• Tidak ada hasil yang ditemukan

View of Pengaruh model pembelajaran problem-based learning (PBL) berbantuan media pop-up book terhadap kemampuan berpikir kritis siswa

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2024

Membagikan "View of Pengaruh model pembelajaran problem-based learning (PBL) berbantuan media pop-up book terhadap kemampuan berpikir kritis siswa"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

Vol. 10, No. 1, 2023, pp. 56-65

Available online: https://jurnal.ustjogja.ac.id/index.php/trihayu

Pengaruh model pembelajaran problem-based learning (PBL) berbantuan media pop-up book terhadap

kemampuan berpikir kritis siswa

Devi Kurnia Putri1a*, Kartika Yuni Purwanti2b

Universitas Ngudi Waluyo,Jl. Diponegoro No. 186, Gedanganak, kec. Ungaran Timur, Kab. Semarang, Jawa Tengah 50512, Indonesia

a[email protected]; b[email protected]

*Corresponding Author

Received: 15-08-2023; Revised: 24-08-2023; Accepted: 30-08-2023

Abstract: This study aimed to determine the effect of the problem-based learning (PBL) learning model assisted by pop up book on students' critical thinking skills. The method used is an experimental design with pre-test and post-test design. The population used in this study was all grade IV students of SD Negeri Gedanganak 03, IVa as a control class and IVb as an experimental class. the data collection techniques used are test techniques and non-test techniques in the form of observation, questionnaires, and documentation. Data analysis techniques use normality tests, homogeneity tests, independent sample t-tests, and regression tests. the results show an influence of the PBL learning model using pop-up book media on students' critical thinking skills as evidenced by tcount = 5.516 > ttable = 3.828 and significant values 0.000 < 0.05.as well as affecting the variable of students' critical thinking ability by 58%, the problem-based learning (PBL) learning model assisted by pop up book media affects the variable of critical thinking ability by 58%. this shows that the problem-based learning (PBL) learning model assisted by Pop Up Book media affects students' critical thinking skills.

Keywords: Problem-based learning; pop-up book; critical thinking skills

Abstrak: Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran problem based learning (PBL) berbantuan pop up book terhadap kemampuan berpikir kritis siswa. metode yang digunakan yaitu quasy experimental design dengan pre-test and post-test design. Populasi yang digunakan digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas IV SD Negeri Gedanganak 03, IVa sebagai kelas kontrol dan IVb sebagai kelas eksperimen. Teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu menggunakan teknik tes dan teknik non tes yang berupa observasi, angket dan dokumentasi. Teknik analisis data menggunakan uji normalitas, uji homogenitas, uji independent sample t-test, dan uji regresi. Hasil menunjukkan, terdapat pengaruh model pembelajaran pbl menggunakan media pop up book terhadap kemampuan berpikir kritis siswa yang dibuktikan dengan thitung = 5.516 > ttabel = 3.828 dan nilai signifikan 0,000 < 0,05. serta mempengaruhi variabel kemampuan berpikir kritis siswa sebesar 58% yang artinya variabel model pembelajaran problem based learning (pbl) berbantuan media pop up book mempengaruhi variabel kemampuan berpikir kritis sebesar 58%. hal ini menunjukkan bahwa model pembelajaran problem based learning (PBL) berbantuan media pop up book berpengaruh terhadap kemampuan berpikir kritis siswa.

(2)

Kata Kunci: Team games tournament; papan diagram; pemecahan masalah

How to Cite: Kurnia Putri, D., & Purwanti, K. Y. (2023). Pengaruh model pembelajaran problem-based learning (PBL) berbantuan media pop-up book terhadap kemampuan berpikir kritis siswa. Trihayu: Jurnal Pendidikan Ke-SD-an, 10(1), 56–65.

https://doi.org/10.30738/trihayu.v10i1.15761

Pendahuluan

Di era teknologi seperti sekarang ini, penting bagi siswa untuk diarahkan pada keterampilan membaca tingkat lanjut dengan mengembangkan kemampuan berpikir kritisnya.

Kesuksesan dalam hidup sangat bergantung pada kemampuan berpikir kritis seseorang, terutama ketika dihadapkan pada situasi yang menantang. Para siswa akan memiliki kemampuan untuk mengidentifikasi apa yang terjadi, bagaimana hal itu terjadi, menentukan peran apa yang perlu dilakukan untuk memecahkan sebuah masalah, mengidentifikasi peran yang dapat mencegah terjadinya masalah lebih lanjut, menggambarkan masalah dan menarik kesimpulan dengan sederhana, merancang solusi sederhana, serta merefleksikan nilai atau sikap dari peristiwa tersebut. Karena siswa akan benar-benar ada dalam masyarakat yang penuh dengan potensi adanya permasalahan, penting bagi mereka untuk belajar bagaimana menangani masalah individu dan masyarakat secara efektif.

Untuk menganalisis bukti observasi dan komunikasi, informasi dan penalaran, siswa harus mampu terlibat dalam proses yang dikenal sebagai berpikir kritis. Reflektif dan disengaja, pemikiran kritis memerlukan analisis, pengujian, dan evaluasi data untuk mencapai kesimpulan yang terinformasi dengan baik. Berpikir kritis adalah proses mental di mana seseorang mengumpulkan, memilah, menganalisis, dan mengevaluasi data untuk menarik kesimpulan dan menemukan solusi untuk suatu masalah. (Amir, 2015). Seperti halnya di SDN Gedanganak 03 kemampuan berpikir kritis siswa masih tergolong rendah, rendahnya kemampuan berpikir kritis dibuktikan oleh hasil observasi yang dilakukan peneliti di kelas IV SDN Gedanganak 03.

Berdasarkan hasil observasi menunjukkan bahwa pada kelas IV A rata-rata kemampuan berpikir kritis siswa yaitu mencapai 54,3 sedangkan kelas IV B mencapai 50,78. Hal tersebut tercantum pada tabel berikut:

Tabel 1.1 Nilai rata-rata kemampuan berpikir kritis siswa

Kelas Rata-Rata

IVA 54,3

IVB 50,78

Dari tabel 1.1 diatas menunjukkan nilai rata-rata kemampuan berpikir kritis siswa kelas IV SD Negeri Gedanganak 03, dapat disimpulkan bahwa kemampuan berpikir kritis siswa di kelas IV SD Negeri Gedanganak 03 masih rendah, baik kelas IV A maupun kelas IV B. Akan tetapi dari hasil rata-rata tersebut kelas IV B mendapatkan rata-rata yang lebih rendah dibanding kelas IV A. Hasil rata-rata kemampuan berpikir kritis kelas IV A sebesar 54,3 sedangkan kelas IV B sebesar 50,78. Maka dari itu, penulis mengambil kelas IV A sebagai kelas kontrol dikarenakan hasilnya yang lebih tinggi, dan memilih kelas IV B sebagai kelas eksperimen dikarenakan memiliki hasil yang lebih rendah.

Berdasarkan hasil observasi yang peneliti lakukan, rendahnya kemampuan berpikir kritis siswa ini juga didasari karena pembelajaran di kelas masih berorientasi pada menyimak dan menghafal buku bacaan. Menghafal didefinisikan sebagai mengingat informasi faktual, seperti

(3)

tanggal dan nama peserta, tanpa melampirkan signifikansi informasi. Akibatnya, siswa mempelajari fakta-fakta tanpa mengembangkan pemahaman yang lebih mendalam tentang masalah tersebut. Berikut ini adalah hasil data yang diperoleh peneliti saat melakukan studi pendahuluan.

Tabel 1.2 Data Studi Pendahuluan Indikator Kemampuan Berpikir

Kritis Kelas Rata-rata

IV A IV B

Memberikan penjelasan sederhana 54,8% 49,1% 51,95%

Membangun keterampilan dasar 52,5% 51,6% 52,05%

Kesimpulan 52,5% 48,3% 50,4%

Membuat penjelasan 56,2% 50,8% 53,5%

Strategi dan taktik 55,5% 54,1% 53,14%

Total 54,3% 50,78% 52,2%

Dari data yang ada, terlihat bahwa kemampuan berpikir kritis siswa di kelas IV SDN Gedanganak 03 masih tergolong rendah. Hanya 52,2% siswa dari kedua kelas yang memiliki kemampuan berpikir kritis. Jika dilihat dari indikatornya, hanya sekitar 51,95% siswa yang mampu memberikan penjelasan sederhana, 52,05% siswa yang mampu membangun keterampilan dasar berpikir kritis, 50,4% siswa yang mampu membuat kesimpulan, 53,5% siswa yang mampu memberikan penjelasan, dan hanya 53,14% siswa yang mampu menerapkan strategi atau taktik berpikir kritis. Selain itu, data juga menunjukkan bahwa kelas IV A memiliki kemampuan berpikir kritis yang sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan kelas IV B. Rata-rata kemampuan berpikir kritis di kelas IV A mencapai 54,3%, sedangkan kelas IV B hanya mencapai 50,78%.

Rendahnya hasil studi pendahuluan yang didapat juga didasari oleh pembelajaran yang ada di kelas, di mana peran guru lebih mendominasi saat proses pembelajaran. Hal tersebut terbukti dengan hasil angket mengenai proses pembelajaran di kelas yang menunjukkan hal tersebut. Berikut rincian rata-rata dari angket siswa kelas IV SD Negeri Gedanganak

Tabel 1.3 Data Angket Proses Pembelajaran

Kelas Indikator Total

Berpikir Kritis Model Pembelajaran Media pembelajaran

IV A 19,93% 18,53% 11,12% 49,58%

IV B 19,2% 18,08% 10,16% 48,16%

Jumlah 39,13% 36,61% 21,28% 97,02%

Rata-rata 19,56% 18,3% 10,64% 48,5%

Seperti yang dapat kita lihat dari data angket diatas bahwa rata-rata pada siswa kelas IVA pada pernyataan kemampuan berpikir kritis sebesar 19,93%, model pembelajaran sebesar 18,53% dan media pembelajaran sebesar 11,12% dengan total keseluruhan sebesar 49,58%.

Sedangkan pada siswa kelas IVB pada pernyataan kemampuan berpikir kritis sebesar 19,2%, model pembelajaran sebesar 18,08% dan media pembelajaran sebesar 10,16% dengan total keseluruhan sebesar 48,16%.

(4)

Kurangnya kemampuan berpikir kritis siswa merupakan akibat langsung dari peran guru di kelas yang lebih menonjol dibanding siswa dalam pembelajaran. Demikian pula, pertanyaan atau inkuiri yang diajukan oleh seorang guru selama pengajaran dibatasi pada pertanyaan yang murni bersifat teoretis. Hasilnya adalah jawaban siswa terhadap pertanyaan deskripsi lebih dangkal daripada mendalam. Berlawanan dengan apa yang diyakini Gokhale (dalam Solihah, 2019), bahwa pertanyaan berpikir kritis adalah pertanyaan yang diarahkan pada analisis, sintesis, dan penilaian suatu ide, di sini kita melihat bahwa tidak demikian. Paradigma pendidikan tradisional yang berpusat pada guru adalah salah satu dari beberapa penyebab masalah ini di kelas. Model pembelajaran konvensional didasarkan pada prinsip-prinsip behaviorisme dalam pendidikan. Menurut behavioris, tindakan siswa dipengaruhi oleh penguatan yang mereka dapatkan. Bentuk pendidikan konvensional dikritik karena kurang memberikan siswa kesempatan yang cukup untuk terlibat dalam pemikiran kritis selama proses pembelajaran. Siswa kesulitan belajar secara kritis karena metode pembelajaran konvensional hanya mendorong mereka untuk menghafal tanpa memperluas wawasan berpikir (Susanto, 2014).

Terdapat berbagai model pembelajaran efektif yang tersedia saat ini yang dapat diterapkan dalam pembelajaran di seluruh dunia untuk meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi pelajaran. Selain itu, kurikulum saat ini dikenal dengan Kurikulum Merdeka yang fokusnya bergeser dari instruktur ke siswa. Ini menyiratkan bahwa siswa modern diharapkan untuk mengambil peran aktif, kreatif dan inovatif dalam pembelajaran di kelas.

Untuk mengatasi masalah rendahnya kemampuan berpikir kritis siswa, diperlukan penggunaan model pembelajaran yang dapat mendorong siswa untuk berpikir kritis mereka. Dari sekian banyak model pembelajaran yang ada, model yang menurut saya cocok digunakan adalah Problem Based Learning (PBL) atau pembelajaran berbasis masalah. PBL merupakan metode pengajaran yang menekankan pada pengembangan kemampuan siswa untuk berpikir kritis, memecahkan permasalahan, dan belajar secara aktif. Dalam PBL, siswa dihadapkan pada suatu masalah yang menjadi titik tolak untuk proses belajar mereka. Hal ini mendorong motivasi siswa untuk menghasilkan solusi yang dapat diimplementasikan.

Pentingnya kerja sama dalam PBL membuat siswa bekerja secara kooperatif untuk memahami masalah, mengemukakan berbagai pendapat mengenai solusi yang potensial, dan akhirnya mensintesis solusi terbaik. Dalam suasana seperti itu, kemampuan berpikir kritis siswa berkembang dengan baik, dan mereka dapat mencapai pemahaman yang lebih mendalam tentang cara belajar yang sebenarnya. Dengan menerapkan PBL, diharapkan kemampuan berpikir kritis siswa dapat meningkat dan mereka menjadi lebih aktif dan terlibat dalam proses pembelajaran.

Penelitian sebelumnya telah menunjukkan bahwa model pembelajaran PBL memiliki potensi untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa. Dalam model pembelajaran ini, siswa diberi tugas untuk memecahkan masalah dunia nyata yang kompleks, yang mendorong mereka untuk belajar dengan lebih aktif dan mendalam. Melalui metode ilmiah seperti observasi, investigasi, analisis, sintesis, dan penarikan kesimpulan, siswa didorong untuk menemukan solusi untuk masalah tersebut. Dengan menghadapi pendekatan ilmiah dalam pemecahan masalah, keterampilan berpikir kritis dan pemecahan masalah siswa dapat berkembang dengan baik. Tujuan penelitian ini adalah untuk menguji asumsi teoritis ini dan mengevaluasi pengaruh dari model pembelajaran PBL terhadap kemampuan berpikir kritis siswa di lingkungan kelas. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi panduan bagi guru

(5)

untuk meningkatkan pengalaman belajar siswa di kelas dengan menerapkan model pembelajaran PBL secara efektif.

Terdapat salah satu materi pembelajaran PPKn kelas IV adalah membangun jati diri dalam kebinekaan. Dalam unit tersebut, terdapat materi yang salah satunya adalah berbagai keragaman budaya di lingkungan sekitar. Mulai dari keberagaman agama, suku, budaya, ras, bahasa dan lain-lain. Tidak hanya memperkenalkan siswa pada berbagai keragamannya saja akan tetapi juga menyikapi bagaimana cara mengatasi suatu permasalahan karena adanya berbagai keberagaman ini.

Sebagian besar siswa masih gagal memenuhi Kompetensi Dasar (KD) dan tujuan pembelajaran meskipun telah diupayakan untuk mencapainya, sehingga kemampuan siswa untuk berpikir kritis dan hasil belajarnya menurun sebagai akibatnya. Hal ini menunjukkan peran penting media pembelajaran dan sumber belajar dalam pendidikan. Salah satu upaya untuk mencapai KD dan tujuan pembelajaran, menurut temuan peneliti adalah dengan menciptakan media pembelajaran yang dapat membantu siswa berpikir kritis saat memecahkan suatu permasalahan dan memahami materi tentang keragaman budaya dan suku bangsa Indonesia, makna perbedaan, dan sikap menghargai perbedaan. Rumah adat, pakaian adat, dan tarian tradisional adalah bagian penting dari warisan budaya Indonesia yang kaya, dan media pembelajaran harus dapat membantu guru mengatasi kesulitan mereka dalam mengkomunikasikan informasi ini.

Selain model pembelajaran, penggunaan media yang tepat oleh guru dalam kegiatan belajar mengajar memiliki peran penting dalam menentukan keberhasilan siswa dalam belajar.

Media pembelajaran dapat didefinisikan sebagai sarana yang digunakan untuk menyampaikan pesan kepada peserta didik atau sebagai alat bantu berwujud atau non-fisik yang digunakan untuk memfasilitasi pemahaman materi pelajaran (Rusnilawati, dkk., 2018: 198; Musfiqon, 2012:

28). Dalam konteks ini, modifikasi media pembelajaran dilakukan agar lebih menarik bagi siswa dan membangkitkan rasa ingin tahu mereka untuk belajar lebih lanjut. Salah satu contoh media pembelajaran yang diharapkan dapat mendorong siswa untuk berpikir kritis dan membangun rasa ingin tahu adalah Pop Up Book. Pop Up Book adalah buku tiga dimensi yang ketika dibuka menciptakan ilusi kedalaman, sehingga pesan yang disampaikan terlihat lebih nyata dan menarik perhatian siswa. Dengan menggunakan media ini, diharapkan siswa akan lebih terlibat dalam proses pembelajaran dan memiliki motivasi yang tinggi untuk memahami materi secara mendalam.

Pentingnya penggunaan media dalam mendukung proses pembelajaran tidak dapat diabaikan. Media yang khusus dibuat untuk tujuan pendidikan atau pengajaran disebut "media pembelajaran" (Heinich et al., seperti yang dikutip dalam Arsyad, 2017:4). Anak-anak usia Sekolah Dasar (SD) berada dalam tahap operasional konkret, sehingga menggunakan media dalam penyampaian materi dapat meningkatkan efektivitas pembelajaran dan membuat kegiatan belajar menjadi lebih menarik dan hidup. Jadi, penggunaan media dalam pembelajaran di sekolah sangatlah penting. Karena proses pembelajaran menggabungkan penglihatan, pendengaran, sensasi, penciuman, dan sentuhan. Berdasarkan pengalaman Dale (dalam Zainiyati, 2017: 66) berpendapat bahwa pengalaman langsung akan menyampaikan persepsi yang paling komprehensif dan bermakna dari informasi dan suatu gagasan yang terkandung dalam pengalaman. Partisipasi aktif siswa di kelas telah terbukti meningkatkan prestasi akademik mereka. Siswa lebih cenderung mengambil peran aktif dalam pembelajaran mereka ketika mereka memiliki akses ke pengalaman dunia nyata yang bermakna.

(6)

Ada dua kategori utama media pembelajaran, yaitu media dua dimensi dan media tiga dimensi. Pop Up-Book merupakan salah satu jenis media tiga dimensi. Media "Pop Up-Book"

dapat dijelaskan sebagai "sebuah buku dengan bagian yang dapat bergerak dan elemen tiga dimensi," seperti yang didefinisikan oleh Montanaro (2009: 50). Menurut Dzuanda (2011: 1), Pop Up Book adalah bagian dari buku yang bergerak atau memiliki elemen tiga dimensi yang muncul ke belakang ketika halaman dibuka, yang memberikan visualisasi cerita yang menarik dan interaktif.

Dengan peran guru menjadi fasilitator, siswa lebih siap untuk memahami informasi yang disajikan dan dapat memberikan solusi mereka sendiri untuk permasalahan yang telah mereka identifikasi. PBL merupakan pendekatan pembelajaran yang sependapat dengan Suharia (2013:77) Media pembelajaran yang tepat dapat menekankan siswa untuk belajar dan bekerja sama dalam kelompok untuk mencari jawaban atas masalah dunia nyata. Dengan penggunaan media yang sesuai dan penerapan model atau metode pembelajaran yang tepat, minat alami siswa akan tergugah dan mereka akan mengembangkan kemampuan untuk menyelesaikan masalah secara mandiri. Selain itu, penggunaan media yang tepat dapat mendorong siswa untuk berpartisipasi aktif dalam pembelajaran, mengembangkan kemampuan berpikir kritis, dan pada akhirnya mencapai kesuksesan dalam pengejaran akademis mereka.

Hasil dan Pembahasan Hasil

Uji regresi linear sederhana dapat digunakan untuk mengetahui pengaruh dari model pembelajaran PBL dengan bantuan media Pop Up Book. Temuan uji regresi disajikan di bawah ini:

Tabel 4.4 Hasil Uji Regresi Linear Sederhana Coefficientsa

Model Unstandardized

Coefficients Standardized

Coefficients t Sig.

B Std. Error Beta 1

(Constant) 32.765 8.559 3.828 .001

Model

Pembelajaran PBL .767 .139 .762 5.516 .000 a. Dependent Variable: Kemampuan Berpikir Kritis

Model Summary Model R R Square Adjusted R

Square

Std. Error of the Estimate

1 .762a .580 .561 6.436

a. Predictors: (Constant), Model pembelajaran PBL

Dari tabel 4.2 diatas terlihat bahwa nilai sig thitung = 5.516 > ttabel = 3.828 dan nilai signifikan 0,000 lebih kecil dari 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan dalam penggunaan model PBL dengan bantuan media Pop Up Book pada pelajaran PPKn materi Membangun Jati Diri Dalam Kebinekaan di kelas IV SD Negeri Gedanganak 03. Nilai R square atau R2 = 0,580 = 58,0% yang berarti dari hasil uji regresi linier sederhana menunjukkan

(7)

bahwa variabel model pembelajaran PBL yang didukung oleh media Pop Up Book berpengaruh terhadap peningkatan variabel kemampuan berpikir kritis sebesar 67,7%.

Tabel 4.5 Hasil Observasi Keterlaksanaan Pembelajaran Pembelajaran Kelas Kontrol Kelas Eksperimen

Pembelajaran 1 80,6% 82,2%

Pembelajaran 2 82,9% 89,3%

Pembelajaran 3 85,2% 86,4%

Total 248,7% 257,9%

Rata-rata 82,9% 85,9%

Tabel 4.5 menunjukkan hasil dari observasi keterlaksanaan pembelajaran yang dilakukan peneliti, untuk kelas eksperimen terlihat lebih unggul dibandingkan dengan kelas kontrol.

Dimana kelas eksperimen memperoleh rata-rata presentase sebesar 85,9%, sedangkan kelas kontrol memperoleh rata-rata presentase sebesar 82,9%. Sehingga dari data tersebut disimpulkan terdapat perbedaan pengaruh antara pembelajaran pada kelas kontrol dan kelas eksperimen.

Pembahasan

Berdasarkan penelitian yang dilakukan, data menunjukkan bahwa penggunaan Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) yang didukung oleh media Pop Up Book memiliki pengaruh positif terhadap kemampuan berpikir kritis siswa di kelas IV SD Negeri Gedanganak 03. Model pembelajaran PBL berperan sebagai variabel bebas yang mempengaruhi kemampuan berpikir kritis siswa sebagai variabel terikat. Dengan menggunakan media Pop Up Book, penerapan model PBL dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa, memungkinkan mereka untuk lebih efektif dalam mengatasi masalah dengan cara berpikir kritis. Temuan ini konsisten dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Wahyuni dan Anugraheni (2020), yang juga menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran Problem Based Learning memiliki dampak positif terhadap kemampuan berpikir kritis siswa. Secara ringkas, penelitian ini menegaskan bahwa kombinasi antara model pembelajaran PBL dan penggunaan media Pop Up Book dapat menjadi strategi efektif untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa dalam proses belajar.

Hasil observasi dari penelitian menunjukkan bahwa penggunaan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) dengan media Pop Up Book memberikan dampak yang lebih signifikan pada kelompok eksperimen dibandingkan dengan kelompok kontrol yang hanya menggunakan model pembelajaran PBL tanpa media Pop Up Book. Dalam aspek kemampuan berpikir kritis, siswa di kelompok eksperimen menunjukkan hasil yang lebih baik, dengan rata- rata nilai sebesar 83,75 persen, dibandingkan dengan kelompok kontrol yang hanya mencapai rata-rata nilai sebesar 77,37 persen. Penyebab perbedaan tersebut dapat dijelaskan oleh fakta bahwa kelompok eksperimen menggunakan media Pop Up Book yang membantu dan mendorong siswa untuk lebih terlibat dan antusias dalam pembelajaran. Media ini juga membantu siswa untuk lebih fokus dalam berpikir secara kritis tentang materi yang dipelajari.

Sementara itu, meskipun kelompok kontrol juga menerapkan model pembelajaran PBL yang aktif, namun kurangnya bantuan media pembelajaran membuat tingkat keterlibatan siswa lebih rendah dibandingkan dengan kelompok eksperimen. Dengan demikian, penggunaan

(8)

media Pop Up Book dalam model pembelajaran PBL dapat dianggap sebagai faktor yang berkontribusi pada peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa.

Hasil ini memberikan implikasi positif untuk penggunaan media pembelajaran yang tepat guna dalam meningkatkan efektivitas pembelajaran di kelas. Siswa pada kedua kelompok memiliki kemampuan berpikir kritis yang sangat baik, berdasarkan apa yang dilihat guru. Oleh karena itu, guru hendaknya menggunakan model pembelajaran dan media pembelajaran dengan tugas belajar yang berbeda agar proses pembelajaran berjalan lancar dan pembelajaran siswa lebih bernilai. Kesimpulan ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Purwanti dan Suryani (2018). Penelitian tersebut menunjukkan bahwa jika pembelajaran hanya mengandalkan buku sebagai satu-satunya sumber informasi, maka cara berpikir siswa dalam menjawab pertanyaan cenderung menjadi monoton dan kurang bervariasi. Oleh karena itu, diperlukan pendekatan pembelajaran yang lebih inovatif dan tidak hanya terfokus pada isi buku saja. Pembelajaran yang efektif adalah yang mendorong siswa untuk melatih kemampuan berpikir kritis sehingga mereka dapat menghasilkan jawaban yang berbeda-beda satu sama lain. Pendekatan pengajaran langsung bisa menjadi salah satu model yang digunakan dalam proses pembelajaran ini.

Media Pop Up Book mendukung model pembelajaran PBL yang terbukti mampu meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa. Kemampuan siswa untuk berpikir kritis telah meningkat sebagai hasil dari pembelajaran di kelas. Karena dengan model pembelajaran PBL dengan bantuan meida Pop Up Book siswa diberi kesempatan untuk mengerjakan soal-soal yang diajukan oleh guru kelompok kecil menjadikan mereka lebih cenderung berperan aktif dalam pendidikannya sendiri. Dengan demikian menggunakan model pembelajaran PBL dengan penggunaan media Pop Up Book terbukti efektif. Hal ini dibuktikan dengan penelitian yang dilakukan oleh Ariyanti et al. (2023), hasil belajar siswa khususnya pada ranah kognitif dapat ditingkatkan dengan menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) yang didukung dengan media Pop Up Book. Hal ini menunjukkan bahwa anak sekolah dasar dapat memanfaatkan mdel pembelajaran Problem Based Learning (PBL) dengan penggunaan media Pop Up Book.

Tujuan dari model Problem Based Learning (PBL) berbantuan media Pop Up Book ini adalah memberikan pembelajaran bermakna bagi siswa dalam mengaitkan materi pembelajaran serta mampu menghadapi permasalahan yang ada dalam kehidupan sehari-hari dan membutuhkan pemikiran kritis untuk menyelesaikannya. Kurikulum PKn kelas IV sangat cocok dengan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) berbantuan media Pop Up Book. Pada materi membangun jati diri dalam kebinekaan.

Dilihat dari hasil observasi keterlaksanaan pembelajaran yang dilakukan peneliti, untuk kelas eksperimen terlihat lebih unggul dibandingkan dengan kelas kontrol. Dimana kelas eksperimen memperoleh rata-rata presentase sebesar 85,9%, sedangkan kelas kontrol memperoleh rata-rata presentase sebesar 82,9%. Sehingga dari data tersebut disimpulkan terdapat perbedaan pengaruh antara pembelajaran pada kelas kontrol dan kelas eksperimen.

Observasi kemampuan berpikir kritis yang dilakukan pada kelas eksperimen menunjukkan bahwa penggunaan model dan media dalam proses pembelajaran berpengaruh terhadap kemampuan berpikir kritis siswa. Hal ini dierkuat dengan penelitian Amalia dkk (2020) yang menyatakan bahwa terdapat pengaruh penggunaan model PBL terhadap kemampuan berpikir kritis siswa. Berdasarkan rata-rata hasil observasi dan posttest, kelas eksperimen lebih baik dari kelas kontrol. Terlihat juga dari betapa bersemangatnya peserta didik dalam

(9)

mengikuti kegiatan pembelajaran. Siswa yang biasanya tidak terlalu terlibat dalam kelas menjadi lebih terlibat dan dapat memahami apa yang dipelajarinya karena model dan media digunakan dalam proses pembelajaran. Jadi, dapat dikatakan bahwa ada hal-hal yang mempengaruhi kemampuan berpikir kritis siswa, seperti keinginan mereka untuk belajar dengan mencoba cara belajar baru yang belum pernah dicoba oleh guru atau siswa sebelumnya, keaktifan siswa ketika mengikuti kegiatan pembelajaran seperti bertukar pendapat dan berdiskusi untuk memecahkan suatu permasalahan, penggunaan media ajar yang dapat memberikan pengalaman baru bagi siswa, serta pembiasaan pemberian soal kemampuan berpikir kritis berupa uraian.

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan peneliti bahwa terdapat pengaruh dari penggunaan model pembelajaran PBL berbantuan Pop Up Book terhadap kemampuan berpikir kritis siswa. Hal ini dibuktikan dengan taraf signifikasi 0,00 < 0,05 yang artinya H0 ditolak dan H1 diterima. Jadi persamaannya adalah X berpengaruh terhadap Y. Selain itu, diperoleh nilai R square atau R2 = 0,580 = 58%. Nilai tersebut menunjukkan bahwa kemampuan berpikir kritis (Y) dapat dijelaskan dengan model pembelajaran PBL (X) sebesar 58%. Dengan kata lain bahwa X mempengaruhi Y sebesar 58%. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran PBL berbantuan Pop Up Book berpengaruh terhadap kemampuan berpikir kritis siswa.

Berdasarkan hasil penelitian ini, peneliti menyampaikan beberapa saran sebagai berikut:

(1) Bagi guru yang ingin meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa disarankan dapat menggunakan model pembelajaran PBL berbantuan Pop Up Book. (2) Bagi siswa disarankan agar lebih mengembangkan kemampuan berpikir kritisnya dalam memecahkan persoalan di dalam dan di luar kelas dan dapat lebih terlibat dalam proses pembelajaran. (3) Bagi peneliti lain apabila ingin melakukan penelitian tentang model pembelajaran PBL berbantuan Pop Up Book sebaiknya disiapkan secara matang agar mendapatkan hasil yang maksimal.

Ucapan Terimakasih

Pada akhir penelitian ini, penelitin mengucapkan banyak terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu khususnya kepada SD Negeri Gedanganak 03, Universitas Ngudi Waluyo, dan seluruh pihak yang terkait dalam penyusunan penelitian ini

Daftar Pustaka

Ahmad, Susanto.2014.Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar. Jakarta: Kencana Predan Media Group.

Amalia, L. N., Sulistyowati, P., & Ladamay, I. (2020, November). Pengaruh model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) berbantuan media wayang kardus terhadap keterampilan berpikir kritis siswa pada materi kegiatan ekonomi kelas IV SD. In Prosiding Seminar Nasional PGSD UNIKAMA (Vol. 4, No. 1, pp. 472-480).

(10)

Amir, M. F. 2015. Proses Berpikir Kritis Siswa Sekolah Dasar dalam Memecahkan Masalah Berbentuk Soal Cerita Matematika Berdasarkan Gaya Belajar. Jurnal Math Educator Nusantara Vol 01 No. 02

Arsyad, Azhar. 2017. “Media Pembelajaran Edisi Revisi”. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada Dzuanda. (2011). Perancangan Buku Cerita Anak Pop-Up Tokoh-Tokoh Wayang Berseri, Seri

”Gatotkaca”. Jurnal Library ITS Undergraduate, (Online), (http://library.its.undergraduate.ac.id, diakses pada 5 Mei 2014).

Montanaro, Ann. (2009). A Concise History of Popup and Movable Books.

http://www.libraries.rutgers.edu/rul/libs/scua/montanar/p-intro.htm). (diakses tanggal 15 Juni 2014) Meliala, Andyda.(2004).

Purwanti, K. Y., & Suryani, E. (2018). Pengaruh Discovery Learning dengan Pendekatan Scientific Berbantuan Powtoon terhadap Motivasi dan Kemampuan Berpikir Kritis. JANACITTA, 1(1).

Rusnilawati, R. (2018). Gadget Optimization to Improve the High Order Thinking Skill (HOTS) of Students in Elementary School. The 2nd International Conference On Child-Friendly Education (ICCE) 2018.

Solihah, S. (2019). Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Matematik Siswa MTs dengan Menggunakan Metode BrainBased Learning. Jurnal Teorema: Teori dan Riset Matematika, 4 (1) , hlm. 55-64

Wahyuni, S., & Anugraheni, I. (2020). Pengaruh Model Problem Based Learning Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Kelas IV Dalam Pembelajaran Tematik. Magistra: Jurnal Keguruan Dan Ilmu Pendidikan, 7(2), 73-82.

Zainiyati, H. S. (2002). Diktat Media Pengajaran. Surabaya: Biro kajian Ilmiah Fak. Tabiyah IAIN Sunan Ampal.

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian bertujuan untuk mengetahui pengaruh model Problem Based Learning (PBL) terhadap hasil belajar biologi ditinjau dari kemampuan berpikir kritis.. Penelitian

Hasil penelitian membuktikan bahwa (1) kemampuan berpikir kritis dalam pembelajaran menggunakan model Problem Based Learning (PBL) dan model inquiri dipengaruhi

Hasil penelitian menunjukkan bahwa melalui penggunaan media Pop Up Book dapat meningkatkan keterampilan menulis narasi peserta didik kelas IV, hal itu terlihat dari

Hasil yang didapat adalah terwujudnya media pembelajaran pop up book dimana penggunaan media pop up book sebagai media pembelajaran dapat meningkatkan hasil

Penelitian tentang media Pop-Up Book ini pernah dilakukan oleh Wati dan Zuhdi (2017) dengan hasil yang diperoleh bahwa media Pop-Up Book pada pembelajaran

Berdasarkan penelitian tindakan kelas yang Berdasarkan analisis dan pembahasan, dapat disimpulkan bahwa dengan penerapan model Problem Based Learning berbantuan

Maka dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan dari skor Postest hasil belajar siswa pada kelas eksperimen menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning PBL

Hasil penelitian ini menunjukkan: 1 pengembangan Pop-Up Book sebagai media pembelajaran menulis teks prosedur bagi siswa smp kelas VII MTs N 7 Sleman; 2 kualitas Pop-Up Book untuk