• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH PENYULUHAN TENTANG STUNTING TERHADAP PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU YANG MEMILIKI BALITA DI POSYANDU ANGGREK KELURAHAN MUARA SABAK ULU KECAMATAN MUARA SABAK TIMUR KABUPATEN TANJUNG JABUNG TIMUR

N/A
N/A
Muslimin aja

Academic year: 2024

Membagikan "PENGARUH PENYULUHAN TENTANG STUNTING TERHADAP PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU YANG MEMILIKI BALITA DI POSYANDU ANGGREK KELURAHAN MUARA SABAK ULU KECAMATAN MUARA SABAK TIMUR KABUPATEN TANJUNG JABUNG TIMUR"

Copied!
75
0
0

Teks penuh

(1)

KABUPATEN TANJUNG JABUNG TIMUR

SKRIPSI

Skripsi Ini Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kebidanan

OLEH :

DELA SEPTIANI WIANDA

213001070234

PRODI SARJANA KEBIDANAN FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ADIWANGSA JAMBI

2023

(2)

LEMBAR PERSETUJUAN

Nama Mahasiswa : Dela Septiani Wianda Nomor Induk Mahasiswa : 213001070234

Judul Proposal : : Pengaruh Penyuluhan Tentang Stunting Terhadap Pengetahuan Dan Sikap Ibu Yang Memiliki Balita Di Posyandu Anggrek Kelurahan Muara Sabak Ulu Kecamatan Muara Sabak Timur Kabupaten Tanjung Jabung Timur

Program Studi : S1 Kebidanan

Skripsi ini Telah diperiksa dan telah dipertahankan pada ujian Skripsi Jambi 21 Oktober 2023

Menyetujui Pembimbing

Bdn. Subang Aini Nasution,S.K.M.,M.Kes NIDN. 0106018503

Mengetahui

Ketua Program Studi S1 Kebidanan Universitas Adiwangsa Jambi

Diane Marlin, SS T ., M.Keb NIDN: 1009059001

ii

(3)

Memiliki Balita Di Posyandu Anggrek Kelurahan Muara Sabak Ulu Kecamatan Muara Sabak Timur Kabupaten Tanjung Jabung Timur

Nama Mahasiswa : Dela Septiani Wianda Nomor Induk Mahasiswa : : 213001070234

Tanggal Sidang : 15 September 2023

Skrips ini telah dipertahankan dihadapan dewan Penguji Pada tanggal 15 September 2023

Mengesahkan Pembimbing Skripsi

Dr. Subang Aini Nasution, SKM., M.Kes NIDN. 0106018503

Penguji I Penguji II

Diane Marlin,SST.,M.Keb Seno Aji,S.Pd.,M.Eng.,Prac NIDN. 1009059001 NIDN. 0115087001

Mengetahui

Ka. Prodi S1 Kebidanan Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan

Diane Marlin,SST.,M.Keb Dr. Subang Aini Nasution, SKM., M.Kes NIDN. 1009059001 NIDN. 0106018503

iii

(4)

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI SKRIPSI

Sebagai Civitas akademik Universitas Adiwangsa Jambi, saya yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama : DELA SEPTIANI WIANDA

NIM : 213001070234

Program Studi : SI Kebidanan Jenis Tugas Akhir : Skripsi

Untuk pengembangan ilmu pengetahuan, maka saya menyetujui untuk memberikan Hak Bebas Royalti Non-eksklusif (Non-exclusive Royalti Free Right) kepada Universitas Adiwangsa Jambi, atas tugas akhir saya yang berjudul : “Pengaruh Penyuluhan Tentang Stunting Terhadap Pengetahuan Dan Sikap Ibu Yang Memiliki Balita Di Posyandu Anggrek Kelurahan Muara Sabak Ulu Kecamatan Muara Sabak Timur Kabupaten Tanjung Jabung Timur”.

Dengan Hak Bebas Royalti Non-exclusif ini Universitas Adiwangsa Jambi berhak menyimpan, mengalih media/format-kan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database), merawat dan mempublikasikan tugas akhir saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik hak cipta.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di : Jambi

Pada tanggal : Februari 2023 Yang menyatakan :

(DELA SEPTIANI WIANDA)

iv

(5)

I. IDENTITAS PRIBADI

Nama : Dela Septiani Wianda

Tempat/Tanggal Lahir : Jambi, 13 September 1995

Agama : Islam

Jenis Kelamin : Perempuan

Alamat : JLN.Darma Wangsa Komplek Teguh Permai II Blok A No.11 RT.038 Kel.Thehok,Kecamatan Jambi Selatan II. RIWAYAT PENDIDIKAN

Tahun 2000 - 2006 : SD N 21 Muara Sabak Ilir Tahun 2006 - 2009 : SMP N 6 Kota Jambi Tahun 2009 - 2012 : SMA N 2 Kota Jambi

Tahun 2012 - 2015 : DIII Kebidanan Poltekes Kemenkes Jambi Tahun 2022 – Sekarang : S1 Kebidanan Universitas Adiwangsa Jambi III. ORANG TUA

Nama Ayah : AKP Darpin

Pekerjaan : Polri

Agama : Islam

Alamat : Jl.Hangtuah Rt.02 Kel.Muara Sabak Ilir

Nama Ibu : Ida Royani,Am.Keb,SKM

Pekerjaan : PNS

Agama : Islam

Alamat : Jl.Hangtuah Rt.02 Kel.Muara Sabak Ilir

v

(6)

Foto

Dela Septiani Wianda

Tempat/tanggal lahir : Jambi, 13 September 1995 NIM : 213001070234

Nama orang tua : AKP Darpin Tanggal lulus :

Program Studi : Kebidanan Program Sarjana IPK :

Predikat Lulus: Memuaskan/Sangat Memuaskan* Alamat : JLN.Darma Wangsa Komplek Teguh Permai II Blok A No.11 RT.038

Kel.Thehok,Kecamatan Jambi Selatan

ABSTRAK

Pengaruh Penyuluhan Tentang Stunting Terhadap Pengetahuan dan Sikap Ibu Yang Memiliki Balita Di Posyandu Anggrek Kelurahan Muara Sabak

Ulu Kecamatan Muara Sabak Timur Kabupaten Tanjung Jabung Timur Dela Septiani Wianda

Stunting pada anak merupakan masalah gizi kronis karena asupan gizi yang tidak memadai dalam jangka panjang yang dikombinasikan dengan penyakit infeksi pada anak dan masalah lingkungan. Stunting perlu mendapatkan perhatian khusus karena dapat meningkatkan resiko kematian pada anak, serta menghambat pekembangan fisik dan mental anak.

Pengetahuan gizi yang kurang atau kurangnya menerapkan pengetahuan gizi dalam kehidupan sehari-hari dapat menimbulkan masalah gizi. Kurangnya gizi pada anak dapat disebabkan oleh sikap atau perilaku orang tua terutama ibu yang menjadi faktor dalam pemilihan makanan yang tidak benar, pemilihan bahan makanan, tersedianya jumlah makanan yang cukup dan keanekaragaman jenis makanan dipengaruhi oleh tingkat pengetahuan ibu tentang makanan dan gizinya. Sikap ibu sangat dipengaruhi oleh pengetahuannya.

Penelitian ini menggunakan one group pretest-posttest design pada Agustus Di Posyandu Anggrek Kelurahan Muara Sabak Ulu Kecamatan Muara Sabak Timur Kabupaten Tanjung Jabung Timur. Jumlah populasi 187 responden dengan sampel menggunakan acak sederhana (simple random sampling sebanyak 30 responden. Analisa data menggunakan uji t.

Hasil penelitian ini didapatkan bahwa terdapat pengaruh penyuluhan tentang stunting terhadap pengetahuan (p-value 0,008) dan sikap (p-value 0,000) ibu yang memiliki balita di Di Posyandu Anggrek Kelurahan Muara Sabak Ulu Kecamatan Muara Sabak Timur Kabupaten Tanjung Jabung Timur.

Kesimpulan yang didapat pada penelitian ini adalah terdapat pengaruh penyuluhan tentang stunting terhadap pengetahuan dan sikap ibu yang memiliki balita Di Posyandu Anggrek Kelurahan Muara Sabak Ulu Kecamatan Muara Sabak Timur Kabupaten Tanjung Jabung Timur.

Kata Kunci : Pengetahuan, Sikap, Stunting

vi

(7)

judul “Pengaruh Penyuluhan Tentang Stunting Terhadap Pengetahuan dan Sikap Ibu Yang Memiliki Balita Di Posyandu Anggrek Kelurahan Muara Sabak Ulu Kecamatan Muara Sabak Timur Kabupaten Tanjung Jabung Timur”. Adapun tujuan penulisan skripsi ini adalah sebagai suatu syarat untuk melakukan penelitian dalam menyelesaikan studi pada Program Studi Kebidanan Program Sarjana Universitas Adiwangsa Jambi.

Penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari dukungan dan arahan berbagai pihak, maka dari itu dengan segala kerendahan hati penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :

1. Ibu Bdn. Subang Aini Nasution,S.K.M.,M.Kes Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Adiwangsa Jambi

2. Ibu Diane Marlin,SST,M.Kes Selaku Ketua Program Studi Kebidanan Program Sarjana.

3. Seluruh dosen Program Studi Kebidanan Program Sarjana yang telah memberikan ilmu pengetahuan untuk mendukung penyusunan skripsi ini.

4. Suami tercinta Nudi Haryadi dan anandaku tersayang Adila Daniya Putri Haryadi atas segala doa dan dukungan, semangat yang luar biasa.

5. Orang tua papa, mama, adek tiwi, adek yanza serta teman-teman seperjuangan yang telah memberikan banyak dukungan sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

Penulis juga menyampaikan rasa terima kasih kepada semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, semoga Allah melimpahkan rahmat, ampunan dan karunia-Nya kepada semua pihak yang terlibat penyusunan skripsi ini.

Jambi, Oktober 2023

Dela Septiani Wianda

vii

(8)

DAFTAR ISI

COVER

LEMBAR PERSETUJUAN ... ii

LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI ... iii

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... iv

ABSTRAK ... v

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ... vii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumus Masalah ... 6

C. Tujuan Penelitian ... 6

D. Manfaat penelitian ... 7

BAB II TINJAUAN TEORI A. Stunting ... 9

1. Pengertian ... 9

2. Potofisiologi ... 10

3. Cara ukur ... 11

4. Faktor risiko stunting ... 12

5. Faktor-faktor yang mempengaruhi stunting ... 19

B. Pengetahuan ... 21

1. Pengertian pengetahuan ... 21

2. Tingkat pengetahuan ... 21

3. Kriteria tingkat pengetahuan ... 23

4. Faktor yang mempengaruhi pengetahuan menurut notoatmodjo (2012) ... 23

C. Sikap ... 24

1. Definisi sikap ... 24

2. Komponen sikap ... 25

3. Tahapan sikap... 26

4. Faktor Yang Mempengaruhi Sikap... 26

5. Skala sikap ... 28

BAB III KERANGKA TEORI, KERANGKA KONSEP, DAN DEFINISI OPERASIONAL A. Kerangka Teori ... 29

B. Kerangka konsep ... 30

C. Definisi operasional ... 30

BAB IV METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian ... 32

B. Hipotesis Penelitian ... 32

viii

(9)

1. Jenis data ... 34

2. Instumen penelitian ... 34

F. Pengolahan data ... 35

G. Analisa data ... 36

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil penelitian ... 38

1. Analisis univariat ... 38

2. Analisis Bivariat ... 41

B. Pembahasan ... 44

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN A. KESIMPULAN ... 52

B. SARAN ... 53

DAFTAR PUSTAKA ... 54

LAPIRAN ... 58

DOKUMENTASI ... 63

ix

(10)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Kategori dan Ambang Batas Status Gizi Anak...

Tabel 3.1 Definisi Operasional... 30 Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Sebelum Dilakukan

Penyuluhan... 37 Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Sikap Sebelum Dilakukan Penyuluhan.. 38 Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Setelah Dilakukan

Penyuluhan... 38 Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Sikap Setelah Dilakukan Penyuluhan.... 39 Tabel 5.5 Pengaruh Penyuluhan Tentang Stunting Terhada

Pengetahuan Ibu Yang Memiliki Balita Di Posyandu Anggrek Kelurahan Muara Sabak Ulu Kecamatan Muara Sabak Timur Kabupaten Tanjung Jabung Timur... 40 Tabel 5.6 Pengaruh Penyuluhan Tentang Stunting Terhadap

Sikap Ibu Yang Memiliki Balita Di Posyandu Anggrek Kelurahan Muara Sabak Ulu Kecamatan Muara Sabak

Timur Kabupaten Tanjung Jabung Timur... 41 Tabel 5.7 Kategori dan Ambang Batas Status Gizi Anak... 49

x

(11)

Lampiran 2 Formulir Penelitian... 74

Lampiran 3 Peran Tenaga Kesehatan... 76

Lampiran 4 Lembar Konsul ... 77

Lampiran 5 persetujuan repondent... 78

Lampiran 5 lembar koesioner... 78

Lampiran 6 dokumentasi ... 79

H.

xi

(12)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Stunting merupakan kondisi kekurangan gizi kronis yang terjadi pada saat periode kritis dari proses tumbuh dan kembang mulai janin, dimana hasil pengukuran panjang/tinggi badan menurut umur (TB/U atau PB/U) menunjukkan < -2 SD s.d. < -3 SD dari standar WHO (Binagwaho et al, 2015). Stunting adalah masalah kesehatan yang banyak ditemukan di negara berkembang, termasuk Indonesia (Boylan et al, 2017). Stunting atau pendek merupakan masalah kekurangan gizi kronis yang disebabkan oleh kurangnya asupan gizi dalam waktu yang cukup lama, sehingga mengakibatkan gangguan pertumbuhan pada anak yakni tinggi badan anak lebih rendah atau pendek (kerdil) dari standar usianya (KDPDTT RI, 2017). Keadaan pendek (stunting) berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1995/MENKES/SK/XII/2010 tentang standar artropometri penilaian status gizi anak adalah suatu keadaan dimana hasil pengukuran Panjang Badan menurut Umur (PB/U) atau Tinggi Badan menurut Umur (TB/U) berada di antara -3 SD sampai -2 SD. Jika hasil pengukuran PB/U atau TB/U berada dibawah -3 SD disebut sangat pendek (severe stunting).

Proporsi stunting terbanyak terdapat di Asia dengan dengan jumlah balita stunting lebih dari setengah kasus di dunia atau sebanyak 83,6 juta (55%), sedangkan sepertiganya lagi terdapat di Afrika sebanyak 39% dari jumlah balita stunting. Proporsi terbanyak balita stunting di Asia berasal

(13)

dari Asia Selatan sebanyak 58,7% dan proporsi yang paling sedikit terdapat di Asia Tengah sebanyak 0,9% balita stunting. Asia Tenggara berada pada urutan kedua dengan jumlah balita stunting sebanyak 14,9% (Unicef et.al, 2018).

Di Indonesia, kejadian balita stunting merupakan masalah kesehatan utama yang dihadapi. Prevalensi stunting atau pendek di Indonesia cenderung statis. Hasil Riskesdas pada tahun 2007 menunjukan prevalensi balita stunting di Indonesia sebesar 36,8%. Pada tahun 2010 mengalami penurunan menjadi 35,6%. Akan tetapi, pada tahun 2013 prevalensi balita stunting kembali meningkat menjadi 37,2% dan pada tahun 2016 prevalensi balita stunting semakin turun menjadi 27,5%. Pada tahun 2017 dan 2018, prevalensi stunting kembali meningkat menjadi 29,6% dan 30,8% (Pusdatin, 2018).

Stunting pada anak merupakan masalah gizi kronis karena asupan gizi yang tidak memadai dalam jangka panjang yang dikombinasikan dengan penyakit infeksi pada anak dan masalah lingkungan (Unicef et al, 2018). Stunting perlu mendapatkan perhatian khusus karena dapat meningkatkan resiko kematian pada anak, serta menghambat pekembangan fisik dan mental anak (Nurmalasari dkk, 2020). Stunting atau gangguan pertumbuhan linier dapat mengakibatkan anak tidak mampu mencapai potensi genetik, mengindikasi kejadian jangka panjang dan dampak dari ketidakcukupan konsumsi zat gizi, kondisi kesehatan dan pengasuhan yang tidak memadai. Stunting berkaitan dengan peningkatan risiko kesakitan dan

(14)

3

kematian serta terhambatnya perkembangan kemampuan motorik dan mental anak (Komalasari et al, 2020).

Balita yang mengalami stunting memiliki risiko terjadinya penurunan intelektual, produktivitas dan peningkatan risiko penyakit degeneratif dimasa mendatang seperti penyakit jantung, stroke, diabetes dan ginjal (KDPDTT RI, 2017). Stunting juga dapat meningkatkan risiko terjadinya obesitas. Hal ini disebabkan karena orang dengan tubuh pendek memiliki berat badan ideal yang rendah sehingga kenaikan berat badan beberapa kilogram saja bisa menaikkan Indeks Massa Tubuh (IMT) melebihi normal (Anisa, 2012). Selain itu anak stunting sangat berhubungan dengan prestasi pendidikannya yang menurun dan pendapatannya yang rendah sebagai orang dewasa (Hafid & Nasrul, 2016).

Anak-anak stunting memiliki kemungkinan yang lebih besar untuk tumbuh menjadi dewasa yang kurang berpendidikan, miskin, kurang sehat dan lebih rentan terhadap penyakit tidak menular. Oleh karena itu, anak stunting merupakan preditor buruknya kualitas sumber daya manusia yang selanjutnya menurunkan kemampuan produktif suatu bangsa di masa mendatang (Mzumara et al, 2018). Banyak faktor yang dapat menyebabkan tingginya angka stunting pada balita. Faktor penyebab langsungnya adalah kurangnya asupan gizi yang diterima balita (Damanik & Wanda, 2019).

Penyebab lainnya yaitu sosial ekonomi, penyakit infeksi, pengetahuan ibu yang kurang, pola asuh yang salah, sanitasi dan hygine yang buruk dan pelayanan kesehatan yang rendah (Mugianti dkk, 2018).

(15)

Status gizi ibu hamil sangat memengaruhi keadaan kesehatan dan perkembangan janin. Gangguan pertumbuhan dalam kandungan dapat menyebabkan berat lahir rendah. Berat badan lahir rendah ini dapat meningkatkan resiko terjadinya stunting pada balita (Agustia dkk, 2018).

Anak memerlukan nutrisi yang cukup untuk pertumbuhan dan pperkembangannya. Peran orang tua terutama ibu sangat penting dalam pemenuhan nutrisi anak karena anak memerlukan dukungan dan perhatian orang tua dalam menghadapi pertumbuhan dan perkembangannya.

Pengetahuan gizi yang baik dari orang tua diperlukan untuk mendapatkan gizi yang baik pada anak sehingga orang tua mampu menyediakan menu pilihan yang seimbang (Dewi dan Auliyyah, 2020).

Banyak faktor yang menyebabkan terjadinya keadaan stunting pada anak. Faktor penyebab stunting ini dapat disebabkan oleh faktor langsung maupun tidak langsung. Penyebab langsung dari kejadian stunting adalah asupan gizi dan adanya penyakit infeksi sedangkan penyebab tidak langsungnya adalah pola asuh, pelayanan kesehatan, ketersediaan pangan, faktor budaya, ekonomi dan masih banyak lagi faktor lainnya (Rahayu dkk, 2018).

Pengetahuan gizi yang kurang atau kurangnya menerapkan pengetahuan gizi dalam kehidupan sehari-hari dapat menimbulkan masalah gizi. Kurangnya gizi pada anak dapat disebabkan oleh sikap atau perilaku orang tua terutama ibu yang menjadi faktor dalam pemilihan makanan yang tidak benar, pemilihan bahan makanan, tersedianya jumlah makanan yang

(16)

5

cukup dan keanekaragaman jenis makanan dipengaruhi oleh tingkat pengetahuan ibu tentang makanan dan gizinya. Kesalahan dalam pemilihan makanan dapat terjadi akibat dari ketidaktahuan ibu (Fadillah, 2021).

Berdasarkan studi pendahuluan, di Wilayah Kerja Puskesmas Muara Sabak timur, terdapat 4 desa, yaitu Muara Sabak Ilir dengan jumlah balita 161 balita, Muara Sabak Ulu 187 balita, Lambur I sebanyak 133 balita, Lambur 2 sebanyak 179 balita, dan Desa Kota Raja sebanyak 80 balita (Data Puskesmas Muara Sabak Timur, 2023). Sedangkan jumlah balita di Kabupaten Tanjung Jabung berdasarkan tinggi badan dibandingkan dengan umur tahun 2022 yaitu 103 balita sangat pendek dan 563 balita pendek, dan di Wilayah Kerja Puskesmas Muara Sabak Timur sendiri sebanyak 1 balita sangat pendek dan 5 balita pendek.

Setelah dilakukan wawancara kepada ibu balita, 6 dari 8 balita memiliki riwayat tidak ASI Eksklusif, 4 dari 8 ibu tidak mengetahui dan ibu cenderung tidak terlalu memperhatikan apa nutrisi yang diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangan anaknya. Prevalensi stunting bisa terus meningkat apabila faktor-faktor risiko dari stunting tidak diperhatikan dan diatasi. Berdasarkan latar belakang tersebut peneliti tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul pengaruh penyuluhan tentang stunting terhadap pengetahuan dan sikap ibu yang memiliki balita di Posyandu Anggrek Kelurahan Muara Sabak Ulu Kecamatan Muara Sabak Timur Kabupaten Tanjung Jabung Timur.

(17)

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang permasalahan di atas, maka rumusan masalah penelitian ini adalah apakah terdapat pengaruh penyuluhan tentang stunting terhadap pengetahuan dan sikap ibu yang memiliki balita di Posyandu Anggrek Kelurahan Muara Sabak Ulu Kecamatan Muara Sabak Timur Kabupaten Tanjung Jabung Timur?.

C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui pengaruh penyuluhan tentang stunting terhadap pengetahuan dan sikap ibu yang memiliki balita di Posyandu Anggrek Kelurahan Muara Sabak Ulu Kecamatan Muara Sabak Timur Kabupaten Tanjung Jabung Timur.

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui distribusi frekuensi pre-post test pengetahuan ibu yang memiliki balita di Posyandu Anggrek Kelurahan Muara Sabak Ulu Kecamatan Muara Sabak Timur Kabupaten Tanjung Jabung Timur.

b. Untuk mengetahui distribusi frekuensi pre-post test sikap ibu yang memiliki balita di Posyandu Anggrek Kelurahan Muara Sabak Ulu Kecamatan Muara Sabak Timur Kabupaten Tanjung Jabung Timur.

(18)

7

c. Untuk mengetahui pengaruh penyuluhan tentang stunting terhadap pengetahuan dan sikap ibu yang memiliki balita di Posyandu Anggrek Kelurahan Muara Sabak Ulu Kecamatan Muara Sabak Timur Kabupaten Tanjung Jabung Timur.

D. Manfaat penelitian 1. Manfaat Teoritis

Diharapkan hasil penelitian ini sebagai pengembangan ilmu pengetahuan mengenai pengaruh penyuluhan tertang stunting terhadap pengetahuan dan sikap ibu yang memiliki balita.

2. Manfaat Praktis a. Bagi Peneliti

Sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan Pendidikan sarjana di Universitas Adiwangsa Jambi, dan sebagai pengalaman serta peningkatan wawasan serta pengetahuan tentang stunting.

b. Bagi Universitas Adiwangsa Jambi

Dapat sebagai sumber bacaan dan referensi tentang pengaruh penyuluhan terkait stunting pada balita.

c. Bagi Posyandu Anggrek Kelurahan Muara Sabak Ulu Kecamatan Muara

Sabak Timur Kabupaten Tanjung Jabung Timur

Dapat menambah ilmu pengetahuan bagi ibu yang memiliki balita dalam pencegahan kejadian stunting.

(19)

d. Bagi Peneliti Selanjutnya

Sebagai referensi mengenai stunting dan melakukan riset selanjutnya dengan variabel-variabel yang berbeda.

(20)

BAB II

TINJAUAN TEORI

A. STUNTING 1. Pengertian

Stunting (kerdil) adalah kondisi dimana balita memiliki panjang atau tinggi badan yang kurang jika dibandingkan dengan umur.

Kondisi ini menunjukkan status gizi yang kurang (malnutrisi) dalam jangka waktu yang lama (kronis) (Candra, 2020). Stunting pada anak menjadi permasalahan karena berhubungan dengan meningkatnya risiko kesakitan dan kematian, gangguan pada perkembangan otak, gangguan terhadap perkembangan motorik dan terhambatnya pertumbuhan mental anak (Rahayu et al., 2018). Menurut WHO (2017) dampak yang ditimbulkan apabila seorang anak mengalami stunting terbagi menjadi dampak jangka pendek dan jangka panjang.

Dampak jangka pendek yang akan dialami dapat meningkatkan kejadian kesakitan dan kematian serta menghambat proses perkembangan kognitif, motorik, dan verbal pada anak. Sedangkan dalam jangka panjang, anak akan memiliki postur tubuh yang tidak optimal (lebih pendek dari anak seusianya), meningkatnya risiko terkena obesitas, dan menurunnya produktivitas dan kapasitas kerja.

(21)

Tabel 2.1 Kategori dan Ambang Batas Status Gizi Anak

Indeks Kategori Status Gizi Ambang Batas

(z-score) Berat badan menurut

umur (BB/U) anak usia 0-60 bulan

Berat badan sangat kurang < -3 SD

Berat badan kurang -3 s/d -2 SD

Berat badan normal -2 s/d +1 SD

Resiko berat badan lebih > +1 SD Panjang badan atau

tinggi badan

menurut umur (PB/U atau TB/U) anak usia 0-60 bulan

Sangat pendek < -3 SD

Pendek -3 s/d -2 SD

Normal -2 s/d +3 SD

Tinggi > +3 SD

Berat badan menurut Panjang badan atau tinggi badan (BB/PB atau BB/TB) anak usia 0-60 bulan

Gizi buruk < -3 SD

Gizi kurang -3 s/d < -2 SD

Gizi baik (normal) -2 s/d +1 SD

Berisiko gizi lebih > +1 SD s/d +2 SD

Gizi lebih > +2 SD s/d +3 SD

Obesitas > +3 SD

Indeks massa tubuh menurut umur (IMT/U) anak usia 0- 60 bulan

Gizi buruk < -3 SD

Gizi kurang -3 s/d < -2 SD

Gizi baik (normal) -2 s/d +1 SD

Berisiko gizi lebih > +1 SD s/d +2 SD

Gizi lebih > +2 SD s/d +3 SD

Obesitas > +3 SD

Indeks massa tubuh menurut umur (IMT/U) anak usia 5- 18 tahun

Gizi buruk < -3 SD

Gizi kurang -3 s/d < -2 SD

Gizi baik (normal) -2 s/d +1 SD

Gizi lebih +1 SD s/d +2 SD

Obesitas > +2 SD

Sumber : PMK No 2 Tahun 2020 tentang Standar Antropometri Anak 2. Patofisiologi

Proses pertumbuhan pada manusia di bawah kendali genetik dan pengaruh lingkungan, yang beroperasi sedemikian rupa pada waktu tertentu selama periode pertumbuhan, dimana satu atau yang lain mungkin merupakan pengaruh dominan (Candra, 2020).

(22)

11

Kekurangan gizi dapat terjadi sejak bayi dalam kandungan dan pada masa awal setelah anak lahir, tetapi baru nampak setelah anak berusia 2 tahun, dimana keadaan gizi ibu dan anak merupakan faktor penting dari pertumbuhan anak (Rahayu et al., 2018) . Periode 0-24 bulan usia anak merupakan periode yang menentukan kualitas kehidupan sehingga disebut dengan periode emas. Periode ini merupakan periode yang sensitif karena akibat yang ditimbulkan terhadap bayi pada masa ini bersifat permanen dan tidak dapat dikoreksi, sehingga diperlukan pemenuhan gizi yang adekuat di usia tersebut.

3. Cara Ukur

Diagnosis stunting pada anak dapat dilakukan dengan cara pengukuran antropometri seperti pengukuran tinggi badan.

Indikator pengukuran tinggi badan atau panjang badan menurut umur (TB/U atau PB/U) dapat mengukur pencapaian pertumbuhan linier bayi yang menggambarkan kondisi gizi anak pada masa lalu (Fikawati et al., 2015). Penggunaan indeks PB/U atau TB/U dapat mengidentifikasi anakanak yang pendek (stunted) atau sangat pendek (severely stunted), sehingga indikator status gizi tinggi badan menurut umur (TB/U) atau panjang badan menurut umur (PB/U) dapat menggambarkan masalah gizi kronis pada anak.

(23)

4. Faktor Risiko Stunting

Menurut UNICEF (2013) dalam Kemenkes RI (2018) beberapa faktor yang dapat mempengaruhi stunting diantaranya adalah:

a. Penyebab Langsung 1) Asupan Makan Kurang

Zat gizi sangat penting bagi pertumbuhan.

Pertumbuhan adalah peningkatan ukuran dan massa konstituen tubuh yang merupakan salah satu hasil dari proses metabolisme. Asupan zat gizi yang menjadi faktor risiko terjadinya stunting dapat dikategorikan menjadi 2 yaitu asupan zat gizi makro atau makronutrien dan asupan zat gizi mikro atau mikronutrien (Candra dan Nugraheni, 2015).

Berdasarkan beberapa penelitian, asupan zat gizi makro yang paling mempengaruhi terjadinya stunting adalah asupan protein, sedangkan asupan zat gizi mikro yang paling mempengaruhi kejadian stunting adalah asupan Vitamin A dan seng (Aritonang et al., 2020).

2) Penyakit Infeksi

Penyebab langsung malnutrisi adalah diet yang tidak adekuat dan penyakit. Manifestasi malnutrisi ini disebabkan oleh perbedaan antara jumlah zat gizi yang diserap dari makanan dan jumlah zat gizi yang dibutuhkan oleh tubuh

(24)

13

(Rahayu et al., 2018). Menurut Bella dkk (2020) infeksi klinis dan subklinis yang termasuk ke dalam framework WHO antara lain penyakit diare, kecacingan, infeksi saluran pernafasan, dan malaria. Dari beberapa penyakit tersebut berdasarkan literatur yang ditemukan, infeksi yang utama terkait penyebab kejadian stunting adalah infeksi saluran pernafasan dan penyakit diare. Penelitian Tandang et al.

(2019) menunjukkan bahwa semakin sering anak mengalami penyakit infeksi maka semakin besar risiko balita tersebut untuk menderita stunting.

b. Penyebab Tidak Langsung a) Ketahanan Pangan

Masalah ketahanan pangan merupakan penyebab tidak langsung yang mempengaruhi status gizi, dimana ketahanan pangan keluarga akan menentukan kecukupan konsumsi setiap anggota keluarga (Rosita, 2020). Dalam jangka panjang masalah kerawanan pangan dapat menjadi penyebab meningkatnya prevalensi stunting, kondisi tersebut mempengaruhi asupan gizi pada balita sehingga mengakibatkan terjadinya kegagalan selama proses tumbuh kembang yang diawali pada masa kehamilan (Kemenkes RI, 2018). Definisi ketahanan pangan merujuk pada tersedianya pangan yang cukup, baik jumlah maupun

(25)

mutunya, aman, beragam, bergizi, merata, dan terjangkau serta tidak bertentangan dengan agama, keyakinan, dan budaya masyarakat, untuk dapat hidup sehat, aktif, dan produktif secara berkelanjutan (Putri, 2018).

Hasil penelitian Aritonang et al. (2020) menunjukkan terdapat hubungan antara ketahanan pangan rumah tangga dengan kejadian stunting. Pada penelitian tersebut keluarga yang tergolong tidak tahan pangan disebabkan oleh ketersediaan pangan di tingkat keluarga yang kurang, sehingga tidak dapat memenuhi kebutuhan gizi keluarga meskipun akses untuk mendapatkan pangan cukup mudah.

Penelitian lain menyatakan bahwa balita yang berasal dari keluarga tidak tahan pangan berisiko 3,059 kali lebih besar untuk menderita stunting (Adelina et al., 2018).

b) Pola Asuh

Kondisi kekurangan gizi pada anak tidak hanya disebabkan oleh kurangnya makanan bergizi yang cukup tetapi juga karena praktik pola asuh yang tidak baik. Pola asuh termasuk di dalamnya adalah inisiasi menyusu dini (IMD), menyusui eksklusif sampai dengan 6 bulan, dan pemberian ASI dilanjutkan dengan makanan pendamping ASI (MP-ASI) sampai dengan usia 2 tahun (Kemenkes RI, 2018). Hal tersebut sesuai dengan penelitian Widyaningsih

(26)

15

et al. (2018) yang menyatakan bahwa sebanyak 51,2% balita stunting memiliki pola asuh makan yang kurang. Pola asuh yang kurang pada penelitian tersebut berkaitan dengan praktik pemberian makan pada balita, karena ibu balita memiliki kebiasaan menunda memberikan makan dan kurang memperhatikan kebutuhan gizi anaknya, sehingga asupan zat gizi balita tidak terpenuhi dan rawan menderita stunting.

1) IMD (Inisiasi Menyusu Dini)

Proses inisiasi menyusu dini merupakan salah satu indikator yang termasuk kedalam prinsip pemberian makan yang baik bagi bayi dan anak, karena keberhasilan pemberian ASI eksklusif berawal dari terlaksananya proses IMD secara optimal (Fikawati et al., 2015). IMD mempengaruhi kejadian stunting karena melalui IMD bayi akan mendapatkan ASI pertama kali yang mengandung kolostrum yang tinggi, kaya akan antibodi dan zat penting untuk pertumbuhan usus, dan ketahanan terhadap infeksi yang sangat dibutuhkan bayi demi kelangsungan hidupnya (Permadi, 2016).

2) ASI Eksklusif

ASI adalah makanan yang terbaik bagi bayi pada 6 bulan pertama kehidupannya karena semua kebutuhan

(27)

nutrisi yaitu protein, karbohidrat, lemak, vitamin, dan mineral sudah tercukupi dari ASI (Fikawati et al., 2015).

Durasi pemberian ASI eksklusif yang dianjurkan oleh WHO dimulai dari satu jam pertama setelah lahir sampai bayi berusia 6 bulan, dimana pada 6 bulan pertama kehidupan merupakan periode pertumbuhan otak yang paling cepat hingga bayi berusia 2 tahun (Rahayu, 2014).

Hasil penelitian Putri (2018) menunjukkan bahwa balita dengan riwayat pemberian ASI tidak eksklusif berisiko 2,444 kali lebih besar untuk menjadi stunting dibandingkan dengan balita yang mendapatkan ASI eksklusif.

3) Pemberian MP-ASI

Pemberian makanan pendamping ASI merupakan faktor penting dalam kelangsungan hidup anak terutama pada masa pertumbuhan dan perkembangan.

Meningkatkan pemberian makanan pendamping ASI bersama dengan pemberian ASI yang berkelanjutan terbukti efektif dalam meningkatkan pertumbuhan anak serta dapat mengurangi terjadinya stunting pada anak (Nova dan Afriyanti, 2018). Hasil penelitian Nurkomala (2017) menunjukkan frekuensi konsumsi MP- ASI pada kelompok stunting usia 9- 24 bulan lebih rendah

(28)

17

dibandingkan dengan kelompok tidak stunting dengan frekuensi konsumsi ≤ 2 kali/hari. Sedangkan frekuensi yang direkomendasikan WHO untuk kelompok usia 9-24 bulan adalah 3-4 kali/hari. Rendahnya frekuensi konsumsi MP-ASI tersebut baik pada kelompok stunting maupun tidak stunting dipengaruhi oleh kebiasaan anak yang sering mengonsumsi jajan atau snack.

c) Faktor Lingkungan 1) Pelayanan Kesehatan

Pelayanan kesehatan yang baik pada balita akan meningkatkan kualitas pertumbuhan dan perkembangan balita. Dalam program kesehatan anak, pelayanan kesehatan bayi minimal 4 kali, yaitu satu kali pada umur 29 hari-2 bulan, 1 kali pada umur 3-5 bulan, 1 kali pada umur 6-8 bulan dan 1 kali pada umur 9-11 bulan.

Pelayanan kesehatan tersebut meliputi pemberian imunisasi dasar (BCG, DPT/HB1-3, Polio 1-4, dan Campak), pemantauan pertumbuhan, Stimulasi Deteksi Intervensi Dini Tumbuh Kembang (SDIDTK), pemberian vitamin A pada bayi umur 6-11 bulan, penyuluhan pemberian ASI eksklusif dan makanan pendamping ASI (MP-ASI). Sedangkan pelayanan kesehatan anak balita adalah pelayanan kesehatan bagi

(29)

anak umur 12-59 bulan yang memperoleh pelayanan sesuai standar, meliputi pemantauan pertumbuhan minimal 8 kali setahun, pemantauan perkembangan minimal 2 kali setahun dan pemberian vitamin A sebanyak 2 kali setahun (Kemenkes RI, 2016).

2) Lingkungan

Sanitasi lingkungan memiliki peran yang cukup dominan terhadap kesehatan anak dan tumbuh kembangnya. Aspek kebersihan baik perorangan maupun lingkungan, memegang peranan yang penting dalam menimbulkan penyakit. Kebersihan yang kurang dapat menyebabkan anak sering sakit, seperti diare, kecacingan, demam tifoid, hepatitis, malaria, demam berdarah, dan sebagainya (Simbolon, 2017). Praktik higiene yang buruk menimbulkan risiko tinggi munculnya bakteri. Bakteri-bakteri inilah yang akan masuk ke tubuh anak melalui makanan yang biasa disajikan di rumah, dan dapat berdampak terhadap timbulnya penyakit diare pada anak. Durasi diare yang berlangsung lama akan membuat anak mengalami kehilangan zat gizi, dan bila tidak diimbangi dengan asupan zat gizi yang cukup maka akan terjadi gagal tumbuh (Desyanti dan Triska, 2017).

(30)

19

5. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Stunting 1) Pendidikan

Berdasarkan penelitian Rahayu dan Khairiyati (2014) terdapat hubungan yang bermakna antara tingkat pendidikan ibu dengan kejadian stunting pada anak. Hal ini menunjukkan pendidikan orang tua akan berpengaruh terhadap pengasuhan anak karena orang tua dengan pendidikan yang tinggi cenderung akan memahami pentingnya peranan orang tua dalam pertumbuhan anak. Pendidikan yang baik diperkirakan memiliki pengetahuan gizi yang baik pula, ibu dengan pengetahuan gizi yang baik akan tahu bagaimana mengolah makanan, mengatur menu makanan, serta menjaga mutu dan kebersihan makanan dengan baik. Kebijakan dalam dunia pendidikan juga dapat menjaga remaja perempuan dari pernikahan dini dan risiko melahirkan pada usia muda (Febriani dkk, 2018).

2) Status Ekonomi

Faktor ekonomi memiliki pengaruh jangka panjang terhadap kondisi kekurangan gizi ibu dan anak (Adelia, 2018).

Penelitian Wardani et al. (2020) menunjukkan terdapat hubungan antara faktor sosial ekonomi (pendidikan dan pendapatan) terhadap kejadian stunting pada balita, dimana faktor pendapatan memiliki nilai korelasi yang kuat dibandingkan dengan pendidikan. Faktor sosial ekonomi yang

(31)

rendah meliputi pendidikan dan pendapatan yang rendah akan menyebabkan terjadinya stratifikasi sosial ekonomi dalam masyarakat yang pada akhirnya akan mengakibatkan perbedaan akses terhadap sarana prasarana kesehatan.

B. PENGETAHUAN

1. Pengertian Pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu.

Pengindraan terjadi melalui pacaindra manusia, yaitu indra pengelihatan pendengaran, penciuman, rasa, dan indra peraba. Akan tetapi sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Faktor yang dapat mempengaruhi pengetahuan diantaranya yaitu lingkungan adalah segala sesuatu yang ada disekitar individu, baik lingkungan fisik/biologis maupun sosial.

Dalam Notoatmodjo (2012), pendidikan diperlukan untuk mendapatkan informasi untuk meningkatkan pengetahuan dan kualitas hidup, sehingga semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka akan semakin mudah menerima infromasi, dengan demikian pengetahuan siswi mudah menerima nilai-nilai baru dikembangkan. Maka dari itu pengetahuan siswi akan terus meningkat.

(32)

21

2. Tingkat Pengetahuan

Pengetahuan dalam domain kognitif terbagi menjadi enam tingkatan yaitu sebagai berikut :

a. Tahu (Know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk juga mengingat kembali (recall) terhadap rangsangan yang sudah diberikan. Tahu merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain menyebutkan, menyatakan, dan sebagainya.

b. Memahami (comprehension)

Memahami adalah suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterprestasikan objek tersebut secara benar. Orang yang paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari.

c. Aplikasi (aplication)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi yang sebenarnya.

d. Analisis (analysis)

(33)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam satu struktur organisasi, dan masih ada kaitanya satu sama lain. kemampuan analisis dapat dilihat dari penggunaan kata kerja seperti membedakan, memisahkan, mengelompokkan dan sebagainya.

e. Sintesis (synthesis)

Sintesis di sini berarti suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. sintesis dapat diartikan juga suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi- formulasi yang ada. Kata kerja untuk sintesis yaitu dapat menyusun, merencanakan, meringkaskan, dan sebagainya.

f. Evaluasi (evaluation)

Evaluasi berhubungan dengan kemampuan untuk melakukan penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian ini didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria yang sudah ada (Notoatmodjo, 2012).

3. Kriteria Tingkat Pengetahuan

a. Baik, apabila hasil presentase 76% - 100%

b. Cukup, apabila hasil presentase 56% - 75 %

c. Kurang, apabila hasil presentase < 56 % (Notoatmodjo, 2012) 4. Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan Menurut

Notoatmodjo (2012)

(34)

23

a. Sosial ekonomi

Lingkungan sosial akan mendukung tingginya pengetahuan seseorang, sedangkan ekonomi dikaitkan dengan pendidikan.

Jiak ekonomi baik maka pendidikan tinggi sehingga tingkat pengetahuan akan tinggi juga.

b. Kultur (budaya dan agama)

Budaya sangat berpengaruh terhadap tingkat pengetahuan seseorang karena informasi yang baru akan di saring kira-kira sesuai tidak dengan budaya yang ada dan agama yang di anut.

c. Pendidikan

Semakin tinggi pendidikan maka ia akan mudah menerima hal-hal baru dan mudah menyesuaikan dengan hal yang baru tersebut.

d. Pengalaman

Berkaitan dengan umur dan pendidikan individu, bahwa pendidikan yang tinggi maka pengalaman akan luas sedangkan semakin tua umur seseorang maka pengalaman akan semakin banyak.

C. SIKAP

1. Definisi Sikap

Sikap memiliki arti pandangan atau suatu kecenderungan dalam mengekspresikan suatu hal baik benda ataupun orang dengan bentuk suka atau tidak suka. Bisa diartikan bahwa sikap memiliki makna

(35)

sebuah kecenderungan manusia dalam mereaksikan suatu hal yang dilihatnya. Bentuk dari reaksi manusia dapat berupa perasaan acuh atau tidak acuh, suka ataupun tidak suka, menerima atau tidak menerima. Sikap merupakan respon tertutup dari seseorang terhadap sebuah stimulus yang sudah melibatkan faktor pendapat dan emosi yang bersangkutan (Notoatmodjo, 2012). Sikap merupakan sebuah perasaan atau keyakinan yang memiliki kecenrerungan dalam berperilaku secara menetap. Sikap merupakan evaluasi dari perasaan ataupun suatu objek baik itu mendukung ataupun memihak pada objek tersebut. Dari berbagai pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa sikap merupakan sebuah reaksi atau respon tertutup yang diberikan oleh stimulus yang cenderung membuat manusia memiliki persepsi dalam menyikapi suatu permasalahan atau objek. Persepsi tersebut dapat tumbuh menjadi sebuah rasa suka ataupun tidak suka, menerima ataupun tidak menerima dan sebagainya (Nurmala, 2020).

2. Komponen Sikap

Komponen sikap menurut Nurmala (2020) dibagi menjadi 3 komponen utama, diantaranya:

1) Komponen Kognitif, merupakan kepercayaan atau keyakinan manusia terhadap pemahaman yang diterima dari suatu objek.

Secara umum, keyakinan seseorang dalam memahami satu objek

(36)

25

menjadi dasar dalam pengetahuan seseorang terhadap objek tersebut.

2) Komponen Afektif, merupakan sebuah masalah emosional atau perasaan individu terhadap suatu objek. Komponen afektif menjelaskan bahwa seorang individu dapat memiliki rasa dalam menyikapi suatu objek, perasaan yang timbul dapat merupakan rasa senang atau tidak suka.

3) Komponen Konatif, merupakan sebuah kecenderungan individu untuk bertindak dengan cara–cara tertentu sesuai dengan apa yang diketahui dan apa yang dirasakan oleh individu pada suatu objek tersebut.

3. Tahapan Sikap

Tahapan sikap menurut Allphort dalam Notoatmodjo (2012), sikap dibagi menjadi 4 tahap, diantaranya:

a. Menerima (Receiving), diartikan bahwa subjek mau menerima objek yang diberikan.

b. Merespon (Responding), memberikan sebuah jawaban bila ditanya dan mengerjakan tugas yang sudah diberikan.

c. Menghargai (Valuing), mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah.

d. Bertanggung jawab (Responsible), memiliki tanggung jawab atas segala sesuatu yang sudah dipilih.

4. Faktor Yang Mempengaruhi Sikap

(37)

Sikap seseorang dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor (Marmi, 2013), diantaranya:

a. Pengalaman Pribadi

Pengalaman pribadi seseorang dapat mengubah sikap orang tersebut pada suatu objek. Sikap seseorang akan cenderung negatif apabila tidak pernah dihadapkan pada suatu objek, namun akan menjadi berbeda apabila seseorang tersebut memiliki pengalaman pribadi terhadap suatu objek.

b. Pengaruh Orang Lain yang Dianggap Penting

Pada umumnya setiap orang memiliki sikap yang mendukung seseorang yang dianggapnya penting.

Kecenderungan ini bisa timbul akibat dari keinginan untuk beafiliasi atau menghindari konflik dengan orang yang dianggap penting.

c. Pengaruh Kebudayaan

Kebudayaan memiliki pengaruh yang besar dalam kehidupan seseorang. Kebudayaan merupakan suatu kebiasaan yang dipercaya oleh masyarakat sehingga tertanam secara tidak sadar. Apabila seseorang terbiasa dengan keadaan berkelompok, maka jika dihadapkan dengan keadaan individualisme, orang tersebut cenderung memberikan sikap yang negatif.

d. Media Masa

(38)

27

Media masa merupakan sarana komunikasi yang bisa diakses oleh semua orang. Media masa dapat berbentuk siaran televisi, siaran radio, surat kabar, majalah, internet, dan sebagainya. Penyebaran informasi melalui media massa dapat mengubah kepercayaan seseorang. Media massa mampu menyampaikan pendapat seseorang mengenai suatu hal secara sugestif yang dapat merubah pola pikir seseorang yang mengkonsumsi informasi tersebut.

5. Skala Sikap

Skala dalam menilai sikap seseorang secara umum dibagi menjadi 3 (Sugiyono, 2018), diantaranya:

a. Skala Guttman.

Pengukuran dengan skala Guttman mendapatkan jawaban yang tegas dari responden, msalnya ya – tidak, pernah – tidak pernah, bisa – tidak bisa, positif – negatif.

b. Skala Likert.

Skala Likert dapat digunakan untuk mengukur sikap, opini, ataupun persepsi seseorang terhadap suatu fenomena sosial yang sedang terjadi. Varibel yang akan dinilai akan dipaparkan menjadi indikator yang akan dinilai, atau indikator yang dinilai dapat dijadikan tolak ukur instrumen yang berupa pernyataan ataupun pertanyaan. Skala likert memiliki gradasi jawaban, biasanya berupa sangat setuju ke sangat tidak setuju.

c. Skala Thurstone.

(39)

Skala thurstone merupakan pengukuran sikap dengan bentuk defferensial semantic, tersusun dalam garis kontinum dimana jawaban sangat positif berada pada kanan menuju ke sebalah kiri garis dengan jawaban sangat negatif.

(40)

BAB III

KERANGKA TEORI, KERANGKA KONSEP, DAN DEFINISI OPERASIONAL

A. Kerangka Teori

Kerangka teori merupakan kemampuan seorang peneliti dalam mengaplikasikan pola berpikirnya dalam menyusun secara sistematis teori-teori yang mendukung permasalahan penelitian. Kerangka teori pada penelitian ini sebagai berikut:

Bagan 3.1 Kerangka Teori

Sumber : Lawrence Green (1980)

dalam Notoatmodjo

(2012), Rahayu dkk

(2018)

Keterangan : Faktor predisposisi:

a. Pengetahuan b. Pendidikan c. Sikap d. Motivasi e. Sosial Budaya Faktor yang mempengaruhi:

A. Penyebab Langsung 1. Asupan makan kurang 2. Penyakit infeksi B. Penyebab Tidak

Langsung

1. Ketahanan pangan 2. Pola asuh

a) IMD (Inisiasi Menyusu Dini) b) ASI Eksklusif c) Pemberian MP-ASI 3. Faktor lingkungan

a) Pelayanan kesehatan b) lingkungan

1 Perilaku dalam Pencegahan Stunting

(41)

Kalimat yang dicetak tebal : variabel yang diteliti

(42)

Posttest

Pengetahuan dan Sikap Ibu Yang Memiliki Balita Pretest Pengetahuan

dan Sikap Ibu Yang Memiliki Balita

Intervensi Penyuluhan tentang stunting melalui

presentasi materi

Analisa data

Kesimpulan

Analisa data

31

B. Kerangka Konsep

Kerangka Konsep adalah suatu uraian dan visualisasi tentang hubungan atau kaitan antara konsep- konsep atau variabel-variabel yang akan diamati atau diukur melalui penelitian yang akan dilakukan (Notoatmodjo, 2012). Kerangka konsep pada penelitian ini sebagai berikut :

Bagan 3. 2 Kerangka Konsep

C. DEFINISI OPERASIONAL

Definisi operasional merupakan variabel yang didefinisikan secara

operasional berdasarkan karakteristik yang diamati, memungkinkan peneliti untuk melakukan observasi atau pengukuran secara cermat terhadap suatu objek atau fenomena (Notoatmodjo, 2012).

(43)

Tabel 3.1 Definisi Operasional

No Variabel Definisi Operasional Cara/Alat/Skala/Hasil Ukur 1 Pengetahuan Hasil sebelum dilakukan

penyuluhan dan setelah dilakukan penyuluhan dengan hasil penilaian pengetahuan responden tentang stunting.

Cara : Pengisian kuesioner Alat : Kuesioner

Skala : Ordinal Hasil :

1. Baik, apabila hasil presentase 76%-100%

2. Cukup, apabila hasil presentase 56%-75 %.

3. Kurang, apabila hasil presentase

< 56 %.

(Notoatmodjo, 2018) 2 Sikap Respon atau reaksi

seseorang terhadap pencegahan stunting dilihat pada sebelum dilakukan penyuluhan dan setelah dilakukan penyuluhan.

Cara : Pengisian kuesioner Alat : Kuesioner

Skala : Ordinal Hasil :

1. Sikap positif, apabila nilai ≥ mean.

2. Sikap negative, apabila nilai <

mean.

(Sugiyono, 2018)

(44)

BAB IV

METODE PENELITIAN

A. DESAIN PENELITIAN

Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah one group pretest- posttest design yaitu desain penelitian dimana peneliti sudah melakukan observasi pertama (pretest) sehingga peneliti dapat menguji perubahan-perubahan yang terjadi setelah adanya intervensi/perlakuan, tanpa kelompok kontrol.

B. HIPOTESIS PENELITIAN

Hipotesis penelitian adalah jawaban yang masih bersifat sementara terhadap rumusan masalah penelitian (Sugiyono, 2018). Hipotesis pada penelitian ini adalah adanya pengaruh penyuluhan tentang stunting terhadap pengetahuan dan sikap ibu yang memiliki balita di Posyandu Anggrek Kelurahan Muara Sabak Ulu Kecamatan Muara Sabak Timur Kabupaten Tanjung Jabung Timur.

C. TEMPAT DAN WAKTU PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan di Posyandu Anggrek Kelurahan Muara Sabak Ulu Kecamatan Muara Sabak Timur Kabupaten Tanjung Jabung Timur pada bulan Agustus 2023.

D. POPULASI DAN SAMPEL 1. Populasi

Populasi merupakan seluruh objek atau subjek yang mempunyai kualitas yang akan diteliti (Sugiyono, 2018). Populasi

(45)

pada penelitian ini adalah ibu yang memiliki balita yang berkunjung ke Posyandu Anggrek Kelurahan Muara Sabak Ulu Kecamatan Muara Sabak Timur Kabupaten Tanjung Jabung Timur sebanyak 187 balita tahun 2023.

2. Sampel

Sampel merupakan bagian dari jumlah karakteristik yang dimiliki oleh populasi (Sugiyono, 2018). Pengambilan sampel secara acak sederhana (simple random sampling). Adapun penentuan jumlah sampel dalam penelitian ini menggunakan rumus Lemeshow, yaitu sebagai berikut:

n = Z2 1 - /2 x p(1-p) x N d2 (N- 1) + Z2 1 - /2x p(1- p) n = 1.9602 x 0.5 x 0,5 x 187 (0,137)2 (187-1) + 1,9602 x 0,5 x0,5

= 3.8416 x 0,5 x 0,5 x 187 (0,018769) (186) + 0,9604

= 179,5948

3,491034+ 0,9604

= 131,5748 4,451434

= 29,5

=30

Keterangan:

n : Jumlah Sampel

N : Jumlah Populasi (187) p : Estimasi propersi (50%)

(46)

35

Z21�/2 : Z score pada tingkat kepercayaan (95%) d : presisi (0,09)

Kriteria Inklusi : a. Ibu yang memiliki balita

b. Ibu yang berkunjung ke Posyandu Anggrek Kelurahan Muara Sabak Ulu Kecamatan Muara Sabak Timur Kabupaten Tanjung Jabung Timur.

c. Ibu dengan balita yang tidak menderita sakit

d. Ibu dengan balita yang bersedia menjadi responden.

Kriteria eksklusi :

a. Ibu yang tidak bersedia menjadi responden.

b. Ibu dengan balita yang tidak bisa baca dan tulis.

E. PENGUMPULAN DATA 1. Jenis Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data primer yang diperoleh dari hasil pengisian kuesioner responden.

2. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Materi stunting : materi dipresentasikan menggunakan materi yang telah disiapkan mengenai stunting kemudian dilanjutkan diskusi/tanya jawab antara peneliti dan responden.

b. Kuesioner Penelitian : Kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini bertujuan mengukur tingkat pengetahuan dan

(47)

sikap yang berkaitan dengan stunting. Kuesioner diadopsi dari penelitian Danna (2019).

c. Lembar informed consent yang menyatakan bahwa ibu bersedia menjadi responden penelitian.

F. PENGOLAHAN DATA

Data yang dikumpulkan selanjutnya diolah melalui tahapan sebagai berikut:

1. Editing

a. Memeriksa kelengkapan data yaitu memeriksa kelengkapan semua pertanyaan yang diajukan b. Memeriksa kesinambungan data yaitu memeriksa apakah

ada keterangan data yang bertentangan antara satu dengan yang lainnya.

2. Coding

Memberikan kode pada setiap data yang ada menggunakan angka. Kode diberikan kepada variabel-variabel yang diteliti. Dalam pengkodean penelitian ini sebagai berikut : a. Pengetahuan

1) Diberi kode 0 dikategorikan Baik, apabila hasil presentase 76%-100%

2) Diberi kode 1 dikategorikan Cukup, apabila hasil presentase 56%- 75%.

3) Diberi kode 2 dikategorikan Kurang, apabila hasil presentase < 56%.

b. Sikap

1) Diberi kode 1 dikategorikan Sikap Positif, apabila nilai

≥ mean/ median.

(48)

37

2) Diberi kode 2 dikategorikan Sikap Negatif, apabila nilai < mean/ median.

2. Entry Data

Setelah semua jawaban dari masing-masing responden dalam bentuk kode angka, dimasukkan dalam program atau

“software” komputer. Maka pemprosesan data dilakukan dengan cara mengentry data dari lembar kuesioner ke dalam komputer untuk dianalisis.

3. Data Cleaning (pembersihan data)

Apabila semua data dari setiap responden selesai dimasukkan, perlu dicek kembali untuk melihat kemungkinan- kemungkinan adanya kesalahan- kesalahan kode, ketidaklengkapan, dan sebagainya, kemudian dilakukan pembetulan atau dikoreksi.

4. Tabulating

Tabulating adalah kegiatan untuk meringkas data yang diperoleh ke dalam tabel-tabel yang telah disiapkan. Data yang diperoleh kemudian dikelompokkan dan diproses dengan menggunakan tabel tertentu. Tabulasi data dalam penelitian ini menggunakan sistem komputerisasi.

G. Analisa Data

1. Analisis Univariat

(49)

Analisis univariat ini bertujuan untuk mengetahui tentang distribusi frekuensi masing-masing variabel yang diteliti. Variabel dalam penelitian ini adalah pengetahuan dan sikap.

2. Analisis Bivariat

Analisa bivariat yaitu analisa yang dilakukan terhadap dua variabel yang diduga berhubungan atau berkorelasi. Dalam penelitian ini menggunakan rumus uji-t dependen untuk melihat apakah ada pengaruh penyuluhan tentang stunting terhadap pengetahuan dan sikap ibu yang memiliki balita di Posyandu Anggrek Kelurahan Muara Sabak Ulu Kecamatan Muara Sabak Timur Kabupaten Tanjung Jabung Timur. Jika p-value < 0,05 berarti ada penyuluhan tentang stunting terhadap pengetahuan dan sikap ibu yang memiliki balita di Posyandu Anggrek Kelurahan Muara Sabak Ulu Kecamatan Muara Sabak Timur Kabupaten Tanjung Jabung Timur, sebaliknya jika p-value > 0,05 berarti tidak ada penyuluhan tentang stunting terhadap pengetahuan dan sikap ibu yang memiliki balita di Posyandu Anggrek Kelurahan Muara Sabak Ulu Kecamatan Muara Sabak Timur Kabupaten Tanjung Jabung Timur.

(50)

39

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL PENELITIAN

Penelitian ini mengenai “Pengaruh Penyuluhan Tentang Stunting Terhadap Pengetahuan Dan Sikap Ibu Yang Memiliki Balita di Posyandu Anggrek Kelurahan Muara Sabak Ulu Kecamatan Muara Sabak Timur Kabupaten Tanjung Jabung Timur” didapatkan hasil yang disajikan dalam bentuk presentase yang diperoleh dari responden secara langsung pada saat penelitian. Hasil penelitian dianalisis dengan analisis univariat dan analisis bivariat untuk mengetahui pengaruh antara variabel yang diteliti.

1. Analisis Univariat

a. Gambaran Pengetahuan Sebelum Dilakukan Penyuluhan Tabel 5.1

Distribusi Frekuensi Pengetahuan Sebelum Dilakukan Penyuluhan

No Pengetahuan F Presentase %

1 Baik 0 0

2 Cukup 1 3,3

3 Kurang 29 96,7

Total 30 100

Berdasarkan tabel 5.1 diatas diperoleh hasil bahwa sebagian besar responden memiliki pengetahuan yang kurang sebelum dilakukan penyuluhan tentang stunting sebanyak 29 responden (96,7%).

(51)

b. Gambaran Sikap Sebelum Dilakukan Penyuluhan Tabel 5.2

Distribusi Frekuensi Sikap Sebelum Dilakukan Penyuluhan

No Sikap F Presentase %

1 Positif 15 50

2 Negatif 15 50

Total 30 100

Berdasarkan tabel 5.2 diatas diperoleh hasil bahwa sebelum dilakukan penyuluhan tentang stunting responden memiliki sikap positif sebanyak 15 responden (50%) dan sikap negative sebanyak 15 responden (50%).

c. Gambaran Pengetahuan Setelah Dilakukan Penyuluhan Tabel 5.3

Distribusi Frekuensi Pengetahuan Setelah Dilakukan Penyuluhan

No Pengetahuan F Presentase %

1 Baik 14 46,7

2 Cukup 15 50

3 Kurang 1 3,3

Total 30 100

Berdasarkan tabel 5.1 diatas diperoleh hasil bahwa sebagian besar responden memiliki pengetahuan yang cukup setelah dilakukan penyuluhan tentang stunting sebanyak 15 responden (50%).

(52)

41

d. Gambaran Sikap Setelah Dilakukan Penyuluhan Tabel 5.4

Distribusi Frekuensi Sikap Setelah Dilakukan Penyuluhan

No Sikap F Presentase %

1 Positif 18 60

2 Negatif 12 40

Total 30 100

Berdasarkan tabel 5.2 diatas diperoleh hasil bahwa sebagian besar responden memiliki sikap positif setelah dilakukan penyuluhan tentang stunting sebanyak 18 responden (60%).

2. Analisa Bivariat

a. Pengaruh Penyuluhan Tentang Stunting Terhadap Pengetahuan Ibu Yang Memiliki Balita di Posyandu Anggrek Kelurahan Muara Sabak Ulu Kecamatan Muara Sabak Timur Kabupaten Tanjung Jabung Timur

Hasil penelitian didapatkan berdasarkan uji statistik pada variabel pengetahuan untuk mengetahui pengaruh penyuluhan tentang stunting terhadap pengetahuan ibu yang memiliki balita di Posyandu Anggrek Kelurahan Muara Sabak Ulu Kecamatan Muara Sabak Timur Kabupaten Tanjung Jabung Timur dengan menggunakan uji t-dependen sebagai berikut :

(53)

Tabel 5.5

Pengaruh Penyuluhan Tentang Stunting Terhadap Pengetahuan Ibu Yang Memiliki Balita Di Posyandu Anggrek Kelurahan Muara Sabak Ulu Kecamatan Muara Sabak Timur Kabupaten

Tanjung Jabung Timur Paired Differences

95% CI of the Difference

Mean Sig. (2-tailed)

Lower Upper

Pair 1 Sebelum-Sesudah 4,75 2,825 5,394 0,008

Berdasarkan tabel 5.5 tentang pengaruh penyuluhan tentang stunting terhadap pengetahuan ibu yang memiliki balita di Posyandu Anggrek Kelurahan Muara Sabak Ulu Kecamatan Muara Sabak Timur Kabupaten Tanjung Jabung Timur dengan jumlah responden 30 orang didapatkan mean 4,75 dengan peningkatan nilai yang ditandai adanya hasil p-value 0,008 dimana p-value < 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan dengan memberikan intervensi berupa penyuluhan tentang stunting terhadap pengetahuan ibu yang memiliki balita di Posyandu Anggrek Kelurahan Muara Sabak Ulu Kecamatan Muara Sabak Timur Kabupaten Tanjung Jabung Timur pada nilai pre-test dan post- test yang dilakukan.

b. Pengaruh Penyuluhan Tentang Stunting Terhadap Sikap Ibu Yang Memiliki Balita Di Posyandu Anggrek Kelurahan Muara

(54)

43

Sabak Ulu Kecamatan Muara Sabak Timur Kabupaten Tanjung Jabung Timur

Hasil penelitian didapatkan berdasarkan uji statistik pada variabel sikap untuk mengetahui pengaruh penyuluhan tentang stunting terhadap sikap ibu yang memiliki balita di Posyandu Anggrek Kelurahan Muara Sabak Ulu Kecamatan Muara Sabak Timur Kabupaten Tanjung Jabung Timur dengan menggunakan uji t- dependen sebagai berikut :

Tabel 5.6

Pengaruh Penyuluhan Tentang Stunting Terhadap Sikap Ibu Yang Memiliki Balita Di Posyandu Anggrek Kelurahan Muara Sabak Ulu Kecamatan Muara Sabak Timur Kabupaten Tanjung Jabung Timur

Paired Differences

95% CI of the Difference Mean

Lower Upper

Sig. (2-tailed)

Pair 2 Sebelum-Sesudah 33,85 2,095 4,124

0,000

Berdasarkan tabel 5.6 tentang pengaruh penyuluhan tentang stunting terhadap sikap ibu yang memiliki balita di Posyandu Anggrek Kelurahan Muara Sabak Ulu Kecamatan Muara Sabak Timur Kabupaten Tanjung Jabung Timur dengan jumlah responden 30 orang didapatkan mean 33,85 dengan peningkatan nilai yang ditandai adanya hasil p-value 0,000 dimana p-value < 0,05 maka

(55)

dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan dengan memberikan intervensi berupa penyuluhan tentang stunting terhadap sikap ibu yang memiliki balita di Posyandu Anggrek Kelurahan Muara Sabak Ulu Kecamatan Muara Sabak Timur Kabupaten Tanjung Jabung Timur pada nilai pre-test dan post-test yang dilakukan.

B. PEMBAHASAN

1. Pengaruh Penyuluhan Tentang Stunting Terhadap Pengetahuan Ibu Yang Memiliki Balita Di Posyandu Anggrek Kelurahan Muara Sabak Ulu Kecamatan Muara Sabak Timur Kabupaten Tanjung Jabung Timur

Berdasarkan penelitian yang dilakukan diperoleh bahwa terdapat pengaruh penyuluhan tentang stunting terhadap pengetahuan ibu yang memiliki balita di Posyandu Anggrek Kelurahan Muara Sabak Ulu Kecamatan Muara Sabak Timur Kabupaten Tanjung Jabung Timur dengan nilai p = 0,008 dimana < 0,05. Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Wahyurin dkk (2019) dimana p- value 0,009 dengan peningkatan pengetahuan responden dilihat dari hasil pretest responden yang memperoleh rata-rata nilai 6,44 dan hasil posttest responden memperoleh nilai rata-rata 7,38. Penelitian lain yang sejalan dilakukan oleh Rini (2020) diperoleh ada perbedaan signifikan tingkat pengetahuan ibu sebelum dan sesudah diberikan penyuluhan tentang stunting dengan media audiovisual dengan p- value 0,000 dimana 22 responden (55%) memiliki pengetahuan kurang

(56)

45

tentang pencegahan stunting saat pretest menjadi 5 responden (12,5%) saat posttest.

Tingkat pengetahuan yang memadai merupakan dasar pengembangan daya nalar seseorang dan jalan untuk memudahkan menerima motivasi dan selanjutnya memberikan implikasi pada sikap dan perilaku seseorang. Pengetahuan merupakan hasil tahu dan terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap obyek tertentu.

Pengindraan terjadi melalui panca indra manusia, yaitu penciuman, penglihatan, pendengaran dan raba (Notoatmodjo, 2012). Pengetahuan sendiri biasanya didapatkan dari informasi baik yang didapatkan dari pendidikan formal maupun informasi lain seperti radio, TV, internet, koran, majalah, penyuluhan dan lain-lain. Upaya kesehatan penanganan stunting yang dapat dilakukan yaitu pada tingkat pencegahan adalah melalui upaya promosi kesehatan yang bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang stunting. Hal ini perlu dilakukan mengingat pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang (Rosita, 2020).

Penyuluhan kesehatan merupakan kegiatan yang bertujuan mengubah perilaku kurang sehat menjadi sehat yang artinya dapat mengubah pengetahuan responden yang kurang baik menjadi baik.

Tujuan dari pemberian penyuluhan kesehatan adalah agar tercapainya perubahan perilaku individu, keluarga, dan masyarakat dalam

(57)

membina dan memelihara perilaku sehat dan lingkungan sehat, serta berperan aktif dalam upaya mewujudkan derajat kesehatan yang optimal.

Penelitian Olsa (2017) menyatakan bahwa ada hubungan bermakna antara sikap dan pengetahuan ibu dengan kejadian stunting pada anak di Kecamatan Nanggalo Kota Padang. Penelitian lain yang dilakukan Rahmawati dkk (2019) menyebutkan bahwa faktor yang paling dominan terhadap stunting adalah pengetahuan dengan p- value 0,025. Sebagaimana penelitian yang menyebutkan bahwa, perilaku pemberian makanan balita dipengaruhi oleh pengetahuan gizi ibu.

Pengetahuan gizi ibu adalah salah satu faktor yang mempunyai pengaruh signifikan pada kejadian stunting. Oleh karena itu, upaya perbaikan stunting dapat dilakukan dengan peningkatan pengetahuan tentang gizi sehingga dapat memperbaiki perilaku pemberian makan pada anak. Salah satu upaya peningkatan pengetahuan dapat dilakukan melalui penyuluhan kesehatan (Danna, 2019).

Menurut asumsi peneliti, pengetahuan ibu tentang stunting dapat dengan mudah diperoleh apabila ibu memiliki motivasi untuk mengetahui tentang stunting. Sumber informasi dapat diperoleh dari TV, radio, majalah, koran, pamlet atau leaflet dari fasilitas pelayanan kesehatan. Diperlukan adanya kegiatan edukasi tentang stunting yang dilakukan oleh pihak puskemas yang bekerja sama dengan perangkat desa di wilayah kerjanya masing-masing. Responden dengan

(58)

47

pengetahuan yang kurang meskipun telah dilakukan penyuluhan dapat disebabkan karena ibu kurang

focus dalam menyimak materi atua penjelasan narasumber, atau motivasi ibu yang kurang sehingga hanya sekedar hadir saat penyuluhan.

2. Pengaruh Penyuluhan Tentang Stunting Terhadap Sikap Ibu Yang Memiliki Balita Di Posyandu Anggrek Kelurahan Muara Sabak Ulu Kecamatan Muara Sabak Timur Kabupaten Tanjung Jabung Timur

Berdasarkan penelitian yang dilakukan diperoleh bahwa terdapat pengaruh penyuluhan tentang stunting terhadap sikap ibu yang memiliki balita di Posyandu Anggrek Kelurahan Muara Sabak Ulu Kecamatan Muara Sabak Timur Kabupaten Tanjung Jabung Timur dengan nilai p = 0,000 dimana < 0,05. Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Kustiani dan Misa (2018) dimana terdapat perbedaan persentase sikap yang bermakna dengan nilai p = 0,008 sebelum dan sesudah dilakukan intervensi yang ditunjukan dengan adanya peningkatan sikap positif pada ibu yang memiliki balita setelah diberikan penyuluhan tentang stunting.

Pengetahuan memegang peranan penting bagi seseorang dalam menentukan sikap. Adanya penigkatan pengetahuan yang ditunjang oleh pendidikan dan pengalaman, mempunyai dampak dalam menentukan sikap terhadap apa yang dilakukan pada anak

(59)

balita. Informasi yang diberikan pada penyuluhan dapat menambah pengetahuan ibu tentang stunting pada anak. Semakin sering ibu mendapat informasi kesehatan khususnya tentang gizi, maka semakin baik pula pengetahuan ibu tentang stunting pada anak (Fatimah, 2021).

Upaya dalam peningkatan pengetahuan gizi melalui penyuluhan gizi merupakan langkah yang tepat dilakukan oleh tenaga kesehatan dan didukung oleh pihak yang peduli, artinya semakin baik pengetahuan ibu tentang stunting maka pertumbuhan anak juga akan membaik yang ditentukan sikap positif ibu. Penyuluhan dan pendidikan yang diberikan dapat mempengaruhi pengetahuan dan sikap seseorang dalam bertindak sehingga menjadi pola perilaku yang berubah kearah yang lebih baik.

Maka peran ibu sangat penting dalam upaya meningkatkan status gizi balita. Hal ini dapat menentukan sikap untuk memutuskan hal yang baik untuk anaknya yang berhubungan pemberian makanan untuk pencegahan stunting. Adanya sikap positif masyarakat tentang pencegahan stunting dapat timbul karena adanya kesesuaian reaksi atau respon terhadap stimulus yaitu pengetahuan tentang pencegahan stunting (Ramdhaniati, 2018).

Penelitian lain yang sejalan dilakukan oleh Arnita dkk (2020) dengan hasil menunjukkan sikap berhubungan dengan pencegahan stunting pada balita dimana p-value 0,030, disertai dengan pencegahan primer melalui promosi kesehatan dalam memberikan pemahaman tentang stunting sehingga terjadi perubahan sikap yang diharapkan

Gambar

Tabel 2.1  Kategori dan Ambang Batas Status Gizi Anak........................
Tabel 2.1 Kategori dan Ambang  Batas Status Gizi Anak
Tabel 3.1 Definisi Operasional

Referensi

Dokumen terkait