• Tidak ada hasil yang ditemukan

pengaruh penerapan model pembelajaran kooperatif

N/A
N/A
Nguyễn Gia Hào

Academic year: 2023

Membagikan "pengaruh penerapan model pembelajaran kooperatif"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SQUARE (TPSq) TERHADAP HASIL BELAJAR

MATEMATIKA SISWA KELAS VII SMP NEGERI 22 PADANG TAHUN PELAJARAN 2015/2016

Kepri Dinata*), Melisa**), Tika Septia**)

*)Mahasiswa Program Studi Pendidikan Matematika STKIP PGRI Sumatera Barat

**)Staf Pengajar Program Studi Pendidikan Matematika STKIP PGRI Sumatera Barat

ABSTRAK

The bachground of this study was the students’ achievement were relatively less, then students taught of learning mathematics was difficult and also making bore.

This study aimed was students’ mathematics achievement by applying a type of cooperative learning models Think Pair Square (TPSq) better than students’

achievement who learn mathematics by conventional learning at VII grade students of SMP Negeri 22 Padang in 2015 / 2016 academic year. Design of this study was experimental study by randomly design toward the subject. Technique of data analysis used T test one part in real level on 0,05. Hypothesis test got 2,84> 1,667 (tcount>ttable ) thus, the hypothesis was accepted. Result of this study was students’ mathematics avhievement by applying a type of cooperative learning models: Think Pair Square (TPSq) better than students’ achievement who learn mathematics by conventional learning at VII grade students of SMP Negeri 22 Padang in 2015 / 2016 academic year.

Key words:Think Pair Square (TPSq),Students’ Achievement PENDAHULUAN

Matematika merupakan salah satu cabang ilmu pengetahuan yang mempunyai peranan penting dalam menunjang perkembangan teknologi.

Mengingat hal tersebut, maka matematika diajarkan disetiap jenjang pendidikan mulai dari tingkat sekolah dasar, sekolah menengah sampai perguruan tinggi dan melalui pembelajaran matematika dapat dikembangkan kemampuan berpikir logis, analitis, kritis, kreatif dan sistematis dalam menyelesaikan suatu

masalah. Melihat peranan matematika yang penting maka diperlukan perhatian yang lebih dalam meningkatkan kualitas pembelajaran matematika.

Banyak usaha dan perhatian yang telah dilakukan oleh guru untuk meningkatkan mutu pendidikan khususnya pada pembelajaran matematika, diantaranya adalah mengulang materi pelajaran sebelumnya guna mengkaitkan dengan materi selanjutnya, selain itu guru juga menyediakan buku panduan

(2)

dan alat-alat pembelajaran yang mampu menunjang kelancaran proses pembelajaran.

Observasi yang dilakukan pada tanggal 14 - 19 Januari 2016 ditemukan proses pembelajaran yang diterapkan di SMP Negeri 22 Padang masih terpusat pada guru, pembelajaran yang terjadi cendrung satu arah. Siswa hanya mendengar dan mencatat materi yang disampaikan guru, ketika siswa ditanya tentang apa yang dijelaskan oleh guru, masih banyak siswa yang belum mampu menjawabnya, begitu juga pada saat mengerjakan soal latihan, banyak siswa yang belum mampu mencapai hasil belajar yang diharapkan,. Siswa tidak terbiasa berdiskusi sehingga siswa kurang aktif selama proses pembelajaran berlangsung.

Hasil wawancara yang dilakukan dengan beberapa guru matematika kelas VII SMP Negeri 22 Padang diperoleh informasi bahwa hasil belajar siswa masih rendah.

Siswa cenderung duduk dengan teman yang memiliki kemampuan akademis yang sama. Ketika guru memberikan latihan kepada siswa, siswa yang memiliki kemampuan

akademis yang tinggi tidak mengalami kesulitan. Namun berbeda dengan siswa yang berkemampuan akademis rendah, ada beberapa siswa yang tidak mengerjakan latihan dan sebagian yang lain mengerjakan latihan dengan cara bertanya kepada setiap siswa yang berkemampuan akademis tinggi sehingga mengakibatkan suasana kelas menjadi rebut.

Hasil wawancara yang dilakukan dengan beberapa orang siswa kelas VII SMP Negeri 22 Padang didapatkan keterangan bahwa siswa kurang suka dengan pelajaran matematika, siswa menganggap matematika adalah pembelajaran yang membosankan dan sulit untuk dimegerti, sehingga hal tersebut mengakibatkan siswa malas dan takut dalam belajar matematika. Disamping itu, saat presentasi latihan kedepan kelas, guru hanya memilih siswa yang mempresentasikan latihan berdasarkan kecepatan dalam menyelesaikan latihan. Hal ini mengakibatkan siswa yang mempresentasikan latihan kedepan kelas cenderung orang yang sama, sehingga menyebabkan siswa lain merasa bosan karena tidak memiliki

(3)

kesempatan untuk mempresentasikan latihan kedepan kelas. Semua kegiatan siswa ini berdampak terhadap hasil belajar matematika siswa itu sendiri, banyak siswa yang tidak mengerti dengan materi yang diajarkan guru sehingga nilai semester siswa banyak di bawah KKM.

Berdasarkan permasalahan diatas, perlu ada suatu model pembelajaran yang mampu mengembangkan kemampuan berfikir siswa, bekerja sama, saling membantu, berbagi pengetahuan dengan temannya, mengeluarkan ide- ide dan memahami materi secara individu maupun melalui bantuan orang lain yang dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa berdasarkan pengalaman mereka sendiri, sehingga apa yang mereka pelajari benar-benar dimengerti.

Penerapan model pembelajaran yang mampu mengatasi permasalahan tersebut dapat dilakukan dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif.

Model pembelajaran kooperatif memberi kesempatan kepada siswa untuk berpartisipasi secara aktif dalam kelompok,

menumbuhkan sikap toleransi dan menghargai pendapat orang lain.

Sehingga demikian siswa diharapkan bisa memahami dan mengerti matematika dengan baik dan benar.

Salah satu model

pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Square (TPSq). TPSq adalah model pembelajaran yang memberikan siswa kesempatan untuk bekerja sendiri serta bekerja dengan orang lain.

Lie (2010: 58) langkah- langkah model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Square (TPSq):

1. Guru membagi siswa dalam kelompok berempat dan memberikan tugas kepada semua kelompok

2. Setiap siswa memikirkan dan mengerjakan tugas tersebut sendiri

3. Siswa berpasangan dengan salah satu rekan dalam kelompok dan berdiskusi dengan pasangannya

4. Kedua pasangan bertemu kembali dalam kelompok berempat. Siswa mempunyai

kesempatan untuk

(4)

membagikan hasil kerjanya kepada kelompok berempat.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah hasil belajar matematika siswa dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Square (TPSq) lebih baik dari pada hasil belajar matematika siswa dengan pembelajaran konvensional siswa kelas VII SMP Negeri 22 Padang.

Penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah penelitian yang dilakukan oleh Iren Sasmita Rahman (2013) dengan judul

“pengaruh penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Square terhadap pemahaman konsep matematis siswa Kelas VIII SMPN 13 Sijunjung. Hasil dari penelitian tersebut menunjukan bahwa pemahaman konsep matematis siswa dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Square (TPSq) lebih baik dari pada pemahaman konsep matematis siswa dengan menggunakan pembelajaran konvensional di kelas VIII SMPN 13 Sijunjung.

Perbedaan penelitian ini dengan yang sebelumnya adalah pada tahap pelaksanaan dan penerapan

pembelajaran. Penelitian sebelumnya pada tahap pelaksanaan menggunakan Lembar Kerja Siswa (LKS) dan penerapan pembelajaran terhadap pemahaman konsep matematis, sedangkan pada penelitian yang telah dilakukan pada tahap pelaksanaannya menggunakan lembaran soal dan lembaran jawaban, kemudian pada penerapan pembelajaran terhadap hasil belajar matematika siswa.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 23 April sampai dengan 20 Mei 2016 di kelas VII SMP Negeri 22 Padang. Jenis penelitian ini termasuk penelitian eksperimen.

Arikunto (2010: 9) bahwa “penelitian eksperimen adalah penelitian bermaksud untuk melihat akibat dari suatu tindakan atau perlakuan”.

Dalam penelitian ini dibutuhkan dua kelas yaitu kelas eksperimen dan kelas kontrol. Kelas eksperimen adalah kelas yang sengaja diberi perlakuan yaitu model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Square (TPSq), sedangkan kelas kontrol adalah kelas yang tidak diberi perlakuan.

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII SMPN

(5)

22 Padang. Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini adalah secara acak. Kelas sampel yang terpilih adalah kelas VII1 sebagai kelas eksperimen dan kelas VII2

sebagai kelas kontrol.

Instrumen yang digunakan dalam penelitian adalah tes yaitu tes kemampuan hasil belajar matematika siswa. Sebelum diadakan tes akhir dilakukan uji coba tes di kelas VII8 SMPN 29 Padang pada tanggal 04 Mei 2016. Hasil uji coba tes menunjukkan semua soal dipakai dengan reliabilitas 0,91. Teknik analis data yang dipakai adalah uji-t satu pihak yang dikemukakan oleh Sudjana (2005: 239).

HASIL DAN PEMBAHASAN Mengetahui hasil tes kemampuan hasil belajar matematika siswa dilakukan tes akhir. Kelas eksperimen diikuti oleh 36 orang siswa dan pada kelas kontrol diikuti oleh 33 orang siswa. Hasil tes akhir siswa pada kedua kelas ini diperoleh rata-rata ( ̅), standar deviasi (S), nilai maksimum (Xmaks), dan nilai minimun (Xmin) seperti pada Tabel berikut.

Tabel 1. Rata-rata dan Standar Deviasi dari Skor Tes Akhir

Kelas

Sampel ( ) S Xmak Xmin

Eksperimen 63,19 19,78 100 31

Kontrol 48,42 23,56 100 14 Tabel 1 di atas menunjukkan bahwa nilai rata-rata kelas eksperimen lebih tinggi dari pada kelas kontrol. Simpangan baku kelas eksperimen lebih kecil dibandingkan simpangan baku kelas kontrol. Hal ini menunjukan bahwa pada kelas eksperimen memiliki keragaman yang kecil, sehingga menyebabkan pada umumnya nilai siswa tersebut tidak terlalu jauh dari nilai rata-rata kelas.

Berdasarkan hasil pengujian hipotesis yang dilakukan dengan uji-t satu pihak, diperoleh bahwat =

2,84 dan t = 1,667 dengan

t > t maka H ditolak.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa hasil belajar matematika siswa dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Square (TPSq) lebih baik dari pada hasil belajar matematika siswa dengan pembelajaran konvensional pada siswa kelas VII SMPN 22 Padang Tahun Pelajaran 2015/2016.

Gambar 1 dan Gambar 2 dapat dilihat tes akhir hasil belajar siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol.

(6)

Gambar 1. Jawaban Tes Akhir Kelas Eksperimen

Gambar 2 . Jawaban Tes Akhir Kelas Kontrol

Gambar 1 terlihat bahwa siswa sudah mampu menguasai materi segitiga, pada soal nomor 2 siswa telah bisa mencari alas suatu segitiga, jika tinggi dan luasnya diketahui, sehingga siswa bisa mencari panjang sisi AC atau sisi miring dengan menggunakan konsep Pythagoras untuk mencari keliling segitiga tersebut.

Gambar 2 terlihat bahwa siswa juga mampu menyelesaikan soal nomor 2 tentang segitiga. Siswa juga bisa mencari alas suatu segitiga jika tinggi dan luas segitiga diketahui, siswa juga benar mencari sisi miring segitiga dengan menggunakan dalil Pythagoras.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, maka dapat disimpulkan bahwa hasil belajar matematika siswa dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Square (TPSq) lebih baik dari pada hasil belajar matematika siswa dengan menerapkan pembelajaran konvensional pada siswa kelas VII SMP Negeri 22 Padang Tahun Pelajaran 2015/2016.

DAFTAR RUJUKAN

Arikunto, Suharsimi. (2010).

Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:

PT. Rineka Cipta.

Lie, Anita. (2010). Cooperative Learning. Jakarta: Grasindo.

Sudjana. (2005). Metoda Statistika.

Bandung: Tarsito.

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data, maka dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe pair check terlaksana dengan baik sesuai

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share yang dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada materi penjumlahan dan pengurangan