• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH JENIS PAKAN TERHADAP PERTUMBUHAN JANGKRIK (Gryllus mitratus)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "PENGARUH JENIS PAKAN TERHADAP PERTUMBUHAN JANGKRIK (Gryllus mitratus) "

Copied!
4
0
0

Teks penuh

(1)

1   

PENGARUH JENIS PAKAN TERHADAP PERTUMBUHAN JANGKRIK (Gryllus mitratus)

Dery Noviasari, Jasmi

1

, Elza Safitri

2

Program Studi Pendidikan Biologi, Sekolah Tinggi Keguruan Dan Ilmu Pendidikan STKIP PGRI Sumatera Barat

Email : Dery_noviasari27@yahoo.co.id 

Abstrak

Cricket is an insect that is consumed bay humans because it has protein content, high energy and also contains kinds of vitamin and minerals. Constraints faced in growing crickets is breeder has not known feed suitable for growth of crickets. The feed is very impottant attention in growing crickets. The tipe and amount of food eaten can affeck growth and develop. Cricket like feed containing water and soft texturend so that the growth of cricket will be a maximum producted with good quality. Relate it was conducted research aimed to study the effect of kinds of feed toward growth of crickets (gryllus mitratus). This researah was conducted in Bandar Puding Kelurahan Pasar Ambacang Kecamatan Kuranji city in October 2014. The method used in this researah is completely random design/

Rancang Acak Lengkap with five treatments and five replications were A : voor 311, B : kale leaves, C : spinach leaves, D : cassava leaves, and E : green mustard leaves. Materials used in this researah was 150 crickets, where each treatments filled with 6 crickets. Data were analyzed variance and further tested with a test of BNT and DMRT lever α 5%. The finding showed that average weight is highest cricket in the treatment of E (green mustard) and lowest in the treatment of B (kale leaves). The average of dry weight of crickets is highest in treatment of E (green mustard) and lowest in treatment of B (kale leaves). The size of the wings are the longest in treatment of E (green mustrard) and the shortest in treatment of B (kale leaves). Feed of green mustard are good for growth crickets are weight, dry weight and wing length of crickets.

Kata kunci :Jangkrik (Gryllus Mitratus), Jenis Pakan

Pendahuluan

Jangkrik merupakan serangga berukuran kecil samapai besar yang berkerabat dekat dengan belalang karena keduanya tergolong bangsa Orthoptera. Jangkrik juga salah satu spesies serangga yang potensial dibudidayakan di alam Indonesia.

Iklim tropis dengan suhu rata- rata 20- 32 ºC dan kelembaban sekitar 65- 80 % sangat mendukung kehidupan jangkrik. Namun, hanya dua jenis saja yang umum dibudidayakan sebagai makanan burung berkicau dan ikan arwana, yaitu Gryllus mitratus dan Gryllus testaceus (Paimin, 1999).

Pakan, siklus udara, dan kapadatan merupakan faktor lingkungan yang sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan jangkrik. Beberapa jenis sayuran yang biasa digunakan sebagai pakan pada pemeliharaan jangkrik adalah sawi, wortel, kangkung, kol, buncis, gambas, bayam, jagung muda, dan daun singkong.

Sawi hijau lebih disukai jangkrik karena keadaan fisik dan teksturnya yang lembut dan memiliki kandungan air yang tinggi sehingga pertumbuhan

jangkrik yang diberi daun sawi lebih cepat dari pada jangkrik yang diberi daun pepaya. Jangkrik membutuhkan pakan yang cukup untuk pertumbuhan dan perkembangbiakannya. Perubahan- perubahan yang utama selama pertumbuhan adalah ukuran dan perbandingan- perbandingan tubuh (Mansy, 2002).

Walaupun jangkrik tergolong pemakan tumbuhan, ia pun bersifat kanibal. Sifat ini terutama muncul kalau makanan yang tersedia di alam sudah menipis atau berkurang. Dengan sifatnya tersebut, jangkrik akan memangsa sesamanya yang lebih lemah (Paimin, 1999).

Jangkrik merupakan serangga yang sangat popular di masyarakat karena mempunyai kandungan protein dan energi yang cukup tinggi, dan juga mengandung berbagai jenis vitamin dan mineral (Busnia, 2006). Jangkrik juga sudah banyak dimanfaatkan misalnya sebagai pakan burung berkicau, ikan arwana, reptil, udang dan lele. Selain itu, tepung jangkrik baik diberikan sebagai pakan unggas (itik dan ayam) karena mengandung protein yang cukup tinggi. Kebutuhan tersebut tidak akan dapat terpenuhi jika hanya mengandalkan tangkapan

(2)

2   

dari alam saja, karena itu perlu di kembangkan supaya jangkrik selalu tersedia secara kontiniu dalam jumlah yang cukup (Sudewi, 2001). Dalam usaha budidaya jangkrik para peternak jangkrik mempunyai beberapa pilihan dalam pengadaan pakan misalnya voor, sayur- sayuran, umbi- umbian, dan buah- buahan (Paimin, 1999).

Berdasarkan survey yang telah dilakukan dengan beberapa peternakan jangkrik yang ada di kota Padang, jangkrik yang biasa dibudidayakan oleh peternak yaitu jangkrik Gryllus mitratus dan Gryllus testaceus, karena jenis jangkrik ini mudah ditemukan dan penyebarannya sangat luas di Indonesia. Karena peminat jangkrik yang ada di sekitar kota Padang yang dominan adalah orang yang suka memelihara burung-burung berkicau dan ikan hias. Permintaan jangkrik di pasaran saat ini cendrung meningkat, sedangkan keberadaan jangkrik di alam semakin menurun. Hal ini dapat mengakibatkan punahnya populasi jangkrik sehingga kelestariannya tidak dapat di pertahankan.

Mengimbangi permintaan dan konsumsi yang semakin meningkat itu, maka mulailah dicoba untuk membudidayakan jangkrik alam dengan diternakkan dan setelah dewasa jangkrik- jangkrik ini dijual untuk makanan burung, reptilia, mamalia, dan ikan dengan harga Rp 60.000- 80.000 per kg, tetapi masyarakat masih sedikit memelihara atau mengembangkan jangkrik, salah satu kendalanya yaitu peternak belum mengerti bagaimana cara pengembangbiakannya dengan cepat. Ada beberapa jenis pakan lain yang bisa dijadikan pakan jangkrik agar pertumbuhan jangkrik meningkat yaitu daun sawi hijau, daun bayam, daun singkong dan daun kanggung yang disukai jangkrik karena keadaan fisik dan teksturnya yang lembut serta memiliki kandungan air yang lebih tinggi. Setelah penelitian ini diharapkan kita dapat mengetahui jenis- jenis pakan yang baik untuk pertumbuhan jangkrik.

Berdasarkan permasalahan dan informasi yang telah diuraikan tersebut maka telah dilakukan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui“Pengaruh Jenis Pakan Terhadap Pertumbuhan Jangkrik (Gryllus mitratus)”.

Metode penelitian

Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Oktober 2014 Di Bandar Puding Kelurahan Pasar Ambacang Kecamatan Kuranji Kota Padang.

Penelitian ini dilakukan untuk menguji pengaruh jenis pakan terhadap petumbuhan jangkrik dengan menggunakan RAL (Rancangan Acak Lengkap ) dengan 5 perlakuan dan masing- masing 5 ulangan ( A = voor 311, B = daun kangkung, C = daun bayam, D = daun singkong dan E = daun sawi hijau )

Sebelum melakukan penelitian maka peneliti harus melakukan observasi kelapangan untuk mengetahui jenis jangkrik yang siap untuk dipelihara.

Jangkrik yang digunakan adalah jangkrik yang berumur 21 hari. Jangkrik dimasukkan kedalam kotak/ kandang. Penempatan kotak jangkrik di tempat gelap dan sunyi. Tiap- tiap kotak diisi 6 ekor jangkrik, dimana terdiri dari 3 ekor jantan dan 3 ekor betina dengan berat 0,3 gr per individu. Jangkrik diberi pakan yang berbeda dan minuman secara khusus dalam wadah tertentu. Kotak A diberi pakan 10 gr voor 311, kotak B diberi pakan 10 gr daun kangkung, kotak C diberi 10 gr daun bayam, kotak D diberi pakan 10 gr daun singkong dan kotak E diberi pakan 10 gr daun sawi hijau. Pemberian pakan jangkrik dilakukan sekali dalam sehari pada waktu sore hari pada pukul 15.30 WIB. Sebelum pakan dimasukkan kedalam kotak, terlebih dahulu pakan dibersihkan/ dicuci agar pakan tidak mengandung plastisida.

Parameter

Parameter yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

1. Pertambahan berat badan (gram)

Pertambahan berat badan jangkrik adalah selisih antara berat badan akhir dikurang dengan berat badan awal.

PB = B Akhir – B Awal

2. Berat kering (gram)

Jangkrik yang berumur 30 hari dikeringkan didalam oven dual incubator dengan suhu 40 ºC sampai beratnya konstan dan dilanjutkan dengan penimbangan berat kering jangkrik.

3. Panjang sayap (cm)

Pengukuran panjang sayap dilakukan setelah jangkrik ditimbang berat keringnya.

Analisis Data

Data yang diperoleh dari setiap pengamatan dianalisis secara statistik dengan menggunakan uji ANNOVA (analisis of varience) dan dilanjutkan dengan uji lanjut.

Hasil dan Pembahasan A. Hasil

Hasil penelitian tentang pengaruh jenis pakan terhadap pertumbuhan jangkrik (Gryllus mitratus) di Bandar Puding Kelurahan Pasar Ambacang Kecamatan Kuranji Kota Padang di dapatkan data rata- rata berat badan, berat kering dan panjang sayap jangkrik seperti pada Tabel 1 dan Lampiran 3- 5. Rata- rata berat badan jangkrik

(3)

3   

tertinggi terdapat pada perlakuan E (sawi hijau) dan terendah pada perlakuan B (kangkung). Rata- rata berat kering jangkrik tertinggi terdapat pada perlakuan E (sawi hijau) dan terendah pada perlakuan

B (kangkung). Ukuran sayap terpanjang terdapat pada perlakuan E (sawi hijau) dan terpendek pada perlakuan B (kangkung).

Tabel 1. Pertambahan berat badan, berat kering dan panjang sayap jangkrik yang dipengaruhi jenis pakan terhadap pertumbuhn jangkrik

Perlakuan Berat badan (gr)

Berat kering (gr)

Ukuran Panjang sayap (cm)

A ( Voor 311 ) 2,4 a 1,28 b 1,34

B ( Kangkung ) 2,3 a 0,86 a 1,22

C ( Bayam ) 2,9 b 1,14 b 1,36

D ( Singkong ) 2,8 b 1,10 ab 1,36

E ( Sawi hijau ) 3,3 c 1,32 b 1,38

Keterangan: Angka-angka yang diikuti oleh huruf kecil yang sama adalah tidak berbeda nyata menurut uji lanjut BNT dan DMRT α 5 %

B. Pembahasan

1. Berat badan jangkrik

Dari penelitian yang telah dilakukan dapat dilihat pada Tabel 1 bahwa pemberian jenis pakan terhadap berat badan jangkrik memberikan pengaruh yang berbeda antar perlakuan. Dimana perlakuan B dan A memberikan pengaruh yang sama terhadap berat badan jangkrik. Begitu juga dengan perlakuan A, D, C, memberikan pengaruh yang sama.

Sementara perlakuan B, A, D, dan C berbeda dengan perlakuan E.

Hasil terbaik terdapat pada perlakuan sawi hijau dibandingkan dengan perlakuan lainnya. Hal ini diduga sawi hijau banyak mengandung nutrisi misalnya, vitamin, karbohidrat, protein dan mineral yang berperan dalam pertumbuhan berat badan jangkrik. Widyaningrum, 2000 menyatakan bahwa makhluk hidup memerlukan zat gizi untuk melengkapi kebutuhan akan protein, energi, vitamin, dan lainnya yang digunakan untuk proses pertumbuhan, reproduksi, dan pemeliharaan tubuhnya.

Jangkrik menyukai pakan sawi hijau, karena sawi hijau memiliki tekstur daun yang mengandung air dan tidak berserat. Jangkrik lebih menyukai daun- daunan dan bagian tanaman yang banyak mengandung air. Hal ini di perkuatkan oleh Chapman, 1975 menyatakan bahwa yang menjadi dasar preferensi pakan bagi serangga selain zat nutrisi yang terkandung didalamnya, juga morfologi pakan seperti tekstur, kandungan air, bentuk atau warna.

Sawi hijau diketahui mempunyai tekstur lebih lembut dengan kandungan air yang lebih tinggi di bandingkan daun papaya yang bertekstur kasar dan kandungan air lebih rendah. Oleh karena sawi hijau lebih palatabel menyebabkan konsumsi lebih banyak,

kebutuhan air tubuh tercukupi dan akhirnya merangsang nafsu makan.

Winantea, 1985 menyatakan bahwa pertumbuhan dipengaruhi oleh beberapa faktor salah satunya faktor pakan. Makhluk hidup membutuhkan makanan untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya. Selanjutnya Borror, et al., 1996 tipe dan jumlah makan yang dimakan dapat mempengaruhi pertumbuhan, perkembangan, reproduksi, kelakuan, dan berbagai sifat- sifat morfologi lainnya, misalnya ukuran dan warna tubuh.

2. Berat kering

Hasil penelitian tentang pengaruh jenis pakan terhadap pertumbuhan berat kering jangkrik dapat dilihat pada Tabel 1 menunjukan bahwa perlakuan B dan D memberikan pengaruh yang sama terhadap berat kering jangkrik. Begitu juga dengan perlakuan D, C, A, E memberikan pengaruh yang sama. Sementara C, A, dan E berbeda dengan perlakuan B.

Rata- rata berat kering jangkrik tertinggi terdapat pada perlakuan E (sawi hijau) dan terendah pada perlakuan B (kangkung), diduga sawi hijau memiliki tekstur yang lebih lembut dan mengandung banyak air di bandingkan dengan kangkung yang mengandung getah. Hal ini di perkuatkan Chapman, 1975 mengatakan bahwa yang menjadi dasar preferensi pakan bagi serangga selain zat nutrisi yang terkandung didalamnya juga morfologi pakan seperti tekstur, kandungan air, bentuk atau warna. Sawi hijau diketahui mempunyai tekstur lebih lembut dengan kandungan air yang lebih tinggi di bandingkan daun papaya yang bertekstur kasar dan kandungan air lebih rendah. Oleh karena sawi hijau lebih palatabel menyebabkan konsumsi lebih banyak, kebutuhan air

(4)

2   

tubuh tercukupi dan akhirnya merangsang nafsu makan.

3. Panjang sayap jangkrik

Hasil analisis sidik ragam pengaruh jenis pakan terhadap panjang sayap jangkrik tidak berpengaruh nyata. Dimana F hit < F tab pada taraf 5

% (2,87) ini dapat dilihat pada Tabel 1 Lampiran 5.

Hal ini diduga kandungan protein, lemak, vitamin, karbohidrat dan mineral yang dibutuhkan jangkrik untuk pertumbuhan panjang sayap tersedia sangat rendah. Dengan demikian panjang sayap jangkrik belum mampu berkembang dengan maksimal dan tidak menunjukan panjang sayap secara nyata.

Widyaningrum, 2000 menyatakan bahwa makhluk hidup memerlukan zat gizi untuk melengkapi kebutuhan akan protein, energi, vitamin, dan lainnya yang digunakan untuk proses pertumbuhan, reproduksi, dan pemeliharaan tubuhnya.

Winantea, 1985 menyatakan bahwa pertumbuhan dipengaruhi oleh beberapa faktor salah satunya faktor pakan. Makhluk hidup membutuhkan makanan untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya. Tipe dan jumlah makan yang dimakan dapat mempengaruhi pertumbuhan panjang sayap.

Jika pertumbuhan sayap tidak sempurna maka jangkrik tidak bisa mengeluarkan nyayian.

Sayap dibutuhhkan terutama oleh jangkrik jantan dalam tingkah laku kawinnya untuk menarik perhatian jangkrik betina. Nyayian yang dikeluarkan oleh jangkrik jantan berguna untuk suara panggilan berkumpul, suara sosial, suara tanda agresivitas, dan suara untuk menarik perhatian seksual jangkrik betina (Matthews dan Matthews, 1978). Menurut Paimin, et al., 1999 menyatakan bahwa pada sayap depan terdapat alat stridulasi yang terletak dibagian vena cubitus. Vena cubitus memiliki paku- paku dawan yang tersusun seperti gigi- gigi pada sisir. Jika pengaruk digerakan, sayap akan maju mundur pada permukaan paku- paku dawai dan keluarlah suara.

Sedangkan jangkrik betina tidak dapat memgeluarkan suara mengerik seperti jangkrik jantan.

Kesimpulan

Dari hasil penelitian tentang pengaruh jenis pakan terhadap pertumbuhan jangkri didapatkan rata- rata berat badan tertinggi terdapat pada perlakuan E (sawi hijau) dan terendah pada perlakuan B (kangkung). Rata- rata berat kering jangkrik tertinggi terdapat pada perlakuan E (sawi hijau) dan terendah pada perlakuan B (kangkung). Ukuran sayap terpanjang terdapat pada perlakuan E (sawi hijau) dan terpendek pada perlakuan B (kangkung). Pakan sawi hijau baik untuk pertumbuhan jangkrik yaitu berat badan, berat kering dan panjang sayap jangkrik.

Saran

Disarankan kepada para peternak jangkrik, bila ingin pertumbuhan berat badan dan berat kering jangkrik efektif sebaiknya menggunakan pakan sawi hijau.

Daftar Pustaka

Busnia, M. 2006. Entomologi. Padang: Universitas Andalas

Chapman, R. F. 1975. The Insects Stucture and Function. Second Edition. Elsewier.

Erniwati. 2012. Biologi Jangkrik (Orth opthera:

Gryllidae) Budidaya Dan Peranannya.

Jurnal Zoologi Fauna Indonesia. Hal. 10- 14

Mansy, F. 2002. Performa Jangkrik Kalung (Gryllus bimaculatus) Yang Diberi Kombinasi Konsentrat Dengan Daun Sawi Dan Daun Singkong Selama Masa Pertumbuhan.

Skripsi. Fakultas ITB. Bogor. Hal. 7

Paimin, F. 1999. Mengatasi Permasalahan Beternak Jangkrik. Jakarta: PT Penebar Swadaya.

Sudewi, L.E. 2001. Pengaruh Alas Kandang Terhadap Pertumbuhan Jangkrik Local Dan Jangkrik Jerman. Skripsi. Fakultas ITB.

Bogor. Hal. 18

Widyaningrum, P.,A.M. Fuah, DTH. Sihombing dan A. Djuhara. 2000. Pengaruh Sex Rasio dan Jenis Pakan Terhadap Prouksi Dan Daya Tetas Telur Tiga Jenis Jangkrik Lokal Gryllus Bimaculatus De Geer, Gryllus Mitratus Burn Dan Gryluss Testaceus Walk (Orthoptera: Gryllidae). Skripsi. Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara. Hal.

79

Winantea, 1985. Biologi Pertumbuhan. Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya Malang.

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hal tersebut, didapatkan bahwa diperlukan penambahan NaOCl dengan dosis yang lebih banyak untuk menurunkan COD limbah tesktil daripada limbah batik