• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH PEMANFAATAN POJOK BACA TERHADAP PEMBIASAAN BUDAYA LITERASI DI KELAS VA MIN 3 JEMBER TAHUN PELAJARAN 2021/2022

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2024

Membagikan "PENGARUH PEMANFAATAN POJOK BACA TERHADAP PEMBIASAAN BUDAYA LITERASI DI KELAS VA MIN 3 JEMBER TAHUN PELAJARAN 2021/2022"

Copied!
148
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH PEMANFAATAN POJOK BACA TERHADAP PEMBIASAAN BUDAYA LITERASI

DI KELAS VA MIN 3 JEMBER TAHUN PELAJARAN 2021/2022

SKRIPSI

Oleh :

LITSA NAILUL FAUZIYAH NIM T20184018

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI KIAI HAJI ACHMAD SIDDIQ JEMBER FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

2022

(2)

i

PENGARUH PEMANFAATAN POJOK BACA TERHADAP PEMBIASAAN BUDAYA LITERASI

DI KELAS VA MIN 3 JEMBER TAHUN PELAJARAN 2021/2022

SKRIPSI

Diajukan kepada Universitas Islam Negeri Kiai Haji Achmad Siddiq Jember Untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh

gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan

Jurusan Pendidikan Islam

Program Studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah

Oleh :

LITSA NAILUL FAUZIYAH NIM T20184018

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI KIAI HAJI ACHMAD SIDDIQ JEMBER FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

2022

(3)

ii

(4)

iii

(5)

iv

MOTTO

(۳) ُمَرْكَْلْٱ َكُّبَرَو ْأَرْ قٱ(۲) ٍقَلَع ْنِم َناَسْنِْلْا َقَلَخ (۱) َقَلَخ ىِذَّلٱ َكِّبَر ِمْسٱِب ْأَرْ قٱ (٥) ِمَلَقْلٱِب َمَّلَع ىِذَّلٱ(٤) ِمَلَقْلٱِب َمَّلَع ىِذَّلٱ

“Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan(1)Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah(2)Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha mulia(3)Yang mengajar (manusia) dengan pena(4)Dia mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya(5).” (Al-Alaq : [30]1-5)*

_________________________

* Kementrian Agama RI, Al-Qur’an Tajwid dan Terjemah, (Bandung: Penerbit Diponegoro, 2020), 527.

(6)

v

PERSEMBAHAN

Puji Syukur saya haturkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat serta senantiasa mengilhamkan inspirasi dalam menyelesaikan tugas akhir ini. Sholawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada baginda Nabi Muhammad SAW, yang telah menunjukkan kebenaran mutlak yaitu agama islam, dan karya ini saya persembahkan untuk orang tuaku ayah Nur Fauzi dan ibu Farida yang selalu memberikan dukungan moral maupun materi dan doa yang tiada henti untuk kesuksesanku, terimakasih atas ketulusan perjuanganya dalam mendidik, menyayangi mencintai dan memperjuangkanku hingga saat ini. Semoga Allah senantiasa menjadikan ayah dan ibu manusia yang tetap sabar, diberi kenikmatan, kebarokahan umur dan rizqi, dan senantiasa dalam lindungan Allah.

Serta adikku tersayang Mochammad Ikmalul Farhan dan Naira Jauza Syafa yang selalu menghibur saya ketika jenuh mengerjakan skripsi.

(7)

vi

ABSTRAK

Litsa Nailul Fauziyah, 2022, Pengaruh Pemanfaatan Pojok Baca terhadap Pembiasaan Budaya Literasi di Kelas VA MIN 3 Jember Tahun Pelajaran 2021/2022.

Kata Kunci: Pojok Baca, Budaya Literasi, Kelas VA

Penelitian ini dilatar belakangi oleh rendahnya tingkat literasi di Indonesia berdasarkan uji literasi yang telah dilakukan oleh Programme for International Student Assesment (PISA) pada tahun 2018, sehingga pemerintah mengeluarkan Permendikbud Nomor 23 Tahun 2015 tentang penumbuhan budi pekerti luhur kepada peserta didik dengan mengembangkan Gerakan Literasi Sekolah (GLS).

Salah satu sekolah yang telah menerapkan program GLS ialah MIN 3 Jember.

MIN 3 Jember menerapkan GLS dengan memanfaatkan pojok baca sebagai salah satu usaha untuk membiasakan budaya literasi.

Rumusan masalah penelitian ini adalah: 1) Adakah pengaruh pemanfaatan pojok baca terhadap pembiasaan budaya literasi di kelas VA MIN 3 Jember tahun pelajaran 2021/2022?. 2) Seberapa besar pengaruh pemanfaatan pojok baca terhadap pembiasaan budaya literasi di kelas VA MIN 3 Jember tahun pelajaran 2021/2022.

Tujuan penelitian ini adalah: 1) untuk mengetahui pengaruh pemanfaatan pojok baca terhadap pembiasaan budaya literasi di kelas VA MIN 3 Jember tahun pelajaran 2021/2022. 2) untuk mengetahui besarnya pengaruh pemanfaatan pojok baca terhadap pembiasaan budaya literasi di kelas VA MIN 3 Jember tahun pelajaran 2021/2022.

Pendekatan pada penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif dengan jenis survey. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas V yang berjumlah 61 dan teknik pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan purposive sampling, dengan jumlah sampel 32 responden. Teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu kuisioner/angket dan dokumentasi. Teknik analisis data yang digunakan pada penelitian ini yaitu analisis regresi linier sederhana dan koefisien determinasi.

Berdasarkan hasil yang telah diolah, diperoleh data sebagai berikut: 1) Ada pengaruh yang signifikan dengan hasil tabel coefficients perhitungan regresi linier sederhana bahwa nilai Thitung sebesar 4,149 dan nilai Ttabel pada tabel statistik dengan signifikansi 0,05 adalah sebesar 2,042. Karena Thitung (4,149) > Ttabel

(2,042) maka, H0 ditolak; 2) Besar pengaruh diperoleh dari koefisien determinasi (R Square) sebesar 0,365. Hasil R square sebesar 0,365 tergolong kategori interval 0,20 – 0,399, maka dapat disimpulkan bahwa nilai R Square termasuk kategori rendah. Besar persentase pengaruh variabel pojok baca terhadap variabel budaya literasi adalah sebesar 36,5%. Sedangkan 63,5% dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak dibahas pada penelitian ini.

(8)

vii

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karuniaNya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh Pemanfaatan Pojok Baca terhadap Pembiasaan Budaya Literasi di Kelas VA MIN 3 Jember Tahun Pelajaran 2021/2022”. Shalawat dan salam senantiasa tetap terlimpahkan kepada Rasulullah SAW yang telah membawa kita dari zaman kebodohan menuju zaman ilmu pengetahuan dan teknologi.

Selama penulisan skripsi ini, penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki penulis. Oleh karena itu, penulis mengharapkan segala bentuk saran serta masukan bahkan kritik yang membangun dari berbagai pihak demi kesempurnan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa penulisan ini tidak dapat terselesaikan tanpa dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah membimbing dan membantu dalam penyusunan skripsi ini terutama kepada:

1. Bapak Prof. Dr. H. Babun Suharto, SE, MM selaku Rektor Universitas Islam Negeri (UIN) Kiai Haji Achmad Siddiq Jember yang telah menerima penulis sebagai mahasiswi UIN Kiai Haji Achmad Siddiq Jember.

2. Ibu Prof. Dr. Hj. Mukni’ah, M.Pd.I selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan yang telah melancarkan proses persetujuan dalam skripsi ini.

3. Bapak Dr. Rif’an Humaidi, M.Pd.I selaku Ketua Jurusan Pendidikan Islam.

4. Bapak Dr. Hartono, M.Pd. selaku Koordinator Program Studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah yang telah melancarkan proses sidang skripsi.

(9)

viii

5. Ibu Dr. Lailatul Usriyah, M.Pd.I selaku dosen Pembimbing Skripsi yang telah berkenan memberikan tambahan ilmu dan solusi pada setiap permasalahan dalam penulisan skripsi ini.

6. Bapak / Ibu dosen khususnya Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan yang telah memberikan ilmu serta pengetahuan kepada peneliti selama di bangku kuliah, dan juga segenap civitas akademika UIN Kiai Haji Achmad Siddiq Jember.

7. Teman-teman Alumni BPUI Minhajut Thullab yang dengan setia menemani penulis mengerjakan skripsi saat penulis membutuhkan masukan.

8. Teman-teman PGMI D1 yang selalu membantu dan memberi dukungan dari awal perkuliahan hingga saat ini.

9. Teman-teman KKN yang selalu membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

10. Kepala madrasah bapak Nasiruddin F, S.Pd.I, M.Pd. dan segenap dewan Guru MIN 3 Jember yang telah memberi izin dan membantu kelancaran penelitian ini.

11. Seluruh responden yang bersedia meluangkan waktu dalam mengisi kuisioner (angket) sebagai instrument pengumpulan data pada penelitian ini

Penulis hanya mampu berdoa semoga amal kebaikan, bantuan serta partisipasi mereka mendapat balasan dari Allah SWT. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat dalam pengembangan keilmuan bagi para pembaca dan semua pihak.

Jember, 10 Mei 2022

Penulis

(10)

ix

DAFTAR ISI

Hal

HALAMAN SAMPUL ... i

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

PENGESAHAN TIM PENGUJI ... iii

MOTTO ... iv

PERSEMBAHAN ... v

ABSTRAK ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Tujuan Penelitian ... 5

D. Manfaat Penelitian ... 6

E. Ruang Lingkup Penelitian ... 7

F. Definisi Operasional... 9

G. Asumsi Penelitian ... 11

H. Hipotesis ... 12

I. Sistematika Pembahasan ... 12

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulu ... 14

B. Kajian Teori ... 20

C. Kerangka Penelitian ... 37

BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian... 39

B. Populasi dan Sampel ... 40

(11)

x

C. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data ... 41

D. Analisis Data ... 51

BAB IV PENYAJIAN DATA DAN ANALISIS A. Gambaran Obyek Penelitian ... 63

B. Penyajian Data ... 70

C. Analisis dan Pengujian Hipotesis ... 72

D. Pembahasan ... 80

BAB V PENUTUP A. Simpulan ... 83

B. Saran-saran ... 84

DAFTAR PUSTAKA ... 85 LAMPIRAN - LAMPIRAN

(12)

xi

DAFTAR TABEL

No Uraian Hal

Tabel 1.1 Indikator Penelitian ... 8

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu ... 17

Tabel 2.2 Konten Bacaan Peserta Didik ... 26

Tabel 3.1 Jumlah Populasi Siswa Kelas V MIN 3 Jember ... 40

Tabel 3.2 Kisi-kisi Instrumen (X) Pojok Baca ... 43

Tabel 3.3 Kisi-kisi Instrumen (Y) Budaya Litrasi ... 43

Tabel 3.4 Kategori Klasifikasi Validitas ... 46

Tabel 3.5 Hasil Perhitungan Uji Validitas Isi (X) Pojok Baca ... 46

Tabel 3.6 Hasil Perhitungan Uji Validitas Isi (Y) Budaya Literasi ... 47

Tabel 3.7 Kategori Tingkatan Reliabilitas Menurut McHugh ... 49

Tabel 3.8 Hasil Perhitungan Uji Reliabilitas (X) Pojok Baca ... 50

Tabel 3.9 Hasil Perhitungan Uji Reliabilitas (X) Budaya Literasi ... 51

Tabel 3.10 Kategori Nilai R square ... 62

Tabel 4.1 Sarana dan Prasarana MIN 3 Jember ... 68

Tabel 4.2 Guru dan Tenaga Kependidikan MIN 3 Jember ... 69

Tabel 4.3 Data Hasil Penelitian Variabel (X) Pojok Baca ... 70

Tabel 4.4 Data Hasil Penelitian Variabel (Y) Budaya Literasi ... 71

Tabel 4.5 Hasil Perhitungan Statistik Deskriptif ... 73

Tabel 4.6 Hasil Perhitungan Uji Normalitas ... 75

Tabel 4.7 Hasil Perhitungan Uji Linearitas ... 76

Tabel 4.8 Hasil Perhitungan Uji Heteroskedastisitas ... 77

Tabel 4.9 Hasil Perhitungan Uji Regresi Linier Sederhana ... 78

Tabel 4.10 Hasil Perhitungan Uji Koefisien Determinasi ... 79

(13)

xii

DAFTAR GAMBAR

No. Uraian Hal

Gambar 2.1 Bagan Kerangka Penelitian ... 37

(14)

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

No. Uraian

Lampiran 1 Matrik Penelitian ... 91

Lampiran 2 Kuisioner Pojok Baca ... 94

Lampiran 3 Kuisioner Budaya Literasi ... 95

Lampiran 4 Lembar Validasi Kuisioner Pojok Baca ... 96

Lampiran 5 Lembar Validasi Kuisioner Budaya Literasi ... 102

Lampiran 6 Uji Validitas Pojok Baca ... 108

Lampiran 7 Uji Validitas Budaya Literasi ... 109

Lampiran 8 Uji Reliabilitas Pojok Baca ... 110

Lampiran 9 Uji Reliabilitas Budaya Literasi ... 111

Lampiran 10 Nama Responden Penelitian ... 112

Lampiran 11 Pengisian Kuisioner Pojok Baca ... 113

Lampiran 12 Pengisian Koesioner Budaya Literasi ... 114

Lampiran 13 Hasil Kuisioner Pojok Baca ... 115

Lampiran 14 Hasil Kuisioner Budaya Literasi ... 117

Lampiran 15 Uji Normalitas ... 119

Lampiran 16 Uji Linearitas ... 120

Lampiran 17 Uji Heteroskedastisitas ... 121

Lampiran 18 Uji Statistik Deskriptif ... 122

Lampiran 19 Uji Regresi Linier Sederhana ... 123

Lampiran 20 Uji Koefisien Determinasi ... 124

Lampiran 21 Tabel Nilai Distribusi T ... 125

Lampiran 22 Dokumentasi Penelitian ... 126

Lampiran 23 Gambar/Denah Penelitian ... 128

Lampiran 24 Surat Izin Penelitian... 130

Lampiran 25 Surat Keterangan telah Melakukan Penelitian... 131

Lampiran 26 Jurnal Kegiatan ... 132

Lampiran 27 Kartu Konsultasi Bimbingan Skripsi ... 133

Lampiran 28 Biodata ... 134

(15)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan menjadi kebutuhan primer bagi kehidupan manusia sebagai sarana dalam melakukan transmisi dan transformasi baik nilai maupun ilmu pengetahuan. Pendidikan sebagai proses untuk meningkatkan, memperbaiki, mengubah pengetahuan, keterampilan, sikap serta prilaku seseorang dalam usaha mencerdaskan kehidupan manusia melalui kegiatan bimbingan pengajar dan pelatihan. Proses pelaksanaannya secara teoritis maupun praktis, pendidikan memerlukan landasan dan pedoman untuk berlangsungnya pembelajaran.

Pendidikan sangat dibutuhkan untuk perkembangan suatu pengetahuan yang menghasilkan output berkualitas. Pendidikan diselenggarakan dengan mengembangkan budaya membaca, menulis dan berhitung. Membaca menjadi salah satu pintu untuk mendapatkan pengetahuan, seperti yang dijelaskan dalam konteks agama pada Q.S Al-Alaq ayat 1-5:

(۳) ُمَرْكَْلْٱ َكُّبَرَو ْأَرْ قٱ(۲) ٍقَلَع ْنِم َناَسْنِْلْا َقَلَخ (۱) َقَلَخ ىِذَّلٱ َكِّبَر ِمْسٱِب ْأَرْ قٱ (٥) ِمَلَقْلٱِب َمَّلَع ىِذَّلٱ(٤) ِمَلَقْلٱِب َم َّلَع ىِذَّلٱ

Artinya : Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan(1)Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah(2)Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha mulia(3)Yang mengajar (manusia) dengan pena(4)Dia mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya(5)1

1Kementrian Agama RI, Al-Qur’an Tajwid dan Terjemah, (Bandung: Penerbit Diponegoro, 2020), 597.

(16)

Ayat di atas menjelaskan bahwa wahyu pertama dengan perintah iqra’

yang bermakna membaca, merupakan benih dari lahirnya tradisi literasi, ayat tersebut dijadikan rujukan untuk mengembangkan konsep budaya literasi.

Karena ketika dalam proses pendidikan terkonsep dengan baik, maka pembelajaran dapat dilaksanakan dengan optimal. Literasi dimanfaatkan sebagai landasan dan pedoman dalam memperoleh keluasan ilmu, hikmah dan rahasia-Nya, tidak hanya dalam konteks religi. Literasi dimanfaatkan dalam sebuah pendidikan formal yang ada di Indonesia.

Dunia pendidikan tentunya tidak asing lagi dengan kata literasi, kemampuan literasi pada dasarnya dapat diartikan sebagai keterampilan membaca, menulis serta menganalisis. Ranah pendidikan menjelaskan literasi sebagai kunci untuk membuka pengetahuan dan wawasan peserta didik.

Namun tingkat literasi yang dimiliki peserta didik masih tergolong rendah, hal tersebut berdasarkan dengan uji literasi yang telah dilakukan.

Uji literasi mengukur aspek memahami, menggunakan, dan merefleksikan hasil membaca dalam bentuk tulisan. Menurut uji literasi yang telah dilakukan oleh Programme for International Student Assesment (PISA) 2018, Indonesia memperoleh hasil seperti tahun-tahun sebelumnya, perolehan peringkat Indonesia tidak memuaskan. Survei 2018 itu lagi-lagi menempatkan Indonesia dijajaran nilai terendah terhadap pengukuran membaca, matematika, dan sains. Pada kategori kemampuan membaca, Indonesia menempati peringkat ke-6 dari bawah (74) dengan skor rata-rata 371. Turun dari peringkat 64 pada tahun 2015. Berdasarkan data di atas khususnya dalam

(17)

keterampilan memahami bacaan, menunjukkan bahwa kompetensi peserta didik di Indonesia tergolong rendah.2

Rendahnya keterampilan tersebut membuktikan bahwa proses pendidikan belum optimal, sehingga untuk mengembangkannya pemerintah mengeluarkan Peraturan Menteri pendidikan dan kebudayaan (Permendikbud) Nomor 23 Tahun 2015 tentang penumbuhan budi pekerti luhur kepada peserta didik dengan mengembangkan Gerakan Literasi Sekolah (GLS).3 GLS adalah upaya menyeluruh yang melibatkan semua warga sekolah (guru, peserta didik, orang tua/wali murid) dan masyarakat, sebagai bagian dari ekosistem pendidikan.

GLS menjadi kegiatan yang wajib dilakukan untuk meningkatkan literasi di Indonesia. Salah satu kegiatan di dalam GLS adalah “kegiatan pembiasaan, yaitu 15 menit membaca buku nonpelajaran sebelum waktu belajar dimulai”. Kegiatan ini dilaksanakan dengan tujuan menumbuhkan minat baca peserta didik serta meningkatkan keterampilan membaca agar pengetahuan dapat dikuasai secara lebih baik. Materi baca berisi nilai-nilai budi pekerti, berupa kearifan lokal, nasional, dan global yang disampaikan sesuai tahap perkembangan peserta didik.4

2 Kemendikbud, Panduan Gerakan Literasi Sekolah di Sekolah Dasar (Jakarta:

Direktorat Pembinaan Sekolah Dasar, Direktorat Jendral Pendidikan Dasar dan Menengah, 2019),1.

3Sari Ika Fadilah Ratna “Konsep dasar gerakan literasi sekolah pada permendikbud nomor 23 tahun 2015 tentang penumbuhan budi pekerti” Al Bidayah: Jurnal Pendidikan Dasar Islam, Vol 10. No 1 (2018): 89-100, https://doi.org/10.14421/al-bidayah.v10i1.131

4 Yulisa Wandasari “Implementasi Gerakan Literasi Sekolah (GLS) sebagai Pembentuk Pendidikan Karakter” JMKSP: Jurnal Manajemen, Kepemimpinan, dan Supervisi Pendidikan, Vol 2. No 2 (2017): 325-342, https://doi.org/10.31851/jmksp.v2i2.1480

(18)

Lembaga pendidikan Sekolah Dasar di kabupaten Jember belum sepenuhnya menerapkan GLS yang telah menjadi program kementrian Pendidikan dan Kebudayaan, sehingga berpengaruh kepada perbedaan dalam literasi antara sekolah satu dengan sekolah lainnya.

Peneliti mengambil lokasi di MIN 3 Jember yang mana merupakan sekolah yang sudah baik reputasi dan dipercaya oleh masyarakat setempat untuk menitipkan anaknya dalam menuntut ilmu. MIN 3 Jember merupakan salah satu sekolah yang menerapkan program GLS dengan fasilitas yang memenuhi kriteria mapan dalam bidang literasi. Keterlibatan sekolah sangatlah penting dalam menerapkan suatu program dan pihak sekolah perlu memberikan fasilitas untuk berlangsungnya kegiatan. Salah satu fasilitas yang mendukung program GLS ialah pojok baca. Pojok baca merupakan perpustakaan kecil di dalam kelas yang memudahkan peserta didik dalam mencari sumber bacaan. Berdasarkan prariset yang dilakukan, peneliti tertarik untuk meneliti tentang pojok baca yang mana merupakan fasilitas untuk mendukung GLS. MIN 3 Jember mengembangkan budaya literasi untuk meningkatkan literasi peserta didik dengan memanfaatkan pojok baca.

Keberadaan pojok baca diharapkan dapat membantu peserta didik dalam mengoptimalkan budaya literasi.5 Selain program pojok baca, MIN 3 Jember memiliki program mendadak baca, program mendadak baca tersebut dilakukan dengan membuka stand baca yang rutin dilakukan setiap jam istirahat, hal tersebut menambah daya tarik peserta didik pada bidang literasi.

5 Observasi di MIN 3 Jember, 28 September 2021

(19)

Pada penelitian ini peneliti fokus pada program pojok baca yang dilakukan di kelas VA. Alasan peneliti memilih kelas VA sebagai sampel penelitian, karena kelas VA lebih mudah memperoleh data dan dirasa mampu menilai sesuai keadaan yang sebenarnya. Serta ditinjau dari pengalaman guru, dan peserta didik yang mendukung pemanfaatan pojok baca terhadap pembiasaan budaya literasi.

Berdasarkan pernyataan yang telah dijelaskan, maka peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul “Pengaruh Pemanfaatan Pojok Baca terhadap Pembiasaan Budaya Literasi di Kelas VA MIN 3 Jember Tahun Pelajaran 2021/2022”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, terdapat beberapa rumusan masalah yang akan dikaji sebagai berikut:

1. Adakah pengaruh pemanfaatan pojok baca terhadap pembiasaan budaya literasi di kelas VA MIN 3 Jember tahun pelajaran 2021/2022?

2. Seberapa besar pengaruh pemanfaatan pojok baca terhadap pembiasaan budaya literasi di kelas VA MIN 3 Jember tahun pelajaran 2021/2022?

C. Tujuan Penelitian

Berkaitan dengan rumusan masalah yang peneliti kaji, maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui pengaruh pemanfaatan pojok baca terhadap pembiasaan budaya literasi di kelas VA MIN 3 Jember Tahun Pelajaran 2021/2022.

(20)

2. Untuk mengetahui besarnya pengaruh pemanfaatan pojok baca terhadap pembiasaan budaya literasi di kelas VA MIN 3 Jember Tahun Pelajaran 2021/2022.

D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi pengembangan ilmu khususnya bagi pihak-pihak yang berkompeten dengan permasalahan yang diangkat dan dapat memperkaya wawasan keilmuan yang kemudian menjadi bahan kajian dan pengembangan keilmuan, khususnya dalam budaya literasi serta membuktikan kebenaran teoritis pendapat para ahli pendidikan.

2. Manfaat Praktis

Hasil Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi:

a. Bagi MIN 3 Jember

Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat memberikan inspirasi bagi MIN 3 Jember dalam rangka memanfaatkan pojok baca terhadap pembiasaan budaya literasi. Serta sebagai bahan referensi untuk membuat pojok baca dan meningkatkan kualitas pojok baca yang sudah ada.

b. Bagi UIN KH Achmad Siddiq Jember

Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai tambahan literatur dan referensi terkait pengaruh pemanfaatan pojok baca terhadap pembiasaan budaya literasi.

(21)

c. Bagi Peneliti Lain

Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai tambahan literatur dan referensi apabila ingin melakukan penelitian dengan pembahasan yang sama.

d. Bagi Masyarakat

Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan ilmu pengetahuan dan wawasan yang lebih luas, khususnya bagi para orangtua dalam memberikan arahan kepada anak-anaknya untuk menerapkan budaya literasi.

E. Ruang Lingkup Penelitian 1. Variabel Penelitian

Variabel penelitian adalah gejala variabel yang bervariasai yaitu faktor-faktor yang dapat berubah-ubah ataupun dapat diubah untuk tujuan penelitian. Variabel penelitian perlu ditentukan dan dijelaskan agar alur hubungan dua atau lebih variabel dalam penelitian dapat dicari dan dianalisis.6 Pada bagian variabel peneliti harus menentukan variabel secara tegas dan jelas mana yang menjadi variabel bebas dan mana variabel terikatnya.7 Adapun variabel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Variabel Independen (X)

Variabel bebas (independent variabel) yaitu merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya

6 Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Kuantitatif Komunikasi, Ekonomi, dan Kebijakan Publik Serta Ilmu-Ilmu Sosial Lainya (Jakarta: Kencana, 2017), 103.

7 Tim Penyusun, Pedoman Penulisan Karya Ilmiah UIN KHAS Jember (Jember: UIN KHAS Jember, 2021), 39.

(22)

atau timbulnya variabel terikat (dependent variabel).8 Dalam variabel bebas ini disimbolkan dengan X. Dalam penelitian ini variabel bebasnya yaitu: Pojok Baca

b. Variabel Dependen (Y)

Variabel terikat (dependent variable) yaitu merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas. Dalam variabel terikat ini disimbolkan dengan Y. Dalam penelitian ini variabel terikatnya yaitu: Budaya Literasi

2. Indikator Variabel

Indikator variabel merupakann rujukan empiris dari variabel yang diteliti. Indikator ini nantinya akan dijadikan sebagai dasar dalam membuat butir-butir atau item pertanyaan dalam angket, wawancara dan observasi.9 Adapun indikator dalam penelitian ini sebagai berikut:

Tabel 1.1 Indikator Penelitian

No. Variabel Sub Variabel Indikator

1 2 3 4

1. Pojok Baca

Ketertarikan mengunjungi pojok

baca

a. Penataan pojok baca b. Suasana pojok baca Ketertarikan

terhadap buku di pojok baca

a. Relevansi dengan kebutuhan peserta didik b. Koleksi buku bacaan c. Variasi jenis buku bacaan Aktivitas

pemanfaatan pojok baca

a. Pemanfaatan dalam kegiatan belajar mengajar b. Menambah wawasan c. Motivasi membaca

8Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D (Bandung: Alfabeta, 2019), 69.

9 Tim Penyusun, Pedoman, 39.

(23)

No. Variabel Sub Variabel Indikator

1 2 3 4

d. Meningkatkan minat baca

2. Budaya Literasi

Emosi (perasaan)

a. Kesenangan terhadap kegiatan membaca b. Rasa senang terhadap

bacaan

c. Keinginan membaca Kognisi

a. Kesadaran manfaat membaca

b. Kebutuhan terhadap bacaan

Frekuensi membaca

a. Waktu yang digunakan untuk membaca

b. Jumlah buku yang dibaca Kualitas bacaan

a. Keberagaman bacaan b. Usaha mendapatkan

sumber bacaan F. Definisi Operasional

Definisi operasional adalah definisi yang digunakan sebagai pijakan pengukuran secara empiris terhadap variabel penelitian dengan rumusan yang didasarkan pada indikator variabel.10 Maka peneliti memberikan definisi untuk setiap variabel yang diteliti yaitu :

1. Pengaruh

Pengaruh adalah sebuah kekuatan baik dari benda ataupun individu yang dapat merubah, membentuk watak, dan memberikan dampak terhadap di sekitarnya. Pengaruh dapat diartikan kekuatan yang berasal dari orang lain atau benda lain yang dapat mempengaruhi dalam melaksanakan tugas ataupun tanggung jawab. Pada penelitian ini ada variabel yang mempengaruhi dan variabel yang dipengaruhi. variabel yang

10 Tim Penyusun, Pedoman, 40.

(24)

mempengaruhi pada penelitian ini adalah variabel pojok baca, sedangkan variabel yang dipengaruhi ialah variabel budaya literasi.

2. Pemanfaatan Pojok Baca

Pemanfaatan merupakan suatu cara atau proses dalam memanfaatkan pojok baca. Sedangkan pojok baca merupakan perpustakaan kecil yang berada di dalam kelas VA MIN 3 Jember, dengan menyediakan buku-buku dan bahan bacaan yang menyenangkan serta dikreasikan semenarik mungkin.

Pemanfaatan pojok baca dapat diartikan sebagai proses memanfaatkan perpustakaan kecil yang berada di dalam kelas VA MIN 3 Jember, dengan menyediakan buku-buku dan bahan bacaan yang menyenangkan serta dikreasikan semenarik mungkin.

3. Pembiasaan Budaya Literasi

Pembiasaan merupakan segala sesuatu yang dilakukan secara berulang. Pembiasaan pada penelitian ini merupakan tahap pertama pada program GLS yang dilakukan secara rutin selama 15 menit sebelum pembelajaran dimulai dan saat jam istirahat di kelas VA MIN 3 Jember.

Sedangkan budaya literasi merupakan hasil dari tahap pembiasaan pada program GLS yang dilakukan secara rutin sehingga menjadi budaya untuk meningkatkan pemahaman, pengetahuan dan wawasan peserta didik melalui kegiatan membaca.

Pembiasaan budaya literasi dapat diartikan sebagai kegiatan membaca yang dilakukan secara rutin selama 15 menit sebelum

(25)

pembelajaran dimulai dan saat jam istirahat oleh peserta didik kelas VA MIN 3 Jember sehingga menjadi budaya untuk meningkatkan pemahaman, pengetahuan dan wawasan peserta didik.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pengaruh pemanfaatan pojok baca terhadap pembiasaan budaya literasi merupakan suatu proses memanfaatkan perpustakaan kecil yang berada di dalam kelas VA MIN 3 Jember, dengan menyediakan buku-buku dan bahan bacaan yang menyenangkan serta dikreasikan semenarik mungkin dan digunakan untuk mempengaruhi peserta didik agar membaca secara rutin selama 15 menit sebelum pembelajaran dimulai dan saat jam istirahat sehingga menjadi budaya meningkatkan pemahaman, pengetahuan dan wawasan.

G. Asumsi Penelitian

Asumsi penelitian biasa disebut sebagai anggapan dasar, yaitu sebuah titik tolak pemikiran yang kebenarannya diterima oleh peneliti. Anggapan dasar ini harus dirumuskan dengan jelas sebelum peneliti melangkah ke langkah selanjutnya yaitu mengumpulkan data. Anggapan dasar ini berfungsi untuk mempertegas variabel yang menjadi pusat perhatian penelitian dan merumuskan hipotesis.11

Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini meliputi pojok baca dan budaya literasi. Kedua variabel tersebut digunakan untuk melihat pengaruh pemanfaatan pojok baca terhadap pembiasaan budaya literasi di kelas VA MIN 3 Jember. Pojok baca merupakan faktor yang sangat penting

11 Tim Penyusun, Pedoman, 41.

(26)

dalam melihat perubahan budaya literasi peserta didik. Budaya literasi menjadi acuan dalam pojok baca dikalangan peserta didik.

Sehingga penelitian ini dapat diasumsikan bahwa terdapat pengaruh pemanfaatan pojok baca terhadap pembiasaan budaya literasi di kelas VA MIN 3 Jember tahun pelajaran 2021/2022.

H. Hipotesis

Hipotesis adalah sebuah taksiran atau referensi yang dirumuskan serta diterima untuk sementara yang dapat menerangkan fakta atau kondisi yang diamati, dan digunakan sebagai petunjuk untuk langkah-langkah penelitian selanjutnya.12

Definisi di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa hipotesis adalah suatu jawaban sementara yang harus dicari dan dibuktikan kebenarannya.

1. Ha : Ada Pengaruh Pemanfaatan Pojok Baca terhadap Pembiasaan Budaya Literasi di kelas VA MIN 3 Jember Tahun Pelajaran 2021/2022.

2. H0 : Tidak Ada Pengaruh Pemanfaatan Pojok Baca terhadap Pembiasaan Budaya Literasi di kelas VA MIN 3 Jember Tahun Pelajaran 2021/2022.

I. Sistematika Pembahasan

Sistematika pembahasan skripsi ini disusun berdasarkan pedoman skripsi yang terdiri dari beberapa bab, dalam tiap-tiap bab tersebut terdiri dari beberapa sub bagian sistematika pembahasan, yaitu:

12 Muslich Anshori Sri Iswati, Metodologi Penelitian Kuantitatif (Surabaya: Airlangga University Press, 2017), 46.

(27)

Bab Satu Pendahuluan, pada bab ini berisi uraian tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, definisi operasional, asumsi penelitian, hipotesis dan sistematika pembahasan.

Bab Dua Kajian Pustaka, pada bab ini berisi uraian tentang penelitian terdahulu dan kajian teori.

Bab Tiga Metode Penelitian, pada bab ini berisi uraian tentang pendekatan dan jenis penelitian, populasi dan sampel, teknik dan instrumen pengumpulan data, dan analisis data.

Bab Empat Penyajian Data dan Analisis, pada bab ini berisi uraian tentang gambaran obyek penelitian, penyajian data, analisis dan pengujian hipotesis, dan pembahasan.

Bab Lima Penutup, pada bab ini berisi uraian tentang simpulan dan saran-saran.

(28)

14

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu atau kajian terdahulu merupakan sesuatu yang berkaitan dengan penelitian yang hendak dilakukan, kemudian membuat ringkasannya, baik penelitian yang sudah dipublikasikan atau belum.13

Beberapa penelitian yang telah dilakukan yang berkaitan dengan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Pengaruh penerapan pojok baca di sekolah dasar terhadap minat baca peserta didik. Skripsi ini dilakukan oleh Anisafitri mahasiswa Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Jakarta 2018. Hasil penelitian menunjukkan hasil uji analisi regresi linier sederhana diketahui nilai t hitung sebesar 4,311. Nilai t tabel pada tabel statistik dengan signifikansi 0,05 dengan df = n-2 atau 48-2 = 46 adalah sebesar 2,013.

Karena t hitung (4,311) > t tabel (2,013) maka pojok baca berpengaruh terhadap minat baca. Nilai R2 (R Square) adalah 0,288. Maka, sumbangan pengaruh dari variabel pojok baca yaitu sebesar 28,8% sedangkan sisanya sebesar 71,2% dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak diteliti.

Kesimpulannya, terdapat pengaruh penerapan pojok baca di sekolah dasar terhadap minat baca peserta didik kelas IV dan V SDI Al Barkah sebesar 28,8%.14

13 Tim Penyusun, Pedoman, 40.

14 Anisafitri. Pengaruh penerapan pojok baca di sekolah dasar terhadap minat baca peserta didik (Skripsi, Universitas Muhammadiyah Jakarta, 2018)

(29)

2. The implementation of reading corner and teacher modeling in Indonesian learning through psycholinguistic approach. Jurnal ini dilakukakan oleh Khoiriyatun Ni’mah LP Ma’arif Mangunsari Salatiga 2018. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1) siswa memiliki motivasi dan kesadaran membaca yang tinggi; 2) menciptakan suasana belajar yang kondusif bagi siswa untuk belajar; 3) cara siswa belajar secara terbuka tidak semata-mata mengandalkan transfer ilmu dari guru; 4) munculnya minat untuk bertanya dan berdiskusi informasi yang diperoleh dari membaca; 5) munculnya keberanian siswa dalam menyampaikan gagasan hasil pemahaman dari pembelajaran; 6) pengetahuan dikembangkan; 7) penguasaan kosakata siswa semakin baik; 8) meningkatkan kemampuan akademik siswa.15 3. Upaya guru dalam pemanfaatan pojok baca untuk menumbuhkan minat

baca peserta didik di kelas III Madrasah Ibtidaiyah Swasta Nurul Yaqin Simpang Sungai Duren Muaro Jambi. Skripsi ini dilakukan oleh Maharani mahasiswa Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Sultan Thaha Saifuddin Jambi 2020. Hasil penelitian menunjukan bahwasanya upaya guru dalam pemanfaatan pojok baca untuk menumbuhkan minat baca peserta didik yaitu, (1). Mendorong anak bercerita tentang apa yang telah dibacanya, (2). Tukar buku dengan teman, (3). Menyediakan buku yang menarik minat baca peserta didik, (4). Menyediakan waktu membaca, dan (5).

Memberikan hadiah. Kendala dalam menumbuhkan minat baca peserta didik tersebut ialah, minimnya ruangan kelas, kurangnya variasi buku atau

15 Khoiriyatun Ni’mah. “The implementation of reading corner and teacher modeling in Indonesian learning through psycholinguistic approach”. MUDARRISA: Jurnal Kajian Pendidikan Islam, 10(1), 2018. 47-72. https://doi.org/10.18326/mdr.v10i1.47-72

(30)

keterbatasan buku dan terdapat peserta didik yang tidak suka membaca.

Adapun untuk mengatasi kendala tersebut yaitu membuat dekorasi pojok baca yang rapi dan indah, meminta pihak sekolah menaikan anggaran perpustakaan, dan memberikan motivasi serta dukungan. Hasil dari penelitian ini bahwasannya Adanya pojok baca membuat peserta didik senang dan lebih giat dalam membaca.16

4. Improving Cognitive Development of Students by Reading Corner Program in Elementary School level. Jurnal ini dilakukakan oleh Maratul Qiftiyah mahasiswa Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta 2020. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kegiatan pojok baca yang menyenangkan sebagai upaya penerapan gerakan literasi membaca dapat mengembangkan kemampuan kognitif siswa, antara lain siswa melakukan proses asimilasi, dan akomodasi untuk mencapai keseimbangan, dan siswa lebih antusias dan termotivasi untuk meningkatkan minat bacanya.17

5. Pengaruh pojok baca terhadap peningkatan minat baca peserta didik di MI Al-Furqan Muhammadiyah Banjarmasin 3. Skripsi ini dilakukan oleh Novi Nazila Fithriani mahasiswa didik Fakultas Tarbiyah dan Keguruan di UIN Antasari Banjarmasin Tahun 2021. Hasil penelitian menunjukan bahwa pojok baca kategori cukup dilihat dari jumlah frekuensi terbanyak,

16 Maharani, “UPAYA GURU DALAM PEMANFAATAN POJOK BACA UNTUK MENUMBUHKAN MINAT BACA SISWA DI KELAS III MADRASAH IBTIDAIYAH SWASTA NURUL YAQIN SIMPANG SUNGAI DUREN MUARO JAMBI” (Skripsi, UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi, 2020).

17 Maratul Qiftiyah. “Improving Cognitive Development of Students by Reading Corner Program in Elementary School level” MUDARRISA: Jurnal Kajian Pendidikan Islam, 12(1),(2020) 18-32. https://doi.org/10.18326/mdr.v12i1.18-32

(31)

berdasarkan hasil dalam kategori sangat baik dengan (2%), kategori baik dengan ( 34%), kategori cukup dengan (36%), kategori kurang dengan (21%), kategori sangat kurang dengan (7%). Untuk minat baca kategori baik dilihat dari jumlah frekuensi terbanyak, berdasarkan hasil yaitu sangat baik dengan ( 3%), dalam kategori baik dengan (42%), dalam kategori cukup dengan (29%), kategori kurang dengan (18%) dan kategori sangat kurang dengan (7%). Dan pojok baca mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap peningkatan minat baca peserta didik kelas VI MI Muhammadiyah 3 Al-Furqan Banjarmasin. Berdasarkan hasil pegujian dengan uji T, didapat nilai t hitung sebesar 4.894. Dan t tabelnya sebesar 2.001, Karena nilai t hitung sebesar 4.894 lebih dari > 2.003, dapat dikatakan bahwa ada pengaruh pojok baca terhadap peningkatan minat baca, maka H0 ditolak dan Ha diterima.18

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu No. Nama dan

Judul Persamaan Perbedaan Orisinalitas

1 2 3 4 5

1. Anisafitri, Skripsi, 2018,

“Pengaruh penerapan pojok baca di sekolah dasar terhadap minat baca peserta didik”

a. Pendekatan penelitian kuantitatif b. Variabel

bebas “Pojok Baca”

c. Teknik pengumpulan data

menggunaka n kuisioner,

a. Variabel terikat hanya fokus terhadap minat baca b. Teknik

pengambilan sampel menggunakan teknik sampel jenuh

c. Analisis data

Penelitian

terdahulu fokus pada minat baca peserta didik, sedangkan peneli fokus pada pembiasaan budaya literasi.

18 Novi Nazila Fithriani, “Pengaruh Pojok Baca Terhadap Peningkatan Minat Baca Siswa Di MI Al-Furqan Muhammadiyah Banjarmasin 3”(Skripsi, UIN Antasari Banjarmasin, 2021)

(32)

No. Nama dan Judul

Persamaan Perbedaan Orisinalitas

1 2 3 4 5

dokumentasi. yang digunakan adalah analisis deskriptif dengan rumus nilai indeks indicator d. Lokasi

penelitian di

SDI Al-

Barokah 2. Khoiriyatun

Ni’mah, Jurnal, 2018, “The implementation of reading corner and teacher

modeling in Indonesian learning through

psycholinguistic approach”

Penelitian ini membahas tentang Pojok Baca

a. Pendekatan penelitian kualitatif b. Metode

penelitian menggunakan metode deskriptif c. Teknik

pengumpulan data

menggunakan observasi, wawancara, dan

dokumentasi d. Lokasi

penelitian di MI Ma'arif Mangunsari Sidomukti, Kota Salatiga

Penelitian

terdahulu fokus pada

pembelajaran bahasa Indonesia melalui pendekatan psikolinguistik, sedangkan peneliti fokus pada pembiasaan budaya literasi.

3. Maharani, Skripsi, 2020“Upaya guru dalam pemanfaatan pojok baca untuk

menumbuhkan minat baca peserta didik di

Variabel bebas

“Pojok Baca”

a. Pendekatan penelitian kualitatif b. Teknik

pengumpulan data observasi, wawancara langsung dan dokumentasi c. Variabel

Penelitian

terdahulu fokus pada

pertumbuhan minat baca peserta didik, sedangkan peneliti fokus pada pembiasaan budaya literasi.

(33)

No. Nama dan Judul

Persamaan Perbedaan Orisinalitas

1 2 3 4 5

kelas III Madrasah Ibtidaiyah Swasta Nurul Yaqin Simpang Sungai Duren Muaro Jambi”

terikat hanya fokus terhadap minat baca d. Lokasi

penelitian di MI Swasta Nurul Yaqin Simpang Sungai Duren Muaro Jambi 4. Novi Nazila

Fithriani,

Skripsi Tahun 2021

Pengaruh pojok baca terhadap

peningkatan minat baca peserta didik di MI Al-Furqan Muhammadiyah Banjarmasin”

a. Pendekatan penelitian kuantitatif b. Variabel

bebas “pojok baca”

c. Teknik pengumpulan data

menggunaka n kuisioner dan

dokumentasi

a. Variabel terikat hanya fokus terhadap minat baca b. Lokasi

penelitian di MI Al-Furqon c. Menggunakan teknik analisis data deskriptif saja

d. Teknik pengambilan sampel menggunakan random sampling

Penelitian

terdahulu fokus pada

peningkatan minat baca perserta didik, sedangkan peneliti fokus pada pembiasaan budaya literasi

5. Maratul

Qiftiyah, Jurnal, 2020,

“Improving Cognitive Development of Students by Reading Corner Program in Elementary School level”

Penelitian ini membahas tentang Pojok Baca

a. Pendekatan penelitian Kualitatif b. Jenis

penelitian ini adalah

penelitian lapangan c. Metode

penelitian menggunakan metode deskriptif d. Penelitian

dilakukan di SDN 02 Nusa

Penelitian

terdahulu fokus pada

perkembangan kognitif, sedangkan peneliti fokus pada pembiasaan budaya literasi.

(34)

No. Nama dan Judul

Persamaan Perbedaan Orisinalitas

1 2 3 4 5

Bakti, Provinsi Sumatera Selatan, Indonesia.

e. Data diperoleh dari

wawancara dan

pengamatan.

Beberapa penelitian terdahulu yang berkaitan dengan penelitian penulis, maka penulis fokus pada ada atau tidaknya pengaruh pemanfaatan pojok baca terhadap pembiasaan budaya literasi di kelas VA MIN 3 Jember dan besarnya pengaruh pemanfaatan pojok baca terhadap pembiasaan budaya literasi di kelas VA MIN 3 Jember.

B. Kajian Teori

Kajian teori berisi tentang pembahasan teori yang dijadikan sebagai dasar pijakan dalam penelitian. Pembahasan secara lebih luas dan mendalam akan semakin memperdalam wawasan penelitian dalam mengkaji permasalahan yang hendak dipecahkan sesuai dengan rumusan masalah dan tujuan penelitian.19 Adapun kajian teori yang akan dibahas dalam memperdalam pembahasan ini, yaitu:

19Tim Penyusun, Pedoman, 40.

(35)

1. Pojok Baca

a. Pengertian Pojok Baca

Membudayakan siswa untuk senang membaca tidak bisa dilakukan secara sepihak, perlu kerja dan kesatuan usaha semua pihak sivitas akademika sekolah tersebut. Seperti program pemanfaatan pojok baca.20

Pojok baca merupakan sebuah ruangan yang terletak disudut kelas yang dilengkapi dengan koleksi buku dan berperan sebagai perpanjangan fungsi perpustakaan. Melalui pojok baca peserta didik dilatih untuk membiasakan membaca buku, sehingga menjadikan peserta didik gemar membaca.21

Pojok baca juga disebut suatu sudut atau tempat yang berada di dalam kelas yang digunakan untuk menata buku atau sumber belajar lainnya dalam rangka meningkatkan minat baca dan belajar peserta didik melalui kegiatan membaca yang menyenangkan.

Pojok baca didesain dengan tampilan yang menarik sehingga peserta didik lebih berminat untuk membaca buku tersebut. Pojok baca merupakan wujud komitmen sekolah melalui perpustakaan mini dalam kelas untuk mendukung gerakan wajib membaca 15 menit yang dicanangkan oleh Pemerintah yang tertuang dalam Permendikbud Nomor 23 Tahun2015. Melalui pojok baca diharapkan

20 Yusron Aminulloh & Satria Dharma, Membumikan Gerakan Literasi di Sekolah (Bantul: Pustaka Nun & Azyan Publishing, 2016) 240.

21 Kemendikbud, Panduan Gerakan Literasi Sekolah di Sekolah Dasar (Jakarta:

Direktorat Pembinaan Sekolah Dasar, Direktorat Jendral Pendidikan Dasar dan Menengah, 2016), 17.

(36)

dapat menanamkan kepada anak didik untuk menciptakan budaya membaca dan kebiasaan segala hal yang berhubungan dengan gemar membaca. Selain itu, dengan gemar membaca anak memperoleh pengetahuan dan wawasan baru yang akan meningkatkan kecerdasannya sehingga mereka lebih mampu menjawab tantangan hidup pada masa-masa mendatang.22

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pojok baca merupakan sebuah ruang baca di pojok kelas yang didesain sedemikian rupa sehingga memancarkan daya tarik anak dalam literasi dan disesuaikan dengan kebutuhan peserta didik. Serta dilengkapi dengan koleksi buku sebagai perpanjangan fungsi perpustakaan.

b. Tujuan Pojok Baca

Pojok baca bertujuan untuk meningkatkan minat baca siswa yang dilengkapi dengan beberapa bahan pustaka dengan tujuan untuk mengenalkan beragam sumber bacaan dan dimanfaatkan sebagai media serta sumber belajar yang memberikan pengelaman membaca yang menyenangkan.23

Pojok baca kelas juga digunakan sebagai upaya mendekatkan perpustakaan kepada peserta didik. Pojok baca kelas dimanfaatkan secara optimal untuk mendukung keberhasilan proses pembelajaran.

22 Hijrawatil Aswat, Andi Lely Nurmaya G “Analisis Gerakan Literasi Pojok Baca Kelas Terhadap Eksistensi Dayabaca Anak di Sekolah Dasar” Jurnal Basicedu, 4(1), (2020) : 70-78, https://doi.org/10.31004/basicedu.v4i1.302

23 Wahyu Kurniawan, Anam Sutopo “Implementasi Pojok Baca untuk Meningkatkan Minat Baca Siswa MI Muhammadiyah Kartasura” PaKMas: Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat, 1(1), (2021) : 37-42, https://doi.org/10.54259/pakmas.v1i1.31

(37)

Berdasarkan uraian di atas tujuan pojok baca yaitu untuk menambah wawasan peserta didik pada bidang literasi melalui koleksi buku yang ada di pojok baca.

c. Tahapan dalam Membuat Pojok Baca

Proses pembuatan pojok baca memiliki beberapa tahapan.

Tahapan dalam membuat pojok baca antara lain:

1) Buatlah pojok baca semenarik mungkin, karena hal ini berdampak pada ketertarikan siswa untuk mendekati tempat tersebut. Tidak perlu dibuat dari barang mahal, manfaatkan barang bekas yang diolah kembali menjadi sesuatu yang unik dan bermanfaat serta dapat menambahkan bahan lainnya namun tetap memperhatikan nilai estetika.

2) Buku-buku yang dipajang di pojok baca hendaknya beragam dengan melihat juga keinginan siswa seperti cerpen, dongeng, cerita rakyat ataupun buku seri bergambar karena pada dasarnya ketertarikan anak untuk membaca diawali dengan penampilan fisik buku itu sendiri.

3) Buku-buku yang dipajang juga senantiasa berganti-ganti agar siswa tidak bosan dan dapat membaca banyak jenis buku. Hal ini bisa dilakukan dengan pertukaran buku antar kelas secara bergiliran juga penambahan buku-buku baru, baik itu dengan pengadaan yang dilakukan oleh sekolah ataupun sumbangan dari siswa.

(38)

4) Buatlah jadwal kurang lebih 15 menit sebelum belajar dimulai dengan diawali membaca.

5) Ciptakan suasana lingkungan sekolah gemar membaca dan mencintai lingkungan bacaannya dengan membuat sebanyak mungkin tempat untuk menyimpan buku ataupun membacanya dan buatlah desain yang memudahkan siswa untuk membaca.

6) Berikan reward berupa pujian ataupun hadiah barupa buku bagi siswa yang rajin membaca dan memahami setiap isi bacaannya.

7) Libatkan orangtua dan siswa sebagai pemilik kelas untuk ikut membangun sarana pojok baca dan penambahan koleksi buku bacaan serta membimbing anaknya untuk membaca di rumah.24

Variasi atau keberagaman koleksi buku dalam membuat pojok baca merupakan hal penting, dalam hal ini Dr. Susan B. Neuman menyatakan bahwa perpustakaan kelas harus terdiri atas buku yang bervariasi dan luas yang dapat menjangkau skala kesulitan yang signifikan. Beberapa buku harus relatif mudah dan beberapa harus menantang untuk semua anak-anak. Buku-buku ini dapat dibagi menjadi koleksi inti dan koleksi berputar atau bersirkulasi, seperti perpustakaan public, koleksi inti merupakan koleksi yang permanen, selalu tersedia selama satu tahun. Sebaliknya dengan koleksi sirkulasi yang berubah setiap beberapa minggu, tergantung dengan topik yang

24 Hijrawatil Aswat, Andi Lely Nurmaya G “Analisis Gerakan Literasi Pojok Baca Kelas Terhadap Eksistensi Dayabaca Anak di Sekolah Dasar”

(39)

akan dipelajari di kelas, minat yang sedang diminati anak-anak dan hari besar atau special dalam satu tahun. 25

Anak-anak juga butuh untuk diperkenalkan dengan berbagai macam bahasa, topik, genre dan perspektif. Peserta didik juga butuh buku yang mencerminkan keragaman, multikulturalisme alami dari masyarakat. Buku merupakan tempat di mana mereka dapat belajar tentang diri mereka sendiri dan orang lain. Pemilihan literatur harus meliputi:

1) Cerita tradisional: cerita yang akrab dan dapat ditemukan dalam setiap budaya, termasuk fable, cerita rakyat, mitos dan legenda.

2) Fantasi: cerita yang mengandung karakter yang memiliki kekuatan super yang dapat mencetuskan imajinasi anakanak.

3) Fiksi realistis: cerita dengan karakter, tempat dan kejadian yang mungkin dapat terjadi dalam kehidupan nyata.

4) Fiksi sejarah: cerita yang terjadi pada masa lampau, secara akurat mencerminkan periode waktu kejadiannya.

5) Biografi dan autobiografi: buku tentang kehidupan keseharian orang yang terkenal.

6) Informasi: buku yang menyediakan informasi yang realistis, akurat dan autentik.26

Jenis bacaan peserta didik sesuai dengan tingkatan kelasnya.

Pertama kelas rendah, jenis bacaan yang sesuai adalah buku cerita

25 Susan B.Neuman. The Importance of the Classroom Library. (California : t.t, t.th) 3.

26 Susan B.Neuman. The Importance of the Classroom Library. 3.

(40)

bergambar, buku tanpa teks (wordless picture books), buku dengan teks sederhana, baik fiksi maupun nonfiksi. Kedua kelas tinggi, jenis bacaan yang sesuai adalah buku cerita bergambar, buku bergambar kaya teks, buku novel pemula, baik dalam bentuk cetak, digital atau visual. Adapun jenis buku bacaan yang sesuai dengan tingkatan peserta didik antara lain:

Tabel 2.2

Konten Bacaan Peserta Didik

Jenjang Konten Bacaan yang Sesuai dengan Peserta Didik

1 2

SD Kelas Rendah

1. Peserta didik didampingi ketika memilih buku.

2. Buku mengandung informasi yang sederhana dan atau kejadian sehari-hari. Cerita mengandung nilai optimisme, bersifat inspiratif, dan mengembangkan imajinasi.

3. Buku dapat bergenre fantasi dengan tokoh binatang (fabel).

4. Buku mengandung pesan nilai-nilai sesuai dengan tahapan tumbuh kembang peserta didik dalam berbagai aspek, antara lain moral, sosial,kognitif.

5. Pesan moral cerita disampaikan dengan tidak menggurui.

6. Buku yang dibacakan dapat berukuran besar (big book).

SD Kelas Tinggi

1. Peserta didik dapat memilih buku secara mandiri.

2. Buku mengandung informasi yang kompleks.

3. Cerita mengandung nilai optimisme, bersifat inspiratif, dan mengembangkan imajinasi.

4. Buku dapat bergenre cerita rakyat yang sesuai dengan jenjang SD.

5. Buku mengandung pesan nilai-nilai sesuai dengan tahapan tumbuh kembang peserta didik dalam berbagai aspek, antara lain moral, sosial, kognitif.

6. Pesan moral cerita disampaikan dengan tidak menggurui.27

27 Kemendikbud, Panduan, 24.

(41)

d. Kegiatan Pemafaatan Pojok Baca

Memanfaatkan dan mengembangkan pojok baca dilakukan setelah membuat pojok baca, agar pojok baca bermanfaat dalam meningkatkan minat baca peserta didik dan memudahkan peserta didik dalam belajar. Kegiatan tersebut antara lain:

1) Membuat dan menyepakati peraturan untuk menggunakan atau membaca koleksi buku di pojok baca kelas.

2) Mengembangkan bahan kaya teks (print rich materials), berupa karya peserta didik dalam pembelajaran di kelas, program sekolah, dan memajangnya.

3) Mengajak peserta didik memilih buku untuk dibaca mandiri atau dibacakan nyaring oleh guru dalam kegiatan 15 menit membaca sebelum pembelajaran dimulai.

Hal tersebut juga sesuai dengan pernyataan lembaga riset NCERT yang menjelaskan pojok baca juga dapat berisi buku yang dibuat bersama oleh guru dan murid karena anak-anak suka membaca buku yang mereka buat sendiri. Hal tersebut terjadi karena anak-anak familiar dengan tulisannya dan dapat menjadikan mereka merasa seperti pembaca.28.

Guru juga dapat mengajak peserta didik memilih buku untuk dibaca secara mandiri atau dibacakan nyaring oleh guru dalam kegiatan 15 menit membaca sebelum pembelajaran dimulai. Sesi

28 National Council Of Educational Research and Training, Reading Corner, (New Delhi:

Departemen of Elementery Education, t.th) 6.

(42)

storytelling dapat mendorong anak-anak menjadi pembaca dan penulis dengan sendirinya. Penelitian menunjukan anak-anak akan mengambil buku yang telah dibacakan kepada mereka terlebih dahulu. Hal tersebut berdasarkan pernyataan lembaga riset NCERT yang berisi:

read aloud from books in the reading corner. Research shows that children will first pick up books that have been read aloud to them. Storytelling sessions also encourage children to become readers and writers themselves”.29

Disisi lain, berikanlah waktu kepada anak-anak untuk membaca secara independen. Seorang guru harus mencerminkan seorang pembaca yang membagikan ketertarikan dalam bacaan, dengan ikut membaca secara independen dengan murid.30

Untuk mendidik anak untuk cinta pada buku, anak-anak membutuhkan kesempatan untuk berbicara tentang buku. Beberapa studi menyarankan percakapan informal seputar buku, seperti pembicaraan atau percakapan buku yang dapat meningkatkan motivasi anak-anak untuk membaca. Wells dan Chang-Wells dalam Neuman, menemukan bahwa anak-anak membangun pemahaman yang lebih kompleks tentang cerita dengan berbicara tentang buku dengan orang lain. Selama percakapan tentang buku, anak-anak menceritakan kejadian yang menarik atau fakta didalam buku, informasi tentang penulis, dan mengapa orang lain mungkin suka untuk membacanya dalam percakapan 5-10 menit sebelum keseluruhan kelompok. Pada

29 National Council Of Educational Research and Training, Reading, 6.

30 National Council Of Educational Research and Training, Reading, 6

(43)

mata pelajaran menceritakan kembali, anak-anak mengembangkan pengetahuan baru serta memperoleh pemahaman.

Berdasakan beberapa pernyataan yang telah dijabarkan dapat disimpulkan bahwa pemanfaatan pojok baca dilakukan pada tahap pembiasaan sebelum pembelajaran selama 15 menit.

2. Budaya Literasi

a. Pengertian Budaya Literasi

Secara sederhana, literasi dapat diartikan sebagai sebuah kemampuan membaca dan menulis. Kita mengenalnya dengan melek aksara atau keberaksaraan. Namun sekarang ini literasi memiliki arti luas, sehingga keberaksaraan bukan lagi bermakna tunggal melainkan mengandung beragam arti (multi literacies). Ada bermacam-macam komponen literasi, seperti: (1) literasi dasar (2) literasi perpustakaan (3) literasi media (4) literasi teknologi (5) literasi visual.31

Keberaksaraan atau literasi dapat diartikan melekteknologi, melek informasi, berpikir kritis, peka terhadap lingkungan. Seorang dikatakan literat jika ia sudah bisa memahami sesuatu karena membaca informasi yang tepat dan melakukan sesuatu berdasarkan pemahamannya terhadap isi bacaan tersebut.32

Kepekaan atau literasi pada seseorang tentu tidak muncul begitu saja. Tidak ada manusia yang sudah literat sejak lahir.

31 Moh Yamin, Strategi Membangun Literasi Sekolah. (Malang : Madani Kelompok Intrans Publishing, 2021) 59.

32 Alfin Jauharoti, Membangun budaya literasi dalam pembelajaran Bahasa Indonesia menghadapi era revolusi industri 4.0. PENTAS: Jurnal Ilmiah Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, 4(2), (2018) : 60-66, http://repository.uinsby.ac.id/id/eprint/1650

(44)

Menciptakan generasi literat membutuhkan proses panjang dan sarana yang kondusif. Proses ini dimulai dari kecil dan dari lingkungan keluarga, lalu didukung atau dikembangkan di sekolah, lingkungan pergaulan, dan lingkungan pekerjaan.

“To promote reading habit as a daily routine, it is necessary to comprehend that the students are interested in picking up a book to read it not for educational purposes, rather for the sake of reading it and enjoying it. To simplify, she uses interesting analog to view the way how to enhance students reading habit as follows: “Similar to sleeping and exercising, the reading habit needs to be developed by children as early as their first months of age in order for it to be internalized and consistently reproduced on a lifelong basis.” To accommodate this situation, elementary school teachers play a major role in enabling students to acquire this habit.”33.

Menyatakan bahwa untuk mendorong kebiasaan membaca sebagai rutinitas sehari-hari, perlu memahami bahwa peserta didik tertarik mengambil buku untuk dibaca bukan untuk tujuan pendidikan.

Sederhananya, dia menggunakan analog yang menarik untuk melihat bagaimana cara meningkatkan kebiasaan membaca siswa sebagai berikut : mirip sedang tidur dan berlatih, kebiasaan membaca butuh dikembangkan oleh anak anak sebagai awal dari bulan pertama umur mereka agar dapat diinternalisasikan dan secara konsisten direproduksi seumur hidup. Untuk mengakomodasi situasi ini, guru sekolah dasar berperan melatih peserta didik agar memiliki kebiasaan tersebut.

Sekurang-kurangnya terdapat tiga dimensi pengembangan minat dan kegemaran membaca yang perlu dipertimbangkan. Pertama,

33 Megawati, Fika, and Fitria Wulandari. "Promoting big book and reading corner to support gerakan literasi sekolah (GLS) in primary school." 2017 : 11-19, http://eprints.umsida.ac.id/332/

(45)

dimensi edukatif pegogik. Dimensi ini menekankan tindak-tanduk motivasional apa yang dilakukan para guru di kelas. Kedua, dimensi sosiokultural. Dimensi ini mengandung makna bahwa minat baca peserta didik dapat digalakkan berdasarkan hubungan-hubungan social dan kebiasaan anak didik sebagai anggota masyarakat. Ketiga, dimensi perkembangan psikologis. Pada masa ini perlu dipertimbangkan sungguh-sungguh dalam upaya memotivasi kegemaran membaca siswa.34

Budaya literasi juga sangat terkait dengan pola pembelajaran di sekolah dan ketersediaan bahan bacaan di perpustakaan. Tapi kita juga menyadari bahwa literasi tidak harus diperoleh dari bangku sekolah atau pendidikan yang tinggi.35 Kemampuan akademis yang tinggi tidak menjamin seseorang akan literat. Pada dasarnya kepekaan dan daya kritis akan lingkungan sekitar lebih diutamakan sebagai jembatan menuju generasi literat, yakni generasi yang memiliki ketrampilan berpikir kritis terhadap segala informasi untuk mencegah reaksi yang bersifat emosional.

Berbagai faktor penyebab rendahnya budaya literasi, namun kebiasaan membaca dianggap sebagai faktor utama dan mendasar.

Padahal, salah satu upaya peningkatan mutu sumber daya manusia agar cepat menyesuaikan diri dengan perkembangan global yang meliputi berbagai aspek kehidupan manusia adalah dengan menumbuhkan

34 Yusron Aminulloh & Satria Dharma, Membumikan, 5.

35 Ane Permatasari. "Membangun kualitas bangsa dengan budaya literasi." 2015 : 146- 156 http://repository.unib.ac.id/id/eprint/11120

(46)

masyarakat yang gemar membaca (reading society). Kenyataannya masyarakat masih menganggap aktifitas membaca untuk menghabiskan waktu (to kill time), bukan mengisi waktu (to full time) dengan sengaja. Artinya aktifitas membaca belum menjadi kebiasaan (habit) tapi lebih kepada kegiatan ’iseng’.36

Kebiasaan adalah perbuatan yang dilakukan secara berulang- ulang tanpa adanya unsur paksaan. Kebiasaan bukanlah sesuatu yang alamiah dalam diri manusia tetapi merupakan hasil proses belajar dan pengaruh pengalaman dan keadaan lingkungan sekitar. Karena itu kebiasaan dapat dibina dan ditumbuhkembangkan.37

Makna kebiasaan membaca adalah kegiatan membaca yang dilakukan secara berulang-ulang tanpa ada unsur paksaan. Kebiasaan membaca mencakup waktu untuk membaca, jenis bahan bacaan, cara mendapatkan bahan bacaan, dan banyaknya buku/bahan bacaan yang dibaca. Kemampuan membaca merupakan dasar bagi terciptanya kebiasaan membaca. Namun demikian kemampuan membaca pada diri seseorang bukan jaminan bagi terciptanya kebiasaaan membaca karena kebiasaan membaca juga dipengaruhi oleh faktor lainnya seperti ketersediaan bahan bacaan.38

36 Martini Sugarti. " SEDEKAH ILMU" PENUMBUHAN BUDAYA LITERASI PADA SISWA MELALUI PERPUSTAKAAN POJOK KELAS UNTUK MEMBANGUN GENERASI EMAS DI SMA N 1 BANTUL. Ideguru: Jurnal Karya Ilmiah Guru, 1(2), (2016) : 68-77 https://jurnal-dikpora.jogjaprov.go.id/index.php/jurnalideguru/article/view/17

37 Hairul Huda, Abdul Wahit Rendi, “Budaya Literasi, Mencerdaskan Anak Negeri” JIWAKERTA: Jurnal Ilmiah Wawasan Kuliah Kerja Nyata, 1(2), (2020) : 30-34, https://doi.org/10.32528/jiwakerta.v1i2.5011

38 Meidawati Suswandari “Membangun budaya literasi bagi suplemen pendidikan di indonesia” Jurnal Dikdas Bantara, 1(1) (2018) https://doi.org/10.32585/jdb.v1i1.105

(47)

Perkembangan kebiasaan melakukan kegiatan merupakan proses belajar yang dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal.

Setiap proses belajar, mendapatkan kemampuan baru tergantung dari dua faktor, yaitu faktor internal dan eksternal, dalam hal ini kematangan individu dan ekternal seperti stimulasi dari lingkungan.39 b. Membangun Budaya Literasi

Kebiasaan membaca merupakan kegiatan wajib bagi setiap anak dengan harapan kelak menjadi budaya dalam kehidupan mereka. Pemerintah mengajak seluruh stakeholder pendidikan ikut andil dalam kegiatan tersebut, mulai dari keluarga, sekolah hingga masyarakat. Selain memasukkan kewajiban membaca dalam setiap kegiatan pembelajaran di kelas pemerintah juga memiliki empat hal yang dilakukan untuk memajukan dunia pendidikan melalui proses yang berlangsung di sekolah, yaitu pemikiran abad 21 yang menuntut peserta didik untuk berfikir kritis, kreatif, inovatif, serta kolaboratif.

Pengembangan budaya berfikir abad 21 menghendaki proses pendidikan tidak hanya menghasilkan winner and losser, pemenang dan pecundang namun diharapkan seluruh peserta didik dapat berhasil mengembangkan potensi dalam diri mereka. Setelah mengetahui definisi di atas kita mengetahui bahwasannya anak memiliki kriteria yang berbeda dengan orang dewasa dan tentunya

39 Ane Permatasari. "Membangun kualitas bangsa dengan budaya literasi."

Gambar

Gambar 2.1 Bagan Kerangka Penelitian .......................................................
Tabel 1.1  Indikator Penelitian
Tabel 2.1  Penelitian Terdahulu  No.  Nama dan
Tabel 3.10  Kategori Nilai R square
+2

Referensi

Dokumen terkait