• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH PENGGUNAAN BATU KAPUR SEBAGAI SUBSTITUSI AGREGAT PADA LAPISAN ASPHALT CONCRETE – WEARING COURSE (AC-WC)

N/A
N/A
aldo yudatm

Academic year: 2024

Membagikan " PENGARUH PENGGUNAAN BATU KAPUR SEBAGAI SUBSTITUSI AGREGAT PADA LAPISAN ASPHALT CONCRETE – WEARING COURSE (AC-WC)"

Copied!
75
0
0

Teks penuh

Puji syukur kehadirat Tuhan Yesus Kristus atas limpahan nikmat yang telah diberikan-Nya sehingga penulis dapat melaksanakan tugas akhirnya dengan baik. Penulisan tugas akhir merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana (S1) pada Program Studi Teknik Sipil Transportasi Fakultas Teknik Universitas Atma Jaya Yogyakarta. Selama proses penulisan, penelitian dan penyusunan tugas akhir ini, penulis banyak mendapat bantuan dari berbagai pihak, oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih pada kesempatan ini.

Aneka Dharma Persada yang telah memberikan bantuan, saran dan bimbingan dalam tugas penelitian terbaru ini. Orang tua, saudara dan saudari yang telah memberikan dukungan dan saran selama penulisan tugas akhir ini. Keluarga besar Kantor Kerjasama dan Promosi UAJY yang terus memberikan semangat kepada kami agar dapat menyelesaikan tugas akhir tepat waktu.

Brigita Aulia Afrinda yang telah memberikan dukungan dan semangat dalam menyelesaikan penulisan tugas akhir ini. Penulis menyadari bahwa tugas akhir ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu penulis menyambut baik kritik dan saran yang bersifat membangun dalam penulisan tugas akhir ini.

INTISARI

PENDAHULUAN

  • Latar Belakang
  • Perumusan Masalah
  • Tujuan Penelitian
  • Batasan Masalah
  • Manfaat Penelitian
  • Keaslian Tugas Akhir
  • Lokasi Penelitian

Batu kapur merupakan material alternatif yang keberadaannya di Indonesia berjumlah 28,678 miliar ton (Madiadipoera, 1990). Batu kapur cocok digunakan sebagai agregat kasar karena dapat mengurangi plastisitas, susut dan pemuaian pondasi jalan raya (Batu Kapur Utama dan Febriani sebagai bahan pengisi pada campuran Laston AC-WC dengan variasi kadar kapur 0% - 50% menunjukkan bahwa kapur dapat meningkat. nilai stabilitasnya karena mampu menutup rongga-rongga campuran yang tidak tertutup oleh agregat halus (2019) yang menggunakan batu kapur asal Desa Lobong sebagai bahan pencampur pada laston AC-WC dilaporkan telah memenuhi persyaratan Bina Marga. Pemanfaatan batu kapur sebagai pengganti agregat kasar dan agregat halus diharapkan dapat menjadi inovasi sebagai material alternatif.

Batu kapur yang banyak terdapat di Indonesia diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan alternatif pelapis jalan, namun apakah penggunaan batu kapur sebagai pengganti agregat dapat menghasilkan lapisan aspal beton yang berkualitas baik. Untuk mengetahui peranan batu kapur sebagai material alternatif pada campuran Laston AC-WC untuk menghasilkan lapisan atas beton aspal yang berkualitas baik. Menjadi solusi untuk menurunkan biaya perolehan material secara keseluruhan dengan memanfaatkan limbah batu kapur pada proyek pembangunan jalan di sekitar pantai.

Kajian pemanfaatan batu kapur Kalipucang sebagai pengganti sebagian agregat halus beton aspal tipe AC-BC. Oleh karena itu pada penelitian ini penulis melakukan penelitian lain dengan menggunakan batu kapur sebagai agregat kasar dan agregat halus sebagai bahan pengganti.

TINJAUAN PUSTAKA

  • Tinjauan Umum
  • Lapis Aspal Beton (Laston)
  • Bahan Penyusun Lapis Aspal Beton
    • Aspal
    • Agregat
    • Batu kapur (limestone)
    • Bahan pengisi (filler)
  • Karakteristik Campuran Aspal
    • Stabilitas
    • Keawetan atau durabilitas
    • Kelenturan atau fleksibilitas
    • Ketahanan terhadap kelelehan (fatique resistance)
    • Kekesatan atau tahanan geser (skid resistance)
    • Mudah dilaksanakan (workability)
    • Kelelehan Plastis (Flow)

Agregat olahan merupakan agregat yang diperoleh dari hasil penambangan, yang kemudian diolah menjadi pecahan-pecahan tertentu sehingga dapat digunakan untuk konstruksi permukaan jalan. Berdasarkan sifat-sifat tersebut, agregat kuat adalah agregat yang mempunyai peringkat ukuran butir yang baik. Open grading merupakan agregat yang distribusinya tidak merata sehingga tidak dapat menutup rongga dengan baik.

Beberapa jenis batu kapur banyak digunakan karena sifat fisiknya yang kuat dan padat dengan sejumlah ruang/pori. Kapur, merupakan batu kapur lunak dengan tekstur halus biasanya berwarna putih atau abu-abu, terbentuk dari cangkang berkapur organisme laut seperti foraminifera atau berbagai jenis rumput laut. Batu kapur pembawa fosil adalah batu kapur yang banyak mengandung fosil yang tersusun dari cangkang dan kerangka organisme yang membatu.

Batugamping litograf merupakan batugamping padat dengan ukuran butir sangat halus dan seragam yang terdapat pada lapisan tipis sehingga membentuk permukaan yang sangat halus. Travertine adalah batu kapur yang terbentuk dari penguapan air hujan di dalam gua yang menghasilkan endapan seperti stalaktit, stalagmit, dan batu aliran. Batu kapur mempunyai sifat fisik dan kimia yang berbeda-beda, tergantung pada letak batuan tersebut, proses terbentuknya batuan tersebut, dan faktor lain yang menyebabkan sifat batuan tersebut berbeda.

Perbedaan sifat batu kapur dengan batuan lain didasarkan pada sifat fisiknya, antara lain: porositas, berat jenis, konduktivitas termal, dan kelarutan. Jumlah batu kapur di Indonesia diperkirakan mencapai 2,160 miliar ton, tersebar di beberapa pulau mulai dari Sumatera hingga Irian Jaya. Batu kapur banyak dimanfaatkan dalam bidang industri, antara lain pada industri peleburan logam berfungsi sebagai bahan aditif, sedangkan pada industri kimia berperan dalam proses pengaturan pH. Dalam Priyanto (2018), batu kapur memiliki komposisi sekitar 50% kalsium karbonat (CaCO3), dan sisanya berupa kalsium karbonat (CaCO3), kalsium oksida (CaO), magnesium oksida (MgO), silikat (SiO2) , aluminium oksida (Al2O3) dan besi oksida (Fe2O3). ).

Menurut Sukirman (2007), laston mempunyai tujuh sifat yang harus dimiliki suatu campuran, yaitu kestabilan, keawetan, kelenturan, ketahanan leleh, ketahanan geser, kedap air, dan kemampuan kerja. Ketahanan lelah (fatigue resistance) adalah kemampuan suatu campuran beton aspal untuk menerima pembengkokan berulang akibat beban lalu lintas yang berulang tanpa terjadi retak. Sama seperti kestabilan, agar campuran aspal beton memiliki kekasaran yang baik, maka harus mempunyai gradasi agregat yang baik agar beton aspal tidak mengalami perubahan bentuk struktur.

KESIMPULAN

Kesimpulan

Batu kapur dapat digunakan sebagai material alternatif pengganti agregat kasar pada perkerasan jalan raya karena hasil pengujian Laston AC-WC sifat marshalling telah memenuhi standar spesifikasi Bina Marga 2018 dan dapat digunakan sebagai material pengganti agregat (alternatif) dengan kadar maksimal 75% pada kelas aspal Optimum 6%.

Saran

DAFTAR PUSTAKA

Pengaruh penggunaan kapur hidrat sebagai bahan pengisi terhadap ketahanan kupas beton aspal tahan abrasi (AC-WC).

Referensi

Dokumen terkait

Peneitian ini dilakukan untuk mencari alternatif pengganti agregat kasar (batu pecah) dalam beton dengan pecahan batu kapur ditinjau terhadap kuat tekan beton, dengan campuran

Oleh karena itu, penggunaan batu kapur dapat diterapkan pada campuran laston lapis aus gradasi kasar tetapi dengan penambahan batu kapur yang tinggi cenderung menurunkan

besi untuk Campuran Laston Lapis Aus AC-WC. c) Mengetahui sifat-sifat marshall akibat variasi penggunaan filler pasir besi dan semen untuk Campuran Laston Lapis Aus AC-WC

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh dari jumlah tumbukan dengan tambahan bahan lateks terhadap campuran AC-WC dilihat dari sifat Marshall, sehingga

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh dari jumlah tumbukan dengan tambahan bahan lateks terhadap campuran AC-WC dilihat dari sifat Marshall, sehingga

Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian untuk menentukan sifat-sifat karakteristik Marshall pada evaluasi campuran aspal panas dengan menggunakan filler abu batu, semen dan

HASIL DAN DISKUSI Dari pengujian yang menggunakan alat Marshall didapat karakterisitik aspal AC-WC berupa nilai stabilitas, flow, Density, VITM, VMA, VFWA, dan MQ dapat dilihat pada

Dokumen ini membahas pengaruh penggunaan serbuk batu bata merah sebagai filler pada campuran laston (AC-WC), yang merupakan lapisan aus pada konstruksi jalan