• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

B. Pembahasan

dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan dengan memberikan intervensi berupa penyuluhan tentang stunting terhadap sikap ibu yang memiliki balita di Posyandu Anggrek Kelurahan Muara Sabak Ulu Kecamatan Muara Sabak Timur Kabupaten Tanjung Jabung Timur pada nilai pre-test dan post-test yang dilakukan.

45

tentang pencegahan stunting saat pretest menjadi 5 responden (12,5%) saat posttest.

Tingkat pengetahuan yang memadai merupakan dasar pengembangan daya nalar seseorang dan jalan untuk memudahkan menerima motivasi dan selanjutnya memberikan implikasi pada sikap dan perilaku seseorang. Pengetahuan merupakan hasil tahu dan terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap obyek tertentu.

Pengindraan terjadi melalui panca indra manusia, yaitu penciuman, penglihatan, pendengaran dan raba (Notoatmodjo, 2012). Pengetahuan sendiri biasanya didapatkan dari informasi baik yang didapatkan dari pendidikan formal maupun informasi lain seperti radio, TV, internet, koran, majalah, penyuluhan dan lain-lain. Upaya kesehatan penanganan stunting yang dapat dilakukan yaitu pada tingkat pencegahan adalah melalui upaya promosi kesehatan yang bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang stunting. Hal ini perlu dilakukan mengingat pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang (Rosita, 2020).

Penyuluhan kesehatan merupakan kegiatan yang bertujuan mengubah perilaku kurang sehat menjadi sehat yang artinya dapat mengubah pengetahuan responden yang kurang baik menjadi baik.

Tujuan dari pemberian penyuluhan kesehatan adalah agar tercapainya perubahan perilaku individu, keluarga, dan masyarakat dalam

membina dan memelihara perilaku sehat dan lingkungan sehat, serta berperan aktif dalam upaya mewujudkan derajat kesehatan yang optimal.

Penelitian Olsa (2017) menyatakan bahwa ada hubungan bermakna antara sikap dan pengetahuan ibu dengan kejadian stunting pada anak di Kecamatan Nanggalo Kota Padang. Penelitian lain yang dilakukan Rahmawati dkk (2019) menyebutkan bahwa faktor yang paling dominan terhadap stunting adalah pengetahuan dengan p- value 0,025. Sebagaimana penelitian yang menyebutkan bahwa, perilaku pemberian makanan balita dipengaruhi oleh pengetahuan gizi ibu.

Pengetahuan gizi ibu adalah salah satu faktor yang mempunyai pengaruh signifikan pada kejadian stunting. Oleh karena itu, upaya perbaikan stunting dapat dilakukan dengan peningkatan pengetahuan tentang gizi sehingga dapat memperbaiki perilaku pemberian makan pada anak. Salah satu upaya peningkatan pengetahuan dapat dilakukan melalui penyuluhan kesehatan (Danna, 2019).

Menurut asumsi peneliti, pengetahuan ibu tentang stunting dapat dengan mudah diperoleh apabila ibu memiliki motivasi untuk mengetahui tentang stunting. Sumber informasi dapat diperoleh dari TV, radio, majalah, koran, pamlet atau leaflet dari fasilitas pelayanan kesehatan. Diperlukan adanya kegiatan edukasi tentang stunting yang dilakukan oleh pihak puskemas yang bekerja sama dengan perangkat desa di wilayah kerjanya masing-masing. Responden dengan

47

pengetahuan yang kurang meskipun telah dilakukan penyuluhan dapat disebabkan karena ibu kurang

focus dalam menyimak materi atua penjelasan narasumber, atau motivasi ibu yang kurang sehingga hanya sekedar hadir saat penyuluhan.

2. Pengaruh Penyuluhan Tentang Stunting Terhadap Sikap Ibu Yang Memiliki Balita Di Posyandu Anggrek Kelurahan Muara Sabak Ulu Kecamatan Muara Sabak Timur Kabupaten Tanjung Jabung Timur

Berdasarkan penelitian yang dilakukan diperoleh bahwa terdapat pengaruh penyuluhan tentang stunting terhadap sikap ibu yang memiliki balita di Posyandu Anggrek Kelurahan Muara Sabak Ulu Kecamatan Muara Sabak Timur Kabupaten Tanjung Jabung Timur dengan nilai p = 0,000 dimana < 0,05. Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Kustiani dan Misa (2018) dimana terdapat perbedaan persentase sikap yang bermakna dengan nilai p = 0,008 sebelum dan sesudah dilakukan intervensi yang ditunjukan dengan adanya peningkatan sikap positif pada ibu yang memiliki balita setelah diberikan penyuluhan tentang stunting.

Pengetahuan memegang peranan penting bagi seseorang dalam menentukan sikap. Adanya penigkatan pengetahuan yang ditunjang oleh pendidikan dan pengalaman, mempunyai dampak dalam menentukan sikap terhadap apa yang dilakukan pada anak

balita. Informasi yang diberikan pada penyuluhan dapat menambah pengetahuan ibu tentang stunting pada anak. Semakin sering ibu mendapat informasi kesehatan khususnya tentang gizi, maka semakin baik pula pengetahuan ibu tentang stunting pada anak (Fatimah, 2021).

Upaya dalam peningkatan pengetahuan gizi melalui penyuluhan gizi merupakan langkah yang tepat dilakukan oleh tenaga kesehatan dan didukung oleh pihak yang peduli, artinya semakin baik pengetahuan ibu tentang stunting maka pertumbuhan anak juga akan membaik yang ditentukan sikap positif ibu. Penyuluhan dan pendidikan yang diberikan dapat mempengaruhi pengetahuan dan sikap seseorang dalam bertindak sehingga menjadi pola perilaku yang berubah kearah yang lebih baik.

Maka peran ibu sangat penting dalam upaya meningkatkan status gizi balita. Hal ini dapat menentukan sikap untuk memutuskan hal yang baik untuk anaknya yang berhubungan pemberian makanan untuk pencegahan stunting. Adanya sikap positif masyarakat tentang pencegahan stunting dapat timbul karena adanya kesesuaian reaksi atau respon terhadap stimulus yaitu pengetahuan tentang pencegahan stunting (Ramdhaniati, 2018).

Penelitian lain yang sejalan dilakukan oleh Arnita dkk (2020) dengan hasil menunjukkan sikap berhubungan dengan pencegahan stunting pada balita dimana p-value 0,030, disertai dengan pencegahan primer melalui promosi kesehatan dalam memberikan pemahaman tentang stunting sehingga terjadi perubahan sikap yang diharapkan

49

dalam mencapai tingkat kesehatan yang optimal. Penelitian sejalan lainnya oleh Paramita dkk (2021) didapatkan sikap berhubungan secara signifikan terhadap perilaku ibu mengenai atunting dengan p-value 0,011. Sikap yang positif yang diperoleh ibu dapat dipengaruhi oleh faktor pengalaman yaitu emosional dilibatkan dalam pengalaman pribadi sehingga sikap terbentuk. Secara umum, kebudayaan telah mempengaruhi sikap seseorang terhadap menanggapi berbagai masalah. Pengetahuan ibu mengenai stunting kurang namun sikap ibu mengenai stunting positif karena ibu melakukan pencegahan stunting secara tidak sadar, tanpa tahu bahwa hal tersebut bisa mencegah stunting sehingga pengetahuan ibu mengenai stunting kurang. Ibu tidak mengetahui bahwa yang dilakukan/ sikapnya itu ternyata baik. Sikap ini termasuk komponen afektif yaitu berdasarkan emosi atau perasaan (Suryagustin & Jumielsa, 2018).

Sikap positif yang dimiliki ibu tidak terlepas dari pengetahuan atau informasi yang telah diperoleh dan pengetahuan yang dimiliki ibu sangat baik atau dalam kategori tinggi sehingga hal tersebut membentuk sikap positif atau penilaian ibu yang baik terhadap kejadian stunting. Sikap ibu terhadap stunting adalah persepsi ibu mengenai dampak stunting terhadap balita yang dapat menghasilkan sikap positif atau negatif dari ibu berdasarkan informasi yang diterima (Kustiani &

Misa, 2018).

Selain itu, menurut sikap terbentuk dari beberapa komponen diantaranya adalah kemampuan kognitif. Kognitif merupakan komponen sikap yang berfungsi untuk membuat penilaian kepada suatu objek yang berasal dari luar yang akan menghasilkan sebuah nilai yang akan dikombinasi dari informasi yang telah diterima dan afektif merupakan perasaan yang diberikan kepada suatu hal yang diterima berdasarkan hasil penilaiannya (Yuliani dkk, 2018).

Menurut asumsi peneliti, ketidakpahaman ibu mengenai stunting berpengaruh dengan usaha ibu untuk menanggapi stunting. Sikap mempengaruhi perilaku kesehatan ibu seperti pemenuhan gizi pada anak dapat menyebabkan kesalahan persepsi dan buruknya pengetahuan ibu. Mutu maupun kualitas gizi yang kurang maka makanan yang dimakan balita disebabkan karena ketidaktahuan mengenaik dampak stunting dan sikap ibu yang tidak peduli dengan perkembangan anak. Upaya yang dapat dilakukan adalah pihak puskesmas bekerja sama dengan posyandu di wilayah kerjanya untuk mengadakan program kerja rutin untuk melakukan penyuluhan maupun pelatihan yang berkaitan dengan stunting sehingga diharapkan kesadaran ibu akan kesehatan anaknya meningkat sehingga motivasi dalam memantau tumbuh kembang akan juga kan semakin meningkat.

Dengan demikian sikap negative yang muncul yang berkaitan dengan stunting akan berkurang dan sikap positif dari ibu akan meningkat.

51

Tabel 5.7

Kategori dan Ambang Batas Status Gizi Anak

Indeks Kategori Status Gizi Ambang Batas

(z-score) Berat badan menurut

umur (BB/U) anak usia 0-60 bulan

Berat badan sangat kurang < -3 SD

Berat badan kurang -3 s/d -2 SD

Berat badan normal -2 s/d +1 SD

Resiko berat badan lebih > +1 SD Panjang badan atau

tinggi badan

menurut umur (PB/U atau TB/U) anak usia 0-60 bulan

Sangat pendek < -3 SD

Pendek -3 s/d -2 SD

Normal -2 s/d +3 SD

Tinggi > +3 SD

Berat badan menurut Panjang badan atau tinggi badan (BB/PB atau BB/TB) anak usia 0-60 bulan

Gizi buruk < -3 SD

Gizi kurang -3 s/d < -2 SD

Gizi baik (normal) -2 s/d +1 SD

Berisiko gizi lebih > +1 SD s/d +2 SD

Gizi lebih > +2 SD s/d +3 SD

Obesitas > +3 SD

Indeks massa tubuh Gizi buruk < -3 SD

menurut umur

(IMT/U) anak usia 0- 60 bulan

Gizi kurang -3 s/d < -2 SD

Gizi baik (normal) -2 s/d +1 SD

Berisiko gizi lebih > +1 SD s/d +2 SD

Gizi lebih > +2 SD s/d +3 SD

Obesitas > +3 SD

Indeks massa tubuh

menurut umur

(IMT/U) anak usia 5- 18 tahun

Gizi buruk < -3 SD

Gizi kurang -3 s/d < -2 SD

Gizi baik (normal) -2 s/d +1 SD

Gizi lebih +1 SD s/d +2 SD

Obesitas > +2 SD

Sumber : PMK No 2 Tahun 2020 tentang Standar Antropometri Anak

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN A. KESIMPULAN

Kesimpulan yang didapat berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan adalah :

1. Sebagian besar pengetahuan ibu yang memiliki balita di Posyandu Anggrek Kelurahan Muara Sabak Ulu Kecamatan Muara Sabak Timur Kabupaten Tanjung Jabung Timur sebelum dilakukan penyuluhan tentang sunting adalah berpengetahuan kurang sebanyak 29 responden (96,7%) dan setelah dilakukan penyuluhan tentang sunting berpengetahuan cukup sebanyak 15 responden (50%).

2. Sebagian besar sikap ibu yang memiliki balita di Posyandu Anggrek Kelurahan Muara Sabak Ulu Kecamatan Muara Sabak Timur Kabupaten Tanjung Jabung Timur sebelum dilakukan penyuluhan tentang sunting adalah memiliki sikap positif dan sikap negative sama besar sebanyak 15 responden (50%) dan setelah dilakukan penyuluhan tentang sunting memiliki sikap positif sebanyak 18 responden (60%).

3. Terdapat pengaruh penyuluhan tentang sunting terhadap pengetahuan (p-value 0,008) dan sikap (p-value 0,000) ibu yang memiliki balita di Posyandu Anggrek Kelurahan Muara Sabak Ulu Kecamatan Muara Sabak Timur Kabupaten Tanjung Jabung Timur.

B. SARAN

1. Bagi Peneliti

Diharapkan dapat menjadi pengalaman serta peningkatan wawasan serta pengetahuan tentang stunting.

2. Bagi Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Universitas Adiwangsa Jambi Diharapkan dapat dijadikan sumber bacaan dan referensi tentang pengaruh penyuluhan terkait stunting pada balita serta dampak jengka pendek maupun jangka Panjang.

3. Bagi Posyandu Anggrek Kelurahan Muara Sabak Ulu Kecamatan Muara Sabak Timur Kabupaten Tanjung Jabung Timur

Diharapkan dapat menambah ilmu pengetahuan bagi ibu yang memiliki balita dalam pencegahan kejadian stunting dan evaluasi program kerja dalam pencegahan stunting.

4. Bagi Peneliti Selanjutnya

Diharapkan dapat sebagai referensi mengenai stunting dan melakukan riset selanjutnya dengan variabel-variabel yang berbeda.

55

DAFTAR PUSTAKA

Adelina, F. A., Widajanti, L., Nugraheni, S. A. 2018. Hubungan Pengetahuan Gizi Ibu, Tingkat Konsumsi Gizi, Status Ketahanan Pangan Keluarga dengan Balita Stunting (Studi pada Balita Usia 24-59 Bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Duren Kabupaten Semarang). Jurnal Kesehatan Masyarakat. 6(5), pp. 361-369.

Aritonang, E. A., Margawati, A., Dieny, F. F. 2020. Analisis Pengeluaran Pangan, Ketahanan Pangan dan Asupan Zat Gizi Anak Bawah Dua Tahun (Baduta) Sebagai Faktor Risiko Stunting. Journal of Nutrition College.

9(1), pp. 71-80.

Arnita, S., Rahmadhani, D. Y., & Sari, M. T. (2020). Hubungan pengetahuan dan sikap ibu dengan upaya pencegahan stunting pada balita di wilayah kerja puskesmas simpang kawat kota Jambi. Jurnal Akademika Baiturrahim Jambi, 9(1), 7-14.

Bella, F. D., Fajar, N. A., dan Misnaniarti. 2020. Hubungan antara Pola Asuh Keluarga dengan Kejadian Balita Stunting pada Keluarga Miskin di Palembang. Jurnal Epidemiologi Kesehatan Komunitas. 5(1), pp. 15- 22.

Candra, A. 2020. Epidemiologi Stunting. Semarang: Universitas Diponegoro Candra, A., dan Nugraheni. 2015. Hubungan Asupan Mikronutrien Dengan

Nafsu Makan Dan Tinggi Badan Balita. Journal of Nutrition and Health.

3(2).

Danna, MO. 2019. Hubungan Pengetahuan, Sikap, Dukungan dengan Kemandirian Keluarga Pada Anak Stunting di Puskesmas Bulak Banteng Surabaya

Desyanti, C., dan Triska, S. N. 2017. Hubungan Riwayat Diare dan Praktik Higiene dengan Kejadian Stunting pada Balita Usia 24-59 Bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Simolawang, Surabaya. Amerta Nutr. pp. 243- 251.

Fatimah, N. (2021). Perilaku Pencegahan Stunting Pada Ibu Hamil. Jurnal ilmu kesehatan. 15 (2): 97-104.

Febriani, C. A., Perdana, A. A., dan Humairoh. 2018. Faktor Kejadian Stunting Balita Berusia 6-23 Bulan di Provinsi Lampung. Jurnal Dunia Kesmas.

7(3), pp. 127-134.

Fikawati, S., Syafiq, A., Karima, K. 2015. Gizi Ibu dan Bayi. Jakarta: Rajawali Pers. Ilham, N., Siregar, H., Priyarsono, D. S. 2017. Efektivitas Kebijakan Harga Pangan terhadap Ketahanan Pangan. Jurnal Agro Ekonomi. 24(2), pp. 157-177.

Kementerian Kesehatan RI. 2016. InfoDATIN Situasi Balita Pendek. Jakarta:

Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan RI.

Kementerian Kesehatan RI. 2018. Situasi Balita Pendek (Stunting) di Indonesia.

Jakarta: Buletin Jendela Data dan Informasi Kesehatan.

Kustiani dan Misa, AP. 2018. Perubahan Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku Ibu Dalam Pemberian MP-ASI Anak Usia 6-24 Bulan Pada Intervensi Penyuluhan Gizi Di Lubuk Buaya Kota Padang. Jurnal Kesehatan perintis. Vol.5, No. 1.

Marmi (2013) Gizi Dalam Kesehatan Reproduksi. Yogyakarta: Pustaka Belajar.

Notoatmodjo . 2012. Metode Penelitian Kesehatan (Revisi 2). Jakarta: Rineka Cipta.

. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku Edisi Revisi 2012.

Jakarta: Rineka Cipta.

Nova, M. dan Afriyanti, O. 2018. Hubungan Berat Badan, ASI Eksklusif, MP- ASI dan Asupan Energi dengan Stunting Pada Balita Usia 24-59 Bulan di Puskesmas Lubuk Buaya. Jurnal Kesehatan Perintis. 5(1), pp. 47-53.

Numala, I. (2020) Mewujudkan Remaja Sehat Fisik, Mental dan Sosial (Model Intervensi Helath Educator for Youth). Surabaya: Airlangga University Press.

Nurkomala, S. 2017. Praktik Pemberian MPASI (Makanan Pendamping Air Susu Ibu) Pada Anak Stunting Dan Tidak Stunting Usia 6-24 Bulan.

[Skripsi]. Semarang: Departemen Ilmu Gizi Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro.

Olsa, E. D., Sulastri, D. and Anas, E. 2017.Hubungan Sikap dan Pengetahuan Ibu Terhadap Kejadian pada Anak Baru Masuk Sekolah Dasar di Kecamanatan Nanggalo. Jurnal Kesehatan Andalas, 6(3): 523–

529

57

Permadi, M. R. 2016. Hubungan Inisiasi Menyusu Dini dan Air Susu Ibu Eksklusif Dengan Kejadian Stunting pada Anak Usia 6-24 bulan di Kabupaten Boyolali. [Thesis]. Surakarta: Universitas Sebelas Maret.

Putri, T. A. 2018. Faktor Risiko Kejadian Stunting Pada Balita Usia 25-59 Bulan di Wilayah Puskesmas Kota Gede I Kota Yogyakarta Tahun 2018.

[Skripsi]. Yogyakarta: Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan.

Rahayu, A., dan Khairiyati, L. 2014. Risiko Pendidikan Ibu Terhadap Kejadian Stunting Pada Anak 6-23 Bulan. Jurnal Penelitian Gizi Makanan. 37(2), pp. 129-136.

Rahayu, A., Fahrini, Y., Andini, OP., Lia, A. 2018. Study Guide – Stunting dan Upaya Pencegahannya. Yogyakarta: CV Mine.

Rahmawati, A., Nurmawati, T., & Sari, L. P. (2019). Faktor yang Berhubungan dengan Pengetahuan Orang Tua tentang Stunting pada Balita. Jurnal Ners Dan Kebidanan (Journal of Ners and Midwifery), 6(3), 389-395.

Ramdaniati, S.N. (2018). Hubungan Tingkat Pendidikan , Tingkat Pengetahuan dan Sikap Ibu Tentang Gizi Terhadap Kejadian Stunting Pada Anak Usia 6-59 Bulan di Desa Pareang, Kecamatan Mekarjaya Kabupaten Pandeglang Tahun 2018. Jurnal Ilmiah Dewan Riset Daerah Banten. 7 (2): 195–204.

Rini,Wilia NE. 2020. Pengaruh Penggunaan Media Audio Visual Terhadap Peningkatan Pengetahuan ibu Tentang Stunting Di Puskesmas Rawasari Kota Jambi Tahun 2019. Jurnal Kesmas Jambi (JKMJ), Vol.4, No.1.

Rosita, Ida. 2020. Hubungan Pengetahuan dan Sikap Terhadap Pola Asuh Ibu Pada Balita Stunting Usia 24-59 Bulan Tahun 2020. [Skripsi].

Tasikmalaya: Universitas Siliwangi.

Simbolon, R. 2017. Hubungan Faktor Sosial Ekonomi dan Higiene Sanitasi Lingkungan dengan Status Gizi Anak Balita di Desa Nifuboke Tahun 2016. Jurnal INOHIM. 5(2), pp. 96-102.

Sugiyono. (2018). Metode Penelitian Kuantitatif. Bandung: Alfabeta

Suryagustin, Wenna, A., & Jumielsa. (2018). Pengaruh Pendidikan Kesehatan Tentang Pencegahan Stunting Terhadap Pengetahuan Dan Sikap Ibu di Kelurahan Pahandut Palangka Raya. Dinamika Kesehatan Jurnal Kebidanan Dan Keperawatan, 9(2), 582–

591. https://doi.org/ttps://doi.org/10.33859/dksm.v9i2.373

Tandang, V. S., Adianta, I. K., Nuryanto, I. K. 2019. Hubungan ASI-Eksklusif dan Riwayat Penyakit Infeksi dengan Kejadian Stunting Pada Balita di Wilayah Puskesmas Wae Nakeng Tahun 2018. Jurnal Riset Kesehatan Nasional. 3(1), pp. 128-133.

Wahyurin, IS., Aqmarina, AN, dkk. 2019. Pengaruh Edukasi Stunting Menggunakan Metode Brainstorming dan Audiovisual Terhadap Pengetahuan Ibu Dengan Anak Stunting. Ilmu Gizi Indonesia. Vol. 2, No. 2.

Wardani, D. W., Wulandari, M., Suharmanto. 2020. Hubungan Faktor Sosial Ekonomi dan Ketahanan Pangan Terhadap Kejadian Stunting Pada Balita.

Jurnal Kesehatan. 10(2), pp. 287-293.

Widyaningsih, N. N., Kusnandar, dan Anantanyu, S. 2018. Keragaman Pangan, Pola Asuh Makan dan Kejadian Stunting pada Balita Usia 24-59 Bulan.

Jurnal Gizi Indonesia. 7(1), pp. 22-29.

Yuliani, E., Immawanti, I., & Sastriani. (2018). Determinan Kejadian Stunting Pada Balita Usia 25-60 Bulan Di Kabupaten Majene 2018. Journal of Health, Education and Literacy, 1(1), 53–61. https://doi.org/10.31605/j- healt.v1i1.15

59

Lampiran

LEMBAR PERSETUJUAN (INFORMED CONSENT)

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama :………...

Umur : ………...

Alamat : ………...

Sudah mendapatkan penjelasan dan memahami penelitian dengan judul:

“Pengaruh Penyuluhan Tentang Stunting Terhadap Pengetahuan Dan Sikap Ibu Yang Memiliki Balita Di Posyandu Anggrek Kelurahan Muara Sabak Ulu Kecamatan Muara Sabak Timur

Kabupaten Tanjung Jabung Timur”

Dengan sukarela bersedia ikut dalam penelitian tersebut dan bila suatu waktu saya merasa dirugikan dalam bentuk apapun, maka saya akan mengundurkan diri. Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan penuh kesadaran dan tanpa tekanan dari pihak manapun.

Jambi, ...2023

Peneliti, Saya Yang Menyatakan

(Dela Septiani Wianda) (...)

Lampiran

KUESIONER PENELITIAN

A. IDENTITAS RESPONDEN 1. Nama :

2. Umur : 3. Alamat :

B. PENGETAHUAN IBU TERHADAP STUNTING

Berilah tanda silang (x) pada opsi jawaban yang dianggap paling tepat.

1. Apakah yang dimaksud dengan stunting?

a. Keadaan panjang badan atau tinggi badan yang tidak sesuai dengan umur

b. Keadaan malnutrisi pada anak c. Keadaan yang sangat kronis d. Tidak tahu

2. Keadaan seperti apakah penyebab langsung stunting ?

a. Kondisi ibu yang kurang percaya diri, gelisah dan tertekan b. Asupan gizi kurang dan adanya penyakit infeksi

c. Pengetahuan ibu kurang d. Tidak tahu

3. Stunting anak disebabkan oleh

a. Kekurangan asupan karbohidrat: nasi, ubi-ubian, mie b. Kekurangan asupan lemak: daging, kacang-kacangan, selai

kacang

c. Kekurangan gizi dan penyakit infeksi d. Kekurangan serat sayuran

4. Stunting pada anak merupakan a. Penyakit bawaan sejak lahir b. Penyakit menular

c. Penyakit tidak menular d. Gangguan tumbuh kembang

61

5. Berikut salah satu ciri-ciri anak stunting a. Pertumbuhan melambat

b. Pertumbuhan gigi cepat

c. Anak memiliki tingkat intelektual yang baik d. Anak sudah tumbuh tinggi

6. Salah satu dampak jangka pendek dari stunting adalah a. Gangguan mental

b. Gangguan psikologis

c. Gangguan kecerdasan dan pertumbuhan fisik d. Gangguan memori untuk mengingat

7. Dampak jangka panjang stunting salah satunya yaitu...

a. Penurunan kekebalan tubuh dan prestasi belajar b. Penurunan berat badan

c. Penurunan tinggi badan d. Penurunan kekuatan fisik

8. Menurut keluarga penanganan gizi spesifik stunting dapat dilakukan dengan

a. Memberikan makanan tambahan (PMT) pada ibu hamil dan memberikan ASI eksklusif serta MP-ASI pada anak

b. Memberikan ASI dan susu formula

c. Memberikan makanan yang berprotein tinggi (daging, ayam, ikan, telur)

d. Memberikan suplemen makan pada anak

9. Menurut keluarga penanganan gizi sensitif stunting dapat dilakukan salah satunya dengan…

a. Lingkungan dan sumber air harus bersih

b. Lingkungan tempat tinggal dekat dengan jalan raya c. Lingkungan tempat tinggal dekat dengan pasar d. Lingkungan tempat tinggal dekat dengan puskesmas

10. Berikut ini adalah salah satu kegiatan yang dapat berkontribusi untuk menurunkan kejadian stunting

a. Menyediakan dan memastikan pemberian susu formula untuk anak

b. Menyediakan dan memastikan terhadap air bersih dan sanitasi c. Memberikan dan memastikan anak mendapatkan imunisasi d. Memberikan dan memastikan anak mendapatkan makanan

berprotein

63

C. SIKAP IBU TERHADAP STUNTING

Berikan tanda √ pada kolom yang dianggap paling mewakili dari jawaban dengan SS (Sangat Setuju), S (Setuju), N (Netral), TS (Tidak Setuju, dan STS (Sangat Tidak Setuju)

No. Aspek Penilaian SS S N TS STS

1. Saya memberikan susu kepada anak saya sebagai pengganti kalsium

2. Saya memberikan makanan kepada anak saya dengan gizi seimbang (nasi, sayur, lauk pauk, dan buah-buahan)

3. Saya rutin membawa balita saya ke posyandu untuk memantau tumbuh kembang anak

4. Saya menyusui/ memberikan ASI kepada bayi saya selama 6 bulan

5. Saya tidak menitipkan anak saya untuk diasuh orang lain

6. Saya sering mendapatkan edukasi/ informasi tentang stunting dari tenaga kesehatan

7. Saya membiarkan anak untuk bermain dipinggiran sungai

8. Saya membiarkan anak makan makanan yang siap saji

9. Saya tidak pernah membawa anak dating ke posyandu untuk melakukan pemeriksaan

10. Setelah bayi lahir saya memberikan susu formula kepada anak saya

Dokumen terkait