuk memberikan hasil pengukuran relatif konsisten dari waktu ke waktu. Reliabilitas instrumen merupakan derajat keajegan skor yang diperoleh oleh subjek penelitian dengan instrument yang sama dalam kondisi yang berbeda.
Dalam penelitian ini rumus yang digunakan untuk mencari reliabilitas alat ukur tentang fear of failure dan perilaku menyontek adalah dengan Alpha cronbach. Saifuddin Azwar (2007) menjelaskan bahwa reliabilitas instrumen dinyatakan oleh koefisien reliabilitas yang angkanya berkisar 0 sampai 1.00, dalam hal ini dapat diartikan bahwa semakin tinggi koefisien reliabilitasnya mendekati 1,00 maka semakin tinggi realiabilitasnya. Sebaliknya jika koefisiennya reliabilitas mendekati 0 maka semakin rendah reliabilitasnya. Reliabilitas ini bertujuan untuk mengetahui derajat keajegan skor yang diperoleh oleh subjek penelitian dengan menggunakan instrumen yang sama dalam waktu dan kondisi yang berbeda.
Reliabilitas atau nilai alpha yang diperoleh dari hasil uji reliabilitas
skala perilaku menyontek dengan jumlah subjek 325 orang dapat
diperoleh nilai alpha 0,920, sedangkan skala fear of failure dengan
jumlah subjek 325 orang dan diperoleh nilai alpha 0,816.
Tabel 3.6 Uji Reliabilitas Perilaku Menyontek
Cronbach's Alpha N of Items
,920 57
Tabel 3.5 Uji Reliabilitas Fear of Failure
Cronbach's Alpha N of Items
,816 50
G. Teknik Analisis Data
Analisis data merupakan kegiatan setelah data dari seluruh responden atau sumber data lain terkumpul. Kegiatan dalam analisis data yaitu mengelompokkan data berdasarkan variabel dan jenis responden, menyajikan data tiap variabel yang diteliti, melakukan perhitungan untuk menjawab rumusan masalah, dan melakukan perhitungan untuk menguji hipotesis yang telah diajukan (Sugiyono, 2017).
1. Uji Asumsi
Purwanto (2013) memaparkan uji asumsi merupakan tahap yang
dilakukan sebelum penentuan teknik uji hipotesis yang akan digunakan
untuk menganalisis data penelitian. Hasil pengujian asumsi yang akan
menjadi dasar untuk memutuskan apakah pengujian hipotesis
menggunakan statistik parametrik atau non parametrik. Uji asumsi pada
penelitian ini menggunakan uji normalitas data dan uji linearitas data yang
dapat dilakukan dengan menggunakan SPSS 24.00 for windows.
a. Uji Normalitas
Ghozali (2013) uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah masing-masing variabel berdistribusi normal tidaknya suatu data. Uji normalitas data pada penelitian ini menggunakan metode Kolmogorov Smirnov dengan bantuan SPSS 20.0 for windows dengan taraf signifikansi yaitu. Jika nilai signifikansi > 0,05 maka data dinyatakan berdistribusi normal. Jika nilai signifikansi < 0,05 maka data dinyatakan tidak berdistribusi normal.
Berdasarkan hasil uji normalitas data penelitian menggunakan SPSS 20.0 hasil signifikansi uji normalitas dari kedua variabel adalah 0,983 > 0,05. Sehingga hasil uji normalitas tersebut dinyatakan berdistribusi normal.
Tabel 3.7 Uji Normalitas
Data yang diuji Asymp. Sig. (2-tailed) Keterangan Fear of Failure
dan
Perilaku Menyontek
.983 Normal
b. Uji Linearitas
Siregar (2014) memaparkan uji linearitas dilakukan untuk mengetahui bentuk hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat. Uji linearitas menggunakan metode Kolmogorov Smirnov dengan bantuan SPSS 24.0 for windows dengan taraf signifikan yaitu.
Jika nilai signifikansi > 0,05 maka data dinyatakan linear.
Jika nilai signifikansi < 0,05 maka data dinyatakan tidak linear.
Berdasarkan hasil uji linearitas diketahui nilai Sig. Deviation from linearity sebesar 0.073 > 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang linear antara fear of failure dengan perilaku menyontek.
Tabel 3.8 Uji Linearitas
Variabel Signifikansi Keterangan Fear of failure dan
perilaku menyontek 0.073 Linear
2. Analisis Deskriptif
Sugiyono (2017) memaparkan bahwa statistik deskriptif adalah statistik yang digunakan untuk menganalisis data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum atau generalisasi. Kategori tersebut disusun berdasarkan Azwar (2016) dengan syarat:
µ ≤ - 1,5 σ = Kategori sangat rendah
1,5 σ < µ ≤ 0,5 σ = Kategori rendah - 0,5 σ < µ ≤ +0,5 σ = Kategori sedang + 0,5 σ < µ ≤ + 1,5 σ = Kategori tinggi
+ 1,5 σ < µ = Kategori sangat tinggi
Keterangan: *µ = Mean
3. Uji Hipotesis
Setelah dilakukan uji prasyarat maka data hasil penelitian akan dianalisis menggunakan teknik regresi sederhana. Regresi sederhana didasarkan pada hubungan fungsional ataupun kausal satu varibael independen dengan satu variabel dependen (Sugiyono, 2013). Uji hipotesis dianalisis dengan menggunakan bantuan SPSS 24.0. jika hasil analisis memiliki nilai signifikan > 5% maka H0 diterima sedangkan jika nilai signifikansinya < 5% maka H0 ditolak. Adapun hipotesis yang dibuktikan dalam penelitian ini yaitu :
H0 : Tidak ada pengaruh fair or failure terhadap perilaku menyontek pada mahasiswa di Universitas Bosowa Makassar.
Ha : Ada pengaruh fair or failure terhadap perilaku menyontek pada mahasiswa di Univeritas Bosowa Makassar.
H. Jadwal Penelitian
Adapun jadwal penelitian atau perencanaan waktu untuk penelitian dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 3.9 Jadwal Kegiatan
Kegiatan
Bulan
Februari Maret April Mei
Minggu ke Minggu ke Minggu ke Minggu ke 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 Pembuatan skala
penelitian Pelaksanaan
penelitian &
Pengumpulan data Pengolahan dan analisis data
Penyusunan skripsi
dan konsultasi
I. Persiapan Penelitian
Hal pertama yang dilakukan oleh peneliti setelah melakukan ujian proposal, yaitu memperbaiki proposal penelitian berdasarkan masukan dari beberapa penguji berdasarkan komentar dan saran yang diberikan. Setelah melakukan perbaikan, peneliti melakukan tahapan selanjutnya yaitu pembuatan skala penelitian. Pembuatan skala penelitian dibuat sendiri oleh peneliti yaitu skala fear of failure dan skala perilaku menyontek untuk digunakan pada saat penelitian. Setelah selesai pembuatan skala penelitian, langkah selanjutnya yaitu peneliti melakukan bimbingan kepada kedua pembimbing untuk memperbaiki skala yang dibuat. Setelah selesai melakukan perbaikan dari pembimbing maka langkah selanjutnya yang dilakukan peneliti yaitu meminta kesediaan dosen expert untuk menilai, mengomentari, dan memberikan saran untuk perbaikan skala yang akan digunakan pada saat penelitian nantinya.
Setelah skala dikembalikan dari dosen expert, langkah selanjutnya yaitu peneliti memperbaiki kalimat-kalimat yang dikomentari oleh dosen expert.
Kemudian peneliti melakukan konsultasi kembali kepada dosen expert guna
menunjukkan perbaikan yang telah peneliti lakukan. Tahapan selanjutnya
yang dilakukan peneliti setelah proses expert tersebut, kemudian penelti
melakukan analisis perhitungan aiken. Setelah perhitungan aiken selesai,
peneliti melakukan konsultasi dengan kedua pembimbing mengenai hasi
perhitungan aiken. Selanjutnya peneliti diarahkan untuk melakukan uji
keterbacaan terhadap lima orang subjek guna mengetahui apakah skala
yang telah dibuat peneliti mudah dipahami oleh subyek pada saat melakukan
penelitian nantinya. Setelah uji keterbacaan selesai kemudian peneliti