• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH SOCIAL MEDIA MARKETING DAN STORE ENVIRONMENT TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN PRODUK SKINCARE MS GLOW SAMARINDA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2024

Membagikan "PENGARUH SOCIAL MEDIA MARKETING DAN STORE ENVIRONMENT TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN PRODUK SKINCARE MS GLOW SAMARINDA"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

15 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan dari bulan Mei 2023 sampai Juni 2023. Adapun tempat pengambilan data dilakukan di seluruh retailer MS Glow yang tersebar di Kota Samarinda, Provinsi Kalimantan Timur. Pengolahan data bertempat di Fakultas Ekonomi Bisnis dan Politik, Universitas Muhammadiyah Kalimantan Timur.

B. Jenis Penelitian

Pemilihan pendekatan kuantitatif dalam penelitian ini dianggap tepat untuk melibatkan sebanyak koresponden konsumen dan memperoleh rata-rata yang digunakan untuk melihat rata-rata data. Jenis penelitian tertentu yang dikenal sebagai penelitian kuantitatif meneliti populasi, sampel, atau kumpulan data tertentu melalui pengukuran numerik. Penelitian kuantitatif seringkali cepat, dan kecepatan dan efisiensi metode kuantitatif untuk memproses dan menganalisis data dengan dengan ukuran sampel yang besar. Selain itu, metodologi statistik deskriptif adalah pilihan terbaik para peneliti ketika penjualan yang ditargetkan terdiri dari jumlah penjualan yang lebih besar dengan cara yang berbeda seperti social media marketing dan store environment tanpa memerlukan keahlian khusus untuk mengisi data. Digambarkan bahwa metodologi statistik deskriptif memungkinkan peneliti untuk melangsungkan analisis statistik dan menggeneralisasi hasil dalam konteks tertentu (Mcdaniel and Gates, 1998)

(2)

C. Populasi dan Teknik Pengambilan Sampel 1. Populasi

Populasi merujuk pada sekelompok individu atau elemen adapun dianggap mewakili suatu kelompok yang lebih besar. Peneliti menetapkan karakteristik dan kapasitas tertentu pada kelompok ini untuk menjadikannya subjek penelitian dan untuk menyimpulkan temuan dari studi tersebut (Sugiyono, 2019). Populasi pada penelitian ini merujuk pada kelompok konsumen yang pernah sekali melakukan pembelian produk skincare MS Glow di Kota Samarinda melalui media sosial Instagram, dan pernah 1x melangsungkan pembelian produk skincare MS Glow secara langsung pada retail MS Glow yang terletak di Kota Samarinda, Kalimantan Timur.

2. Sampel

Sampel adalah yang terpilih untuk mewakili populasi total, terdiri dari sifat- sifat tertentu yang mirip dengan populasi utuh, dan digunakan dalam penelitian untuk menyelubungi dan menggeneralisasi temuan (Sugiyono, 2019). Sampel pada penelitian kali ini merupakan konsumen yang pernah melangsungkan 1x pembelian produk skincare MS Glow melalui media sosial Instagram dan membeli produk secara langsung pada retail MS Glow yang terletak di Kota Samarinda. Non- probability sampling merupakan teknik pengambilan sampel ketika peneliti memilih sampel secara sadar berdasarkan kriteria atau pertimbangan tertentu menggunakan pendekatan purposive sampling. Dalam metode ini, sampel dipilih tanpa memperhatikan probabilitas atau peluang terpilihnya individu dalam populasi. (Ferdinand, 2014). Purposive sampling adalah sebuah pendekatan

(3)

pemilihan sampel dilakukan dengan secara sengaja dengan cara mempertimbangkan kriteria tertentu, dan tidak menggunakan pendekatan acak atau pendekatan secara kebetulan saja (Purnomo, 2017). Mengingat ukuran populasi tidak diketahui, teori Roscoe (1982) digunakan untuk menentukan jumlah sampel, yaitu jika penelitian dilakukan dengan multivariat, maka jumlah anggota dalam sampel penelitian dibutuhkan minimal 10 kali dari jumlah indikator yang digunakan dalam penelitian. Akibatnya, dengan jumlah indikator penelitian ini yang berjumlah 15 maka didapatkan perhitungan anggota sampel sebanyak 15 x 10 yaitu sama dengan 150 sampel (Sugiyono, 2021).

D. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel

Variabel penelitian merupakan unsur-unsur yang dipilih oleh peneliti sebagai fokus dalam mengumpulkan data dan mencapai kesimpulan. Variabel bebas (independen) adalah faktor yang memiliki pengaruh atau dampak pada variabel terikat (dependen), baik itu dengan efek positif maupun negatif, dan biasanya digambarkan dengan simbol X. Sebaliknya, variabel terikat (dependen) adalah faktor yang dipengaruhi atau sensasi terhadap variabel independen, dan sering digambarkan dengan simbol Y (Sugiyono, 2019). Dalam penelitian ini, terdapat satu variabel terikat (Y) dan dua variabel bebas (X) yang menjadi perhatian.

Variabel terikat yang diteliti adalah keputusan pembelian, yaitu titik di mana pelanggan benar-benar atau secara langsung dapat memperoleh sesuatu (Huda et al., 2021). Variabel bebas atau independen pada penelitian ini terdiri dari dua variabel yaitu social media marketing (X1) merupakan perangkat komunikasi

(4)

periklanan utama untuk menjangkau dan melibatkan konsumen dengan biaya rendah dan pada berbagai waktu yang berbeda dalam hari yang sama (Hanaysha, 2018a) sedangkan variabel independen lainnya merupakan store environment (X2) yaitu sebuah lingkungan fisik bagi pemasar retail yang menarik dalam menarik dan memuaskan pelanggan (Hanaysha, 2018a). Notasi variabel, tipe data, dan definisi setiap operasional variabel penelitian ini dapat dilihat pada tabel 3.1 dibawah ini:

Tabel 3.1 Operasional Variabel

Notasi Nama Variabel Indikator Tipe Data Definisi Operasional Y Keputusan

Pembelian

Brand Decisions, Seller Decisions, Search of

Information, Product Decisions, Conduct Post- Purchase

Ordinal Keputusan akhir yang dimiliki konsumen dalam membeli suatu produk dengan berbagai pertimbangan- pertimbangan tertentu.

X1 Social Media

Marketing Brand Awareness, Brand Reputation, Brand

Ambassador

Ordinal Proses marketing yang dilakukan melalui media sosial.

X2 Store

Environment

Store Atmosphere, Store Image, Store Theatrics

Ordinal Struktur fisik toko yang mengarahkan pengunjung serta aspek sumber daya manusia.

E. Jenis dan Sumber Data

Data primer merupakan sebuah data yang disatukan atau dihimpun untuk pertama kalinya dari sumber aslinya. oleh penyelidik dalam tujuan tertentu. Data primer tidak memiliki operasi statistik yang dilakukan padanya dan asli. Sumber data penelitian ini merupakan konsumen yang pernah melangsungkan 1x pembelian produk skincare MS Glow melalui media sosial Instagram dan membeli produk secara langsung pada retail MS Glow yang terletak di Kota Samarinda.

(5)

F. Teknik Pengumpulan Data

Penggunaan kuesioner sebagai metode untuk mengumpulkan data yang terlampir, kuesioner ditentukan dari faktor yang ditemukan dari studi literatur yang berpangkal dari buku, penelitian terdahulu, dan situs berita dari internet yang memiliki pembahasan mengenai social media marketing dan store environment.

Kuesioner ini berjenis tertutup dan dibagikan secara langsung dan menggunakan media internet kepada konsumen yang pernah melangsungkan 1x pembelian produk skincare MS Glow di Kota Samarinda, Kalimantan Timur.

G. Teknik Analisis Data

Dalam penelitian ini, informasi dan data dikumpulkan dan diolah secara kuantitatif baik dari segi pengelolaan dan analisis. Metodologi penelitian berbasis positivis yang dikenal sebagai metode penelitian kuantitatif digunakan untuk meneliti populasi atau sampel tertentu (Sugiyono, 2019). Metode kuantitatif pada kali ini menggunakan skala yang disebut sebagai skala likert. Skala ini dipergunakan dalam mengukur sebuah fenomena sosial dengan tipe data penelitian yang bersifat ordinal seperti halnya sikap, pendapat, dan persepsi seseorang (Sugiyono, 2019). Variabel yang digunakan dalam skala likert akan diukur dengan menggunakan indikator variabel, yang akan menjadi tolak ukur dalam mengumpulkan item instrumen pertanyaan penelitian yang dapat berupa pernyataan positif maupun negatif. Pertanyaan yang diajukan memiliki skala likert 1-4 pilihan jawaban kepada responden yang diinstruksikan dalam memilih satu jawaban dari pernyataan yang dianggap paling tepat berdasarkan kondisi responden berikut:

(6)

Tabel 3.2 Skala Likert Jawaban Pertanyaan Bobot Nilai

Bila Positif Bila Negatif

1. Sangat Tidak Setuju (STS) 1 4

2. Tidak Setuju (TS) 2 3

3. Setuju (S) 3 2

4. Sangat Setuju (SS) 4 1

Pada tabel 3.2 dapat dinyatakan bahwa jawaban merupakan tolak ukur dalam bobot skor untuk setiap butir-butir instrumen pada pertanyaan pada kuesioner.

Bobot skor ini diterapkan dengan tujuan untuk memfasilitasi responden dalam mengisi kuesioner dengan lebih mudah dan lancar.. Penggunaan pilihan jawaban dengan skala likert yang berjumlah hanya 1-4 digunakan untuk mengurangi dan menghindari kecenderungan responden dalam memilih nilai tengah atau nilai antara yang disebabkan oleh keraguan responden dalam memilih jawaban (Amir, 2012).

Tabel 3.3 Kisi-kisi Kuesioner Penelitian

No Variabel Dimensi Indikator NK

1 Social Media Marketing (Lashgari et al., 2018)

Brand Awareness (Helmink, 2013)

SMM1: Pemasaran media sosial untuk MS Glow Samarinda sering terlihat.

1

SMM 5: Iklan media sosial MS Glow Samarinda tidak mudah diingat

5

Brand Reputation (Hanaysha, 2016)

SMM2: Iklan media sosial MS

Glow Samarinda sangat menarik 2 SMM 4: Iklan media sosial untuk MS Glow Samarinda berkinerja baik dibandingkan dengan brand lainnya

4

Brand Ambassador (Schivinski and Dabrowski, 2016)

SMM 3: MS Glow Samarinda menawarkan iklan ekstensif di media sosial dan memiliki akses ke penawaran eksklusif

3

2 Store

Environment (Hanaysha, 2018b)

Store Atmosphere (Mohan et al., 2013)

SE1: Toko ini terletak di lokasi yang dapat diakses dengan arsitektur dan desain eksternal yang menarik

1

(7)

SE4: Toko tidak bersih dan kualitas AC di toko membuat kehadiran Saya tidak nyaman

4

SE5: Toko ini memiliki

lingkungan yang menyenangkan, pencahayaan dan musik di dalam toko membuat pengalaman

berbelanja menjadi menyenangkan 5

Store Image (Calvo-Porral and Lévy- Mangin, 2021)

SE2: Staff toko bersedia

membantu dengan pengetahuan yang kompeten tentang produk yang dikomersialkan

2

Store Thearics (Nurlie et al., 2021)

SE3: Suasana dan dekorasi di toko mendorong Saya untuk

mengunjunginya lagi

3

3 Keputusan Pembelian (Hanaysha, 2018b)

Brand Decisions (Santoso and Sispradana, 2021)

KP1: Saya tidak tertarik menjadi pelanggan tetap MS Glow

Samarinda karena kualitas produk yang buruk

1

Seller Decisions (Mahmood and Khan, 2014)

KP2: Saya merasa MS Glow Samarinda adalah pilihan terbaik dalam membeli produk-produk skincare dibandingkan brand lainnya

2

Search for Information (Schiffman and Kanuk, 2007)

KP3: Sebelum saya membeli produk MS Glow Samarinda saya sudah mencari infomasi brand skincare lain yang serupa

3

Product Type Decisions (Herawati et al., 2019)

KP4: Produk yang ada di MS Glow Samarinda dapat memenuhi kebutuhan kuantitas, harga dan kualitas yang saya harapkan

4

Conduct Post- Purchase (Nurlie et al., 2021)

KP5: Hasil sesuai dengan harapan saya sehingga saya selalu

berkenan untuk membeli produk dalam jangka panjang

5

Sebelum menerapkan kuesioner dalam penelitian yang sebenarnya, penting untuk melakukan proses validasi guna memastikan keabsahan dan keandalan instrumen penelitian tersebut. Uji coba dapat dilakukan untuk menilai kesesuaian instrumen

(8)

yang akan dikembangkan berdasarkan respons dari para responden. Hasil tes ini akan mengidentifikasi soal yang tidak valid dan akan dihilangkan agar menjadi valid. Validitas dan reliabilitas survei ini diuji dengan setengah hasil keseluruhan 150 responden.

1. Uji Validitas dan Uji Reabilitas

Uji Validitas dilaksanakan dalam menentukan mampu atau tidaknya suatu skala penelitian untuk menilai gagasan yang diprediksikan (Yusup, 2018). Tahap uji validitas digunakan untuk memastikan suatu skala dapat secara akurat dan tepat mengukur gagasan yang sedang dipertimbangkan. Tujuan dari uji validitas adalah memverifikasi jika item-item dalam skala benar adanya dapat menilai elemen- elemen dalam suatu penilaian atau evaluasi dengan tepat. Uji legitimasi digunakan untuk menilai validitas atau legitimasi suatu kuesioner (Prakoso and Ghozali, 2012). Software SPSS digunakan dalam melangsungkan uji validitas pada penelitian ini. Setelah pengumpulan data responden, Confirmatory Factor Analysis (CFA) digunakan untuk melakukan uji validitas konsep. Item pertanyaan dengan loading factor yang valid atau setara dengan 0,05 menunjukkan jika indikator tersebut saat ini menjadi perwujudan bagian dari konstruk yang sama dan mampu memprediksi apa yang diharapkan. Namun, jika nilai loading factor berada di bawah nilai tersebut, maka item tersebut memiliki korelasi yang rendah dengan konstruk utama (Sugiono et al., 2020).

Uji reliabilitas adalah proses pengujian yang bertujuan untuk mengevaluasi sejauh mana pengukuran itu konsistensi dan tidak bias, dan dengan demikian, memastikan bahwa pengukuran tersebut memiliki konsistensi dan stabilitas yang

(9)

tetap dari satu waktu dan pada ke waktu yang lain. dan antara berbagai elemen instrumen yang berbeda (Novikasari, 2016). Penelitian ini mengadopsi satu instrumen pengukuran dan memvalidasinya dengan membandingkannya dengan pertanyaan-pertanyaan lain, serta mengukur korelasi antara jawaban untuk setiap pertanyaan menggunakan uji statistik Cronbach Alpha. Tujuan dari penggunaan uji statistik Cronbach Alpha adalah untuk menilai reliabilitas pengukuran instrumen menggunakan perangkat lunak SPSS (Anggraini et al., 2022). Akan dimungkinkan untuk menentukan bagaimana setiap pertanyaan dari semua variabel yang diamati dari uji reliabilitas yang akan memiliki nilai yang reliabel jika senilai Cronbach Alpha yang masing-masingnya sebesar lebih dari 0,60 dan sebaliknya tidak menjadi reliabel jika memiliki nilai dibawah 0,60 (Bland and Altman, 1997).

2. Uji Asumsi Klasik

Uji asumsi klasik menjadi sebuah prasyarat statistik yang harus terpenuhi pada sebuah bentuk analisis regresi linier yang bersifat berganda. Memahami uji asumsi klasik menjadi penting untuk memastikan penerapan statistik dalam penelitian menjadi akurat dan tepat dalam pelaksanaannya (Nugraha, 2022). Dalam penelitian ini, uji asumsi klasik yang digunakan meliputi uji normalitas, uji multikolinearitas, dan uji heteroskedastisitas.

Uji normalitas dilakukan untuk menilai apakah distribusi variabel dependen (Y) dan/atau variabel independen (X) sesuai dengan asumsi normalitas dalam semua model regresi. Model regresi dianggap memenuhi asumsi normalitas jika data yang digunakan berada cukup dekat dengan garis diagonal atau mengikuti pola diagonal. Model regresi dianggap tidak memenuhi kriteria kenormalan jika data

(10)

jauh dari garis diagonal atau tidak mengikuti pola diagonal (Purnomo, 2017).

Apabila residual (selisih antara nilai prediksi dan nilai aktual) memiliki distribusi normal, maka jika dilihat pada grafik Normal PP Plot of Regression Standardized Residual dari residual standarisasi regresi, data titik-titik akan cenderung berkelompok di sekitar garis diagonal (Habib and Risnawati, 2018).

Uji Multikolinearitas memiliki tujuan untuk untuk mengetahui apakah satu atau lebih variabel bebas dalam model regresi memiliki hubungan linier yang berarti satu sama lain. Menemukan hubungan yang kuat antara variabel independen adalah tujuan dari tahap ini. Agar model regresi dianggap baik, penting untuk menghindari multikolinearitas, yang berarti variabel bebas tidak boleh saling memiliki korelasi yang tinggi (Ghozali, 2016). Multikolinearitas terjadi dalam suatu model regresi ketika setidaknya satu atau lebih variabel independen memiliki hubungan linier yang sangat kuat, bahkan mungkin mencapai hubungan linier yang sempurna. Untuk mengidentifikasi tanda-tanda multikolinearitas, dapat dilihat dari nilai Variance Inflation Factor (VIF) dan Tolerance. Jika nilai VIF dari suatu variabel kurang dari 10 dan nilai Tolerance lebih besar dari 0,1, maka dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi multikolinearitas dalam model tersebut.

(Mardiatmoko, 2020).

Uji Heteroskedastisitas digunakan untuk mengevaluasi adanya variasi atau ketidakseragaman dalam varian residu pada model regresi di antara berbagai pengamatan. Hal untuk mengevaluasi apakah terdapat perbedaan yang signifikan antara varian dari satu residual dengan residual lainnya dalam model regresi. Salah satu persyaratan penting dalam model regresi adalah homoskedastisitas, yang

(11)

berarti varian residual dari satu pengamatan harus sebanding dengan varian residual dari pengamatan lainnya. Dengan kata lain, model regresi memerlukan adanya variasi varian yang ada (Montgomery et al., 2021). Uji Glejser dapat digunakan sebagai salah satu strategi untuk menentukan heteroskedastisitas. Fase ini memerlukan regresi pada variabel independen sambil memeriksa nilai residu absolut. Residu merupakan selisih antara variabel independen (X), yaitu keputusan pembelian, dengan nilai variabel dependen (Y), yaitu social media marketing dan store environment yang diprediksi. Nilai absolut dihitung agar hanya terdapat nilai positif. Jika nilai signifikansi antara variabel independen dan nilai absolut residual lebih besar dari 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat heteroskedastisitas atau kecocokan varians pada hasil analisis regresi. Ini berarti model regresi dapat dianggap akurat dan bebas dari faktor-faktor yang dapat menyebabkan ketidakakuratan pada analisisnya. (Mardiatmoko, 2020).

3. Analisis Regresi Linier Berganda

Tujuan utama dari regresi linier berganda adalah untuk menyelidiki bagaimana dua atau lebih variabel independen (bebas) berpengaruh terhadap variabel dependen (Y) dengan asumsi bahwa hubungannya berbentuk linier, yang artinya dapat diwakili oleh garis, antara variabel dependen (Y) dan setiap variabel independen (X). Dalam analisis ini, kita ingin memahami sejauh mana setiap variabel independen berkontribusi terhadap variasi variabel dependen, dan apakah hubungannya dapat dijelaskan dengan model garis lurus (Darma, 2021). Regresi linier berganda merupakan model matematika yang menggambarkan hubungan antara satu variabel dependen atau respons (Y) dengan dua atau lebih variabel

(12)

independen atau prediktor (X1, X2, ..., Xn). Tujuannya adalah untuk melakukan prediksi nilai variabel dependen (Y) berdasarkan nilai-nilai variabel independen yang telah diketahui (X1, X2, ..., Xn). Selain itu, penting untuk memahami arah hubungan antara variabel dependen dan variabel independen guna mengetahui bagaimana perubahan dalam variabel independen dapat mempengaruhi variabel dependen (Yuliara, 2016).

4. Uji Hipotesis

Dalam analisis regresi, ada tiga metode pengujian hipotesis, yaitu uji koefisien determinasi (R²), uji signifikansi parameter individual (uji statistik T), dan uji kelayakan model (uji statistik F). Koefisien determinasi (R²) merupakan proporsi dari total variansi Y yang dapat dijelaskan dengan garis regresi. Koefisien determinasi juga dapat dihitung sebagai kuadrat dari koefisien korelasi. Dalam hal ini, koefisien determinasi berperan dalam mengukur sejauh mana variabel independen mempengaruhi variabel dependen (Dewi, 2012). Koefisien determinasi (R²) juga berfungsi untuk menilai sejauh mana garis regresi sesuai dengan data yang diamati atau seberapa akurat garis tersebut merepresentasikan kumpulan data tersebut. Koefisien determinasi digunakan untuk mengetahui proporsi perubahan dalam keputusan pembelian yang dapat dijelaskan oleh pengaruh baik variabel dependen (Y) maupun variabel independen (X) yaitu social media marketing dan store environment. Semakin besar proporsi perubahan variabel dependen yang dapat dijelaskan oleh semakin besar variabel independen, maka nilai R² akan semakin tinggi. Jika nilai R² lebih kecil, artinya proporsi perubahan variabel dependen yang dapat dijelaskan oleh variabel independen juga lebih rendah.

(13)

Koefisien determinasi memiliki rentang antara 0 hingga 1. Apabila nilai R² mendekati satu, hal ini menunjukkan bahwa variabel independen (X) hampir secara keseluruhan mencakup informasi yang dibutuhkan untuk menjelaskan variabel dependen (Y). Meskipun demikian, perlu diingat bahwa penggunaan R² dapat menyebabkan bias jika jumlah variabel independen (X) yang dimasukkan dalam model tidak sesuai (Ghozali, 2012).

Pada penentuan apakah setiap variabel independen (bebas) memiliki pengaruh besar terhadap variabel dependen (terikat) dalam sebuah penelitian, uji statistik F digunakan. Dalam menentukan sebuah model regresi yang dibuat sesuai untuk pengujian hipotesis, uji statistik F digunakan dalam penelitian ini sebagai metode untuk mengukur validitas model. (Ghozali, 2016). Uji statistik F digunakan sebagai alat evaluasi untuk menguji apakah model regresi linier cocok dan sesuai dalam pengaruh interaksi dengan variabel bebas (X) terhadap variabel terikat (Y), atau sebagai ukuran seberapa akurat model regresi dalam memperkirakan nilai sebenarnya secara statistik. Adapun terdapat kriteria pengujian dalam mendeskripsikan nilainya:

P value < 0,05 menyatakan bahwa uji model ini layak untuk dalam penggunaan pada penelitian fit dengan data atau variabel independen kapabel dalam menjelaskan variabel dependen.

P value > 0,05 menyatakan bahwa uji model ini tidak layak dalam penggunaan pada penelitian dan variabel independen kapabel dalam menjelaskan variabel dependen.

Signifikansi > 0,05, maka model layak digunakan dalam penelitian, dan jika sebaliknya atau < 0,05, maka model tidak layak digunakan dalam penelitian.

(14)

Uji statistik t digunakan untuk mengukur seberapa besar pengaruh variabel independen (X) dalam menjelaskan perbedaan variabel dependen (Y). Untuk menentukan signifikansi, perbandingan dilakukan antara nilai Tstatistik (Thitung) dengan nilai Ttabel pada tingkat signifikansi 5%. Apabila nilai Tstatistik lebih besar dari nilai Ttabel, maka dapat diartikan bahwa variabel independen (X) pada penelitian ini yaitu terdiri dari social media marketing dan juga store environment memiliki pengaruh yang signifikan dan positif terhadap variabel dependen (Y) pada penelitian ini yaitu keputusan pembelian pada produk skincare MS Glow Samarinda (Ghozali, 2012). Dengan penjelasan hipotesis sebagai berikut:

Ho : β = 0, artinya variabel bebas (social media marketing dan store environment) secara mandiri tidak bisa mempengaruhi yang signifikan atas variabel terikat (keputusan pembelian).

Ha : β ≠ 0, artinya variabel bebas (social media marketing dan store environment) secara mandiri bisa mempengaruhi yang signifikan atas variabel terikat (keputusan pembelian).

Apabila nilai probabilitas signifikansi lebih besar dari 0,05, maka hipotesis nol (Ho) diterima dan hipotesis alternatif (Ha) ditolak. Sebaliknya, jika nilai probabilitas signifikansi lebih kecil dari 0,05, maka Ho ditolak dan Ha diterima. Selanjutnya untuk membandingkan nilai Thitung dengan nilai Ttabel, jika nilai Ttabel lebih besar dari nilai Thitung, maka Ho diterima dan Ha ditolak. Sebaliknya, jika nilai Ttabel lebih kecil dari nilai Thitung, maka Ho ditolak dan Ha diterima.

Referensi

Dokumen terkait

Analisis regresi linier berganda yaitu metode yang dipakai guna menggambarkan hubungan suatu variabel dependen dengan tiga atau lebih variabel independen. Metode ini dipilih

Analisis regresi linier berganda digunakan untuk mengetahui pengaruh variabel bebas terhadap variabel tidak bebas (terikat) atasperubahan dari setiap peningkatan

Hasil dari analisis regresi linier berganda secara parsial dalam melihat pengaruh variabel independen (X) yaitu bahwa emotional marketing dan pelayanan terhadap

Regresi linier berganda adalah analisa regresi yang menjelaskan hubungan antara variabel dependen atau variabel tak bebas dengan dua atau lebih variabel independen

Analisis regresi linier berganda digunakan untuk mengetahui hubungan fungsional antara variabel dependen dihubungkan dengan dua atau lebih variabel independen,

Analisis Regresi Linier Berganda Pada analisis regresi berganda berguna untuk mengukur hubungan antara dua variabel maupun lebih serta dapat menunjukkan arah

Pada penelitian ini, analisis regresi berganda digunakan untuk menjawab hipotesis yang telah diajukan oleh peneliti untuk mengetahui besar pengaruh variabel independen atau bebas

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi berganda untuk mengetahui seberapa besar pengaruh variabel independen terhadap variabel