PENGARUH LATIHAN BOOMERANG RUN DAN Z PATTERN RUN TERHADAP KELINCAHAN SISWA ESKTRAKURIKULER FUTSAL
SMA NEGER I 1 PADA MARA
Proposal Skripsi
Oleh:
SATRIA IHSAN NURHIDAYAT I1E020068
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN
JURUSAN PENDIDIKAN JASMANI PURWOKWERTO
2023
ii
PERNYATAAN
Yang bertanda tangan di bawah ini saya :
Nama : Satria Ihsan Nurhidayat
Nomor Mahasiswa : I1E020068
Judul Penelitian :”Pengaruh Latihan Boomerang Run & Z Pattern Run Terhadap Kelincahan Siswa Ekstrakurikuler Futsal SMA N 1 Padamara”
Menyatakan bahwa penelitian ini adalah hasil karya skripsi saya dan di dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang seara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Purwokerto, ….………2023
(Satria Ihsan Nurhidayat)
iii
Proposal Penelitian untuk Skripsi
PENGARUH LATIHAN B OOME RANG RUN DAN Z PATTERN RU N TERHADAP KELINCAHAN SISWA ESKTRAKURIKULER FUTSAL
S M A N EGE R I 1 P AD AM A R A
Oleh:
SATRIA IHSAN NURHIDAYAT I1E020068
Akan dipertahankan pada seminar Proposal Tanggal...
Pembimbing I, Pembimbing II,
Rohman Hidayat, S.Pd, M.Pd Fuad Noor Heza, S.Pd, M.Kes NIP. 19890710202321126 NIP. 199110228201704101K
Mengetahui,
Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan Universitas Jenderal Soedirman Wakil dekan Bidang Akademik,
Prof. Yunita Sari, S.Kep.,Ns. MHS.,Ph.D NIP. 198106192005012002
iv DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL...i
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
DAFTAR ISI ... iv
BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1
B. Perumusan Masalah ... 4
C. Tujuan ... 4
D. Manfaat ... 4
E. Keaslian penelitian ... 5
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian teori ... 7
1. Ekstrakurikuler...7
2. Hakikat permainan futsal ... 7
3. Hakikat latihan ... 8
4. Komponen fisik ... 11
5. Latihan Bommerang run ... 15
6. Latihan Z Pattern run ... 16
B. Landasan/Kerangka teori ... 18
C. Kerangka konsep ... 19
D. Hipotesis ... 19
BAB III. METODE PENELITIAN A. Desain penelitian ... 20
B. Lokasi dan waktu penelitian ... 21
C. Populasi dan sampel penelitian ... 21
D. Variabel penelitian ... 22
E. Definisi operasional ... 22
F. Alur penelitian ... 23
v
G. Instrumen penelitian ... 24
H. Validitas dan Reliabilitas ... 25
I. Sumber data ... 25
J. Analisis data ... 26
K. Etika penelitian ... 27
L. Jadwal penelitian...28
Daftar Pustaka ... 29 LAMPIRAN
1
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
Ekstrakurikuler merupakan kegiatan pendidikan non-pelajaran formal disekolah yang umumnya diluar jam belajar yang sesuai dengan kurikulum.
Tujuanya adalah untuk mengembangkan minat dan bakat siswa (Permendikbud, 2014). Tujuan ekstrakurikuler olahraga disekolah adalah untuk mengembangkan minat dan bakat siswa dalam bidang olahraga, selain itu esktrakurikuler olahraga juga memfasilitasi siswa untuk berprestasi dalam kecabangan olahraga masing-masing. Kegiatan ekstrakurikuler olahraga juga diharapkan akan dapat meningkatkan kebugaran jasmani.
Olahraga merupakan suatu aktifitas fisik yang melibatkan gerakan tubuh secara berulang-ulang dengan tujuan untuk mendapatkan kebugaran jasmani. Kebugaran jasmani juga merupakan kemampuan seseorang menjalankan kegiatan fisik yang membutuhkan kekuatan, daya tahan,kelincahan,dan juga fleksibilitas (Rahman, 2018). Olahraga merupakan bagian dari aktifitas sehari-hari manusia yang berguna membentuk jasmani dan rohani yang sehat. Ada banyak cabang olahraga untuk seseorang berprestasi yaitu sepakbola, bola voli, bulu tangkis, dan futsal dll (Yulianto &
Muhammad, 2019). Dari uraian tersebut maka dapat disimpulkan bahwa olahraga adalah suatu bentuk aktivitas fisik dengan tujuan mendapatkan kebugaran maupun untuk tujuan berprestasi dengan banyak sekali cabang olahraga salah satu cabang olahraga yaitu olahraga futsal.
Permainan futsal merupakan salah satu cabang olahraga yang sudah sangat dikenal dan digemari oleh hampir seluruh lapisan masyarakat Indonesia baik di kota maupun di desa, dari anak-anak sampai orang tua. Namun permainan futsal lebih banyak dimainkan oleh anak-anak remaja hingga dewasa. Hal ini terbukti dengan banyaknya club futsal di setiap daerah dan pertandingan-pertandingan futsal baik yang diselenggarakan secara lokal, regional, nasional, maupun internasional (Narlan & Juniar, 2017). Futsal adalah olahraga fisik yang sangat berat. Seorang pemain harus selalu bergerak
secara acak sepanjang pemain tersebut bermain, bisa dibayangkan betapa pentingnya fisik jika seorang pemain harus bergerak secara terus menerus dengan gerakan yang eksplosif dalam sebuah pertandingan. Kemampuan fisik seorang pemain futsal merupakan gabungan dari ketahanan (endurance), kekuatan (strength), kecepatan (speed), kelincahan (agility), kelentukan (flexibility), dan koordinasi (coordination). Kemampuan fisik sangat diperlukan dalam permainan futsal untuk menunjang dalam melaksanakan program latihan yang telah dibuat. Kondisi fisik tidak dapat ditingkatkan dan dikembangkan hanya dalam jangka waktu yang relatif singkat, karena kondisi fisik yang baik diperlukan latihan yang kontinyu dan progresif (Irawan & Fitranto, 2021)
Latihan merupakan peran utama dan memiliki peran yang krusial dalam mencapai prestasi dalam olahraga futsal. Latihan adalah kegiatan yang dilakukan secara sistematis dan berulang-ulang dengan peningkatan beban latihan yang progresif, dengan tujuan akhir untuk meningkatkan kemampuan gerak dan daya tahan jantung guna mencapai prestasi olahraga yang lebih baik (Suhdy, 2018). Hawindri (2016) menjelaskan bahwa latihan adalah proses berlatih yang dilakukan secara sistematis, berulang kali, dan dengan peningkatan beban latihan yang bertahap. Pendekatan sistematis ini dimulai dari latihan yang sederhana hingga kompleks, sehingga pemain dapat menjadi terampil dalam bermain futsal. Dalam permainan futsal banyak sekali komponen fisik yang harus dikuasai dengan baik,salah satunya yaitu komponen fisik kelincahan.
Kelincahan diartikan sebagai kemampuan seseorang mengubah posisi dan atau arah dalam waktu cepat. Sama halnya dengan komponen fisik yang lainnya, kelincahan harus dilatih dengan program yang sesuai dengan kemampuan pemain. Dengan demikian komponen kelincahan yang dimiliki oleh pemain akan membantu pemain untuk melakukan gerakan berbelok ,berbalik arah, dan berkelok-kelok. Pemain yang memiliki kelincahan yang tinggi maka akan menunjang keterampilan teknik dalam melewati lawan atau melakukan gerakan menghindari penjagaan lawan (Irawan & Fitranto, 2021).
Ada beberapa bentuk latihan untuk dapat memperbaiki komponen kelincahan
3
yaitu shuttle run, t test Agility, hexagonal obstacle test, 505 agility test, quadran jump tes, boomerang run, z pattern run, box drill (Bafirman & Wahyuri, 2019).
Dari banyaknya latihan kelincahan, peneliti memilih latihan boomerang run dan z pattern run karena pada kedua latihan tersebut memiliki pola gerakan hampir sama dan kedua latihan tersebut terdapat lebih banyak gerakan merubah arah sehingga mempercepat terjadinya kontraksi pada sistem saraf dan menyebabkan masa otot meningkat. Meningkatnya rangsangan pada sistem saraf dan memperbesar massa otot yang dapat menyebabkan menigkatnya kelincahan (Mariyono, et al, 2017).
Berdasarkan permasalahan diatas peneliti ingin mengetahui apakah ada pengaruh metode latihan boomerang run dan z Pattern run berpengaruh signifikan terhadap hasil kelincahan didalam permainan futsal, karena olahraga futsal adalah olahraga yang dilakukan dengan intensitas yang tinggi, maka masing masing pemain diwajibkan mempunyai komponen fisik kelincahan yang bagus. Dengan pemain memiliki kelincahan yang bagus akan memudahkan pemain melakukan rotasi permainan yang bagus. Peneliti juga sudah melakukan wawancara terhadap pelatih ekstrakurikuler futsal SMA N 1 Padamara lalu mendapatkan keterangan bahwa kelincahan para siswa futsal masih tergolong kurang dan pada saat peneliti melakukan AMSP (Asistensi Mengajar Satuan Pendidikan) di SMAN 1 Padamara diperintahkan untuk ikut mendampingi para siswa saat bertanding, disitu peneliti mendapati permasalahan pada saat pertandingan para pemain mengalami penurunan kelincahan yang berpengaruh kepada permainan pada sebuah tim dan peneliti juga sudah melakukan observasi awal dengan para siswa ekstrakurikuler futsal melakukan tes Illnois Agility Run mendapatkan hasil yang tergolong masih rendah.
Dari permasalahan yang telah disampaikan diatas maka peneliti mengambil judul ”Pengaruh metode latihan boomerang run dan z pattern run terhadap kelincahan siswa esktrakurikuler bola futsal di SMA N 1 Padamara
B. Perumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1) Apakah terdapat pengaruh latihan boomerang run terhadap kelincahan siswa futsal SMA N 1 Padamara?
2) Apakah terdapat latihan z Pattern run terhadap kelincahan siswa ekstrakurikuler futsal SMA N 1 Padamara?
3) Apakah terdapat perbedaan pengaruh antara latihan boomerang run dan z pattern terhadap kelincahan pada siswa esktrakurikuler futsal di SMA N 1 Padamara?
C. Tujuan
Penelitian ini dilakukan bertujuan untuk:
1) Mengetahui apakah ada pengaruh latihan boomerang run terhadap kelincahan siswa futsal SMA N 1 Padamara.
2) Mengetahui apakah ada pengaruh latihan z pattern run terhadap kelincahan siswa ekstrakurikuler futsal SMA N 1 Padamara.
3) Mengetahui efektivitas latihan boomerang run dan z pattern run terhadap kelincahan pada siswa esktrakurikuler bola futsal di SMA N 1 Padamara.
D. Manfaat
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dan dapat memberikan:
1) Manfaat Teoritis:
a. Dapat menunjukkan bukti-bukti ilmiah tentang pengaruh Latihan-latihan boomerang run dan z pattern run terhadap kelincahan pada siswa esktrakurikuler bola futsal di SMA N 1 Padamara.
b. Bisa digunakan sebagai bahan informasi dalam penelitian kedepannya.
2) Manfaat Praktis:
a. Bagi Pelatih; Dapat dijadikan acuan penyusunan program latihan untuk meningkatkan kelincahan pada siswa ekstrakurikuler siswa.
b. Bagi Siswa: Sebagai sarana dalam meningkatkan kelincahan dalam bermain futsal.
5
E. Keaslian penelitian
NO Penelitian Terdahulu Perbandingan
1 a. Judul: Pengaruh Latihan Z-Pattern Run dan Z-Pattern Cust Tehadap Peningkatan Kelincahan (Agility) dan Kecepatan (Speed) Pada Siswa Putra UKM Pencak Silat UNIPA Surabaya
b.Penulis: Gatot Margisal Utomo c.Tahun: 2018
d.Identitas: Jurnal
e. Hasil penelitian: Hasil penelitian adalah:
(1) pemberian latihan z-pattern run memberikan peningkatan yang signifikan terhadap peningkatan agility dan speed, (2) pemberian latihan z pattern cust memberikan peningkatan yang signifikan terhadap agility dan speed, serta (3) terdapat perbedaan pengaruh yang signifikan antara latihan z- pattern run dan z-pattern cust terhadap agility dan speed.
Persamaan: Variabel bebas dan terikat dalam penelitian ini sama dengan penelitian terdahulu yaitu latiah Z Pattern Run dan Komponen fisik (Kelincahan)
Perbedaan:
1.Variabel bebas:
penelitian ini pada variabel bebasnya adalah latihan
Boomerang run sedangkan pada penelitian terdahulu menggunakan latihan Z pattern cust
2.Metode penelitian sebelumnya menggunakan Eksperimen semu dengan desain penelitian pretest dan posttest dengan kelompok kontrol, sedangkan penelitian ini menggunakan desain pretest dan post test pada satu kelompok tanpa kelompok kontrol.
2. a. Judul: latihan kelincahan boomerang run dapat meningkatkan keterampilan menggiring bola dalam permainan futsal.
b.Penulis: Lalu Hulfian c.Tahun: 2020
d.Identitas: Jurnal
e.Hasil penelitian Berdasarkan hasil penelitian diperoleh ada pengaruh latihan Boomerang Run terhadap keterampilan menggiring bola dalam permainan futsal.
Persamaan: Variabel bebas dan terikat dalam penelitian ini sama dengan penelitian terdahulu yaitu latiah Z Pattern Run dan Komponen fisik (Kecepatan)
Perbedaan;
1.Variabel bebas:
penelitian ini pada variabel bebasnya adalah latihan
Boomerang run sedangkan pada penelitian terdahulu menggunakan latihan Z pattern cust
2.Instrumen penelitian terdahulu menggunakan
3.Rancangan penelitian terdahulu menggunakan “One Group Pretest- Postest Design”. Sedangkan penelitian ini menggunakan Two Group Pretest- Postest Design”
4.Variabel terikat mengukur keterampilan menggiring bola
sedangkan penelitian ini menggunakan variabel terikat untuk mengukur Komponen fisik (Kelincahan).
3. a.Judul: efek latihan zig – zag run dan boomerang run terhadap keterampilan menggiring bola
b.Penulis: 1Dahlan, 2Hikmad Hakim,
3Nukhrawi Nawir, 4A.Atsam c.Tahun: 2022
d.Identitas: Jurnal
e.Hasil penelitian: Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) Adanya pengaruh latihan zig-zag run terhadap keterampilan menggiring bola dalam permainan Sepak bola (2)Adanya pengaruh latihan boomerang run terhadap keterampilan menggiring bola dalam permainan Sepak bola
(3)Adanya perbedaan pengaruh antara latihan zig-zag run dan latihan boomerang run terhadap keterampilan menggiring bola dalam permainan Sepak bola.
Persamaan:
1.Variabel bebas dalam penelitian terdahulu sama dengan penelitian ini yaitu latihan Boomerang run.
2.Desain penelitian sama yaitu menggunakan ”Two Group Pretest- Postest Design”
Perbedaan;
1.Lokasi/waktu/sampel penelitian berbeda
2.Penelitian pada variabel bebasnya adalah latihan
Boomerang run sedangkan pada penelitian terdahulu menggunakan latihan Zig-zag run.
3.Variabel terikat mengukur keterampilan menggiring bola
sedangkan penelitian ini menggunakan variabel terikat untuk mengukur kelimcahan
4. a.Judul: Pengaruh latihan agility L-drill terhadap peningkatan kelincahan
Pemain futsal sma assa’adah sampurnan bungah gresik
b.Penulis: Muhammad Ubaidillah Mufti, I Dewa Made Aryananda Wijaya Kusuma Mohammad Faruk, Mochammad Purnomo c.Tahun: 2022
d.Identitas: Jurnal
e. Hasil penelitian: hasil penelitian yang didapatkan, bahwa adanya perbedaan yang signifikan dari latihan agility L-Drill terhadap peningkatan kelincahan pemain futsal SMA Assa’adah Bungah Gresik,
Persamaan:
1.Variabel bebas dalam penelitian terdahulu sama dengan penelitian ini yaitu latihan Boomerang run.
2.Desain penelitian sama yaitu menggunakan ”Two Group Pretest- Postest Design”
Perbedaan;
1.Lokasi/waktu/sampel penelitian berbeda
2.Penelitian pada variabel bebasnya adalah latihan
Boomerang run sedangkan pada penelitian terdahulu menggunakan latihan Zig-zag run.
5 a.Judul: Pengaruh latihan latihan tabata circuit training terhadap peningkatan kelincahan pada pemain futsal.
b. Penulis: Sakir Romdani,David Agus Prianto
c.Tahun: 2018 d.Identitas: Jurnal
e. Hasil penelitian: Hasil penelitian menunjukkan bahwa latihan tabata circuit training terdapat pengaruh yang signifikan terhadap peningkatan kelincahan atlet.
Persamaan: Variabel terikat dalam penelitian ini sama dengan penelitian terdahulu yaitu Komponen fisik (Kelincahan)
Perbedaan:
1.Lokasi/waktu/sampel penelitian berbeda
2.Variabel bebas:
penelitian ini pada variabel bebasnya adalah latihan
Boomerang run sedangkan pada penelitian terdahulu menggunakan Tabata circuit training
3.Metode penelitian dengan desain penelitian One-Groub Pretest-Posttest Design
7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian teori
1. Ekstrakurikuler
Ekstrakurikuler adalah kegiatan yang dilakukan oleh peserta didik di luar jam di bawah bimbingan dan pengawasan satuan pendidikan, bertujuan untuk mengembangkan potensi, bakat, minat, kemampuan, kepribadian, kerjasama, dan kemandirian peserta didik secara optimal untuk mendukung pencapaian tujuan Pendidikan (Permendikbud,2014).
Ekstrakurikuler dimaksudkan untuk mengembangkan salah satu bidang pelajaran yang diminati oleh sekelompok siswa. Misalnya olahraga, kesenian, dan berbagai macam keterampilan lain. Kegiatan ekstrakurikuler olahraga juga diharapkan akan dapat meningkatkan kebugaran jasmani, banyak sekali ekstrakurikuler olahraga yang berada di sekolah yang banyak diminati oleh para siswa, salah satu cabang yang banyak diminati dalam ekstrakurikuler adalah futsal.
2. Hakikat Futsal
Olahraga bola futsal merupakan olahraga yang dimainkan di dalam ruangan dengan ukuran lapangan berukuran kecil. Halim (2012) menjelaskan bahwa olahraga futsal adalah permainan sejenis sepakbola yang dimainkan dalam lapangan yang berukuran lebih kecil. Futsal merupakan salah satu olahraga beregu ,dengan dimainkan oleh 2 tim (masing-masing tim berjumlah 5 orang). Lhaksana (2012) mengatakan
“Futsal adalah olahraga beregu, kolektivitas tinggi akan mengangkat prestasi, siapa yang mencetak gol sama sekali tidak penting, yang penting adalah gol yang tercetak”. Permainan bola futsal hampir mirip dengan permainan sepakbola apabila dilihat dari teknik dasar permainan, Secara umum permainan futsal hampir sama dengan sepakbola. Lhaksana (2012) berpendapat bahwa permainan futsal dapat dikatakan hampir mirip dengan permainan sepakbola. Cara bermain dengan kaki ke kaki, tetapi yang membedakan dalam permainan ini adalah ukuran lapangan, jumlah pemain,
aturan dalam permainan, dan berat bola dalam futsal.
Olahraga futsal perlu memerlukan ketahanan fisik yang bagus selain itu juga harus memerlukan komponen fisik salah satunya yaitu kelincahan karena dalam pertandingan futsal para pemain dituntut untuk bergerak dinamis dan lincah. Lhaksana (2012) menjelaskan bahwa futsal adalah olahraga yang dinamis dikarenakan bola secara bergulir cepat dari kaki ke kaki, dimana para pemainnya dituntut untuk selalu bergerak dan dibutuhkan keterampilan yang baik dan determinasi yang tinggi.
3. Hakikat Latihan a. Pengertian Latihan
Latihan merupakan suatu jenis aktivitas fisik yang membutuhkan perencanaan, terstruktur, dan dilakukan secara berulang- ulang dengan maksud untuk meningkatkan atau mempertahankan satu atau lebih komponen kebugaran jasmani. Definisi latihan yang berasal dari kata practice adalah aktivitas untuk meningkatkan keterampilan (kemahiran) berolahraga dengan menggunakan berbagai peralatan sesuai dengan tujuan dan kebutuhan cabang olahraganya. Artinya, selama dalam kegiatan proses latihan agar dapat menguasai keterampilan gerak cabang olahraganya selalu dibantu dengan menggunakan berbagai peralatan pendukung (Emral, 2017).
Dari pendapat tersebut dapat dikatakan bahwa latihan merupakan suatu proses yang sistematis, terencana, terprogram, terukur, teratur dan dilakukan secara berulang-ulang, serta memilki suatu tujuan untuk meningkatkan kemahiran atau mempertahankan satu atau lebih dari komponen kebugaran jasmani dalam waktu yang tepat.
b. Tujuan Latihan
Kadir (2009) mengatakan bahwa tujuan latihan adalah meningkatkan kekuatan, ketahanan, kelentukan, kelincahan dan kecepatan. Kekuatan-kekuatan ini berhubungan dengan struktur dan faal dalam tubuh. Bilamana latihan itu dikerjakan secara teratur dan sesuai
9
dengan cara berlatih, maka diharapkan adanya perubahan-perubahan (adaptasi) yang menunjang tercapainya kekuatan-kekuatan tersebut.
Sedangkan Emral (2017) menyampaikan bahwa tujuan latihan secara umum adalah sebagai berikut:
1. Meningkatkan kualitas fisik dasar secara umum dan menyeluruh.
2. Mengembangkan dan meningkatkan potensi fisik yang khusus.
3. Menambah dan menyempurnakan teknik.
4. Mengembangkan dan menyempurnakan strategi, taktik dan pola bermain,
5. Meningkatkan kualitas dan kemampuan psikis olahragawan dalam bertanding.
c. Prinsip Latihan
1. Prinsip beban bertambah (overload)
Bompa dalam Budiwanto (2021) mengatakan bahwa konsep latihan dengan beban lebih berkaitan dengan intensitas latihan, beban latihan pada suatu waktu harus merupakan beban lebih dari sebelumnya. Sebagai cara mudah untuk mengukur intensitas latihan adalah menghitung denyut jantung saat latihan. Pada atlet muda, denyut nadi maksimal saat melakukan latihan dapat mencapai 180- 190 kali permenit. Jika atlet tersebut diberi beban latihan yang lebih, maka denyut nadi maksimal akan mendekati batas tertinggi. Pada latihan kekuatan (strength), latihan dengan beban lebih adalah memberikan tambahan beban lebih berat atau memberikan tambahan ulangan lebih banyak saat mengangkat beban.
2. Prinsip spesialisasi (specialization)
Prinsip spesialisasi atau kekhususan latihan adalah bahwa latihan harus dikhususkan sesuai dengan kebutuhan pada setiap cabang olahraga dan tujuan latihan. Kekhususan latihan tersebut harus diperhatikan, sebab setiap cabang olahraga dan bentuk latihan memiliki spesifikasi yang berbeda dengan cabang olahraga lainnya.
Spesifikasi tersebut antara lain cara melakukan atau gerakan berolahraga, alat dan lapangan yang digunakan, sistem energi yang
digunakan. Bompa (2009) menjelaskan bahwa latihan bersifat khusus harus sesuai dengan kebutuhan olahraga dan pertandingan yang akan dilakukan. Latihan olahraga khusus ini menunjuk pada latihan yang mirip atau meniru gerakan yang diperlukan dalam olahraga penting diikuti atlet secara khusus.
3. Prinsip perorangan (individualization)
Bompa (2009) menjelaskan bahwa latihan harus memperhatikan dan memperlaku-kan atlet sesuai dengan tingkatan kemampuan, potensi, karakteristik belajar dan kekhususan olahraga.
Seluruh konsep latihan harus direncanakan sesuai dengan karakteristik fisiologis dan psikologis atlet, sehingga tujuan latihan dapat ditingkatkan secara wajar. Individualisasi dalam latihan menunjuk pada kenyataan bahwa pelatih harus membuat rencana latihan perorangan bagi masing-masing atlet dengan memperhatikan kemampuan masing-masing atlet. Hal yang perlu diperhatikan bahwa rencana latihan tersebut juga dibutuhkan untuk setiap waktu latihan. Waktu latihan dapat diatur dan dilaksanakan dalam suatu kelompok. Pada bagian latihan tertentu yang penting, pelatih harus langsung memperhatikan secara perseorangan atau kelompok kecil, asal saja kelompok kecil mempunyai kemampuan fisik dan teknik yang sama (Bompa,2009).
4. Prinsip variasi (variety)
Bompa (2009) menjelaskan bahwa latihan harus bervariasi dengan tujuan untuk mengatasi sesuatu yang monoton dan kebosanan dalam latihan. Dalam upaya mengatasi kebosanan dan latihan yang monoton, seorang pelatih perlu kreatif dengan memiliki banyak pengetahuan dan berbagai jenis latihan yang memungkinkan dapat berubah secara periodik.
5. Prinsip beban meningkat bertahap (progressive increase of load) Prinsip latihan secara progresif menekankan bahwa atlet harus menambah waktu latihan secara progresif dalam keseluruhan program latihan. Prinsip latihan ini dilaksanakan setelah proses
11
latihan berjalan menjelang pertandingan. Tentang prinsip latihan harus progresif. Bompa (2009) menjelaskan bahwa dalam melaksanakan latihan, pemberian beban latihan harus ditingkatkan secara bertahap, teratur dan ajeg hingga mencapai beban maksimum 6. Prinsip perkembangan multilateral (multilateral development)
Bompa (2009) menjelaskan bahwa perkembangan multilateral berbagai unsur lambat laun saling bergantung antara seluruh organ dan sistem manusia, serta antara proses fisiologsi dan psikologis.
7. Prinsip pulih asal (recovery)
Bompa (2009) mengatakan bahwa Pada waktu menyusun program latihan yang menyeluruh harus mencantumkan waktu pemulihan yang cukup. Apabila tidak memperhatikan waktu pemulihan ini, maka atlet akan mengalami kelelahan yang luar biasa dan berakibat pada sangat menurunnya penampilan. Jika pelatih memaksakan memberi latihan yang sangat berat pada program latihan untuk beberapa waktu yang berurutan tanpa memberi kesempatan istirahat, maka kemungkinan terjadinya kelelahan hebat (overtraining) atau terjadinya cedera. Program latihan sebaiknya disusun berselang-seling antara latihan berat dan latihan ringan.
Latihan berat hanya dua hari sekali diselingi dengan latihan ringan.
8. Prinsip reversibilitas (reversibility)
Prinsip dasar yang menunjuk pada hilangnya secara pelan- pelan pengaruh latihan jika intensitas, lama latihan dan frekuensi dikurangi. Bompa (2009) Menjelaskan bahwa jika waktu pulih asal diperpanjang yaitu hasil yang telah diperoleh selama latihan akan kembali ke asal seperti sebelum latihan jika tidak dipelihara. Oleh sebab itu latihan harus berkesinambungan untuk memelihara kondisi.
9. Prinsip menghindari beban latihan berlebih (overtraining)
Bompa (2009) menyatakan bahwa overtraining adalah keadaan akibat dari tidak seimbangnya antara waktu kerja dan waktu pulih asal. Sebagai konsekuensi keadaan tersebut, kelelahan atlet yang tidak dapat kembali pulih asal, maka over-kompensasi tidak akan terjadi dan dapat mencapai keadaan kelelahan. Tanda–tanda dilihat dari kemampuan gerak, prestasi menurun, sering berbuat kesalahan gerak, koordinasi gerak dan keseimbangan menurun, dan otot-otot terasa sakit
4. Komponen Fisik
Bafirman. & Wahyuri (2018) Mengatakan bahwa berdasarkan kondisi fisik merupakan persiapan dasar yang paling dominan untuk melakukan penampilan fisik secara maksimal. Komponen dasar kondisi fisik ditinjau dari konsep Muscular meliputi: daya tahan (endurance), kekuatan (stregth), daya ledak (power), kecepatan (speed), kelentukan (Flexibility), kelincahan (Agility), keseimbangan (Balance),dan koordinasi.
1. Kekuatan
Kekuatan adalah komponen primer dan penting bagi olahraga, sebab kekuatan adalah daya penggerak primer untuk setiap kegiatan fisik pada olahraga, dan berperan untuk mencegah cedera pada pemain. Sedangkan menurut subarjah (2013) Mengatakan Kekuatan (Strength) Kekuatan adalah kemampuan otot untuk melakukan kontraksi guna membangkitkan tegangan terhadap suatu tahanan.
2. Daya tahan
Daya tahan tubuh merupakan kondisi tubuh yang bisa berfungsi dalam waktu yang lama tanpa merasa lelah yang berlebihan pada akhir aktivitas. (Subarjah, 2013). Sedangkan Arjuna (2019) berpendapat bahwa daya tahan, adalah kapasitas sekelompok otot untuk melakukan kontraksi yang beruntun atau berulang-ulang terhadap suatu beban submaksimal dalam jangka waktu tertentu.
13
3. Kelincahan
Hasyim & Saharullah (2019) mengatakan bahwa Kelicahan adalah kemampuan dari seseorang merubah posisi dan arah sesuai situasi yang dihadapi. Kelincahan juga merupakan kemampuan untuk mengubah arah dan posisi tubuh dengan cepat dan tepat pada waktu sedang bergerak, tanpa kehilangan keseimbangan dan kesadaran akan posisi tubuhnya. Harus dibedakan kelincahan umum (General Agility) dan kelincahan khusus (Spesial Agility):
a) Agility umum adalah kelincahan seseorang untuk menghadapi situasi hidup sesuai lingkungannya. Untuk jelasnya agility itu berguna bagi atlet untuk menjalankan olahraga apa saja dan problem hidup sesuai dengan lingkungannya.
b) Agility Khusus adalah kelincahan seseorang untuk menjalankan olahraga khusus seperti futsal, volly ball, senam, sepakbola, renang, berbeda-beda tuntutan spesial agility nya.
Kelincahan sangat penting dalam peningkatan skill dalam olahraga, hal ini di jelaskan tersebut dibawah ini:
a) Kelincahan baik sekali untuk mengkoordinir gerakan-gerakan dalam olahraga yang diperlukan misalnya olahraga akrobat, loncat indah, futsal, sepak bola dan olahraga yang lain.
b) Kelincahan baik sekali untuk membantu dalam menguasai teknik dalam olahraga yang diikutinya.
c) Kelincahan baik, maka gerakan-gerakan dalam olahraga pasti ekonomis dan efektif serta tidak mudah lelah.
d) Kelincahan membantu mempermudah gerakan-gerakan olahraga yang dijalankan baik dalam latihan maupun dalam pertandingan.
e) Kelincahan baik untuk menjaga gerakan-gerakan keseimbangan dalam gerakan.
f) Kelincahan baik untuk antisipasi terhadap keadaan lawan dan keadaan alam sekitar.
Ada beberapa faktor faktor-faktor yang mempengaruhi kelincahan antara lain sebagai berikut:
a) Speed of reaction (kecepatan bereaksi terhadap rangsangan).
b) Komponen biomotor yang meliputi kekuatan otot, kecepatan, waktu reaksi, keseimbangan dan koordinasi.
c) Jenis kelamin, anak laki-laki memiliki kelincahan diatas Perempuan.
d) Kemampuan mengatur keseimbangan badan.
e) Berat badan yang berlebih dapat mempengaruhi kelincahan.
f) Umur juga mempengaruhi kelincahan, usia semakin tinggi maka akan berkurang juga kelincahan.
g) Kemampuan mengatasi rintangan-rintangan baik dari lawan maupun dalam keadaan alam sekitar.
h) Kelelahan membuat kelincahan berkurang.
4. Kelentukan
Kelentukan atau flexibility adalah kemampuan tubuh untuk melakukan gerak melalui ruang gerak sendi atau ruang gerak tubuh secara maksimal. Kelentukan gerak tubuh pada persendian tersebut, sangat dipengaruhi oleh elastisitas otot, tendon dan ligamen di sekitar sendi serta kualitas sendi itu sendiri. Pemain sepak bola sangat rawan akan cidera, dengan memiliki kelentukan atau fleksibilitas yang baik akan sangan membantu untuk meminimalisir terjadinya cidera (Arjuna, 2019)
5. Kecepatan
Matthews dalam Bafirman & Wahyuri (2018) mengatakan Kecepatan adalah suatu kemampuan bersyarat untuk menghasilkan gerakan tubuh dalam keadaan atau waktu yang sesingkat mungkin Kecepatan diukur dengan satuan jarak dibagi suatu kemampuan untuk menghasilkan gerakan tubuh dalam waktu yang sesingkat mungkin. Di samping itu, kecepatan didefinisikan sebagai laju gerak, dapat berlaku untuk tubuh secara keseluruhan atau bagian tubuh.
6. Kekuatan
Bafirman & Wahyuri (2018) menjelaskan bahwa kekuatan adalah menggunakan atau mengerahkan daya dalam mengatasi suatu tahanan atau hambatan tertentu. Aktivitas seorang atlet tidak bisa lepas
15
dari pengerahan daya untuk mengatasi hambatan atau tahanan tertentu, mulai mengatasi beban tubuh, alat yang digunakan, serta hambatan yang berasal dari lingkungan atau alam. Kekuatan merupakan komponen yang sangat penting dari kondisi fisik secara keseluruhan, karena merupakan daya penggerak setiap aktivitas fisik.
7. Keseimbangan
Keseimbangan merupakan kemampuan tubuh untuk mempertahankan posisi tubuh dalam keadaan diam maupun posisi tubuh dalam keadaan gerak Keseimbangan juga merupakan komponen fisik yang penting dalam futsal, jika pemain dengan keseimbangan yang buruk dan terjadi body charge pemain tersebut akan terjatuh karena tidak memiliki keseimbangan badan yang bagus. Keseimbangan.
Keseimbangan adalah kemampuan mempertahankan sikap tubuh atau bagian tubuh tanpa gangguan pada keseimbangan (Budiwanto, 2012)
5. Latihan Boomerang Run
Boomerang run menurut Harsono dalam Hulfian (2020) mengatakan Boomerang run adalah atlet secepatnya berlari melingkari kelima titik dalam waktu yang telah ditentukan. Boomerang Run sama dengan bentuk latihan lari zig-zag, dimana kemampuan seseorang dalam merubah arah, dalam posisi-posisi tertentu, dan tujuannya sama-sama membentuk kelincahan seorang pemain dalam menghindari lawan- lawannya. Latihan boomerang run bertujuan buat melatih kelincahan lantaran masih ada unsur yang ada di latihan tersebut adalah komponen kelincahan yaitu lari mengganti arah, mengganti posisi tubuh, kecepatan, dan keseimbangan (Nugraha & Syafi’i, 2022). Latihan yang dilakukan berulang-ulang dan sistematis akan berdampak dalam perkembangan kelincahan. Latihan boomerang run ini menuntut otot tungkai berkontraksi secara akselerasi saat melewati marker dengan kesulitan lebih tinggi. Model boomerang run terdiri dari lima titik dimana salah satu titik tengahnnya adalah pembeda antara titik yang lain, titik tersebut bila dihubungkan akan membentuk tanda tambah/plus. Latihan ini diharapkan menjadi salah satu
bentuk latihan kelincahan yang dapat membantu seorang atlet untuk meningkatkan performa kelincahanya.
Prosedur Pelaksanaan Tes Boomerang Run adalah sebagai berikut:
a. Testi berada di belakang garis start (A)
b. Setelah aba-aba berlari, testi menuju cone B, dan mengitari menuju cone C
c. Dari cone menuju cone D dengan mengitarinya d. Setelah mengitari cone D menuju cone E.
e. Setelah mengitari cone E, tetap berlari menuju cone B, dan selanjutnya menuju garis finish (F).
Gambar 2.2. Latihan Boomerang run (Widiastuti,2015)
6. Latihan Z Pattern Run
Brown & Feriggno dalam Utomo (2008) menunjukan bahwa latihan z pattern run merupakan latihan yang bertujuan untuk memperbaiki gerakan kelincahan dan kemampuan memutar dari tempat satu ketempat yang lainnya . Latihan z pattern run drill ini dilakukan dengan cara berlari/sprint ke kerucut satu, dan kemudian sampel sprint kembali dengan kaki bagian luar, dan memotong tajam ke arah kerucut dua. Pola gerakan z pattern run drill tidak hanya meningkatkan kelincahan saja, tetapi dapat meningkatkan power otot tungkai. Hal tersebut dapat dilihat dari bentuk latihan z pattern run drill yang mana sampel berlari dari kerucut satu ke kerucut yang
17
lainnya, maka dengan berlari dapat meningkatkan power otot tungkai. Pola gerakan z pattern run drill merupakan gerakan dengan mengubah arah tubuh dengan secepat-cepatnya badan sendiri, dimana latihan ini dilakukan dengan proses berlari sprint melewati beberapa cone dengan jarak antar cones pada 3 meter.
Alat dan cara pelaksanaan sebagai berikut:
1. Alat:
• 5 kerucut
• Permukaan anti selip
• Stopwatch
2. Cara melakukan tes z pattern run dilakukan sebagai berikut:
• Siapkan 5 cone dengan pola huruf Z
• Atlet mengikuti rute abu-abu yang ditunjukkan pada diagram
• Atlet menyelesaikan satu rangkaian lintasan yang dimulai dan diakhiri pada kerucut finish
Gambar 2.3. Latihan Z Pattern run
B. Kerangka Teori
Gambar 2.4. Kerangka Teori Penelitian (Bafirman,2018),(Budiwanto,2018) Futsal
Ekstrakurikuler
Komponen fisik
Kelincahan
Teknik dasar
Latihan Boomerang run Latihan Z Pattern run Metode latihan
Kekuatan Kecepatan Daya tahan
Kelentukan Keseimbangan
Koordinasi
Kelincahan siswa ekstrakurikuler futsal
Olahraga
19
C. Kerangka Konsep
Gambar 2.5. Kerangka Konsep
D. Hipotesis
Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, di mana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk kalimat pertanyaan Berdasakan uraian dalam kerangka berpikir tentang perbedaan pengaruh latihan (Hardani, 2020). Pada penelitian dengan judul Pengaruh metode latihan Boomerang run dan Z Pattern run terhadap kelincahan siswa futsal di SMAN 1 Padamara, maka hipotesis dalam penelitian ini adalah :
1. Terdapat pengaruh yang signifikan latihan boomerang run terhadap kelincahan siswa futsal ekstrakurikuler SMA N 1 Padamara.
2. Terdapat pengaruh signifikan latihan z pattern run terhadap kelincahan siswa ekstrakurikuler futsal SMA N 1 Padamara.
3. Latihan boomerang run berpengaruh lebih baik dari pada latihan z pattern run terhadap kelincahan siswa ekstrakurikuler futsal SMA N 1 Padamara.
FUTSAL
METODE LATIHAN LATIHAN
BOOMERANG RUN Z PATTERN RUN
Pengaruh metode latihan boomerang run dan Z pattern run
terhadap kelincahan siswa esktrakurikuler bola futsal di SMA
N 1 padamara
20
BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode penelitian Eksperimen Design.
Metode eksperimen adalah metode penelitian yang digunakan untuk mencari pengaruh treatment (perlakuan) tertentu, dalam penelitian ini ada perlakuan (Treatment), dengan demikian metode penelitian eksperimen dapat diartikan sebagai metode penelitian yang digunakan untuk mencari pengaruh perlakuan tertentu terhadap yang lain dalam kondisi yang terkendalikan.
Desain penelitian menggunakan two group Pretest-Posttest Design, yaitu desain penelitian yang terdapat pretest sebelum diberi perlakuan dan posttest setelah diberi perlakuan. Dengan demikian dapat diketahui lebih akurat, karena dapat membandingkan dengan diadakan sebelum diberi perlakuan (Sugiyono, 2013). Data yang akan dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data pre-test yang didapat dari jumlah kemampuan siswa dalam melakukan Illinois agility runt test sebelum sampel diberikan perlakuan, sedangkan data post-test akan didapatkan dari jumlah kemampuan atlet melakukan Illinois agility runt test setelah sampel diberi perlakuan latihan boomerang run dan z pattern. Data yang terkumpul merupakan data kasar yang selanjutnya dilakukan penghitungan atau analisi data.
Desain penelitian terdapat pada gambar berikut :
Gambar 3.1. Two Group Pretest-Posttest Design (Sugiyono,2018)
P S Pretest OP
KT 1
KT 2
Posttest
21 Keterangan :
P : Populasi
S : Sampel
Pretest : Tes awal kelincahan (Illnois Agility Run)
OP : Ordinal Pairing
KT 1 : Kelompok Treatment 1
KT 2 : Kelompok Treatment 2
Posttest : Tes akhir kelincahan (Illnois Agility Run)
Dari kedua kelompok dibagi sesuai dengan kemampuan masing-masing dengan menggunakan rumus A-B-B-A ,karena setiap kelompok harus memiliki kemampuan yang sama sebelum menerima perlakuan yang diberikan. Dalam penelitian ini, pembagian kelompok dilakukan melalui Ordinal Pairing dengan kelompok 1 melakukan latihan boomerang run dan kelompok 2 melakukan latihan z pattern run.
Desain Ordinal Pairing pada penelitian ini sebagai berikut:
Gambar 3.2. Desain Ordinal Pairing
B. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan di lapangan Indoor SMA Negeri 1 Padamara,Kecamatan Padamara,Kabupaten Purbalingga dan waktu penelitian pada bulan Januari-Februari.
C. Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2013).
1. Populasi
22
Populasi pada penelitian ini adalah siswa SMA 1 Padamara yang mengikuti esktrakurikuler bola futsal yang berjumlah 42 siswa, dimana terdapat 30 laki-laki dan 12 perempuan .
2. Sampel
Penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling dengan kriteria Inklusi:
a. Usia 16-18 tahun.
b. Jenis kelamin laki-laki.
c. Siswa yang mengikuti ekstrakurikuler futsal.
d. Bersedia mengisi surat persetujuan responden.
Kriteria Ekslusi:
a. Bersedia mengikuti program latihan peneliti.
b. Tidak mengikuti program latihan selama 4 kali pertemuan.
c. Mengalami cedera.
D. Variabel penelitian a. Variabel bebas
Variabel bebas adalah variabel yang mempengarui atau menyebabkan variabel berikat berubah atau muncul disebut variabel bebas (Sugiyono, 2018). Variabel bebas dalam penelitian ini adalah latihan boomerang run dan z pattern run.
b. Variabel Terikat
Variabel terikat adalah variabel yang di pengaruhi oleh variabel bebas (Sugiyono,2018). Variabel terikat dalam penelitian ini adalah komponen fisik (kelincahan)
23 E. Definisi Operasional
Variabel penelitian pada dasarnya adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehinga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2013).
Tabel 3.1 Definisi Operasional Variabel Definisi
Operasional Cara ukur Hasil ukur skala
ukur Variabel
bebas:
Latihan Boomerang run (X1)
Suatu bentuk latihan kelincahan dengan berlari melingkari kelima titik dalam waktu secepat- cepatnya
Sebagai bentuk latihan (Treatment)
- -
Variabel bebas Latihan Z Pattern run (X2)
suatu bentuk latihan kelincahan yang dilakukan dengan cara berlari/sprint ke kerucut satu, dan kemudian sampel sprint memotong tajam ke arah kerucut dua dan seterusnya
Sebagai bentuk latihan (Treatment)
- -
Variabel terikat Kelincahan Illnois Agility Run
kemampuan untuk mengubah arah dan posisi tubuh dengan cepat dan tepat pada waktu sedang bergerak, tanpa kehilangan
keseimbangan dan kesadaran akan posisi tubuhnya.
Norma penilaian Illnois Agility Run (Laki- laki)
<15,2 (Sangat baik) 15,2-16,1 (Baik) 16,2-18,1 (Cukup Baik) 18,2-18,3 (Kurang)
>18,3 (Sangat Kurang)
Rasio
F. Alur Penelitian
Gambar 3.4. Alur Penelitian
PERSIAPAN 1.Observasi 2.Pengajuan dan persetujuan judul 3.Penyusunan proposal
4.Mempersiapkan instrumen penelitian
PELAKSANAAN 1.Mengurus perizinan penelitian
2.Melaksanakan Pretest
3.Melaksanakan Treatment
4.Melaksanakan Post test
PENYELESAIAN 1.Mengolah data 2.Menganalisis data
3.Penulisan hasil skripsi
24 G. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah alat yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data agar penelitian berjalan secara sistematis, alat uji yang digunakan untuk mengukur kelincahan responden pada penelitian ini yaitu Illnois Agility Run Test.
Gambar 3.5. Pelaksanaan Illnois Agility Run Test ( Brian Macrenzie,2005)
Pelaksanaan Illnois Agility Run Test sebagai berikut : 1. Alat yang dibutuhkan:
• Lantai yang datar- luas 400 meter
• 8 buah cone
• Stopwacth 2. Area:
• Panjang area 10 Meter dengan lebar 5 Meter antara titik start dengan finish.
• Dalam lintasan bisa digunakan 5 garis.
• 4 cone bisa digunakan untuk menandai start, 2 titik balik dan finish.
• 4 cone di letakan pada garis tengah, jarak masing-masing cone yaitu 3.3 meter.
3. Pelaksanaan
• Pelatih menghadap ke lantai pada titik start
25
• Pelatih memberikan aba-aba mulai, kemudian teste memulai mengikuti alur yang sudah dibuat sampai ke finish.
• Waktu akan di hitung pada saat peserta memulai star sampai melewati finish Berikut ini adalah norma nasional untuk anak usia 16 - 19 tahun
Gambar 3.6. Norma pelaksanaan Illnois Agility Run Test ( Brian Macrenzie,2005)
H. Validitas dan Reliabilitas
Pengukuran kemampuan kelincahan dilakukan dengan tes “Illinois Agility Run Test”. Tes ini mempunyai validitas 0,95 dan realibilitas 0,78 (prahastara &
Sugiyanto,2021) I. Sumber Data
Sumber data merupakan segala hal yang memberikan informasi terkait dengan data yang di butuhkan. Sumber data dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu data hasil penelitian lapangan dan data dokumentasi (Sugiyono,2018).
1. Data Primer
Data primer adalah data data yang diperoleh secara langsung dari objek penelitian yang diteliti. Dalam konteks penelitian ini, data primer diperoleh melalui pelaksanaan Illnois Agility Run.
2. Data sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh dari sumber lain. Dalam konteks penelitian ini, data sekunder diperoleh dari jurnal,website,dan juga buku
J. Analisis Data
Menurut Sugiyono (2013) mengatakan bahwa tujuan teknik analisis data yaitu diarahkan untuk menjawab rumusan masalah atau menguji hipotesis yang telah dirumuskan dalam proposal.
1. Uji Normalitas
Uji normalitas harus menentukan nilai-nilai variabel yang dianalisis normal atau tidak. Sebaran data diketahui normal tidaknya yaitu dengan dilakukan perhitungan uji normalitas. Shapiro wilk digunakan pada uji normalitas kerena sampel kurang dari 50,
Kelamin Bagus sekali Diatas rata-rata Rata-rata Dibawah rata-rata Jelek Laki-laki <15,2 15,2-16,1 16,2-18,1 18,2-18,3 >18,3 Perempuan <17,0 17,0-17,9 18,0-21,7 21,8-23.0 >23.0
26
dengan ketentuan apabila distrubusi datanya normal maka nilai p> 0,05, begitu pula sebaliknya jika nilai p < 0,05 maka distribusi datanya tidak normal apabila hal tersebut terjadi maka menggunakan uji Non Parametrik.
2. Uji Homogenitas
Menurut Sugiyono (2016) uji homogenitas adalah uji untuk mengetahui sampel homogenitas atau tidak dengan menggunakan uji levene untuk meyakinkan kelompok sampel penelitian berasal dari populasi yang sejenis. Uji homogenitas dilakukan untuk mengetahui kesamaan varian populasi penelitian. Dengan pedoman pengambilan keputusan adalah jika p signifikansi > 0.05 atau t hitung <t tabel, maka sampel penelitian tersebut homogen.
3. Uji Hipotesis
Uji hipotesis dalam penelitian ini menggunakan uji t, dengan signifikasi Paired sample t-Test dan Uji Independent Sample t-Test.
a. Uji Paired Sample t-Test
Uji Paired sample t-Test merupakan uji beda dua sampel berpasangan. Uji paired sample t-Test berfungsi untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan rata-rata dua sampel yang saling berpasangan atau berhubungan. Menurut Widiyanto (2013), paired sample t-test merupakan salah satu metode pengujian yang digunakan untuk mengkaji keefektifan perlakuan, ditandai adanya perbedaan rata-rata sebelum dan rata-rata sesudah diberikan perlakuan 5%. Dengan demikian maka dasar pengambilan keputusan untuk menerima atau menolak hipotesis pada uji ini yaitu hipotesis diterima jika nilai p value signifikan < 0.05. (Santoso, 2014).
b. Uji Independent Sample t-Test
Uji independent sample t Test digunakan untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan rata-rata dua sampel yang tidak berpasangan. Persyaratan pokok dalam uji independen sampe t test adalah data berdistribusi normal dan homogen (tidak mutlak).
Uji ini berfungsi untuk mengetahui perbedaan rata-rata dua sampel yang tidak berpasangan atau berhubungan. Nilai uji t dinyatakan signifikan jika nilai p value kurang dari 0.05 atau nilai t hitung lebih besar dibaningkan dengan t tabel maka hipotesis dapat diterima (Santoso, 2014). Dengan demikian dapat disimpukan bahwa Uji paired sample T-Test didalam penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah sampel berpasangan mengalami perubahan yang bermakna. Sedangkan uji independent sample T-Test didaam penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah kedua
27
kelompok yang diuji 22 tersebut memiliki nilai rata-rata yang sama atau tidak sama secara signifikan.
K. Etika Penelitian
Penelitian ini menjungjung tinggi prinsip utama, yaitu: menghormati harkat dan martabat manusia (respect for human dignity) dengan cara tidak melakukan hal apapun yang dapat menyinggung responden, menghormati privasi dan kerahasiaan subjek penelitian (respect for privacy and confidentiality) dengan cara merahasiakan nama responden atau mengganti nama dengan kode pada identitas responden, kemudian memperhitungkan manfaat dan kerugian yang ditimbulkan (balancing harms and benefits) dengan menyampaikan hasil dari manfaat yang didapatkan serta memberi saran yang berkaitan dengan hasil penelitian.
L. Jadwal Penelitian
Tabel 3.2. Jadwal Penelitian
NO KEGIATAN BULAN
Nov Des Jan Feb Mar Apr
1 Perizinan dan survey 2 Penyusunan propsal 3 Seminar proposal 4 Perbaikan Proposal 5 Pembuatan surat izin 6 Pelaksanaan penelitian 7 Pengolahan analisis data dan
penyusunan laporan 8 Seminar Hasil
28 DAFTAR PUSTAKA
Arjuna, F. 2019, ‘Gambaran Komponen Fisik Predominan (Komponen Fisik Dasar) Pelatih Sso Real Madrid Fik Uny Tahun 2016’, Jurnal Ilmu Keolahragaan, vol. 2, no. 1, p. 47.
Bompa, T. & Buzzichelli, C. 2015, Periodization Training for Sports-3rd Edition.
Bompa, T. & Haff, G. 2009, Periodization Training for Sports-5rd Edition.
Budiwanto 2012, Metodologi kepelatihan olahraga, Semarang.
Mackenzie, B. 2005, Performance evaluation tests. London: Electric World plc, 24(25), 57- 158.
Emral 2017, 'Pengantar teori dan metodologi pelatihan fisik', pertama., prenadamedia group.
Halim, S. 2012. 1 Hari Pintar Main Futsal. MediaPressindo.
Hardani, Gendro,S & Aulya,D. 2022, Buku Metode Penelitian Kualitatif & Kuantitatif, LP2M UST Jogja.
Hasyim & Saharullah 2019, 'Dasar-Dasar Ilmu Kepelatihan'. Journal of Chemical Information and Modeling, vol. 53.
Hawindri, B.S. 2016, ‘Pemanfaatan panduan latihan teknik dasar futsal bagi atlet pemula’, Sport Science and Health, vol. 11, no. 4, pp. 284–90.
Hulfian, L. 2020, ‘Latihan Kelincahan Boomerang Run Dapat Meningkatkan Keterampilan Menggiring Bola Dalam Permainan Futsal’, Jurnal Porkes, vol. 3, no. 1, pp. 9–14.
Irawan, A., & Fitranto, N. 2020, Profil Kondisi Fisik Tim Futsal Liga Mahasiswa Universitas Negeri Jakarta 2019. Jurnal ilmiah sport coaching and education, 4(2), 72-82.
Kadir, A. 2009, Adaptasi Kardiovaskular Terhadap Latihan Fisik. Jurnal Ilmiah Kedokteran Wijaya Kusuma, (Khusus), 37-47.
Lhaksana.2016,'Taktik dan Strategi Futsal Modern,Jakarta: Be Champion.
Lesmana, H.S. 2019, ‘Profil Delayed Onset Muscle Soreness (Doms) Pada Mahasiswa Fik Unp Setelah Latihan Fisik’, Halaman Olahraga Nusantara (Jurnal Ilmu Keolahragaan), vol.
2, no. 1, p. 50.
Matjan, B. N. 2009,' Komponen-komponen Latihan Dan Faktor'. 214, 55.
Mariyono, M., Rahayu, S., & Rustiana, E. R. (2017). Metode Latihan Kelincahan dan Fleksibilitas Pergelangan Kaki terhadap Keterampilan Menggiring Bola. Journal of Physical Education and Sports, 6(1), 66-71.
Mufti, M. U., & Wijaya, I. D. M. A. 2022.'pengaruh latihan l-drill terhadap kelincahan pemain
29
futsal SMA Assa'adah sampurnan bungah gresik'. Jurnal Prestasi Olahraga, 5(4), 41-47.
Narlan, A. & Juniar, D.T. 2017, ‘Pengembangan Instrumen Keterampilan Olahraga Futsal’, Jurnal Siliwangi, vol. 3, no. 2, p. 245.
Nugraha, T.Y. & Syafi’i, I. 2022, ‘Perbedaan Pengaruh Latihan Skipping Rope Dan Boomerang Run Terhadap Peningkatan Kelincahan Pemain Sepakbola’, Athlete Performance Profile, vol. 5, no. 2, pp. 102–13.
Peraturan Menteri Pendidikan No 62 Tahun 2014 Tentang Kegiatan ekstrakurikuler pada pendidikan dasar dan pendidikan menengah. Tersedia di:
https://jdih.kemdikbud.go.id/sjdih/siperpu/dokumen/salinan/Permendikbud%20Nomor%
2062%20Tahun%202014.pdf/(diakses:13 Desember 2023)
Prahastara, P., & Sugiyanto, F. X. 2021.'Pengaruh metode latihan dan agility terhadap keterampilan sepakbola. Sepakbola, 1(1), 23-31.
Rahman, F.J. 2018, ‘Peningkatan Daya Tahan, Kelincahan, dan Kecepatan pada Pemain Futsal:
Studi Eksperimen Metode Circuit Training’, Jurnal SPORTIF : Jurnal Penelitian Pembelajaran, vol. 4, no. 2, p. 264.
Romdani, S., & Prianto, D. A. 2018,' Pengaruh Latihan Latihan Tabata Circuit Training Terhadap Peningkatan Kelincahan Pada Pemain Futsal'. Jurnal Prestasi Olahraga, 1(4).
Santoso, S. 2014. Panduan Lengkap SPSS Versi 20 Edisi Revisi. Jakarta : PT Elex Media Komputindo
Sugiyono, D. 2013, 'Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan Tindakan'.
Suhdy, M. 2018, ‘Pengaruh Metode Latihan Interval Intensif dan Interval Ekstensif terhadap Peningkatan VO2 Max’, Gelanggang Olahraga: Jurnal Pendidikan Jasmani dan Olahraga (JPJO), vol. 1, no. 2, pp. 1–10.
Utomo, G. 2008, Pengaruh Latihan Z-Pattern Run dan Z-Pattern Cust Tehadap Peningkatan Kelincahan (Agility) dan Kecepatan (Speed) Pada Siswa Putra UKM Pencak Silat UNIPA Surabaya, p. 282.
Wahyuri, B.& n.d., Pembentukan kondisi fisik, 2018th edn, PT rajagrafindo persada.
Widiastuti. 2015. Tes Dan Pengukuran Olahraga. 1st ed. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada Yulianto & Muhammad, S, R. 2019, ‘Pengaruh Latihan Ball Feeling Dan Agility Terhadap
Kemampuan Menggiring Bola Pemain Futsal Klub Latansa Kota Pekanbaru’, Jurnal Stamina, vol. 2, no. 3, pp. 196–202.
30 Lampiran 1
A. Program latihan pretest dan posttest Pertemuan : 1 dan 16
Waktu : 90 Menit
Jumlah sampel : 30 Siswa
Peralatan : Cones (8) ,bola futsal (2), Stopwacth (1), meteran dan buku catatan
NO Materi waktu Keterangan
1 Pendahuluan:
• Dibariskan
• Absensi
• Berdoa
• Pengantar
10 Menit
• Pengantar terkait proses pengambilan pretest dan posttest
2 Pemanasan:
• Lari memutar lapangan
• Statis dan dinamis
10 Menit
• Melakukan lari 3 x Putaran
• Pemanasan hitungan 2 x 8
3 Latihan inti:
• Tes kemampuan kelincahan (Illnois Agility Run)
60 Menit
• Melakukan tes Illnois Agility run secara satu persatu
• Mencatat hasil yang telah melakukan tes.
4 Penutup
• Pendinginan
• Evaluasi
• berdoa
10 Menit
• Menjelaskan latihan untuk pertemuan minggu pertama dan seterusnya.
• Apresiasi kepada semua siswa
31
B. Program latihan Boomerang run dan Z Pattern Run
Intensitas untuk hasil yang maksimal harus mencapai intensitas Sub maximal- maximal (Bompa,1990).
Berikut adalah perhitungan intensitas latihan:
• Intensitas latian dihitung dari rumus HR= 220-Usia Misalkan 220-19= 201 (Denyut Nadi Maximal) 60% didapat dari 60% dari 201= 120 Denyut Nadi
Intensitas kelincahan dan kekuatan (Matjan, 2009) Latihan
ke-
Minggu ke-
Hari Jumlah set
Jumlah
Repetisi per set
Intensitas Recovery
1 2 3
1
Senin Kamis
Sabtu
2 4 60% 4 Menit
4 5 6
2
Senin Kamis
Sabtu
2 4 60% 4 Menit
7 8 9
3
Senin Kamis
Sabtu
3 4 70% 3 Menit
10 11 12
4
Senin Kamis
Sabtu
3 4 70% 3 Menit
13
14 5
Senin Kamis
Sabtu
4 4 80% 2 Menit
NO % Penampilan Maksimal Kategori Intensitas
1 30% - 50% Rendah
2 50% -70% Sedang
3 70% - 80% Menengah
4 80% - 90% Sub Maksimal
5 90% - 100% Maksimal
6 100% - 105% Supermaksimal
32 C. Program latihan Boomerang run (Kelompok 1)
Minggu ke- : 1- 5 (14 Pertemuan) Waktu : 90 Menit/pertemuan Jumlah sampel : 15 Siswa
Peralatan : Cones (8) ,bola futsal (2), Stopwacth (1), dan buku catatan Minggu Jumlah set
dan repetisi
Formasi Keterangan
1
2 set 4 repetisi
1. Intensitas Sedang 2. Para siswa
melakukan Latihan
Boomerang run dengan 2 set dengan per set melakukan 4 kali repetisi
3. Tiap 1 set istirahat 4 menit
4. Jarak antar cone 3 meter
2
2 set 4 repetisi
1. Intensitas Sedang 2. Para siswa
melakukan Latihan
Boomerang run dengan 2 set dengan per set melakukan 4 kali repetisi
3. Tiap 1 set istirahat 4 menit
33
4. Jarak antar cone 3 meter
3
3 set 4 repetisi
1. Intensitas Menengah 2. Para siswa melakukan Latihan
Boomerang run dengan 3 set dengan per set melakukan 4 kali repetisi
3. Tiap 1 set istirahat 3 menit
4. Jarak antar cone 3 meter
4
3 set 4 repetisi
1. Intensitas Menengah 2. Para siswa melakukan Latihan
Boomerang run dengan 3 set dengan per set melakukan 4 kali repetisi
3. Tiap 1 set istirahat 3 menit
4. Jarak antar cone 3 meter
34 5
4 set 4 repetisi
1. Intensitas Tinggi 2. Para siswa
melakukan Latihan
Boomerang run dengan 4 set dengan per set melakukan 4 kali repetisi.
3. Tiap 1 set istirahat 2 menit
4. Jarak antar cone 3 meter
35 D. Program latihan Z Pattern run (Kelompok 2)
Minggu ke- : 1- 5 (14 Pertemuan) Waktu : 90 Menit/pertemuan Jumlah sampel : 15 Siswa
Peralatan : Cones (5) ,bola futsal (2), Stopwacth (1), dan buku catatan Minggu Jumlah
set dan repetisi
Formasi Keterangan
1
2 set 4 repetisi
1. Intensitas Sedang 2. Para siswa melakukan Latihan Z Pattern Run dengan 2 set dengan per set melakukan 4 kali repetisi 3. Tiap 1 set istirahat 4 menit 4. Jarak antar cone 3 meter
2
2 set 4 repetisi
1. Intensitas Sedang 2. Para siswa melakukan Latihan Z Pattern Run dengan 2 set dengan per set melakukan 4 kali repetisi 3. Tiap 1 set istirahat 4 menit 4. Jarak antar cone 3 meter
36 3
3 set 4 repetisi
1. Intensitas Menengah 2. Para siswa melakukan Latihan Z Pattern Run dengan 3 set dengan per set melakukan 4 kali repetisi 3. Tiap 1 set istirahat 3 menit 4. Jarak antar cone 3 meter
4
3 set 4 repetisi
1. Sedang Menengah 2. Para siswa melakukan Latihan Z Pattern Run dengan 3 set dengan per set melakukan 4 kali repetisi 3. Tiap 1 set istirahat 3 menit 4. Jarak antar cone 3 meter
5
4 set 4 repetisi
1. Intensitas Tinggi 2. Para siswa melakukan Latihan Z Pattern Run dengan 4 set dengan per set melakukan 4 kali repetisi 3. Tiap 1 set istirahat 2 menit 4. Jarak antar cone 3 meter
37 Lampiran 2
LEMBAR PERSETUJUAN RESPONDEN (INFORMED CONSENT)
Saya yang bertanda tangan dibawah ini :
Nama :
Umur :
Alamat :
Menyatakan bersedia menjadi responden pada penelitian yang di lakukan oleh : Nama : Satria Ihsan Nurhidayat
NIM : I1E020068
Judul Penelitian : “Pengaruh latihan boomerang run dan z pattern terhadap kelincahan pada siswa esktrakurikuler futsal di SMA N 1 Padamara”
Berdasarkan penjelasan yang telah diberikan peneliti,bersama ini saya menyatakan tidak keberatan untuk menjadi responden studi kasus peneliti.
Demikian pernyataan ini saya buat tanpa ada paksaan dan tekanan dari peneliti.
Purbalingga,...2024
Peneliti Responden
(Satria Ihsan Nurhidayat) (...)
38 Lampiran 3
PETUNJUK PELAKSANAAN ILLNOIS AGILITY RUN TEST
A. Tujuan
Untuk mengukur komponen fisik (kelincahan) seseorang.
B. Persiapan Alat dan Bahan
• Lantai yang datar & luas
• 8 buah cone
• Stopwacth
• Meteran
• Alat tulis
• Daftar Hadir peserta
• Informed Consent
• Peluit C. Tahap persiapan
• Responden memakai sepatu futsal
• Responden memakai jersey olahraga E. Petugas
• Mencatat score yang diperoleh responden
• Petugas lapangan F. Tahap Pelaksanaan
• Panjang area 10 Meter dengan lebar 5 meter antara titik start dengan finish.
• Dalam lintasan bisa digunakan 5 garis.
• 4 cone bisa digunakan untuk menandai start, 2 titik balik dan finish.
• 4 cone di letakan pada garis tengah, jarak masing-masing cone yaitu 3.3 m
• Pelatih menghadap ke lantai pada titik start
• Pelatih memberikan aba-aba mulai, kemudian teste memulai mengikuti alur yang sudah dibuat sampai ke finish.
• Waktu akan di hitung pada saat peserta memulai star sampai melewati finish
39 Berikut adalah gambar pelaksanaan Illnois Agility Run:
Berikut ini adalah norma nasional untuk anak usia 16 - 19 tahun
Kelamin Bagus sekali Diatas rata-rata Rata-rata Dibawah rata-rata Jelek Laki-laki <15,2 15,2-16,1 16,2-18,1 18,2-18,3 >18,3 Perempuan <17,0 17,0-17,9 18,0-21,7 21,8-23.0 >23.0