• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH PERILAKU KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DAN IKLIM SEKOLAH TERHADAP MUTU SEKOLAH PADA SMPN DI KABUPATEN CIREBON.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH PERILAKU KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DAN IKLIM SEKOLAH TERHADAP MUTU SEKOLAH PADA SMPN DI KABUPATEN CIREBON."

Copied!
64
0
0

Teks penuh

(1)

TESIS

Diajukan untuk memenuhi sebagian dari Syarat untuk memperoleh Gelar Magister Pendidikan

Program Studi Administrasi Pendidikan

Disusun oleh : IMAM SIBAWEH

1007092

PROGRAM MAGISTER

PROGRAM STUDI ADMINISTRASI PENDIDIKAN

SEKOLAH PASCASARJANA

(2)

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis dengan judul “Pengaruh perilaku kepemimpinan kepala sekolah dan iklim sekolah terhadap mutu sekolah pada SMPN di Kabupaten Cirebon” ini sepenuhnya karya saya sendiri. Tidak ada bagian didalamnya yang merupakan plagiat dari karya orang lain dan saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika keilmuan yang berlaku dalam masyarakat keilmuan. Atas pernyataan ini, saya siap menanggung resiko/sanksi yang dijatuhkan kepada saya apabila kemudian ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya saya ini, atau ada klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya saya ini.

Bandung, Januari 2013 Yang membuat Pernyataan,

(3)

Imam Sibaweh (1007092)

ABSTRAK

Penelitian ini dilatar belakangi oleh permasalahan sebagai berikut; (1) masih minimnya perilaku kepemimpinan dalam memberikan keteladannya, (2) kurang menyadarinya personil sekolah terhadap kondisi iklim sekolah yang menunjang meningkatkan mutu sekolah, (3)belum adanya kesadaran bersama dalam meningkatkan mutu sekolah.

Adapun permasalahan yang ingin dipecahkan melalui penelitian ini adalah, (1) bagaimana perilaku kepemimpinan kepala sekolah pada SMPN di Kabupaten Cirebon, (2) bagaimana iklim sekolah pada SMPN diKabupaten Cirebon, (3) bagaimana mutu sekolah pada SMPN diKabupaten Cirebon, (4) pengaruh perilaku kepemimpinan kepala sekolah terhadap mutu sekolah pada SMPN di Kabupaten Cirebon, (5) pengaruh iklim sekolah terhadap mutu sekolah pada SMPN diKabupaten Cirebon, (6) pengaruh perilaku kepemimpinan kepala sekolah dan iklim sekolah terhadap mutu sekolah pada SMPN di Kabupaten Cirebon.

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif, dengan menggunakan metode studi deskriptif. Populasi adalah kepala sekolah pada SMPN di Kabupaten Cirebon. Jumlah sampel sebanyak 33 sekolah yang diambil secara acak dengan menggunakan simple random

sampling dari 80 sekolah di Kabupaten Cirebon.Penjaringan data menggunakan kuisioner

dan dianalisis menggunakan analisis korelasi dan regresi. (1) berdasarkan hasil pengolahan dan analisis data ditemukan, mutu sekolah pada SMPN di Kabupaten Cirebon secara keseluruhan berada pada kategori sangat tinggi, (2)perilaku kepemimpinan kepala sekolah pada SMPN di Kabupaten Cirebon secara keseluruhan berada pada kategori sangat tinggi, (3) iklim sekolah pada SMPN di Kabupaten Cirebon secara keseluruhan berada pada kategori sangat tinggi.(4) perilaku kepemimpinan kepala sekolah memberikan pengaruh yang positif dan signifikan berpengaruh cukup kuat terhadap mutu sekolah. (5) iklim sekolah memberikan pengaruh yang positif dan signifikan berpengaruh cukup kuat terhadap mutu sekolah. (6) perilaku kepemimpinan kepala sekolah dan iklim sekolah memberikan pengaruh dengan kriteria cukup kuat terhadap mutu sekolah.

(4)

DAFTAR ISI

B. Identifikasi masalah dan Perumusan Masalah... 11

C. Tujuan Penelitian ……….……...13 A. Kajian mutu sekolah dalam administrasi pendidikan...17

1. Mutu Sekolah ...17

a. Pengertian Mutu...17

b. Mutu dalam Sekolah...20

c. Ciri-ciri Mutu Sekolah...29

d. Dimensi Mutu Sekolah...32

2. Perilaku Kepemimpinan Kepala Sekolah...36

a. Pengertian Kepemimpinan... 36

b. Model Kepemimpinan...39

(5)

d. Perilaku Kepemimpinan...44

e. Kepemimpinan Kepala Sekolah...47

3. Iklim Sekolah a. Pengertian Iklim Sekolah...52

b. Iklim Sekolah merupakan Sistem Sosial...55

c. Lingkungan Internal dan Eksternal Iklim Sekolah...57

d. Dimensi Iklim Sekolah...64

D. Instrumen Penelitian... .84

1. Skala Pengukuran... ...84

1. Analisis Data Deskriptif ...97

2. Pengujian Persyaratan Analisis...98

3. Menguji Hipotesis Penelitian...102

4. Pengolahan dan Analisis Data dengan Alat Bantu...108

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian...109

(6)

a. Perilaku Kepemimpinan Kepala Sekolah...109

b. Iklim Sekolah...111

c. Mutu Sekolah...114

2. Pengujian Hipotesis...117

a. Analisis Korelasi...117

1) Perilaku kepemimpinan kepala sekolah (X1) terhadap mutu sekolah (Y)...117

2) Iklim sekolah (X2) terhadap mutu sekolah(Y)...119

3) Perilaku kepemimpinan kepala sekolah (X1) Iklim sekolah (X2) terhadap mutu sekolah (Y)...120

b. Analisis Regresi...121

1) Uji analisi regresi perilaku kepemimpinan kepala sekolah (X1) terhadap mutu sekolah (Y)...121

2) Uji analisi regresi iklim sekolah (X2) terhadap mutu sekolah(Y)...123

3) Uji analisi regresi perilaku kepemimpinan kepala sekolah (X1) Iklim sekolah (X2) terhadap mutu sekolah (Y)...124

3. Interpretasi Hasil Analisis...125

B. Pembahasan Hasil Penelitian....………...127

1. Perilaku kepemimpinan kepala sekolah... ...127

2. Iklim sekolah...133

3. Mutu sekolah...139

4. Pengaruh perilaku kepemimpinan kepala sekolah (X1) terhadap mutu sekolah (Y)...143

5. Pengaruh iklim sekolah (X2) terhadap mutu sekolah...146

(7)

BAB V. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan ...153

B. Rekomendasi ... 154

DAFTAR PUSTAKA ...157

LAMPIRAN-LAMPIRAN...xvi

(8)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Setiap warga negara berhak memperoleh pendidikan yang bermutu. (UU Sisdiknas No 20/2003, Pasal 5 ayat 1) dalam memperoleh mutu sekolah, tentunya sesuai dengan PP Nomor 19 tahun 2005 tentang standar nasional pendidikan, dengan definisi kriteria minimal tentang sistem pendidikan diseluruh wilayah hukum negara kesatuan Republik Indonesia, berfungsi sebagai dasar dalam perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan pendidikan, dalam rangka mewujudkan pendidikan yang bermutu dan bertujuan untuk menjamin mutu pendidikan nasional dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat.

Analisis logis dari regulasi diatas, dapat memberikan keleluasaan kepada kepala sekolah dan unsur-unsur didalamnya untuk membentuk iklim sekolah yang diharapkan guna mencapai mutu sekolah yang sesuai dengan cita-cita bersama:

(9)

2. Mengawasi dan mengevaluasi kinerja dari proses pendidikan yang telah dicapai dan mendeterminasikan apakah visi, misi dan tujuannya telah sesuai dengan standar acuan pemerintah dan kebutuhan dalam peningkatan mutu sekolah.

3. Memaparkan dan mengumumkan laporan input pendidikan, proses pendidikan, output pendidikan dan outcome pendidikan dari konstruk keberhasilan pendidikan kepada orang tua siswa, masyarakat dan pemerintah (pertanggung jawaban kepada stake-holders) yang merupakan konsumen dari hasil layanan pendidikan.

Bahkan Tilaar (2009:73) menyatakan bahwa PBB telah menyusun tujuan pembangunan millenium (Millenium Development Goals) yang antara lain ialah penghapusan kemiskinan dan memajukan pendidikan yang berkualitas/bermutu khususnya untuk golongan masyarakat yang tersisihkan.

Lahirnya Undang-Undang (UU) No. 20 tahun 1999 memberikan kewenangan kepada pemerintah daerah untuk menyelenggarakan pendidikan, merupakan tonggak baru penyelenggaraan pendidikan. Dengan undang-undang ini kebijakan pendidikan berubah, yang tadinya otoritas penyelenggaraan pendidikan berada ditangan pemerintah pusat, sekarang otoritas tersebut berada ditangan pemerintah daerah. Chaniago, S (Pusat informasi kemendiknas, 2010: 61-62).

(10)

dan harapan yang lebih besar terhadap pendidikan terjadi begitu cepat, maka diyakini akan disadari bahwa kewenangan pusat tidak lagi secara tepat dan cepat dapat merespon perubahan keinginan masyarakat tersebut.

Tapi sungguh sangat ironis, Yang tentunya kita, sepakat bahwa peningkatan sumber daya manusia dilakukan dengan mutu pendidikan yang baik, sedangkan mutu pendidikan kita berada pada kategori rendah bila dibandingkan dengan negara tetangga, seperti malaysia dan korsel. fakta menunjukkan bahwa kualitas/mutu pendidikan kita masih rendah, tertinggal dibanding dengan negara lain. Laporan

United Nation Educational, Scientific, and Cultural (UNESCO), November 2007,

menyebutkan peringkat Indonesia di bidang pendidikan menurun dari 58 ke 62. Dalam peringkat 130 negara itu, Malaysia berada diurutan 56 dan korsel berada pada urutan ke-5. Tangkilisan dalam Pusat Informasi Kemendiknas (2010: 67).

Sehingga berdampak kepada mutu sumber daya manusia hal ini sesuai berdasarkan data hasil survei tentang Human Development Index (HDI) oleh United

Nation Development Program atau UNDP (Brodjonegoro, dalam Pikiran Rakyat, 28

Oktober, 2005), menyatakan bahwa Indonesia menempati peringkat 113 dari 177 negara didunia.

(11)

peningkatan kompetensi guru hingga D2. Hal ini khususnya terjadi pada jenjang pendidikan dasar dan menengah.

Masih pernyataan Syahril C. (Pusat Informasi Kemendiknas, 2010: 63) yang menyatakan bahwa output pendidikan selama ini tidak ada kriteria kelulusan berdasarkan hasil ujian, sehingga hampir semua peserta ujian memperoleh predikat tamat dan dapat melanjutkan pada jenjang pendidikan selanjutnya. Dengan mengambil batas nilai 5,5 (asumsi) sebagai kriteria minimal kelulusan, berarti hanya 36,79% siswa SLTP yang lulus, sisanya memperoleh tamat belajar. Dari paparan akademis, tingkat penguasaan materi pada umumnya sangat memprihatinkan.

Masih menurut Syahril C. (Pusat Informasi Kemendiknas, 2010: 63) menyatakan peningkatan mutu pendidikan dari segi input siswa. Tanpa kesehatan nutrisi yang cukup, ketekunan, kehadiran yang tetap, dan dukungan rumah, kegiatan pembelajaran dikelas tidak akan efektif. Siswa harus mampu bertahan mengikuti pembelajaran selama jam pelajaran, sehingga harus didukung oleh nutrisi yang cukup.

Kondisi ini telah membawa kepada suatu kesadaran bahwa hanya sekolah yang dikelola secara efektiflah (dengan manajemen yang berbasis sekolah) yang akan mampu merespon aspirasi masyarakat secara tepat dan cepat dalam hal mutu sekolah.

(12)

untuk menentukan kunci dasar tujuan dan kebijakan pendidikan dan memberdayakan secara bersama-sama sekolah dan masyarakat untuk bekerja di dalam kerangka acuan tujuan dan kebijakan pendidikan yang telah dirumuskan secara nasional dalam rangka menyajikan sebuah proses pengelolaan pendidikan yang secara spesifik sesuai untuk setiap komunitas masyarakat.

Jelaslah, bahwa peningkatan mutu sekolah ini membawa pengelolaan pendidikan dimana birokrasi pusat bukan lagi sebagai penentu semua kebijakan makro maupun mikro, tetapi hanya berperan sebagai penentu kebijakan makro, prioritas pembangunan, dan standar secara keseluruhan melalui sistem monitoring dan pengendalian mutu. Konsep ini sebenarnya lebih memfokuskan diri kepada tanggung jawab individu sekolah dan masyarakat pendukungnya untuk merancang mutu yang diinginkan, melaksanakan, dan mengevaluasi hasilnya, dan secara terus menerus mnyempurnakan dirinya.

(13)

dukungan masyarakat. Pedoman pelaksanaan peningkatan mutu kalaupun ada hanya bersifat umum yang memberikan rambu-rambu mengenai apa-apa yang boleh/tidak boleh dilakukan.

Secara singkat dapat ditegaskan bahwa akhir dari itu semua bermuara kepada mutu pendidikan. Oleh karena itu sekolah-sekolah harus berjuang untuk menjadi pusat mutu (center for excellence) dan ini mendorong masing-masing sekolah agar dapat menentukan visi dan misi nya utnuk mempersiapkan dan memenuhi kebutuhan masa depan siswanya.

Sebagai sebuah sistem, sekolah juga terdiri dari beberapa komponen yang saling berhubungan dan saling mempengaruhi antara satu dengan yang lainnya. Apabila ada satu komponen saja yang “error”, maka sistem sekolah juga akan turut “error”. Masalahnya, bagaimana sekolah harus distrukturkan agar mampu

menciptakan mutu layanan yang di kehendaki? Aspek-aspek daya dukung dan masalah – masalah kontekstual sangat mungkin berpengaruh dalam penataan struktur organisasi sekolah yang memenuhi kriteria untuk mencapai mutu. Danim (2007: 55)

(14)

menimbulkan kemauan yang kuat dengan penuh semangat dan percaya diri para bawahan dalam melaksanakan tugas masing-masing serta memberikan bimbingan dan mengarahkan para bawahan serta memberikan dorongan, memacu dan berdiri di depan demi kemajuan dan memberikan inspirasi dalam mencapai tujuan.

Upaya untuk meningkatkan kepemimpinan kepala sekolah dalam menjalankan fungsi kepemimpinan dan menjaga stabilitas iklim sekolah, diperlukan pemahaman dan penguasaan kompetensi yang diperlukan bahwa kepala sekolah memiliki kemampuan dan orientasi dalam kompetensi kepemimpinan dan manajerial di mana kepala sekolah memiliki kemampuan merencanakan, mengorganisasikan, mengkomunikasikan, memotivasi, mengarahkan dan pengawasan serta tinda lanjut terhadap kegiatan sekolah.

Keberhasilan atau kegagalan suatu sekolah dalam menampilkan kinerjanya, banyak tergantung pada kualitas kepemimpinan kepala sekolahnya. Sejauh mana kepala sekolah mampu menampilkan gaya kepemimpinannya yang baik, berpengaruh langsung terhadap mutu sekolah. Kinerja sekolah ditunjukkan oleh iklim kehidupan sekolah, budaya orgniasasi sekolah, etos kerja, semangat kerja guru, prestasi belajar siswa, disiplin warga sekolah secara keseluruhan.

(15)

tidak memiliki strategi dalam mengembangkan mutu sekolah dalam rangka menunjukkan hasil yang memuaskan, 3) minimnya pendidikan dan pelatihan tentang pengelolaan sekolah, 4) kurangnya upaya peningkatan profesionalisme kepemimpinan sebagai perilaku kepemimpinan kepala sekolah sebagai wujud pemenuhan kebutuhan (kemampuan dan ketrampilan), 5) kepala sekolah belum sepenuhnya mempunyai strategi alternatif dalam memecahkan masalah kepemimpinan sekolah yang berhasil menciptakan iklim sekolah guna menunjang mutu sekolah yang menjadi harapan semua pihak.

Salah satu faktor penentu, tinggi rendahnya mutu pendidikan ialah kepemimpinan kepala sekolah. Hal itu dapat dimengerti karena kepemimpinan bukan hanya mengambil inisiatif, melainkan bermakna pula kemampuan manajerial, yaitu kemampuan mengatur dan menempatkan sesuatu sesuai dengan tempatnya.

(16)

Permasalahan itu muncul karena pengangkatan kepala sekolah tidak mempersyaratkan pendidikan khusus dan kinerja kepala sekolah dalam mengelola masih lemah. Kelemahan-kelemahan kepala sekolah selama ini muncul karena kemandirian kepala sekolah belum terbina. Mereka terkadang mengikuti kebijakan dan perintah atasan dan melupakan diri sebagai pemimpin yang mandiri.

Ditinjau dari pengembangan sumber daya manusia kependidikan, sejauh itu rekrutmen kepala sekolah belum memenuhi tuntutan pembaharuan. Ada kecenderungan bahwa dalam pengangkatan atau rotasi kepala sekolah masih bersifat subjektif, tidak didasarkan pada standar kualitas prestasi yang jelas seperti tingkat pendidikan kepala sekolah, lamanya menduduki jabatan kepala sekolah atau kemampuan menyelesaikan program kerja sekolah. Dengan demikian dapat difahami bahwa kemampuan kepala sekolah untuk meningkatkan efektifitas sekolah masih belum optimal.

Permasalahan muncul ketika mutu diterapkan dalam dunia pendidikan, ada dua pertanyaan mendasar yang perlu diungkapkan; pertama, apa produknya? dan kedua siapakah pelanggannya?. Seringkali pelajar dianggap sebagai produk dari pendidikan, padahal pelajar sebagai produk dari pendidikan adalah sangat sulit didefinisikan dalam dunia pendidikan yang bersifat praktis, yang dihasilkan berdasarkan standar jaminan tertentu adalah hal yang mustahil.

(17)

dengan memeriksa hasil produksi pabrik atau menilai sebuah jasa, karena akan menghilangkan kompleksitas proses belajar dan keunikan setiap individu pelajar. Lalu bagaimana mendefinisikan produk dalam pendidikan? Sebaiknya kita melihat produk yang dihasilkan adalah sebagai sebuah jasa atau layanan.

Dan peneliti terfokus lebih kepada pandangan Usman untuk dianalisis secara lebih dalam, sehingga memperoleh mutu pendidikan yang lebih komprehensip.

Tidak hanya kepemimpinan kepala sekolah yang mempengaruhi mutu sebuah sekolah, bahkan iklim Sekolah juga dapat mempengaruhi mutu sebuah sekolah. Hoy dan Miskel (2001:28) mendefinisikan lingkungan secara luas, yaitu: ”environment is everything that is outside the organizing”. Salusu (2004:319) mengungkapkan

lingkungan meliputi kondisi, situasi keadaan, dan pengaruh-pengaruh yang mengelillingi dan mempengaruhi perkembangan organisasi. Robbins (1994:226) mengidentifikasikan lingkungan sebagai segala sesuatu yang berada diluar batas organisasi.

Hoy & Miskel (2001:259) mengkategorikan lingkungan eksternal kepada dua kategori, yaitu persfektif tugas dan institusi. Sedangkan Pearce & Robinson (1996:109) membagi lingkungan eksternal sekolah kepada lima bagian, yaitu: faktor ekonomi, sosial, politik, teknologi, dan ekologi.

(18)

B. Identifikasi Masalah dan Perumusan Masalah

1. Identifikasi Masalah

Usman (2009: 513) yang menyatakan mutu di bidang pendidikan meliputi mutu

input, Proses, output, dan outcome. Input pendidikan dinyatakan bermutu jika siap

berproses. Proses pendidikan bermutu jika mampu menciptakan suasana yang PAKEMB (Pembelajaran yang Aktif, Kreatif, Menyenangkan, dan Bermakna).

Output dinyatakan bermutu jika hasil belajar akademik dan non akademik siswa

tinggi. Outcome dinyatakan bermutu apabila lulusan cepat terserap ke dunia kerja, gaji wajar, semua pihak mengakui kehebatan lulusan dan merasa puas.

Untuk memperoleh mutu sekolah yang baik diperlukan faktor pemicu/pendukung seperti: kondisi/iklim sekolah yang harmonis, perilaku kepemimpinan kepala sekolah, kebijakan sekolah yang mendukung pengembangan guru, ketersediaan fasilitas yang memadai, kompensasi, tingkat pendidikan, pengalaman bekerja, kompetensi guru, supervisi, motivasi, penyelenggaraan diklat, dan lain-lain. Faktor tersebut diperlukan untuk menjaga mutu sekolah agar tetap pada kondisi yang diharapkan.

(19)

sekolah memiliki peran penting dalam memberikan Kompetensi, Komitmen, dan motivasi dalam meningkatkan mutu sekolah.

Kondisi yang ada di lapangan tidak memenuhi ketiga hal hanya pada salah satunya saja, seperti kepala sekolah memiliki keterampilan tetapi tidak bisa memiliki komitmen terhadap kesepakatn dan motivasi kepada bawahannya, sehingga hal ini akan menjadi menarik jika kepala sekolah mempunyai kita menganalisisnya secara lebih mendalam terhadap ketiga aspek tersebut.

Sedangkan iklim sekolah memegang peranan penting dalam standar disiplin, lingkungan fisik yang mendukung, aman dan nyaman untuk proses PMB, penghargaan dan insentif kepada guru, harapan yang tinggi dari komunitas sekolah, menciptakan suasana harmonis dengan personil sekolah.

Kondisinya iklim sekolah ini apabila peranan dalam aspek yang disebutkan diatas dijalankan oleh semua anggota masyarakat sekolah diharapkan mampu mencipatakn mutu sekolah yang diharapkan.

Dari deskripsi yang dipaparkan diatas, maka peneliti ingin membatasi dan lebih memfokuskan penelitiannya pada faktor pendukung terhadap mutu sekolah SMPN di Kabupaten Cirebon, yakni perilaku kepemimpinan kepala sekolah dan iklim sekolah.

2. Perumusan Masalah

(20)

a) Bagaimana gambaran perilaku kepemimpinan kepala sekolah pada SMPN kabupaten Cirebon?

b) Bagaimana gambaran iklim sekolah pada SMPN di Kabupaten Cirebon? c) Bagaimana gambaran mutu sekolah pada SMPN di Kabupaten Cirebon?

d) Seberapa besar pengaruh perilaku kepemimpinan kepala sekolah terhadap mutu sekolah pada SMPN di Kabupaten Cirebon?

e) Seberapa besar pengaruh iklim sekolah terhadap mutu sekolah pada SMPN di

Kabupaten Cirebon?

f) Seberapa besar pengaruh perilaku kepemimpinan kepala sekolah dan iklim

sekolah terhadap mutu sekolah pada SMPN di Kabupaten Cirebon?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Secara umum penelitian bertujuan untuk mengungkapkan pengaruh perilaku kepemimpinan kepala sekolah dan iklim sekolah terhadap mutu sekolah pada SMPN Kabupaten Cirebon?

2. Tujuan Khusus

Adapun tujuan khusus penelitian ini adalah untuk :

a) Mengetahui gambaran tentang perilaku kepemimpinan kepala sekolah pada

SMPN di Kabupaten Cirebon.

(21)

c) Mengetahui gambaran tentang mutu sekolah pada SMPN di Kabupaten Cirebon.

d) Menganalisis besarnya pengaruh perilaku kepemimpinan kepala sekolah terhadap mutu sekolah pada SMPN di Kabupaten Cirebon.

e) Menganalisis besarnya pengaruh iklim sekolah terhadap mutu sekolah pada SMPN di Kabupaten Cirebon.

f) Menganalisis besarnya pengaruh perilaku kepemimpinan kepala sekolah dan

iklim sekolah terhadap mutu sekolah pada SMPN di Kabupaten Cirebon. [

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan memberi manfaat untuk kepentingan teoritis dan praktis.

1. Secara Teoritis

Secara teoritis penelitian ini diharapkan dapat berguna untuk :

a) Menguji kembali beberapa teori yang berhubungan dengan perilaku kepemimpinan kepala sekolah, iklim Sekolah, dan mutu sekolah

b) Bahan masukan bagi penelitian lebih lanjut terhadap objek sejenis atau aspek lainnya yang belum tercakup dalam penelitian ini

c) Pengembangan khasanah keilmuwan yang berhubungan dengan kajian perilaku kepemimpinan kepala sekolah dan iklim sekolah secara luas

2. Secara Praktis

(22)

a) Sebagai evaluasi perilaku kepemimpinan kepala sekolah, iklim sekolah, dan mutu sekolah.

b) Sebagai bahan rujukan dalam merumuskan materi kependidikan di lembaga pendidikan dalam mengembangkan kepemimpinan, membangun iklim sekolah, dan meningkatkan mutu sekolah.

c) Sebagai masukan bagi kepemimpinan kepala sekolah, dan masukan dalam menciptakan iklim sekolah sehingga dapat meningkatkan mutu sekolah.

E. Struktur Organisasi Tesis

Tesis terdiri dari 5 bagian, setiap bagian disebut bab, sesuai dengan Pedoman Penulisan Karya Ilmiah yang dikeluarkan oleh Universitas Pendidikan Indonesia.

Bab I: Berisi uraian tentang pendahuluan dan merupakan bagian awal dari tesis dan berisi latar belakang penelitian, identifikasi dan perumusan masalah, tujuan penelitian, dan manfaat penelitian serta struktur organisasi tesis.

Bab II: Kajian pustaka, kerangka pemikiran, dan hipotesis penelitian. Pada bab ini akan disajikan landasan teoritik dalam menyusun pertanyaan penelitian, tujuan, serta hipotesis penelitian.

Bab III: Metode Penelitian. Bab ini berisi penjabaran yang rinci mengenai metode penelitian, lokasi penelitian, populasi/sampel penelitian, serta teknik pengolahan data penelitian.

(23)

1. Pengolahan atau analisis data untuk menghasilkan temuan berkaitan dengan masalah penelitian, pertanyaan penelitian, hipotesis, tujuan penelitian,

2. Pembahasan atau analisis temuan yang dikaitkan dengan dasar teoritik yang telah dibahas dalam bab kajian pusataka dan temuan sebelumnya.

(24)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Populasi dan Sampel Penelitian

1. Populasi

“Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian. Apabila seorang peneliti ingin

meneliti semua elemen yang ada dalam wilayah penelitian, maka penelitiannya merupakan penelitian populasi. Studi atau penelitiannya juga disebut studi populasi

“(Arikunto. S, 2010:173). Selanjutnya Sugiyono (2009:117) memberikan penjelasan

bahwa: populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari objek atau subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Akdon dan Hadi (2004:96) menjelaskan bahwa: Populasi merupakan objek atau subjek yang berada pada suatu wilayah dan memenuhi syarat-syarat tertentu berkaitan dengan masalah penelitian.

Memperhatikan pendapat di atas, maka faktor yang perlu diperhatikan dalam populasi adalah elemen atau unsur yang dapat diamati. Oleh sebab itu, penentuan karakteristik populasi yang tepat merupakan faktor penting dalam suatu penelitian, karena sejatinya suatu permasalahan itu baru akan memiliki makna apabila dikaitkan dengan populasi yang relevan. Jadi populasi bukan hanya orang, tetapi juga obyek dan benda-benda alam yang lain. Populasi juga bukan hanya jumlah yang ada pada obyek-obyek yang dipelajari, namun meliputi seluruh karakteristik/sifat yang dimiliki oleh subyek atau obyek itu.

(25)
(26)
(27)

NO Nama Sekolah

(28)

populasi yang ada tersebut diambil datanya. Data yang terkumpul tersebut kemudian dianalisis. Hasil akhir penelitian yang didapatkan, kemudian digunakan untuk merefleksikan keadaan populasi yang ada (Sukardi, 2007: 54).

Arikunto (2010:176) menjelaskan bahwa pengambilan sampel harus dilakukan sedemikian rupa sehingga diperoleh sample (contoh) yang benar-benar dapat berfungsi sebagai contoh, atau dapat menggambarkan keadaan populasi yang sebenarnya. Dengan kata lain, sampel harus representative. Untuk sekedar ancer-ancer, maka apabila subjeknya kurang dari 100, lebih baik di ambil semua, sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi. Tetapi jika jumlah subjeknya besar dapat diambil antara 10-15% atau 20-25% atau lebih.

Berdasarkan pendapat tersebut, maka sampel yang digunakan dalam penelitian ini dengan mengambil 33 sekolah dari jumlah seluruh sekolah yang ada di SMP Negeri di Kabupaten Cirebon yang berjumlah 80 kepala Sekolah dengan pertimbangan. Sehingga, Sampel yang digunakan dalam penelitian ini 33 sekolah dengan mengambil 33 responden yang terdiri dari 33 kepala sekolah dengan mempertimbangkan, (1) hanya seluruh SMPN 1 di Kabupaten Cirebon, (2) Sekolah Standar Nasional, dan (3) terakreditasi A. Dengan menggunakan simple random

(29)

Tabel 3.2

Alokasi Proporsi Pengambilan Responden Terhadap Sekolah

B. Metode Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan kuantitatif, dengan menggunakan metode studi deskriptif, yaitu metode yang diarahkan untuk

(30)

memecahkan masalah dengan cara memaparkan atau menggambarkan apa adanya hasil penelitian. Hal ini didasarkan pendapat, Bungin, (2010:36) bahwa penelitian kuantitatif dengan format deskriptif bertujuan untuk menjelaskan, meringkaskan berbagai kondisi, berbagai situasi, atau berbagai variabel yang timbul yang menjadi objek penelitian berdasarkan apa yang terjadi. Analisis deskriptif dimaksudkan juga untuk memberikan informasi mengenai data yang diamati agar bermakna dan komunikatif, (Purwanto dan Sulistyastuti, 2011:109)

Penelitian ini termasuk penelitian survey. Menurut Kerlinger dalam Akdon dan Hadi ( 2004:91) penelitian survei merupakan penelitian yang dilakukan pada populasi besar maupun kecil denn gan mengkaji sampel yang dipilih dari populasi tersebut, sehingga menemukan kejadian-kejadian relatif, distribusi dan hubungan antar variabel sosiologis maupun psikologis. Sedangkan menurut, Sugiono (2009:12) Metode survey digunakan untuk mendapatkan data dari tempat tertentu yang alamiah dan melakukan pengumpulan data dengan mengedarkan kuesioner atau angket.

C. Definisi operasional

(31)

Dalam penelitian ini, variabel penelitian terdiri dari dua variabel yaitu, variabel bebas (independent variable) dan variabel terikat (dependent variable). (X1) Perilaku kepemimpinan kepala sekolah sebagai variabel bebas, (X2) Iklim sekolah sebagai variabel bebas dan (Y) Mutu sekolah sebagai variabel terikat. Secara rinci variabel-variabel tersebut akan dijelaskan menggunakan definisi operasional. Purwanto dan

Sulistyastuti (2011:18) mengemukakan bahwa; “definisi operasional merupakan

jembatan yang menghubungkan conceptual-theoretical level dengan empirical-observation level” .

Definisi operasional ini dimaksudkan untuk memberikan rujukan-rujukan empiris apa saja yang dapat ditemukan dilapangan untuk menggambarkan secara tepat konsep yang dimaksud sehingga konsep tersebut dapat diamati dan diukur.

Agar tidak menimbulkan kesalahan persepsi mengenai masalah yang akan diteliti, serta dapat menjadi arah bagi peneliti, maka diperlukan penjelasan mengenai pengertian dan makna istilah yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu sebagai berikut:

1. Perilaku Kepemimpinan Kepala Sekolah (X1)

(32)

raltion skill), dan keterampilan konseptual (conceptual skill). Dengan memiliki

tiga keterampilan tersebut, kepemipinan kepala sekolah dapat membimbing dan memotivasi warga sekolah dalam menjalankan tugas-tugasnya, (2) aspek komitmen, Muladi dan Sujanto (2011:66). Artinya bahwa kepemimpinan tidak hanya dilihat dari segi teknis semata, akan tetapi berkaitan dengan kepemilikan terhadap nilai-nilai, moral dan keyakinan yang dimiliki pemimpin personal values, komitmen dan efektivitas yang diaktualisasikan dalam peran dan tindakannya sebagai seorang pemimpin, dan (3) aspek motivasi, menurut Danim (2007: 211) kepala sekolah sebagai pemimpin harus mampu menjalin komunikasi dengan masyarakat sekolah, mengelola sumber-sumber, memotivasi dan membimbing guru dalam mengajar, bekerja sama dengan orang tua murid, serta membuat kebijakan dan praktik kerja yang baik untuk perbaikan prestasi belajar siswa.

2. Iklim Sekolah (X2)

Hoy dan Miskel (2008:198) bahwa, iklim sekolah merujuk kepada hati dan jiwa dari sebuah sekolah, psikologis dan atribut institusi yang menjadikan sekolah memiliki kepribadian, yang relatif bertahan dan dialami oleh seluruh anggota, yang menjelaskan persepsi kolektif dari perilaku rutin, dan akan mempengaruhi sikap dan perilaku di sekolah.

3. Mutu Sekolah (Y)

(33)

memahami mutu. Dalam pandangannya, mutu merupakan sebuah konsep yang absolut sekaligus relatif. Mutu dalam konsep absolut merupakan bagian dari standar yang sangat tinggi yang tidak dapat diungguli. Sedangkan mutu dalam konsep relatif memandang mutu bukan suatu atribut produk atau layanan, tetapi sesuatu yang dianggap berasal dari produk atau layanan tersebut, dalam konsep relatif ini tidak harus mahal atau ekslusif.

D. Instrumen Penelitian

1. Skala Pengukuran

Dalam menyusun kuesioner ini peneliti menggunakan skala. Skala digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena tertentu (Sugiyono, 2008:93). Jadi dengan skala ini peneliti ingin mengetahui bagaimana perilaku kepemimpinan kepala sekolah, iklim sekolah, dan mutu sekolah pada sekolah SMPN di Kabupaten Cirebon Jawa Barat.

Instrumen yang digunakan dalam pengumpulan data ketiga variabel penelitian ini adalah skala likert dengan lima alternatif jawaban, yaitu: Selalu (SL), Sering (SR), Kadang-kadang (KD), Jarang (JR), dan Tidak Pernah (TP). Pemberian bobot masing-masing kontinum atau berturut-turut, untuk pernyataan positif diberi bobot : 5 – 4 – 3

– 2 – 1, sedangkan bobot untuk pernyataan negatif diberi bobot : 1 – 2 – 3 – 4 – 5.

2. Penyusunan Instrumen

(34)

Instrumen pada masing-masing indikator disusun dengan langkah-langkah sebagai berikut: (1) membuat kisi-kisi berdasarkan indikator variabel, (2) menyusun butir-butir pernyataan sesuai dengan indikator variabel, (3) melakukan analisis rasional untuk melihat kesesuaian dengan indikator serta ketepatan dalam menyusun angket dari aspek yang diukur. Berikut ini merupakan kisi-kisi instrumen penelitian untuk dijadikan landasan dalam menyusun butir pernyataan:

Tabel. 3.3

Kisi-Kisi Instrumen Penelitian Variabel Kepemimpinan Kepala Sekolah

Variabel Sub Variabel Indikator Item

Perilaku Kepemimpinan Kepala Sekolah

1. Keterampilan Aspek kepribadian 1-4

Kemampuan manajerial 5-11

3. Motivasi Dorongan 23-24

Cita-cita atau harapan 25-27

Tabel. 3.4

Kisi-Kisi Instrumen Penelitian Variabel Iklim Sekolah

(35)

3. Penghargaan dan insentif Penghargaan terhadap

Variabel Sub Variabel Indikator Item Mutu Sekolah (Y) Sarana dan Prasarana 11, 15

Output Hasil belajar akademik tinggi

14-16

Hasil belajar non akademik tinggi

19-21

Outcome Lulusannya melanjutkan ke SMAN

22-25

(36)

Indikator dari masing-masing variabel dibuat berdasarkan uji validitas dari item pertanyaan, sehingga diperoleh item pertanyaan yang valid baik pada variabel perilaku kepemimpinan kepala sekolah memiliki 27 item pertanyaan, iklim sekolah memiliki 28 item pertanyaan, dan mutu sekolah memiliki 30 item pertanyaan.

3. Uji Coba Instrumen

Instrumen penelitian yang telah disusun diuji cobakan terlebih dahulu untuk mengetahui kesahihan dan kehandalannya. Jumlah responden uji coba sebanyak 33 sekolah (tiga puluh tiga) sekolah pada SMPN di Kabupaten Cirebon. Jumlah ini dianggap sudah memenuhi syarat untuk diuji coba. Uji coba instrumen dilakukan dengan langkah-langkah: (a) membagikan angket pada kepala sekolah, (b) memberikan keterangan tentang cara pengisian angket, (c) para kepala sekolah melakukan pengisian angket, dan (d) setelah kepala sekolah selesai mengisi angket, segera dikumpulkan kembali.

(37)

a) Uji Validitas Instrumen

Pengujian validitas instrumen dapat diketahui melalui perhitungan dengan menggunakan rumus Pearson Product Moment terhadap nilai-nilai antara variabel X dan variabel Y. Seperti yang diungkapkan Sugiyono, (2008:95):

√[ ][ ]

Keterangan:

n = jumlah responden

XY = Jumlah perkalian X dan Y

X = Jumlah skor tiap butir Y = Jumlah skor total

X2 = Jumlah skor X dikuadratkan Y2 = Jumlah skor Y dikuadratkan

Selanjutnya dihitung dengan uju t atau uji signifikansi. Uji ini adalah untuk menentukan apakah variabel X tersebut signifikan terhadap variable Y. Uji signifikasi ini dengan menggunakan rumus yang dikemukakan oleh sugiyono, dalam Akdon (2008:144) yaitu:

Keterangan:

(38)

n = Banyak populasi

Distribusi (Tabel t) untuk α = 0,05 dan derajat kebebasan (dk = n – 2), dengan

keputusan, jika thitung > ttabel berarti valid, sebaliknya jika thitung < ttabel berarti tidak

valid.

1) Variabel Perilaku Kepemimpinan Kepala Sekolah (X1)

Untuk mengetahui tingkat validitas pada item pertanyaan variabel perilaku kepemimpinan kepala sekolah (X1), yaitu dengan membandingkan nilai rhitung dengan

rtabel. Jika nilai rhitung lebih besar daripada nilai rtabel, maka item pertanyaan tersebut

dinyatakan valid. Adapun perbandingannya adalah sebagai berikut:

Tabel 3.6

Uji Validitas Variabel Perilaku Kepemimpinan Sekolah (X1)

(39)

28 0,9095 > 0,632 Valid

29 0,7705 > 0,632 Valid

30 0,8475 > 0,632 Valid

Setelah diuji coba dan divaliditaskan item pertanyaan pada variabel perilaku kepemimpinan kepala sekolah memiliki item pertanyaan yang valid dan tidak valid, item pertanyaan yang valid dapat dilanjutkan untuk digunakan dalam melakukan pengolahan data selanjutnya, sedangkan item pertanyaan yang tidak valid dengan membuangnya, sehingga pada tahapan pengujian selanjutnya dapat dilakukan dengan uji reliabilitas, uji normalitas, uji korelasi, dan uji regresi. Total 30 item pertanyaan dengan data yang valid berjumlah 27 item pertanyaan dan yang tidak valid 3 item pertanyaan. Jadi, pada penelitian ini mengambil 27 item pertanyaan yang digunakan untuk pengolahan data selanjutnya, sehingga memperoleh data yang benar-benar valid.

2) Variabel Iklim Sekolah (X2)

Untuk mengetahui tingkat validitas pada item pertanyaan variabel iklim sekolah (X2), yaitu dengan membandingkan nilai rhitung dengan rtabel. Jika nilai rhitung

lebih besar daripada nilai r tabel, maka item pertanyaan tersebut dinyatakan valid.

Adapun perbandingannya adalah sebagai berikut: Tabel 3.7

(40)

8 0,8398 > 0,632 Valid

Setelah diuji coba dan divaliditaskan item pertanyaan pada variabel mutu sekolah memiliki item pertanyaan yang valid dan tidak valid, item pertanyaan yang valid dapat dilanjutkan untuk melakukan pengolahan data selanjutnya, sedangkan item pertanyaan yang tidak valid dengan membuangnya untuk digunakan pada tahapan pengujian selanjutnya, yaitu: Uji reliabilitas, uji normalitas, uji korelasi, dan uji regresi. Total 31 item pertanyaan dengan data yang valid berjumlah 28 item pertanyaan dan yang tidak valid 3 item pertanyaan. Jadi, penelitian ini mengambil 28 item pertanyaan yang digunakan untuk pengolahan selanjutnya.

3) Variabel Mutu Sekolah (Y)

(41)

lebih besar daripada nilai rtabel, maka item pertanyaan tersebut dinyatakan valid.

Adapun perbandingannya adalah sebagai berikut: Tabel 3.8

(42)

Setelah diuji coba dan divaliditaskan item pertanyaan pada variabel mutu sekolah memiliki item pertanyaan yang valid dan tidak valid, item pertanyaan yang valid dapat dilanjutkan untuk melakukan pengolahan data selanjutnya, Dengan melalui tahapan pengujian selanjutnya, yaitu: Uji validitas, uji reliabilitas, uji normalitas, uji korelasi, dan uji regresi. Total 34 item pertanyaan dengan data yang valid berjumlah 30 item pertanyaan dan yang tidak valid 4 item pertanyaan. Jadi, penelitian ini mengambil 30 item pertanyaan yang digunakan untuk pengolahan selanjutnya.

Masing-masing variabel baik variabel perilaku kepemimpinan kepala sekolah, iklim sekolah dan mutu sekolah membuang atau tidak menggunakan data yang tidak valid tersebut pada pengolahan data selanjutnya.

b) Uji Reliabilitas Instrumen

Sedangkan untuk pengujian reliabilitas dilakukan dengan menghitung reabilitas seluruh item angket dengan menggunakan rumus Spearman Brown berikut (Sugiyono, 2008:95):

(1) Mencari r tabel apabila dengan α = 0,05 dan derajat kebebasan (dk = n -1)

(2) Menbuat keputusan dengan membandingkan r11 dengan rtabel. Dengan kaidah

pengambilan keputusan sebagai berikut: Jika r11 > rtabel berarti item angket reliabel,

sebaliknya jika r11 < rtabel berarti item angket tidak reliabel.

Mengacu pada pendapat Suharsimi Arikunto (2002: 170) yang menyatakan

(43)

digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrument tersebut sudah cukup

baik.” Maksud dapat “dipercaya” disini bahwa data yang dihasilkan harus memiliki

tingkat kepercayaan yang tinggi.

Dalam penelitian ini, langkah-langah pengujian reliabilitas angket dilakukan dengan bantuan SPSS. Adapun kaidah pengambilan keputusan adalah: jika r hitung > r

tabel maka instrumen reliabel, dan jika rhitung < rtabel maka instrumen tidak reliabel.

Sedangkan uji reliabilitas tiap variabel adalah sebagai berikut:

1) Variabel Perilaku Kepemimpinan Kepala Sekolah (X1)

Uji reliabilitas variabel perilaku kepemimpinan kepala sekolah terlihat pada tabel dibawah ini:

Tabel 3.9

Uji Reliabilitas Variabel Perilaku Kepemimpinan Kepala Sekolah (X1)

Reliability Statistics

Spearman-Brown Coefficient Equal Length ,959

Unequal Length ,959

Guttman Split-Half Coefficient ,956

a. The items are: q1, q2, q3, q5, q6, q8, q9, q10, q11, q12, q13, q14, q15, q16, q17, q18. b. The items are: q19, q20, q21, q22, q23, q24, q26, q27, q28, q29, q30.

Pengujian reliabilitas pada variabel perilaku kepemimpinan kepala sekolah ini dengan melihat nilai korelasi gutman split-half coefficient yaitu sebesar 0,956. Korelasi berada pada kategori sangat kuat. Bila dibandingkan dengan rtabel 0,632

maka rhitung lebih besar daripada rtabel. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa

(44)

2) Variabel Iklim Sekolah (X2)

Uji reliabilitas variabel iklim sekolah terliha pada abel dibawah ini:

Tabel 3.10

Uji Reliabilitas Variabel Iklim Sekolah (X2)

Reliability Statistics

Spearman-Brown Coefficient Equal Length ,929

Unequal Length ,929

Guttman Split-Half Coefficient ,928

a. The items are: q1, q2, q3, q4, q5, q6, q7, q8, q9, q10, q11, q12, q13, q14, q15, q16. b. The items are: q17, q18, q19, q20.q21, q22, q23, q24, q25, q26, q27, q28, q29, q31.

Pengujian reliabilitas pada variabel iklim sekolah ini dengan melihat nilai korelasi gutman split-half coefficient yaitu sebesar 0,928. Korelasi berada pada kategori sangat kuat. Bila dibandingkan dengan rtabel 0,632 maka rhitung lebih besar

daripada rtabel. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa item pertanyaan pada

variabel iklim sekolah (X2) reliabel.

3) Variabel Mutu Sekolah (Y)

Uji reliabilitas variabel mutu sekolah terliha pada abel dibawah ini:

Tabel 3.11

Uji Reliabilitas Variabel Mutu Sekolah (Y) Reliability Statistics

Spearman-Brown Coefficient Equal Length ,968

Unequal Length ,968

Guttman Split-Half Coefficient ,968

(45)

Pengujian reliabilitas pada variabel Mutu Sekolah ini dengan melihat nilai korelasi gutman split-half coefficient yaitu sebesar 0,968. Korelasi berada pada kategori sangat kuat. Bila dibandingkan dengan rtabel 0,632 maka rhitung lebih besar

daripada rtabel. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa item pertanyaan pada

variabel Mutu Sekolah (Y) reliabel.

Setelah angket diujicobakan dan hasil uji coba angket menunjukkan bahwa instrumen tersebut telah memenuhi kriteria validitas dan reliabilitas, selanjutnya adalah melaksankan penyebaran angket untuk memperoleh data yang diinginkan.

E. Teknik Pengumpulan Data

Nazir (2003:328) mengatakan bahwa teknik pengumpulan data merupakan alat-alat ukur yang diperlukan untuk melaksanakan suatu penelitian. Data yang dikumpulkan dapat berupa angka-angka, keterangan tertulis, informasi lisan dan beragam fakta yang berhubungan dengan focus penelitian yang diteliti. Maka dalam penelitian ini digunakan dua teknik utama pengumpulan data, yaitu studi dokumentasi dan teknik angket.

1. Studi Dokumentasi

(46)

2. Teknik Angket

Kuesioner/angket secara umum sering disebut sebagai daftar pertanyaan. Menurut Moh. Nazir (2003:203) kuesioner adalah daftar pertanyaan yang cukup terperinci dan lengkap.

Angket disebarkan pada responden dalam hal ini sebanyak 33 responden. Pemilihan dengan model angket ini, didasarkan atas alasan bahwa: (a) responden memiliki waktu untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan atau pernyataan-pernyataan, (b) setiap responden menghadapi susunan dan cara pengisian yang sama atas pertanyaan yang diajukan, (c) responden mempunyai kebebasan memberikan jawaban, dan (d) dapat digunakan untuk mengumpulkan data atau keterangan dari banyak responden dan dalam waktu yang tepat. Indikator-indikator yang merupakan jabaran dari variabel perilaku kepemimpinan kepala sekolah dan iklim sekolah terhadap mutu sekolah merupakan materi pokok yang diramu menjadi sejumlah pernyataan didalam angket.

F. Teknik Analisis Data

Langkah-langkah pengolahan data yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Analisis Data Deskriptif

(47)

yang diperoleh dengan menggunakan teknik Weighted Means Scored (WMS), dengan rumus:

Keterangan:

= skor rata-rata yang dicari

X = jumlah skor gabungan (hasil kali frekuensi dengan bobot nilai untuk setiap alternatif jawaban)

N = jumlah responden

Hasil kali perhitungan dikonsultasikan dengan tabel 6 kriteria dan penafsiran seperti dibawah ini:

Tabel 3.12 :

Kriteria dan Penafsiran Analisis Deskrriptif

Rentang Nilai Pilihan Jawaban Kriteria

4,01 – 5,00 Selalu Sangat tinggi

3,01 – 4,00 Sering Tinggi

2,01 – 3,00 Kadang-kadang Cukup

1,01 – 2,00 Jarang Rendah

0,01 – 1,00 Tidak pernah Sangat rendah

2. Pengujian Persyaratan Analisis

(48)

Persyaratan analisis yang dimaksud adalah persyaratan yang harus dipenuhi agar analisis dapat dilakukan, baik untuk memprediksi atau keperluan pengujian hipotesis. Terdapat dua syarat yang harus dipenuhi sebelum melakukan analisis regresi, baik regresi linear sederhana ataupun regresi ganda. Persyaratan tersebut adalah : (a) Syarat normalitas, (b) Syarat kelinieran regresi X atas Y.

1) Uji Normalitas

Uji normalitas digunakan untuk mengetahui dan menentukan teknik statistik apa yang digunakan pada pengolahan data selanjutnya. Apabila penyebaran datanya normal maka akan digunakan statistik parametrik, namun apabila penyebaran datanya tidak normal maka akan digunakan teknik statisti non parametrik.

Uji normalitas ini dilakukan dengan menggunakan teknik kolmogorov-smirnov

goodness of fit test. Teknik ini digunakan karena data yang akan diuji berada dalam

level internal (Enguneering Stastic Handbook) dan Garson (2003). Selain itu, teknik memperlakukan observas individual secara terpisah sehingga X2, tidak kehilangan

informasi karena pembuatan kategorisasi (siegel, 1956:51).

Suatu data dikatakan normal jika nilai p> 0,05 (Field, 2000:46). Data dianalisis dengan bantuan komputer spss 20.0 dasar pengambilan keputusan berdasarkan probabilitas. Hasil uji normalitas data penelitian dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 3.13 Uji normalitas

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Mutu sekolah Perilaku

kepemimpinan

Iklim sekolah

N 33 33 33

(49)

Most Extreme Differences

Absolute ,109 ,099 ,127

Positive ,109 ,099 ,113

Negative -,061 -,064 -,127

Kolmogorov-Smirnov Z ,627 ,571 ,730

Asymp. Sig. (2-tailed) ,826 ,900 ,660

a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.

Dari output diatas diketahui bahwa nilai signifikansi (Asymp.Sig.(2-tailed) untuk dua sisi diperoleh nilai signifikansi variabel perilaku kepemimpinan kepala sekolah (X1) sebesar 0,900. Untuk variabel iklim sekolah (X2) sebesar 0,660. Dan untuk

variabel mutu sekolah (Y) diperoleh nilai sebesar 0,826. Nilai signifikansi dari masing-masing variabel > 0,05 yang berarti bahwa data dari masing-masing variabel berdistribusi norma. Oleh karena itu, maka teknik alalisis data yang digunakan adalah teknik statistik paramterik data.

Tabel 3.14

Rekapitulasi Hasil Uji Normalitas Data

No Variabel Sig Kriteria Keterangan

1 Perilaku kepemimpinan

kepala sekolah (X1) 0,900 0,900>0,05 Normal 2 Iklim sekolah (X2) 0,660 0,660>0,05 Normal 3 Mutu sekolah (Y) 0,826 0,723>0,05 Normal

2) Uji Linearitas

Uji linearitas dilakukan dengan mencari persamaan garis regresi variabel independen X1 dan X2 terhadap variabel dependen Y. Uji linearitas antara variabel

independen X1 dan X2 terhadap variabel dependen Y dengan memanfaatkan bantuan

(50)

a) Uji linieritas perilaku kepemimpinan kepala sekolah ( X1 )terhadap mutu

sekolah (Y)

Uji linieritas perilaku kepemimpinan kepala sekolah terhadap mutu sekolah diperoleh sebagai berikut:

Tabel 3.15

Uji linieritas perilaku kepemimpinan kepala sekolah ( X1 )

terhadap mutu sekolah (Y)

Terlihat dari tabel diatas diperoleh nilai signifikansi 0,006 yang berarti nilai tersebut kurang dari nilai 0,05 (0,006 < 0,05). Oleh karena itu, terdapat linieritas variabel perilaku kepemimpinan kepala sekolah (X1) terhadap mutu sekolah (Y).

1) Uji linieritas iklim sekolah ( X1 ) terhadap mutu sekolah (Y)

Uji linieritas iklim sekolah terhadap mutu sekolah diperoleh sebagai berikut:

Tabel 3.16

Uji linieritas iklim sekolah (X1)terhadap mutu sekolah (Y)

ANOVA Table

(51)

3. Menguji Hipotesis Penelitian

a. Untuk menguji hipotesis ada pengaruh perilaku kepemimpinan kepala sekolah (X1) terhadap mutu sekolah (Y)

Pertama kali yang harus dilakukan adalah menguji korelasi antar variabel, dengan merumuskan hipotesis sebagai berikut:

Ho: tidak terdapat hubungan antara perilaku kepemimpinan kepala sekolah dengan mutu sekolah

Ha: terdapat hubungan antara perilaku kepemimpinan kepala sekolah dengan mutu sekolah

Untuk menguji hipotesis tersebut digunakan rumus:

Dengan dilanjutkan uji signifikansi dengan menggunakan rumus:

(Sugiyono, 2009:259)

Kemudian nilai t-hitung dibandingkan dengan nilai t-tabel dengan derajat kebebasan, dk= n-2 dan derajat kesalahan 5%, dengan ketentuan:

Ho : diterima, jika nilai t-hitung lebih kecil dari nilai t-tabel dan Ha: diterima, Jika nilai t-hitung lebih besar dari nilai t-tabel

Analisis selanjutnya adalah menghitung persamaan regresinya. Persamaan regresi dapat digunakan untuk melakukan prediksi seberapa tinggi nilai variabel

(52)

dependen bila nilai variabel independen dimanipulasi atau dirubah-rubah (Sugiyono, 2009:261)

Adapun persamaan regresi yang dimaksud adalah:

̂ , Dimana;

̂ Nilai yang diprediksikan

a = Konstanta

b = Koefisien regresi

X= nilai variabel independen

Untuk mencari nilai a dan b pada persamaan regresi, dengan menggunakan rumus

Sugiyono, 2009:262)

Kemudian menentukan koefisien determinasi dengan mencari nilai , untuk menentukan potensi pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen (Sugiyono, 2009:259)

b. Untuk menguji hipotesis ada pengaruh iklim sekolah (X2) terhadap mutu

sekolah (Y)

( )

(53)

Pertama kali yang dilakukan adalah menguji korelasi antara variabel dengan merumuskan hipotesis sebagai berikut:

Ho: Tidak ada hubungan antara iklim sekolah dengan peningkatan mutu sekolah

Ha: ada hubungan antara iklim sekolah dengan mutu sekolah

Untuk menguji hipotesis tersebut digunakan rumus: (Sugiyono, 2009:259)

Dan dilanjutkan uji signifikansi dengan menggunakan rumus: (Sugiyono, 2009:259)

Kemudian nilai t-hitung dibandingkan dengan nilai t-tabel dengan derajat kebebasan, dk = n-2 dan derajat kesalahan 5% dengan ketentuan:

Ho: diterima, jika nilait t-hitung lebih kecil dari nilai t-tabel dan Ha: diterima, jika nilai t-hitung lebih besar dari nilai t-tabel

Analisa selanjutnya adalah menghitung persamaan regresinya. Persamaan regresi dapat digunakan untuk melakukan prediksi seberapa tinggi nilai variabel dependen bila nilai variabel independendi manipulasi atau dirubah-rubah (Sugiyono, 2009: 262).

Adapun persamaan regresi yang dimaksud adalah:

(54)

̂ Dimana;

̂ Nilai yang diprediksikan

a = Konstanta

b = Koefisien regresi

X= nilai variabel independen

Untuk mencari nilai a dan b pada persamaan regresi, dengan menggunakan rumus

Sugiyono, 2009:262)

Kemudian menentukan koefisien determinasi dengan mencari nilai , untuk menentukan potensi pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen (Sugiyono, 2009:259)

c. Untuk menguji hipotesis ada pengaruh perilaku kepemimpinan kepala

sekolah (X1) dan iklim sekolah (X2) secara bersama-sama terahdap mutu

sekolah (Y)

Pertama kali yang dilakukan adalah menguji korelasi antara variabel dengan merumuskan hipotesis sebagai berikut:

Ho: Tidak ada hubungan antara perilaku kepemimpinan kepala sekolah dan iklim sekolah secara bersama-sama dengan mutu sekolah.

( )

(55)

Ha: Ada hubungan antara perilaku kepemimpinan kepala sekolah dan iklim sekolah secara bersama-sama dengan mutu sekolah.

Untuk menguji hipotesis tersebut digunakan rumus:

Dimana,

Korelasi antara dan secara bersama-sama dengan variabel Y

= Korelasi Product Moment antara dengan Y

= Korelasi product moment antara dengan Y

= Korelasi Product Moment antara dengan

(Sugiyono, 2009:266)

Dan dilanjutkan dengan uji signifikansi dengan menggunakan rumus

=

Dimana ,

R : Koefisien korelasi ganda K : Jumlah variabel independen n : Jumlah sampel

(Sugiyono, 2009:266)

(56)

Ho: diterima, jika nilai F-hitung lebih kecil dari nilai F-tabel dan Ha: diterima, Jika nilai F-hitung lebih besar dari nilai F-tabel

Analisa selanjutnya adalah menghitung persamaan regresi ganda. Persamaan regresi ganda ini dapat digunakan untuk melakukan prediksi seberapa tinggi nilai variabel dependen bila nilai kedua variabel independen secara bersama-sama dimanipulasi atau dirubah-rubah (Sugiyono, 2009: 267). Adapun persamaan regresi ganda yang dimaksud adalah:

̂

Dimana

̂ Nilai yang diprediksikan

a = Konstanta

= Koefisien regresi Independen 1 = Koefisien regresi independen 2

= nilai variabel independen 1 nilai variabel independen 2

Untuk mencari nilai a dan dan pada persamaan regresi ganda, dengan menggunakan persamaan:

(Sugiyono, 2009:256)

Y= a

(57)

Kemudian untuk mengetahui tingkat kekuatan korelasi dari masing-masing hasil hitungan korelasinya dikonsultasikan dulu dengan tabel interpretasi koefisien korelasi di bawah ini:

Tabel 3.17

Interpretasi koefisien Korelasi r

Koefisien Korelasi Kategori

0,80 < r < 1.00 Sangat kuat

0,60 < r < 0, 79 Kuat

0,40 < r < 0, 59 Cukup kuat

0,20 < r < 0,39 Rendah

0,00 < r < 0, 19 Sangat rendah Sumber Sugiono (2009:257)

4. Pengolahan dan analisis Data dengan alat bantu

(58)

Imam Sibaweh, 2013

Pengaruh Perilaku Kepemimpinan Kepala Sekolah Dan Iklim Sekolah Terhadap Mutu Sekolah Pada

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengolahan data yang telah dilakukan maka dihasilkan beberapa temuan penelitian sebagai berikut:

1. Mutu sekolah pada SMPN di Kabupaten Cirebon secara keseluruhan berada pada kategori sangat tinggi dilihat dari tiga apek variabel mutu sekolah yaitu; aspek (1) input, (2) proses (3) output, dan (4) outcome.

2. Perilaku kepemimpinan kepala sekolah pada SMPN di Kabupaten Cirebon

secara keseluruhan berada pada kategori sangat tinggi dilihat dari aspek pada variabel perilaku kepemimpinan kepala sekolah yaitu; aspek (1) keterampilan, (2) komitmen dan (3) motivasi.

3. Iklim sekolah pada SMPN di Kabupaten Cirebon secara keseluruhan berada pada kategori sangat tinggi dilihat dari aspek pada variabel iklim yaitu; (1) aspek standar disiplin bagi seluruh personil sekolah, (2) aspek lingkungan fisik yang mendukung, aman, nyaman, untuk proses KBM, (3) aspek penghargaan dan insentif, (4) aspek harapan yang tinggi dari komunitas sekolah, dan (5) aspek suasana harmonis dengan personil sekolah.

4. Iklim Sekolah memberikan pengaruh yang positif dan signifikan dengan

rata-rata angka pada instrumen penelitian berpengaruh cukup kuat terhadap Mutu Sekolah.

(59)

faktor yang mempengaruhi terhadap Mutu Sekolah, namun perilaku kepemimpinan kepala sekolah merupakan faktor yang lebih besar mempengaruhinya terhadap Mutu Sekolah dibandingkan dengan variabel iklim Sekolah.

6. Perilaku Kepemimpinan Kepala Sekolah dan Iklim Sekolah memberikan pengaruh pengaruh yang positif dan signifikan dengan kriteria rendah terhadap Mutu Sekolah; artinya masih ada banyak faktor lain yang berpengaruh terhadap Mutu Sekolah dintaranya adalah kompensasi, lingkungan kerja, sarana dan prasarana, teknologi, tata nilai, derajat kesehatan, dan tingkat upah minimum.

B. Rekomendasi:

1. Peilaku kepemimpinan kepala sekolah yang dilihat pada aspek keterampilan berada pada kategori paling rendah dengan alasan bahwa (1) kemampuan komunikasi verbal rendah, (2) belum maksimal dalam mengelola waktu dan stress, (3) belum maksimal dalam mengelola keputusan pribadi, (4) belum bisa mengenali, mendefinisi dan menyelesaikan masalah, (5) belum bisa memoivasi dan mempengaruhi orang lain, (6) mendelegasikan, (7) menentukan tujuan dan mengartikulasikan sebuah visi, (8) kepekaan pribadi, (9) pembentukan tim, dan (10) manajemen konflik.

(60)

Imam Sibaweh, 2013

Pengaruh Perilaku Kepemimpinan Kepala Sekolah Dan Iklim Sekolah Terhadap Mutu Sekolah Pada

maksimal, motivasi bawahan lemah, (3) tidak bisa memberikan keteladanan sebagai seorang pemimpin, (4) tidak mampu dalam mengontrol kegiatan. solusi yang bisa ditawarkan adalah hasil dari berbagai risat dikombinasikan kedalam empat kategori keterampilan kepemimpinan, yaitu : (1) hubungan partisipatif dan hubungan manusia (komunikasi yang mendukung dan membangun tim), (2) daya saing dan kontrol (contohnya asertif, kekuasaan dan pengaruh), (3) inovasi dan kewirausaahaan (contohnya penyelesaian masalah secara kreatif), (4) mempertahankan urutan dan rasionalitas (contohnya manajemen waktu dan membuat keputusan yang rasional)

2. Iklim sekolah pada aspek standar disiplin terendah dengan alasan peneliti menganalisis bahwa yang dimaksud dengan standar disiplin bagi seluruh personil sekolah adalah regulasi yang tidak jelas didalam sebuah lembaga pendidikan dan cara yang tidak tepat dalam mendisiplinkan individu anggota organisasi.

Dampak yang akan terjadi adalah (1) sistem sekolah semrawut, (2) tumpang tindih pekerjaan, (3) tidak menghargai posisi, (4) tidak memahami tugas dan fungsinya serta tanggung jawabnya, (5) saling mengandalkan, (6) tidak ada pengawasan secara terpadu.

(61)

dari semua pihak termasuk kepala sekolah dan orang tua siswa serta pemerintah, (7) kepemimpinan yang bisa diteladani oleh seluruh anggota personil sekolah.

3. Mutu sekolah dilihat dari aspek output pendidikan terendah dibandingkan dengan yang lainnya dengan alasan (1) motivasi belajar siswa rendah karena lebih ditekankan kepada prestasi akademik dan nonakademik siswa, (2) kinerja mengajar guru rendah, (3) pengawasan kepala sekolah rendah.

dampak dari output rendah adalah; (1) prestasi akademik dan non akademik rendah, (2) kepercayaan publik kepada sekolah rendah, (3) sekolah tidak memiliki rasa percaya diri.

Solusinya adalah (1) regulasi harus dilakukan dengan penuh tanggung jawab, (2) adanya komitmen bersama dalam menjaga output, (3) motivasi yang tinggi dari semua komponen, (4) meningkatkan kompetensi baik dari kepala sekolah, guru, dan siswa.

(62)

DAFTAR PUSTAKA

Akdon dan Hadi, S (2004) Aplikasi Statistika dan metode Penelitian untuk

Administrasi & mananjemen. Cirebon: Dewa Ruci

Aqib, Z. (2011) Pendidikan Karakter Membangun Perilaku Positif Anak

Bangsa. Bandung:Yrama Widya

Arcaro, (2007). Dimensi dalam Mutu Pendidikan. Surabaya: Usaha Nasional

Arikunto, Suharsimi. (2010). Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktis. Jakarta: Rineka Cipta

Bungin.B (2010) Metode Penelitian Kuantitatif komunikasi, ekonomi, dan

kebijakan publik serta ilmu-ilmu sosial lainnya. Jakarta: Prenada

Media Group

Danim, Sudarwan. (2007). Visi Baru manajemen sekolah dari unit birokrasi

ke lembaga akademik. Jakarta: Bumi Aksara

Engkoswara & Komariah (2010) Administrasi Pendidikan. Bandung: Alfabeta

Field, Andy (2000) Discovering Statistic Using SPSS for Windows Advanced

Techniques for the Beginnir. London : Sage Publication

Hadis & Nurhayati (2010). Manajemen Mutu Pendidikan. Bandung: Penerbit AlfaBeta

Hasibuan, Melayu. (2002). Manajemen Sumber Daya Manusia; Peranan

Pemimpin dan Fasilitator. Jakarta: Haji Masagung

Hersey, Blanchard (1982) Manajemen Perilaku Organisasi: Pendayagunaan

Sumber Daya Manusia Edisi Keempat, Alih Bahasa Agus Dharma.

Jakarta:Erlangga

Hoffman, et.al (2009). On Improving School Climate: Reducing Reliance on

Rewards and Punishment. Dalam International Journal Of Whole

(63)

http://www.wholeschooling.net/Journal_of_Whole_Schooling/ articles/5-1%20Hoffman.pdf [17 Juni 2012]

Kemendiknas (Sindo, 26 Agustus 2010) berita mengenai Mutu Pendidikan Nasional

Luthans.Fred (2006) Perilaku Organisasi Edisi Sepuluh, Alih bahasa Vivin Andika dkk. Yogyakarta:Andi

Masaong.K dan Tilome A. (2011) Kepemimpinan Berbasis Multiple Intelligence (Sinergi Kecerdasan Intelektual, Emosional dan Spiritual

untuk Meraih Kesuksesan yang Gemilang). Bandung: Alfabeta

Nawawi, Hadari. (2005). Administrasi Personal Untuk Peningkatan

Produktivitas Kerja. Jakarta : CV. Haji Masagung

Nazir, Moh (2003) Metode Penelitian. Gahlia: Jakarta

PP 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan

Razik.ATaher & Swanson.D.Austin (1995) Fundamental Concept of Educational

Leadership and Management. New Jersey:Prentice-Hall Inc.

Robbins S & Judge.T (2008) Perilaku Organisasi :Edisi 12 (Alih bahasa.Angelica.D, dkk). Jakarta: Salemba Empat

Sagala, S. (2010). Manajemen Strategik dalam Peningkatan Mutu

Pendidikan. Cetakan keempat. Bandung: Alfabeta

Sagala, Syaiful (2008). Administrasi Pendidikan Kontemporer. Cirebon: Alfabeta

Sallis, E. (2010). Total Quality Management In Education manajemen mutu

pendidikan.(Alih bahasa. Riyadi, Fahrurrozi). London: Routledge.

Salusu. (2002). Pengambilan Keputusan Stratejik Untuk Organisms Publik dan

(64)

Soetopo H,(2012). Perilaku Organisasi teori dan praktik dibidang pendidikan: Malang: Remaja Rosdakarya

Sugiyono. (2009). Metode Penelitian Kualitatif, Kuantitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Sujatno.A dan Muladi (2011) Traktat Etis Kepemimpinan Nasional dan

Indeks Kepemimpinan Nasional Indonesia. Jakarta. RMBOOKS

Sulistyastuti.D dan Purwanto.E (2011) Metode Penelitian Kuantitatif Untuk

Administrasi Publik dan Masalah-Masalah Sosial. Yogyakarta: Gaya

Media.

Tilaar, Nugroho (2009). Kebijakan pendidikan pengantar unuk memahami

kebijakan pendidikan dan kebijakan sebagai kebijakan publik.Pustaka

Pelajar

Undang-undang nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasioanl

Usman. Husnaini (2009). Manjemen Teori, Praktik, dan Riset Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara

Wahab, A. A. (2008). AnatomiOrganisasi dan kepemimpinan kependidikan Bandung: CV Alfabeta.

Wahyu, Ariani, Dorothea (2003) Manajemen Kualitas Pendekatan Sisi Kualitatif. Jakarta: Ghalia Indonesia

Wahyudi (2012) Kepemimpinan Kepala Sekolah Dalam Organisasi Pembelajar. Bandung:Alfabeta.

Williams, Chuck (2000). Management, Ohio: South-Western College Publishing

Winardi, J. (2007). Motivasi dan Pemotivasian dalam Manajemen, Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Yukl. G (2005) Kepemimpinan Dalam Organisasi edisi ke V (Alih Bahasa) Budi

Gambar

tabel berikut:
Tabel 3.2 Alokasi Proporsi Pengambilan Responden Terhadap Sekolah
Tabel. 3.3 Kisi-Kisi Instrumen Penelitian
Tabel. 3.5 Kisi-Kisi Instrumen Penelitian
+7

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kadar partikulat 10 mikrometer (PM10), sulfur dioksida (SO2), dan nitrogen dioksida (NO2) di udara ambien dan keluhan gangguan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada bagian terdahulu mengenai kemampuan komunikasi matematis siswa dan kemandirian belajar siswa melalui pembelajaran dengan

Atribut tanda jabatan/pin dan/atau tanda pengenal pegawai dipakai pada Pakaian Dinas Pegawai Negeri Sipil di lingkungan Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia..

Dalam pengumpulan data dengan metode wawancara, peneliti menetapkan beberapa narasumber yang menjadi informan penelitian yang berhubungan dengan tujuan penelitian ini yaitu

Pengaruh Modifikasi Dasar Permainan Bola Basket Terhadap Peningkatan Kemampuan Gerak Manipulatif Anak Tunagrahita Ringan.. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Data tanggapan responden yang diperoleh berupa ceklist. Berikut adalah kriteria penilaian butir soal.. Memberikan skor pada jawaban item dengan menggunakan CVR. Setelah semua

Sepakbola merupakan cabang olahraga yang populer dan banyak digemari, tapi tidak semua orang mengenal taktik-taktik dalam sepakbola oleh karena itu penulis mencoba membuat

“ Bagaimanakah kualitas tes tertulis Two-tier Multiple Choice yang dikembangkan pada materi pokok Organisasi