• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) DAN DANA PERIMBANGAN TERHADAP KEMANDIRIAN KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH

N/A
N/A
Wesa Nohata

Academic year: 2023

Membagikan "PENGARUH PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) DAN DANA PERIMBANGAN TERHADAP KEMANDIRIAN KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH"

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

111

PENGARUH PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) DAN DANA PERIMBANGAN TERHADAP KEMANDIRIAN KEUANGAN

PEMERINTAH DAERAH

1Rahmat Saleh

1Program Studi Akuntansi, Sekolah Vokasi Institut Pertanian Bogor

rahmat_saleh@apps.ipb.ac.id

Abstract

Local Financial Independence has become one of the main factors to determine whether a local government has optimizing their Local Original Revenue earnings or still depend on their Transfer Revenue, particularly Fiscal Funds from state government, to implement their governance. The purposes of this research are to study the effect that the Local Original Revenue has against Local Financial Independence, to study the effect that the Fiscal Funds has against Local Financial Independence, and to study the effect that both Local Original Revenue and Fiscal Funds have against Local Financial Independence. The data analyzing, methods such as Multiple Linear Regression, F-test and t-test were used to study the effect both independent variables have against the dependent variable. The findings of the study indicate that Local Original Revenue had a positive effect against Local Financial Independence, Fiscal Funds had a negative effect against Local Financial Independence, and Local Original Revenue and Fiscal Funds simultaneously had effect against Local Financial Independence.

Keywords: Fiscal Funds; Local Financial Independence; Local Original Revenue

JEL Classification : H72, M48

Submission date : January 5, 2020 Accepted date : July 16, 2020

(2)

1. PENDAHULUAN

Penerapan otonomi daerah dan desentralisasi fiskal yang tertuang dalam Undang- Undang Nomor 22 dan 25 Tahun 1999 telah dilaksanakan sejak 1 Januari 2001.

Pelaksanaan otonomi daerah merupakan babak baru dalam pembangunan dan pemerataan daerah. Otonomi daerah dan desentralisasi adalah bentuk sistem penyerahan urusan pemerintahan dan pelimpahan wewenang kepada daerah yang berada dibawahnya. Otonomi daerah sebagai satu bentuk desentralisasi kebijakan pemerintahan, pada hakikatnya ditujukan untuk mendekatkan pemerintah dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat secara keseluruhan. Otonomi daerah berupaya untuk lebih mendekati tujuan-tujuan penyelenggaraan pemerintahan untuk mewujudkan cita-cita masyarakat yang lebih adil dan makmur. Pemberian, pelimpahan, dan penyerahan sebagian tugas-tugas kepada pemerintah daerah. Dalam rangka menyelenggarakan pembangunan dan menyediakan pelayanan publik, pemerintah daerah memiliki wewenang yang luas dalam merencanakan dan mengalokasikan Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang diperoleh untuk menyelenggarakan pembangunan. Pendapatan Asli Daerah terdiri dari Pajak Daerah, Retribusi Daerah, Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan, dan Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah.

Pada tahun 1966-1998 Indonesia menganut sistem pemerintahan orde baru bersifat sentralisasi dimana segala macam kewenangan diatur oleh pemerintah pusat. Dalam menjalankan roda pemerintahan sentralisasi terjadi penyerahan wewenang dan kekuasaan pemerintah daerah secara penuh kepada pemerintah pusat. Hal ini menimbulkan kesulitan dalam pembangunan nasional secara merata. Karena adanya pelimpahan kekuasaan sehingga pembangunan pusat pasti lebih baik dan terkendali dibanding dengan pembangunan daerah terutama daerah yang jauh dari jangkauan.

Dampaknya terjadi ketimpangan dan kesenjangan yang cukup signifikan di setiap daerah. Hal ini mempengaruhi tingkat pertumbuhan ekonomi dan pembangunan nasional di daerah tersebut. Ketimpangan pembangunan dan pelayanan yang tidak transparan tersebut mendorong pemerintah untuk merubah kebijakan yang ada, yaitu merubah kebijakan sistem sentralisasi menjadi sistem desentralisasi. Kebijakan desentralisasi timbul karena adanya Kebijakan Otonomi Daerah yang lahir dari Ketetapan MPR Nomor XV/MPR/1998 tentang Penyelenggaraan Otonomi Daerah, Pengaturan, Pembagian dan Pemanfaatan Sumber Daya Nasional yang berkeadilan serta Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah dalam Kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia yang merupakan landasan hukum bagi dikeluarkannya UU No. 22 Tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah yang kemudian diperbarui dengan disahkannya UU No. 32 Tahun 2004 dan diperbarui lagi pada Tahun 2014 menjadi UU No. 23 Tahun 2014 dan UU No.

25 Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah yang kemudian diperbarui menjadi UU No. 33 Tahun 2004.

Salah satu penyelenggaraan desentralisasi yang terkait dengan pemerintah pusat dan pemerintah daerah yaitu pembentukan daerah otonom dan penyerahan kekuasaan secara hukum dari pemerintah pusat ke pemerintah daerah yang isinya memberi

(3)

wewenang untuk mengurus pemerintahannya masing-masing dan memberikan peluang untuk menggali potensi lokal agar terwujudnya kemandirian keuangan daerah bagi daerah tersebut. Kemampuan pemerintah daerah dalam membiayai sendiri kegiatan pemerintah, pembangunan, dan pelayanan kepada masyarakat dapat ditujukkan oleh kemampuan keuangan daerahnya yang dilihat dari besar dan kecilnya Pendapatan Asli Daerah (PAD) dibanding dengan pendapatan yang berasal dari sumber lainnya seperti bantuan pemerintah pusat maupun pinjaman daerah. Pembagian Bantuan Pemerintah Pusat itu sendiri melalui mekanisme Dana Perimbangan yang terdiri dari Dana Alokasi Umum (DAU), Dana Alokasi Khusus (DAK), dan Dana Bagi Hasil (DBH).

Alokasi Dana Perimbangan kurang memperhatikan kemampuan dalam meningkatkan Pendapatan Asli Daerah, tetapi lebih mementingkan pada aspek belanja.

Hal itu berakibat pemerintah daerah kurang mengeksplorasi pajak lokal secara lebih optimal dan selalu menuntut transfer yang lebih besar lagi dari pusat. Pembiayaan belanja daerah akan mengalami ketergantungan yang lebih tinggi terhadap alokasi dana perimbangan dari pemerintah pusat apabila kondisi ini terus berlanjut. Ketika pemerintah daerah merespon pembiayaan belanja daerah lebih banyak berasal dari dana perimbangan dari pada Pendapatan Asli Daerah dapat menyebabkan terjadinya fenomena flypaper effect. Dalam pelaksanaan kewenangan pemerintah daerah, pemerintah pusat akan mentransfer dana perimbangan yang terdiri dari Dana Alokasi Khusus (DAK), Dana Alokasi Umum (DAU), dan bagian daerah dari Dana Bagi Hasil yang terdiri dari pajak dan sumber daya alam. Selain dana perimbangan, pemerintah daerah mempunyai sumber pendanaan sendiri berupa Pendapatan Asli Daerah (PAD), pembiayaan, dan lain-lain pendapatan. Kebijakan pendanaan semua dana tersebut diserahkan kepada pemerintah daerah. Flypaper effect merupakan kondisi keuangan pemerintah daerah yang membelanjakan lebih banyak dengan menggunakan Dana Alokasi Umum atau dana transfer dibandingkan dengan menggunakan Pendapatan Asli Daerah (Mentayani, 2012).

Pemberian otonomi daerah diharapkan dapat meningkatkan efisiensi, efektivitas, dan akuntabilitas sektor publik. Suatu daerah dapat dikatakan sebagai daerah otonom apabila pemerintah daerah tersebut memiliki kemampuan dalam menggali keuangannya sendiri. Daerah otonom harus memiliki kewenangan dan kemampuan, serta berusaha untuk sebisa mungkin dapat meminimalisir ketergantungan terhadap pemerintah pusat.

Setiap tingkat pemerintah dapat mengatur keuangannya untuk membiayai tugas dan wewenang daerahnya masing-masing, hal ini dapat dikatakan sebagai perimbangan yang ideal antara pemerintah pusat dengan pemerintah daerah.

Kabupaten Bogor merupakan salah satu kabupaten yang diberi wewenang oleh pemerintah pusat untuk melaksanakan otonomi daerah. Dengan penyerahan wewenang tersebut tentunya pemerintah pusat berharap agar Kabupaten Bogor dapat menggali potensi daerahnya, sehingga dapat mengurangi ketergantungan fiskal dan subsidi dari pemerintah pusat.

(4)

Berikut ini adalah rekapan data realisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) yang dilansir dari Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Kabupaten Bogor Tahun 2012-2017, bersumber dari website resmi Pemerintah Daerah Kabupaten Bogor.

Tabel 1

Realisasi APBD Kabupaten Bogor (2012-2017) (dalam jutaan Rupiah)

Sumber: www.bogorkab.go.id (Data telah diolah, 2019)

Berdasarkan dari data di atas, dapat dilihat bahwa jumlah Pendapatan Transfer yang lebih besar dibandingkan jumlah Pendapatan Asli Daerah selama enam tahun berturut-turut. Hal ini menunjukkan bahwa ketergantungan Pemerintah Daerah Kabupaten Bogor terhadap transfer dari pusat, salah satunya dalam bentuk Dana Perimbangan, masih ternilai cukup tinggi. Walau demikian, upaya Pemerintah Daerah Kabupaten Bogor dalam melakukan peningkatan Pendapatan Asli Daerah sudah ternilai cukup baik. Terlihat dari hasil perhitungan Rasio Keuangan Daerah Kabupaten Bogor Tahun 2012-2017.

Keterangan Tahun

2012 2013 2014 2015 2016 2017

PENDAPATAN

DAERAH 3.974.405 4.572.332 5.378.009 6.032.958 5.963.861 6.974.632 Pendapatan Asli

Daerah 1.068.548 1.261.034 1.712.852 2.002.320 2.282.756 2.592.838 Pajak Daerah 741.235 882.963 1.131.443 1.289.686 1.520.988 1.786.132 Retribusi Daerah 127.812 145.818 199.527 138.723 136.137 150.541 Hasil Pengelolaan

Kekayaan Daerah yang Dipisahkan

32.132 13.244 15.109 40.142 43.075 44.338 Lain-lain Pendapatan

Asli Daerah yang Sah 167.368 219.007 366.772 533.769 582.555 611.825 Dana Perimbangan 2.048.588 2.310.876 2.498.370 2.583.489 2.692.167 2.742.839 Dana Bagi Hasil

Pajak/Bukan Pajak 263.488 206.411 252.428 221.902 267.917 269.361 Dana Alokasi Umum 1.062.590 1.887.770 2.055.944 2.163.439 1.917.780 1.902.004 Dana Alokasi Khusus 10.289 216.694 189.997 198.148 506.469 571.474 Lain-Lain Pendapatan

Daerah yang Sah 857.269 1.000.421 1.166.785 1.447.148 988.937 1.638.955

(5)

Tabel 2

Rasio Keuangan Daerah Kabupaten Bogor (2012-2017)

No. Nama Rasio Tahun

2012 2013 2014 2015 2016 2017 1 Kemakmuran (Wealth) PAD 27,70 27,87 28,17 28,33 28,46 28,58 2 Rasio Ketergantungan Keuangan

Daerah (%) 65,34 66,12 64,99 64,01 60,29 54,22

3 Rasio Kemandirian Keuangan

Daerah (%) 41,15 41,86 49,00 51,85 63,49 68,56

Sumber: www.bogorkab.go.id (Data telah diolah, 2019)

Dari hasil perhitungan Rasio Keuangan Daerah Kabupaten Bogor Tahun 2012- 2017, dapat dilihat bahwa tingkat Kemandirian Keuangan Daerah Kabupaten Bogor terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Secara keseluruhan, dengan menghitung rata-rata rasio Kemandirian Keuangan Daerah Kabupaten Bogor selama enam tahun tersebut, tingkat kemandirian keuangan daerah Kabupaten Bogor sebesar 52,65% dengan tingkat pola hubungan bersifat partisipatif. Tingkat kemandirian keuangan daerah Kabupaten Bogor terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun.

Artinya selama enam tahun tersebut dari tahun 2012 hingga tahun 2017, peranan pendapatan transfer semakin berkurang karena daerah Kabupaten Bogor mulai berhasil meningkatkan optimalisasi pendapatan asli daerahnya. Meski begitu secara keseluruhan Pemerintah Daerah Kabupaten Bogor belum sepenuhnya mandiri dalam mengurus otonomi daerahnya. Terutama jika melihat kondisi daerah Kabupaten Bogor secara keseluruhan. Kemudian pada hasil perhitungan tingkat kemakmuran (wealth) Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Bogor Tahun 2012-2017, dapat terlihat bahwa tingkat kemakmuran PAD Kabupaten Bogor selama enam tahun berturut-turut tidak begitu tinggi. Dengan menghitung rata-rata Tingkat Kemakmuran (Wealth) Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Bogor dari tahun 2012 sampai dengan tahun 2017, tingkat kemakmuran PAD Kabupaten Bogor selama enam tahun tersebut hanya mencapai angka 28,18. Meski demikian, selama enam tahun tersebut juga terjadi peningkatan tingkat kemakmuran Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Bogor yang menandakan adanya upaya Pemerintah Daerah Kabupaten Bogor dalam meningkatkan optimalisasi penerimaan Pendapatan Asli Daerah.

Berdasarkan hasil analisis ketergantungan Keuangan Daerah Kabupaten Bogor Tahun 2012-2017, kondisi ketergantungan Pemerintah Daerah Kabupaten Bogor terhadap pemerintah pusat dan/atau pemerintah provinsi tergolong fluktuatif dari tahun ke tahun. Dengan menghitung rata-rata Tingkat Ketergantungan Keuangan Pemerintah Daerah Kabupaten Bogor periode anggaran 2012-2017, hasilnya adalah sebesar 62,50%.

Artinya selama enam periode anggaran tersebut secara berturut-turut, ketergantungan Pemerintah Daerah Kabupaten Bogor terhadap Pendapatan Transfer yang diperoleh dari pemerintah pusat dan/atau pemerintah provinsi masih ternilai begitu tinggi.

(6)

Berdasarkan hasil analisis keuangan yang terdapat di atas, dapat disimpulkan dari tahun 2012 hingga tahun 2017 tingkat Kemandirian Keuangan Daerah Kabupaten Bogor masih belum mandiri sepenuhnya. Terutama jika dilihat dari kondisi geografis Kabupaten Bogor yang begitu luas disertai dengan jumlah penduduk yang banyak. Hal tersebut dikarenakan Pemerintah Daerah Kabupaten Bogor masih belum memaksimalkan penerimaan Pendapatan Asli Daerah-nya dan masih bergantung kepada pendapatan transfer khususnya transfer dari pusat yakni Dana Perimbangan. Hal ini ditandai dengan adanya jumlah Pendapatan Asli Daerah yang masih lebih rendah dibandingkan dengan jumlah Pendapatan Transfer.

Pembangunan fisik di daerah terjadi cukup pesat, namun tingkat ketergantungan fiskal antara daerah terhadap pusat juga semakin besar sebagai akibat dari adanya pembangunan yang dilakukan. Ketergantungan fiskal ini, dapat dilihat dari Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang relatif rendah serta transfer dari pusat yang dominan. Ironisnya, dalam Undang-Undang telah menitikberatkan otonomi pada kabupaten atau kota, namun yang mengalami tingkat ketergantungan yang lebih tinggi justru kabupaten atau kota dibanding provinsi (Afarahim, 2013).

Hasil penelitian-penelitian terdahulu mengenai Pengaruh Dana Perimbangan terhadap Kemandirian Keuangan Daerah, berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Andriani dan Wahid (2018) menunjukkan bahwa Dana Perimbangan berpengaruh negatif terhadap Tingkat Kemandirian Keuangan Daerah. Andriani dan Wahid (2018) menyimpulkan bahwa apabila Dana Perimbangan yang diterima lebih kecil dari Pendapatan Asli Daerah maka akan meningkatkan Kemandirian Keuangan Daerah, begitu pula sebaliknya. Dan Hasil penelitian Putri dan Sjadili (2013), menyatakan bahwa dana perimbangan berpengaruh positif terhadap tingkat kemandirian daerah sementara belanja modal dan pinjaman daerah tidak berpengaruh terhadap tingkat kemandirian daerah. Sementara pada penelitian-penelitian mengenai pengaruh Pendapatan Asli Daerah terhadap Kemandirian Keuangan Daerah, mayoritas hasil penelitian menyatakan bahwa Pendapatan Asli Daerah memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap Kemandirian Keuangan Daerah. Hal tersebut terjadi karena adanya perbedaan variabel, sampel penelitian, periode penelitian, dan metode-metode penelitian yang digunakan.

Penelitian tersebut dilakukan oleh Lestari, Dali, dan Abdullah (2016), hasil penelitian menunjukkan bahwa Pendapatan Asli Daerah berpengaruh positif terhadap kemandirian keuangan daerah. Pendapatan Asli Daerah memiliki peran yang sangat penting dalam mengukur tingkat kemandirian keuangan daerah. Semakin tinggi realisasi Pendapatan Asli Daerah maka akan semakin meningkatan persentase reasio kemandirian keuangan daerah dan sebaliknya Pendapatan Asli Daerah mengalami penurunan dapat mengakibatkan tingkat kemandirian keuangan daerah mengalami penurunan. Dan hasil penelitian Marizka (2013) menyatakan Pendapatan Asli Daerah berpengaruh signifikan positif terhadap tingkat kemandirian keuangan keuangan daerah di Provinsi Sumatera Barat. Jika Pendapatan Asli Daerah suatu daerah lebih besar dibandingkan dengan bantuan pemerintah pusat/provinsi dan pinjaman maka daerah tersebut sudah mandiri dari segi finansialnya, sehingga pemerintah daerah bisa mengurangi pengalokasian dana

(7)

perimbangan kepada daerah tersebut. Sebaliknya jika Pendapatan Asli Daerah suatu daerah lebih kecil dibandingkan dengan pinjaman daerah serta bantuan pemerintah pusat/provinsi seperti Dana Alokasi Umum (DAU), Dana Alokasi Khusus (DAK), dan Dana Bagi Hasil (DBH) maka daerah tersebut dikatakan belum mandiri dari segi finansialnya karena daerah tersebut masih bergantung pada pemerintah pusat.

Dalam pemaparan latar belakang di atas, dapat diketahui bahwa terjadi peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang diperoleh setiap tahunnya. Di saat yang bersamaan terjadi juga peningkatan pada Pendapatan Transfer khususnya pada Dana Perimbangan. Hal ini tentunya memberikan pengaruh bagi Pemerintah Daerah Kabupaten Bogor yang sedang berupaya meningkatkan kemandirian keuangan daerahnya. Karena untuk menjadi daerah yang mandiri, Kabupaten Bogor harus berupaya untuk meningkatkan perolehan Pendapatan Asli Daerahnya. Oleh karena itu, yang menjadi fokus pada penelitian ini adalah pengaruh Pendapatan Asli Daerah dan Dana Perimbangan terhadap Kemandirian Keuangan Pemerintah Daerah Kabupaten Bogor periode 2012-2017. Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini, adalah untuk menganalisis pengaruh Pendapatan Asli Daerah terhadap Kemandirian Keuangan Pemerintah Daerah Kabupaten Bogor pada periode anggaran 2012-2017, untuk menganalisis pengaruh Dana Perimbangan terhadap Kemandirian Keuangan Pemerintah Daerah Kabupaten Bogor pada periode anggaran 2012-2017, dan untuk menganalisis pengaruh Pendapatan Asli Daerah dan Dana Perimbangan terhadap Kemandirian Keuangan Pemerintah Daerah Kabupaten Bogor pada periode anggaran 2012-2017.

2. TINJAUAN PUSTAKA

Teori Pengelolaan (Stewardship Theory)

Stewardship Theory sering disebut sebagai teori pengelolaan (penata layanan) (Davis dan Donalson, 1991). Teori Stewardship didefinisikan sebagai suatu kondisi dimana seorang manajer tidak memiliki kepentingan individu, tapi lebih mengupayakan kepentingan dan keinginan prinsipal serta mampu bertindak dengan penuh tanggungjawab, memiliki integritas, dan kejujuran terhadap pihak lain.

Stewardship theory memandang bahwa pihak manajemen dalam organisasi pemerintah daerah diasumsikan sebagai stewards/penata layanan yang bekerja dengan penuh tanggung jawab sesuai dengan tujuan organisasi. Implikasi penelitian ini terkait dengan teori stewardship adalah bahwa pemerintah daerah bertindak sebagai stewards, penerima amanah menggunakan penerimaan daerah untuk kepentingan pembangunan daerah menuju kearah yang lebih mandiri dari segi keuangan.

Konteks penelitian ini adalah pelaporan penerimaan daerah dengan keidah- kaidah yang baik dan benar dalam meningkatkan kemandirian keuangan. Disini steward yang merupakan pemerintah daerah sendiri bersikap sesuai dengan perspektif teori pengelolaan (stewardship theory). Pemerintah daerah sebagai aktor utama dalam menjalankan manajemen pengelolaan daerah berlaku secara rasional dan tidak dimotivasi

(8)

oleh keinginan individualnya, tetapi lebih sebagai penerima amanah (penata layanan) yang memiliki motif yang sejalan dengan tujuan prinsipal.

Pendapatan Daerah

Pendapatan daerah adalah hak pemerintah daerah yang diakui sebagai penambah nilai kekayaan bersih dalam periode tahun anggaran yang bersangkutan. (UU No. 23 Tahun 2014 tentang pemerintah daerah). Hak tersebut meliputi semua penerimaan uang melalui rekening kas umum daerah, yang menambah ekuitas dana dan tidak perlu dibayar kembali oleh daerah. Sumber-sumber penerimaan daerah terdiri atas Pendapatan Asli Daerah, Dana Perimbangan, dan lain lain pendapatan. Tujuan pengelolaan pendapatan daerah, yaitu untuk mengoptimalkan peneriman pendapatan daerah dari sektor Pendapatan Asli Daerah, membangun keterbukaan informasi pengelolaan pajak daerah, meningkatkan kepatuan masyarakat dalam membayar pajak, dan meningkatkan kualitas sarana dan prasarana kerja penunjang pelayanan kepada masyarakat.

Pendapatan Asli Daerah

Pendapatan Asli Daerah adalah penerimaan yang berasal dari sumber ekonomi asli daerah (Halim (2013). Sumber pendapatan daerah terdiri atas, pendapatan asli daerah meliputi: pajak daerah, retribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan, dan lain-lain pendapatan asli daerah yang sah, pendapatan transfer, dan lain- lain pendapatan daerah yang sah. (UU Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah)

Dana Perimbangan

Menurut Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah, Dana Perimbangan adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan kepada Daerah untuk mendanai kebutuhan Daerah dalam rangka pelaksanaan Desentralisasi. Menurut Halim (2013), Dana Perimbangan adalah dana yang bersumber dari penerimaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) yang dialokasikan kepada daerah untuk membiayai kebutuhan daerah.

Berdasarkan pengertian di atas, Dana Perimbangan adalah penerimaan daerah berupa sejumlah uang (kas) yang diperoleh suatu daerah dari pemerintah pusat melalui APBN untuk mendanai pembiayaan-pembiayaan yang dilakukan Daerah tersebut dalam rangka melaksanakan kegiatan otonomi fiskal dengan baik. Berdasarkan Undang- Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah, Dana Perimbangan terdiri atas: Dana Bagi Hasil, Dana Alokasi Umum, dan Dana Alokasi Khusus.

Kemandirian Keuangan Daerah

Kemandirian Keuangan Daerah berarti pemerintah dapat melakukan pembiayaan dan pertanggungjawaban keuangan sendiri, melaksanakan sendiri dalam rangka asas

(9)

desentralisasi (UU Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah). Kemandirian keuangan daerah menunjukkan bahwa pemerintah daerah mampu untuk membiayai kegiatan pemerintahan, pembangunan dan pelayanan kepada masyarakat yang telah membayar pajak dan retribusi sebagai sumber pendapatan yang diperlukan daerah (Halim, 2013). Indikator kemandirian keuangan suatu daerah adalah rasio Pendapatan Asli Daerah terhadap Dana Perimbangan dan pinjaman, dengan demikian Pendapatan Asli Daerah dan Dana Perimbangan merupakan sumber pengeluaran pemerintah daerah.

Berdasarkan beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa Kemandirian Keuangan Daerah adalah upaya pemerintah daerah untuk menangani kegiatan pembiayaan daerahnya sendiri, baik untuk pembiayaan operasional maupun pembiayaan pembangunan, dengan lebih mengandalkan sumber pendapatan yang diperoleh dari dalam daerahnya sendiri.

Rerangka Konseptual

Berikut adalah rerangka konseptual mengembangkan hipotesis penelitian:

Gambar 1. Rerangka Konseptual (Sumber : Diolah Penulis)

Menurut Halim (2013), Pendapatan Asli Daerah adalah penerimaan yang berasal dari sumber ekonomi asli daerah. Berdasarkan UU Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah, sumber pendapatan daerah terdiri atas, Pendapatan Asli Daerah meliputi: pajak daerah; retribusi daerah; hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan; dan lain-lain pendapatan asli daerah yang sah; pendapatan transfer; dan lain- lain pendapatan daerah yang sah. Tingkat Kemandirian Keuangan Daerah suatu Pemerintah Daerah akan mengalami kenaikan apabila pemerintah daerah berhasil meningkatkan penerimaan serta mengeksplor Pendapatan Asli Daerah secara optimal, yang menunjukkan bahwa pemerintah daerah berhasil meningkatkan kemampuannya dalam membiayai sendiri urusan pemerintahan, pembangunan, dan pelayanannya kepada masyarakatnya sendiri. Apabila penerimaan Pendapatan Asli Daerah mengalami peningkatan, maka akan diikuti oleh adanya peningkatan tingkat Kemandirian Keuangan Daerah.

Pendapatan Asli Daerah (X1)

Dana Perimbangan (X2)

Kemandirian Keuangan

(Y)

(10)

Agar terwujudnya kemandirian keuangan daerah, sesuai dengan Undang-Undang nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah, maka pemerintah pusat telah mengalokasikan Dana Perimbangan ke setiap daerah. Dana perimbangan adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan kepada daerah untuk mendanai kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi, yang terdiri atas Dana Bagi Hasil (DBH), Dana Alokasi Umum (DAU), dan Dana Alokasi Khusus (DAK). Kebijakan penggunaan dana perimbangan tersebut diserahkan oleh pemerintah pusat kepada pemerintah daerah untuk dikelola dan digunakan secara efektif dan efisian oleh pemerintah daerah dalam rangka meningkatkan pelayanan kepada publik.

Kondisi Kemandirian Keuangan Daerah apabila mengalami kenaikan atau penurunan akan diikuti dengan adanya peningkatan atau penurunan pada perolehan Pendapatan Asli Daerah dan Pendapatan Transfer, khususnya Dana Perimbangan, yang diterima suatu pemerintah daerah. Hal ini menunjukkan bahwa Pendapatan Asli Daerah dan Dana Perimbangan sama-sama berpengaruh pada Kemandirian Keuangan Daerah.

Hal ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Anas (2018) yang berjudul Analisis Pengaruh Pendapatan Asli Daerah dan Dana Perimbangan terhadap Kemandirian Keuangan Daerah di Kabupaten Solok Selatan (Tahun 2005-2016), menunjukkan bahwa Pendapatan Asli Daerah dan Dana Perimbangan secara simultan mempengaruhi Kemandirian Keuangan Daerah. Putri dan Sjadili (2013) menyimpulkan bahwa transfer dari pemerintah pusat, yaitu Dana Perimbangan, ditujukan untuk mendorong kegiatan perekonomian di daerah sehingga dapat meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD). PAD yang meningkat akan mendorong semakin tingginya tingkat kemandirian daerah.

Hipotesis Penelitian

Pengaruh Pendapatan Asli Daerah terhadap Kemandirian Keuangan

Tingkat Kemandirian Keuangan Daerah suatu pemerintah daerah akan mengalami kenaikan apabila pemerintah daerah berhasil meningkatkan penerimaan serta mengeksplor Pendapatan Asli Daerahnya secara optimal, yang menunjukkan bahwa pemerintah daerah berhasil meningkatkan kemampuannya dalam membiayai sendiri urusan pemerintahan, pembangunan, dan pelayanannya kepada masyarakatnya sendiri.

Apabila penerimaan Pendapatan Asli Daerah mengalami peningkatan, maka akan diikuti oleh adanya peningkatan tingkat Kemandirian Keuangan Daerah.

Hal ini didukung dengan adanya beberapa hasil penelitian terdahulu yaitu, penelitian yang dilakukan oleh Tahar dan Zakhiya (2011), menunjukkan bahwa Pendapatan Asli Daerah mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap Kemandirian Keuangan Daerah, kemudian Pemerintah Daerah kabupaten/kota di Pulau Kalimantan berhasil mengoptimalkan Pendapatan Asli Daerah yang dimiliki untuk membiayai pengeluaran daerahnya. Pemerintah daerah terus berupaya mencari langkah- langkah terobosan baru agar Pendapatan Asli Daerah yang diperoleh akan semakin besar.

Pendapatan Asli Daerah yang besar akan menyebabkan Kemandirian Keuangan Daerah

(11)

juga besar. Hasil penelitian Kustianingsih, Muslimin dan Kahar (2018), menunjukkan bahwa Pendapatan Asli Daerah memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap tingkat kemandirian daerah Kabupaten/Kota di Provinsi Sulawesi Tengah. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Marizka (2013) menyatakan Pendapatan Asli Daerah berpengaruh signifikan positif terhadap tingkat kemandirian keuangan keuangan daerah di Provinsi Sumatera Barat. Jika Pendapatan Asli Daerah suatu daerah lebih besar dibandingkan dengan bantuan pemerintah pusat/provinsi dan pinjaman maka daerah tersebut sudah mandiri dari segi finansialnya, sehingga pemerintah daerah bisa mengurangi pengalokasian dana perimbangan kepada daerah tersebut. Sebaliknya jika Pendapatan Asli Daerah suatu daerah lebih kecil dibandingkan dengan pinjaman daerah serta bantuan pemerintah pusat/provinsi seperti Dana Alokasi Umum (DAU), Dana Alokasi Khusus (DAK), dan Dana Bagi Hasil (DBH) maka daerah tersebut dikatakan belum mandiri dari segi finansialnya karena daerah tersebut masih bergantung pada pemerintah pusat. Dan Hasil penelitian yang dilakukan oleh Lestari, Dali, dan Abdullah (2016), bahwa Pendapatan Asli Daerah berpengaruh positif terhadap kemandirian keuangan daerah. Pendapatan Asli Daerah memiliki peran yang sangat penting dalam mengukur tingkat kemandirian keuangan daerah. Semakin tinggi realisasi Pendapatan Asli Daerah maka akan semakin meningkatan persentase reasio kemandirian keuangan daerah dan sebaliknya Pendapatan Asli Daerah mengalami penurunan dapat mengakibatkan tingkat kemandirian keuangan daerah mengalami penurunan.

Berdasarkan uraian di atas dapat ditarik hipotesis sebagai berikut.

H1: Pendapatan Asli Daerah memiliki pengaruh positif terhadap Kemandirian Keuangan

Pengaruh Dana Perimbangan terhadap Kemandirian Keuangan

Suatu pemerintah daerah dianggap kurang mampu meningkatkan tingkat Kemandirian Keuangan Daerahnya apabila pemerintah daerah tersebut masih bergantung pada Pendapatan Transfer yang diperolehnya dari pihak-pihak di luar daerahnya sendiri, khususnya ketergantungan pada Dana Perimbangan yang diperoleh dari pemerintah pusat. Hal ini dikarenakan pemerintah daerah masih bergantung pada pemerintah pusat dalam membiayai sendiri urusan pemerintahan, pembangunan, dan pelayanan kepada masyarakat di daerahnya sendiri. Artinya jika penerimaan Dana Perimbangan yang diperoleh mengalami peningkatan, maka akan terjadi penurunan pada tingkat Kemandirian Keuangan Daerahnya.

Hal ini didukung dengan adanya beberapa hasil penelitian terdahulu yaitu penelitian yang dilakukan oleh Andriani dan Wahid (2018), menunjukkan bahwa Dana Perimbangan berpengaruh negatif terhadap Tingkat Kemandirian Keuangan Daerah.

Andriani dan Wahid (2018), menyimpulkan bahwa apabila Dana Perimbangan yang diterima lebih kecil dari Pendapatan Asli Daerah maka akan meningkatkan Kemandirian Keuangan Daerah, begitu pula sebaliknya. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Santoso (2018) menunjukan bahwa Pendapatan Asli Daerah berpengaruh positif terhadap kemandirian keuangan daerah, dana perimbangan berpengaruh negatif terhadap

(12)

kemandirian keuangan daerah, likuiditas berpengaruh positif terhadap kemandirian keuangan daerah, dan leverage berpengaruh negatif terhadap kemandirian keuangan daerah. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Purnama (2016) membuktikan bahwa variabel retribusi daerah dan investasi daerah berpengaruh positif terhadap kemandirian keuangan daerah, leverage, dan dana perimbangan berpengaruh negatif terhadap kemandirian keuangan daerah. Sedangkan variabel pajak daerah dan hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan tidak berpengaruh terhadap kemandirian keuangan daerah. Dan hasil penelitian yang dilakukan oleh Anas (2018), memperlihatkan bahwa terdapat pengaruh negatif dan signifikan antara Dana Perimbangan terhadap kemandirian daerah di kabupaten Solok Selatan. Putri dan Sjadili (2013) menyimpulkan bahwa transfer dari pemerintah pusat, yaitu Dana Perimbangan, ditujukan untuk mendorong kegiatan perekonomian di daerah sehingga dapat meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD). Berdasarkan uraian di atas, dapat ditarik hipotesis sebagai berikut.

H2 : Dana Perimbangan memiliki pengaruh negatif terhadap Kemandirian Keuangan

3. METODOLOGI

Jenis Penelitian

Metode penelitian explanatory survey adalah metode yang bertujuan untuk menguji hipotesis, yang umumnya merupakan penelitan yang menjelaskan fenomena dalam bentuk hubungan antar variabel. Penelitian ini memiliki tingkatan yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan penelitian deskriptif dan komparatif.

Populasi dan Sampel Penelitian

Sehubungan dengan unit analisis penelitian pada Pemerintah Daerah Kabupaten Bogor secara keseluruhan maka teknik penarikan sampel yang digunakan adalah sampling jenuh, yaitu teknik penentuan sampel bila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel. Penelitian ini menggunakan sampel data sekunder Laporan Realisasi Anggaran (LRA) yang dilansir dari Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah Daerah (LAKIP) Kabupaten Bogor Tahun Anggaran 2012-2017 yang diperoleh dari situs resmi Pemerintah Daerah Kabupaten Bogor, yaitu www.bogorkab.go.id.

Operasionalisasi Variabel

Operasional diperlukan untuk mengoperasionalisasikan variabel, sehingga menjadi acuan dalam penggunaan instrument penelitan untuk pengolahan data selanjutnya.

(13)

Tabel 3

Operasionalisasi Variabel

Variabel Indikator Ukuran Skala

Pendapatan Asli Daerah

(Independen/X1)

Kemakmuran (Wealth)

= LN (PAD)

= LN (Pajak Daerah + Retribusi Daerah + Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan + Lain-lain PAD yang Sah)

Rasio

Dana Perimbangan (Independen/X2)

Rasio

Ketergantungan

Keuangan Daerah =Total Pendapatan Transfer

Total Pendapatan Daerah ×100% Rasio Kemandirian

Keuangan Daerah (Dependen/Y)

Rasio Kemandirian Keuangan Daerah

= Total PAD

Total Pendapatan Transfer ×100% Rasio

Sumber: Mahmudi (2010) dan Minarsih (2015)

Metode Pengolahan Data

Untuk mempermudah pengolahan data, penulis menggunakan software Microsoft Office Excel 2010 dan SPSS 23. Pengolahan dan analisis data setiap variabel yang digunakan dalam penelitian, baik variabel-variabel independen maupun variabel dependen, akan menggunakan Microsoft Office Excel 2010 untuk mengetahui perkembangan data kuantitatif setiap variabel dari tahun ke tahun.

Analisis Variabel Penelitian

Untuk menganalisis variabel-variabel dalam penelitian ini, yaitu Pendapatan Asli Daerah dan Dana Perimbangan sebagai variabel independen dan Kemandirian Keuangan Daerah sebagai variabel dependen, digunakan software Microsoft Office Excel 2010 dengan tujuan untuk mengetahui perkembangan perolehan Pendapatan Asli Daerah dan Dana Perimbangan yang diperoleh Pemerintah Daerah Kabupaten Bogor dari tahun 2012 hingga tahun 2017 serta mengetahui hasil analisis rasio keuangan daerah Kabupaten Bogor dari tahun 2012 hingga tahun 2017.

Persamaan Regresi Linier Berganda

Untuk menguji hipotesis tersebut, maka rumus persamaan regresi yang digunakan adalah sebagai berikut:

Y = α + β1 X1 + β2 X2 Keterangan:

Y = Kemandirian Keuangan Daerah a = konstanta

β = koefisien regresi

X1 = Pendapatan Asli Daerah (PAD) X2 = Dana Perimbangan

(14)

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

Analisis Variabel Penelitian

Berdasarkan penelitian yang dilakukan tentang Pengaruh Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan Dana Perimbangan terhadap Kemandirian Keuangan Pemerintah Darah Kabupaten Bogor Periode 2012-2017, data dan informasi yang diperoleh sebagai berikut:

Analisis Pendapatan Asli Daerah (PAD) Pemerintah Daerah Kabupaten Bogor Jumlah Pendapatan Asli Daerah yang diperoleh Kabupaten Bogor dalam kurun waktu tahun enam tahun, dari tahun 2012 sampai dengan tahun 2017, mengalami peningkatan setiap tahunnya. Perolehan Pendapatan Asli Daerah yang paling tertinggi didapatkan dari pajak daerah dan terendah didapatkan dari hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan. Untuk melihat data perkembangan Pendapatan Asli Daerah dihitung dengan menggunakan tingkat kemakmuran (Wealth). Pendapatan Asli Daerah yang diproksikan dengan logaritma natural dengan hasil sebagai berikut:

Tabel 4

Perkembangan Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Bogor Periode 2012-2017 (dalam Rupiah)

Tahun Pendapatan Asli Daerah (PAD) Tingkat Kemakmuran PAD

2012 1.068.548.454.277 27,70

2013 1.261.034.564.121 27,87

2014 1.712.852.487.027 28,17

2015 2.002.320.991.117 28,33

2016 2.282.756.884.283 28,46

2017 2.592.838.501.837 28,58

Rata-rata Tingkat Kemakmuran PAD 28,18

Sumber: www.bogorkab.go.id (Data telah diolah, 2019)

Dari Tabel 4 terlihat bahwa Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Bogor dari tahun 2012 hingga tahun 2017 selalu mengalami kenaikan. Dengan rata-rata tingkat kemakmuran Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Bogor periode 2012-2017 sebesar 28,18, dapat terlihat bahwa tingkat kemakmuran Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Bogor dari tahun 2012 sampai dengan 2014 masih belum ternilai makmur dikarenakan tingkat kemakmuran setiap tahun masih berada di bawah rata-rata selama enam tahun.

Tingkat kemakmuran Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Bogor mengalami peningkatan kemakmuran dalam perolehan Pendapatan Asli Daerah dimulai dari tahun 2015 sampai dengan tahun 2017. Hal ini dikarenakan tingkat kemakmuran Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Bogor setiap tahunnya, dari tahun 2015 sampai dengan tahun 2017, berada di atas nilai rata-rata tingkat kemakmuran Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Bogor selama enam tahun.

(15)

Analisis Dana Perimbangan Pemerintah Daerah Kabupaten Bogor

Tabel 5

Hasil Pengukuran Ketergantungan Keuangan Daerah Kabupaten Bogor Periode 2012-2017

Tahun Dana Perimbangan Pendapatan Daerah Rasio Ketergantungan Keuangan Daerah (%) 2012 Rp 2.048.587.761.028 Rp 3.974.405.353.193 65,34 2013 Rp 2.310.876.711.691 Rp 4.572.332.366.814 66,12 2014 Rp 2.498.370.936.940 Rp 5.378.009.250.690 64,99 2015 Rp 2.583.489.732.745 Rp 6.032.958.906.738 64,01 2016 Rp 2.692.167.023.139 Rp 5.963.861.895.228 60,29 2017 Rp 2.742.839.370.823 Rp 6.974.632.931.503 54,22 Rata-rata Ketergantungan Keuangan Daerah 62,50

Sumber: www.bogorkab.go.id (Data telah diolah, 2019)

Berdasarkan data pada tabel 5, dapat dilihat bahwa jumlah Dana Perimbangan Kabupaten Bogor dari tahun 2012 sampai dengan tahun 2017 lebih tinggi dibandingkan jumlah Pendapatan Asli Daerah (lihat tabel 4). Ketergantungan keuangan daerah menunjukkan tentang seberapa besar ketergantungan pemerintah daerah terhadap pendaptan transfer, baik dari pemerintah pusat maupun pemerintah provinsi. Kontribusi terbesar pendapatan transfer terdapat pada Dana Perimbangan seperti Dana Alokasi Umum, yaitu salah satu transfer dana pemerintah pusat/provinsi kepada pemerintah daerah yang bersumber dari pendapatan APBN, yang dialokasikan dengan tujuan pemerataan kemampuan keuangan antar daerah untuk mendanai kebutuahn pemerintah daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi.

Hasil perhitungan rasio ketergantungan keuangan daerah pada Kabupaten Bogor untuk tahun 2012-2017 menunjukkan bahwa nilai ketergantungan keuangan daerah dari tahun ke tahun masih tergolong sangat tinggi meski terjadi penurunan dari tahun ke tahun serta adanya sedikit peningkatan tingkat ketergantungan keuangan daerah dari tahun 2012 menuju tahun 2012. Dengan nilai rata-rata ketergantungan keuangan daerah sebesar 62,50% selama enam tahun, hasil perhitungan tersebut juga menandakan bahwa ketergantungan keuangan daerah Pemerintah Daerah Kabupaten Bogor terhadap pendapatan transfer, baik dari pemerintah pusat maupun dari pemerintah provinsi, masih ternilai sangat tinggi.

Analisis Kemandirian Keuangan Daerah Pemerintah Daerah Kabupaten Bogor Ukuran Rasio Kemandirian Keuangan Daerah yaitu PAD dibagi transfer pusat, provinsi dan pinjaman dikali 100%. Berdasarkan perhitungan tersebut diperoleh hasil pengukuran Rasio Kemandirian Keuangan Daerah pada Pemerintah Daerah Kabupaten Bogor periode 2012-2017 yang telah dicantumkan dalam tabel berikut.

(16)

Tabel 6

Hasil Pengukuran Kemandirian Keuangan Daerah Pemerintah Daerah Kabupaten Bogor Periode 2012-2017

(dalam jutaan rupiah) Tahun PAD Transfer Pusat Dana

Perimbangan

Transfer Pusat Dana Lainnya

Transfer Provinsi

Rasio Kemandirian (%)

2012 1.068.548 2.048.587 263.590 284.738 41,15

2013 1.261.034 2.310.876 356.458 233.900 41,86

2014 1.712.937 2.498.370 469.126 284.738 49,00

2015 2.002.209 2.583.489 865.831 360.011 51,85

2016 2.292.175 2.692.167 326.384 762.111 63,49

2017 2.592.838 2.742.839 379.499 659.561 68,56

Rata-rata Kemandirian Keuangan Daerah 52,65

Sumber: www.bogorkab.go.id (data diolah, 2019)

Dari tabel 6 di atas, dapat terlihat bahwa tingkat kemandirian keuangan daerah Pemerintah Daerah Kabupaten Bogor terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun.

Semakin tinggi rasio kemandirian maka menggambarkan semakin tinggi juga kemandirian pemerintah daerah dalam mengelola daerahnya dan sebaliknya jika rasio kemandirian menurun maka kemandirian suatu daerah dipertanyakan. Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa nilai kemandirian tertinggi terjadi pada tahun 2017 dengan hasil sebesar 68,56% dan nilai kemandirian terendah terjadi pada tahun 2012 yaitu sebesar 41,15%. Jika dihitung rata-rata tingkat kemandirian keuangan daerah Kabupaten Bogor selama enam tahun maka hasilnya ialah sebesar 52,65%.

Analisis Data

Analisis Statistik Deskriptif

Analisis dilakukan dengan membandingkan nilai minimum, nilai maksimum, dan rata-rata. Tabel berikut adalah statistik deskriptif dari variabel independen yaitu Pendapatan Asli Daerah dan Dana Perimbangan dan variabel dependen yaitu Kemandirian Keuangan Daerah.

Tabel 7

Analisis Statistik Deskriptif

N Minimum Maximum Mean Std.

Deviation

PAD 6 2770,00 2858,00 2818,5000 34,27390

Dana Perimbangan 6 5422,00 6612,00 6249,5000 454,07609

Kemandirian Keuangan 6 4115,00 6856,00 5265,1667 1125,40684

Valid N (listwise) 6

Sumber: Hasil Pengolahan SPSS 23 (2019)

Dalam Tabel 7, menunjukkan bahwa jumlah data dalam penelitian ini adalah sebanyak 6 sampel (N). Berdasarkan perhitungan selama periode 2012-2017, variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini yaitu Pendapatan Asli Daerah (X1) dan

(17)

Dana Perimbangan (X2), sedangkan variabel dependen dari penelitian ini adalah Kemandirian Keuangan Daerah (Y). Dari 6 data Pendapatan Asli Daerah, nilai terendah (minimum) sebesar 2770,00 dan tertinggi (maximum) sebesar 2858,00. Sedangkan rata- rata (mean) sebesar 2818,5000 dengan standar deviasi 34,27390. Dari 6 data Dana Perimbangan, nilai terendah (minimum) adalah 5422,00 dan nilai tertinggi (maximum) 6612,00. Nilai rata-rata (mean) sebesar 6249,5000 dan standar deviasi 454,07609.

Sedangkan Kemandirian Keuangan Daerah memiliki 6 data dengan nilai terendah (minimum) adalah 4115,00 dan nilai tertinggi (maximum) 6856,00. Nilai rata-rata (mean) sebesar 5265,1667 dan standar deviasi 1125,40684.

Uji Asumsi Klasik

Dalam regresi linier berganda terdapat asumsi klasik yang harus terpenuhi, yaitu residual terdistribusi normal, tidak adanya multikolinieritas, tidak adanya heteroskedastisitas, dan tidak adanya autokorelasi pada model regresi untuk memperoleh model regresi dengan estimasi yang tidak bias dan pengujian dapat dipercaya. Apabila semua syarat terpenuhi maka hasil regresi dapat dikatakan bersifat BLUE (Best Linear Unbiased Estimator).

Dari hasil pengolahan data untuk uji normalitas dengan One-Sample Kolmogorov Smirnov, didapatkan hasil bahwa nilai signifikansi (Asymp.sig 2-tailed) sebesar 0,200.

Dengan hasil signifikansi lebih dari 0,05 (0,200 > 0,05), maka nilai residual dari uji tersebut adalah normal. Hasil penelitian mengungkapkan bahwa nilai VIF menunjukkan nilai untuk PAD dan Dana Perimbangan masing-masing sebesar 2,761 dan nilai Tolerance dari masing-masing variabel sebesar 0,362. Nilai VIF variabel independen tersebut yaitu kurang dari 10 (2,761 < 10) dan nilai Tolerance lebih dari 0,1 (0,362 >

0,1). Hasil dari uji autokorelasi dengan metode Run Test adalah sebesar 0,171 lebih besar dari 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat masalah autokorelasi. Pada gambar pola titik-titik Scatterplot dapat disimpulkan bahwa tidak terjadinya masalah heteroskedastisitas.

Uji Koefisien dan Regresi

Uji koefisien dan regresi dilakukan menggunakan program SPSS yang meliputi: uji determinasi, uji F, dan uji T.

Uji Determinasi

Analisis koefisien determinasi bertujuan untuk mengetahui seberapa jauh kemampuan variabel independen (independent variables) yaitu Pendapatan Asli Daerah dan Dana Perimbangan (bersama-sama) dalam menjelaskan variabel dependen (dependent variable), yaitu Kemandirian Keuangan Daerah Berikut ini adalah hasil output SPSS untuk uji determinasi.

(18)

Tabel 8 Uji Determinasi

Model R R Square Adjusted R Square

1 0,988 0,976 0,959

Sumber: Hasil Pengolahan SPSS 23 (2019)

Berdasarkan Tabel 8, model regresi dalam penelitian ini memiliki nilai R sebesar 0,988; R2 sebesar 0,976; dan adjusted R2 sebesar 0,959. Nilai R sebesar 0,988 menunjukkan korelasi yang sangat kuat antara variabel independen dengan variabel dependennya. Adjuted R2 sebesar 0,959 atau 95,9% menunjukan bahwa variasi dari Kemandirian Keuangan Daerah dapat dijelaskan oleh Pendapatan Asli Daerah dan Dana Perimbangan. Sedangkan sisanya yakni sebesar 4,1% (100%-95,9%) dipengaruhi variabel independen lain yang tidak dimasukkan dalam model penelitian ini.

Uji F

Uji F bertujuan untuk mengetahui apakah variabel Pendapatan Asli Daerah dan Dana Perimbangan secara simultan mempunyai pengaruh terhadap Kemandirian Keuangan Daerah. Berikut ini adalah hasil output SPSS untuk uji F.

Tabel 9 Uji F

Model F Sig Kesimpulan

1 60,003 0,004 Ha diterima

Sumber: Hasil Pengolahan SPSS 23 (2019)

Dapat dilihat dari Tabel 9, menunjukkan hasil perhitungan regresi dengan nilai F- hitung sebesar 60,003 dengan taraf signifikan sebesar 0,004, sedangkan nilai F-tabel adalah sebesar 9,552. Sehingga dapat disimpulkan bahwa nilai F-hitung > F- tabel (60,003 > 9,552) artinya secara keseluruhan yakni Pendapatan Asli Daerah dan Dana Perimbangan Kabupaten Bogor secara bersama-sama (simultan) berpengaruh signifikan terhadap variabel Kemandirian Keuangan Daerah.

Uji T

Uji T dilakukan untuk mengetahui besarnya pengaruh dari variabel independen (independent variable) secara parsial terhadap variabel dependen (dependent variable).

Berikut ini adalah hasil output SPSS untuk uji T.

(19)

Tabel 10 Uji T

Variabel Beta Nilai thitung Sig Kesim

pulan

Konstanta -38171,365 -2,419 0,094

PAD 18,104 3,680 0,035 Ha diterima

Dana Perimbangan -1,214 -3,271 0,047 Ha diterima

Sumber: Hasil Pengolahan SPSS 23 (2019)

Berdasarkan data yang disajikan pada tabel 10, hasil uji signifikasi parameter individual (Uji Statistik T), yaitu sebagai berikut:

a. Pengaruh Pendapatan Asli Daerah terhadap Kemandirian Keuangan Daerah Berdasarkan signifikansi, jika signifikansi < 0,05 maka Ha diterima, dan jika signifikansi > 0,05 maka Ha ditolak. Dilihat dari hasil pada tabel 10 terlihat bahwa Pendapatan Asli Daerah memiliki nilai Sig. 0,035 dan thitung sebesar 3,680. Karena signifikansi pada uji T lebih kecil dari 0,05 (0,035 < 0,05) dan nilai thitung > ttabel (3,680 > 3,18245) maka Ha diterima. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa Pendapatan Asli Daerah secara parsial berpengaruh positif terhadap Kemandirian Keuangan Daerah.

b. Dana Perimbangan terhadap Kemandirian Keuangan Daerah Berdasarkan signifikansi, jika signifikansi < 0,05 maka Ha diterima, dan jika signifikansi > 0,05 maka Ha ditolak. Dilihat dari hasil pada tabel 4, terlihat bahwa Dana Perimbangan memiliki nilai Sig. 0,047 dan thitung sebesar -3,271. Karena signifikansi pada uji T lebih kecil dari 0,05 (0,047 < 0,05) dan nilai thitung < ttabel (-3,271 < 3,18245) maka Ha diterima. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa Dana Perimbangan berpengaruh negatif terhadap Kemandirian Keuangan Daerah.

Berdasarkan Tabel 10, persamaan regresi dalam menguji hipotesis adalah sebagai berikut:

Y= -38.171,365 + 18,104PAD - -1,214DanaPerimbangan

Interpretasi dari persamaan regresi linear berganda tersebut adalah sebagai berikut:

1. Nilai Konstanta sebesar -38.171,365, artinya apabila semua variabel independen yaitu Pendapatan Asli Daerah dan Dana Perimbangan nilainya adalah 0, maka pengungkapan Kemandirian Keuangan nilainya adalah - 38.171,365.

2. Koefisien regresi variabel Pendapatan Asli Daerah bernilai positif sebesar 18,104, hal ini menunjukkan bahwa setiap kenaikan Pendapatan Asli Daerah sebesar satu persen dengan asumsi variabel lain bernilai tetap, maka Kemandirian Keuangan Daerah akan mengalami kenaikan sebesar 18,104.

3. Koefisien regresi variabel Dana Perimbangan bernilai negatif sebesar 1,214, hal ini menunjukkan bahwa setiap kenaikan Dana Perimbangan sebesar satu persen akan diikuti penurunan Kemandirian Keuangan Daerah sebesar 1,214 dengan asumsi variabel lain bernilai tetap

(20)

Pembahasan Hasil Penelitian

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh penulis mengenai Pengaruh Pendapatan Asli Daerah dan Dana Perimbangan terhadap Kemandirian Keuangan Pemerintah Daerah Kabupaten Bogor, maka dapat dilakukan pembahasan sebagai berikut.

Pengaruh Pendapatan Asli Daerah (PAD) terhadap Kemandirian Keuangan Berdasarkan Uji Signifikan Individual (uji T) yang dilakukan oleh penulis dengan tujuan untuk mengetahui adanya pengaruh secara parsial antara variabel independen dengan dependen menyatakan bahwa Pendapatan Asli Daerah berpengaruh dengan memiliki t-hitung sebesar 4,877 dan taraf signifikan 0,040 yang lebih kecil dari 0,05, sedangkan t-tabel memiliki nilai sebesar 3,18245. Dalam penelitian tersebut dapat dilihat bahwa Pendapatan Asli Daerah memiliki pengaruh terhadap Kemandirian Keuangan Kabupaten Bogor. Hal tersebut dapat menunjukkan bahwa Pendapatan Asli Daerah dapat memberikan kontribusi dalam peningkatan kinerja keuangan pemerintah daerah, karena nantinya Pendapatan Asli Daerah yang merupakan sumber daya yang dapat dimanfaatkan dalam rangka pembangunan daerah sehingga terciptanya daerah yang memilliki kemandirian dan dapat terciptanya otonomi daerah.

Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil pengolahan data mengenai analisis Pendapatan Asli Daerah yang diperoleh Pemerintah Daerah Kabupaten Bogor dari tahun 2012 hingga tahun 2017. Di mana selama enam tahun tersebut, jumlah Pendapatan Asli Daerah yang diperoleh Pemerintah Daerah Kabupaten Bogor terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Fenomena seperti ini sejalan dengan adanya peningkatan tingkat kemandirian keuangan Pemerintah Daerah Kabupaten Bogor selama enam tahun tersebut.

Dengan rata-rata tingkat kemakmuran Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Bogor selama enam tahun sebesar 28,18 yang menunjukkan bahwa tingkat kemakmuran Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Bogor masih belum ternilai begitu tinggi, serta tingkat kemandirian keuangan Pemerintah Daerah Kabupaten Bogor selama enam tahun sebesar 52,65% yang ternilai Partisipatif atau Sedang, menunjukkan adanya keselarasan pengaruh positif dari Pendapatan Asli Daerah terhadap Kemandirian Keuangan Daerah serta memperkuat indikasi bahwa semakin tinggi jumlah Pendapatan Asli Daerah yang diterima atau tingkat kemakmuran Pendapatan Asli Daerah Pemerintah Daerah Kabupaten Bogor, semakin tinggi juga tingkat Kemandirian Keuangan Pemerintah Daerah Kabupaten Bogor.

Hal ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Tahar dan Zakhiya (2011), Kustianingsih, Muslimin dan Kahar (2018), Marizka (2013) dan penelitian yang dilakukan oleh Lestari, Dali, dan Abdullah (2016), di mana keempat penelitian tersebut menyatakan bahwa Pendapatan Asli Daerah (PAD) berpengaruh positif terhadap Kemandirian Keuangan Daerah.

(21)

Pengaruh Dana Perimbangan terhadap Kemandirian Keuangan Daerah

Berdasarkan Uji Signifikan Individual (uji T) yang dilakukan oleh penulis dengan tujuan untuk mengetahui adanya pengaruh secara parsial antara variabel independen dengan dependen menyatakan bahwa, Dana Perimbangan tidak berpengaruh dengan memiliki t-hitung sebesar -1,899 dengan taraf signifikan 0,198 yang lebih besar dari 0,05, sedangkan t-tabel memiliki nilai sebesar 3,18245. Dalam penelitian tersebut dapat dilihat bahwa Dana Perimbangan tidak berpengaruh terhadap Kemandirian Keuangan Kabupaten Bogor. Hal tersebut dapat menunjukkan bahwa apabila dana perimbangan mengalami peningkatan, maka kemandirian keuangan daerah akan mengalami penurunan. Begitu juga sebaliknya. Apabila perolehan Dana Perimbangan mengalami penurunan, maka tingkat Kemandirian Keuangan Daerah akan mengalami peningkatan.

Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil pengolahan data mengenai analisis terhadap Dana Perimbangan Pemerintah Daerah Kabupaten Bogor dari tahun 2012 hingga tahun 2017, serta Kemandirian Keuangan Pemerintah Daerah Kabupaten Bogor dari tahun 2012 hingga tahun 2017.

Selama enam tahun berturut-turut, tingkat Ketergantungan Keuangan Pemerintah Daerah Kabupaten Bogor tergolong fluktuatif dengan rata-rata sebesar 62,50% yang ternilai masih sangat tinggi. Namun secara keseluruhan terus mengalami penurunan.

Fenomena seperti ini sejalan dengan adanya peningkatan tingkat Kemandirian Keuangan Pemerintah Daerah Kabupaten Bogor selama enam tahun tersebut dengan rata-rata sebesar 52,65% yang pola hubungannya masih ternilai partisipatif dengan kemampuan keuangannya ternilai sedang atau belum begitu tinggi. Menunjukkan bahwa Pemerintah Daerah Kabupaten Bogor masih terlalu bergantung kepada bantuan dari pemerintah pusat atau pemerintah provinsi meskipun Pemerintah Daerah Kabupaten Bogor telah mengupayakan untuk meningkatkan kemampuan keuangan serta kemandiriannya dalam membiayai pembangunan daerahnya selama enam tahun berturut-turut.

Hal ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Andriani dan Wahid (2018), Santoso (2018), Purnama (2016), dan Anas (2018) di mana keempat penelitian tersebut menyatakan bahwa Dana Perimbangan berpengaruh negatif terhadap tingkat Kemandirian Keuangan Daerah.

5. SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

Simpulan

Berdasarkan hasil analisis dan pengujian yang telah dilakukan dalam penelitian ini, maka dapat diambil kesimpulan, yaitu Pendapatan Asli Daerah secara parsial berpengaruh terhadap Kemandirian Keuangan Pemerintah Daerah Kabupaten Bogor Periode 2012-2017. Dana Perimbangan secara parsial berpengaruh negatif terhadap Kemandirian Keuangan Pemerintah Daerah Kabupaten Bogor Periode 2012-2017. Dan Seluruh variabel independen (Pendapatan Asli Daerah dan Dana Perimbangan) mempunyai kemampuan dalam mempengaruhi Kemandirian Keuangan Daerah secara

(22)

bersama-sama dengan demikian artinya semakin meningkatnya Pendapatan Asli Daerah dan sedikitnya Dana Perimbangan maka akan meningkatnya Kemandirian Keuangan Daerah pada Pemerintah Daerah Kabupaten Bogor untuk periode 2012-2017.

Implikasi

Implikasi dalam bidang praktis yaitu berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa Pendapatan Asli Daerah dan Dana Perimbangan berpengaruh terhadap Kemandirian Keuangan Daerah. Hal ini menunjukan bahwa kondisi Pendapatan Asli Daerah dan Dana Perimbangan dapat mempengaruhi Kemandirian Keuangan. Dimana tingkat Kemandirian Keuangan Pemerintah Daerah Kabupaten Bogor selama enam tahun tersebut yang terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun, dengan rata-rata sebesar 52,65%, sejalan dengan terjadinya peningkatan jumlah Pendapatan Asli Daerah yang diperoleh Pemerintah Daerah Kabupaten Bogor dari tahun ke tahun, dengan rata-rata sebesar 28,18, serta terjadinya penurunan jumlah Dana Perimbangan yang diperoleh Pemerintah Daerah Kabupaten Bogor selama enam tahun tersebut, meski jika dihitung rata-rata tingkat Ketergantungan Keuangan Pemerintah Daerah Kabupaten Bogor selama enam tahun tersebut sebesar 62,50% yang artinya masih ternilai sangat tinggi. Dengan terjadinya fenomena-fenomena tersebut pada Pemerintah Daerah Kabupaten Bogor dari tahun 2012 hingga tahun 2017 mengindikasikan bahwa jumlah Pendapatan Asli Daerah dan Dana Perimbangan yang diperoleh Pemerintah Daerah Kabupaten Bogor, baik jumlahya tinggi maupun jumlahnya rendah, memiliki pengaruh terhadap tingkat Kemandirian Keuangan Pemerintah Daerah Kabupaten Bogor. Sedangkan implikasi di bidang keilmuan, yaitu hasil penelitian ini dapat menjadi rujukan bagi materi yang berhubungan dengan sektor publik atau kebijakan pemerintah yang berkaitan dengan topik penerimaan, anggaran belanja modal dan kemandirian keuangan daerah. Terlebih bagi peneliti-peneliti selanjutnya yang akan melakukan penelitian pada topik yang sama.

Saran

Saran yang dapat disampaikan didasarkan atas hasil penelitian diatas dan merujuk pada beberapa keterbatasan penelitian ini, antara lain penelitian ini hanya meneliti selama enam tahun yaitu 2012-2017, pemilihan variabel bebas pada penelitian ini hanya sebatas variabel Pendapatan Asli Daerah dan dana perimbangan untuk menjelaskan variabel kemandirian keuangan, sedangkan sebenarnya banyak variabel lain yang dapat mengukur kemandirian keuangan yang tidak termasuk pada penelitian ini. Maka saran yang dapat disampaikan untuk penelitian berikut adalah sebagai berikut:

a. Peneliti selanjutnya diharapkan dapat mengadakan penelitian di daerah lain dan dengan cakupan sampel yang lebih luas, misalnya Provinsi Jawa Barat, Provinsi Jawa Timur, dll, dengan tujuan dapat mengetahui daerah mana saja yang sudah mandiri maupun belum.

b. Bagi peneliti selanjutnya diharapkan untuk menambah variabel independen lain seperti belanja modal dan penerimaan Pemerintah Daerah lainnya.

(23)

c. Bagi peneliti selanjutnya diharapkan untuk menggunakan data primer berupa Kuesioner kepada pegawai Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah (BPKAD) untuk menilai Kemandirian Keuangan Pemerintah Daerah yang dijadikan lokasi penelitian berikutnya.

Di samping itu, hasil penelitian ini juga dapat memberikan saran untuk masyarakat luas terutama kepada Pemerintah Kabupaten Bogor yang perlu mengoptimalkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) melalui Intensifikasi yaitu upaya memperbesar Pendapatan Asli Daerah melalui peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM), pemanfaatan sarana dan prasarana secara terintegrasi dan peningkatan pelayanan publik yang memadai. Ekstensifikasi Pendapatan Asli Daerah, khususnya ekstensifikasi Retribusi Daerah, yaitu upaya memperluas objek dan subjek retribusi dalam rangka meningkatkan pelayanan kepada masyarakat dan kemandirian daerah. Mengingat bahwa komposisi jumlah Dana Perimbangan yang diterima oleh Pemerintah Daerah cukup dominan, sebaiknya alokasi Dana Perimbangan diberikan pada sektor-sektor pembangunan agar penggunaannya menjadi efisien sehingga akan mendorong pertumbuhan ekonomi dan secara tidak langsung akan meningkatkan kinerja pemerintah.

DAFTAR PUSTAKA

Afarahim. (2013). Pengaruh Pendapatan Asli Daerah dan Dana Perimbangan terhadap Kemandirian Keuangan Daerah di Kabupaten Indragiri Hilir Periode 2005-2010.

Thesis. Universitas Terbuka.

Anas, M. I. (2018). Analisis Pengaruh Pendapatan Asli Daerah dan Dana Perimbangan terhadap Kemandirian Keuangan Daerah di Kabupaten Solok Selatan (Tahun 2005 Sampai 2018). Skripsi. Universitas Andalas.

Davis, J. H., & Donaldson, L. (1991). Stewardship Theory or Agency Theory: CEO Governance and Shareholder Reterns. Australian Journal of Mangement. 16.1.

Ghozali, I. (2016). Aplikasi Analisis Multivariete Dengan Program IBM SPSS 23 (Edisi 8) Cetakan ke VIII. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.

Halim, A., & Kusufi, M. S. (2007). Akuntansi sektor publik: akuntansi keuangan daerah.

Jakarta: Salemba Empat.

Hutasoit, R. K. M. (2017). Pengaruh Pendapatan Asli Daerah, Dana Bagi Hasil, Dana Alokasi Umum, dan Dana Alokasi Khusus terhadap Tingkat Kemandirian Keuangan Daerah pada Pemerintahan Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Barat.

Skripsi. Universitas Sumatera Utara.

http://www.bogorkab.go.id/ [Diakses 9 Maret 2019]

Lestari, Anita, Nasrullah Dali, and Muntu Abdullah. (2016). Pengaruh Dana Alokasi Umum (Dau) Dan Pendapatan Asli Daerah (Pad) Terhadap Belanja Modal Dan Kemandirian Keuangan Daerah Provinsi Sulawesi Tenggara. Jurnal Progres Ekonomi Pembangunan 1(2):44–55.

Mahmudi. (2010). Analisis Laporan Keuangan Pemerintah Daerah: Panduan bagi Eksekutif, DPRD, dan Masyarakat dalam Pengambilan Keputusan Ekonomi, Sosial, dan Politik. Edisi Kedua. Yogyakarta: UPP STIM YKPN.

(24)

Maimunah, Siti Maimunah, and Niken Puspita Rahajeng. (2015). Pengaruh Analisis Financial Leverage Terhadap Peningkatan Earning Per Share (EPS). JIAFE (Jurnal Ilmiah Akuntansi Fakultas Ekonomi) 1(1):38–43.

Marizka, Reza. (2013). Pengaruh Pendapatan Asli Daerah, Dana Bagi Hasil, Dana Alokasi Umum Dan Dana Alokasi Khusus Terhadap Tingkat Kemandirian Keuangan Daerah Pada Kabupaten Dan Kota Di Sumatera Barat.” Skripsi 1–22.

Mentayani, I., Hayati, N., & Rusmanto (2012). Flypaper Effect pada Dana Alokasi Umum dan Pendapatan Asli Daerah terhadap Belanja Daerah pada Kota dan Kabupaten di Propinsi Kalimantan Selatan. Jurnal Spread, Vol 2, No. 1 April 2012.

Minarsih, Ratna Ayu. (2015). Pengaruh Size, Wealth, Leverage, Belanja Daerah Dan Intergovernmental Revenue Terhadap Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah Di Jawa Tengah.

Mulya, R., & Bustamam, B. (2016) Pengaruh Flypaper Effect pada dana alokasi umum (DAU) dan pendapatan asli daerah (PAD) terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Kota Banda Aceh (Studi Empiris pada Pemeritah Kota Banda Aceh Tahun 2008-2014).

Jurnal Ilmiah Mahasiswa Ekonomi Akuntansi (JIMEKA), Vol. 1, No. 2, (2016) Halaman 190-198.

Kustianingsih, Nurafni, Muslimin Muslimin, and Abdul Kahar. (2018). Pengaruh Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana Alokasi Umum (DAU), Dana Alokasi Khusus (DAK) Terhadap Tingkat Kemandirian Daerah Pada Pemerintah Daerah Kabupaten Kota Di Provinsi Sulawesi Tengah. Katalogis 6(6):82–91.

Priyatno, D. (2012). Cara kilat belajar analisis data dengan SPSS 20. Yogyakarta: Andi Offset.

Purnama, W. A. (2016). Pengaruh Komponen PAD, Leverage, dan Dana Perimbangan terhadap Kemandirian Keuangan Pemerintah Daerah (Studi pada Kabupaten/Kota di Provinsi Lampung). Skripsi. 2016.

Putri, F. G. M. (2013). Pengaruh dana perimbangan, belanja modal, dan pinjaman daerah terhadap tingkat kemandirian daerah: studi empiris pada Pemerintah Kabupaten/Kota di Indonesia periode 2006-2010= The effect of intergovernmental transfer, capital expenditure, and regional loan to level of local independence:

empirical studies on Local Government in Indonesia period 2006-2010.

Santoso, F. (2018). Pengaruh Pendapatan Asli Daerah, Dana Perimbangan, Likuiditas, dan Leverage terhadap Kemandirian Keuangan Daerah Seluruh Kabupaten/Kota di Indonesia Tahun 2015-2016. Skripsi. Universitas Atma Jaya Yogyakarta.

Siregar, S. (2013). Metode Penelitian Kuantitatif: Dilengkapi Perhitungan Manual &

SPSS. Edisi Pertama. Cetakan ke, 1.

Setianegara, F. (2016). Faktor–Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Kemandirian Keuangan Daerah pada Pemerintahan Kabupaten dan Kota di Provinsi Bengkulu tahun 2010–2013. Skripsi. Politeknik Negeri Sriwijaya Palembang.

Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Bisnis. Bandung: ALFABETA.

Sujarweni, V.W. (2014). SPSS Untuk Penelitian. Yogyakarta. Penerbit Pustaka Baru Press

Undang-Undang Republik Indonesia No. 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah.

Undang-Undang Republik Indonesia No. 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah.

Tahar, Afrizal, and Maulida Zakhiya. (2011). Pengaruh Pendapatan Asli Daerah Dan Dana Alokasi Umum Terhadap Kemandirian Daerah Dan Pertumbuhan Ekonomi Daerah. Jurnal Akutansi Dan Investasi 12(1):88–99.

Referensi

Dokumen terkait

Analisis Flypaper Effect Pada Pengujian Pengaruh Dana Alokasi Umum (DAU), Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dan Sisa Lebih Perhitungan Anggaran (SiLPA) Terhadap

Pengaruh Pendapatan Asli Daerah PAD terhadap Belanja Daerah di Provinsi Sulawesi Selatan tahun 2015 – 2019 Berdasarkan hasil pengujian secara parsial pengaruh pendapatan asli daerah