• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH KESADARAN WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI TERHADAP KEPATUHAN WAJIB PAJAK

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "PENGARUH KESADARAN WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI TERHADAP KEPATUHAN WAJIB PAJAK "

Copied!
122
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

SUKRIYANTI CAST NIM: 105731112718

PROGRAM STUDI AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

MAKASSAR 2022

(2)

ii

KARYA TUGAS AKHIR MAHASISWA

JUDUL PENELITIAN:

PENGARUH KESADARAN WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI TERHADAP KEPATUHAN WAJIB PAJAK

KENDARAAN BERMOTOR

(Studi Kasus Samsat Wilayah 1 Makassar)

SKRIPSI

Disusun dan Diajukan Oleh:

SUKRIYANTI CAST NIM: 105731112718

Untuk Memenuhi Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Akuntansi pada Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas

Muhammadiyah Makassar

PROGRAM STUDI AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

2022

(3)

iii

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

MOTTO

Beranilah untuk menjadi beda, Karena hidup tak selalu sama.

PERSEMBAHAN

Puji syukur kepada Allah SWT atas Ridho-Nya serta karunianya sehingga skripsi ini telah terselesaikan dengan baik.

Alhamdulilah Rabbil’alamin

Skripsi ini saya persembahkan kepada kedua orang tua saya yang telah senantiasa memberikan doa dan dukungan moral maupun moril yang tak

terhingga dan untuk diri saya yang telah berjuang dalam proses hingga akhir studi ini.

PESAN DAN KESAN

Ketahuilah bahwa orang sukses tidaklah sehebat yang kita bayangkan, mereka hanya sedikit lebih cepat, sedikit lebih berani.

(4)

iv

(5)

v

(6)

vi

(7)

vii

(8)

viii

KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah yang tiada henti diberikan kepada hamba-Nya.

Shalawat dan salam tak lupa saya kirimkan kepada Rasulullah Muhammad SAW beserta para keluarga, sahabat, dan para pengikutnya. Merupakan nikmat yang tiada ternilai manakala penulisan skripsi yang berjudul “Pengaruh Kesadaran Wajib Pajak Orang Pribadi Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Kendaraan Bermotor (Studi Kasus Samsat Wilayah 1 Makassar)”.

Skripsi ini ditulis sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan Program Sarjana (S1) program studi Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Makassar.

Teristimewa dan terutama penulis sampaikan ucapan terima kasih kepada kedua orang tua saya bapak CAKKA ABDULLAH dan ibu HJ. SUATI, yang senantiasa memberikan harapan, semangat, perhatian, kasih sayang dan doa tulus yang diberikan demi keberhasilan penulis dalam menuntut ilmu. Dan seluruh keluarga besar atas segala pengorbanan, dukungan dan doa restu yang telah diberikan demi keberhasilan saya dalam menuntut ilmu. Semoga apa yang telah mereka berikan kepada penulis menjadi ibadah dan cahaya penerang kehidupan dunia dan akhirat.

Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidak akan terwujud tanpa adanya bantuan dan dorongan dari berbagai pihak, untuk itu penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada :

(9)

ix

1. Bapak Prof. Dr. H. Ambo Asse., M. Ag, Rektor Universitas Muhammadiyah Makassar.

2. Bapak Dr. H. Andi Jam’an, S.E., M.Si, Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisinis Universtas Muhammadiyah Makassar.

3. Ibu Mira, S.E., M.Ak, selaku Ketua Program Studi Akuntansi Universitas Muhammadiyah Makassar.

4. Bapak Muh Nur Rasyid, S.E., M.M, selaku pembimbing I yang senantiasa meluangkan waktunya membimbing dan mengarahkan penulis, sehingga Skripsi selesai dengan baik.

5. Ibu Idrawahyuni, S.Pd,. M.Si Selaku pembimbing II yang telah membantu selama dalam penyusunan skripsi hingga ujian skripsi.

6. Bapak/Ibu dan asisten Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Makassar yang telah banyak menuangkan ilmunya kepada penulis selama mengikuti perkuliahan,

7. Segenap staf dan karyawan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Makassar,

8. Rekan-rekan mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis Program Studi Akuntansi Angakatan 2018 yang yang tidak bisa saya sebutkan satu-persatu yang selalu belajar bersama yang tidak sedikit bantuannya dan dorongan dalam aktivitas studi penulis,

9. Kepada teman-teman seperjuangan kelas Akuntansi 2018 C yang juga selalu membersamasi selama perkuliahan. Beserta sahabat-sahabat saya yaitu Andi Nurliana Tenri Sa’na, Reski Yanti, Annisa Dika Alifah, dan Nurul Marfuah R yang telah memberikan dorongan dan semangat sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

(10)

x

10. Teristimewa ucapan terima kasih ini juga diberikan untuk kakak-kakak saya Sofyan Cast, Ayu Anriani Cast, Novi Oktaviani dan Ansar yang selalu menasehati, membimbing dan mendukung saya baik dari segi materi maupun moral.

11. Kepada sahabat saya yang tercinta Shalsabila Lencana Nasir, Murniati Muslimin, Hasmila dan Nurul Mukhlisa yang senantiasa meluangkan waktu untuk selalu mendengar keluh kesah saya, memberikan semangat yang tak terhingga sampai proses penyusunan skripsi.

12. Terima kasih untuk semua kerabat yang tidak bisa saya tulis satu persatu yang telah memberikan semangat, kesabaran, motivasi, dan dukungannya sehingga penulis dapat merampungkan penulisan skripsi ini.

Akhirnya sungguh penulis menyadari bahwa skripsi ini masih sangat jauh dari kesempurnaan. Oleh karna itu, kepada semua pihak utamanya para pembaca yang budiman, penulis senantiasa mengharapkan saran dan kritikannya demi kesempurnaan Skripsi ini. Mudah-mudahan Skripsi yang sederhana ini dapat bermanfaat bagi semua pihan utamanya kepada Almamater tercinta Kampus Biru Universitas Muhammadiyah Makassar.

Billahi Fii Sabilil Haq, Fastabiqul Khairat, Wassalamu’alaikum Wr.Wb

Makassar, 16 Juli 2022

Sukriyanti Cast

(11)

xi

ABSTRAK

Sukriyanti Cast, 2022, Pengaruh Kesadaran Wajib Pajak Orang Pribadi Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Kendaraan bermotor ( Studi Kasus Samsat Wilayah 1 Makassar). Skripsi. Program Studi Akuntansi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Makassar. Di bawah arahan Pembimbing I Bapak Muh Nur rasyid dan Pembimbing II Ibu Idrawahyuni.

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh kesadaran wajib pajak orang pribadi terhadap kepatuhan wajib pajak kendaraan bermotor pada Samsat Wilayah 1 Makassar. Jenis penelitian yang digunakan adalah jenis penelitian Kuantitatif. Populasi yang menjadi objek penelitian adalah seluruh wajib pajak yang terdaftar di Kantor Samsat Wilayah 1 Makassar. Sampel penelitian yang dipilih berjumlah 30 orang yang diambil dengan teknik simple radom sampling. Sumber data yng digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder dan data primer. Teknik pengumpulan data adalah penyebaran kuesioner. Teknik analisis data pada penelitian ini adalah uji instrumen, analisis regresi linier sederhana dan uji hipotesis. Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan metode skala likert. Berdasarkan hasil penelitian data menggunakan perhitungan statistik melalui aplikasi Statistical Package for the Social Science (SPSS) versi 25. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kesadaran wajib pajak berpengaruh positif atau signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak.

Kata Kunci : Kesadaran Wajib Pajak, Kepatuhan Wajib Pajak

(12)

xii

ABSTRACT

Sukriyanti Cast, 2022, The Influence of Individual Taxpayer Awareness on Motor Vehicle Taxpayer Compliance (Case Study of Samsat Region 1 Makassar). Thesis. Accounting Study Program, Faculty of Economics and Business, University of Muhammadiyah Makassar. Under the direction of Supervisor I Mr. Muh Nur Rasyid and Supervisor II Mrs. Idrawahyuni.

This study aims to analyze the effect of individual taxpayer awareness on motor vehicle taxpayer compliance in Samsat Region 1 Makassar. The type of research used is the type of quantitative research. The population that is the object of the study is all taxpayers registered at the Regional 1 Makassar Samsat Office. The research sample selected was 30 people who were taken by simple random sampling technique. Sources of data used in this study are secondary data and primary data. The technique of data collection is the distribution of questionnaires. The data analysis techniques in this study were instrument testing, simple linear regression analysis and hypothesis testing. The research instrument used in this study used the Likert scale method. Based on the results of the research data using statistical calculations through the application of Statistical Package for the Social Science (SPSS) version 25. The results of this study indicate that taxpayer awareness has a positive or significant effect on taxpayer compliance.

Keywords: Taxpayer Awareness, Taxpayer Compliance

(13)

xiii

DAFTAR ISI

Halaman

SAMPUL ... i

HALAMAN SAMPUL ... ii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iii

HALAMAN PERSETUJUAN ... iv

HALAMAN PENGESAHAN... v

SURAT PERNYATAAN KEABSAHAN ... vi

PERSETUJUAN PUBLIKASI ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

ABSTRAK ... xi

ABSTRACT ... xii

DAFTAR ISI ... xiii

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR GAMBAR ... xiii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang... 1

B. Rumusan Masalah ... 7

C. Tujuan Penelitian ... 7

D. Manfaat Penelitian ... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori ... 9

B. Penelitian Terdahulu ... 27

C. Kerangka Pikir Penelitian ... 29

D. Hipotesis ... 30

(14)

xiv BAB III METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian ... 32

B. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 32

C. Jenis dan Sumber data ... 33

D. Populasi dan Sampel ... 33

E. Metode Pengumpulan Data ... 35

F. Definisi Operasional Variabel ... 35

G. Metode Analisis Data ... 36

H. Uji Hipotesis ... 38

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Objek Penelitian ... 40

B. Penyajian Data (Hasil Penelitian) ... 58

C. Analisis dan Interpretasi (Pembahasan)... 64

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 66

B. Saran ... 66

DAFTAR PUSTAKA ... 68 LAMPIRAN

(15)

xv

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

2.1 Penelitian Terdahulu ... 27

3.1 Definisi Operasional Variabel ... 35

4.1 Uji Validitas ... 59

4.2 Uji Realibilitas ... 60

4.3 Uji Regresi Linier Sederhana ... 61

4.3 Uji T ... 62

4.4 Uji R2 ... 63

(16)

xvi

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

Gambar 2.2 Kerangka Pikir Penelitian ... 30 Gambar 4.1 Struktur Organisasi UPTD ... 49

(17)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pajak adalah pungutan yang diwajibkan oleh pemerintah untuk negara yang akan digunakan untuk kepentingan pemeritah dan masyarakat umum. Indonesia memiliki dua sumber pendapatan negara, salah satunya yang menjadi sumber penerimaan yang cukup besar dan juga sumber dana yang penting bagi pembangunan nasional adalah pajak. Pajak merupakan bagian yang cukup potensial sebagai penerimaan negara maupun daerah.

Pajak yang dikelola pemerintah pusat merupakan sumber penerimaan negara di dalam APBN, sedangkan pajak yang dikelola pemerintah daerah merupakan sumber penerimaan daerah di dalam APBD.

Pajak mempunyai peranan yang sangat penting dalam kehidupan bernegara, khususnya dalam pelaksanaan pembangunan karena pajak merupakan sumber pendapatan negara untuk membiayai rumah tangga negara, yakni pengeluaran-pengeluaran yang bermanfaat bagi masyarakat luas. Menurut Pasal 1 ayat 1 Undang-Undang Nomor 16 tahun 2009 ketentuan umum perpajakan, Pajak adalah kontribusi wajib pajak kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imblan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

Menurut Aswati (2018) kesadaran wajib pajak merupakan sikap mengerti wajib pajak untuk melakukan kewajiban perpajakannya terhadap

(18)

pelaksanaan fungsi untuk mengetahui tujuan kewajiban dalam membayar pajak. Kesadaran untuk mematuhi ketentuan (hukum pajak) yang berlaku tentu menyangkut faktor-faktor apakah ketentuan tersebut telah diketahui, diakui, dihargai dan ditaati. Bila seseorang hanya mengetahui berarti kesadaran wajib pajak tersebut masih rendah. Idealnya untuk mewujudkan sadar dan peduli pajak, masyarakat harus terus diajak untuk mengetahui, mengakui, menghargai dan mentaati ketentuan perpajakan yang berlaku.

Kesadaran wajib pajak mengenai perpajakan sangatlah penting karena dapat meningkatkan kepatuhan wajib pajak dalam memenuhi kewajiban perpajakannya. Hidayati (2014) kesadaran wajib pajak adalah perilaku Wajib Pajak berupa cerminan atau perasaan yang melibatkan pengetahuan, keyakinan dan penalaran disertai dengan adanya kecenderungan untuk bertindak sesuai stimulus yang diberikan oleh sistem dan ketentuan pajak tersebut. Muliari dan Setiawan (2009) kesadaran wajib pajak merupakan sebuah itikad baik seseorang untuk memenuhi kewajiban membayar pajak berdasarkan hati nuraninya yang tulus ikhlas. Semakin tinggi tingkat kesadaran wajib pajak, maka pemahaman dan pelaksanaan kewajiban perpajakan semakin baik sehingga dapat meningkatkan kepatuhan. Jadi kesadaran wajib pajak adalah keadaan dimana wajib pajak dapat memahami kewajiban perpajakannya.

Kepatuhan wajib pajak adalah suatu sikap terhadap fungsi pajak, berupa konstalasi dari komponen kognitif, efektif, dan konatif yang berinteraksi dalam memahami, merasakan dan berperilaku terhadap makna dan fungsi pajak, kepatuhan wajib pajak dapat ditingkatkan dengan

(19)

meningktkan kesadaran wajib pajak, kualitas pelayanan, dan sanksi perpajakan.

Menurut Nurmantu (2005:148) “Kepatuhan pajak merupakan suatu keadaan dimana wajib pajak memenuhi semua kewajiban perpajakan dan melaksanakan hak perpajakannya”. Persoalan mengenai kepatuhan pajak telah menjadi persoalan yang penting di indonesia karena jika wajib pajak tidak patuh maka dapat menimbulkan keinginan untuk melakukan tindakan penghindaran, pengelakan dan pelalaian pajak yang pada akhirnya akan merugikan negara yaitu berkurangnya penerimaan pajak.

Berbagai macam faktor yang mempengaruhi tingkat Kepatuhan Wajib Pajak, di antaranya adalah kesadaran wajib pajak dan kurangnya pemahaman wajib pajak terhadap manfaat pajak itu sendiri. Dalam mengatur mengenai ketentuan umum dan tata cara perpajakan maka terdapat undang- undang yang berlaku. Dengan adanya undang-undang tentang ketentuan dan tata cara perpajakan yang berlaku maka akan ada sanksi bagi pelanggarnya (Muliari dan Setiawa, 2009 dalam Mutia). Sehingga mendorong para wajib pajak untuk memenuhi kewajiban nya dalam membayar pajak kendaraan.

Menurut Samudra (2015:92) “Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) adalah pajak yang dipungut atas kepemilikan dan/atau penguasaan kendaraan bermotor”. Semakin bertambahnya jumlah penduduk yang memakai kendaraan bermotor, maka bertambah juga penerimaan Negara dari sektor pajak. Peran serta wajib pajak dalam memenuhi kewajiban pembayaran pajak dalam memenuhi kewajiban perpajakan sangat diharapkan, kepatuhan wajib pajak dalam membayar pajak merupakan

(20)

posisi strategis dalam peningkatan penerimaan pajak. Namun banyakanya masyarakat yang menggunakan kendaraan bermotor di Kota Makassar belum pasti meningkatkan pendapatan daerah apabila tidak didukung oleh faktorfaktor yang dapat mempengaruhi penerimaan pajak kendaraan bermotor.

Kendaraan bermotor merupakan semua jenis kendaraan beroda dua atau lebih dengan gandengan yang digunakan di jalan darat, dan digerakkan oleh peralatan berbentuk motor atau peralatan lainnya. Pajak Kendaraan Bermotor merupakan pajak yang diambil dengan dasar kepemilikan atau penguasaan kendaraan bermotor. Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor merupakan pajak yang dipungut atas setiap penyerahan kendaraan bermotor dalam hak milik.

Berbagai macam permasalahan yang terjadi, salah satunya di Kota Makassar seperti masalah dalam perpajakan yang terletak pada sejauh mana kesadaran masyarakat untuk memenuhi kewajiban pajaknya sesuai perundang-undangan yang berlaku, dimana masih banyak masyarakat yang kurang patuh dalam membayar pajak seperti menunggak pembayaran pajak, bahkan ada yang memang kurang peduli terhadap kewajibannya dalam membayar pajak kendaraan bermotornya. Sehingga hal ini menjadi dasar peneliti untuk melakukan analisis lebih jauh mengenai kesadaran wajib pajak terhadap kepatuhan wajib pajak baik dari aspek internal ataupun eksternal dalam meningkatkan kepatuhan wajib pajak warga Kota Makassar, agar kepatuhan wajib pajak yang ada di Kota Makassar ke depannya bisa lebih baik lagi.

(21)

Samsat ada di masing-masing provinsi, serta memiliki unit pelayanan di setiap kabupaten/kota. Dalam hal pemungutan pajak kendaraan bermotor, kantor Sistem Administrasi Manunggal Satu Atap (SAMSAT) yang sangat berperan penting. Tentu UPTD SAMSAT yang diharapkan menjadi sarana untuk memaksimalkan potensi pajak kendaraan bermotor.

Kantor Samsat Wilayah 1 Makassar adalah salah satu tempat wajib pajak membayarkan pajak kendaraan bermotor yang mereka miliki.

Penerimaan pajak yang diterimaa oleh Samsat Wilayah 1 Makassar lambat laun meningkat karena adanya peningkatan jumlah kendaraan bermotor yang berada di Makassar dan di harapkan para wajib pajak tepat waktu untuk membayarkan pajak kendaraan bermotor (PKB) untuk menunjang penerimaan pajak sehingga dapat meningkatkan pendapatan daerah.

Pemungutan pajak kendaraan bermotor yang dilaksanakan oleh SAMSAT Wilayah 1 Makassar masih mengalami berbagai kendala, salah satu kendalanya adalah beberapa wajib pajak yang tidak memenuhi kewajibannya membayar pajak sesuai dengan waktu yang ditetapakan. Hal tersebut harus diatasi oleh SAMSAT Wilayah 1 Makassar untuk mengupayakan peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD) dengan berusaha untuk lebih mengefektifkan tata cara perhitungan pajak Kendaraan Bermotor. Karena jika tidak maka hal ini akan menghambat jalannya pembangunan daerah itu sendiri karena berkurangnya pendapatan asli daerah tersebut.

Kesadaran wajib pajak masih sangat rendah, dapat dilihat dari jumlah tunggakan dan denda PKB di Kantor Samsat Wilayah 1 Makassar. Jumlah penerimaan Pajak Kendaraan Bermotor dan perkembangan jumlah

(22)

kendaraan bermotor mengalami peningkatan namun tidak diimbangi dengan kesadaran dan kepatuhan wajib pajak terhadap pemenuhan kewajibannya dalam membayar pajak, yang tercermin dari jumlah tunggakan dan denda yang cukup besar pada Kantor Samsat Wilayah 1 Makassar.

Penelitian yang berkaitan dengan kesadaran wajib pajak terhadap kepatuhan wajib pajak kendaraan bermotor, ditinjau dari beberapa literatur yang menjadi perbandingan dalam melihat kasus di Samsat Wilayah I Makassar, yang di antara ada jurnal dari Isnaini dan Karim (2021) “Pengaruh Kesadaran Wajib Pajak dan Sanksi Perpajakan Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Kendaraan Bermotor (Studi Kasus pada Kantor SAMSAT Kabupaten Gowa)”. Dalam jurnal tersebut menjelaskan bahwa kesadaran wajib pajak berpengaruh positif dan signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak. Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi kesadaran wajib pajak, maka kepatuhan wajib pajak dalam membayarkan pajaknya akan tinggi.

Dalam jurnal yang di tulis oleh Dharma dan Suardana (2014) yang menangkat judul penelitian Pengaruh Kesadaran Wajib Pajak, Sosoalisasi Perpajakan, Kualitas Pelayanan Pada Kepatuhan Wajib Pajak. Adapun hasil penelitian menunjukkan bahwa kesadaran wajib pajak, sosialisasi perpajakan, dan kualitas pelayanan secara parsial berpengaruh signifikan positif terhadap kepatuhan wajib pajak dalam membayar Pajak PKB dan BBNKB pada Kantor Bersama SAMSAT Denpasar.

Pada penelitian jurnal yang dilakukan oleh Agustin dan Putra (2019) dengan judul Pengaruh Kesadaran Masyarakat, Sanksi Perpajakan dan Kualitas Pelayanan Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak dalam Membayar Pajak Kendaraan Bermotor pada Samsat Kota Batam. Adapun hasil yang

(23)

ditemukan adalah, kesadaran masyarakat tidak berpengaruh signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak dalam membayar pajak kendaraan bermotor dan temuan kedua adalah sanksi perpajakan tidak berpengaruh signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak dalam membayar pajak kendaraan bermotor.

Berdasarkan uraian dan permasalahan diatas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan memilih judul “Pengaruh Kesadaran Wajib Pajak Orang Pribadi Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Kendaraan Bermotor (Studi Kasus Samsat Wilayah 1 Makassar)”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut. Apakah kesadaran wajib pajak orang pribadi berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak kendaraan bermotor?

C. Tujuan Penelitian

Untuk menganalisis pengaruh kesadaran wajib pajak orang pribadi terhadap kepatuhan wajib pajak kendaraan bermotor pada Samsat Wilayah 1 Makassar.

D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis

Manfaat penelitian ini secara teori adalah untuk menambah wawasan, informasi dan pengetahuan baik peneliti maupun pembaca mengenai kepatuhan wajib pajak kendaraan bermotor, sebagai sarana penyaluran teori yang telah didapatkan selama masa perkuliahan dan sebagai acuan atau pedoman bagi penelitian di masa yang akan datang.

(24)

2. Manfaat Praktis

Manfaat penelitian ini secara praktis adalah untuk menambah wawasan dan pengetahuan secara mendalam tentang faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan wajib pajak. Khususnya kesadaran wajib pajak terhadap kepatuhan wajib pajak kendaraan bermotor.

(25)

9

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teori 1. Teori Atribusi

Teori atribusi adalah bagaimana kita membuat keputusan tentang seseorang, kita membuat sebuah atribusi ketika kita merasa dan mendeskripsikan perilaku seseorang dan mencoba menggali pengetahuan mengapa mereka berperilaku seperti itu. Pada dasarnya kita berusaha untuk menentukan apakah hal itu ditimbulkan secara internal ataupun eksternal. perbuatan yang ditimbulkan secara internal yaitu perilaku yang berada di bawah kendali pribadi individu itu sendiri, sementara perilaku yang disebabkan secara eksternal adalah perilaku yang dipengaruhi dari luar artinya adalah seseorang akan terpaksa berperilaku karena situasi. Dalam teori ini tujuannya yaitu apakah faktor internal seperti kesadaran wajib pajak berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak dalam membayar pajak kendaraan bermotor.

Dalam teori ini faktor internal begitu ditekankan pada pribadi seseorang, sebab menyangkut perilaku seseorang yang diterapkan dalam menjalankan kehidupannya. Dalam kasus ini seorang wajib pajak harus dituntut untuk mengetahui dan sadar akan kewajibannya dalam membayar pajak, kesadaran disini artinya perilaku yang didorong oleh hati nurani untuk melakukan suatu tindakan (pajak). Dilihat dari faktor eksternal kepatuhan seseorang membayar pajak harus ada campur tangan dari pemerintah baik sd ecara langsung maupun secara tidak langsung, bahkan pemerintah bisa bersifat memaksa sesuai dengan

(26)

ketentuan yang berlaku bagi wajib pajak yang tidak menjalankan kewajibannya.

2. Pengertian Pajak

Dalam suatu Negara pajak memegang peran yang sangat penting sebagai sumber penerimaan yang akan di gunakan untuk membiayai kegiatan-kegiatan pemerintahan dan pembangunan serta alat regulasi. Menurut Undang-Undang No. 28 Tahun 2007 pasal 1 ayat 1 pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang–

Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar–besarnya kemakmuran rakyat. Menurut Mardiasmo dalam Lohonauman (2016) pajak adalah iuran rakyat kepada kas Negara berdasarkan undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan tiada mendapat jasa timbal (kontra prestasi) yang langsung dapat ditunjukkan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum.

Menurut Andrian dalam Agoes dan Trisnawati (2013) Pajak adalah iuran kepada Negara (yang dapat di paksakan) yang terutang oleh Wajib Pajak membayarnya menurut peraturan – peraturan dengan tidak mendapatkan prestasi kembali yang langsung dapat di tunjuk dan yang gunanya adalah untuk membiayai pengeluaran umum yang berhubungan dengan tugas Negara untuk menyelenggarakannya.

Menurut undang-undang no 16 tahun 2009 “ pajak kontribusi wajib kepada Negara yag terutang oleh orang pribadi atau badan bersifat memaksa berdasarkan undang – undang, dengan tidak

(27)

mendapat imbalan secara langsung dan di gunakan untuk keperluan Negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat” .

Menurut Sumitro (2005) Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara (peralihan kekayaan dari kas rakyat ke sektor pemerintah berdasarkan Undang-Undang) dapat dipaksakan dengan tidak mendapat jasa timbal (tegen prestasi) yang langsung dapat ditunjukkan dan digunakan untuk membiayai pengeluaran umum.

Menurut smeets (2004) Pajak adalah prestasi pemerintah yang terutang melalui norma-norma umum, dan dapat di paksakan tanpa adanya kontraprestasi yang dapat ditunjukkan dalam hal individual, maksudnya adalah membiayai pengeluaran pengeluaran pemerintah.Unsur- unsur pokok dalam defenisi pajak adalah:

1) Iuran / pungutan

2) Pajak dipungut berdasarkan undang-undang 3) Pajak dapat dipaksakan

4) Tidak menerima kontra prestasi

5) Untuk membiayai pengeluaran umum pemerintah

Dari pengertian-pengertian tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa ciri-ciri yang melekat pada pengertian pajak, yaitu:

a. Pajak dipungut berdasarkan Undang-Undang serta pelaksanaannya.

b. Dalam pembayaran pajak tidak dapat ditunjukkan adanya kontra prestasi individual pemerintah.

c. Pajak dipungut oleh negara, baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah .

(28)

d. Pajak diperuntukkan bagi pengeluaran-pengeluaran pemerintah yang bila dari pemasukannya masih terdapat surplus, dipergunakan untuk membiayai.

e. Pajak nasib rakyat banyak. Oleh karena itu menurut pasal 23 ayat (2) Undang-Undang dasar 1945 Segala pajak untuk keperluan negara berdasarkan Undang-undang.

Pajak kendaraan bermotor adalah pajak yang dipungut atas kepemilikan atau penguasaan kendaraan bermotor, tidak termasuk kepemilikan atau penguasaan kendaraan bermotor alat-alat berat dan alat-alat besar yang tidak digunakan sebagai alat angkutan orang atau barang dijalan umum. Penerimaan pajak kendaraan bermotor diukur dari realisasi penerimaan pajak kendaraan bermotor dibandingkan dengan target pajak kendaraan bermotor di kantor Samsat Wilayah 1 Makassar.

Objek Pajak Kendaraan Bermotor merupakan kepemilikan atau penguasaan Kendaraan Bermotor. Subjek Pajak Kendaraan Bermotor merupakan orang pribadi yang menguasai dan memiliki Kendaraan Bermotor. Wajib Pajak Kendaraan Bermotor merupakan orang pribadi atau yang mempunyai Kendaraan Bermotor.

Sistem Administrasi Manunggal Satu Atap (SAMSAT) merupakan suatu sistem kerjasama secara terpadu antara polri, Dinas Pendapatan Provinsi, dan PT Jasa Raharja (Persero) dalam pelayanan untuk menerbitkan STNK dan Tanda Nomor Kendaraan Bermotor yang dikaitkan dengan pemasukan uang ke kas negara baik melalui Pajak Kendaraan Bermotor (PKB), dan Sumbangan Wajib Dana Kecelakaan Lalu Lintas Jalan (SWDKLJJ), dan dilaksanakan pada satu kantor yang

(29)

dinamakan Kantor Bersama Samsat. Dalam hal ini, Polri memiliki fungsi penerbitan STNK; Dinas Pendapatan Provinsi menetapkan besarnya Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) dan Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor (BBN-KB); sedangkan PT Jasa Raharja mengelola Sumbangan Wajib Dana Kecelakaan Lalu Lintas Jalan (SWDKLLJ).

Lokasi Kantor Bersama Samsat umumnya berada di lingkungan Kantor Polri setempat, atau di lingkungan Satlantas/Ditlantas Polda setempat.Samsat ada di masingmasing provinsi, serta memiliki unit pelayanan di setiap kabupaten/kota. Dalam hal pemungutan pajak kendaraan bermotor, kantor Sistem Administrasi Manunggal Satu Atap (SAMSAT) yang sangat berperan penting. Tentu UPTD SAMSAT yang diharapkan menjadi sarana untuk memaksimalkan potensi pajak kendaraan bermotor dalam rangka peningkatan penerimaan pajak daerah.

Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) yang progresif adalah tarif PKB dengan presentase yang naik seiring semakin banyaknya jumlah yang digunakan sebagai dasar pengenaan pajak. Jika kamu memiliki lebih dari satu kendaraan dengan jenis yang sama, serta atas nama dan alamat yang sama, perhitungan presentase pajaknya akan berbeda.

Kendaraan bermotor kedua (dan seterusnya) yang kamu miliki masuk ke dalam tarif pajak progresif.

3. Manfaat Pajak

Indonesia merupakan salah satu negara yang menerapkan pajak di wilayahnya. Begitu banyak manfaat yang dirasakan oleh negara dari pajak yang 12 dipungutnya tersebut. Manfaat pajak tak hanya

(30)

disarankan oleh negara namun juga disarankan oleh rakyat. Adapaun manfaat pajak adalah sebagai berikut;

1) Membiayai Pengeluaran Negara.

Pajak memiliki manfaat dengan membiayai pengeluaran negara yang bersifat self liquiditing, contohnya pengeluaran untuk proyek produktif barang ekspor.

2) Membiayai Pengeluaran Produktif.

Pajak dapat membiayai pengeluaran produktif dimana pengeluaran produktif adalah pengeluaran yang memberikan keuntungan ekonomis bagi masyarakat seperti pengeluaran untuk pengairan dan pertanian.

3) Membiayai pengeluaran yang bersifat self liquiditing dan tidak reproduktif yang contohnya adalah pengeluaran untuk pendirian monumen dan objek rekreasi.

Membiayai pengeluaran yang tidak produktif dimana contohnya adalah pengeluaran untuk membiayai pertahanan negara atau perang dan pengeluaran untuk penghematan di masa yang akan datang yaitu pengeluaran bagi yatim piatu.

Ada lima manfaat PKB bagi daerah, lima manfaat tersebut adalah:

1. Merupakan salah satu sumber pendapatan daerah.

2. Berguna untuk membiayai penyelenggaraan pemerintahan daerah.

3. Berguna untuk pembangunan dan atau pemeliharaan jalan serta peningkatan moda dan sarana transportasi umum.

4. Membantu peningkatan pendapatan Kabupaten/Kota.

(31)

5. Meningkatkan ketenangan dan kepastian hukum bagi wajib pajak.

4. Kedudukan Hukum Pajak

Menurut Brotodiharjo (Siti resmi 2014: 4) hukum pajak dibagi menjadi dua yaitu:

1. Hukum Publik

Hukum publik merupakan bagian dari tata tertib hukum yang mengatur hubungan antara penguasa dengan warganya.

2. Hukum Perdata

Hukum perdata merupakan bagian dari keseleruhan hukum yang mengatur hubungan antara orang-orang pribadi.

5. Pembagian Pajak

Menurut Waluyo (2005: 12) pajak dapat dikelompokkan kedalam kelompok :

1. Menurut Golongan

a. Pajak Langsung, adalah pajak yang pembebanannya tidak dapat dilimpahkan kepada pihak lain, tetapi harus menjadi beban langsung wajib pajak yang bersangkutan. Sebagai contoh: Pajak Penghasilan.

b. Pajak tidak Langsung, adalah pajak yang pembebanannya dapat ilimpahkan kepada pihak lain. sebagai contoh: Pajak Pertambahan Nilai.

2. Menurut Sifatnya

a. Pajak Subjektif, adalah pajak yang berpangkal atau berdasarkan pada subjek yang selanjutnya dicari syarat

(32)

objektifnya, dalam arti memperhatikan keadaan dari Wajib pajak. Sebagai contoh Pajak Penghasilan.

b. Pajak Objektif, adalah pajak yang berpangkal atau berdasarkan pada objeknya tanpa memperhatikan keadaan dari Wajib pajak.

Contoh: Pajak Pertambahan Nilai 3. Menurut Pemungutan dan Pengelolanya

a. Pajak Pusat, adalah pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat dan digunakan untuk membiayai rumah tangga Negara.

Contoh: Pajak Penghasilan, Pajak Pertambahan Nilai, Pajak Penjualan

b. Pajak Daerah,adalah pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah dan digunakan untuk membiayai rumah tangga daerah.

Contoh: Pajak Reklame, Pajak Hiburan.

6. Pengertian Kesadaran Wajib Pajak

Kesadaran wajib pajak orang pribadi merupakan perilaku wajib pajak berupa pandangan atau persepsi yang melibatkan keyakinan, pengetahuan dan penalaran serta kecenderungan untuk bertindak sesuai dengan stimulasi yang diberikan oleh sistem dan ketentuan perpajakan yang berlaku.

Menurut Puspita (2014) kesadaran wajib pajak akan perpajakan adalah rasa yang timbul dari dalam diri wajib pajak atas kewajibannya membayar pajak dengan ikhlas tanpa adanya unsur paksaan.

Kesadaran wajib pajak terbentuk karena adanya pemahaman dan pengetahuan yang dimiliki wajib pajak tentang bidang perpajakan.

(33)

Kesadaran perpajakan menurut Muliari (2011) yaitu suatu kondisi dimana seseorang mengetahui, mengakui, menghargai dan menaati ketentuan perpajakan yang berlaku serta memiliki kesungguhan dan keinginan untuk memenuhi kewajiban perpajakannya. Kesadaran wajib pajak akan perpajakan adalah rasa yang timbul dari dalam diri wajib pajak atas kewajibannya membayar pajak dengan ikhlas tanpa adanya unsur paksaan.

Menurut Boediono dalam Sapriadi (2013) kesadaran wajib pajak berkonsekuensi logis untuk para wajib pajak agar mereka rela memberikan konstribusi dana untuk pelaksanaan fungsi perpajakan.

Berdasarkan pendapat-pendapat tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa kesadaran perpajakan adalah rasa yang timbul dari dalam diri wajib pajak untuk menaati ketentuan perpajakan dengan suka rela.

Tingkat Kesadaran masyarakat yang tinggi akan mendorong semakin banyak masyarakat memenuhi kewajibannya sebagai wajib pajak, melaporkan dan membayar pajaknya dengan benar sebagai wujud tanggung jawab berbangsa dan bernegara. Apabila kesadaran masyarakat atas perpajakan masih rendah maka akan menyebabkan banyaknya potensi pajak yang tidak dapat diperoleh. Kesadaran wajib pajak ini akan berpengaruh positif terhadap tingkat kepatuhan wajib pajak orang pribadi. Kesadaran tentang pajak yang tumbuh akan membuat para wajib pajak (WP) mempersiapkan berbagai hal yang dibutuhkan untuk memenuhi kewajiban perpajakannya, dalam hal ini masyarakat yang memiliki kendaraan bermotor akan menyadari untuk membayar PKB atas kendaraan yang dimilikinya.

(34)

7. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kesadaran Wajib Pajak

Menurut Shiddiq (2011), Faktor-faktor yang mempengaruhi kesadaran seseorang dalam membayar pajak adalah sebagai berikut:

1. Sikap

Apabila wajib pajak merasa bahwa keadilan pajak telah diterapkan kepada semua wajib pajak dengan 17 tidak membedakan perlakuan antara wajib pajak badan dengan perorangan,wajib pajak besar dengan wajib pajak kecil dalam artian bahwa semua wajib pajak diperlakukan secara adil maka setiap wajib pajak cenderung untuk menjalankan kewajiban pajaknya dengan baik atau dengan kata lain menimbulkan kesadaran dalam diri wajib pajak.

2. Motivasi

Motivasi mempersoalkan bagaimana caranya mendorong gairah masyarakat agar mereka mau untuk ikut serta ambil bagian dalam suatu proses pembangunan. Hal ini dapat dilihat dengan bersedianya masyarakat untuk mewujudkan tujuan pembangunan yaitu dengan membayar pajak.

3. Tingkat Pendapatan

Seseorang yang berpendapatan rendah tingkat kesadaran membayar pajaknya juga rendah, hal ini disebabkan banyak dari pendapatan mereka untuk konsumsi sehari-hari, sehingga mereka memenuhi kewajiban membayar pajaknya.

(35)

4. Persepsi Wajib Pajak Tentang Pelaksanaan Sanksi Pajak

Masyarakat akan memiliki sikap sadar terhadap fungsi pajak dan akhirnya akan mematuhi membayar pajak jika persepsi mereka terhadap sanksi pajak, dilaksanakan secara tegas, konsisten, dan mampu menjangkau para pelanggar.

Sedangkan faktor-faktor yang mempengaruhi kesadaran wajib pajak dalam memenuhi kewajiban perpajakannya dipengaruhi oleh:

1) Pengetahuan dan pemahaman wajib pajak tentang pajak.

2) Kemauan membayar pajak.

3) Manfaat pajak yang dirasakan wajib pajak.

4) Sikap optimis wajib pajak terhadap pajak.

Faktor-faktor yang mempengaruhi kesadaran pajak sesuai dengan pendapat-pendapat di atas dapat disimpulkan yaitu pemahaman tentang pajak, motivasi membayar pajak, manfaat pajak yang dirasakan dan sanksi pajak. Pemahaman yang baik tentang pajak, wajib pajak yang termotivasi membayar pajak, manfaat pajak bagi pembangunan negara dan adanya sanksi pajak yang tegas akan membuat wajib pajak membayar pajaknya dengan sukarela.

8. Indikator Kesadaran Wajib Pajak

Menurut Puspita (2014) kesadaran membayar pajak dapat diukur dengan beberapa indikator yaitu:

1) Mengetahui adanya undang-undang dan ketentuan perpajakan Wajib pajak memahami dan mengetahui bahwa pajak diberlakukan berdasarkan Undang-Undang Perpajakan yang berlaku.

(36)

2) Mengetahui fungsi pajak untuk pembiayaan negara Pajak memiliki fungsi untuk membiayai seluruh pengeluaran rutin maupun pengeluaran pembangunan negara.

3) Memahami bahwa kewajiban perpajakan harus dilaksanakan sesuai dengan ketentuan yang berlaku Kewajiban perpajakan dilakukan berdasarkan undang-undang perpajakan yang telah ditetapkan.

4) Memahami fungsi pajak untuk penyelenggaraan pemerintahan Wajib pajak memahami bahwa salah satu sumber pembiayaan untuk penyelenggaraan pemerintahan berasal dari pajak. Kesadaran pajak yang tinggi akan meningkatkan pendapatan negara yang berasal dari pajak.

5) Menghitung, membayar, melaporkan pajak dengan sukarela

Sistem penentuan besarnya pajak terutang di Indonesia adalah Self Assessment System. Wajib pajak adalah berperan aktif dalam menghitung, membayar, dan melaporkan besaran pajaknya ke kantor pajak.

9. Pengertian Kepatuhan Wajib Pajak

Kepatuhan dalam hal perpajakan berarti keadaan wajib pajak yang melaksanakan hak dan khususnya kewajiban, secara disiplin, sesuai peraturan perundang-undangan serta tata cara perpajakan yang berlaku dan tidak menyimpang dari ketentuan perpajakan. Menurut Nurmantu (2005:148) Kepatuhan pajak merupakan suatu keadaan dimana wajib pajak memenuhi semua kewajiban perpajakan dan melaksanakan hak perpajakannya. Persoalan mengenai kepatuhan pajak telah menjadi persoalan yang penting di indonesia karena jika

(37)

wajib pajak tidak patuh maka dapat menimbulkan keinginan untuk melakukan tindakan penghindaran, pengelakan dan pelalaian pajak yang pada akhirnya akan merugikan negara yaitu berkurangnya penerimaan pajak.

Pengertian kepatuhan wajib pajak menurut Gunadi (2013) diartikan bahwa wajib pajak mempunyai kesediaan untuk memenuhi kewajiban perpajakannya sesuai dengan aturan yang berlaku tanpa perlu diadakan pemeriksaan, investigasi seksama, peringatan ataupun ancaman dan penerapan sanksi baik hukum maupun administrasi.

Kepatuhan perpajakam menurut Nurmantu dalam Rahayu (2010) menyatakan bahwa: kepatuhan perpajakan sebagai suatu keadaan dimana wajib pajak memenuhi semua kewajiban perpajakan dan melaksanakan hak perpajakannya. Menurut Widodo (2010) bahwa kepatuhan pajak dipelajari dengan melihat bagaimana seorang individu membuat keputusan antara pilihan melakukan kewajibannya dalam melaksanakan pajak atau justru melakukan penghindaran pajak.

Pendapat-pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa kepatuhan perpajakan adalah kesediaan wajib pajak untuk memenuhi kewajiban dan hak perpajakannya sesuai dengan peraturan yang berlaku. Kendaraan bermotor tiap tahun selalu meningkat di Kota Makassar. Namun, peningkatan jumlah kendaraan bermotor tidak diiringi dengan peningkatan kepatuhan wajib pajak. Hal ini didasarkan pada perbandingan jumlah wajib pajak yang membayar pajak kendaraan bermotor dengan jumlah total wajib pajak efektif. Oleh karena itu, perlu

(38)

dilakukan penelitian mengenai faktor-faktor yang menyebabkan kepatuhan wajib pajak masih rendah.

Semakin bertambahnya jumlah penduduk yang memakai kendaraan bermotor, maka bertambah juga penerimaan Negara dari sektor pajak. Menurut Priantara (2012) peran serta wajib pajak dalam memenuhi kewajiban pembayaran pajak dalam memenuhi kewajiban perpajakan sangat diharapkan, kepatuhan wajib pajak dalam membayar pajak merupakan posisi strategis dalam peningkatan penerimaan pajak.

Namun banyakanya masyarakat yang menggunakan kendaraan bermotor di Kota Makassar belum pasti meningkatkan pendapatan daerah apabila tidak didukung oleh faktor-faktor yang dapat mempengaruhi penerimaan pajak kendaraan bermotor.

Kepatuhan wajib pajak dapat pula ditingkatkan melalui pengenaan sanksi perpajakan. Undang-undang dan peraturan telah mengatur bagaimana pelaksanaan ketentuan umum dan tata cara perpajakan, termasuk sanksi yang akan dikenakan apabila wajib pajak tidak memenuhi kewajiban perpajakannya. Pelaksanaan dan pemberian sanksi yang dimaksud adalah dalam bentuk pemberian sanksi administrasi atau denda maupun sanksi pidana.

Usaha untuk meningkatkan tingkat kepatuhan pajak dan mempertahankan tingkat kepatuhan saat ini merupakan isu yang menjadi perhatian para pembuat kebijakan baik di negara maju maupun berkembang. Masalah utama yang paling penting adalah mendorong tingkat kepatuhan wajib pajak. Hal ini dikarenakan tingkat kepatuhan pajak secara tidak langsung mempengaruhi ketersediaan pendapatan

(39)

untuk belanja. Kepatuhan wajib pajak merupakan faktor paling penting bagi peningkatan pajak, maka perlu secara intensif dikaji tentang faktor- faktor yang mempengaruhi kepatuhan wajib pajak, khususnya dalam membayar pajak kendaraan bermotor (PKB) di wilayah kota Makassar.

10. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kepatuhan Wajib Pajak

Menurut Putri, dkk. (2013), Kepatuhan wajib pajak dapat disebabkan oleh faktor-faktor sebagai berikut.

1. Kesadaran Wajib Pajak

Kesadaran wajib pajak dapat dilihat dari kesungguhan dan keinginan wajib pajak dalam memenuhi tanggungan pajak yang dimilikinya dan pemahaman pajak dapat mendorong wajib pajak membayar pajaknya dengan sukarela.

2. Kewajiban Moral

Moralitas merupakan salah satu pemicu yang sangat penting dalam meningkatkan tingkat kepatuhan wajib pajak. Moralitas berkaitan dengan norma individu. Moralitas dapat berupa perasaan bersalah yang dimiliki oleh individu, dimana terdapat perbedaan di setiap individu mengenai moralitas ini. Individu yang sudah menyadari akan adanya kewajiban, dalam hal ini kewajiban tentang pajak kendaraan bermotor akan berpengaruh terhadap tingkat kepatuhannya terhadap pembayaran PKB, sehingga dapat dikatakan bahwa moral yang kuat a*kan meningkatkan tingkat kepatuhan wajib pajak. Kewajiban moral adalah usaha lain yang digunakan untuk meningkatkan kepatuhan pajak yang berhubungan dengan etika atau moral wajib pajak dimana wajib pajak akan

(40)

memiliki perasaan bersalah dan akan memenuhi kewajibannya untuk membayar Pajak.

3. Kualitas Pelayanan

Pelayanan yang baik dalam meningkatkan kepatuhan wajib pajak dimana ada keputusan dan rasa senang oleh pelayanan yang diberikan oleh fiskus sehingga wajib pajak akan membayar pajak dengan sukarela.

4. Sanksi Perpajakan

Untuk mencegah ketidak patuhan wajib pajak dalam membayar pajak adalah adanya sanksi yang tegas, dimana sanksi yang tegas akan menjadi pemicu wajib pajak patuh dalam membayar pajak.

Usaha untuk meningkatkan kepatuhan wajib pajak dalam memenuhi kewajiban perpajakannya, kualitas pelayanan pajak harus ditingkatkan oleh aparat pajak. Oleh karena itu kualitas pelayanan perlu ditingkatkan untuk memberikan kenyamanan dan pandangan yang baik dari wajib pajak. Pelayanan petugas pajak yang kooperatif, jujur, menegakkan aturan perpajakan, tidak mempersulit, dan tidak mengecewakan wajib pajak diharapkan mampu mengatasi masalah kepatuhan wajib pajak. Keramahan petugas pajak dan kemudahan dalam sistem informasi perpajakan termasuk dalam pelayanan perpajakan tersebut.

Pemerintah dapat terus meningkatkan kualitas pelayanan yang diberikan kepada wajib pajak dengan membuat sebuah sistem. Hal ini diharapkan dapat memudahkan wajib pajak dalam membayar dan melaporkan kewajiban pajaknya. Kemudahan dari sistem perpajakan

(41)

dapat berjalan dengan baik dan dimengerti masyarakat, sosialisasi dengan menggunakan berbagai media mengenai perpajakan. Manfaat dari sosialisasi tersebut, masyarakat akan lebih memahami masalah – masalah tentang perpajakan, kemudahan yang bisa didapat, dan memahami peraturan perpajakan yang sering berubah–ubah, dengan pemahaman yang baik diharapkan akan meningkatkan kepatuhan wajib pajak.

Teori atribusi menyatakan bahwa pengetahuan wajib pajak tentang peraturan pajak kendaraan bermotor merupakan penyebab internal yang dapat mempengaruhi persepsi wajib pajak dalam membayar pajak. Jika wajib pajak memiliki pemahaman tentang perpajakan, wajib pajak menjadi lebih mengerti pentingnya membayar pajak dan manfaat yang dapat dirasakan secara langsung maupun tidak langsung. Dengan begitu tingkat kepatuhan pajak dapat meningkat.

11. Indikator Kepatuhan Wajib Pajak

Menurut Yusdita (2017) indikator kepatuhan perpajakan adalah sebagai berikut:

1. Kepatuhan wajib pajak untuk estimasi pajak Wajib pajak memiliki pengetahuan yang memadai mengenai jumlah pajak yang menjadi kewajibannya.

2. Kepatuhan wajib pajak untuk kesalahan pajak Wajib pajak mau mengoreksi kesalahan penghitungan pajaknya bila terdapat kesalahan tentang besar pajak yang harus dibayar.

(42)

3. Kepatuhan wajib pajak untuk perlakuan pajak Wajib pajak memahami tata cara pembayaran pajak, mulai dari menghitung hingga menyetorkan kewajiban pajaknya.

4. Kepatuhan wajib pajak untuk penyampaian SPT Wajib pajak menyampaikan SPT pajaknya tepat waktu dan tidak melebihi batas waktu yang telah ditentukan.

5. Kepatuhan wajib pajak untuk membayar pajak Kepatuhan wajib pajak dalam memenuhi kewajiban pajaknya yang terutang tepat waktu.

6. Wajib pajak menghadapi kekurangan pembayaran pajak Kepatuhan wajib pajak bersedia membayar kekurangan pajak terutangnya bila diketahui kurang bayar dalam melunasi kewajiban perpajakannya.

12. Pajak Kendaraan Bermotor

Pajak Kendaraan Bermotor adalah pajak atas kepemilikan dan/atau penguasaan kendaraan bermotor. Kendaraan bermotor adalah semua kendaraan beroda dua atau lebih beserta gandengannya yang digunakan semua jenis jalan darat, dan digerakkan oleh peralatan teknik berupa motor atau peralatan lainnya yang berfungsi untuk mengubah suatu sumber daya energi tertentu menjadi tenaga gerak kendaraan bermotor yang bersangkutan, termasuk alat-alat berat dan alat-alat basar yang bergerak, Madundung (2014)

1. Objek Pajak Kendaraan Bermotor

Ratnasari (2016) Objek Pajak Kendaraan Bermotor adalah kepemilikan dan atau penguasaan kendaraan bermotor (pasal 4 ayat 1 perda Prov. Sulawesi Tenggara Nomor 5 Tahun 2011.

(43)

2. Subjek Pajak dan Wajib Pajak Kendaraan Bermotor

Subjek Pajak adalah orang pribadi atau badan yang memiliki dan atau menguasai kendaraan bermotor. Sementara itu yang menjadi wajib pajak adalah orang pribadi atau badan yang memiliki kendaraan bermotor. Jika wajib pajak berupa badan kewajiban perpajakannya diwakili oleh pengurus atau kuasa badan tersebut.

Dengan demikian, pada PKB subjek pajak dengan wajib pajak, yaitu orang pribadi atau badan yang memiliki dan atau menguasai kendaraan bermotor sedangkan Wajib pajak dapat diwakili oleh pihak tertentu yang diperkenankan oleh undang-undang dan peraturan daerah tentang PKB. Wakil wajib pajak bertanggung jawab secara pribadi dan atau secara tanggung renteng atas pembayaran pajak terutang. Selain itu, wajib pajak dapat menunjuk seorang kuasa dengan surat kuasa khusus untuk menjalankan hak dan memenuhi kewajiban perpajakan M. Tungka., Sabijono (2015).

B. Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu digunakan sebagai acuan dan bahan perbandingan penelitian sekarang. Penelitian terdahulu yang digunakan adalah sebagai berikut.

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu

No.

Nama Peneliti dan

Tahun Penelitian

Judul

Penelitian Variabel Alat

Analisis Hasil Penelitian 1. Jenni Cong

dan Sukrisno Agoes (2019)

Faktor-Faktor yang

Mempengaru hi Kepatuhan Wajib Pajak

1. Kepatuh an Wajib Pajak 2. Pengeta

huan

Regresi Berganda

Pengetahuan pajak dan sanksi pajak berpengaruh signifikan dan

(44)

Dalam Membayar Pajak Kendaraan Bermotor

pajak 3. Sanksi

pajak 4. Kesadar

an wajib pajak

positif terhadap kepatuhan wajib pajak. Tetapi kesadaran wajib pajak tidak berpengaruh signifikan dan positif terhadap kepatuhan wajib pajak.

2. Nila Sari Agustin, Rizki Eka Putra (2019)

Pengaruh Kesadaran Masyarakat, Sanksi Perpajakan

1. Kesadar an masyara kat 2. Sanksi

perpajak an 3. Kualitas

pelayan an 4. Kepatuh

an wajib pajak

Regresi linear sederhana

Kesadaran Masyarakat, sanksi

perpajakan dan kualitas

pelayanan tidak berpengaruh signifikan terhadap

kepatuhan wajib pajak dalam membayar pajak kendaraan bermotor.

3. Khorida AR, Armi Bakar, Haryanto (2019)

Analisis Pengaruh Kualitas Pelayanan Pajak, Sanksi Perpajakan, Dan

Kesadaran Wajib Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Dalam Membayar Pajak Kendaraan Bermotor Pada Samsat Balaraja Banten

1. Pelayan an pajak 2. Sanksi

perpajak an 3. Kesadar

an wajib pajak 4. Kepatuh

an wajib pajak

Regresi linear berganda

Berdasarkan analisis data dapat

disimpulkankan bahwa variabel kualitas

pelayanan pajak, sanksi perpajakan, dan kesadaran wajib pajak

berpengaruh secara bersama – sama

terhadap variabel

kepatuhan wajib pajak.

4. Intan Nio Kusumawati, Arif Nugroho Rachman.

2021.

Analisis pengaruh wajib pajak dalam kesadaran membayar

1. Kesadar an wajib pajak 2. Kepatuh

an wajib pajak

Regresi linier berganda

Hasil penelitian menunjukkan kesadaran WP memberikan pengaruh bagi kepatuhan WP

(45)

pajak kendaraan bermotor

dalam

membayar pajak kendaraan bermotor 5. Gede Pani

Esa Dharma1 Ketut Alit Suardana2.

2014

Pengaruh kesadaran wajib pajak, sosialisasi perpajakan, kualitas pelayanan pada kepatuhan wajib pajak

1. Kesadar an Wajib Pajak 2. Sosialisa

si Perpajak an 3. Kualitas

Pelayana n

Regresi linier berganda

Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara serempak kesadaran wajib pajak,

sosialisasi perpajakan, dan kualitas

pelayanan berpengaruh signifikan terhadap

kepatuhan wajib pajak dalam membayar Pajak PKB dan BBNKB pada kantor Bersama SAMSAT Denpasar.

C. Kerangka Pikir Penelitian

Kerangka berfikir merupakan model konseptual tentang bagaimana teori berhubungan dengan berbagai faktor yang telah diidentifikasi sebagai masalah penting (Sugiyono, 2009). Dalam tabel dibawah menjelaskan bahwa kesadaran wajib pajak relevan dengan kepatuhan wajib pajak, akan tetapi dalam realitas sosial yang ada terkadang tidak saling berpengaruh tergantung tempat dan strategi yang dilakukan oleh Samsat terkait. Adapun gambaran kerangka pemikiran adalah sebagai berikut.

(46)

Gambar 2.2 kerangka Pikir Penelitian D. Hipotesis

Hipotesis penelitian adalah simpulan sementara yang akan diuji tingkat kebenarannya. Hipotesis yang diajukan pada penelitian ini adalah pengaruh kesadaran wajib pajak terhadap kepatuhan wajib pajak.

Kesadaran perpajakan berkonsekuensi logis untuk para wajib pajak dengan rela memberikan kontribusi dana untuk fungsi perpajakan dengan cara membayar kewajiban pajaknya secara tepat waktu dan tepat jumlah.

Kesadaran menunjukkan suatu keadaan pada diri seseorang yang merupakan titik tentu atau equilibrium dari berbagai pertimbangan, sehingga didapatkan sebuah keyakinan, ketetapan hati dan keseimbangan dalam jiwa yang bersangkutan (Moenir, 2002:88).

Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Putri Isnaini dan Abdul Karim (2021) bahwa kesadaran wajib pajak berpengaruh positif dan signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak.

Pada penelitian jurnal yang dilakukan oleh Nila Sari Agustin dan Riski Eka Putra (2019) hasil yang ditemukan adalah, kesadaran masyarakat tidak berpengaruh signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak dalam membayar pajak kendaraan bermotor dan temuan kedua adalah Kesadaran Wajib Pajak (X)

1. Hak dan Kewajiban 2. Sumber Pendapatan

Daerah

3. Sumber Pendapatan Negara

4. Tidak ada paksaan

Kepatuhan Wajib Pajak (Y) 1. Tepat waktu 2. Sanksi 3. Jatuh Tempo 4. Syarat

(47)

sanksi perpajakan tidak berpengaruh signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak dalam membayar pajak kendaraan bermotor.

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dirumuskan sebuah hipotesis sebagai berikut:

H1 : Kesadaran wajib pajak berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak kendaraan bermotor di Kota Makassar.

(48)

32

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Dalam penelitian ini, metode yang digunakan yaitu metode deskriptif dengan menggunakan pendekatan kuantitatif. Menurut Sugiyono (dalam Cong dan Agoes, 2019) Metode deskriptif adalah statistik yang di gunakan untuk menganalisis data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum atau generalisasi. Menurut Sugiyono (2018) metode kuantitatif dapat diartikan sebagai metode penelitian yang digunakan untuk meneliti populasi atau sampel tertentu, pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian, analisis data bersifat kuantitatif/stastistik, dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan. Metode yang dilakukan penulis dalam penyusunan skripsi ini adalah metode kuantitatif.

Peneliti melakukan pengamatan terhadap objek yang dimunculkan dalam rumusan masalah dengan memusatkan pada kepatuhan wajib pajak kendaraan bermotor pada Samsat Wilayah 1 Makassar. Selanjutnya, peneliti menafsirkan dan menuturkan data yang bersangkutan dengan apa yang terjadi.

B. Lokasi dan Waktu Penelitian 1. Lokasi

Kegiatan penelitian ini dilaksanakan di kantor Samsat Wilayah 1 Makassar, Jl. Andi Mappanyukki No. 79, Kecamatan Mariso, Kota Makassar, Sulawesi Selatan 90125.

(49)

2. Penelitian ini dilakukan kurang lebih dua bulan Maret-April 2022.

C. Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam pelaksanaan penelitian ini yaitu kuantitatif. Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah Data primer primer dan sekundar.

1. Data Primer

Data primer adalah sumber data yang langsung memberikan data kepada pengumpul data. Data yang diperoleh dari jawaban kuesioner yang diisi oleh responden. Kuesioner yang diberikan berisi sejumlah pertanyaan yang harus dijawab oleh responden untuk mengukur kesadaran wajib pajak kendaraan bermotor terhadap kepatuhan wajib pajak kendaraan bermotor.

2. Data Sekunder

Data sekunder merupakan data atau informasi yang diperoleh secara tidak langsung dari objek penelitian yang bersifat publik. Data sekunder diperoleh melalui studi dokumentasi dengan mempelajari berbagai tulisan melalui buku, jurnal, majalah dan internet untuk mendukung penelitian ini.

D. Populasi dan Sampel 1. Populasi

Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah wajib pajak kendaraan bermotor yang terdaftar di Samsat Wilayah 1 Makassar sebanyak 665.135. Data dalam penelitian ini diperoleh langsung secara online dari pembagian kuesioner kepada wajib pajak kendaraan bermotor.

(50)

2. Sampel Penelitian

Sugiyono (dalam Cong dan Agoes, 2019) sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Jumlah sampel dalam penelitian ini sebanyak 30 responden.

3. Teknik Sampling

Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah probability sampling dengan teknik simple random sampling, yang artinya pengambilan sampel dan populasi dilakukan secara acak.

Dengan kata lain sampel diambil tanpa memperhatikan tingkatan yang ada di dalam populasi, setiap elemen populasi memiliki peluang yang sama untuk terpilih sebagai responden penelitian tanpa memperhatikan pekerjaan, umur, usia, dan jenis kelamin. Data yang diperoleh dari jawaban kuesioner yang diisi oleh responden secara langsung maupun online.

Kuesioner dilengkapi dengan skala pengukuran untuk menghasilkan data kuantitatif. Skala Likert digunakan dalam penelitian ini untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi responden tentang variabel Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak Kendaraan Bermotor. Ada 5 (lima) pilihan jawaban pada setiap item pernyataan, yaitu:

1) Jawaban Sangat Setuju (SS) : diberi skor 5

2) Jawaban Setuju (S) : diberi skor 4 3) Jawaban Kurang Setuju (KS) : diberi skor 3 4) Jawaban Tidak Setuju (TS) : diberi skor 2 5) Jawaban Sangat Tidak Setuju (STS) : diberi skor 1

(51)

E. Metode Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan suatu proses yang penting dalam mendapatkan data. Menurut Sugiyono (2017), jika peneliti tidak mengetahui teknik dari pengumpulan data, maka peneliti tidak akan mendapatkan data yang dapat memenuhi standar data yang telah ditentukan. Dengan teknik yang sudah diatur, maka peneliti dapat dengan mudah melakukan penelitian. Pada penelitian ini metode yang digunakan untuk mengumpulkan data adalah kuesioner.

Kuesioner (angket) menggunakan bentuk checklist. Guna membantu responden yang dipilih untuk menjawab dan mengisi kuesioner dengan mudah dan cepat dengan memberi tanda check (√) pada tempat yang telah disediakan. Peneliti membuat 1 (satu) buah kuesioner untuk penelitian ini yaitu, kuesioner untuk memperoleh data terkait Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak Kendaraan Bermotor di Kantor Samsat Wilayah 1 Makassar.

F. Definisi Operasional Variabel

Variabel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu Kesadaran Wajib Pajak sebagai variabel terikat (dependent variabel) dan Kepatuhan Wajib Pajak sebagai variabel bebas (independent variable). Berikut tabel 3.1 penjelasan dari variabel-variabel dibawah ini:

Tabel 3.1

Definisi Operasional Variabel

No. Variabel Definisi Indikator Skala

1. Kesadaran Wajib Pajak (X)

Kesadaran Wajib Pajak ialah keadaan dimana WP

mengetahui, memahami, menghitung, membayar dan melakukan

1. Kesadaran adanya hak dan kewajiban membayar pajak.

2. Sadar pajak sebagai sumber

Skala Likert

(52)

kewajiban pajak dengan sukarela (Malau, 2021).

pendapatan daerah.

3. Tidak ada paksaan dalam membayar pajak.

4. Pajak adalah sumber pendapatan negara.

2. Kepatuhan Wajib Pajak (Y)

Kepatuhan wajib pajak adalah suatu keadaan dimana kesediaan wajib pajak memenuhi kewajiban perpajakan serta mengikuti segala ketentuan dan aturan yang berlaku berdasarkan

undang-undang perpajakan

(Awaloedin, 2020).

1. Membayar pajak tepat waktu.

2. Paham sanksi yang

dikenakan.

3. Wajib pajak dapat mengetahui jatuh tempo pembayaran.

4. Wajib Pajak memenuhi persyaratan dalam

membayarkan pajaknya.

Skala Likert

Sumber: Data diolah oleh peneliti

G. Metode Analisis Data

Analisis data penelitian menggunakan metode dengan untuk mengukur variabel-variabel adalah menggunakan Software SPSS dengan cara memasukkan hasil operasionalisasi variabel yang akan diuji.

1. Uji Instrumen a. Uji Validitas

Menurut Ghozali (dalam Mojo dan Rahmawati, 2021) uji validitas digunakan untuk mengukur sah atau valid tidaknya suatu kuesioner tersebut. Suatu kuesioner dapat dikatakan valid jika suatu pernyataan yang terdapat pada kuesioner tersebut mampu

(53)

mengungkapkan sesuatu yang dapat diukur oleh kuesioner tersebut.

Agar dapat mengetahui validitas suatu kuesioner yang dibuat peneliti adalah dengan menggunakan cara melakukan korelasi antar skor suatu butir pertanyaan dengan total variable jika r hitung lebih besar dari table dan bernilai positif maka indikator tersebut dinyatakan valid.

Tetapi bila suatu harga korelasi dibawah 0,30 maka dikatakan pertanyaan dalam kuesioner tersebut tidak valid sehingga dapat dikatakan harus diperbaiki atau dibuang.

b. Uji Reliabilitas

Merupakan sebuah teknik analisis data untuk mengetahui sejauh mana hasil yang diberikan responden dapat dipercaya. Uji reliabilitas ini dapat digunakan untuk membantu mencari informasi mengenai konsistensi atau kestabilan jawaban yang diberikan oleh responden atas pernyataan yang sudah diberikan oleh peniliti. Jika jawaban yang diberikan oleh konsisten stabil dari waktu ke waktu maka jawaban responden tersebut dapat dikatakan reliabel (Mojo dan Rahmawati, 2021).

2. Analisis Regresi Linier Sederhana

Regresi linier sederhana merupakan suatu metode yag digunakan untuk mengukur besarnya pengaruh variabel bebas terhadap variabe terikat dan memprediksi variabel terikat dengan menggunakan variabel bebas. Analisis regresi linier sederhana sebagian kajian terhadap hubungan satu variabel yang disebut sebagai variabel yang diterangkan dengan satu atau dua variabel yang menerangkan. Variabel pertama juga

(54)

disebut sebagai variabel tergantung dan variabel kedua disebut sebagai variabel bebas.

Metode regresi linier dimaksudkan untuk mengetahui seberapa besar tingkat pengaruh antara variabel bebas dengan variabel terikat.

Metode ini juga bisa digunakan sebagai ramalan, sehingga dapat diperkirakan antara baik atau buruknya suatu variabel X terhadap naik turunnya suatu tingkat variabel Y, begitupun sebaliknya. Rumus regresi linier sederhana.

Y = a + bX + e

Dimana:

Y = Kepatuhan Wajib Pajak a = Konstan

b = Angka arah atau koefisien regresi, yang menunjukkan angka peningkatan ataupun penurunan variabel independen. Bila b (+) maka naik dan bila (-) maka terjadi penurunan

X = Kesadaran Wajib Pajak e = Error / Sisa

H. Uji Hipotesis

a. Uji Parsial (Uji t)

Menutur Ghozali (dalam Awaloedin, Indriyanti, Meldiyani, 2020) uji t dilakukan untuk melihat pengaruh masing-masing variabe independen (variabel bebas) terhadap variabel dependen (variabel terikat). Hasil uji t dapat dilihat dari nilai signifikan atau nilai tehitung.

Apabila nilai signifikan < 0,05 atau nilai thitung > ttabel maka variabel

(55)

independen (variabel bebas) berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen (variabel terikat) sehingga hipotesis diterima. Sedangkan, apabila nilai signifikan > 0,05 atau nilai thitung < ttabel maka variabel independen (variabel bebas) tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen (variabel terikat) sehingga hipotesis ditolak.

b. Koefisien Determinasi (R2)

Hasil koefisien determinasi dianalisis untuk mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen.

Nilai koefisien determinasi antara nol dan satu, nilai koefisien determinasi yang kecil (mendekati nol) berarti kemampuan variabel- variabel independen dalam menjelaskan variasi variabel dependen amat terbatas. Menurut Ghozali (dalam Awaloedin, Indriyanti, Meldiyani, 2020) Sedangkan nilai koefisien determinasi yang rendah (mendekati satu) berarti variabel-variabel independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen. Dalam mengetahui nilai koefisien determinasi pada penelitian ini adalah dengan melihat nilai R square dalam model summary yang dihasilkan oleh program SPSS 25.

(56)

40

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHSAN

A. Gambaran Umum Objek Penelitian 1. Sejarah UPTD Samsat

Sebelum tahun 1933, yaitu sebelum belakunya WVO (Weg Verkeer Ordienation) No. 86, STNK dikeluarkan oleh polisi sebagai pelaksana dari hak yang dimiliki Gubernur atau Presiden karena polisi pada waktu itu dibawah pemerintah daerah yang membidangi Keamanan Dalam Negri. Pada tahun 1946.

POLRI keluar dari DEPDAGRI (Departemen Dalam Negri) dan berada langsung dibawah Perdana Menteri dengan tugas dan tanggung jawab yang sama yaitu keamanan dalam negri. Setelah POLRI dikeluarkan dari Departemen dalam Negri, Pelaksanaan penertiban STNK tetap oleh POLRI, dengan pengertian tetap melaksanakan hak yang dimiliki oleh Gubernur atau Presiden dalam mengeluarkan STNK.

Keadaan ini disebabkan oleh masa peralihan yang belum sempat dibenahi, karena kesibukan dan revolusi fisik mempertahankan kemerdekaan Indonesia.

Pada tahun 1951, wewenang POLRI untuk mengeluarkan STNK dipertegas dengan berlakunya Undang – undang Nomor 7 Tahun 1951 L.N. 1951 Nomor 42 tanggal 30 Juni 1951 yang merubah dan menambah UUL tahun 1933 (WVO), sebagai berikut.

Pasal 6 Ayat (2) : Keterangan mengemudi diberikan kepada kepala kepolisian Keresidenan. Pasal 8 Ayat (2) : Nomor dan huruf atas

Gambar

Gambar 2.2 Kerangka Pikir Penelitian .........................................................
Tabel 2.1  Penelitian Terdahulu
Gambar 2.2 kerangka Pikir Penelitian  D.  Hipotesis
Gambar 4.1 Struktur Organisasi UPTD Samsat
+6

Referensi

Dokumen terkait

Untuk mengetahui pengaruh sanksi pajak terhadap kemauan membayar pajak dimoderasi oleh sosialisasi perpajakan wajib pajak orang pribadi kendaraan bermotor di

kualitas pelayanan fiskus terhadap kepatuhan wajib pajak

Hubungan yang signifikan antara kualitas pelayanan pajak dengan kepatuhan wajib pajak kendaraan bermotor roda empat juga didukung oleh penelitian Nugraha (2015),

Kepatuhan wajib pajak dalam memenuhi kewajiban untuk membayar pajak berhubungan erat dengan kualitas pelayanan terbaik yang diberikan aparat pajak kepada wajib

Hubungan yang signifikan antara kualitas pelayanan pajak dengan kepatuhan wajib pajak kendaraan bermotor roda empat juga didukung oleh penelitian Nugraha (2015),

Kepatuhan wajib pajak bisa menjadi rendah di karenakan persepsi masyarakat yang buruk akan hal mengartikan kegunaan membayar pajak yang dimana pajak sebagai pungutan wajib bukan

iii PENGARUH KESADARAN WAJIB PAJAK, SANKSI PAJAK DAN AKUNTABILITAS PELAYANAN PUBLIK TERHADAP KEPATUHAN WAJIB PAJAK KENDARAAN BERMOTOR STUDI EMPERIS PADA KANTOR SAMSAT SURABAYA

Pengaruh sanksi perpajakan dan kesadaran wajib pajak terhadap kepatuhan wajib pajak orang pribadi di