PENGARUH PROGRAM ASIMILASI COVID – 19 TERHADAP OVERKAPASITAS JUMLAH WARGA BINAAN LEMBAGA
PEMASYARAKATAN KELAS IIB LUBUK PAKAM PERIODE 2020-2021
SKRIPSI
Diajukan untuk memperoleh Gelar Sarjana Hukum pada Program Studi Ilmu Hukum
Fakultas Hukum Universitas Muslim Nusantara Al – Washliyah
OLEH :
JUANDA GULTOM NPM : 195114005
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS MUSLIM NUSANTARA AL – WASHLIYAH MEDAN
2023
i
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS MUSLIM NUSANTARA AL – WASHLIYAH MEDAN TANDA PERSETUJUAN SKRIPSI
Nama : Juanda Gultom
NPM : 195114005
Fakultas : Hukum
Program Studi : Ilmu Hukum Jenjang Pendidikan : Strata Satu (S-1)
Judul : PENGARUH PROGRAM ASIMILASI COVID – 19 TERHADAP OVERKAPASITAS JUMLAH WARGA BINAAN LEMBAGA PEMASYARAKATAN KELAS IIB LUBUK PAKAM PERIODE 2020 - 2021
Mengetahui : Pembimbing I
Mahzaniar, S.H., M.H.
NIDN. 0007035910
Diuji pada tanggal : Yudisium :
Ketua Sekretaris
DR. H. KRT. Hardi Mulyono K Surbakti Dr. Dani Sintara S.H., M.H.
NIDN. 0111116303 NIDN. 0121058304
ii
KATA PENGANTAR
Puji Syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah mencurahkan kasih dan karunia-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh Program Asimilasi Covid – 19 Terhadap Overkapasitas Jumlah Warga Binaan Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIB Lubuk Pakam Periode 2020 - 2021” dengan baik.
Dalam menyelesaikan skripsi ini penulis banyak menerima bimbingan, bantuan dan dorongan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih yang tulus dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada semua pihak yang telah membantu dengan keikhlasan dan ketulusan baik langsung maupun tidak langsung sampai selesainya ini.
Terimakasih khususnya saya sampaikan kepada:
1. Bapak Dr. KRT. H. Hardi Mulyono K Surbakti Selaku Rektor Universitas Muslim Nusantara Al-Washliyah Medan.
2. Bapak Dr. H. Firmansyah, M.Si. (Wakil Rektor I) Bapak Dr. Ridwanto, M.Si.
( Wakil Rektor II ) dan Bapak Dr. Anwar Sadat, S.Ag., M.Hum. ( Wakil Rektor III ).
3. Bapak Dr. Dani Sintara, S.H., M.H. selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas Muslim Nusantara Al-Washliyah Medan
4. Ibu Halimatul Maryani, S.H., M.H. selaku Wakil Dekan Universitas Muslim Nusantara Al-Washliyah Medan.
5. Ibu Tri Reni Novita, S.H., M.H. selaku Ketua Program Studi Ilmu Hukum Universitas Muslim Nusantara Al-Washliyah Medan
iii
6. Ibu Mahzaniar, S.H., M.H. selaku dosen pembimbing yang telah meluangkan waktunya disela-sela kesibukan dan memberikan arahan serta bimbingan selama proses penulisan skripsi ini
7. Staf Pegawai serta Dosen lain Fakultas Hukum Universitas Muslim Nusantara Al-Washliyah Medan.
8. Keempat orang tua saya yang dengan sabar dan tidak pernah lelah dalam mendidik penulis.
9. Istri ( Ivo Junita Sianturi ) dan anak saya ( Franco Albert Gultom ) yang selalu memberikan semangat selama kuliah.
10. Seluruh teman-teman Fakultas Hukum Universitas Muslim Nusantara Al- Washliyah Medan yang telah memberikan masukan dalam penyelesaian skripsi ini.
Semoga Tuhan Yang Maha Esa membalas semua kebaikan yang telah diberikan. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu penulis mengharapkan saran yang konstruktif demi sempurnanya skripsi ini.
Lubuk Pakam, Juli 2023 Penulis
Juanda Gultom 195114005
ABSTRAK Juanda Gultom*
Mahzaniar**
Overkapasitas yang tengah terjadi baik di Lapas dan Rutan di seluruh Indonesia merupakan sebuah fenomena sosial terhadap meningkatnya angka kriminalitas di tanah air. Demikian pula pada LAPAS Kelas IIB Lubuk Pakam, peningkatan jumlah penghuni ovekapasitas mencapai 340% tentu saja menimbulkan masalah. Hal ini semakin diperparah dengan adanya Covid – 19 yang tengah melanda Indonesia. Tingginya angka pengidap Covid – 19 di Indonesia memaksa pemerintah Indonesia mengeluarkan peraturan guna mencegah penyebaran Virus Covid -19. Hal yang sama juga dilakukan Pemerintah Indonesia dalam hal ini Kementerian Hukum dan HAM RI. Guna meningkatkan jumlah pengeluaran Narapidana di Lapas/Rutan/LPKA, pemerintah Indonesia mengeluarkan sebuah peraturan terkait pemercepatan pengeluaran Narapidana. Namun banyaknya animo masyarakat terkait pengeluran Narapidana yang dalam pemikiriannya akan berdampak buruk terhadap keamanan sosial tentu menjadi kontradiksi. Permasalahan dalam penelian ini adalah : Adakah pengaruh Asimilasi Covid -19 terhadap Overkapasitas WBP ( Warga Binaan Pemasyarakatan ) di Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIB Lubuk Pakam.
Metode Penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode normatif empiris, yang artinya selain penelitian ini menekankan pada pemberlakukuan peraturan di masyarakat juga menekankan pada pengkajian terkait efektivitas pemberlakukan peraturan tersebut.
Hasil penelitian menunjukkan Program Asimilasi Covid – 19 yang dilaksanakan LAPAS Kelas IIB Lubuk Pakam telah sesuai dengan Permenkumham terkait pemberian Asimilasi dimana terdapat 2 bagan penting yakni pihak Lapas Lubuk Pakam dan Pihak WBP sendiri. Program Asimilasi yang dijalankan, memiliki pengaruh yang baik dalam rangka menurunkan persentase overkapasitas yang saat ini terjadi. Adapun overkapasitas yang dialami oleh LAPAS Kelas II B Lubuk Pakam sebelum dilaksanakannya Asimilasi Covid – 19/ Asimilasi di Rumah mencapai 398% ( 1722/432 ) orang *100%. Namun ketika Permenkumham No.10 Tahun 2020, Permenkumham No.32 Tahun 2020 dan Permenkumham No.43 Tahun 2021 dijalankan Overkapasitas yang dialami LAPAS Kelas IIB Lubuk Pakam mengalami penurunan menjadi 370% per tanggal 31 Desember 2020 dan 439% per tanggal 31 Desember 2021. Jika Asimilasi Covid -19 tidak dilaksanakan, maka persentase Overkapasitas menjadi 470% pada tahun 2020 dan 581% pada tahun 2021. Dari hasil wawancara penyusun dengan Kalapas, Kasi, dan Kasubsi Regristasi bahwa terdapat kendala yang dihadapi oleh LAPAS Kelas IIB Lubuk Pakam dalam memberikan Asimilasi Covid-19 bagi WBP seperti keterlambatan vonis, persyaratan administratif yang tidak dipenuhi pihak penjamin WBP, hingga hasil LITMAS Bapas yang sering datang terlambat.
Kata Kunci : Asimilasi Covid-19, Narapidana, Lembaga Pemasyarakatan
*) Mahasiswa Fakultas Hukum **) Pembimbing I
ABSTRACT Juanda Gultom*
Mahzaniar**
The overcapacity that is currently happening in both prisons and detention centers throughout Indonesia is a social phenomenon for the increasing crime rate in the country. Likewise, at LAPAS Class IIB Lubuk Pakam, an increase in the number of occupants with a capacity of 340% certainly causes problems. This is getting exacerbated by the presence of Covid - 19 which is currently hitting Indonesia. The high number of people with Covid - 19 in Indonesia forced the Indonesian government to issue regulations to prevent the spread of the Covid -19 Virus. The Government of Indonesia, in this case the Ministry of Law and Human Rights of the Republic of Indonesia, did the same thing. In order to increase the amount of expenditure of convicts in correctional institutions/detention centers/LPKA, the Indonesian government issued a regulation regarding the acceleration of the release of convicts. However, there is a lot of public interest in the expenditure of convicts, which in their opinion will have a negative impact on social security, of course, is a contradiction. The problem in this research is: Is there an effect of Covid -19 Assimilation on the Overcapacity of WBP (Prison Assisted Residents) in the Lubuk Pakam Class IIB Penitentiary.
The research method used in this study is an empirical normative method, which means that apart from this research emphasizing the enforcement of
regulations in society, it also emphasizes studies related to the effectiveness of the enforcement of these regulations.
The results showed that the Covid - 19 Assimilation Program implemented by LAPAS Class IIB Lubuk Pakam was in accordance with the Minister of Law and Human Rights regarding the provision of assimilation where there were 2 important charts, namely the Lubuk Pakam Lapas and the WBP itself. The Assimilation Program that has been implemented has had a positive effect in reducing the percentage of overcapacity that is currently occurring. The overcapacity experienced by LAPAS Class II B Lubuk Pakam prior to the implementation of the Covid-19 Assimilation/ Assimilation at Home reached 398% (1722/432) people *100%. But whenMinister of Law and Human Rights No. 10 of 2020, Minister of Law and Human Rights No. 32 of 2020 and Minister of Law and Human Rights No. 43 of 2021 are carried out. Covid -19 is not implemented, then the percentage of Overcapacity will be 470% in 2020 and 581% in 2021. From the results of interviews with the Head of the Regristasi, Head of Section, and Head of Registration that there are obstacles faced by LAPAS Class IIB Lubuk Pakam in providing Covid-19 Assimilation 19 for WBP, such as delays in sentencing, administrative requirements that were not fulfilled by the guarantor for WBP, to the results of LITMAS Bapas which often came late.
Keywords: Assimilation of Covid-19, Convicts, Correctional Institutions
*) Faculty of Law students **) Guide I
vi DAFTAR ISI
TANDA PERSETUJUAN SKRIPSI ...i
KATA PENGANTAR ... ii
ABSTRAK ...iv
DAFTAR ISI ...vi
DAFTAR TABEL ... viii
DAFTAR GAMBAR ...xi
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Rumusan Masalah ... 8
C. Tujuan Penelitian... 9
D. Manfaat Penelitian... 10
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 11
A. Pengertian Corona Virus Disease ( Covid – 19 ) ... 11
B. Warga Binaan Pemasyarakatan ... 12
C. Hak – Hak Warga Binaan Pemasyarakatan ... 13
D. Lembaga Pemasyarakatan ... 15
E. Bapas ( Balai Pemasyarakatan ) ... 16
F. Pembimbing Kemasyarakatan ( PK ) ... 18
G. Penelitian Kemasyarakatan ( Litmas ) ... 19
H. Klien Pemasyarakatan ... 20
I. Pengertian Asimilasi, Prasyarat dan Syaratnya ( Sebelum Covid ) ... 22
J. Pengertian Asimilasi, Prasyarat dan Syarat Saat ( Saat Covid ) ... 26
BAB III METODE PENELITIAN... 29
A. Lokasi Penelitian ... 29
B. Jenis Penelitian ... 29
C. Sumber Data ... 31
D. Teknik Pengumpulan Data ... 33
E. Teknik Analisis Data ... 34
F. Jadwal dan Waktu Penelitian ... 35
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN... 36
A. Profil Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIB Lubuk Pakam ... 36
vii
B. Pelaksanaan Asimilasi Covid – 19/Asimilasi di Rumah oleh Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIB Lubuk dalam rangka Pencegahan, Penanggulangan dan
Penyebaran Covid – 19... 39
C. Analisis Pengaruh Asimilasi Covid – 19/ Asimilasi Di Rumah terhadap Overkapasitas Jumlah Warga Binaan Pemasyarakatan Kelas II B Lubuk Pakam ... 47
D. Kendala dan Solusi Lembaga Pemasyarakatan Kelas II B Lubuk Pakam Selama Melaksanakan Program Asimilasi Covid – 19/Asimilasi di Rumah Sepanjang Tahun 2020 – 2021 ... 69
BAB V KESIMPULAN... 72
A. Kesimpulan ... 72
B. Saran ... 74
DAFTAR PUSTAKA ... 76 LAMPIRAN
viii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Kehadiran Muatan Hak Asasi Manusia dalam Undang – Undang No 22 Tahun 2022 ... ... 14 Tabel 3.1 Jadwal Proses Penelitian ... 35 Tabel 4.1 Perbedaan Muatan antara Permenkumham No.10 Tahun 2020,
Pemenkumham No.32 Tahun 2020 dan Permenkumham No.24 Tahun 2021 ... 47 Tabel 4.2 Pengeluaran Narapidana Lapas Lubuk Pakam Tahun 2018 ... 48 Tabel 4.3 Pengeluaran Tahanan/Narapidana Lapas Lubuk Pakam Tahun
2019… ... 49 Tabel 4.4 Pengeluaran Narapidana Lapas Lubuk Pakam Tahun 2020 ... 50 Tabel 4.5 Pengeluaran Narapidana Lapas Lubuk Pakam Tahun 2021 ... 51 Tabel 4.6 Rekapitulasi Keluar/Masuk Narapidana Lapas Kelas IIB Lubuk
Pakam April 2020 ... 52 Tabel 4.7 Rekapitulasi Keluar/Masuk Narapidana Lapas Kelas IIB Lubuk
Pakam Mei 2020 ... 52 Tabel 4.8 Rekapitulasi Keluar/Masuk Narapidana Lapas Kelas IIB Lubuk
Pakam Juni 2020 ... 53 Tabel 4.9 Rekapitulasi Keluar/Masuk Narapidana Lapas Kelas IIB Lubuk
Pakam Juli 2020 ... 53 Tabel 4.10 Rekapitulasi Keluar/Masuk Narapidana Lapas Kelas IIB Lubuk Pakam Agustus 2020 ... 54 Tabel 4.11 Rekapitulasi Keluar/Masuk Narapidana Lapas Kelas IIB Lubuk
Pakam September 2020 ... 54 Tabel 4.12 Rekapitulasi Keluar/Masuk Narapidana Lapas Kelas IIB Lubuk
Pakam Oktober 2020 ... 54 Tabel 4.13 Rekapitulasi Keluar/Masuk Narapidana Lapas Kelas IIB Lubuk
Pakam November 2020 ... 55 Tabel 4.14 Rekapitulasi Keluar/Masuk Narapidana Lapas Kelas IIB Lubuk
Pakam Desember 2020 ... 55
ix
Tabel 4.15 Rekapitulasi Keluar/Masuk Narapidana Lapas Kelas IIB Lubuk Pakam Januari 2021 ... 55 Tabel 4.16 Rekapitulasi Keluar/Masuk Narapidana Lapas Kelas IIB Lubuk
Pakam Februari 2021 ... 56 Tabel 4.17 Rekapitulasi Keluar/Masuk Narapidana Lapas Kelas IIB Lubuk
Pakam Maret 2021 ... 56 Tabel 4.18 Rekapitulasi Keluar/Masuk Narapidana Lapas Kelas IIB Lubuk
Pakam April 2021 ... 56 Tabel 4.19 Rekapitulasi Keluar/Masuk Narapidana Lapas Kelas IIB Lubuk
Pakam Mei 2021 ... 57 Tabel 4.20 Rekapitulasi Keluar/Masuk Narapidana Lapas Kelas IIB Lubuk
Pakam Juni 2021 ... 57 Tabel 4.21 Rekapitulasi Keluar/Masuk Narapidana Lapas Kelas IIB Lubuk
Pakam Juli 2021 ... 57 Tabel 4.22 Rekapitulasi Keluar/Masuk Narapidana Lapas Kelas IIB Lubuk
Pakam Agustus 2021 ... 58 Tabel 4.23 Rekapitulasi Keluar/Masuk Narapidana Lapas Kelas IIB Lubuk
Pakam September 2021 ... 58 Tabel 4.24 Rekapitulasi Keluar/Masuk Narapidana Lapas Kelas IIB Lubuk
Pakam Oktober 2021 ... 58 Tabel 4.25 Rekapitulasi Keluar/Masuk Narapidana Lapas Kelas IIB Lubuk
Pakam November 2021 ... 59 Tabel 4.26 Rekapitulasi Keluar/Masuk Narapidana Lapas Kelas IIB Lubuk
Pakam Desember 2021 ... 59 Tabel 4.27 Keluar/Masuk Narapidana April 2020 Lapas Kelas IIB Lubuk
Pakam ... 60 Tabel 4.28 Perbandingan Keluar Masuk Narapidana April 2020 setelah ada
Asimilasi Covid -19 (kiri ) dan sebelum/tidak adanya Asimilasi Covid – 19 ( kanan ) ... 63 Tabel 4.29 Total Jumlah Penghuni Lapas Lubuk Pakam Jika Asimilasi Covid -
19 Tidak Dilakukan Pada April 2020 ... 63
x
Tabel 4.30 Rekapitulasi Keluar Masuk Tahanan dan Narapidana Tahun 2020.... 65 Tabel 4.31 Rekapitulasi Keluar Masuk Tahanan dan Narapidana Tahun 2021.... 68
xi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3.1 Dokumentasi Pribadi Tanggal 16 November 2022 Pada Pukul 11 : 10 ... 29 Gambar 4.1 Tahap Prosedural Lapas Kelas IIB Lubuk Pakam dalam
Melaksanakan Asimilasi Covid -19/ Asimilasi di Rumah .... 41 Gambar 4.2 Tahap Prosedural Narapidana dalam Melaksanakan Asimilasi
Covid -19/ Asimilasi di Rumah ... 43 Gambar 4.3 Jumlah Narapidana Lapas Kelas IIB Lubuk Pakam yang
mengikuti program Asimilasi Tahun 2020... 44 Gambar 4.4 Jumlah Narapidana Lapas Kelas IIB Lubuk Pakam yang
mengikuti program Asimilasi Tahun 2021... 45 Gambar 4.5 Rekapitulasi Pengeluaran Narapidana hanya menggunakan
Program Integrasi ( Pembebasan Beryarat ) ... 61
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
Akhir – akhir ini sering kita melihat baik di media massa maupun media cetak yang menuliskan Dunia maupun Indonesia tengah dilanda penyakit yang sangat menular yakni Corona Virus Disease ( Covid – 19 ). Covid – 19 merupakan penyakit dengan gejala pneumonia ( peradangan paru – paru ) dan berasal pertama kali dari kota Wuhan China ( 12 Desember 2019 ) dimana bersumber dari pedagang pasar ikan Huanan yang menjual binatang ternak dan hewan liar.1 Di Indonesia sendiri, Covid – 19 pertama kali terdeteksi pada 2 Maret 2020 dimana terdapat 2 (dua) orang Warga Negara Indonesia (WNI) yang telah melakukan kontak langsung dengan warga negara Jepang yang sedang berkunjung ke Indonesia.2 Covid – 19 memiliki karakteristik hampir sama dengan Flu Spanyol yang sempat mewabah pada tahun 1908, dimana ia ( Covid – 19 ) menyerang sistem pernapasan yang dapat membuat penderita mengalami gagal nafas dan kehilangan nyawa jika
1 Alamsyah, “Covid-19, Penyebab, Pencegahan dan Penyebarannya”, 2.
2 Halim, Bayu, Faris dan Ray. “Penanganan Pelayanan Kesehatan Di Masa Pandemi Covid – 19 Dalam Perspektif Hukum Kesehatan”, Inicio Legis 2020, Vol.1 No.1, hal. 4.
2
tidak dilakukan pertolongan yang tepat.3 Dalam laporan gugus tugas nasional percepatan dan penanganan Covid – 19 menjelaskan bahwa pertanggal 11 Agustus 2022 didapati jumlah kasus di dunia yakni 588 juta kasus dan jumlah meninggal Dunia yakni 6,43 juta kasus sementara di Indonesia terdapat 6,27 juta kasus dimana terdapat 157 ribu meninggal dunia.4
Mengingat hal diatas, tentu saja pemerintah Indonesia perlu mengeluarkan sejumlah regulasi terkait pandemi Covid – 19 guna mencegah dan menanggulanginya. Adapun sejumlah regulasi yang menjadi dasar penanggulangan dan pencegahan Covid – 19 yakni : 1.
Peraturan Pemerintah Nomor 49 Tahun 2020 tentang Penyesuaian Iuran Program Jaminan Sosial Ketenagakerjaan Selama Bencana Nonalam Penyebaran Corona Virus Disease 2019 (Covid-19); 2. Undang – Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana yang menetapkan wabah penyakit sebagai salah satu bencana non-alam yang perlu dikelola potensi ancamannya.; 3. Undang – Undang Nomor 2
3 Jurnalis BBC Indonesia, “Virus corona dan pandemi flu Spanyol: Wabah pada 1918 menewaskan 50 juta orang, bagaimana perubahan dunia saat itu dan apa yang dapat dipelajari sekarang?”, BBC Indonesia, 29 April 2020, https://www.bbc.com/indonesia/dunia- 52458628.
4 Humas Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19, “Situasi Covid 19 di Indonesia ( Update per 10 Agustus 2022 )”, Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19, 10 Agustus 2022, https://covid19.go.id/artikel/2022/08/10/situasi-covid-19-di-indonesia-update-10- agustus-2022.
3
Tahun 2020 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang – Undang Nomor 1 Tahun 2020 tentang Kebijakan Negara dan Stabilitas Sistem Keuangan untuk Penanganan Pandemi Corona Virus Disease 2019 ( COVID – 19 ) dan/atau dalam rangka menghadapi ancaman yang membahayakan perekonomian nasional dan/atau Stabilitas Sistem Keuangan menjadi Undang – Undang; 4. Peraturan Presiden Nomor 82 Tahun 2020 tentang Komite Penanganan Corona Virus Disease ( COVID – 19 ) dan Pemulihan Ekonomi Nasional; 5. Peraturan Presiden Nomor 64 Tahun 2020 tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Presiden Nomor 82 Tahun 2018 tentang Jaminan Kesehatan; 6. Peraturan Pemerintah No.
21 Tahun 2020 tentang Pembatasan Sosial Berskala Besar Dalam Rangka Percepatan Penanganan Corona Virus Disease ( COVID – 19 ).5
Dari beberapa regulasi yang telah dikeluarkan pemerintah Indonesia dalam hal penanggulangan dan pencegahan Covid – 19 dapat dilihat bagaimana pemerintah Indonesia mengerahkan segala daya upayanya dalam hal menjaga sustainable ( keberlangsungan ) suatu negara. Hal ini juga dapat dilihat bahwa konsen/fokus pemerintah Indonesia tidak hanya dalam hal penanggulangan publik ( masyarakat luas ) namun juga pada
5 Ihsanuddin, “Ini Sederet Kebijakan Kontroversial Jokowi Selama Pandemi Covid – 19”, KOMPAS, 6 Oktober 2020, https://nasional.kompas.com/read/2020/10/06/05332291/ini- sederet-kebijakan-kontroversial-jokowi-selama-pandemi-covid-19?page=all
4
orang – orang yang berhadapan dengan hukum. Regulasi yang diatur oleh Pemerintah Indonesia dalam hal ini Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia telah mengeluarkan sebuah regulasi yakni pemberian asimilasi dan integrasi terkait pencegahan penyebaran Covid – 19 di UPT ( Unit Pelaksana Teknis ) Pemasyarakatan. Adapun regulasi yang dimaksud adalah Peraturan Menteri Hukum dan HAM Nomor 32 Tahun 2020 tentang Syarat dan Tata Cara Pemberian Asimilasi, Pembebasan Bersyarat, Cuti Menjelang Bebas, dan Cuti Bersyarat bagi Narapidana dan Anak dalam rangka Pencegahan dan Penanggulangan Penyebaran Covid-19. Jika ditelisik lebih jauh terkait program Pemerintah dalam hal ini Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia sebelumnya telah melakukan asimilasi sebelum adanya Covid – 19. Asimilasi sebelum adanya pandemi Covid – 19 telah ada dalam Pasal 14 j UU No. 12 Tahun 1995 maupun Permenkumham No 21 Tahun 2016 dimana asimilasi adalah sebuah upaya percobaan pembauran bagi setiap narapidana yang akan bebas dan diterjunkan ke masyarakat dalam rangka persiapan bakal mantan terpindana tersebut kembali ke masyarakat.6
6Saragih, “Kendala Untuk Mendapatkan Hak Asimilasi Bagi Narapidana”, 2.
5
Dalam pemberian salah satu hak Narapidana yakni asimilasi, tentu saja pihak UPT Pemasyarakatan dalam hal ini Lapas ( Lembaga Pemasyarakatan ), Rutan ( Rumah Tahanan ), dan LPKA ( Lembaga Pemasyarakatan Khusus Anak ) tidak langsung memberikan hak tersebut bagi Warga Binaan Pemasyarakatannya. Terdapat sejumlah prasyarat dan persyaratan administratif yang harus dilewati oleh setiap Narapidana yang akan mengajukan asimilasi. Adapun sejumlah prasyarat yang dibutuhkan setiap narapidana yang akan mengajukan asimilasi yakni : 1.
Setiap narapidana yang akan mengajukan asimilasi telah menjalani ½ ( satu perdua) masa pidananya untuk narapidana anak dan 2/3 ( dua pertiga ) dari masa pidananya untuk narapidana dewasa dalam batas waktu 31 Desember 2020 dimana rentang waktu yang diberikan yakni berakhir pada 30 Juni Tahun 2021 untuk Permenkumham No. 32 Tahun 2020 dan 31 Desember 2021 untuk Permenkumham No. 24 Tahun 2021;
2. Setiap narapidana yang akan mengajukan asimilasi juga harus merupakan narapidana dengan tidak dengan kasus : a. Narkotika, prekursor narkotika dan psikotropika dengan pidana penjara paling singkat 5 ( lima ) tahun; b. Terorisme; c. Korupsi; d. Kejahatan terhadap keamanan negara; e. Kejahatan HAM berat; f. Kejahatan transnasional terorganisasi lainnya. Selain kasus dengan tindak pidana khusus yang telah dituliskan sebelumnya, juga terdapat beberapa kasus yang menyebab narapidana yang akan mengajukan asimilasi gagal dalam hal
6
prasyat. Adapun kasus yang dimaksud yakni : a. Pembunuhan; b.
Pencurian dengan kekerasan; c. Kesusilaan; d. Pengulangan pidana.7 Pengeluaran narapidana yang dilakukan oleh Pemerintah Indonesia melalui Keputusan Menteri Hukum dan HAM Republik Indonesia Nomor M.HH-19.PK.01.04.04 Tahun 2020 tentang Pengeluaran dan Pemberian dan Anak melalui Asimilasi dan Integrasi dalam Rangka Pencegahan dan Penanggulangan Penyebaran Covid-19, yang diperkuat dengan adanya Peraturan Menteri Nomor 32 Tahun 2020 tentang Syarat dan Tata Cara Pemberian Asimilasi, Pembebasan Bersyarat, Cuti Menjelang Bebas, dan Cuti Bersyarat bagi Narapidana dan Anak dalam Rangka Pencegahan dan Penanggulangan Penyebaran Covid-19. Hal ini mengindikasikan bahwa Covid -19 bukan hal yang dapat disepelekan, karena memuat beberapa tujuan yang ingin dicapai mulai dari upaya negara dalam hal physical and social distancing ( pembatasan secara fisik dan sosial ) baik di masyarakat publik maupun didalam UPT Pemasyarakatan terlebih mengurangi beban keuangan negara terhadap suatu hal yang kurang produktif. Sebagai alasan lain yang mungkin menjadi alasan Pemerintah Indonesia dalam melakukan asimilasi Covid
7 Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia, “Permenkumham No. 32 Tahun 2020 tentang Syarat Dan Tata Cara Pemberian Asimilasi, Pembebasan Bersyarat, Cuti Menjelang Bebas, Dan Cuti Bersyarat Bagi Narapidana Dan Anak Dalam Rangka Pencegahan Dan Penanggulangan Penyebaran Covid-19”, hal 12
7
– 19 adalah sebagai upaya negara dalam hal mencegah terjadinya kerusuhan yang mana telah terjadi di negara lain. Adapun kerusuhan yang terjadi di berbagai penjara di dunia yang disebabkan oleh adanya kedaruratan pandemi Covid – 19 yakni : 1. Thailand ( beberapa narapidana dari 2000an narapidana kabur dari Lapas Buriram ), hal ini terjadi sebelum ditetapkannya kebijakan pengeluaran narapidana; 2.
Italia ( Penyanderaan petugas, 7 orang meninggal dunia; 3. Kolombia ( 23 orang narapidana meninggal dunia akibat kerusuhan di penjara terbesar di kota Bogota ).8
Program asimilasi Covid – 19 yang tengah dan telah dilakukan di semua UPT Pemasyarakatan di Indonesia tentu saja telah membuahkan hasil yakni telah mengurangi jumlah WBP yang berada di UPT Pemasyarakatan di seluruh Indonesia. Melalui program asimilasi Covid – 19 sepanjang tahun 2020 dan 2021, seluruh UPT Pemasyarakatan ( Lapas, Rutan, dan LPKA ) di Indonesia telah mengeluarkan lebih dari 21.000 orang narapidana dan anak yang menjalani asimilasi di rumah.9 Demikian pula halnya Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIB Lubuk
8Marthaningtiyas, “Implementasi Kebijakan Asimilasi Narapidana Di Tengah Pandemi Covid -19”.59.
9 Rusdan, “2 Tahun Pelaksanaan Program Asimilasi di Rumah, Sebuah Evaluasi & Tantangan Perbaikan Kebijakan”, DitjenPas, 3 Desember 2021,
http://webcache.googleusercontent.com/search?q=cache:E_clA9g2QiQJ:www.ditjenpas.go.i d/2-tahun-pelaksanaan-program-di-asimilasi-rumah-sebuah-evaluasi-tantangan-perbaikan- kebijakan&cd=5&hl=id&ct=clnk&gl=id&client=firefox-b-d
8
Pakam melalui program asimilasi Covid – 19 sepanjang tahun 2020 telah mengeluarkan 555 orang narapidana dan sepanjang tahun 2021 telah mengeluarkan 303 orang narapidana.
Perihal program asimilasi, praktisi, akademisi, maupun petugas pemasyarakatan sendiri memang telah banyak berpendapat terhadap program asimilasi yang telah dan tengah dilakukan Kementerian Hukum dan HAM dalam rangka mengurangi kontak secara fisik dan sosial.
Namun tidak banyak yang melihat efektifkah program asimilasi Covid – 19 dalam rangka pencegahan dan penyebaran Covid – 19 di ruang lingkup UPT Pemasyarakatan.
Berdasarakan uraian diatas maka penulis ingin mengkaji lebih lanjut mengenai “Pengaruh Program Asimilasi Covid – 19 Terhadap Overkapasitas Jumlah Warga Binaan Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIB Lubuk Pakam Periode 2020-2021”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka penulis menetapkan beberapa rumusan masalah sebagai berikut :
a. Bagaimanakah pelaksanaan program asimilasi Covid – 19 dalam rangka pencegahan, penanggulangan dan penyebaran Covid – 19 di Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIB Lubuk Pakam ?
9
b. Adakah pengaruh yang signifikan/berarti terhadap pelaksaanan program asimilasi Covid – 19 di Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIB Lubuk Pakam ?
c. Apakah kendala yang ditemukan selama Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIB Lubuk Pakam melaksanakan Asimilasi Covid – 19/Asimilasi di Rumah dan Bagaimana cara Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIB Lubuk Pakam mengatasi masalah tersebut ?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas, terdapat beberapa tujuan yang diharapkan dalam penelitian ini. Adapun tujuan yang dimaksud sebagai berikut :
a. Menganalisis pelaksanaan program asimilasi Covid – 19 dalam rangka pencegahan, penanggulangan dan penyebaran Covid – 19 di Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIB Lubuk Pakam.
b. Menganalisis ada tidaknya pengaruh program asimilasi Covid – 19 terhadap jumlah WBP yang mengalami overkapasitas dalam rangka pencegahan, penanggulangan dan penyebaran Covid - 19 maupun pengaruh lainnya di Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIB Lubuk Pakam.
c. Mengetahui kendala apa saja yang memperlambat kinerja Lapas Kelas II B Lubuk Pakam dalam melaksanakan Program
10
Asimilasi Covid – 19.serta mengetahui solusi/strategi yang digunakan Lapas Kelas IIB Lubuk Pakam dalam menyelesaikan masalah yang timbul dalam pelaksanaan Asimilasi Covid – 19/Asimilasi di Rumah.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian yang dilakukan oleh penulis memiliki beberapa manfaat bagi diri penulis sendiri berguna sebagai wadah penulis dalam rangka mengembangkan kerangka berpikir, argumentasi dan kemampuan menulis suatu karya ilmiah yang sistematis ( sesuai dengan kaidah penulisan suatu karya ilmiah ), bagi peneliti selanjutnya dapat mengembangkan dan menyempurnakan kerangka berpikir yang saat ini digunakan oleh penulis agar menghasilkan karya ilmiah yang baik terlebih terkait program asimilasi Covid – 19 di Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIB Lubuk Pakam maupun UPT Pemasyarakatan lain. Bagi masyarakat ( khalayak ramai ) dapat mengetahui esensi dari diberlakukannya program asimilasi Covid – 19 dan kegunaan dalam rangka mencegah penyebaran Covid – 19 di Lembaga Pemasyarakatan Kelas II B Lubuk Pakam terlebih kepada Pemerintah sebagai referensi ( masukan ) dalam hal ini Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia yang tengah menyelenggarakan kebijakan program asimilasi Covid – 19.
11 BAB II
TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Corona Virus Disease ( Covid – 19 )
Covid – 19 adalah penyakit yang disebabkan oleh virus Severe Acute Respiratory Syndrome Coronavirus 2 ( SARS-CoV-2). SARS- CoV-2 merupakan corona virus jenis baru yang belum pernah diidentifikasi yang dapat menimbulkan gejala berat seperti Middle East Respiratory Syndrome ( MERS ) dan Severe Acute Respiratory Syndrome ( SARS ). Sebagai media penularan, SARS ditransmisikan dari kucing luwak ke manusia dan MERS dari unta ke manuasia.
Berbada halnya dengan Covid – 19 yang masih belum diketahui media penularannya. Adapun masa inkubasi Covid Covid – 19 rata – rata 5-6 hari, dengan range antara 1-14 hari namun dapat mencapai 14 hari.10
Dalam penularan selama masa inkubasi, terdapat beberapa gejala yang timbul akibat Covid – 19. Adapun gejala yang ditimbulkan terhadap pengidap Covid – 19 yakni : demam ≥38 oC ( selama kurun waktu lebih dari 3 ), batuk kering dalam kurun waktu yang lama dan mengalami sesak napas.11
10 Kementerian Kesehatan, Jendela Data dan Informasi Kesehatan, Jakarta : 2020, hal.6
11 Kementerian Kesehatan, “Apa saja gejala COVID-19?”
https://infeksiemerging.kemkes.go.id/uncategorized/apa-saja-gejala-covid-19”( diakses pada 02 Desember 2022, pukul 23.00 ).
12
B. Warga Binaan Pemasyarakatan
Secara teori Warga Binaan Pemasyarakatan ( WBP ) telah dijelaskan dalam Pasal 1 ayat 5 UU No.12 Tahun 1995 maupun Pasal 1 ayat 3 UU No. 22 Tahun 2022 tentang Pemasyarakatan menjelaskan bahwa WBP adalah Narapidana, Anak Didik Pemasyarakatan, dan Klien Pemasyarakatan.12 Istilah Warga Binaan Pemasyarakatan ( WBP ) pertama kali muncul setelah adanya pembaharuan penamaan dan sistem pemidanaan dari pidana penjara menjadi pemasyarakatan.
Menurut Sahardjo (IPKEMINDO, 2020) mengatakan bahwa pemidanaan tidak lagi bertitik tolak pada upaya balas dendam, Sahardjo meyakini bahwa kesadaran manusia akan kemanusiaan tidak akan lahir dari proses penyiksaan.13
WBP juga merupakan sebuah istilah yang digunakan bagi setiap individu yang telah berada di sebuah UPT ( Unit Pelaksana Teknis ) Pemasyarakatan baik dikarenakan sebuah kasus yang disangkakan maupun telah ditetapkan putusannya ( dinyatakan bersalah ) oleh Pengadilan.
12 Republik Indonesia, “Undang – Undang No. 22 Tahun 2022 Tentang Pemasyarakatan”
Bab I Pasal I
13 IPKEMINDO, Kapita Selekta Pemasyarakatan, Kalimantan Barat : 2020, hal.2
13
C. Hak – Hak Warga Binaan Pemasyarakatan
Hak WBP secara teori telah tertulis dalam Undang-Undang No. 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan; Peraturan Pemerintah No. 31 Tahun 1999 tentang Pembinaan dan Pembimbingan Warga Binaan Pemasyarakatan; Peraturan Menteri Hukum dan HAM RI No. 6 Tahun 2013 tentang Tata Tertib Lembaga Pemasyarakatan dan Rumah Tahanan Negara; Peraturan Pemerintah No. 99 Tahun 2012 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1999 tentang Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Hak Warga Binaan Pemasyarakatan.14
Dari berbagai regulasi yang telah disiapkan tentu saja terdapat beberapa hal penting yang dikategorikan dalam hak warga binaan dan telah sesuai terhadap UU No. 39 Tahun 1999 tentang HAM. Adapun hal – hal penting yang dimaksud dalam hal hak – hak warga binaan pemasyarakatan dimana sebelumnya telah memenuhi hak asasi manusia yakni :
14 PPID Direktorat Jenderal Pemasyarakatan, “Hak dan Kewajiban Narapidana” ( https://ppid.ditjenpas.go.id/hak-dan-kewajiban-narapidana/ diakses pada 20 November 2022. 22:18 )
14
No. Jenis Hak
Ketersediaan Undang –
Undang No.39/1999
Permenkumham 32/1999
Undang – Undang No.22/ 2022 1. Beragama Pasal 4 Pasal 2 ayat (1) Pasal 12 huruf
a 2. Memperoleh
Pendidikan
Pasal 12 Pasal 9 Pasal 9
huruf c 3. Pelayanan
Kesehatan
Pasal 41 ayat (2)
Pasal 14 Pasal 7
huruf d
4. Upah atas
Pekerjaan
Pasal 38 Pasal 29 Pasal 9
huruf j 5. Memperoleh
Keadilan
Pasal 17 Pasal 69 Pasal 3
Huruf b 6. Menyampaikan
Keluhan
Pasal 23 Pasal 26 Pasal 7 huruf g
7. Mendapatkan Bahan Bacaan
Pasal 60 Ayat 2
Pasal 27 Pasal 7 huruf h
8. Asimilasi Pasal 70 Pasal 36 Pasal 10
huruf b
9.. Integrasi Pasal 70 Pasal 43 dan
Pasal 49
Pasal 13 huruf c - e Tabel 2.1
Kehadiran Muatan Hak Asasi Manusia dalam Undang – Undang No 22 Tahun 2022
15
D. Lembaga Pemasyarakatan
Lembaga pemasyarakatan adalah sebuah unit pelaksana teknis ( UPT ) yang bernaung di bawah Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia yang berfokus tehadap upaya negara dalam hal menghentikan sementara setiap kejahatan yang mungkin akan dilakukannya ( fungsi pidana ) ataupun sebagai upaya memasyarakatkan kembali setiap individu yang telah melanggar ketertiban/berhadapan dengan hukum.
Menurut Mulyono Arief dalam Jurnal Ilmiah Sosial Politeknik Ilmu Pemasyarakatan ( Edika Jeremia Tarigan, 2019 ) menerangkan bahwa Pemasyarakatan adalah lembaga pelaksana pidana penjara di Indonesia dilaksanakan menggunakan sistem pembinaan narapidana dalam Lembaga Pemasyarakatan.15 Senada dengan hal tersebut menurut I Wayan Mahatya Pratama ( Jurnal Referensi Hukum, 2021) Lembaga Pemasyarakatan adalah tempat untuk membina warga binaan pemasyarakatan yang mempunyai banyak program pembinaan yang sangat bermanfaat untuk warga binaan pemasyarakata ketika nanti mereka sudah selesai menjalani masa pidana/hukumannya.16
15 Edika Jeremia Tarigan, “Pelaksanaan Pelayanan Kesehatan terhadap Warga Binaan Pemasyarakatan di dalam Rumah Tahanan Negara Kelas IIB Ponorogo”, Vol.1 No.2, Desember 2019, hal.95.
16 I Wayan Kevin Mahatya Pratama, dkk. “Fungsi Lembaga Pemasyarakatan dalam Melaksanakan Pembinaan Terhadap Warga Binaan Pemasyarakatan (WBP) (Di Lembaga Pemasyarakatan Perempuan Kelas IIA Denpasar)”, Vol.2 No.1, Maret 2021, hal.167.
16
Ide reformasi dan penggunaan penggantian nama penjara menjadi lembaga pemasyarakatan telah menghasilkan prinsip – prinsip yang ingin dicapai melalui lembaga Pemasyarakatan. Adapun prinsip yang dimaksud yakni : a. Orang yang tersesat diayomai dengan memberikan bekal hidup; b. Menjatuhi pidana bukan tindakan balas dendam dari negara; c. Selama kehilangan kemerdekaan bergerak, narapidana harus dikenalkan dengan masyarakat; d. Negara tidak berhak membuat seseorang lebih buruk; e. Tiap Narapidana adalah manusia dan harus dipelakukan sebagai manusia, meskipun tersesat.17
E. Bapas ( Balai Pemasyarakatan )
Balai Pemasyarakatan atau biasa dikenal dengan Bapas adalah sebuah instansi dibawah nangungan Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia khususnya Direktorat Jenderal Pemasyarakatan yang bekerja dan bertanggung jawab dibawah naungan masing – masing Kantor Wilayah. Menurut Undang – Undang No.22 Tahun 2022 tentang Pemasyarakatan Pasal 1 ayat 20 menjelaskan bahwa Bapas adalah lembaga atau tempat yang menjalankan fungsi pembimbingan kemasyarakatan terhadap klien.18 Adapun landasan hukum berdirinya
17 Chrisentius Evan, “Privatisasi Penjara ( Upaya Mengatasi Krisis Lembaga Pemasyarakatan )”. ( Yogyakarta : Suluh Media, 2019), hal.53
18 Republik Indonesia, “Undang – Undang No. 22 Tahun 2022 Tentang Pemasyarakatan” Bab I Pasal I
17
Bapas didasarkan pada Undang Undang-undang Nomor 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1995 ) Keputusan Menteri No. M.01.PR.07.03 Tahun 1997 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Balai Pemasyarakatan. Terdapat 4 ( empat ) domain utama layanan yang diberikan oleh Bapas kepada Klien Pemasyarakatan. Adapun domain yang dimaksud yaitu :
1. Penelitian Kemasyarakatan : Kegiatan pengumpulan, pengolahan, analisis, dan penyajian data yang dilakukan secara sistematis dan objektif dalam rangka penilaian untuk kepentingan Pelayanan Tahanan, Pembinaan Narapidana, dan Pembimbingan Klien ( Permenkumham No. 35 Tahun 2018 ).
2. Pembimbingan : Pemberian tuntutan untuk meningkatkan kualitas, ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, intelektual, sikap dan perilaku, profesional, kesehatan jasmani dan rohani Klien Pemasyarakatan. ( PP Nomor 31 tahun 1999 ).
3. Pendampingan: Perbuatan mendampingi klien dalam menghadapi permasalahan yang klien hadapi. Klien yang dimaksud di sini termasuk di dalamnya adalah klien pemasyarakatan serta anak berkonflik dengan hukum ( Dasar- dasar Pembimbingan: Modul PK tahun 2012 ).
4. Pengawasan: Pengawasan adalah langkah atau kegiatan yang berfungsi untuk mencegah terjadinya penyimpangan pelaksanaan Asimilasi, Pembebasan Bersyarat, Cuti Menjelang
18
Bebas, dan Cuti Bersyarat termasuk di dalamnya kegiatan evaluasi dan pelaporan. (Pasal 1 ayat 5 Permen Hukum dan HAM No. M.2.PK.04-10 TAHUN 2007 tentang syarat dan tata cara pelaksanaan asimilasi, PB, CMB dan CB).19
F. Pembimbing Kemasyarakatan ( PK )
Pembimbing Kemasyarakatan atau biasa disebut PK adalah sebuah profesi/jabatan fungsional di lingkungan Kementerian Hukum dan HAM Republik Indonesia di bawah naungan Direktorat Jenderal Pemasyarakatan. Menurut Pasal 1 ayat 6 Undang – Undang No.11 Tahun 2012, Pembimbing Kemasyarakatan adalah PNS yang mempunyai ruang lingkup, tugas dan tanggung jawab, wewenang dan hak untuk melakukan kegiatan di bidang bimbingan kemasyarakatan.20 Adapun tugas dan fungsi dari Pembimbing Kemasyarakatan :
a. Melakukan penelitian kemasyarakatan ( Litmas ) terhadap setiap Warga Binaan Pemasyarakatan yang diajukan oleh Lapas baik dari segi asimilasi, integrasi, penanganan tindak
19 Wahyu Saefudin, “APA ITU BALAI PEMASYARAKATAN?”, Pemasyarakatan, 2019, https://www.pemasyarakatan.com/apa-itu-balai-
pemasyarakatan/#:~:text=Adapun%20landasan%20hukum%20yang%20menjadi,dan%20T ata%20Kerja%20Balai%20Pemasyarakatan.
20 Republik Indonesia, “Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Dan Reformasi Birokrasi Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2016 Tentang Jabatan Fungsional Pembimbing Kemasyarakatan”, Bab 1 Pasal 1.
19
pidana, diversi, saksi dan korban, perawatan anak, perawatan tahanan, pemindahan narapidana/ anak, fasilitator dalam kegiatan diversi, dan pendampingan anak,
b. Mengeluarkan hasil penelitian masyarakat yang memuat informasi WBP, keadaan ekonomi, hingga tingkar risiko pengulangan kejahatan ( residivis ).
c. Menyusun program bimbingan yang sesuai dengan tingkat risiko yang dimiliki oleh WBP.
d. Melakukan penyusunan laporan hasil pengawasan putusan hakim, pelaksanaan program perawatan tahanan di tempat pihak penahan hingga program pembinaan,
e. Melaksanakan kunjungan dan konseling secara berkala ke rumah tempat WBP melakukan Asimilasi/Integrasi.
f. Menjalin Kerjasama dengan pihak terkait guna pengembangan kepribadian WBP dan aktualisasi dirinya.
G. Penelitian Kemasyarakatan ( Litmas )
Penelitian kemasyarakatan atau biasa disebut Litmas adalah sebuah kegiatan yang dilakukan oleh Pembimbing Kemasyarakatan terhadap Klien Pemasyarakatan terkait pengawasan, pendampingan, mediator ataupun hal lain yang dibutuhkan oleh Klien Pemasyarakatan guna mendapatkan haknya sebagaimana diatur dalam peraturan perundang – undangan.
20
Berdasarkan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 31 Tahun 1999 Tentang Pembinaan dan Pembimbingan Warga Binaan Pemasyarakatan, dijelaskan bahwa Penelitian Kemasyarakatan adalah kegiatan penelitian untuk mengetahui latar belakang kehidupan warga binaan pemasyarakatan yang dilaksanakan oleh Bapas. Sedangkan di dalam Permenkumham Nomor 35 Tahun 2018 Tentang Revitalisasi Penyelenggaraan Pemasyarakatan, disebutkan bahwa Penelitian kemasyarakatan adalah kegiatan pengumpulan, pengolahan, analisis, dan penyajian data yang dilakukan secara sitematis dan objektif dalam rangka penilaian untuk kepentingan pelayanan tahanan, pembinaan narapidana dan pembimbingan klien. 21
H. Klien Pemasyarakatan
Klien Pemasyarakatan, istilah yang sering digunakan di ruang lingkup pemasyarakatan khususnya balai pemasyarakatan. Menurut Undang – Undang No. 12 Tahun 1995 Pasal 1 ayat 9 tentang Pemasyarakatan dijelskan bahwa Klien Pemasyarakatan adalah seseorang yang berada dalam bimbingan Bapas. Hal sama juga dijelaskan dalam Pasal 1 ayat 8 Undang – Undang No.22 Tahun 2022
21 Sobirin JFT A, “Litmas Pembebasan Bersyarat, Terhadap Kelayakan Penjamin, Kesiapan Masyarakat dan Pemerintah Setempat”, Litmas, 2022,
ttps://www.kompasiana.com/bapas83438/63286db6165bcf516464bf92/litmas-pembebasan- bersyarat-terhadap-kelayakan-penjamin-kesiapan-masyarakat-dan-pemerintah-setempat
21
tentang Pemasyarakatan. Dituliskan disana bahwa klien pemasyarakatan adalah seseorang yang berada dalam pembimbingan kemasyarakatan, baik dewasa maupun anak.
Sebagaimana halnya Narapidana di dalam Lapas Klien Pemasyarakatan juga memiliki hak dan kewajiban. Adapun hak klien pemasyarakatan sendiri tertulis dalam Pasal 15 Undang – Undang No.
22 Tahun 2022. Dalam Pasal tersebut dijelaskan bahwa klien pemasyarakatan berhak : a. mendapatkan pendampingan pada tahanan praadjudikasi, adjudikasi, pascaadjudikasi, dan bimbingan lanjutan; b.
mendapatkan program pembimbingan pada tahappraadjudikasi, adjudikasi, pascaadjudikasi, dan bimbingan lanjutan; c. mendapatkan izin keluar negeri untuk alasan penting bagi Klien yang menjalani pembebasan bersyarat; d. mendapatkan informasi tentang peraturan Pembimbingan Kemasyarakatan; dan menyampaikan pengaduan dan/atau keluhan.
Demikian pula halnya dengan kewajiban yang dimiliki oleh klien pemasyarakatan. Klien pemasyarakatan memiliki kewajiban tertulis dalam Pasal 16, Undang – Undang No. 22 Tahun 2022. Adapun klien pemasyarakatan berkewajiban :
a. Mematuhi persyaratan Pembimbingan Kemasyarakatan;
b. Mengikuti secara tertib program Pembimbingan Kemasyarakatan;
c. Memelihara perikehidupan yang bersih, aman, tertib, dan damai;
22
d. Menghormati hak asasi setiap orang di lingkungannya.
I. Pengertian Asimilasi, Prasyarat dan Syaratnya ( Sebelum Covid ) Asimilasi sebelum terjadinya Covid – 19 sangat berbeda dengan Asimilasi saat Covid – 19 terjadi. Asimilasi sebelum terjadinya Covid – 19 didasari oleh Permenkumham No.3 Tahun 2018 tentang Syarat Dan Tata Cara Pemberian Remisi, Asimilasi, Cuti Mengunjungi Keluarga, Pembebasan Bersyarat, Cuti Menjelang Bebas, Dan Cuti Bersyarat.
Pada asimilasi sebelum Covid – 19 terjadi, dapat menjangkau narapidana dengan berbagai kasus umum hingga kasus tertentu seperti korupsi, narkotika, presekusor narkotika, psikotropika, kejahatan terhadap keamanan negara, pelanggaran HAM berat, kejahatan transnasional teroganisir hingga terorisme. Adapun tujuan dari Asimilasi sebelum Covid – 19 adalah memberikan motivasi dan kesempatan kepada narapidana dan anak didik untuk mendapatkan kesejahteraan sosial, pendidikan, keterampilan guna mempersiapkan diri di tengah masyarakat serta mendorong peran serta masyarakat untuk secara aktif ikut serta mendukung penyelenggaraan sistem pemasyarakatan.
Adapun prasyarat harus dipenuhi oleh warga binaan dalam pengajuan asimilasi yakni :
a. berkelakuan baik dibuktikan dengan tidak sedang menjalani hukuman disiplin dalam kurun waktu 6 (enam) bulan terakhir;
b. aktif mengikuti program pembinaan dengan baik;
23
c. Telah menjalani 1/2 (satu per dua) masa pidana.
Bagi Narapidana yang dipidana karena melakukan tindak pidana terorisme, narkotika dan prekursor narkotika, psikotropika, korupsi, kejahatan terhadap keamanan negara dan kejahatan hak asasi manusia yang berat, serta kejahatan transnasional terorganisasi lainnya, Asimilasi dapat diberikan setelah memenuhi prasyarat :
a. berkelakuan baik dibuktikan dengan tidak sedang menjalani hukuman disiplin dalam kurun waktu 9 (sembilan) bulan terakhir;
b. aktif mengikuti program pembinaan dengan baik;
c. telah menjalani 2/3 (dua per tiga) masa pidana dengan paling singkat 9 (sembilan) bulan
Selain harus memenuhi prasyarat diatas, bagi Narapidana yang dipidana karena melakukan tindak pidana terorisme juga harus memenuhi prasyarat :
a. telah mengikuti Program Deradikalisasi yang diselenggarakan oleh Lapas dan/atau Badan Nasional Penanggulangan Terorisme; dan
b. menyatakan ikrar :
▪ kesetiaan kepada Negara Kesatuan Republik, Indonesia secara tertulis bagi Narapidana warga negara Indonesia;
24
▪ tidak akan mengulangi perbuatan tindak pidana terorisme secara tertulis bagi Narapidana warga negara asing
Selain harus memenuhi prasyarat diatas, bagi Narapidana yang dipidana karena melakukan tindak pidana korupsi juga harus memenuhi syarat telah membayar lunas denda dan/atau uang pengganti sesuai dengan putusan pengadilan.
Adapun syarat administrasi yang harus dipenuhi bagi setiap narapidana yang akan mengajukan asimilasi yakni :
a. fotokopi kutipan putusan hakim dan berita acara pelaksanaan putusan pengadilan;
b. bukti telah membayar lunas denda dan uang pengganti sesuai dengan putusan pengadilan;
c. laporan perkembangan pembinaan yang ditandatangani oleh Kepala Lapas;
d. laporan penelitian kemasyarakatan yang dibuat oleh Pembimbing Kemasyarakatan yang diketahui oleh Kepala Bapas;
e. salinan register F dari Kepala Lapas;
f. salinan daftar perubahan dari Kepala Lapas;
g. surat pernyataan dari Narapidana tidak akan melarikan diri dan tidak melakukan perbuatan melanggar hukum;
25
h. surat jaminan kesanggupan dari pihak Keluarga, atau wali, atau lembaga sosial, atau instansi pemerintah, atau instansi swasta, atau Yayasan yang diketahui oleh lurah atau kepala desa atau nama lain yang menyatakan :
a. Narapidana tidak akan melarikan diri dan tidak melakukan perbuatan melanggar hukum; dan
b. membantu dalam membimbing dan mengawasi Narapidana selama mengikuti program Asimilasi.
Bagi Narapidana yang melakukan tindak pidana terorisme selain harus melengkapi dokumen sebagaimana dimaksud diatas, juga harus melengkapi surat keterangan telah mengikuti Program Deradikalisasi dari Kepala Lapas dan/atau Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme. Bagi Narapidana yang melakukan tindak pidana korupsi selain harus melengkapi dokumen sebagaimana dimaksud pada ayat (1) juga harus melengkapi surat keterangan telah membayar lunas denda dan/atau uang pengganti sesuai dengan putusan pengadilan. 22
22 Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia, “Permenkumham No.3 Tahun 2018 tentang Syarat Dan Tata Cara Pemberian Remisi, Asimilasi, Cuti Mengunjungi Keluarga, Pembebasan Bersyarat, Cuti Menjelang Bebas, Dan Cuti Bersyarat”, Op.cit., hlm 100
26
J. Pengertian Asimilasi, Prasyarat dan Syarat Saat ( Saat Covid ) Asimilasi saat Covid – 19 sangat berbeda dengan asimilasi sebelum terjadinya Covid – 19. Pada asimilasi sebelum Covid – 19, asimilasi bagi Narapidana/Anak Didik Pemasyarakatan dilaksanakan sesuai dengan Pasal 62 Permenkumham No.3 Tahun 2018 yang menjelaskan bahwa Narapidana/Anak didik pemasyarakatan melakukan asimilasi melalui kegiatan pendidikan; latihan keterampilan; kegiatan kerja sosial dan pembinaan lainnya di lingkungan masyarakat. Berbeda halnya dengan program Asimilasi saat Covid 19 berlangsung ( Permenkumham No. 32 Tahun 2020 tentang Syarat Dan Tata Cara Pemberian Asimilasi, Pembebasan Bersyarat, Cuti Menjelang Bebas, Dan Cuti Bersyarat Bagi Narapidana Dan Anak Dalam Rangka Pencegahan Dan Penanggulangan Penyebaran Covid-19), dimana dalam pelaksanaannya asimilasi Covid – 19 Narapidana/Anak didik pemasyarakatan berada di rumah. Senada dengan hal tersebut menurut Mayling Oey – Gardiner, ( 2021 : 250 ) dalam bukunya yang berjudul Ragam Perspektif Dampak Covid – 19 menjelaskan bahwa Asimilasi Covid – 19 merupakan sebuah cara yang dilakukan oleh Pemerintah dalam hal ini Kementerian Hukum dan HAM Republik Indonesia dalam rangka mencegah atau menekan kemungkina terjadinya Cluster Baru di Lapas/Rutan/LPKA di seluruh Indonesia. Hal ini terbukti dengan hasil kajian yang dilakukan oleh Kemenkumham sendiri terkait pengeluaran Narapidana dengan Asimilasi Covid -19 sepanjang tahun 2020 terdapat 64.000 ( enam
27
puluh empat ribu ) orang dikeluarkan dari dalam ( Lapas/Rutan /LPKA ) seluruh Indonesia dan hanya menyentuh angka 222 orang atau 0,0034% eks Narapidana yang melakukan pengulangan tindak pidana.
Tentu hal ini merupakan kebijkan hukum yang baik dan sangat tepat dilakukan.
Adapun prasyarat asimilasi Covid – 19 ( asimilasi di rumah ) yakni : a. Berkelakuan baik dibuktikan dengan tidak sedang menjalani
hukuman disiplin dalam kurun waktu 6 (enam) bulan terakhir b. Aktif mengikuti program pembinaan dengan baik;
c. Telah menjalani ½ (satu per dua) masa pidana.
Dalam hal prasyarat diatas, tidak dapat dipenuhi karena sisa masa pidananya kurang dari 6 (enam) bulan, maka asimilasi dapat diberikan bagi Narapidana yang telah menjalani ½ (satu per dua) masa pidana dan berkelakuan baik. Syarat pemberian Asimilasi sebagaimana dimaksud dalam hal diatas dibuktikan dengan melampirkan dokumen :
a. petikan putusan pengadilan dan berita acara pelaksanaan putusan pengadilan;
b. bukti telah membayar lunas denda dan uang pengganti sesuai dengan putusan pengadilan atau melaksanakan subsider pengganti denda dijalankan di rumah dalam pengawasan oleh Bapas dengan melampirkan surat pernyataan tidak mampu membayar denda kepada Kejaksaan;
28
c. laporan perkembangan pembinaan yang ditandatangani oleh Kepala Lapas/LPKA;
d. salinan register F dari Kepala Lapas/LPKA;
e. salinan daftar perubahan dari Kepala Lapas/LPKA;
f. surat pernyataan dari Narapidana/Anak tidak melakukan perbuatan melanggar hukum dan sanggup tinggal dirumah serta menjalankan protocol kesehatan pencegahan dan penanggulangan penyebaran Covid-19;
g. surat keterangan dari instansi penegak hukum yang menyatakan tidak terlibat perkara lain dan/atau tidak terdapat penundaan proses perkara lain;
h. laporan Penelitian kemasyarakatan dibuat oleh Pembimbing Kemasyarakatan yang diketahui dan ditandatangani oleh Kepala Bapas; dan
i. surat jaminan kesanggupan dari pihak keluarga/wali, lembaga sosial, instansi pemerintah, instansi swasta, yayasan, atau Pembimbing Kemasyarakatan yang menyatakan bahwa :
1. Narapidana/Anak tidak melakukan perbuatan melanggar hukum; dan
2. Membantu dalam membimbing dan mengawasi Narapidana/
Anak selama mengikuti program Asimilasi.
Dalam hal surat permohonan tidak terlibat perkara lain dan/atau tidak terdapat penundaan proses perkara lain sebagaimana dimaksud pada
29
ayat (1) huruf g tidak mendapatkan balasan dari pihak instansi penegak hukum paling lama 12 hari kerja terhitung sejak tanggal permohonan dikirim, asimilasi tetap diberikan. Laporan Penelitian Kemasyarakatan sebagaimana dimaksud pada huruf h memuat hasil asesmen resiko pengulangan tindak pidana. Dalam hal hasil asesmen menunjukkan resiko tinggi, Narapidana/Anak tidak dapat diusulkan dalam pemberian Asimilasi.23
23 Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia, “Permenkumham No. 32 Tahun 2020” tentang Syarat dan Tata Cara Pemberian Asimilasi, Pembebasan Bersyarat, Cuti Menjelang Bebas, dan Cuti Bersyarat Bagi Narapidana dan Anak Dalam Rangka Pencegahan Dan Penaggulangan Covid – 19”, Pasal 4
29 BAB III
METODE PENELITIAN A. Lokasi Penelitian
Alamat Penelitian : Jalan Sudirman No.27 Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIB Lubuk Pakam, Kecamatan Lubuk Pakam Pekan, Kabupaten Deli Serdang Sumatera Utara.
B. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan pada penelitian ini menggunakan penelitian normatif – empiris. Penelitian normatif – empiris, diterjemahkan dengan penelitian hukum yang dilengkapi dengan data empiris. Penelitian ini berdasar pada data sekunder ( dari perpustakaan ) dan didukung oleh data primer berdasarkan penelitian lapangan seperti observasi, wawancara dan survei.
Gambar 3.1
Dokumentasi Pribadi Tanggal 16 November 2022 Pada Pukul 11 : 10
30
Pada dasarnya, dalam penelitian hukum berada pada ruang lingkup jenis penelitian normative-empiris ini terutama yang dilakukan oleh institusi penegakan hukum dalam mengkaji dan mengevaluasi efektivitas sebuah norma dalam proses berlakunya dan bekerja norma tersebut di masyarakat. Dianatara dua arus besar pemikiran dalam metode penelitian hukum, yaitu antara penelitian normatif dan penelitian empiris, maka penelitian hukum normatif-empiris ini dipandang sebagai jalan tengah, yaitu penelitian hukum yang masih bersifat normative dengan pengaruh kuat dari sociological jurisprudence.24 Dengan kata lain penelitian yang dilakukan adalah melihat keadaan sebenarnya yang terjadi dimasyarakat dengan maksud untuk mengetahui dan menemukan fakta dan data yang dibutuhkan, setelah data yang dibutuhkan terkumpul, kemudian penulis mengidentifikasi masalah yang pada akhirnya menuju pada penyelesaian masalah.
Dalam penelitian ini penulis melakukan penelitian terhadap sistematika peraturan/hukum, kebijakan hukum dan sinkronisasi atas dokumen yang diteliti terhadap peraturan perundang - undangan yang berlaku.
24 Irwansyah, Ahsan Yunus, Penelitian Hukum ( Pilihan Metode dan Praktik Penulisan Artikel ) Edisi Revisi, ( Makassar : Mirra Buana Media, 2021), hal.42.
31
C. Sumber Data
Sumber data adalah tempat dimana suatu data atau tempat data yang dibutuhkan dalam penelitian ditemukan atau digali sesuai dengan jenis data yang akan dipergunakan, adapun yang menjadi sumber data dalam penelitian ini yaitu :
1. Bahan Hukum Primer
Bahan hukum primer adalah bahan bahan hukum yang mengikat.
Dalam hal ini penulis menggunakan bahan hukum primer, yaitu : a. Undang – Undang No. 39 Tahun 1999 Tentang HAM
b. Peraturan Pemerintah No. 32 Tahun 1999 Tentang Syarat Dan Tata Cara Pelaksanaan Hak Warga Binaan Pemasyarakatan c. Permenkumham No.3 Tahun 2018 Tentang Syarat Dan Tata
Cara Pemberian Remisi, Asimilasi, Cuti Mengunjungi Keluarga, Pembebasan Bersyarat, Cuti Menjelang Bebas, Dan Cuti Bersyarat.
d. Permenkumham No.10 Tahun 2020 Tentang Syarat Pemberian Asimilasi dan Hak Integrasi Bagi Narapidana dan Anak dalam Rangka Pencegahan dan Penanggulangan Covid – 19.
e. Permenkumham No.32 Tahun 2020 Tentang Syarat Dan Tata Cara Pemberian Asimilasi, Pembebasan Bersyarat, Cuti Menjelang Bebas, Dan Cuti Bersyarat Bagi Narapidana Dan Anak Dalam Rangka Pencegahan Dan Penanggulangan Penyebaran Covid-19
32
f. Permenkumham No. 24 Tahun 2021 Tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Hukum Dan Hak Asasi Manusia Nomor 32 Tahun 2020 Tentang Syarat Dan Tata Cara Pemberian Asimilasi, Pembebasan Bersyarat, Cuti Menjelang Bebas, Dan Cuti Bersyarat Bagi Narapidana Dan Anak Dalam Rangka Pencegahan Dan Penanggulangan Penyebaran Covid-19
g. Undang – Undang No. 22 Tahun 2022 Tentang Pemasyarakatan.
2. Bahan Hukum Sekunder
Bahan hukum sekunder adalah bahan yang memberikan penjelasan terkait bahan hukum primer :
a. Sumber Data Primer
Sumber data primer yaitu data kumulatif yang diperoleh secara langsung dari Sistem Data Base Pemasyarakatan ( SDP ) pada bagian Registrasi dan Bimkemas di Lembaga Pemasyarakatan Kelas II B Lubuk Pakam terkait implementasi asimilasi di rumah ( asimilasi Covid – 19 ).
b. Sumber Data Sekunder
Sumber data sekunder yaitu data yang telah ada sebelumnya atau merupakan data jadi atau data kepustakaan. Data sekunder disadur buku – buku yang berkenaan dengan data sekunder, data dari penelitian ( jurnal, penelitian ilmiah terdahulu ), wawancara,
33
Undang - Undang Pemasyarakatan maupun peraturan perundangan – undangan yang lain.
c. Sumber Tersier
Sumber hukum tersier yaitu bahan yang memberi petunjuk maupun penjelasan terhadap bahan hukum primer dan bahan hukum tersier, misalnya bahan dari buku, internet, kamus bahasa Indonesia, ensiklopedia, jurnal, koran dan majalah. Dalam hal ini penulis menggunakan bahan dan media internet, kamus, buku, dan artikel.
D. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dilakukan dengan prosedur studi kepustakaan dan studi lapangan sebagai berikut :
1. Data Lapangan
Data lapangan merupakan salah satu metode pengumpulan data dalam penelitian kualitatif yang tidak memerlukan pengetahuan mendalam akan literatur yang digunakan dan kemampuan tertentu dari pihak peneliti. Peneliti lapangan biasa dilakukan untuk memutuskan ke arah mana penelitiannya berdasarkan konteks.
2. Studi Literatur
Studi dokumentasi yaitu melakukan pengumpulan data dengan cara membaca dan mempelajari dokumen, buku - buku, literatur yang berhubungan dengan masalah yang diteliti.
34
3. Wawancara
Wawancara adalah teknik pengumpulan data dengan cara menanyakan langsung kepada responden. Wawancara dengan responden dilakukan dalam bentuk diskusi dan percakapan dua arah atas inisiatif penulis dengan menyusun daftar pertanyaan sebelumnya untuk memudahkan dalam memperoleh informasi dari responden.
E. Teknik Analisis Data
1. Teknik analisis data yang digunakan adalah metode deskriptif yaitu metode yang mengumpulkan, menyusun, menganalisis data untuk pemecahan masalah yang dihadapi. Penelitian deskriptif kualitatif merupakan penelitian yang termasuk dalam jenis penelitian kualitatif.
Tujuan dari penelitian ini adalah mengungkap fakta, keadaan, fenomena, variabel dan keadaan yang terjadi saat penelitian berjalan dan menyajikannya tanpa ada perubahan ( apa adanya ).
2. Penelitian deskriptif kualitatif menafsirkan dan menuturkan data yang bersangkutan dengan situasi yang sedang terjadi, sikap serta pandangan yang terjadi didalam masyarakat, pertentangan 2 keadaan/
lebih, hubungan antar variabel, perbedaan antar fakta, pengaruh terhadap suatu kondisi, dan lain – lain. Masalah yang diteliti dan diselidiki oleh penelitian deskriptif kualitatif mengacu pada studi kuantitatif, studi komparatif, serta dapat juga menjadi sebuah studi korelasional 1 unsur bersama unsur lainnya. Biasanya kegiatan
35
penelitian ini meliputi pengumpulan data, menganalisis data, menginterprestasi data, dan diakhiri dengan sebuah kesimpulan yang mengacu pada penganalisisan data tersebut.
3. Teknik analisis data kualitatif dalam penelitian ini menggunakan strategi proporsi teoritis yang akan menuntun studi kasus. Melalui strategi ini, tujuan dan desain studi kasus didasarkan atas posisi teoritis yang mencerminkan serangkaian pertanyaan penelitian, tinjauan pustaka hingga pemahaman baru.
F. Jadwal dan Waktu Penelitian
Jadwal penelitian yang meliputi persiapan, pelaksanaan, dan pelaporan hasil penelitian dalam bentuk bar chart. Waktu maksimal yang dibutuhkan dalam penelitan ini selama 1 ( satu ) bulan. Adapun waktu pelaksanaan penelitian akan dimulai pada bulan Juni 2023
No. Uraian Kegiatan Juni
1 2 3 4
1. Persiapan Penelitian 2. Pengumpulan Data 3. Pengolahan Data 4. Penyusunan Laporan
Tabel 3.1 Jadwal Proses Penelitian
36 BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Profil Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIB Lubuk Pakam
Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIB Lubuk Pakam merupakan salah satu Unit Pelaksana Teknis ( UPT ) Pemasyarakatan berada di bawah naungan Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia pada Kantor Wilayah Sumatera Utara. Adapun visi Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIB Lubuk Pakam adalah menjadi Lembaga Pemasyarakatan yang akuntabel, transparan, dan profesional dengan didukung petugas pemasyarakatan yang memiliki kompetensi dan dedikasi yang tinggi, mampu mewujudkan tertib pemasyarakatan.
Guna mendorong pencapaian visi diatas tentu saja dibutuhkan misi.
Sebagai misi Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIB Lubuk Pakam adalah : 1.
Mewujudkan tertib pelaksanaan tugas pokok dan fungsi pemasyarakatan secara konsisten dengan mengedapankan penghormatan terhadap Hukum dan Hak Asasi Manusia; 2. Membangun kelembagaan yang profesional dengan berlandaskan pada Akuntabilitas, Transparansi dalam pelaksanaan tugas pokok dan fungsi pemasyarakatan; 3. Mengembangkan sumber daya manusia (SDM) yang berkompetensi pada petugas secara berkesinambungan; 4. Mengedapankan kerjasama dengan mengedepankan stakeholder.
Sesuai dengan Keputusan Menteri Kehakiman RI No.M.01.PR.07.03 tahun 1985 tentang Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Pemasyarakatan,