1
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kedelai hitam (Glycine max (L.) Merr.) merupakan salah satu tanaman pangan penting dan memiliki kandungan gizi yang tinggi. Kedelai hitam memiliki kandungan air 12,3 g/100g, protein 33,3 g/100g, lemak 15,0 g/100g, karbohidrat 35,4 g/100g dan mineral 4,0 g/100g (Sadikin, 1985).
Kedelai hitam secara morfologi dan nutrisi memiliki banyak kesamaan dengan kedelai kuning, namun warnanya yang hitam menjadikan kedelai ini memiliki pemanfaatan yang spesifik. Kedelai hitam biasanya dalam masyarakat Indonesia dimanfaatkan untuk pembuatan kecap, susu, tepung kedelai hitam, dan lain-lain (Ginting dkk., 2009).
Pengolahan kedelai hitam yang bisa dijadikan bermacam-macam variasi makanan menjadikannya disukai banyak orang. Selain dapat diolah menjadi berbagai macam variasi makanan, kedelai hitam juga bermanfaat bagi kesehatan.
Kedelai hitam mengandung senyawa lecithin yang berguna untuk menghancurkan timbunan lemak dalam tubuh. Manfaat lainnya yaitu dapat mencegah proses oksidasi dini dan penyakit degeneratif karena mengandung antioksidan berupa antosianin (Damardjati dkk., 2005).
Perkembangan produksi kedelai di Indonesia setiap tahun terus mengalami peningkatan namun masih belum bisa memenuhi kebutuhan. Mengacu data produksi kedelai nasional secara umum, total produksi kedelai di Indonesia masih fluktuatif dan belum mampu memenuhi kebutuhan pasar.
1
Pengaruh Pemberian Agens…, Faiz Ali Yafie, FKIP UMP, 2018
2
Tabel 1.1 Perbandingan Luas Lahan, Produktivitas dan Produksi Kedelai di Indonesia Tahun 2011-2015
Uraian Tahun
2011 2012 2013 2014 2015
Luas lahan (ha) 622.254 567.624 550.793 615.685 624.848 Produktivitas (ton/ha) 1,368 1,485 1,416 1,551 1,573 Produksi (ton) 851.286 843.153 779.992 954.997 982.967 (Badan Pusat Statistik, 2015).
Konsumsi kedelai nasional per tahun mencapai 2,6 juta ton sedangkan produksi nasional saat ini belum tembus satu juta, sehingga menimbulkan ketergantungan akan impor kedelai (Badan Pusat Statistik, 2015).
Salah satu penyebab rendahnya hasil kedelai hitam di Indonesia adalah adanya gangguan hama dan penyakit tanaman. Penyakit yang sering muncul pada tanaman kedelai adalah penyakit karat. Penurunan hasil kedelai oleh penyakit ini sampai 90% (Sudjono, 1985). Penyakit karat kedelai disebabkan oleh cendawan Phakopsora pachyrhizi merupakan penyakit penting karena merugikan petani, penyakit ini menyebabkan daun kedelai mengalami bercak-bercak kuning dan daun akan rontok lebih awal. Kondisi seperti ini dapat mengakibatkan penurunan jumlah polong, biji dan berat biji yang dihasilkan dari tanaman kedelai (Sumartini, 2010).
Ketahanan tanaman kedelai khusunya kedelai hitam yang rendah terhadap serangan karat menjadikan petani sering menggunakan fungisida sintetik untuk mengendalikannya. Penggunaan fungisida sintetik dalam jangka lama dapat membunuh organisme non target, mencemari lingkungan dan menimbulkan keracunan pada manusia (Tarumingkeng, 2008).
Pengaruh Pemberian Agens…, Faiz Ali Yafie, FKIP UMP, 2018
3
Mengatasi dampak negatif penggunaan fungisida sintetik tersebut, maka perlu alternatif lain dalam mengendalikan penyakit karat, yang lebih aman dan ramah lingkungan. Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah dengan cara penggunaan varietas tahan dan pengaplikasian agens hayati Corynebacterium (Coryne) dan Plant Growt Promoting Rhizobacteri (PGPR). Fungsi dari kedua bakteri tersebut sebagai mikroorganisme antagonis yang dapat mengendalikan penyakit karat. Kelebihan agens hayati adalah tidak menimbulkan efek negatif untuk tanaman dan tidak menimbulkan pencemaran lingkungan.
Hasil penelitian Maman dkk. (2014) menunjukkan bahwa penggunaan varietas kedelai unggul atau tahan mampu menekan produktivitas kedelai akibat serangan cendawan Phakopsora pachyrhizi. Hal ini ditunjukkan pada kondisi terinfeksi penyakit karat, kedelai varietas Slamet dan varietas Bromo memiliki intensitas serangan karat terendah yakni 18,38% dan 24,63%. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Zahara dkk. (2016) menunjukkan bahwa aplikasi Corrynebacterium pada 28 HST sebelum inokulasi bakteri Xanthomonas oryzae pv. oryzae (Xoo) mampu memperlambat masa inkubasi penyakit hawar daun pada tanaman padi. Hasil penelitian Putri dkk. (2013) menunjukkan bahwa penggunaan bakteri PGPR mampu memperlambat perkembangan penyakit Soybean Mosaic Virus pada tanaman kedelai.
Oleh karenanya dilakukan penelitian yang berjudul Pengaruh Pemberian Agens Hayati Terhadap Intensitas Penyakit Karat Pada Beberapa Varietas Kedelai Hitam.
Pengaruh Pemberian Agens…, Faiz Ali Yafie, FKIP UMP, 2018
4
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latarbelakang tersebut, dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut :
1. Bagaimana pengaruh perlakuan varietas kedelai dan agens hayati terhadap pertumbuhan, hasil dan intensitas penyakit karat?
2. Kombinasi perlakuan varietas dan agens hayati manakah yang paling baik dalam meningkatkan pertumbuhan dan hasil serta menurunkan intensitas penyakit karat.
1.3 Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk :
1. Untuk mengetahui pengaruh perlakuan varietas kedelai dan agens hayati terhadap pertumbuhan, hasil dan intensitas penyakit karat
2. Untuk mengetahui kombinasi perlakuan varietas dan agens hayati yang paling baik dalam meningkatkan pertumbuhan dan hasil serta menurunkan intensitas penyakit karat.
1.4 Manfaat penelitian
Hasil penelitian diharapkan dapat:
1. Memberikan informasi mengenai pengaruh pemberian agens hayati (Coryne dan PGPR) terhadap hasil tanaman kedelai varietas Detam 1, varietas Detam 3 dan varietas Detam 4 di lahan endemik penyakit karat.
Pengaruh Pemberian Agens…, Faiz Ali Yafie, FKIP UMP, 2018