Berkala Ilmu-Ilmu Pertanian - Journal of Agricultural Sciences, Mei 2023, 03(02), 81-87
DOI: http://dx.doi.org/10.56189/jagris.v3i2 Hal. 81
PENGARUH PUPUK KANDANG AYAM YANG DIPERKAYA PGPR
TERHADAP pH DAN P-TOTAL SERTA HASIL TANAMAN TOMAT PADA TANAH ULTISOL
Effect of application of PGPR-enriched chicken manure on pH and total-P level and yield of tomato on Ultisol
DELIATI*), DARWIS, RESMAN, SAHTA GINTING, SYAMSU ALAM, dan NAMRIAH Jurusan Ilmu Tanah, Fakultas Pertanian, Universitas Halu Oleo
*Penulis Korespondensi, E-mail: [email protected]
ABSTRACT
The purpose study aimed to determine the effect of chicken manure added with PGPR on soil pH and total- P and yield of tomato (Solanum lycopersicum L.) on Ultisol soil. The research was performed in Experimental Land 2, while soil analysis was carried done at the Nanoscience Technology Laboratory and the Soil Science Laboratory, Halu Oleo University. The trial took place from November 2021-September 2022. This study used a Randomized Block Design (RBD) consisting of 4 treatments of chicken manure, namely KO = without of chicken manure added with PGPR serves as control, K1 = 200 g polybag-1, K2 = 400 g polybag-1, K3 = 600 g polybag-1 each treatment was added with 400 ml of PGPR from bamboo roots.
The results indicated that the higher of chicken manure applied, the higher of the the total-P and soil pH as well as the plant growth. The application of 600 g polybag-1 increased soil pH and total-P 28,93 mg 100 g-
1 and 6,4, respectively. It was also observed that the application of 600 g polybag-1 of chicken manure (K3) recorded the highest plant by 120.66 cm, the highest number of branches by 11.66 and the number of fruits was 3.66 as well as the heaviest fruit weght by 145.33 g.
Keywords: chicken manure; PGPR; soil chemical properties; Solanum lycopersicum L.; ultisols
ABSTRAK
Tujuan penelitian ini yakni mengetahui pengaruh pupuk kandang ayam yang diberi PRPG terhadap pH tanah dan P-total serta hasil tanaman tomat (Solanum lycopersicum L.) pada tanah Ultisol. Penelitian dilaksanakan di Lahan Percobaan 2, sedangkan analisis tanah dilakukan di Laboratorium Nanosains Teknologi dan Laboratorium Ilmu Tanah Universitas Halu Oleo. Penelitian berlangsung mulai bulan November 2021-Septembar 2022. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) terdiri dari 4 perlakuan pupuk kandang ayam yaitu K0= tanpa campuran pupuk kandang ayam yang diberi PGPR (kontrol), K1= 200 gpolibag-1 K2= 400 g polibag-1, K3= 600 g polibag-1, setiap perlakuan diberi 400 ml PGPR dari akar bambu. Hasil penelitian menunjukkan bahwa semakin meningkat dosis pupuk kandang ayam semakin meningkat pula P-total dan pH tanah serta pertumbuhan tanaman. Pemberian 600 g polibag-1 pupuk kandang ayam (K3) meningkatkan pH tanah dan P-total masing-masing sebesar 28,93 mg 100 g-1 dan 6,4. Ditemukan pula bahwa pemberian 600 g polibag-1 pupuk kandang ayam (K3) menghasilkan tanaman tertinggi yakni 120,66 cm, jumlah cabang terbanyak yakni 11,66, jumlah buah yakani 3,66 buah dan bobot buah terberat yakni 145,33 g.
Kata Kunci: pupuk kandang ayam; PGPR; sifat kimia tanah; Solanum lycopersicum L.; Ultisol
Sitasi: Deliati, Darwis, Resman, Ginting, S., Alam, S., & Namriah. (2023). Pengaruh Pupuk Kandang Ayam yang Diperkaya PGPR terhadap pH dan P-total serta Hasil Tanaman Tomat pada Tanah Ultisol. Berkala Ilmu- Ilmu Pertanian - Journal of Agricultural Sciences, 3(2), 81-87.
Hal. 82 PENDAHULUAN
Tanah Ultisol merupakan salah satu jenis tanah di Indonesia yang tersebar luas mencapai 45.794.000 juta atau setara dengan 25 % di wilayah Indonesia. Tanah Ultisol mempunyai potensi tinggi untuk pengembangan pertanian lahan kering. Tetapi pemanfaatannya terhambat dikarenakan memiliki kesuburan tanah yang rendah antara lain kandungan bahan organik rendah, pH rendah, kejenuhan Al, Fe, Mn tinggi, KTK tanah rendah dan daya simpan air terbatas (Wibowo, 2018).
Menurut Alam et al. (2013), lahan pertanian di Sulawesi Tenggara umumnya memiliki status kesuburan tanah rendah. Hikmatullah & Erna (2014) juga mengemukakan bahwa areal pertanian di Sulawesi Tenggara umumnya termasuk tanah masam seperti Inseptisol, Oxisol dan Ultisol. Tanah Ultisol yang mencapai sekitar 144.874 ha, 10,25%, tanah Ultisol memiliki masalah kemasaman tanah, kandungan C-organik, nitrogen, fosfor dan kalium yang rendah. Ciri-ciri tanah Ultisol yang menjadi kendala dalam budidaya tanaman yaitu memiliki kemasaman tanah rendah kejenuhan Al tinggi, Fe dan Mn aktif juga tinggi. Tanah Ultisol mempunyai sifat kimia yang kurang baik untuk tanaman pangan, hal ini disebabkan karena pelapukan dan proses pencucian terjadi sangat intensif, fraksi pasir sukar lapuk didominasi kuarsa, fraksi liat kaolinit dan tanah bersifat masam serta kejenuhan basa rendah.
Berbagai alternatif yang dapat dilakukan untuk memperbaiki atau memecahkan permasalahan dalam meningkatkan kualitas tanah Ultisol adalah penggunaan bahan-bahan pembenah tanah seperti pupuk organik. Pupuk organik merupakan pupuk yang bersal dari sisa- sisa tanaman dan hewan seperti pupuk kandang, pupuk hijau dan kompos baik yang berbentuk cair maupun padat. Pupuk organik memiliki keunggulan-keunggulan, sebagai penyangga sifat fisik, kimia dan biologi tanah sehingga dapat meningkatkan efisiensi pupuk dan produktivitas lahan (Dewanto et al., 2013).
Peningkatan kualitas tanah Ultisol bisa juga dikombinasikan dengan penggunaan bakteri yang ada disekitar tumbuhan (rhizobacteria) atau PGPR untuk meningkatkan ketersediaan unsur hara terutama N dan P. PGPR merupakan konsorsium bakteri yang aktif mengkolonisasi akar tanaman yang berperan penting dalam pertumbuhan tanaman, hasil panen dan kesuburan lahan (Gusti et al., 2012).
Sebagai tanaman indikator dalam penelitian ini adalah tanaman tomat. Seperti halnya tanaman lain, tomat membutuhkan unsur hara
yang cukup seperti unsur hara makro dan mikro dalam jumlah yang seimbang. Berdasarkan uraian diatas maka perlu dilakukan penelitian tentang pengaruh pupuk kandang ayam yang diberi PGPR terhadap perubahan beberapa sifat kimia tanah dan pengaruhnya terhadap hasil tanaman tomat (Solanum lycopersicum L.) pada tanah Ultisol.
BAHAN DAN METODE
Lokasi dan Waktu Penelitian. Penelitian ini dilaksanakan pada Lahan Percobaan II.
Analisis Laboratorium dilaksanakan di Nanosains Teknologi dan Laboratorium Ilmu Tanah. Penelitian dilaksanakan pada bulan November 2021 sampai September 2022.
Bahan dan Alat. Bahan yang digunakan pada penelitian adalah tanah Ultisol, pupuk kandang ayam, PGPR dari rendaman akar bambu, benih tomat, kertas label, polibag ukuran 40 x 40 dan plastik jilid, asam sulfat (H2SO4), kalium sulfat (K2SO4), larutan standar, asam borat, larutan pengestrak bray 1, asam borat (H3B03), HCl 25%, pupuk kandang ayam dan aquades. Alat yang digunakan pada penelitian adalah mistar ukur, gunting, gembor, cangkul, sekop, plastik, tali rafia, karung, patok, tenda, camera, alat tulis menulis, mortar, saringan ukuran 0,25 mesh, botol pengocok, timbangan analitik, oven, alumenium, labu ukur 50, erlenmeyer 250, spectrophotometer, pipet dan pH meter.
Prosedur Penelitian Prosedur penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu:
persiapan Lahan. Persiapan lokasi penelitian diawali dengan pembersihan lokasi yang digunakan sebagai tempat penelitian.
Persiapan Media Tanam. Penyiapan media tanam dimulai dengan mengambil sampel tanah Ultisol, tanah yang telah diambil kemudian dibersihkan dari rerumputan, sisa- sisa tanaman, akar tanaman, batu dan kerikil yang menempel pada tanah. Kemudian dikering-anginkan, disaring/diayak dengan ayakan ukuran 5 mm. Tanah yang lolos ayakan dimasukkan dalam polibag masing-masing 10 kg.
Persiapan Pupuk Kandang dan Pembuatan Larutan PGPR dari Akar Bambu.
Penyiapan pupuk kandang ayam diperoleh dari Desa Lalowiu Kecamatan Konda, salah satu peternakan ayam petelur. Pupuk kandang ayam diambil yang sudah kering. Pupuk tersebut diayak dan hasil ayakan digunakan
Deliati et al. (2023) Berkala Ilmu-ilmu Pertanian - Journal of Agricultural Sciences, Vol. 03 No. 02
Hal. 83 menjadi pupuk. Sedangkan untuk pembuatan
larutan PGPR, bakteri pemacu tumbuh atau plant growth promotion rhizobacteria (PGPR) dibuat dari akar bambu 1 kg akar bambu yang masih sedikit tercampur tanah, direndam dalam 5 liter air selama 5 hari, setelah inkubasi 5 hari, disaring, air saringannya disimpan dalam botol aqua sebagai stock. Bahan yang dibutukan 20 liter air, 500 gram dedak, 100 gram terasi dan 200 gram gula pasir. Cara membuat semua bahan tersebut dicampur lalu didihkan, setelah mendidih diangkat lalu diamkan sampai dingin betul, kemudian air rebusan tersebut disaring, kemudian campurkan 1 liter biang plant growth promotion rhizobacteria (PGPR) diinkubasi selama 10 hari.
Aplikasi Perlakuan. Cara mengaplikasikan pupuk kandang ayam yang diberi PGPR yaitu tanah Ultisol dalam polibag dicampur dengan pupuk kandang ayam secara merata dengan dosis sesuai perlakuan. Campuran media tersebut diinkubasi selama 2 minggu, sebelum diaplikasikan ketanaman, PGPR diencerkan terlebih dahulu dengan perbandingan 200 ml larutan PGPR dalam 15 L air, hasil pengenceran disiramkan pada tanaman dengan konsentrasi 400 ml pertanaman, mulai umur 15 hari setelah pindah tanam (HSPT) dan diulangi setiap 7 hari sebanyak 4 kali.
Penanaman. Penanaman tomat dilakukan dipolibag ukuran 40 x 40 cm. Pindah tanam dilakukan pada saat bibit tomat berumur 21 hari dengan jumlah daun sebanyak 2-3 helai. Bibit tomat ditanam dengan kedalaman 3 cm, kemudian ditutup dengan sedikit media tanam serta sedikit ditekan agar tanamam bisa tegak.
Setiap polibag ditanami bibit tomat.
Pemindahan benih dilakukan pada sore hari untuk mengurangi tingkat stres pada tanaman.
Pemeliharaan. Pemeliharaan yang dilakukan meliputi penyulaman, penyiangan dan pengendalian hama. Penyulaman dilakukan dengan cara menggantikan tanaman yang mati, layu, rusak, dan kurang baik
(abnormal) tumbuhnya dengan cara menggantinya dengan tanaman yang sebelumnya sudah dipersiapkan di polybag lain, penyulaman dilakukan sebelum masuk masa pengamatan. Penyiangan dilakukan dengan cara manual dimana gulma yang akan tumbuh dicabut atau dengan cara menggemburkan tanah.
Pemeliharaan Tanaman. Terkait pemeliharaan tanaman yang dilakukan meliputi penyiraman, penyiangan, penyulaman tanaman yang mati, dan pengendalian hama penyakit.
Rancangan Penelitian. Metode penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) terdiri atas 4 perlakuan, 3 kali ulangan sehingga diperoleh 36 unit perlakuan yaitu K0 = kontrol (tanpa pembenah tanah), K1 = 200 gram pupuk kandang ayam + PGPR 400 ml polibag-1 K2 = 400 gram pupuk kandang ayam + PGPR 400 ml polibag-1 K3 = 600 gram pupuk kandang ayam + PGPR 400 ml polibag-1.
Analisis Data. Data tanah hasil analisis di Laboratorium dibandingkan dengan kriteria tanah, sifat kimia tanah yang dibuat oleh (Balai Penelitian tanah, 2009). Data statistik tanaman dianalisis menggunakan sidik ragam dan apabila berpengaruh nyata dilanjutkan dengan uji Beda Nyata Jujur (BNJ) dengan taraf kepercayaan 95 %.
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil
Analisis Tanah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada variabel tinggi tanaman, perlakuan yang diterapkan tidak berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman kedelai baik varietas Anjasmoro (V1) maupun varietas Detap-1 (V2). Pengaruh mandiri varietas terhadap rata-rata tinggi tanaman umur 15 dan 45 HST secara lengkap disajikan pada Tabel 1.
Tabel 1. Hasil analisis awal dan akhir sifat kimia tanah Ultisol setelah penelitian Perlakuan
Analisis Akhir
pH (H2O) P-total (mg 100g-1) Analisis Awal
K0 K1 K2 K3
4,8 (M) 5,2 (M) 5,9 (AM) 6,3 (AM) 6,4 (AM)
17,39 (R) 19,85 (R) 24,23 (S) 27,66 (S) 28,93 (S) Kriteria: M= Masam, R=Rendah, AM=Agak Masam dan S=Sedang.
Berdasarkan Tabel 1. menunjukkan bahwa hasil pengamatan analisis awal pH tanah pada tanah Ultisol sebelum
penanaman tomat, memiliki pH tanah sebesar 4,8 sedangkan pH tanah Ultisol yang telah diberi pupuk organik dari pupuk
Hal. 84 kandang ayam yang diberi PGPR dan setelah
ditanami tanaman tomat dan pemberian pupuk sesuai perlakuan mengalami peningkatan K0 (5,2), K1 (5,9), K2 (6,3) dan K3 (6,4). Hal ini menunjukkan bahwa meningkatnya konsentrasi pupuk organik dari pupuk kandang ayam yang diberi PGPR dari akar bambu dapat meningkatkan nilai pH pada tanah Ultisol.
Pengamatan analisis awal fosfor pada tanah Ultisol sebelum pemberian pupuk yaitu (17,39 mg 100-1), setelah penelitian P-total meningkat dengan meningkatnya dosis pupuk kandang ayam yang diberi PGPR dari akar bambu sehingga meningkat berturut-
turut dengan perlakuan K0 (19,85 mg 100-1), K1 (24,23 mg 100-1), K2 (27,66 mg 100-1) dan K3 (28,93 mg 100-1).
Berdasarkan hasil analisis kadar air pupuk kandang ayam 7,18. Berdasarkan hasil penelitian kadar air pupuk kandang ayam dapat dilihat bahwa kadar air pada pupuk kandang ayam termasuk komponen penting bagi pertumbuhan tanaman.
Pertumbuhan Tanaman Tomat. Hasil rekapitulasi sidik ragam pertumbuhan tanaman tomat disajikan secara lengkap pada Tabel 2.
Tabel 2. Rekapitulasi hasil sidik ragam pengaruh pupuk kandang yang diberi PGPR dari akar bambu pada tanah Ultisol dan hasil tanaman tomat.
No. Variabel Hasil Sidik Ragam
1.
2.
3.
4.
Tinggi Tanaman 7 HSPT 28 HSPT 49 HSPT
Jumlah Cabang Produksi 28 HSPT
49 HSPT Jumlah Buah
Bobot Buah
*
**
**
**
**
**
**
Keterangan: Hari setelah pindah tanamn (HSPT), * berpengaruh nyata dan ** berpengaruh sangat nyata.
Berdasarkan Tabel 2. menunjukkan bahwa pupuk kandang ayam yang diberi PGPR dari akar bambu berpengaruh nyata pada variabel baik tinggi tanaman umur 7 HSPT, variabel tinggi tanaman umur 28 HSPT dan 49 HSPT berpengaruh sangat nyata, variabel jumlah cabang produksi umur
28 HSPT dan 49 HSPT berpengaruh sangat nyata, variabel jumlah buah dan bobot buah berpengaruh sangat nyata. Selain itu, pengaruh pupuk kandang ayam yang diberi PGPR dari akar bambu terhadap tinggi tanaman (cm) umur 7 HSPT, 28 HSPT dan 49 HSPT disajikan pada Tabel 3.
Tabel 3. Pengaruh pupuk kandang ayam yang diberi PGPR dari akar bambu terhadap tinggi tanaman (cm) umur 7 HSPT, 28 HSPT dan 49 HSPT
Perlakuan
Tinggi Tanaman
7 HST 28 HST 49 HST
K0 K1 K2 K3
8,00a 10,60ab 12,70ab 16,43b
50,66a 65,66b 70,16b 73,63b
73.00a 106,40b 113,33b 120,66b
BNJ 95% 5,86 14,06 17,00
Keterangan: Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang tidak sama pada kolom yang sama berbeda nyata pada taraf kepercayaan 95%
Berdasarkan Tabel 3. menunjukkan bahwa parameter tinggi tanaman tomat yang ditanam pada tanah Ultisol umur 7 HSPT, 28 HSPT dan
49 HSPT yang tertinggi pada perlakuan yaitu K3 600 gram pupuk kandang ayam yang diberi PGPR dari akar bambu 40 ml dengan nilai
Deliati et al. (2023) Berkala Ilmu-ilmu Pertanian - Journal of Agricultural Sciences, Vol. 03 No. 02
Hal. 85 120,66. Selanjutnya, pengaruh pupuk kandang
ayam yang diberi PGPR dari akar bambu
terhadap tehadap jumlah cabang tomat umur 28 HSPT dan 49 HSPT disajikan pada Tabel 4.
Tabel 4. Pengaruh pupuk kandang ayam yang diberi PGPR dari akar bambu tehadap jumlah cabang tomat umur 28 HSPT dan 49 HSPT
Perlakuan
Jumlah Cabang Produksi
28 HSPT 49 HSPT
K0 1,00a 2,33a
K1 1,66ab 7,33a
K2 3,00c 10,33b
K3 3,66c 11,66c
BNJ 95% 1,24 3,74
Keterangan: Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang tidak sama pada kolom yang sama berbeda nyata pada taraf kepercayaan 95%.
Berdasarkan Tabel 4. menunjukkan bahwa parameter jumlah cabang tanaman tomat yang ditanam pada tanah Ultisol umur 49 HSPT yang tertinggi pada perlakuan K3 pupuk kandang
ayam yang diberi PGPR dengan nilai 11,66.
Sedangkan untuk rata-rata jumlah buah tanaman tomat pada perlakuan pupuk kandang ayam yang diberi PGPR disajikan pada Tabel 5.
Tabel 5. Pengaruh pupuk kandang ayam yang diberi PGPR dari akar bambu terhadap jumlah buah
Perlakuan Nilai BNJ 95%
K0 K1 K2 K3
3,00a 4,66ab 6,00b 8,33b
3,12
Keterangan: Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang tidak sama pada kolom yang sama berbeda nyata pada taraf kepercayaan 95%.
Berdasarkan Tabel 5. menunjukkan bahwa rata-rata jumlah buah tanaman tomat pada perlakuan pupuk kandang ayam yang diberi PGPR perlakuan K3 dengan nilai 8,33. Untuk
rata-rata jumlah bobot buah tanaman tomat pada perlakuan pupuk kandang ayam yang diberi PGPR dapat dilihat pada Tabel 6.
Tabel 6. Pengaruh pupuk kandang ayam yang diberi PGPR dari akar bambu terhadap bobot buah (gram).
Perlakuan Nilai BNJ 95%
K0 K1 K2 K3
87,66a 173,00ab
227,33b 350,66b
151,21
Keterangan: Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang tidak sama pada kolom yang sama berbeda nyata pada taraf kepercayaan 95%.
Berdasarkan Tabel 6. menunjukkan bahwa rata-rata jumlah bobot buah tanaman tomat pada perlakuan pupuk kandang ayam yang diberi PGPR perlakuan K3 dengan nilai 360,66 gram.
Pembahasan
Berdasarkan hasil penelitian pada parameter pH tanah Ultisol pada Tabel 1
mengalami peningkatan dengan nilai pH yaitu K0 (5,2), K1 (5,9), K2 (6,3) dan K3 (6,4), dengan peningkatan penggunaan dosis pupuk organik yaitu pupuk kandang ayam yang diberi PGPR dari yang akar bambu, sehingga peningkatan beberapa sifat kimia tanah yaitu, pH meningkat pada tanah Ultisol. Pemberian pupuk kotoran ayam dapat berperan sebagai sumber bahan organik yang mampu meningkatkan aktivitas
Hal. 86 ion OH-. Ion tersebut bersumber dari gugus
karboksil (COOH) dan gugus hidroksil (OH-).
Keberadaan ion OH- akan mampu menetralisir ion H+ yang berada dalam larutan tanah sehingga pH tanah akan meningkatkan.
Terjadinya kenaikan atau penurunan pH tanah dipengaruhi oleh ion H+ dan OH-, jika konsentrasi ion H+ dalam larutan tanah naik maka pH akan turun dan jika konsentrasi ion OH- naik (Amijaya et al., 2015).
Pemberian pupuk kandang ayam yang diberi PGPR dari akar bambu pada tanah Ultisol memberikan pengaruh yang baik dalam meningkatkan unsur hara P (fosfor) Hal ini sejalan dengan Simanjuntak et al. (2016) pemberian pupuk kandang ayam dapat meningkatkan fosfor dalam tanah sehingga dapat melepaskan Al, Fe dan Mn. Pratiwi et al.
(2017) menyatakan bahwa plant growth promotion rhizobacteria (PGPR) dari akar bambu banyak terkolonisasi oleh bakteri PF (Pseudomonas fluorescens) dimana bakteri ini bisa meningkatkan kelarutan P dalam tanah dan dapat dengan mudah diserap oleh akar tanaman.
Fungsi air yang berada pada tanah sangat penting bagi pertumbuhan tanaman sebagai serta sebagai pelarut unsur hara dalam tanah.
Zulkarnain et al. (2013) menyebutkan bahwa semakin banyaknya kandungan bahan organik pada tanah, maka semakin banyak pula air yang berada di dalam tanah, dapat memperbaiki kualitas fisika tanah, meningkatkan ketersediaan hara dalam tanah, meningkatkan kemampuan tanah menahan air yang tersedia dan mampu memperbaiki pertumbuhan tanaman..
Berdasarkan Tabel 3. menunjukkan bahwa umur 49 HSPT tinggi tanaman terbaik pada perlakuan K3 600 gram pupuk kandang ayam yang diberi PGPR dari akar bambu. Hal ini dikarenakan pemberian pupuk organik memberikan pertumbuhan yang baik terhadap tanaman karena dapat meningkatkan perkembangan organ seperti akar sehingga tanaman akan lebih banyak menyerap unsur hara dan air yang akan menunjang bertambahnya tinggi tanaman tomat. Hal ini sesuai dengan pernyataan Liu et al. (2016) bahwa pemberian pupuk organik dipilih sebagai bahan untuk memperbaiki kondisi tanah miskin hara karena pupuk organik mempunyai struktur yang baik dan tanah yang dicukupi bahan organik mempunyai kemampuan mengikat air yang lebih besar.
Berdasarkan Tabel 4. menunjukkan bahwa umur 49 HSPT jumlah cabang tanaman terbaik pada perlakuan K3 600 gram pupuk kandang
ayam yang diberi PGPR dari akar bambu.
Menurut Nugroho et al. (2015) unsur hara P merupakan salah satu unsur hara yang mutlak dibutuhkan oleh tanaman karena berperan dalam menyimpan dan mentransfer energi serta sebagai komponen protein dan asam nukleat.
Berdasarkan Tabel 5. menunjukkan bahwa jumlah buah tanaman tomat terbaik ditunjukkan pada perlakuan pupuk kandang ayam yang diberi PGPR dari akar bambu perlakuan K3 yaitu 8,33. Hal tersebut menunjukkan bahwa pupuk kandang ayam yang diberi PGPR dari akar bambu pada perlakuan tersebut dapat mencukupi kebutuhan tanaman dalam memproduksi buah. PGPR berperan penting dalam meningkatkan pertumbuhan tanaman, hasil panen dan kesuburan lahan (Naihati et al., 2018). Secara langsung PGPR merangsang pertumbuhan tanaman dengan menghasilkan hormon pertumbuhan, vitamin dan berbagai asam organik serta meningkatkan asupan nutrisi bagi tanaman.
Berdasarkan Tabel 6. menunjukkan bahwa jumlah bobot buah tanaman tomat terbaik ditunjukkan pada perlakuan pupuk kandang ayam yang diberi PGPR dari akar bambu perlakuan K3 yaitu 350,66 gram. Hal tersebut disebabkan pupuk kandang ayam yang diberi PGPR dari akar bambu 400 ml. Menurut Yulianingsih (2018) pemberian pupuk kandang ayam memberikan pengaruh linear terhadap bobot buah tanaman. Hal ini terjadi karena pupuk kandang ayam relatif lebih cepat terdekomposisi serta mempunyai kadar hara yang cukup pula jika dibandingkan dengan jumlah unit yang sama dengan pupuk kandang yang lainnya (Vandecasteele et al., 2014;
Manogaran et al., 2022).
Unsur hara makro yang mempengaruhi tingkat produktivitas tanaman yaitu unsur hara P yang berfungsi sebagai: a) pembentuk inti sel dan dinding sel, b) pendorong pertumbuhan akar-akar muda, c) pembentuk buah dan pemasakan biji, d) pembentuk klorofil. Islamiati (2016) menyatakan bahwa unsur hara P termasuk unsur hara makro yang memiliki fungsi penting sebagai penyusun ATP DNA, dimana unsur hara ini dibutuhkan banyak oleh tanaman karena berperan dalam menyimpan dan mentransfer energi serta sebagai komponen protein dan asam nukleat. Sehingga suplai P sangat menguntungkan perkembangan akar, percabangan dan pertumbuhan tanaman yang lebih cepat (Nugraha et al., 2015; Bechtaoui et al., 2021).
Deliati et al. (2023) Berkala Ilmu-ilmu Pertanian - Journal of Agricultural Sciences, Vol. 03 No. 02
Hal. 87 SIMPULAN
Pemberian pupuk kandang ayam yang diberi PGPR dari akar bambu mampu meningkatkan pH dan P-total pada tanah Ultisol dengan nilai pH (4,8) dan P-total (17,39 mg 100-1) setelah pemberian pupuk diperlakuan K3 (600 g) pupuk kandang ayam yang diberi PGPR dari akar bambu 400 ml dapat meningkatkan pH (6,4) dan P-total (28,93 mg 100-1) pada tanah Ultisol.
Pemberian pupuk kandang ayam yang diperkaya PGPR dari akar bambu (perlakuan K3) memberikan respon lebih baik terhadap tinggi tanaman (120,66 cm), jumlah cabang (11,66), jumlah buah (3,66) dan bobot buah (145,33 g).
DAFTAR PUSTAKA
Alam, S., Sunarminto, B.H., & Siradz, S.A.
(2013). Karakteristik kesuburan tanah pada kondisi iklim berbeda di Sulawesi Tenggara.
Agriplus, 23(01), 77-84.
Amijaya, M., Dunga, Y.S., & Thaha, A.R.
(2015). Pengaruh Pupuk Kandang Sapi Terhadap Serapan Posfor dan Hasil Tanaman Bawang Merah (Alium ascalonicum L.) Varientas Lembab Palu di Entisols Sidera. Agrotekbis, 3(2), 187-197.
Bechtaoui, N., Rabiu, M.K., Raklami, A., Oufdou, K., Hafidi, M., & Jemo, M. (2021) Phosphate-Dependent Regulation of Growth and Stresses Management in Plants.
Frontiers in Plant Science, 12, 679916.
Dewanto, F.G., Londok, J.J.M.R., Tuturong, R.A.V., & Kaunang. (2013). Pengaruh Pemupukan Anorganik dan Organik Terhadap Produksi Tanaman Jagung Sebagai Sumber Pakan. Jurnal Zootek, 32(5), 1-8.
Gusti, I.N., Khlimi, K., Dewa, I.N., Ketut, & Dani, S. (2012). Aplikasi Rhizobacteri Pantoea Angglomerans untuk Meningkatkan Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Jagung (Zea mays L.) Varietas Hibrida BISI-2. Jurnal Agrotrop, 2(1), 1-9.
Hikmatullah & Erna, S. (2014). Potensi Sumberdaya Lahan Pulau Sulawesi Mendukung Peningkatan Produksi Padi, Jagung dan Kedele. Jurnal Sumberdaya Lahan Edisi Khusus, 41-56.
Islamiati, Z. (2016). Potensi Azotobacter Sebagai Pelarut Fosfat. Jurnal Sains Dan Seni Pomits, 2(1), 1-3.
Liu, T., Chen, X., Hu, F., Ran, W., Shen, Q., Li, H., & Whalen, J.K. (2016). Carbon-rich organic fertilizers to increase soil biodiversity: Evidence from a meta-analysis of nematode communities. Agriculture, Ecosystem and Environment, 232, 199-207.
Manogaran, M.D., Mohd Hizami, R.S., Yusoff, M., Lay, M., & Siyal, A.A. (2022). A review on treatment processes of chicken manure.
Cleaner and Circular Bioeconomy, 2, 100013.
Naihati, Y.F., Taolin, R., & Rusae, A. (2018).
Pengaruh Takaran dan Frekuensi Aplikasi PGPR terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Selada (Lactuca sativa L.). Jurnal Pertanian Konservasi Lahan Kering, 3(1), 1- 3.
Nugraha, M.Q., Supriadi, & Sabrina, T. (2015).
Survei Pemetaan P-Potensial dan P- Tersedia Terhadap Produksi Tanaman Kelapa Sawit (Eleais guinensis Jacq). di Perkebunan PT. Buana Estate Kabupaten Langkat. Jurnal Online Agroteknologi, 3(4), 1309-1319.
Simanjuntak, D.H., Herpandi, & Lestari, S.D.
(2016). Karakteristik Kimia dan Aktivitas Antioksidan Kombucha dari Tumbuhan Apu- apu (Pistia stratiotes) Selama Fermentasi.
Jurnal Teknologi, 5(2), 123-133.
Vandecasteele, B., Reubens, B., Willekens, K.,
& De Neve, S. (2014). Composting for Increasing the Fertilizer Value of Chicken Manure: Effects of Feedstock on P Availability. Waste and Biomass Valorization, 5(3), 491-503.
Walida, H., Harahap, D.E., & Zuhirsya, M.
(2020). Pemberian Pupuk Kotoran Ayam Dalam Uupaya Rehabilitasi Tanah Ultisol Desa Janji yang Terdegradasi. Jurnal Agrica Ekstensia, 14(1), 75-80.
Wibowo, V. (2018). Identifikasi Sifat Fisik dan C- Organik Tanah pada Beberapa Macam Pola Penggunaan Lahan di Perkebunan Nanas PT Great Giant Food Lampung Tengah.
Skripsi. Fakultas Pertanian Universitas Lampung. Lampung.
Zulkarnain, M., Prasetya, B. & Soemarno.
(2013). Pengaruh Kompos, Pupuk Kandang dan Custom-BioTerhadap Sifat Tanah, Perumbuhan dan Hasil Tebu (Saccharum offcinarum L.) Pada Entisol di Kebun Ngkah- Pawon, Kediri. Indonesia Green Technology Journal, 2(1), 45-52.