PENGARUH GOOD CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP PEMILIHAN AUDITOR PADA PERUSAHAAN SEKTOR
MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BEI PERIODE 2011-2013
Lydia Kartika Hadi
Jurusan Akuntansi / Fakultas Bisnis dan Ekonomika [email protected]
Drs. Eko Pudjolaksono, M.Ak., Ak.
Jurusan Akuntansi / Fakultas Bisnis dan Ekonomika
Rizky Eriandani, S.E., M.Ak.
Jurusan Akuntansi / Fakultas Bisnis dan Ekonomika [email protected]
Abstrak - Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh mekanisme good corporate governance terhadap pemilihan auditor dengan analisis regresi logistik.
Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan sektor manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2011-2013 dengan total 321 sampel. Auditor diklasifikasikan menjadi Big 4 (berkualitas tinggi) dan Non Big 4 (berkualitas rendah). Mekanisme good corporate governance yang dipergunakan sebagai variabel independen adalah persentase saham yang dimiliki pemegang saham terbesar, ukuran dewan komisaris, dan persentase komisaris independen.
Hasil penelitian membuktikan bahwa persentase saham yang dimiliki pemegang saham terbesar dan ukuran dewan komisaris berpengaruh positif signifikan terhadap pemilihan auditor sedangkan persentase dewan komisaris tidak berpengaruh signifikan. Di Indonesia mayoritas pemegang saham terbesar adalah investor non-individu sehingga pengawasan manajemen dan pelaporan keuangan lebih profesional. Dewan komisaris juga berperan dalam mengawasi manajemen dan memastikan penerapan good corporate governance di perusahaan.
Kata Kunci: Good Corporate Governance, Pemilihan Auditor, Pemegang Saham Terbesar, Dewan Komisaris, Komisaris Independen
Abstract – The purpose of this study is to examine the impact of good corporate governance mechanism on auditor choice with logistic regression analysis . The sample used in this study is the manufacturing sector company listed in Indonesia Stock Exchange 2011-2013 period with a total of 321 samples . Auditors are classified into the Big 4 (high quality) and non-Big 4 (low quality). Good corporate governance mechanism that is used as the independent variables are percentage of shares owned by the largest shareholder, board of commissioners size , percentage of independent commissioners. Research shows that the percentage of shares owned by the largest shareholder and board of commissioners size have significant positive effect on the selection of auditors , while the percentage of the commissioners have no significant effect . In Indonesia, the majority shareholder is the largest non - individual investors so that the management and supervision of financial reporting more professional . The
board of commissioners also play a role in monitoring management and ensure the implementation of good corporate governance in the company .
Keywords: Good Corporate Governance, Auditor Choice, Largest Shareholder, Board of Commissioners, Independent Commissioners
PENDAHULUAN
Skandal keuangan dan akuntansi yang pernah terjadi di berbagai negara termasuk Indonesia menimbulkan ketidakpercayaan publik terhadap corporate governance seperti kasus Olympus Corporation, Enron, Parmalat, dan PT Kimia Farma Tbk. Beberapa skandal yang terjadi bahkan melibatkan kerja sama antara pihak manajemen dengan auditor. Menurut Hardiningsih (2010), akuntan publik dalam setiap penugasan audit sering terjadi benturan-benturan yang dapat mempengaruhi independensi di mana klien sebagai pemberi kerja berusaha untuk mengkondisikan agar laporan keuangan yang dibuat mempunyai opini yang baik, sedangkan di sisi lain akuntan publik harus dapat menjalankan tugasnya secara professional yaitu auditor harus dapat mempertahankan sikap independen dan objektif.
Menurut Boediono, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian (2006), good corporate governance berkaitan erat dengan kepercayaan baik terhadap perusahaan yang melaksanakannya maupun terhadap iklim usaha di suatu negara.
Penerapan good corporate governance oleh perusahaan-perusahaan di Indonesia sangat penting untuk menunjang pertumbuhan dan stabilitas ekonomi yang berkesinambungan. Selain itu good corporate governance perlu dilakukan dalam rangka mengoptimalkan nilai perusahaan bagi pemegang saham dengan tetap memperhatikan pemangku kepentingan lainnya.
Pada umumnya selalu ada trade-off ketika pemilihan auditor dilakukan perusahaan. Penggunaan auditor berkualitas tinggi untuk memberi tanda bahwa audit dan good corporate governace telah dilaksanakan secara efektif untuk mengurangi cost of capital atau penggunaan auditor berkualitas rendah untuk memperoleh keuntungan pribadi yang didorong lemahnya corporate governace dan pengungkapan yang tidak transparan (opaqueness gains) (Lin dan Liu, 2009).
Kualitas audit adalah probabilitas bahwa auditor akan menemukan dan melaporkan pelanggaran pada sistem akuntansi klien DeAngelo (1981) Kualitas
kantor akuntan publik (KAP) berhubungan positif dengan ukuran KAP dan pangsa pasar KAP (DeAngelo, 1981). Francis dan Khrishnan (1999) dalam Lin dan Liu (2009) berpendapat bahwa auditor dari KAP yang lebih besar memberikan audit dengan kualitas lebih tinggi untuk menjaga reputasi dan menghindari tuntutan hukum. Sudsomboon dan Ussahawanitchakit (2009) menyatakan bahwa kualitas audit memberikan nilai tambah yang signifikan kepada investor dalam pasar modal karena investor sering menggunakan laporan keuangan yang telah diaudit sebagai dasar keputusan investasi.
Menurut Copley dan Douthett (2002), Fan dan Wong (2002) dalam Lin dan Liu (2009) dengan adanya konsentrasi kepemilikan tinggi, kemungkinan pelaporan keuangan perusahaan tidak transparan. Pemegang saham terbesar akan mencoba memaksimalkan kepentingan pribadi. Chen (2005) dalam Lin dan Liu (2009) menemukan bahwa terdapat hubungan positif antara jumlah dewan pengawas dengan tingkat corporate governance pada perusahan di China.
Semakin banyak jumlah anggota dewan pengawas maka akan meningkatkan peran monitoring.
Lin dan Liu (2009) membuktikan bahwa perusahaan dengan konsentrasi kepemilikan saham terbesar dan dewan pengawas yang sedikit cenderung tidak memilih auditor berkualitas tinggi. Pemegang saham terbesar memiliki kedudukan yang dapat mempengaruhi penunjukkan direktur dan menghalangi pemegang saham lain dalam pengambilan keputusan termasuk pemilihan auditor. Semakin sedikit jumlah anggota dewan pengawas menunjukkan lemahnya mekanisme internal corporate governance sehingga akan muncul opaqueness gains. Lin dan Liu (2010) menemukan bahwa perusahaan dengan konsentrasi kepemilikan saham terbesar cenderung mengganti auditor dari KAP yang lebih kecil. Sedangkan jumlah anggota dewan pengawas tidak memberi pengaruh yang sigfinikan terhadap keputusan penggantian auditor.
Liu dan Lu (2007) menyatakan bahwa struktur board tidak hanya bertindak sebagai mekanisme kontrol dalam proses pembuatan laporan keuangan, tetapi juga dapat mencegah controlling shareholder untuk melakukan aktivitas yang dapat merugikan kepentingan pemegang saham lainnya. Carcello et al.
(2002) menemukan board dengan tingkat independensi tinggi menginginkan kualitas audit yang tinggi.
Ekonom PT Bank DBS Indonesia, Cahyadi mengatakan bahwa tahun ini kinerja sektor manufaktur diperkirakan akan lebih terangkat (www.swa.co.id, 2014). Semakin membaiknya perkembangan sektor manufaktur nasional dan tren peningkatan realisasi investasi mendukung agenda pembangunan di Indonesia.
Sektor manufaktur memiliki peran yang penting bagi perekonomian Indonesia.
METODE PENELITIAN
Unit analisis penelitian ini adalah perusahaan sektor manufaktur yang terdaftar di BEI periode 2011-2013. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah non probability sampling – judgement sampling. Kriteria yang ditetapkan antara lain menerbitkan annual report beserta laporan auditor independen dan laporan keuangan pada periode bersangkutan, laporan keuangan dalam satuan mata uang rupiah, serta memiliki data lengkap untuk kepentingan penelitian. Yang memenuhi kriteria dalam pemilihan sampel sebanyak 321 tahun perusahaan.
Proses pemilihan sampel dapat dilihat pada tabel 1.
Tabel 1
Proses pemilihan perusahaan
Keterangan Jumlah
2011 2012 2013
Perusahaan sektor manufaktur yang terdaftar dalam BEI periode 2011-2013
136 137 137
Perusahaan tidak menerbitkan annual report dan data tersedia tidak lengkap
(3) (4) (3)
Laporan keuangan disajikan dalam mata uang selain Rupiah
(11) (24) (25)
Periode laporan keuangan tidak berakhir pada 31 Desember
(3) (2) (1)
Perusahaan tidak terdaftar di BEI per 1 Januari (1) (4) (4)
Perusahaan melakukan delisting (2) (1) (1)
Total per tahun 116 102 103
Total sampel 321
Variabel dependen dalam penelitian ini adalah pemilihan auditor (AUD) yang diukur dengan dummy dimana angka 1 diberikan jika auditor yang dipilih berasal dari KAP Big 4 sedangkan angka 0 diberikan jika auditor yang dipilih berasal dari KAP non Big 4. Variabel independen dalam penelitian ini antara lain persentase saham yang dimiliki pemegang saham terbesar (LSH) yang menunjukkan persentase kepemilikan saham terbesar dibsandingkan total saham perusahaan, ukuran dewan komisaris (BOC) menunjukkan jumlah anggota dewan komisaris, dan persentase komisaris independen (IC) menunjukkan persentase komisaris independen dibandingkan semua anggota dewan komisaris. Penelitian ini juga menggunakan variabel kontrol yaitu ukuran perusahaan (LNASSET) yang diproksikan dengan log natural total aset, pertumbuhan perusahaan (ATR) yang diproksikan dengan asset turnover ratio dengan cara membagi sales dengan total aset, profitabilitas (ROA) yang diproksikan dengan return on assets yaitu earnings after interest and taxation dibagi total aset, dan struktur aset (CURR) yang diproksikan dengan proporsi current assets dibandingkan total aset.
Hipotesis yang akan diuji dalam penelitian ini adalah:
H1: Diduga semakin tinggi persentase saham yang dimiliki pemegang saham terbesar, perusahaan cenderung tidak memilih auditor berkualitas tinggi.
H2: Diduga semakin sedikit anggota dewan komisaris, perusahaan cenderung tidak memilih auditor berkualitas tinggi.
H3: Diduga semakin rendah persentase komisaris independen, perusahaan cenderung tidak memilih auditor berkualitas tinggi.
Analisis data dilakukan dengan regresi logistik biner untuk menguji apakah probabilitas terjadinya variabel dependen dapat diprediksi dengan variabel independennya. Uji overall model fit dilakukan untuk menilai apakah model sudah fit dengan data dengan menggunakan fungsi Likelihood yang ditransformasikan menjadi -2Log Likelihood. Pengujian kelayakan model regresi dilakukan dengan Hosmer and Lemeshow’s Goodness of Fit Test. Uji tersebut digunakan untuk menguji apakah data empiris cocok atau sesuai dengan model.
Uji Cox and Snell’s R Square dan Nagelkerke’s R Square digunakan untuk menunjukkan seberapa besar model yang digunakan mampu menjelaskan variabel
dependen dengan menggunakan variabel independen. Selanjutnya, uji Wald dilakukan untuk menguji apakah koefisien regresi logistik signifikan.
Permodelan regresi logistik yang digunakan dalam penelitian:
p
1−p=e( β0 ! β1!"# ! β2!" ! β3!" ! β4!"# ! β5!"#$$%& ! β6!!" ! β7!"##! !)
Keterangan:
β = konstanta
LSH = persentase saham yang dimiliki pemegang saham terbesar BOC = ukuran dewan komisaris
IC = persentase komisaris independen ROA = return on asset
LNASSET = log dari total assets ATR = asset turnover ratio
CURR = proporsi current assets dibandingkan total assets β1-7 = koefisien regresi
ε = error
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pengujian yang dilakukan pertama adalah uji overall model fit. Terjadi penurunan nilai -2Log Likelihood yang signifikan sebesar 136,946 setelah menambahkan variabel independen dan variabel kontrol menunjukkan bahwa model yang dihipotesiskan fit dengan data.
Tabel 4.2 -2Log Likelihood
Block 0:Beginning Block Block 1: Method = Enter
-2Log Likelihood 413,964 277,018
Dari Hosmer and Lemeshow’s Goodness of Fit Test diperoleh Chi-square sebesar 12,009 dengan signifikansi sebesar 0,151. Signifikansi pada tabel lebih besar dari 0,05 sehingga dapat disimpulkan model regresi layak untuk dipakai.
Model regresi tersebut dapat diterima karena cocok dengan data atau dapat dikatakan mampu memprediksi nilai observasinya pada tingkat kepercayaan 95%.
Tabel 4.3
Hosmer and Lemeshow Test
Step Chi-square df Sig.
1 12,009 8 ,151
Nilai Cox and Snell’s R Square yang diperoleh sebesar 0,347 dan nilai Nagelkerke’s R Square sebesar 0,479. Hal ini berarti 47,9% pemilihan auditor pada perusahaan sektor manufaktur dipengaruhi persentase kepemilikan saham terbesar, ukuran dewan komisaris, persentase komisaris independen, return on assets, log natural aset, asset turnover ratio, dan proporsi current assets terhadap total aset sedangkan sisanya 52,1% dipengaruhi faktor lain di luar penelitian ini.
Tabel 4.4
Cox and Snell’s R Square dan Nagelkerke’s R Square
Cox & Snell’s R Square Nagelkerke’s R Square
,347 ,479
Matriks klasifikasi menunjukkan kekuatan prediksi dari model regresi logistik dalam memprediksi kemungkinan pemilihan auditor. Secara keseluruhan ketepatan model dapat dilihat pada overall percentage yaitu sebesar 77,6%.
Tabel 4.4 Classification Tablea
Observed Predicted
AUD Percentage
Correct KAP_Non_Big4 KAP_Big4
Step 1 AUD KAP_Non_Big4 KAP_Big4
Overall Percentage
190 52
20 59
90,5 53,2 77,6
Pengujian hipotesis dilakukan dengan Wald Test. Jika hasil uji
menunjukan nilai signifikansi kurang dari 0,05 berarti variabel independen berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen. Berdasarkan hasil pengujian dapat diambil model regresi logistik seperti berikut:
!
1−!=!(!!",!"#!!,!"#!"#!!,!""!"#!!,!"!!"!!,!"#!"#!!,!"#!"#$$%&!!,!"#!"#!!,!!"!"##)
Hasil uji untuk variabel persentase saham yang dimiliki pemegang saham (LSH) terbesar menghasilkan nilai sigfinikansi 0,012 < 0,05. Hal ini menandakan bahwa variabel tersebut berpengaruh signifikan terhadap pemilihan auditor.
Koefisien sebesar 1,704 berarti persentase saham yang dimiliki pemegang saham terbesar memiliki pengaruh positif terhadap pemilihan auditor. Berdasarkan hasil uji, H1 penelitian ditolak. Semakin tinggi persentase saham yang dimiliki pemegang saham terbesar, perusahaan cenderung memilih auditor berkualitas tinggi atau berasal dari KAP Big 4. Jika variabel bebas lainnya dianggap konstan, peningkatan 1% LSH menyebabkan probabilitas perusahaan memilih auditor dari KAP Big 4 adalah e1,704 = 5,496 kali lebih tinggi jika dibandingkan dengan perusahaan memilih auditor dari KAP non-Big 4. Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan hasil penelitian Lin dan Liu (2009). Mayoritas pemegang saham terbesar pada tiap perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI merupakan investor non- individu sehingga lebih profesional dan menginginkan laporan keuangan yang bekualitas tinggi yang berdampak pada pemilihan auditor berkualitas tinggi.
Pada pengujian variabel ukuran dewan komisaris (BOC) diperoleh nilai signifikansi 0,000 < 0,005 yang menunjukkan bahwa ukuran dewan komisaris memiliki pengaruh yang signifikan terhadap pemilihan auditor. koefisien sebesar 0,466 menunjukkan variabel ukuran dewan komisaris berpengaruh positif terhadap pemilihan auditor. Berdasarkan hasil uji, H2 penelitian diterima.
Semakin banyak jumlah anggota dewan komisaris, perusahaan cenderung memilih auditor berkualitas tinggi atau berasal dari KAP Big 4. Jika variabel bebas lainnya dianggap konstan, penambahan 1 orang BOC menyebabkan probabilitas perusahaan memilih auditor dari KAP Big 4 adalah e0,466 = 1,593 kali lebih tinggi jika dibandingkan dengan perusahaan memilih auditor dari KAP non- Big 4. Hasil penelitian ini didukung dengan hasil penelitian Lin dan Liu (2009)
yang menemukan perusahaan dengan ukuran dewan pengawas lebih kecil cenderung akan memilih auditor berkualitas rendah. Semakin besar ukuran dewan komisaris menandakan semakin kuat mekanisme corporate governance dalam suatu perusahaan. Wardhani (2007) menemukan semakin banyak jumlah anggota dewan komisaris dalam suatu perusahaan maka pengawasan terhadap direksi akan semakin baik sehingga perusahaan akan terhindar dari kecurangan pelaporan keuangaan.
Untuk pengujian pada variabel persentase komisaris independen (IC) diperoleh nilai signifikansi 0,276 > 0,05. Hal ini berarti persentase komisaris independen tidak berpengaruh signifikan terhadap pemilihan auditor. Nilai koefisien yang diperoleh sebesar -1,787. Berdasarkan hasil uji, H3 penelitian ditolak. Komisaris independen merupakan pihak yang ditunjuk oleh manajemen sehingga apabila tidak sejalan dengan keputusan manajemen maka perusahaan dapat melakukan penggantian (Murhadi, 2009). Selain itu penempatan anggota dewan komisaris independen dimungkinkan hanya sekedar memenuhi ketentuan formal (Hardiningsih, 2010).
Dari empat variabel kontrol yang diuji hanya variabel ukuran perusahaan (LNASSET) berpengaruh positif signifikan terhadap pemilihan auditor. Diperoleh nilai signifikansi 0,000 < 0,05 dan nilai koefisien sebesar 0,712. Jika variabel bebas lainnya dianggap konstan, peningkatan 1% LNASSET menyebabkan probabilitas perusahaan memilih auditor dari KAP Big 4 adalah e0,712 = 2,038 kali lebih tinggi jika dibandingkan dengan perusahaan memilih auditor dari KAP non- Big 4. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Lin dan Liu (2009) yang menemukan ukuran perusahaan (log total aset) memiliki pengaruh positif terhadap pemilihan auditor. Audit fees akan meningkat seiring dengan semakin besar dan semakin tinggi tingkat kompleksitas perusahaan (Copley dan Douthett, 2002 dalam Lin dan Liu, 2009). Semakin besar perusahaan maka operasionalnya pun akan semakin rumit sehingga diperlukan auditor berkualitas yang biasanya dimiliki KAP besar seperti Big 4. Sedangkan variabel profitabilitas (ROA), pertumbuhan perusahaan (ATR), dan struktur aset (CURR) tidak berpengaruh signifikan. Beberapa penelitian menemukan bahwa arah hubungan antara struktur
aset dengan pemilihan auditor tidak konsisten (Copley dan Douthett, 2002;
Farbar, 2005; Firth dan Smith, 1992; Firth et al, 2005 dalam Lin dan Liu, 2009).
KESIMPULAN DAN IMPLIKASI HASIL PENELITIAN
Berdasarkan pengujian hipotesis dengan regresi logistik ditemukan bahwa persentase saham yang dimiliki pemegang saham terbesar dan ukuran dewan komisaris berpengaruh positif signifikan terhadap pemilihan auditor. Sedangkan persentase komisaris independen tidak berpengaruh signifikan terhadap pemilihan auditor. Variabel kontrol yang berpengaruh positif signifikan terhadap variabel dependen hanya ukuran perusahaan yang diproksikan dengan log total aset.
Profitabilitas (return on assets), pertumbuhan perusahaan (asset turnover ratio), dan struktur aset (proporsi current assets terhadap total aset) tidak berpengaruh signifikan terhadap pemilihan auditor. Mayoritas pemegang saham terbesar pada perusahaan manufaktur di Indonesia merupakan investor non-individu sehingga bersikap lebih profesional dan tidak menyalahgunakan kekuatannya untuk meraih keuntungan pribadi. Semakin banyak jumlah anggota dewan komisaris maka pelaksanaan corporate governance akan semakin kuat sehingga pengawasan terhadap perusahaan juga semakin baik. Penempatan komisaris independen hanya untuk memenuhi ketentuan formal sehingga pengawasan yang dilakukan kurang efektif.
Mekanisme good corporate governance muncul karena adanya agency problem. Mekanisme tersebut bertujuan untuk mengawasi aktivitas dan perilaku manajemen serta meningkatkan kinerja perusahan. Selain itu auditor juga berperan dalam mengawasi proses pelaporan keuangan suatu perusahaan serta mebuktikan kewajarannya. Di Indonesia penerapan good corporate governance muncul karena dorongan etika dan peraturan namun belum memiliki kekuatan hukum yang mengikat. Diharapkan untuk ke depannya penerapan good corporate governance dapat ditingkatkan semaksimal mungkin.
Penemuan ini berguna bagi investor dalam menilai suatu perusahaan dan mengambil keputusan investasi. Auditor yang dipilih perusahaan dapat dijadikan bahan pertimbangan dalam mengambil keputusan. Investor juga harus
memperhatikan pelaksanaan mekanisme good corporate governance karena mekanisme tersebut dirancang untuk mengawasi kinerja dan perilaku manajemen untuk mengatasi agency problem.
DAFTAR PUSTAKA
Binhadi, et al. 2006. Pedoman Umum Good Corporate Governance Indonesia.
Jakarta: Komite Nasional Kebijakan Governance.
Carcello, J. V., D. R. Hermanson., T. L. Neal, dan R. A. Riley Jr. Board Characteristics and Audit Fees. Contemporary Accounting Research, 19, 365-384.
DeAngelo. 1981. Auditor Size and Audit Quality. Journal of Accounting and Economics 3, 183-199.
Hardiningsih, P. 2010. Pengaruh Independensi, Corporate Governance, dan Kualitas Audit terhadap Integritas Laporan Keuangan. Kajian Akuntansi, Vol 2: 61-76.
Lin, Z. J. dan Ming Liu. 2009. The Impact of Corporate Governance on Auditor Choice: Evidende from China. Journal of International Accounting, Auditing and Taxation, 18, 44-59.
Liu, Q. dan Zhou L. 2007. Corporate Governance and Earnings Management in the Chinese Listed Companies: A Tunneling Perspective. Journal of Corporate Finance 13, 881-906.
Murhadi, W. R. 2009. Studi Pengaruh Good Corporate Governance Terhadap Praktik Earnings Management pada Perusahaan Terdaftar di PT Bursa Efek Indonesia. Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan, Vol 11: 1- 10.
Pratiwi, Ria. 2014. Indonesia Bisa Capai Pertumbuhan Ekonomi 6% di Akhir 2014 (Online). http://swa.co.id/business-research/indonesia-bisa-capai- pertumbuhan-ekonomi-6-di-akhir-2014, diakses tanggal 1 Juni 2014 Sudsomboon, S. dan P. Ussahawanitchakit. 2009. Professional Audit
Competencies P: The Effect on THAI’S CPAs Audit Quality, Reputation, and Success. Review of Business Research, Vol 9, No 3, 66- 85.
Wardhani, Ratna. 2007. Mekanisme Corporate Governance dalam Perusahaan yang Mengalami Permasalahan Keuangan. Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia Vol 14, No 1, 95-114.