• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH LITERASI KEUANGAN TERHADAP KINERJA DAN TINGKAT PENGEMBALIAN KREDIT UMKM MAKANAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "PENGARUH LITERASI KEUANGAN TERHADAP KINERJA DAN TINGKAT PENGEMBALIAN KREDIT UMKM MAKANAN "

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH LITERASI KEUANGAN TERHADAP KINERJA DAN TINGKAT PENGEMBALIAN KREDIT UMKM MAKANAN

DAN MINUMAN MALANG JAWA TIMUR

JURNAL ILMIAH

Disusun oleh : TAUFIK ARODI

Nama Mahasiswa 135020400111025

JURUSAN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG

2017

(2)
(3)

Pengaruh Literasi Keuangan Terhadap Kinerja dan Tingkat pengembalian Kredit UMKM Makanan dan Minuman Malang Jawa Timur

Taufik Arodi

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya Email: taufikarodi@gmail.com

ABSTRAK

UMKM merupakan salah satu sektor usaha yang mmapu mendorong pertumbuhan ekonomi.

Namun perkembangan UMKM masih memiliki berbagai kendala salah satunya yaitu keterbatasan finansial. Literasi keuangan adalah kemampuan mengelola dana untuk kehidupan masa datang. Oleh karena itu literasi keuangan sangat penting bagi kinerja UMKM. Berdasarkan penjelasan itu peneliti melakukan penelitian berjudul Pengaruh Literasi Keuangan terhadap Kinerja dan Tingkat Pengembalian Kredit UMKM makanan dan minuman Malang Jawa Timur.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana pengaruh literasi keuangan terhadap kinerja dan tingkat pengembalian kredit UMKM Malang Jawa Timur. Dalam penelitian ini mengunakan pendekatan kuantitatif dengan metode analisis Partial Least Square. Penelitian ini menggunakan sumber data primer yang dilakukan dengan mengambil sampel sebanyak 50 UMKM makanan dan minuman di Malang..

Hasil dari analisis menggunakan metode partial least square menunjukkan bahwa variabel independen yaitu literasi keuangan berpengaruh positif signifikan terhadap variabel dependen yaitu kinerja UMKM makanan dan minuman Malang Jawa Timur. Kemudian literasi keuangan juga menunjukkan pengaruh positif signifikan terhadap variabel dependen yaitu tingkat pengembalian kredit.

Kata Kunci : Literasi keuangan, Kinerja, Pengembalian Kredit, UMKM

A. PENDAHULUAN

Indonesia merupakan negara berkembang yang mempunyai pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi. Hal ini di buktikan pada tahun 2008 Indonesia tahan dari goncangan krisis moneter dengan pertumbuhan ekonomi sebesar 6,1%. Pada tahun 2016 Sri Mulyani Indrawati selaku Menteri Keuangan kembali menegaskan bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia termasuk yang terbaik diantara negara berkembang dengan presentase sebesar 5,04% hanya kalah dari India dan China. Dari sekian sektor dalam perekonomian, ada salah satu sektor yang menarik perhatian masyarakat yakni sektor industri pengolahan khusunya untuk Usaha Mikro Menengah dan Kecil (UMKM). UMKM dikatakan menarik karena sudah teruji mampu bertahan terhadap krisis-krisis keuangan yang ada. Hal ini dibuktikan dengan mampunya UMKM bertahan terhadap krisis yang dialami suatu negara, sebagai contoh krisis pada tahun 1997, UMKM di Indonesia pun mampu bertahan melanjutkan eksitensinya hingga sekarang. Selain itu, UMKM juga memberikan kontribusi yang cukup besar bagi perekonomian Indonesia. Berdasarkan data Kementriaan Koordinator Bidang Perekonomian (2015), UMKM mampu menyumbang sekitar 56,5% (lima puluh enam koma lima perseratus) pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB) pada Tahun 2012. Kemudian berdasarkan data dari BPS pada tahun 2014 ada 5 sektor yang paling besar menyumbang PDB Indonesia ialah sektor industri pengolahan dengan presentase 21,02 terhadap PDB dengan tingkat pertumbuhan 4,63 %. Kedua dari sektor perdagangan dengan kontribusi 13,38% dengan kenaikan 4,84%. Kemudian disusul oleh sektor pertanian dengan presentasi 13,38 dan kenaikan 4,18%. Di posisi ke empat ada sektor kontruksi dengan 9,88% dan sektor kelima ialah pertambangan dengan 9,82%.

Selama ini UMKM menujukkan beberapa posisi strategisnya dalam mendukung pertumbuhan ekonomi. Pertama, kedudukanya sebagai dalam kegiatan ekonomi di berbagai sektor. Kedua, sebagai penyedia lapangan pekerjaan terbesar. Ketiga, bisa menjadi aktor dalam mengembangkan kegiatan perekonomian daerah dan pemberdayaan masyarakat. Keempat, sebagai pencipta pasar baru dan sumber inovasi. Namun, perkembangan UMKM sampai saat ini masih terhambat sejumlah persoalan

(4)

apabila ditinjau dari dua faktor. Pertama, faktor internal yaitu lemah pada segi permodalan, produksi, pemasaran, dan sumber daya manusia. Kedua, faktor eksternal berupa masalah yang muncul dari pihak pengembang dan pembina UMKM. Menurut Tambunan (2002), terdapat persoalan yang sering dihadapi oleh pelaku UMKM yakni kesulitan pemasaran, keterbatasan finansial, keterbatasan sumber daya manusia (SDM), masalah bahan baku dan keterbatasan teknologi. Dari berbagai permasalahan yang dihadapi UMKM, ada satu masalah klasik yang sering kali dihadapi yakni keterbatasan finansial.

Oleh sebab itu pada tahun 2013 Presiden Republik Indonesia meluncurkan Strategi Nasional Literasi Keuangan. Terdapat 3 pilar utama dalam Strategi Nasional Literasi Keuangan yakni kampanye nasional literasi keuangan, penguatan infrastruktur literasi keuangan, dan pengembangan produk &

jasa keuangan. Menurut Remund (2010), literasi keuangan merupakan pengetahuan segala dasar tentang keuangan, mampu memahami konsep- konsep keuangan, dan memanfaatkan pengetahuan keuangan ini sebagai pengambilan keputusan baik bagi perseorangan atau individu maupun perusahaan. Selanjutnya, berdasarkan OECD (2012) literasi keuangan adalah faktor yang cukup dominan dalam pertumbuhan ekonomi dan stabilitas keuangan suatu negara. Literasi keuangan yang baik bisa meminimalkan terjadinya keputusan ekonomi terhadap isu ekonomi yang berkembang dan keuangan yang sedang muncul.

Literasi keuangan sangatlah penting bagi UMKM khususnya untuk meningkatkan pertumbuhan UMKM. Literatur-literatur sebelumnya juga pernah menyatakan pentingnya literasi keuangan bagi UMKM seperti dalam penelitian Muraga & John (2015) yang menyatakan bahwa perusahaan dengan literasi keuangan yang baik tentunya akan mampu untuk memanfaatkan pengetahuan di bidang keuangan dalam pengambilan berbagai keputusan yang tepat dalam meningkatkan kinerja usahanya.

Pendapat tentang pentingnya literasi keuangan terhadap kinerja UMKM juga di utarakan oleh Lusardi, A., & Michell, O. S. (2007) pengetahuan yang baik mempengaruhi kondisi dan kinerja bisnis perusahaan yang berimplikasi pada pembuatan keputusan bagi perusahaan. Kemudian, dalam penelitian yang dilakukan oleh Dahmen, P. & Rodriguez (2014), juga menyatakan bahwa ada hubungan antara literasi keuangan dengan kinerja perusahaan. Dari pendapat-pendapat dan temuan dalam penelitian bisa disimpulkan literasi keuangan mempunyai hubungan yang erat terhadap kinerja UMKM.

Selain itu, Siekei, et al (2013) pelaku dunia usaha yang memiliki literasi keuangan yang baik akan berdampak pula pada kemampuan perusahaan dalam mengelola pencatatan transaksi pos-pos keuangan dengan baik. Hal ini di ditemukan dalam penelitian Cork dan Nixson (2000) juga menyatakan bahwa pengetahuan keuangan yang baik akan sangat membantu UMKM meningkatkan kinerja dari sisi keuangan mereka salah satunya tingkat pengembalian kredit UMKM. Selanjutnya, Ongesa et al., (2014) mengemukakan bahwa tingkat literasi keuangan pada UMKM berpengaruh signifikan pada kemampuan membayar kredit mereka. Penelitian ini kemudian juga didukung pada penelitian Mutegi, Njeru and Ongesa (2015) yang menunjukkan bahwa semakin tinggi tingkat literasi keuangan yang dimiliki maka semakin rendah presentase kredit macet dari perusahan atau UMKM.

Berdasarkan adanya pelaksanaan program literasi keuangan untuk meningkatkan pengetahuan keuangan bagi UMKM, maka peneliti ingin melakukan studi yang bejudul “Pengaruh Literasi Keuangan Terhadap Kinerja dan Tingkat Pengembalian Kredit UMKM Makanan dan Minuman di Malang Jawa Timur”.

B. KAJIAN TEORI

Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM)

Undang-Undang nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) menjelaskan tentang pengertian dari masing-masing usaha tersebut. Berdasarkan UU No.20 tahun 2008 UMKM memiliki beberapa kriteria. Pertama, Usaha mikro yaitu usaha milik perorangan atau badan usaha milik orang dengan kekayaan bersih < 50 juta dan hasil penjualan < 300 juta.. Kedua, usaha kecil yaitu usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri yang dilakukan perorangan atau badan usaha dengan kriteria kekayaan bersih 50 – 500 juta rupiah dan hasil penjualan 300 juta sampai 2,5 miliar rupiah. Ketiga, usaha menengah yaitu usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, dilakukan

(5)

oleh perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan yang dimiliki dengan kriteria memiliki kekayaan bersih > 500 juta rupiah dan hasil penjualan 2,5 Miliar – 50 miliar rupiah.

Pada penelitian dan literatur terdahulu dalam pengukuran terhadap kinerja UMKM belum ada kesepakatan dan umumnya pada penelitian terdahulu hanya memfokuskan pada dimana informasi tersebut diperoleh. Pengukuran kinerja UMKM dapat diketahui dari faktor-faktor yakni faktor internal dan faktor eksternal. Pencapaian kinerja dapat diketahui dari ukuran tentang keberhasilan dari UMKM. Hal yang dapat dilihat untuk keberhasilan UMKM diantara lain adanya peningkatan penjualan, peningkatan modal, peningkatan pendapatan dan laba usaha, serta adanya peningkatan tenaga kerja dan adanya perluasan pasar.

Menurut Norton D.P. dan Kaplan, R.S. (1992) yang diterjemahkan oleh Gasperz (2002) menyatakan bahwa ada 4 perspektif yang digunakan dalam Balance Scorecard agar dapat menerapkan konsep Balance Scorecard dengan tepat dan berhasil yaitu sebagai berikut :

1. Perspektif Finansial

Tujuan dari perspektif ini berperan sebagai fokus dan tujuan strategis, dari ukuran-ukuran perspektif Balance Scorecard. Ukuran-ukuran yang dipilih sebaiknya menjadi bagian dari keterkaitan hubungan sebab akibat yang memuncak di peningkatakn kinerja finansial.

2. Perspektif Pelanggan

UMKM harus mampu mengidentifikasi pelanggan serta segmen pasar, yang didasari oleh kondisi geografis, aktivitas konsumen, dan karakteristik konsumsen.

3. Perspektif Proses Bisnis Internal

Pada perspektif ini ada beberapa kriteria nilai dari proses bisnis internal yaitu meliputi proses inovasi, proses operasi, dan proses pelayanan purna jual.

4. Perspektif pembelajaran dan pertumbuha

Perspektif ini bertujuan untuk mengembangkan tujuan dan ukuran-ukuran yang mengendalikan pembelajaran serta pertumbuhan organisasi. Terdapat beberapa kategori yang meliputi kompetensi karyawan, infrastruktur teknologi, budaya perusahaan dan kinerja tim.

Literasi Keuangan

Berdasarkan Otoritas Jasa Keuangan (2013) menyatakan bahwa secara defenisi literasi diartikan sebagai kemampuan memahami, jadi literasi keuangan adalah kemampuan mengelola dana yang dimiliki agar berkembang dan hidup bisa lebih sejahtera dimasa yang akan datang, OJK menyatakan bahwa misi penting dari program literasi keuangan adalah untuk melakukan edukasi dibidang keuangan kepada masyarakat Indonesia agar dapat mengelola keuangan secara cerdas, supaya rendahnya pengetahuan tentang industri keuangan dapat diatasi dan masyarakat tidak mudah tertipu pada produk-produk investasi yang menawarkan keuntungan tinggi dalam jangka pendek tanpa mempertimbangkan resikonya.

Menurut Remund (2010), literasi keuangan merupakan pengetahuan segala dasar tentang keuangan, mampu memahami konsep- konsep keuangan, dan memanfaatkan pengetahuan keuangan ini sebagai pengambilan keputusan baik bagi perseorangan atau individu maupun perusahaan.

Selanjutnya, berdasarkan OECD (2012), literasi keuangan adalah faktor yang cukup dominan dalam pertumbuhan ekonomi dan stabilitas keuangan suatu negara. Literasi keuangan yang baik bisa meminimalkan terjadinya keputusan ekonomi terhadap isu ekonomi yang berkembang dan keuangan yang sedang muncul.

Lusardi (2012) menyatakan bahwa literasi keuangan terdiri dari sejumlah kemampuan dan pengetahuan mengenai keuangan yang dimiliki oleh seseorang untuk mampu mengelola atau menggunakan sejumlah uang untuk mening-katkan taraf hidupnya. Literasi keuangan sangat terkait dengan perilaku, kebiasaan dan pengaruh dari faktor eksternal. Literasi keuangan sangat penting dalam kehidupan sehari-sehari.

(6)

Literasi Keuangan Terhadap Kinerja UMKM

Perusahaan dengan literasi keuangan yang baik tentunya akan mampu untuk memanfaatkan pengetahuan di bidang keuangan dalam pengambilan berbagai keputusan yang tepat dalam meningkatkan usahanya Muraga & John (2015). Kemudian Drexler et al ( 2014) menyatakan bahwa ada hubungan yang sangat erat atau dekat antara pengusaha dengan literasi keuangan tinggi bisa merumuskan dan mengambil keputusan yang tepat bagi keberhasilan usahanya dalam meningkatkan kinerja perusahaan. Selanjutnya, menurut Lusardi & Michelle (2007) pengetahuan yang baik mempengaruhi kondisi dan kinerja bisnis perusahaan yang berimplikasi pada pembuatan keputusan bagi perusahaan.

Pada suatu perusahaan yang memiliki pengetahuan keuangan yang baik, akan sangat berpengaruh terhadap sumber pendaan perusahaan yang menjadikan kinerja perusahaan sebagai tujuan utama Macrolin & Abraham (2006). Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Dahmen & Rodriguez (2014), menyatakan bahwa ada hubungan antara literasi keuangan dengan kinerja perusahaan. Literasi keuangan mempunyai hubungan yang positif terhadap kinerja perusahaan. Hubungan literasi keuangan dan kinerja perusahaan di implementasikan pada perusahaan yang sudah memadai dalam pengetahuan keuangan yang akan mampu merespon segala isu,perubahan, atau iklim bisnis yang terus menerus berubah. Pada akhirnya diambil keputusan yang terbaik untuk meningkatkan kinerja perusahaan dan keberlanjutan perusahaan.

Lusardi dan Bassa Schresberg (2013), menemukan bahwa literasi keuangan mempunyai hubungan positif terhadap kinerja usaha perusahaan. Hal ini ditunjukkan dengan perusahaan yang memiliki tingkat literasi tinggi cenderung memiliki kinerja yang baik. Hal ini sejalan dengan penelitian (Huston, 2010), bahwa apabila suatu perusahaan memiliki tingkat literasi keuangan yang tinggi maka akan berdampak pula terhadap pengelolaan keuangan dan kinerja dari perusahaan tersebut. Sedangkan menurut Mac (2010), menyatakan bahwa literasi keuangan yang baik akan menghindarkan perusahaan mengalami kendala dari sisi keuangan. Hal ini di analogikan seperti orang yang sudah paham betul dengan pengetahuan keuangan yang di contohkan sudah memiliki tabungan, investasi jangka panjang dan memiliki visi jangka panjang. Sementara itu Hilgert et al. (2003) berpendapat bahwa pengetahuan keuangan berkorelasi langsung dengan keadaan keuangan perusahaan.

Literasi Keuangan Terhadap Tingkat Pengembalian Kredit

Literasi keuangan yang baik berpengaruh terhadap tingkat pengembalian pinjaman dari UMKM ke lembaga keuangan. Siekei, et al (2013) perusahaan yang memiliki tingkat literasi baik akan meningkatkan kemampuan perusahaan dalam meingkatkan bisnis dan meningkatkan kemampuan mereka dalam pencatatan setiap transaksi mampu menempatkan pos-pos keuangan dengan baik.

Kemampuan UMKM dalam mengelola modal-modal yang didapatkan bisa berkontribusi terhadap kinerja UMKM dan tingkat pengembalian dari sumber modal tersebut.

Kemudian, senada dengan Seike, et al (2013), dalam penelitian Cork dan Nixson (2000) juga menyatakan hal demikian yakni pengetahuan keuangan yang baik akan sangat membantu UMKM meningkatkan kinerja dari sisi keuangan mereka salah satunya tingkat pengembalian pinjaman UMKM. Kemudian, kemampuan UMKM dalam sisi keuangan untuk setiap anggaran yang akan digunakan juga berpengaruh terhadap pada tingkat pengembalian pinjaman UMKM.

Pada penelitian yang dilakukan oleh Ongesa et al. (2014) menemukan bahwa tingkat literasi keuangan pada UMKM berpengaruh signifikan pada kemampuan membayar pinjaman mereka. Hal ini juga dikemukakan oleh Mutegi, Njeru and Ongesa (2015) yang menunjukkan bahwa semakin tinggi tingkat literasi keuangan yang dimiliki maka semakin rendah presentase kredit macet dari perusahan atau UMKM. Pelaku dunia usaha yang memiliki tingkat literasi keuangan yang baik dapat mengevaluasi dan membandingkan produk-produk keuangan, seperti rekening bank, produk tabungan, kredit dan pilihan pinjaman, investasi, dan asuransi sehingga mampu membuat keputusan secara optimal dan tepat.

Miller et al. (2009) literasi keuangan yang baik membantu memberdayakan dan mendidik investor sehingga mereka memiliki pengetahuan tentang keuangan dengan cara yang sesuai dengan bisnis

(7)

mereka dan memungkinkan mereka menggunakan pengetahuan ini untuk mengevaluasi produk dan mengambil keputusan berdasarkan informasi. Pengetahuan keuangan yang lebih besar diharapkan akan membantu mengatasi kesulitan baru-baru ini di pasar kredit yang maju. Literasi keuangan akan mampu mempersiapkan investor untuk masa sulit keuangan, melalui strategi yang mengurangi risiko seperti mengumpulkan tabungan, diversifikasi aset, dan asuransi pembelian. Literasi keuangan mampu menganalisis proses pengambilan keputusan seperti pembayaran tagihan tepat waktu, pengelolaan hutang yang tepat yang memperbaiki kelayakan kredit peminjam potensial untuk mendukung penghidupan, pertumbuhan ekonomi, sistem keuangan yang sehat, dan pengentasan kemiskinan.

Kredit

Berdasarkan Undang-Undang No.10 Tahun 1998, kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dipersamakan dengan itu, berdasarkan persertujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank dengan pihak lain yang diwajibkan pihak peminjam untuk melunasi hutangnya setelah jangka waktu tertentu dengan jumlah bunga.

Menurut (Rivai, 2013), kredit menurut bahasa atau istilah berasal dari bahasa lain, credo yang berarti i believe. I trust, yang berarti saya percaya atau dengan kata lain saya menaruh kepercayaan. Di sisi lain kata kredit berasal dari bahasa Yunani yang berarti credere yang mempunyai arti kepercayaan atau dalam bahasa latin creditum yang berart kepercayaan akan kebenaran (Kasmir, 2011).

Mulyono (2002), menyatakan bahwa kredit adalah penyerahan uang atau tagihan yang berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi hutangnya dan bunga setelah jangka waktu tertentu yang sudah di tetapkan.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kredit adalah suatu kegiatan usaha memberikan bantuan permodalan atau keuangan yang berupa barang, jasa dan keuangan dari kreditur (pihak pemberi dana) kepada debitur (pihak penerima dana) atas dasar kepercayaan yang diberikan oleh kreditur dimana debitur harus mengembalika kredit sejumlah nilai ekonomi yang telah diberikan oleh pemberi kredit pada waktu yang telah ditentukan dengan balas jasa berupa sesuai dengan perjanjian yang telah disepakati oleh kedua belah pihak.

Menurut Kasmir (2012), dalam pemberian kredit harus memperhatikan unsur-unsur sebagai berikut : 1. Kepercayaan

Suatu keyakinan yang dimiliki kreditur bahwa kredit yang diberikan (uang, jasa atau barang) suatu saat akan dikembalikan oleh pihak debitur dimasa yang akan datang seperti waktu yang telah disepakati. Kepercayaan ini didasari oleh penyelidikan dalam hal dilakukan oleh pihak kepada nasabah yang akan memohon kredit.

2. Kesepakatan

Dalam proses pemberian kredit harus ada kesepakatan antara kreditur dan debitur yang dituangkan dalam suatu perjanjian di mana masing-masing pihak menandatangani kewajiban dan haknya masing- masing.

3. Jangka Waktu

Masa pengembalian kredit yang telah disepakati bersama. Jangka waktu tersebut dapat berupa jangka waktu yang pendek, menengah ataupun jangka panjang.

4. Risiko

Jangka waktu pengembalian pinjaman sangat berpengaruh pada risiko kredit. Semakin panjang jangka waktu suatu kredit maka semkin besar pula risikonya demikian sebaliknya. Risiko kredit ini biasanya di tanggung oleh kreditur atau pihak bank, baik risiko yang dilakukan secara sengaja oleh kelalaian nasabah, maupun risiko yang tidak disengaja oleh nasabah.

5. Balas Jasa

Merupakan keuntungan atas pemberian kredit atau pembiayaan yang dikenal sebagai bunga untuk bank konvensional. Kemudian untuk bank yang menganut prinsip syariah disebut bagi hasil.

Menurut (Ismali, 2010), penyaluran kredit merupakan kegiatan penyaluran dana dari kreditur (bank) kepada debitur (nasabah). Nasabah diwajibkan melunasi pinjaman dan membayar bunga atau imbal hasil sesuai jangka waktu yang telah disepakati.

Penyaluran kredit kegiatan yang dilakukan oleh bank dalam mengalokasikan dana yang mereka miliki. Di setiap bank dana yang dialokasikan untuk penyaluran kredit mencapai 70-80% dari volume

(8)

usaha bank. Oleh karena itu bisa disimpulkan pendapatan terbesar pihak bank berasal dari penyaluran kredit dan pembayaran bunga yang dibayar oleh nasabah.

Besarnya dana yang dialokasikan oleh bank untuk penyaluran kredit menjadikan pegawai bank khususnya account officer harus memberikan perhatian lebih dalam analisis kredit agar tidak terjadi gagal risiko gagal bayar (risk of default). Risiko gagal bayar bisa dikarenakan kegagalan usaha atau ketidakmampuan bayar atau ketidaktersediaan membayar yang menyebabkan kredit bermasalah. Pada kasus kredit bermasalah, terdapat kemungkinan kreditur terpaksa melakukan tindakan hukum agar kasus tersebut terselesaikan. Apabila tindakan hukum tidak dikakukan oleh kreditur maka kreditur harus menderita kerugian yang jauh lebih besar dari perkiraan.

Penelitian Terdahulu

Penelitian kategori pertama yaitu berfokus pada penelitian tentang literasi keuangan terhadap kinerja UMKM. Terdapat beberapa mengenai topik penelitian ini yaitu penelitian yang dilakukan oleh Dwitya Aribawa (2016) yang bejudul pengaruh literasi keuangan terhadap kinerja dan keberlangsungan UMKM di Jawa Tengah. Variabel dalam penelitian ini ada 3 yaitu literasi keuangan, kinerja UMKM, dan keberlangsungan UMKM dimana setiap variabel memiliki indikator masing- masing. Pada penelitian ini alat analisis yang digunaka yakni analisis statistik deskriptif dengan menggunakan software smartPLS 3.0. Hasil dari penelitian mengkonfirmasi adanya pengaruh literasi keuangan terhadap kinerja dan keberlang-sungan usaha UMKM kreatif di Jawa Tengah. Hal ini memiliki implikasi bahwa dengan literasi keuangan yang baik diharapkan UMKM akan mampu membuat keputusan manajemen dan keuangan yang tepat untuk peningkatan kinerja dan keberlanjutan usaha.

Selanjutnya, Samuel Adamoko dan Albert Danso (2014) melakukan penelitian yang berjudul Financial Literacy and Firm performance: The moderating role of financial capital availability and resource flexibility. Dalam penelitian variabel-variabel yang digunakan yakni Literasi keuangan, modal keuangan dan sumber permodalan. Penelitian ini menggunakan metode berbasis survei dan regresi linear berganda dengan metode Least Square. Penelitian ini memberikan temuan bahwa literasi keuangan yang baik dapat meningkatkan kinerja perusahaan. Peningkatan kinerja perusahan tercermin ketika sumber daya yang fleksibel dan pengusaha dapat mengakses keuangan dengan mudah.

Selanjutnya, Pearl Dahmen dan Eileen Rodriguez (2014) melakukan penelitian dengan topik bahasan literasi keuangan pada UMKM yang berjudul Financial Literacy and the Success of Small Business : An Observation form a Small Business Development Centre. Variabel-variabel yang ada dalam penelitian adalah literasi keuangan ,laporan keuangan UMKM, rasio UMKM dan indeks literasi keuangan. Analisis yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan analisis statistik deskriptif.

Hasil penelitian ini menunjukkan adanya hubungan yang kuat antara tingkat literasi keuangan UMKM dan keputusan pemilik perusahaan dalam membuat laporan keuangan UMKM.

Penelitian kategori kedua yaitu dengan fokus penelitian pengaruh literasi keuangan terhadap tingkat pengembalian kredit UMKM . Terdapat 3 peneltian yang membahas tentang topik ini yakni penelitian yang dilakukan oleh penelitian serupa juga pernah dilakukan oleh Sean Wise (2013).

Penelitian ini berjudul The Impact of Financial Literacy on New Venture Survival. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Wise (2013 ) menggunakan beberapa variabel yaitu diantaranya literasi keuangan UMKM, laporan keuangan UMKM, rasio keuangan UMKM dan tingkat pengembalian pinjaman.

Setelah itu varibel-variabel tersebut dioleh menggunakan persamaan model struktural dengan analisis statistik deskriptif. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa semakin tinggi tingkat literasi keuangan yang dimiliki akan semakin baik sistem laporan keuangan UMKM. Peningkatan literasi keuangan pengusaha muda akan meningkatkan kemungkinan pembayaran pinjaman di antara usaha baru dikarenakan para pelaku UMKM semakin cerdas dalam mengambil keputusan

Harrison Kinyua Mutegi, Phelista W.Njeru dan Nyamboga Tom Ognesa (2015). Judul dalam penelitian ini yakni Financial Literacy And Its Impact On Loan Repayment By Small And Medium Enterprenuers. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu literasi keuangan, pembukuan UMKM, manajemen kredit dan anggaran UMKM. Metode analisis data menggunakan analisis deskriptif statistik dimana data primer di peroleh melalui kuisioner. Hasil dari penelitian

(9)

menunjukkan ada hubungan antara literasi keuangan terhadap kinerja UMKM dalam hal pengembalian pinjama n yang diberikan oleh lembaga keuangan.

Kemudian penelitian serupa juga dilakukan oleh Tom Ongesa at al (2014), penelitian ini berjudul An Asessment Financial Literacy On Loan Repayment by Small and Medium Entrepreneurs in Ngara, Nairobi Country. Variabel dalam penelitian ini adalah literasi keuangan, pembukuan, manajemen kredit dan angggran. Analisis yang digunakan yakni analisis statistik deskriptif. Hasil penelitian ini juga menunjukkkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara literasi keuangan dengan tingkat pengembalian pinjaman UMKM.

Gambar 2.1 Kerangka Pikir

Sumber : Berbagai sumber, diolah

C. METODE PENELITIAN

Penelitian ini merupakan jenis penelitian yang menggunakan pendekatan kuantitatif. Sugiyono (2010), metode penelitian kuantitatif merupakan metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivis yang digunakan untuk meneliti sampel atau populasi tertentu. Teknik pengambilan sampel bisa dilakukan secara random, pengumpulan data menggunakan instrument, analisis datanya yang bersifat statistic dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah diterapkan.

Metode Pengumpulan Data

Jenis penelitian ini adalah penelitian lapangan, sedangkan metode pengumpulan data pada penelitian yakni dengan menggunkan kuisioner yang diberikan kepada sebanyak 50 responden UMKM makanan di Malang Jawa Timur. Pernyataan-pernyataan yang ada di kuisioner dimodifikasi menggunakan skala likert dengan skala pengkuran (1=sangat tidak setuju, 2=Tidak setuju, 3=netral, 4=setuju dan 5=sangat setuju).

Populasi dan Sampel

Dari sebanyak 800an UMKM yang ada di Malang, peneliti mengambil sampel sebanyak 50 UMKM jenis makanan. Metode pengambilan sampel yang digunakan adalah purposive sampling.

UMKM jenis makanan dipilih oleh peneliti dikarenakan UMKM jenis dalam hal perputran uang lebih cepat daripada UMKM dibidang lain. Pengambilan sampel pada penelitian ini berasal dari 5 kecamatan yang ada di kota Malang yakni Blimbing, Sukun, Klojen, Lowokwaru dan Kedungkandang.

Metode Analisis Data

Pada penelitian ini, peneliti menggunakan metode analisis dengan Partial Least Square (PLS) dengan menggunakan software smartPLS. PLS model estimation merupakan teknik struktural equation

Literasi keuangan

Aspek Literasi keuangan

Pengetahuan Perilaku Kesadaran

Kinerja UMKM Tingkat Pengembalian Kredit

(10)

modeling (SEM) berbasis varian atau componenti, untuk mengestimasi jalur hubungan antara variabel yang dibentuk oleh beberapa indikator.

Daftar konstruk dan indikator penelitian : 1. Literasi Keuangan :

a. Kepemilikan rekening UMKM b. Pengetahuan minimum setoran awal c. Minimum saldo rekening

d. Pengetahuan penjaminan simpanan (LPS) e. Pengetahuan perhitungan bunga tunggal f. Pengetahuan perhitungan bunga majemuk g. Pnegetahuan perhitugan bunga kredit h. Nilai waktu uang

i. Inflasi terhadap UMKM 2. Kinerja UMKM :

a. Pertumbuhan penjualan b. Antisipasi produk

c. Ketepatan proses produksi 3. Kredit :

a. Pembukuan usaha b. Manajemen Kredit c. Anggaran usaha

D. PEMBAHASAN Uji Outer Model

Gambar 4.1 Uji Outer Model

Sumber : Data primer diolah, 2017

(11)

Pada hasil uji outer model untuk nilai loading faktor dari gambar 4.1 indikator X5, X6 dan X8 <

0,5 maka indikator tersebut dikeluarkan dari model dan dilakukan pengujian ulang.

Gamber 4.2 Uji Outer Model Lanjutan

Sumber : Data primer diolah, 2017

Setelah dikeluarkan dari model dan semua indikator memenuhi syarat loading faktor maka dilakukan dilihat nilai composite reliabilty , AVE, dan cross loading.

Tabel 4.1 Hasil Output Composite Reliability dan AVE

Composite Reliability Cronbachs Alpha AVE

Literasi Keuangan 0.8514 0.7455 0.6576

Kinerja UMKM 0.8664 0.8130 0.5278

Pengembalian Kredit 0.7405 0.4798 0.5018

Sumber : Data primer diolah, 2017

Konstrak dikatakan reliabel apabila memnuhi nilai >0.70, pada hasil output diatas semua konstrak memenuhi kriteria nilai composite reliability. Selanjutnya untuk nilai AVE, nilai AVE yang baik apabila memenuhi nilai sebesar 0.50. Nilai AVE yang semakin tinggi menunjukkan semakin rendah tingkat eror yang ada dalam sebuah konstruk.

Langkah terakhir dalam uji outer loading yaitu melihat nilai cross loading.

Tabel 4.2 Hasil output Cross Loading

Literasi keuangan Kinerja Pengembalian Kredit

X1 0.7149 0.2291 0.6313

X2 0.9318 0.5070 0.7602

X3 0.8044 0.4153 0.6084

X4 0.6471 0.1750 0.4372

X7 0.6839 0.5404 0.5060

X9 0.5743 0.5305 0.2790

Y1 0.6009 0.8821 0.7037

(12)

Y2 0.3656 0.8049 0.4580

Y3 0.3883 0.7396 0.3311

Y4 0.3727 0.1282 0.5463

Y5 0.8122 0.5484 0.9229

Y6 0.4504 0.5943 0.6961

Sumber : Data Primer diolah, 2017

Korelasi antara X1, X2, X3, X4, X7,dan X9 dengan konstrak literasi keuangan adalah 0.7149 , 0.9318 , 0.8044 , 0.6471 , 0.6839 dan 0.5743. Nilai korelasi tersebut lebih tinggi dengan konstrak literasi dibandingkan dengan konstrak kinerja UMKM dan pengembalian kredit. Sama halnya dengan Y1, Y2 dan Y3 dengan konstrak kinerja UMKM adalah 0.8821 , 0.8049 dan 0.7396. Nilai konstrak tersebut lebih tinggi dengan konstrak kinerja dibandingkan dengan literasi dan pengembalian kredit.

Terakhir nilai konstrak pengembalian kredit yakni 0.5463 , 0.9229 dan 0.6961 juga memiliki nilai konstrak lebih tinggi dibandingkan dengan konstrak lainnya. Berdasarkan data cross loading diatas, setiap indikator berkorelasi lebih tinggi dengan konstraknya masing-masing dibandingkan dengan konstrak lainnya.

Uji Inner Model

Pada uji inner model melihat dua jenis nilai yakni signifikansi jalur hubungan antar konstrak dan nilai R2.

Tabel 4.3 Hasil path coefficient Original Sample

Sample Mean

Standard Deviation

Standard Error

T Statistics Literasi >> Kinerja 0.5808 0.6015 0.0927 0.0927 7.2637 Literasi >> Kredit 0.8197 0.8369 0.0532 0.0532 15.4133 Sumber : Data Primer diolah, 2017

Hubungan jalur dalam path coefficient pada penelitian harus sesuai dengan hipotesis yang telah dirumuskan. Seperti yang sudah dijelaskan di bab 2 mengenai hipotesis, dalam penelitian ini peneliti merumuskan 2 hipotesis yakni adanya pengaruh positif signifikan antara literasi keuangan dengan kinerja UMKM dan adanya pengaruh positif signifikan antara literasi keuangan dengan tingkat pengembalian kredit UMKM. Pada hasil output path coefficient telah menunjukkan angka-angka yang bisa menjelaskan hubungan jalur dan tingkat signifikansi antar konstrak satu dengan yang lainnya.

Semua konstrak antara variabel independen dengan dependen memilik hubunagn jalur yang signifikan.

Literasi keuangan terhadap kinerja UMKM memiliki signifikansi 7.2637 > 1.96. Kemudian, hubungan literasi dengan pengembalian kredit juga signifikan sebesar 15.4133 > 1.96.

Tabel 4.4 Output nilai R2 R2 Literasi Keuangan

Kinerja UMKM 0.3373

Pengembalian kredit 0.6720 Sumber : Data primer diolah, 2017

Dari hasil ouput nilai R2, nilai R2 dari konstrak kinerja UMKM adalah sebesar 0.3373. Artinya konstrak literasi keuangan secara simultan mampu menjelaskan varibility konstrak kinerja UMKM sebesar 33,73%. Nilai R2 sebesar 33,73% termasuk dalam kategori kriteria batasan nilai R2 moderat.

Selanjtunya, nilai R2 dari konstrak pengembalian kredit adalah sebesar 0.6720. Artinya literasi keuangan secara simultan mampu menjelaskan variability konstrak pengembalian kredit sebesar 67,20%. Nilai R2 sebesar 67,20% termasuk dalam kategori kriteria batasan nilai R2 substansial atau termasuk dalam kategori nilai R2 yang tinggi.

(13)

Pembahasan

Pengaruh Literasi Keuangan terhadap Kinerja UMKM

Pada penelitian ini literasi keuangan adalah variabel laten yang di indikatori oleh 9 indikator, sedangkan kinerja UMKM adalah variael laten yang indikatori 3 indikator. Untuk variabel laten literasi keuangan indikatornya yaitu kepemilikan rekening, pengetahuan jumlah minimum setoran awal buka rekening, jumlah minimum saldo, pengetahuan tentang LPS, pengetahuan bunga tabungan, pengetahuan bunga mejamuk, pengetahuan bunga kredit, nilai waktu uang dan inflasi. Sedangkan untuk kinerja UMKM indikatornya adalah pertumbuhan penjualan, rencana produksi dan antisipasi permintaan produk. Secara simultan hubungan antara literasi keuangan dengan kinerja UMKM dapat dijelaskan dengan uji inner model atau model struktural.

Tabel 4.8 : Ringkasan Nilai Inner Model

Sumber : Data Primer, diolah dengan smartPLS 2 (2017)

Pengaruh literasi keuangan terhadap kinerja UMKM ditunjukkan oleh tabel 4.8 dalam tabel tersebut dapat diketahui bahwa hubungan antara literasi keuangan dengan kinerja UMKM adalah positif signifikan. Hal tersebut dibuktikan dengan nilai inner model positif yakni sebesar 0.5808.

Kemudian untuk nilai R2 termasuk dalam kategori menengah untuk model tersebut. Untuk uji signifikansi bisa dilihat nilai t-statistic > t-tabel (7.26 >1.96). Hubungan positif antara literasi keuangan dengan kinerja UMKM memiliki arti dengan semakin tinggi tingkat literasi keuangan yang dimiliki oleh pelaku UMKM yang di indikatori dengan 9 indikator literasi keuangan akan cenderung berpengaruh meningkatkan kinerja UMKM yang memiliki 3 indikator. Dengan kata lain semakin mengerti atau paham para pelaku UMKM dalam pengetahuan mengenai kemampuan mengelola dana yang mereka miliki maka semakin baik kinerja UMKM mereka.

Dengan hasil tersebut yang membuktikan literasi keuangan berpengaruh positif signifikan terhadap kinerja UMKM, mampu mengkonfirmasi penelitian yang telah dilakukan oeh para peneliti sebelumnya. Hal ini dibuktikan dengan penelitian yang dilakukan oleh Dwitya Aribawa (2016) yang bejudul pengaruh literasi keuangan terhadap kinerja dan keberlangsungan UMKM di Jawa Tengah.

Hasil dari penelitian mengkonfirmasi adanya pengaruh literasi keuangan terhadap kinerja dan keberlang-sungan usaha UMKM kreatif di Jawa Tengah. Kemudian, penelitian yang dilakukan oleh Samuel Adamoko dan Albert Danso (2014), mengkonfirmasi bahwa literasi keuangan yang baik dapat meningkatkan kinerja perusahaan. Peningkatan kinerja perusahan tercermin ketika sumber daya yang fleksibel dan pengusaha dapat mengakses keuangan dengan mudah.

Kemudian penelitian yang dilakukan Eniola dan Entebang (2016), memasukkan variabel literasi keuangan dengan 3 indikator yakni pengetahuan, perilaku dan kesadaran pemilik UMKM dalam mengelola keuangan. Penelitian ini menunjukkan adanya korelasi antara tingkat literasi keuangan pemilik UMKM terhadap kinerja UMKM.

Pengaruh Literasi Keuangan terhadap Tingkat Pengembalian Kredit

Pada hipotesis yang kedua yakni adanya pengaruh literasi keuangan berpengaruh positif signifikan terhadap tingkat pengembalian kredit. Terdapat 3 indikator dalam variabel laten tingkat pengembalian kredit yaitu pembukuan aktifitas keuangan, manajemen kredit dan anggaran UMKM. Untuk melihat apakah hasil penelitian ini sesuai hipotesis yang telah ditentukan dengan cara melihat hubungan simultan antara literasi keuangan dengan kinerja UMKM yang dapat dijelaskan dengan uji inner model atau model struktural.

Tabel 4.9 : Ringkasan Nilai Inner Model

Sumber : Data primer diolah, 2017

Original Sample R-Square T Statistics Keterangan Literasi Keuangan>>

Kinerja UMKM

0.5808 0.3373 7.2637 Signifikan

Original Sample R-Square T Statistics Keterangan Literasi Keuangan>>

Tingkat

Pengembalian Kredit

0.8197 0.6720 14.4133 Signifikan

(14)

Dari tabel diatas bisa dilihat hubungan antara literasi keuangan terhadap tingkat pengembalian kredit. Berdasarkan hasil uji inner model hubungan literasi keuangan terhadap tingkat pengembalian kredit yakni posititf signifikan. Hal tersebut dibuktikan dengan nilai inner model positif yakni sebesar 0.8197. Kemudian untuk nilai R2 termasuk dalam kategori tinggi untuk model tersebut. Nilai R2 sebesar 67,20% termasuk dalam kategori kriteria batasan nilai R2 substansial atau termasuk dalam kategori nilai R2 yang tinggi. Artinya dengan variabel literasi keuangan dalam mampu menjelaskan tingkat pengembalian kredit sebesar 67,20% Untuk uji signifikansi bisa dilihat nilai t-statistic > t-tabel (14.4 >1.96). Hubungan positif antara literasi keuangan dengan tingkat pengembalian kredit memiliki arti dengan semakin tinggi tingkat literasi keuangan yang dimiliki oleh pelaku UMKM yang di indikatori dengan 9 indikator literasi keuangan akan cenderung berpengaruh meningkatkan kemampuan pelaku UMKM untuk melakukan pengembalian kredit atau bisa dikatakan semakin tinggi tingkat literasi keuangan pelaku UMKM maka akan semakin rendah tingkat kredit macet dari UMKM ke pihak kreditur.

Dengan hasil dari penelitian ini sekaligus mengkonfirmasi atau sejalan dengan penelitian yang dilakukan sebelum-sebelumnya. Pada penelitian Wise (2013) yang berjudul The Impact of Financial Literacy on New Venture Survival. Pada penelitian ini menggunakan laporan keuangan dan rasio keuangan UMKM untuk menentukan seberapa besar kemampuan membayar pinjaman dari pihak kreditur. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa semakin tinggi tingkat literasi keuangan yang dimiliki akan semakin baik sistem laporan keuangan UMKM. Peningkatan literasi keuangan pengusaha muda akan meningkatkan kemungkinan pembayaran pinjaman di antara usaha baru dikarenakan para pelaku UMKM semakin cerdas dalam mengambil keputusan.

Pada penelitian Tom Ongesa at al (2014) membuktikan bahwa ada hubungan yang signifikan antara tingkat literasi keuangan yang dimiliki pelaku UMKM dengan tingkat pengembalian kredit UMKM. Kemudian, serupa dengan temuan Tom Ongesa at al (2014), pada penelitian Harison at al (2015) menunjukkan bahwa ada hubungan antara literasi keuangan terhadap kinerja UMKM dalam hal pengembalian kredit yang diberikan oleh pihak kreditur. Secara umum, dari tiga penelitian terdahulu menyatakan bahwa bila para pelaku UMKM (dalam penelitian ini UMKM jenis makanan) memiliki kemampuan literasi keuangan yang memadai akan meningkatkan kemampuan dalam membayar kredit yang telah mereka lakukan.

Implikasi Temuan

Pada penelitian ini peneliti melihat bagaimana pengaruh literasi keuangan bagi kinerja dan tingkat pengembalian kredit UMKM Kota Malang. Seperti yang telah dijelaskan pada sub bab sebelumnya literasi keuangan mempunyai pengaruh yang positif terhadap kinerja dan tingkat pengembalian kredit UMKM Kota Malang. Namun, pada penelitian ini juga terdapat informasi tambahan yang menjelaskan tingkat literasi keuangan, kinerja dan tingkat pengembalian kredit yang dimiliki pelaku UMKM.

Literasi keuangan pada pelaku UMKM makanan dan minuman di Kota Malang bisa dibilang cukup baik hal ini mampu dijelaskan pada hasil kuisioner yang telah di jawab oleh pelaku UMKM. Dari 9 indikator pada variabel literasi keuangan yang didasari oleh ketentuan dasar dari OJK, pelaku UMKM mampu setidaknya memahami dan mengerti mengenai konsep-konsep literasi keuangan yang ada.

Misalnya saja pada indikator tentang akses ke perbankan, sebagian besar UMKM ini sudah memiliki rekening sendiri untuk UMKMnya dan mereka sudah mengerti jumlah saldo minimal membuka rekening dan saldo minimal rekening di bank. Kemudian untuk hal inflasi dan nilai waktu uang, mereka sudah sangat paham bahwa ketika ada inflasi dan perubahan nilai uang dimasyarakat mereka bisa beradaptasi supaya industri mereka tetap jalan. Namun, dalam hal penjaminan simpanan yang sekarang ada lembaga sendiri yakni LPS, perhitungan bunga dari pihak lembaga keuangan (bunga kredit, bunga tunggal, bunga majemuk) para pelaku UMKM masih tergolong minim mengetahuinya hanya beberapa saja yang sudah mengerti mengenai hal tersebut.

Selanjutnya dalam hal kinerja UMKM, pada sub bab pembahasan yang telah dijelaskan diatas literasi keuangan berpengaruh positif terhadap kinerja UMKM. Selain mendapat informasi mengenai pengaruh literasi keuangan terhadap kinerja UMKM yang positif, pada penelitian ini menunjukkan bahwa selama ini kinerja UMKM khususnya jenis makanan termasuk baik. Hal ini ditunjukkan pada indikator pertumbuhan penjualan, meskipun tidak selalu mengalami kenaikan akan tetapi menjukkan

(15)

tren yang positif dari waktu kewaktu. Setelah itu indikator peningkatan produks dan ketepatan produksi, para pelaku UMKM sudah sangat paham berapa jumlah yang harus diproduksi di setiap waktu melakukan proses produksi dan apabila ada pesanan dalam jumlah banyak pihak UMKM mampu menyelesaikan proses produksi secara tepat waktu.

Tingkat pengembalian kredit menjadi variabel dependen pada penelitian, diatas telah dijelaskan literasi keuangan berpengaruh positif terhadap tingkat pengembalian kredit UMKM. Dalam variabel ini ada 3 indikator yakni pembukuan usaha, manajemen kredit dan anggaran usaha. Meskipun tergolong industri mikro dan kecil beberapa pelaku UMKM ini ternyata rutin menulis atau membukukan dari usahanya seperti uang masuk dan uang keluar secara sederhananya. Lebih lanjut dalam hal kredit atau melakukan pinjaman kepada pihak debitur, hampir semua UMKM ini menghitungkan dengan matang-matang bagaimana nanti bisa mengembalikan pinjaman tersebut beserta bunganya. Terakhir dalam hal anggaran usaha, berdasarkan hasil kuisioner sebagian besar pelaku UMKM makanan dan minuman sudah memilah milah dananya sebelum proses produksi dilakukan dan tentunya sudah disiapkan apabila harus membayar cicilan utang beserta bunganya.

A. PENUTUP Kesimpulan

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh pembiayaan kompetitif terhadap upaya pengurangan pengangguran di Provinsi Jawa Timur maka diperolah kesimpulan sebagai berikut:

1. Dari hasil penelitian yang telah dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh literasi keuangan terhadap kinerja dan tingkat pengembalian kredit UMKM di Malang Jawa Timur maka diperoleh beberapa kesimpulan. Pertama, Program Strategi Literasi Keuangan Nasional yang dilaksanakan oleh pemerintah melalui Otoritas Jasa Keuangan (OJK) berpengaruh positif signifikan terhadap kinerja UMKM makanan dan minuman di Malang Jawa Timur.

2. Kedua, Program Strategi Literasi Keuangan Nasional yang dilaksanakan oleh pemerintah melalui Otoritas Jasa Keuangan (OJK) berpengaruh positif signifikan terhadap tingkat pengembalia kredit UMKM makanan dan minuman di Malang Jawa Timur.

3. Ketiga, tingkat literasi keuangan UMKM makanan dan minuman di Malang masih tergolong dikarenakan dari 9 indikator masih separuh indikator yang benar-benar dimengerti oleh pihak UMKM. Kinerja UMKM makanan dan minuman di malang sudah cukup baik meskipun terkadang fluktuatif namun trennya positif. Tingkat pengembalian kredit sudah cukup baik, UMKM makanan dan minuman berpikir sangat matang ketika ingin mengajukan kredit kepada pihak lembaga keuangan dan sebisa mungkin melunasinya.

4. Keempat, dari 9 indikator yang ada pada variabel literasi keuangan, indikator bunga majemuk, bunga tunggal dan nilai uang tidak begitu berpengaruh pada kinerja dan pengembalian kredit UMKM makanan dan minuman. Hal ini menunjukkan meskipun pelaku UMKM tidak begitu paham ketiga indikator tersebut kinerja dan tingkat pengembalian kredit tetap berjalan lancar dan tidak terpengaruh pada bunga majemuk, bunga tunggal dan nilai uang. Sehingga meskipun berhubungan positif dan signifikan antara literasi keuangan terhadap kinerja dan literasi keuangan terhadap pengembalian kredit. Literasi keuangan bukan salah satu faktor yang paling berpengaruh terhadap kinerja dan tingkat pengembalian kredit untuk UMKM makanan dan minuman.

5.2 Saran

hasil penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti maka saran yang dapat disampaikan oleh peneliti sebagai berikut:

1. Hasil penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti maka saran yang dapat disampaikan oleh peneliti meliputi yaitu pertama pihak pemerintah melalui Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dalam melaksanakan program Strategi Literasi Keuangan Nasional seharusnya lebih gencar lagi dalam menyosialisasikan program tersebut. Kemudian, OJK harus lebih sering menggelar pelatihan-pelatihan atau seminar tetang pentingnya literasi keuangan bagi masyarakat khususnya untuk pelaku UMKM makanan dan minuman.

(16)

2. Kedua, pihak UMKM makanan dan minuman harus lebih giat lagi mencari informasi tentang literasi keuangan yang dilaksanakan pemerintah. Kemudian pelaku UMKM harus lebih proaktif dalam meningkatkan literasi keuangan bagi perkembangan usaha mereka. Dan apabila ada pelatihan-pelatihan keuangan dari lembaga-lembaga terkait hendaknya UMKM makanan dan minuman juga harus selalu siap dan ikut meramaikan guna kemajuan UMKM nya.

3. Pada penelitian selanjutnya harus lebih memahami lagi faktor yang sangat berpengaruh pada kinerja dan tingkat pengembalian kredit disamping faktor tingkat literasi keuangan oleh pelaku UMKM makanan dan minuman. Penelitian selanjutnya juga harus memperhatikan aspek-aspek lain misalnya aspek kondisi makro ekonomi dan kondisi internal UMKM makanan dan minuman yang ada di Indonesia.

DAFTAR PUSTAKA

Adamoko,Samuel dan Danso, Albert. 2014. Financial Literacy and Firm performance: The moderating role of financial capital availability and resource flexibility. International Journal of Management & Organizational. Vol.3 No.4 dalam “www.ijmos.net/wp- content/uploads/.../Adomako-Danso.pdf” . Di akses pada tanggal 2 Februari 2017.

Aribawa, Dwitya. 2016. Pengaruh Literasi Keuangan Terhadap Kinerja Dan

Keberlangsungan Umkm Di Jawa Tengah. Volume 20 No.1 dalam https://www.researchgate.net/publication/301280784_Pengaruh_literasi_keuangan_terhadap_

kinerja_dan_keberlangsungan_UMKM_di_Jawa_Tengah. Diakses pada tanggal 2 Februari 2017.

Cork, P. and Nixson, F. (2000), Finance and Small and Medium-Sized Enterprise Development, Finance and Development Research Programme Working Paper Series, Paper No 14. IDPM:

University of Manchester.

Dahmen, Pearl & Rodriguez, Eileen. 2014. Financial Literacy and the Success of Small Businesses: An Observation from a Small Business Development Center. Volume 7 No.1 dalam

“http://scholarcommons.usf.edu/numeracy/vol7/iss1/art3/. Di akses pada tanggal 2 Februari 2017.

Drexler, A., Fischer, G., & Schoar, A. (2014). Keeping it simple: Financial literacy and rules of thumb. American Economic Journal: Applied Economics, Vol. 6 Issue: 2 pp. 1-36. Di akses pada tanggal 30 Maret 2017.

Gaspersz, Vincent. 2002. Pedoman Implementasi Program Six SigmaTerintegrasi dengan ISO 9001 : 2000 MBNQA dan HCCP. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama.

Hilgert, M., Hogarth, J. and Beverly, S. (2003). Household financial management: the connection between knowledge and behaviour, Federal Reserve Bulletin, 89(7): 309–22 dalam http://www.federalreserve.gov/pubs/bulletin/2003/0703lead.pdf. Di akses pada tanggal 15 Maret 2017.

Kasmir. 2011. Bank dan Lembaga Keuangan lainnya.Edisi Revisi 11.Jakarta. : RajawaliPers.

Kasmir. 2012. Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya. Jakarta: Rajawali Pers

Kaplan, R.S, dan Norton, D.P. 2005. The balanced scorecard - Measures that drive performance.

Harvard Business Review. 83(7). 172.

Kementrian Koordinator Bidang Perekonomian. 2015. UMKM menyumbang 56,5% pada pembentukan PDB tahun 2012. Di akses pada tanggal 2 Maret 2017

Lusardi, A., & Michell, O. S. (2007). Baby boomer retirement security: The roles of planning, financial literacy, and housing wealth. Journal of Monetary Economics, Vol.54, 204-205.

www.carnegie-rochester.rochester.edu/april06-pdfs/lm06.pdf. Di akse pada tanggal 30 Maret 2017.

Lusardi, A., & Bassa Scheresberg, C. D. (2013). Financial literacy and high-cost borrowing in the

United States. Cambridge Mass. Dalam

https://www.usfinancialcapability.org/downloads/HighCostBorrowing.pdf. Di akses pada tanggal 30 Maret 2017.

Marcolin, S., & Abraham, A. (2006). Financial literacy research: Current literature and future

opportunities. Dalam

(17)

https://www.researchgate.net/publication/30385444_Financial_Literacy_Research_Current_L iterature_and_Future_Opportunities . Di akses pada tanggal 30 Maret 2017.

Mutegi, Harisson, Njeru & Tom Ongesa. 2015. Financial Literacy and its Impact on Loan Repayment By Small and Medium Enterpreneurs (An analysis of effect of book keeping skills from equity group foundation’s financial Literacy training program on Enterpreneurs loan repayment

performance. Volume 3 No.3.Dalam

“http://www.iiste.org/Journals/index.php/RJFA/article/viewFile/13594/14327. Di akses pada tanggal 20 Februari 2017.

Muraga, K.P, dan John, N. 2015. Effects of financial literacy on performance of youth led entreprises:

a case of equity group foundation training program in Kiambu county. International Journal.

Miller, M. Godfrey N, Levesque, B. & Stark, E. (2009). The Case for Financial Literacy in Developing Countries: Promoting Access to Finance by Empowering Consumers. World Bank, DFID, OECD, and CGAP joint note, Washington, DC: World Bank. Dalam https://www.researchgate.net/publication/228363986_The_Case_For_Financial_Literacy_in_

Developing_Countries_Promoting_Access_to_Finance_by_Empowering_Consumers. Di akses pada tanggal 5 Maret 2017.

OECD INFE. 2012. PISA 2012 Literacy assessment framework

Otoritas Jasa Keuangan. 2013. Edukasi dan perlindungan konsumen pada literasi keuangan.

Online.http://www.ojk.go.id/id/kanal/edukasi-dan-perlindungan-konsumen/Pages/Literasi- Keuangan.aspx. Diaskses pada tanggal 2 Maret 2017.

Remund, D. L. 2010. Financial literacy explicated: The case for a clearer definition in an increasingly complex economy. Journal of Consumer Affairs, Volume.44 Issues:2, pp.276–295. Dalam https://www.researchgate.net/publication/229499854_Financial_Literacy_Explicated_The_Ca se_for_a_Clearer_Definition_in_an_Increasingly_Complex_Economy. Di akses pada tanggal 5 April 2017.

Republik Indonesia. 2008. Undang-Undang No. 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah. Jakarta : Sekretariat Negara.

Rivai, Veithzal; Sofyan Basir; Sarwono Sudarto; Arifiandy Permata Veithzal. 2013. Commercial Bank Management: Manajemen Perbankan dari Teori ke Praktik, edisi 1, cetakan 1. Jakarta:

Rajawali Pers.

Siekei, J. Juma W. & Aquilars K. 2013. An assessment of the role of financial literacy on performance of small and micro enterprises: Case of Equity Group Foundation Training Program on

SMES in Njoro district, Kenya

http://www.academia.edu/4682934/An_Assessment_of_the_role_of_financial_literacy_on_

Performance_of_Small_and_Micro_Enterprises_Case_of_Equity_Group_Foundation_Trainin g_Program_on_SMES_in_Njoro_district_Kenya”. Di akses pada tanggal 27 Februari 2017.

Tambunan, Tulus T.H., 2002. Usaha Kecil dan Menengah di Indonesia: Beberapa isu penting, Jakarta : Salemba Empat

Tom Ongesa, Nyamweya, Moulid Abdi, Njeru & Enock George. 2014. An Assesment of Financial Literacy on Loan Repayment by Small and Medium Enterpreneurs in Ngara, Nairoby Country”. Research Journal of Finance and Accounting. Volume 5 No.12. Dalam http://www.iiste.org/Journals/index.php/RJFA/article/viewFile/13594/14327. Di akses pada tanggl 27 Februari 2017.

.

Referensi

Dokumen terkait

5 Pagkahuman nimo og tuon ani nga Buluhaton Alang sa Kinaugalingong Pagkat-on, ikaw gilauman nga: • Makita ug matagad ang mga maanindot nga butang sa palibot • Mahatagan og bili ang