1
PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE DISERTAI HANDOUT BERGAMBAR
TERHADAP HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA KELAS XI SMAN 3 LENGAYANG
Jumaida Eka Putri, Siska Nerita, Erismar Amri
Program Studi Pendidikan Biologi STKIP PGRI Sumatera Barat [email protected]
ABSTRACT
The result of in biology class XI student of SMAN 3 Lengayang on the material motion system of human remains under a minimum completeness criteria (KKM) is 75. The low of students learning because many students have passive in learning process, students are less motivated, and learning is still centered on the teacher, the media used is very limited, and learning resources that are used by students only in the form of textbooks provided by the school. The purpose of the study was to determine the effect of the implementation of cooperative learning model Think Pair Share with handout picture on learning outcomes biology class XI student of SMAN 3 Lengayang. This research is experimental research by using Randomized Design Posttest Only Control Group Design. The population in this study were all students of class XI SMAN 3 Lengayang in year 2016/2017 academic. The technique sampling is purposive sampling and selected class XIIPA1 as experimental and class XIIPA2 as control. Instruments used in the cognitive domain was the written test in the form of multiple choice questions, affective namely sheet and psychomotor observation that the student's final report. Data analysis techniques in the study is the t-test, to test the normality, homogeneity, and hypothesis testing with a level of α = 0,05. The result seen that the average value of the experimental class had an average higher than the control class, where on average cognitive experimental group while the control class 68.10 79.65. Affective the experimental class has an average of 2.26 mode while the control class has an average of 1.79 mode. Psychomotor the experimental class have 2,86optimum performance while the control class 2,12 optimum performance. Hypothesis test obtained th = 4.31 and ttable= 1.67, because th> ttable then the hypothesis is accepted. It can be concluded that the implementation of cooperative learning model Think Pair Share with handouts could displayed as good effect on learning outcomes in biology class XI of SMAN 3 Lengayang.
Keywords: Learning Outcomes Biology, Handout Display, Think Pair Share PENDAHULUAN
Proses belajar mengajar merupakan inti dari proses pendidikan formal.
Selama proses belajar mengajar berlangsung akan terjadi suatu kegiatan interaksi antara guru dengan siswa, siswa dengan siswa dan siswa dengan lingkungan sekitarnya. Dalam proses pembelajaran tidak hanya guru yang dituntut untuk berperan aktif melainkan siswa juga harus ikut berperan aktif. Menurut Sanjaya (2009:102) siswa yang aktif selama proses pembelajaran akan memiliki kesempatan untuk mengembangkan potensi yang dimiliki sehingga potensi tersebut dapat dioptimalkan. Sebaliknya, siswa yang tidak aktif dalam proses pembelajaran maka potensi yang dimiliki tidak akan dapat berkembang dengan baik. Agar siswa aktif dalam proses
pembelajaran maka guru harus mampu menciptakan suasana belajar yang menarik dan menyenangkan yang dapat menumbuhkan semangat dan minat siswa dalam belajar.
Selain itu, guru dituntut untuk dapat menguasai materi yang akan diajarkan, memilih model, metode, dan strategi yang tepat serta menggunakan media yang dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada penilaian ranah kognitif, afektif, dan psikomotor.
Hasil belajar siswa harus berorientasi pada ranah kognitif, afektif dan psikomotor.
Sebab ketiga ranah tersebut saling berkaitan dengan tujuan pembelajaran yang hendak dicapai. Namun pada kenyataannya, penilaian yang dilakukan oleh guru di sekolah hanya sebatas kognitif saja, sedangkan penilaian pada afektif dan psikomotor belum dilakukan oleh
2 guru dengan menggunakan istrumen yang jelas.
Hal inilah yang menyebabkan tujuan pembelajaran belum tercapai dengan maksimal.
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara penulis pada tanggal 29 Juli 2016 dengan Ibu Osmaidar, S.Pd. selaku guru biologi di SMAN 3 Lengayang, ternyata dalam proses belajar mengajar masih banyak ditemukan siswa yang pasif dalam belajar, siswa kurang termotivasi, serta pembelajaran masih berpusat pada guru. Hal ini disebabkan oleh proses pembelajaran yang kurang menarik dan kurang menyenangkan bagi siswa.
Pembelajaran yang menyenangkan dapat dipengaruhi dengan penggunaan model dan media yang tepat. Selain itu, menurut pernyataan guru yang diwawancarai, salah satu materi yang sulit dipahami oleh siswa adalah materi sistem gerak manusia. Karena dalam materi tersebut menuntut pemahaman siswa untuk dapat menjelaskan struktur tulang, fungsi tulang, jenis-jenis tulang dan bentuk tulang.
Dalam hal ini siswa membutuhkan suatu media dan sumber-sumber belajar seperti bahan ajar yang dapat mendukung proses pembelajaran.
Namun kenyataan yang penulis temukan di lapangan, penggunaan media khususnya pada materi sistem gerak manusia sangat terbatas, begitu juga dengan sumber belajar yang digunakan oleh siswa hanya berupa buku paket yang disediakan oleh sekolah. Hal inilah yang menjadi dampak terhadap rendahnya hasil belajar siswa khususnya pada materi sistem gerak manusia.
Rendahnya hasil belajar siswa terlihat pada materi sistem gerak manusia dengan nilai rata-rata ulangan harian biologi siswa kelas XI semester I pada tahun pelajaran 2015/2016 yaitu siswa kelas XI IPA1 (74.58), kelas XI IPA2 (69.42), dan kelas XI IPA3 (68.65).
Dengan terlampirnya nilai di atas menunjukan bahwa hasil belajar biologi siswa kelas XI SMAN 3 Lengayang khususnya pada materi sistem gerak manusia masih berada di bawah KKM yaitu 75
.
Berdasarkan permasalahan di atas, penulis memberikan solusi bahwa untuk mencapai tujuan pembelajaran guru seharusnya memilih model yang tepat yang dapat membangkitkan keaktifan dan semangat siswa, memotivasi siswa, menumbuhkan kemampuan berpikir siswa dan saling bekerjasama selama proses pembelajaran berlangsung. Salah satu cara yang dapat membangkitkan semangat dan keaktifan siswa dalam belajar adalah dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share.
Menurut Lufri (2007:50) model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share ini memberi siswa kesempatan untuk bekerja sendiri serta bekerjasama dengan orang lain serta dapat mengembangkan potensi siswa secara aktif. Selain itu, untuk memperoleh hasil yang lebih maksimal diperlukan banyak sumber belajar yang dapat menunjang proses belajar mengajar. Sumber belajar yang dibutuhkan yaitu handout bergambar. Dengan pemberian handout ini dapat memperlancar dan mempermudah siswa dalam memahami materi pelajaran. Sedangkan media gambar dapat mempermudah siswa dalam mengetahui struktur dan fungsi organ, jenis-jenis tulang dan bentuk tulang pada sistem gerak manusia.
Model Think Pair Share ini dikembangkan oleh Frang Lyman yang menjelaskan bahwa Think Pair Share merupakan suatu cara yang efektif untuk membuat variasi suasana pola diskusi kelas.
Hal ini sejalan dengan pendapat Lie (2002: 56) yang menyatakan bahwa teknik belajar mengajar berpikir-berpasangan-berbagi sebagai struktur kegiatan pembelajaran gotong royong, teknik ini memberikan siswa kesempatan untuk bekerja sendiri serta bekerja sama dengan orang lain. Teknik ini bisa digunakan dalam semua mata pelajaran dan untuk semua tingkatan usia anak didik.
Kelebihan dari model pembelajaran tipe Think Pair Share adalah:
1. Proses kegiatan belajar mengajar tidak bergantung pada guru. Dengan demikian peserta didik dirangsang untuk lebih aktif sehingga yang diharapkan dapat menumbuhkan kepercayaan kemampuan berpikir sendiri, menemukan informasi dari beberapa sumber, dan dapat saling bertukar informasi antar peserta didik.
2. Memberi peserta didik waktu lebih banyak untuk berpikir, menjawab, dan saling membantu satu sama lain.
3. Peserta didik dapat memiliki kemampuan untuk mengungkapkan ide atau gagasan dengan kata-kata secara verbal dan membandingkan ide-ide lain dengan orang lain.
Handout adalah bahan pembelajaran yang sangat ringkas. Handout diartikan sebagai sesuatu yang diberikan kepada peserta didik ketika mengikuti kegiatan pembelajaran.
Handout dibuat dengan tujuan untuk memperlancar dan memberikan bantuan informasi atau materi pembelajaran sebagai pegangan bagi peserta didik. Kemudian ada juga yang mengartikan handout sebagai bahan
3 tertulis yang disiapkan oleh seorang pendidik untuk memperkaya pengetahuan peserta didik (Prastowo, 2011:79).
Pemakaian media gambar dalam proses pembelajaran akan dapat membangkitkan keinginan dan minat baru, membangkitkan motivasi dan rangsangan kegiatan belajar dan bahkan memberikan pengaruh psikologis terhadap siswa. Selain itu, media gambar juga dapat berguna untuk membangkitkan keinginan belajar, memungkinkan siswa untuk belajar mandiri sesuai dengan minat dan kemampuannya.
Media dapat meningkatkan pengetahuan, memperluas pengetahuan dan memberi fleksibelitas dalam penyampaian pesan (Angkowo dan Kosasih, 2007:27).
Tujuan dilakukan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share disertai handout bergambar terhadap hasil belajar biologi siswa kelas XI SMAN 3 Lengayang. Berdasarkan uraian di atas penulis telah melakukan penelitian tentang Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share disertai Handout Bergambar terhadap Hasil Belajar Biologi Siswa Kelas XI SMAN 3 Lengayang.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini adalah penelitian eksperimen. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Oktober-November di SMAN 3 Lengayang pada kelas XI semester ganjil Tahun Pelajaran 2016/2017. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI SMAN 3 Lengayang Tahun Pelajaran 2016/2017
.
Rancangan penelitian yang digunakan adalah Randomised Control Group posttest Only Design. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik Purposive Sampling sehingga diperoleh sampel kelas XI IPA1 sebagai kelas eksperimen dan kelas XI IPA2 sebagai kelas kontrol. Instrumen yang digunakan dalam ranah kognitif adalah tes tertulis dalam bentuk soal objektif, ranahafektif adalah lembar observasi sikap dan ranah psikomotor laporan akhir siswa. Teknik analisis data menggunakan uji-t dengan taraf 0,05.
Variabel dalam penelitian ini terdiri atas variabel bebas, yaitu pembelajaran biologi dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share disertai handout bergambar dan variabel terikat, yaitu hasil belajar biologi setelah menerapkan model kooperatif tipe Think Pair Share disertai handout bergambar.Teknik analisis data terdiri atas uji normalitas, uji homogenitas dan uji hipotesis.
HASIL PENELITIAN 1. Penilaian Ranah Kognitif
Rata-rata nilai ranah kognitif pada kelas eksperimen dan kelas kontrol adalah th = 4,31 dan ttabel = 1,67, maka hipotesis diterima.
pada ranah afektif rata-rata yang diperoleh kelas eksperimen adalah 2,26 dengan predikat (C), sedangkan kelas kontrol 1,79 dengan predikat (C) dan rata-rata ranah psikomotor pada kelas eksperimen adalah 2,86 dengan predikat (B) dan kelas kontrol adalah 2,12 dengan predikat (C). Hasil analisis uji normalitas penilaian kognitif pada kelas eksperimen diperoleh L0 = 0,01897 dengan Ltabel = 0,159 dan kelas kontrol diperoleh L0= 0,04685 dengan Ltabel = 0,151. Dengan demikian kedua sampel berdistribusi normal. Hasil analisis uji homogenitas kedua sampel memiliki Fh = 0,48 dengan Ftabel = 1,84, maka kedua kelas sampel memiliki varians yang homogen dan kedua sampel berdistribusi normal. Selanjutnya, dilakukan uji hipotesis yaitu uji-t pada ranah kognitif diperoleh th = 4,31 dan ttabel = 1,67, maka hipotesis diterima.
Rata-rata hasil belajar biologi siswa kelas eksperimen (79,65) dan kelas kontrol adalah (68,10). Dengan lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 1.
4
Gambar 1. Rata-Rata Hasil Belajar Biologi Siswa 2. Penilaian Ranah Afektif
Gambar 2. Rata-Rata Modus Perindikator Penilaian Ranah Afektif. Keterangan: (A) Bekerjasama, (B) Bertanggung jawab, (C) Berkomunikasi dengan sopan sesama teman
Masing-masing modus perindikator memiliki rata-rata nilai yang berbeda, sehingga diperoleh rata-rata modus secara keseluruhan pada kelas eksperimen adalah 2,26 dengan predikat (C) dan kelas kontrol memperolehnilai
rata-rata yaitu 1,79 dengan predikat (C).
Penilaian pada ranah afektif dinilai oleh seorang obsever.Dengan lebih jelasnya dapat dilihat nilai rata-rata modus perindikator pada setiap kali pertemuan melalui Gambar 2.
3. Penilaian Ranah Psikomotor
Gambar 3. Rata-Rata Penilaian Ranah Psikomotor. keterangan: (A) Kejelasan isi laporan, (B) Kelengkapan lapora individu, (C) Kerapian dan kebersihan dalam penulisan
0 20 40 60 80
79,65
68,10
Rata-Rata Hasil Belajar
Kelas Eksperimen Kelas Kontrol
0 0,5 1 1,5 2
2,5 1,97
2,42
2,29
1,85 2,00
1,56
Rata-Rata Modus Penilaian Ranah Afektif
Kelas Eksperimen Kelas Kontrol
A B C
0 1 2
3 2,18 2,1 2,01
1,69 1,72 1,71
Rata-Rata Capaian Optimum
Kelas Eksperimen Kelas Kontrol
A B C
XIIPA1 XIIPA2
5 Penilaian rata-rata pada indikator kejelasan isi laporan kelas eksperiemen diperoleh 2,18 (C+) dan kelas kontrol diperoleh 1,69 (C−), kelengkapan laporan individu kelas eksperimen adalah 2,10 (C) dan kelas kontrol 1,72 (C−), serta Kerapian dan kebersihan dalam penulisan kelas eksperimen 2,01 (C) dan kelas kontrol 1,71 (C−). Sehingga rata-rata capaian optimum yang dipereoleh oleh kelas eksperimen adalah 2,86 dengan predikat B, sedangkan kelas kontrol rata-rata capaian optimum yang diperoleh adalah 2,12 dengan predikat C.
PEMBAHASAN 1. Penilaian Kognitif
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan didapatkan bahwa hasil belajar biologi dengan menggunakan model pembelajaran Think Pair Share disertai handout bergambar pada kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan kelas kontrol. Pada kelas eksperimen nilai yang paling tinggi 95,38 dan nilai yang terendah 63,08. KKM yang ditetapkan yaitu 70, dimana siswa yang mencapai nilai KKM 87,10% dan siswa yang tidak mencapai nilai KKM 12,90%, sedangkan pada kelas kontrol proses pembelajaran dilakukan dengan menggunakan metode ceramah, tanya jawab dan diskusi. Pada kelas kontrol nilai yang tertinggi adalah 86,15 dan nilai yang terendah 41,54. Siswa yang mencapai KKM 50% dan siswa yang tidak mencapai KKM 50%. Rata-rata hasil belajar yang diperoleh pada kelas eksperimen adalah 79,65 sedangkan pada kelas kontrol adalah 68,10. Dengan terlampirnya nilai rata-rata di atas maka dapat disimpulkan bahwa nilai siswa kelas eksperimen lebih tinggi daripada kelas kontrol. Sebagaimana menurut Djamarah (2010:107) setiap proses belajar mengajar setidaknya menghasilkan hasil belajar yang baik atau minimal mencapai 76% sampai 99%
bahan pelajaran yang diajarkan dapat dikuasai oleh siswa.
Dengan adanya perbedaan hasil belajar di atas disebabkan karena selama proses pembelajaran siswa kelas eksperimen menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share yang di dalam kelompok diskusinya hanya beranggotakan 2 orang, sehingga siswa tersebut diberikan kesempatan untuk berpikir sendiri, menjawab dan saling membantu dan berbagi ide satu sama lainnya.
Selain itu siswa menjadi lebih aktif, lebih
termotivasi dalam belajar dan kemudian siswa akan terlatih berpikir secara mandiri dalam menanggapi dan menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru serta membagikan ide yang dimilikinya kepada siswa lain.
Akan tetapi, kenyataan di lapangan bahwa tidak semua siswa yang ikut serta aktif, serius, dan termotivasi dalam proses belajar mengajar. Hal ini dapat terlihat pada saat siswa diminta untuk berpikir sendiri (Thinking) mengenai pertanyaan yang diberikan guru.
Siswa yang aktif, semangat dan serius dalam belajar cenderung termotivasi mengerjakan dan menjawab pertanyaan dengan sendiri dibandingkan dengan siswa yang kurang aktif, tidak serius dan kurang termotivasi dalam belajar. Dengan demikian ini sangat berdampak kepada diri siswa tersebut, karena apabila siswa mengerjakan sendiri pertanyaan- pertanyaan yang diberikan dan termotivasi untuk belajar maka siswa tersebut akan lebih memahami materi yang dipelajarinya.
Sebaliknya, siswa yang hanya menunggu dan mencotek jawaban siswa lainnya dan tidak termotivasi untuk belajar maka tidak akan sepenuhnya dapat memahami materi yang diajarkan. Sebagaimana menurut Aunurrahman (2010:180) siswa yang memiliki motivasi untuk belajar akan nampak melalui kesungguhan untuk terlibat di dalam proses belajar, seperti aktif bertanya, mengerjakan latihan yang diberikan, mencatat dan melakukan evaluasi sesuai dengan tuntutan pembelajaran. Sebaliknya, siswa yang tidak termotivasi dalam belajar, umumnya kurang mampu bertahan belajar lebih lama dan kurang sungguh-sungguh dalam mengerjakan tugas.
Kemudian pada tahap berdiskusi terlihat bahwa hanya ada beberapa pasangan saja yang saling bekerjasama dalam berdiskusi.
Siswa yang bekerjasama tersebut saling berbagi pendapat, ide serta melengkapi kekurangan-kekurangan yang mereka dapatkan pada tahap awal, sedangkan pasangan kelompok lainnya cenderung asyik dengan dirinya masing-masing. Jika saat berdiskusi siswa yang satu saling mencocokkan kesesuaian jawaban rekannya dengan pemahaman yang dia miliki, kemudian ada jawabannya tidak sesuai dan langsung menyelesaikan ketidaksesuaian tersebut, maka siswa akan bertambah paham dengan materi yang dipelajarinya serta materi tersebut akan lama tertinggal di dalam pikirannya.
Sebagaimana menurut Nurhadi (2004:120)
6 dalam rangka pengembangan potensi siswa dalam berintegrasi sosial, saling memotivasi teman, dan saling berbagi akan berpengaruh positif terhadap keberhasilan dalam belajar.
Selanjutnya, bahan dan sumber pendukung yang digunakan oleh kelas eksperimen dalam proses belajar juga dapat mempengaruhi hasil belajar. Salah satu bahan ajar yang diberikan kepada kelas eksperimen berupa handout bergambar. Handout adalah suatu bahan ajar yang di dalamnya terdapat materi yang sangat ringkas, sedangkan pemberian gambar pada handout bertujuan agar siswa lebih memahami materi yang disampaikan serta dapat membuat siswa tertarik dengan materi yang diajarkan.
Berbeda dengan kelas kontrol, siswa diberi perlakuan diskusi kelompok. Diskusi kelompok merupakan suatu proses interaksi secara verbal antara dua atau lebih individu yang saling bertatap muka untuk saling berbagi informasi, mempertahankan pendapat, dan saling menyelesaikan masalah. Di dalam diskusi kelompok pada kelas kontrol hanya sebagian siswa yang ikut berperan aktif serta berpartisipasi dalam melaksanakan tugasnya, sedangkan sebagian siswa lainnya lebih mengandalkan teman kelompoknya. Di sinilah letak titik kelemahan dari diskusi kelompok, dimana siswa cenderung mengandalkan siswa pintar saja tanpa adanya kerjasama dan partisipasi kelompok, siswa sering ribut dan mengganggu teman lainnya, serta materi yang didiskusikan hanya mampu dikuasai oleh siswa yang aktif dalam belajar saja. Inilah yang menjadi penyebab utama rendahnya hasil belajar yang diperoleh siswa. Akibatnya materi yang diajarkan tidak dapat dipahami dan dikuasai oleh siswa. Selain itu, sumber belajar yang digunakan dalam diskusi kelompok hanya berupa buku paket yang disediakan oleh guru.
Sebagaimana menurut Suryosubroto (2002:279) partisipasi adalah keterlibatan mental dan emosi seseorang kepada pencapaian tujuan dan ikut serta bertanggung jawab didalamnya. Partisipasi siswa dalam kelompok sangatlah penting karena dengan dilakukan hal tersebut dapat menciptakan pembelajaran yang aktif, kreatif dan menyenangkan. Dengan demikian tujuan pembelajaran yang sudah direncanakan bisa dicapai semaksimal mungkin.
2. Penilaian Afektif
Penilaian pada ranah afektif diperoleh dari lembaran observasi yang dinilai oleh seorang obsever selama proses pembelajaran berlangsung. Penilaian yang dilakukan pada kelas eksperimen dan kelas kontrol terdiri dari 3 indikator yaitu bekerjasama, bertanggung jawab, dan berkomunikasi dengan sopan sesama teman. Nilai rata-rata modus keseluruhan yang diperoleh oleh kelas eksperimen 2,26 predikat (C) dan kelas kontrol 1,79 dengan predikat (C).
Rendahnya nilai modus ranah afektif pada indikator bekerjasama kelas eksperimen diperoleh 1,97 (C) dan kelas kontrol 1,85 dengan predikat (C), dikarenakan selama siswa berdiskusi dengan pasangannya maupun dengan kelompoknya kurang bekerjasama dan kurang saling membantu dalam proses belajar.
Akibatnya proses pembelajaran tidak berjalan dengan baik dan tujuan pembelajaran tidak tercapai seperti yang diinginkan. Sebagaimana menurut Djamarah (2000:7) dalam suatu kerjasama, siswa akan saling menyadari kekurangan dan kelebihan yang dimilikinya, saling membantu tanpa ada rasa minder dalam dirinya serta persaingan yang terjadi secara positif untuk mencapai prestasi belajar yang optimal. Sejalan dengan itu, Huda (2011:24- 25) menyatakan bahwa bekerjasama dalam konteks belajar yaitu saling melibatkan siswa lain untuk menyelesaikan tugas kelompok, saling memberikan dorongan, anjuran, serta saling berbagi informasi dengan teman kelompok yang membutuhkan bantuan.
Artinya bekerjasama dalam membantu siswa lain yang belum memahami dan mengerti mengenai materi yang dipelajari.
Pada indikator bertanggung jawab kelas eksperimen memperoleh nilai modus 2,42 (C) dan kelas kontrol rata-rata nilai modus 2,00 (C). Hal ini menunjukkan bahwa sudah sebagian siswa yang melakukan tanggung jawabnya dalam proses pembelajaran, seperti mengerjakan tugas yang diberikan guru secara mandiri, menuliskan laporan hasil diskusi berpasangan serta mempersentasekan laporan diskusi di depan kelas. Sependapat dengan Asma (2012:10) bahwa setiap orang atau setiap kelompok bertanggung jawab untuk menguasai materi pelajaran karena keberhasilan belajar kelompok ditentukan seberapa besar sumbangan hasil secara perorangan.
Berkomunikasi dengan sopan sesama teman dalam diskusi sangatlah penting, sebab
7 berbicara dengan bahasa yang baik, sopan dan jelas dapat menunjukkan bagaimana kepribadian seseorang. Namun dalam proses diskusi masih ada siswa yang menggunakan bahasa daerah dan menggunakan bahasa yang tidak sopan. Selain itu saat menanggapi jawaban siswa lain, masih ada siswa menyampaikan pendapat dengan kurang jelas dan menggunakan kata yang berbelit-belit. Hal ini dapat dilihat pada nilai modus indicator berkomunikasi dengan sopan sesama teman, dimana kelas eksperimen memperoleh nilai rata-rata 2,29 predikat (C) sedangkan kelas control lebih rendah yaitu 1,56 predikat (C), sehingga rata-rata modus kelas eksperimen lebih tinggi dibandin kelas kontrol.
Dalam proses belajar mengajar berkomunikasi lebih mengarah kepada proses pengajaran yang dapat mengembangkan kegiatan siswa secara optimal, sehingga dapat menumbuhkan dan menciptakan siswa belajar aktif (Sudjana, 2001).
3. Penilaian Psikomotor
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan pada ranah psikomotor didapatkan hasil bahwa nilai pada indikator kejelasan isi laporan kelas eksperimen memperoleh nilai yaitu 2,18 dengan predikat (C+) sedangkan kelas kontrol 1,69 dengan predikat (C−). Selanjutnya, nilai yang diperoleh oleh kelas eksperimen pada indikator kelengkapan laporan individu adalah 2,10 dengan predikat (C), sedangkan kelas kontrol nilai yang diperoleh 1,72 dengan predikat (C−), serta kerapian dan kebersihan dalam penulisan kelas eksperimen adalah 2,01 dengan predikat (C) dan kelas kontrol memperoleh nilai 1,71 dengan predikat (C−). Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa nilai kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan nilai kelas kontrol.
Pada penilaian psikomotor rata-rata siswa kelas eksperimen telah mampu mengerjakan tugas yang diberikan guru dengan baik dan menyelesaikan sesuai dengan tujuan pembelajaran yang diajarkan. Ini dapat terlihat pada aspek penilaian kejelasan isi laporan.
Hampir semua siswa memenuhi kriteria yang diharapkan. Meskipun masih ada diantara siswa yang belum mengerjakan laporan akhir dengan baik. Namun pada kelas kontrol, aspek pada penilaian ini masih banyak ditemukan siswa yang tidak mengerjakan laporan akhir seperti yang ditugaskan guru, bahkan ada yang tidak sesuai dengan tujuan pembelajaran. Inilah
yang menyebabkan tujuan pembelajaran tidak tercapai dengan maksimal.
Selanjutnya pada aspek kelengkapan laporan individu, hasil laporan yang dikerjakan ada yang belum lengkap dan tidak sesuai dengan aspek yang diinginkan, sebab masih ada sebagian siswa yang belum dan bahkan tidak mencantumkan (Identitas dan sub topik) materi yang dipelajari. Bahkan laporan akhir yang dikerjakan baik kelas eksperimen maupun kelas kontrol masih ada yang kurang sistematis. Kemudian, pada aspek kerapian dan kebersihan dalam penulisan laporan akhir, siswa telah mengerjakan dengan rapi, tidak ada coretan dan jelas. Meskipun dalam penulisan laporan akhir masih ada siswa yang mengerjakan tugasnya dengan kurang rapi dan ada coretan. Rendahnya nilai siswa pada ranah psikomotor ini dikarenakan bahwa tidak semua siswa tingkat keterampilannya dapat memenuhi tugas akhirnya secara maksimal. Dengan banyak ditemukan kekurangan-kekurangan pada masing-masing aspek yang dinilai, diharapkan untuk kedepannya siswa mampu meningkatkan lagi kreatifitasnya dalam belajar dan memenuhi serta menyelesaikan tugas sesuai dengan tujuan yang diharapkan.
Sebagaimana menurut Permendikbud (2014:23) penilaian psikomotor dilakukan untuk melihat tingkat kemampuan siswa dalam meningkatkan kreatifitasnya dalam belajar.
Sedangkan menurut Kunandar (2013:251) penilaian keterampilan adalah penilaian yang dilakukan guru untuk mengukur tingkat pencapaian keterampilan peserta didik yang meliputi imitasi, naturalisasi, manipulasi dan lain sebagainya.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa dengan:
1. Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share disertai handout bergambar dapat berpengaruh baik terhadap hasil belajar biologi siswa kelas XI SMAN 3 Lengayang pada ranah kognitif.
2. Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share disertai handout bergambar cukup berpengaruh terhadap hasil belajar biologi siswa kelas XI SMAN 3 Lengayang pada ranah afektif.
3. Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share disertai handout
8 bergambar cukup berpengaruh terhadap hasil belajar biologi siswa kelas XI SMAN 3 Lengayang pada ranah psikomotor.
SARAN
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan maka penulis menyarankan beberapa hal sebagai berikut:
1. Bagi guru hendaknya dapat menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share disertai handout bergambar dalam meningkatkan keaktifan siswa dalam belajar.
2. Pada peneliti lain, berhubung pada penelitian ini hanya mencakup ruang lingkup pada materi sistem gerak manusia, maka peneliti lain dapat menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share pada ruang lingkup materi lain yang dianggap lebih sesuai dan dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
DAFTAR PUSTAKA
Angkowo, R. dan A. Kosasih. 2007.
Optimalisasi Media Pembelajaran.
Jakarta: Grasindo.
Asma, N. 2012. Model Pembelajaran Kooperatif. Padang: UNP Press.
Aunurrahman, 2010. Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.
Djamarah, S.B. 2000. Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif. Jakarta.
Rineka Cipta.
Huda, M. 2011. Cooperative Learning Metode, Teknik, Struktur dan Penerapan.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Kunandar. 2013. Penilaian Autentik. Jakarta:
Raja Grapindo Persada.
Lie, A. 2002. Cooperative Learning. Jakarta:
Gramedia.
Lufri. 2007. Strategi Pembelajaran Biologi.
Padang: UNP Press.
Nurhadi, Burhan Y dan Agus G.S. 2004.
Pembelajaran Kontektual dan Penerapannya dalam KBK. Malang:
UM PRESS.
Prastowo, A. 2011. Panduan Kreatif Membuat Bahab Ajar Inovatif. Yogyakarta: DIVA Press.
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 104 Tahun 2014 Tentang Penilaian Hasil Belajar Oleh Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah.
Sanjaya, W. 2009. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses
Pendidikan. Jakarta: Prenada Media Group.
Sudjana, N. 2001. Metode dan Teknik Pembelajaran Partisipatif. Bandung:
Falah Production.
Suryosubroto, B. (2002). Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Jakarta. Rineka Cipta.
9