DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN KELAS IIB PROBOLINGGO
SKRIPSI
Diajukan kepada Universitas Islam Negeri KH. Achmad Siddiq Jember Untuk memenuhi salah satu persyaratan
Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos) Fakultas Dakwah
Program Studi Bimbingan dan Konseling Islam
Oleh : I’is Nur Afifah NIM. D20183062
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI KIAI HAJI ACHMAD SIDDIQ JEMBER
FAKULTAS DAKWAH
DESEMBER 2022
IMPLEMENTASI PROGRAM SARANA ASIMILASI DAN EDUKASI (SAE) UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN WARGA BINAAN DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN KELAS IIB PROBOLINGGO
SKRIPSI
Diajukan kepada Universitas Islam Negeri KH. Achmad Siddiq Jember Untuk memenuhi salah satu persyaratan
Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos) Fakultas Dakwah
Program Studi Bimbingan dan Konseling Islam
Oleh : I’is Nur Afifah
D20183062
Disetujui Pembimbing
MOTTO
َلََو ُةَنَسَْلْا يِوَتْسَت َلََو ٌميَِحَ ٌِّلَِو ُهَّنَأَك ٌةَواَدَع ُهَنْ يَ بَو َكَنْ يَ ب يِذَّلا اَذِإَف ُنَسْحَأ َيِه ِتَِّلِبِ ْعَفْدا ۚ ُةَئِّيَّسلا
“Dan kebaikan tidaklah sama dengan kejahatan. Tolaklah (kejahatan itu) sehingga yang memusuhimu seperti orang yang setia.” (QS. Fussilat [41]: 34)1
ِبَخ ََّللَّا َّنِإ ََّللَّا اوُقَّ تاَو ٍدَغِل ْتَمَّدَق اَم ٌسْفَ ن ْرُظْنَ تْلَو ََّللَّا اوُقَّ تا اوُنَمآ َنيِذَّلا اَهُّ يَأ َيَ
َنوَََُُْْ ت اَِِ ٌير اوُنوُكَت لََو ) ٨١
َفْلا ُمُه َكِئَلوُأ ْمُهَسُفْ نَأ ْمُهاَسْنَأَف ََّللَّا اوُسَن َنيِذَّلاَك َنوُقِسا
٨١ )
“Wahai orang-orang yang beriman! Bertaqwalah kepada Allah dan hendaklah setiap orang memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat), dan bertaqwalah kepada Allah. Sesungguhnya, Allah Mahateliti terhadap apa yang kamu kerjakan. Dan janganlah kamu seperti orang-orang yang lupa kepada Allah, sehingga Allah menjadikan mereka lupa kepada diri mereka sendiri. Mereka itulah orang-orang fasik.” (QS. Al-Hasyr [59]: 18-19).2
1 Departemen Agama RI, Al-Quran dan Terjemahnya, Surat Fussilat Ayat 34.
2 Al-Hufaz, Al-Qur’an,Hafalan Mudah (Terjemahan & Tajwid Warna), (Bandung: 2020).
PERSEMBAHAN
Karya tulis ini saya persembahkan kepada:
1. Allah SWT pencipta semesta alam yang telah memberikan saya hidup, berkah, rezeki dan melimpahkan Rahmatnya sehingga saya bisa menyelesaikan tugas akhir saya dengan baik.
2. Ayahku Wahyudi dan Ibuku tercinta Sumartin yang selalu mendo’akanku, membimbingku, mengajarkanku dalam segala hal kebaikan.
3. Teman-temanku Ikma Qusnul Nazila, Aini Nur Kholida dan Trianti Nur Afifah terimakasih atas canda tawa dan solidaritas yang luar biasa.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT. Karena berkat rahmat dan karunia-Nyalah penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Implementasi Program Sarana Asimilasi dan Edukasi Untuk Meningkatkan Keterampilang Warga Binaan Di Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIB Probolinggo”. Tak lupa penulis mengucapkan sholawat dan salam kepada baginda Nabi Besar Muhammad SAW. Yang senantiasa diharapkan syafaatnya kelak di Yaumul Qiyamah.
Peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini terlepas bantuan dari berbagai pihak yang terkait secara langsung ataupun tidak langsung. Skripsi ini disusun oleh penulis untuk menyelesaikan pendidikan Sarjana di Program Studi Bimbingan dan Konseling Islam di Fakultas Dakwah UIN KHAS Jember. Dengan adanya skripsi ini penulis berharap dapat menambah referensi untuk para pembaca khususnya mahasiswa Bimbingan dan Konseling Islam maupun bagi kalangan umum. Penulis menyadari bahwasanya dalam proses penyusunan skripsi ini melibatkan banyak pihak, oleh sebab itu dalam kesempatan ini penulis mohon izin untuk mengucapkan terima kasih banyak kepada semua pihak terutama kepada :
1. Bapak Prof. Dr. H Babun Suharto, S.E., M.M selaku Rektor UIN KHAS Jember.
2. Bapak Prof. Dr. Ahidul Asror, M.Ag., selaku Dekan Fakultas Dakwah UIN KHAS Jember beserta jajarannya.
3. Bapak Muhammad Ardiansyah, M.Ag. selaku Ketua Prodi Bimbingan dan Konseling Islam.
4. Fuadatul Huroniyah, S. Ag., M.Si. selaku dosen pembimbing skripsi yang senantiasa sabar dalam memberikan masukan serta arahan yang sangat berarti dalam
penyelesaian skripsi ini. Penulis ucapkan terimakasih kepada ibu atas waktunya untuk memberikan bimbingan, saran, dan nasehat kepada penulis.
5. Segenap dosen dan karyawan UIN KHAS Jember, peneliti banyak mengucapkan terimakasih telah ikhlas membagi pengalaman dan ilmu.
6. Rekan-rekanku mahasiswa UIN KHAS Jember terimakasih selalu memberikan dukungan dalam penyusunan skripsi ini.
7. Terimakasih penulis ucapkan kepada pihak yang terkait dalam proses penelitian yaitu Kalapas Probolinggo Bapak Risman Somantri, Amd.IP.SH.,MH serta bapak Arif Prihantoko, SH yang selalu mendampingi penulis selama proses penelitian berlangsung.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Dengan ucapan Bismillahirrahmanirrohim, penulis persembahkan karya sederhana ini dengan harapan semoga dapat memberi manfaat kepada semuanya. Aamiin.
Jember, 08 Desember 2022 Penulis
I’is Nur Afifah Nim : D20183062
ABSTRAK
I’is Nur Afifah, 2022: “Implementasi Program Sarana Asimilasi dan Edukasi (SAE) Untuk Meningkatkan Keterampilan Warga Binaan Di Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIB Probolinggo.”
Kata kunci: Tujuan SAE, Hambatan pelaksanaan program, Warga Binaan.
Lembaga Pemasyarakatan merupakan tempat untuk Warga Binaan untuk menjalani masa hukuman maupun pembinaan, Lembaga Pemasyarakatan memiliki banyak sekali program pembinaan yang sangat bermanfaat bagi Warga Binaan. Adanya program-program pembinaan yang ada di Lapas Kelas IIB Probolinggo ini dengan harapan untuk dapat meningkatkan kreativitas Warga Binaan dan membuka peluang pekerjaan bagi Warga Binaan yang telah selesai melakukan masa hukumannya (sudah bebas).
Fokus masalah dalam penelitian ini adalah: 1) Apa tujuan adanya program pembinaan Sarana Asimilasi dan Edukasi (SAE)? 2) Bagaimana proses pelaksanaan program Sarana Asimilasi dan Edukasi (SAE)? 3) Apa yang menjadi faktor penghambat dalam pelaksanaan program Sarana Asimilasi dan Edukasi (SAE)?.
Tujuan dari penelitian ini adalah: 1) Untuk mengetahui tujuan adanya program pembinaan Sarana Asimilasi dan Edukasi (SAE). 2) Untuk mengetahui dan Menjelaskan tentang Bagaimana pelaksanaan program Sarana Asimilasi dan Edukasi (SAE) di Lapas Kelas IIB Probolinggo. 3) Untuk mengetahui Apa yang menjadi faktor penghambat dalam pelaksanaan program Sarana Asimilasi dan Edukasi (SAE).
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan pendekatan kualitatif yang merupakan prosedurnya menghasilkan data deskriptif berupa hasil ucapan, tulisan, dan perilaku dari oraang- orang yang diamati. Teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu wawancara, observasi, dan juga dokumentasi. Wawancara dilakukan terhadap Kalapas, Warga Binaan dan juga staf Lapas yang berkaitan dengan program pembinaan. Dokumentasi yang di dapat oleh peneliti yaitu profil lembaga dan juga kegiatan Warga Binaan pada saat melakukan proses pembinaan. Keabsahan data dalam penelitian ini menggunakan tekhnik triangulasi, yaitu triangulasi tekhnik dan triangulasi metode.
Hasil penelitian yang dilakukan dapat diketahui bahwa: 1) Tujuan melalui eksistensi program SAE tersebut supaya program kerja mampu mengoperasikan bekal keterampilan hingga kemampuan warga kemudian mampu menjadi penopang kehidupan sesudah keluar nanti baik lapangan kerja baru maupun perbengkelan, sehingga tidak terpuruk akan permasalahnnya. 2) Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIB Probolinggo memiliki dua program pembinaan yaitu pembinaan kepribadian dan pembinaan kemandirian. Pembinaan kepribadian di dalamnya terdapat pembinaan kerohanian atau pondok pesantren, dan pembinaan kemandirian berupa keterampilan menjahit, perbengkelan, penanaman bibit, membuat pagar rumah, tukang cukur, budidaya ikan koi, dan laundry sehingga memberikan bimbingan untuk para warga Lapas. 3) Dalam pelaksanaan program ini sudah berjalan dengan baik namun masih memiliki beberapa hambatan-hambatan dalam pemberian binaan diantaranya yaitu disebabkan oleh keterbatasan anggaran, kurangnya minat Warga Binaan dalam mengikuti program kegiatan, dan adanya rasa malas yang ada pada diri Warga Binaan yang membuat jalannya program menjadi kurang efektif.
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
LEMBAR PERSETUJUAN ... ii
LEMBAR PENGESAHAN ... iii
MOTTO ... iv
PERSEMBAHAN ... v
KATA PENGANTAR ... vi
ABSTRAK ... viii
DAFTAR ISI ... ix
DAFTAR TABEL ... xii
DAFTAR GAMBAR ... xiii
BAB I Pendahuluan ... 1
A. Konteks Penelitian ... 1
B. Fokus Penelitian ... 6
C. Tujuan Penelitian ... 7
D. Manfaat Penelitian ... 7
E. Definisi Istilah ... 9
F. Sistematika Pembahasan ... 10
BAB II Kajian Pustaka ... 12
A. Penelitian Terdahulu ... 12
B. Kajian Teori ... 19
1. Program Sarana Asimilasi dan Edukasi (SAE) ... 19
2. Pembinaan Keterampilan ... 21
BAB III Metode Penelitian ... 36
A. Pendekatan dan Jenis Penelitian ... 36
B. Lokasi Penelitian ... 37
C. Subyek Penelitian ... 37
D. Teknik Pengumpulan Data ... 38
E. Analisis Data ... 41
F. Keabsahan Data ... 44
G. Tahap Penelitian ... 45
BAB IV Penyajian Data dan Analisis Data ... 48
A. Gambaran dan Objek Penelitian... 48
1. Profil dan Sejarah Lapas Probolinggo ... 48
2. Visi dan Misi Lembaga ... 49
3. Kondisi Sarana dan Prasarana ... 50
4. Struktur Organisasi ... 52
5. Gambaran Umum Penghuni Lapas ... 56
B. Penyajian dan Analisis Data ... 59
1. Tujuan Program SAE ... 59
2. Proses Pelaksanaan Program SAE ... 62
3. Faktor Penghambat. ... 76
C. Pembahasan Temuan ... 82
1. Tujuan Program SAE ... 82
2. Proses Pelaksanaan Program SAE ... 83
3. Faktor Penghambat ... 97
BAB V Penutup ... 100
A. Kesimpulan ... 100
B. Saran-saran ... 102
DAFTAR PUSTAKA ... 104
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Hasil Penelitian yang relevan ... 17
Tabel 3.1 Data informan ... 30
Tabel 4.2 Data Pegawai Lapas Kelas IIB Probolinggo ... 44
Tabel 4.3 jumlah penghuni Lapas Kelas IIB Probolinggo ... 48
Tabel 4.4 Jumlah Warga Binaan Berdasarkan Jenis Agama ... 48
Tabel 4.6 Warga Binaan yang Mengikuti Pembinaan Keterampilan ... 49
DAFTAR GAMBAR
Tabel 4.1 Struktur Organisasi Lapas Kelas IIB Probolinggo ... 43
BAB I PENDAHULUAN
A. Konteks Penelitian
Tugas bangsa Indonesia sangat besar yaitu selain berupaya untuk meningkatkan perekonomian masyarakat, tetapi juga untuk memerangi tingkat kejahatan di Indonesia. Kejahatan adalah tindakan yang dapat melanggar hukum di Indonesia dan akan dihukum sesuai dengan undang- undang yang berlaku di Indonesia. Kejahatan memiliki kecenderungan untuk merugikan dirinya sendiri maupun orang lain. Dimana nantinya pelaku kejahatan harus diberikan sanksi dan diminta untuk mengambil tindakan hukum. Dalam kehidupan sehari-hari sering kita temukan kasus yang terjadi seperti pencurian, pembunuhan, narkotika, korupsi dan lain sebagainya.
Penjahat harus dihukum atau dituntut untuk menghadapi tindakan hukum atas tindakan yang dilakukan.3
Lembaga Pemasyarakatan adalah tempat pembinaan narapidana, tahanan atau anak didik pemasyarakatan. Lembaga Pemasyarakatan menjadi tempat pembinaan bagi Warga Binaan dimana salah satu tugas lembaga Pemasyarakatan adalah mendorong para Warga Binaan menjadi orang yang lebih baik, mengenali kesalahan yang telah dilakukan, mampu memperbaiki diri dan tidak mengulangi banyak kesalahan, dan juga nantinya dapat berperan aktif kembali di masyarakat. Lembaga pemasyarakatan juga berperan penting dalam pendeteksian berhasil tidaknya suatu program
3 Pranata Enggi, Efektivitas Program Bimbingan Kerja dalam Mengembangkan Life Skill Warga Binaan Penjara, (Universitas Sultan Ageng Tirtayasa: 2018) hlm 127
pembinaan, yang tertera pada UU No. 12 pasal 1 ayat 3 Tahun 1995.4
Menurut Prayitno Lembaga Pemasyarakatan ialah Lembaga di bawah naungan Kementrian Hukum dan HAM yang bertujuan untuk mendukung penempatan Warga Binaan sesuai dengan kemampuan, keterampilan dan minatnya untuk mencapai kesejahteraan sosial Warga Binaan dan masyarakat.5
Lembaga Pemasyarakatan berusaha untuk melatih Warga Binaan untuk dapat menjadi orang yang lebih baik, mengenali kesalahannya, memperbaiki perilakunya dan tidak mengulangi kesalahan yang sama di kemudian hari. Oleh karena itu, ketika diumumkan bahwa Warga Binaan bebas, diharapkan nantinya mereka dapat berperan aktif dalam pembangunan bangsa dan negara serta dapat mematuhi hukum dan menjadi orang yang taat terhadap hukum.
Saat menerapkan pembinaan di Lembaga Pemasyarakatan, para pembina memerlukan asas-asas guna mencapai tujuan pembinaan dengan baik. Prinsip-prinsip pembinaan pemasyarakatan, antara lain: asas perlindungan, asas pendidikan, asas perlakuan dan pekerjaan yang sama, asas perampasan kemerdekaan. asas peduli, asas menghormati, asas mempertahankan kemandirian dan asas menjadikan hak untuk dapat berbicara dengan anggota keluarga dan sebagian orang yang tercantum
4 Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia, menetapkan UU Pasal 1ayat 3 No 12 Tahun 1995.
5 Khusnul Khotimah, Proses Pembinaan Warga Binaan Pemasyarakatan Di Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA Wirogunan Yogyakarta. (Yogyakarta: 2016) hlm 21-22.
dalam Pasal 5 UU Pemasyarakatan No. 12 Tahun 1995.6
Lembaga Pemasyarakatan memiliki fungsi sebagai pelaksanaan pidana penjara juga sebagai tempat untuk rehabilitasi dan reintegrasi sosial yang dimana di dalamnya terdapat pembinaan terhadap pelanggar hukum yang dikenal sebagai sistem pemasyarakatan bagi Warga Binaan. Lembaga Pemasyarakatan berperan sangat penting bagi Warga Binaan untuk pembinaan perilaku atau pembentukan karakter agar bisa menjadi manusia seutuhnya, menyadari akan kesalahannya yang telah mereka perbuat, bisa memperbaiki perilaku diri dan tidak lagi mengulangi kesalahan yang sama sehingga nantinya dapat kembali menjadi warga negara yang baik dan taat dengan aturan yang ada.7
Warga Binaan yang ada di Lembaga Pemasyarakatan sebagian besar disebabkan oleh faktor narkoba, korupsi, penipuan, pelecehan seksual, pembunuhan, bahkan ada juga karena faktor ekonomi dimana saat ini semakin banyaknya pengangguran dan kurangnya keterampilan yang dimiliki oleh Warga Binaan sehingga mereka menghalalkan segala cara untuk memenuhi kebutuhan mereka yang semakin rumit dan tidak sedikit dari mereka melakukan tindak kriminal seperti pencurian, penggelapan, maupun penipuan. Oleh karena itu, mereka membutuhkan bimbingan agar dapat memperbaiki dan bermanfaat bagi kehidupan mereka pada akhirnya sehingga mereka dapat sejahtera tanpa menjadi penjahat. Sesuai dengan apa
6 Jumarni, Peran Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA Watampone Dalam Pembinaan Narapidana Penyalahgunaan Narkoba Berdasarkan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 Tentang
Pemasyarakatan (Institut Agama Islam Negeri. (IAIN) Bone: 2019) 74.
7 Yektie Nurprayoga, Pola Pembinaan Karakter Bagi Warga Binaan Pemasyarakatan di Lembaga Pemasyarakatan Kelas I Makasar. (Makasar; 2019).
yang dijelaskan dalam Al-Qur’an dalam Surat Al-Maidah Ayat 8:
ُش َِِّلِلّ َينِماَّوَ ق اوُنوُك اوُنَمآ َنيِذَّلا اَهُّ يَأ َيَ
ۚ اوُلِدْعَ ت َّلََأ ٰىَلَع ٍمْوَ ق ُنآَنَش ْمُكَّنَمِرَْيَ َلََو ۖ ِطْسِقْلِبِ َءاَدَه
َنوُلَمْعَ ت اَِبِ ٌيرِبَخ ََّلِلّا َّنِإ ۚ ََّلِلّا اوُقَّ تاَو ۖ ٰىَوْقَّ تلِل ُبَرْ قَأ َوُه اوُلِدْعا
Artinya :“Hai orang-orang yang beriman hendaklah kamu jadi orang-orang yang selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa. Dan bertaqwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah maha mengetahui apa yang kamu kerjakan”.8
Dari ayat tersebut menjelaskan bahwasanya, Allah memberikan perintah kepada orang mukmin untuk selalu menegakkan kebenaran, melarangnya untuk membenci seseorang karena bisa mendorong mereka berlaku tidak adil. Allah memerintahkan orang mukmin untuk selalu bertaqwa kepadanya karena memang, Allah mengetahui apa yang kalian kerjakan. Maka dari itu, berperilaku jujur dan adil sangatlah penting karena hal tersebut dapat menjauhkan kita kedalam perbuatan tercela, dan terhindar dari tindak kejahatan yang dapat melanggar norma-norma dalam masyarakat.
Adanya sistem pemasyarakatan di dalam Lembaga Pemasyarakatan sangat penting yaitu berupa pembinaan. Pembinaan sendiri adalah kegiatan yang dilakukan secara efisien dan efektif untuk dapat memperoleh hasil yang maksimal, pada sadarnya pembinaan yakni aktivitas sadar, tertuju, serta juga teratur dengan orientasi mengoptimalkan serta melakukan pengembangan kapabilitas seseorang.9
8 Al-Quran Surah Al-Maidah: 8.
9 Sri Ayu Ningsih. Pelaksanaan Pembinaan Masyarakat Di Desa Bilanrengi Kecamatan Parigi Kabupaten Gowa. (Makassar: 2021) 8.
Selama Warga Binaan menjalani masa hukuman di Lembaga Pemasyarakatan, mereka diberdayakan melalui pembinaan kepribadian dan pembinaan keterampilan. Dimana pembinaan kepribadian mengarah pada pembinaan akhlak (Budi pekerti) serta mental Warga Binaan. Berdasarkan pengamatan peneliti, pembinaan kepribadian di Lapas Probolinggo meliputi peningkatan sadar akan keagamaan, peningkatan sadar dalam berbangsa dan bernegara, peningkatan sadar akan hukum, dan peningkatan integrasi dalam masyarakat. Di sisi lain, pembinaan kemandirian mengarah pada pembinaan bakat dan keterampilan seperti perbengkelan las, tukang cukur, menjahit ,membuat pot bunga, membuat kerajinan, penanaman bibit dan lain-lain.
Pembinaan kemandirian itu sendiri dirancang untuk mengembangkan keterampilan dan meningkatkan keterampilan Warga Binaan dan dapat kembali bekerja sebagai anggota masyarakat yang mandiri, memiliki kreatifitas, tertib dan bertanggung jawab. Dalam melakukan kegiatan pembinaan pada Warga Binaan, ada hal-hal penting yang bersatu untuk mencapai tujuan. Karena akan ada saatnya Warga Binaan dibebaskan nanti, masyarakat bisa menerimanya, tidak mengulangi hal yang sama seperti sebelumnya, atau bahkan lebih mahir dalam melakukan kejahatan.10
Pembinaan terhadap Warga Binaan sangatlah penting, setiap Lembaga Pemasyarakatan diwajibkan untuk menjalankan sistem pemasyarakatan yang berlandaskan pengayoman. Adanya sistem keamanan menjadi langkah awal dari pembinaan terhadap Warga Binaan yang harus
10 Marsudi Utoyo, Konsep Pembinaan Warga Binaan Pemasyarakatan Analysis Prisoners Guaidance To Reduce Level. (Kampus B Universitas Bandar Lampung: 2015) hlm 38.
berjalan seimbang, hal ini bertujuan agar Warga Binaan bisa memahami dan mematuhi terkait peraturan-peraturan yang berlaku di Lembaga Pemasyarakatan. Apabila semua prosedur diatur dan dilaksanakan dengan baik sesuai dengan peraturan perundang-undangan, maka dapat tercipta kerukunan dan ketertiban di antara para Warga Binaan, sehingga penyelenggaraan pembinaan kepribadian dan kemandirian dapat berjalan dengan baik.
Berdasarkan latar belakang yang ada, peneliti ingin mengkaji tentang
“Implementasi Program Sarana Asimilasi dan Edukasi (SAE) Untuk Meningkatkan Keterampilan Warga Binaan di Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIB Probolinggo”, penelitian ini memiliki tujuan yaitu peneliti mampu menjawab masalah terkait tujuan dari adanya program pembinaan Sarana Asimilasi dan Edukasi (SAE), bagaimana proses Pelaksanaan program Sarana Asimilasi dan Edukasi (SAE) di Lapas Kelas IIB Probolinggo, dan hal apa saja yang menjadi faktor penghambat dalam pelaksanaan program Sarana Asimilasi dan Edukasi (SAE).
B. Fokus Penelitian
Berdasarkan situasi penelitian yang telah diuraikan di atas, maka fokus penelitian yang akan diperhatikan dalam penelitian ini yaitu:
1. Apa tujuan adanya program pembinaan Sarana Asimilasi dan Edukasi (SAE) ?
2. Bagaimana proses Pelaksanaan program Sarana Asimilasi dan Edukasi (SAE) di Lapas Kelas IIB Probolinggo ?
3. Apa yang menjadi faktor penghambat dalam pelaksanaan program Sarana Asimilasi dan Edukasi (SAE) ?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan sumber penelitian yang sudah diuraikan di atas, dapat disimpulkan bahwa tujuan pada riset ini yakni :
1. Untuk mengetahui tujuan adanya program pembinaan Sarana Asimilasi dan Edukasi (SAE).
2. Untuk mengetahui dan Menjelaskan tentang Bagaimana pelaksanaan program Sarana Asimilasi dan Edukasi (SAE) di Lapas Kelas IIB Probolinggo.
3. Untuk mengetahui Apa yang menjadi faktor penghambat dalam pelaksanaan program Sarana Asimilasi dan Edukasi (SAE).
D. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini terdiri dari dua manfaat, yaitu manfaat secara Teoritis dan Manfaat Secara Praktis.
1. Manfaat Secara Teoritis.
a. Memberikan Pengetahuan dan juga wawasan khususnya bagi Warga Binaan terhadap pembinaan program kepribadian dan program kemandirian.
b. Sebagai sumber bacaan dan Informasi bagi pembaca mengenai Peran program Sarana Asimilasi dan Edukasi (SAE) bagi Warga Binaan di Lembaga Pemasyarakatan kelas IIB Peobolinggo.
2. Manfaat secara Praktis a. Bagi Peneliti
Penelitian ini bisa memberikan pengalaman serta wawasan langsung dalam pelaksanaan program Asimilasi dan Sarana Pendidikan (SAE) di Lapas Probolinggo Diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi bahan untuk penelitian yang akan mendatang.
b. Bagi Kampus UIN KHAS Jember
Manfaat yang dapat peneliti berikan kepada kampus UIN KHAS Jember khususnya di Fakultas Dakwah adalah penelitian ini dapat dijadikan sebagai dokumen acuan dalam kajian terkait Program Pengembangan Asimilasi dan Sarana Pendidikan (SAE). di Lapas Probolinggo.
c. Bagi Lapas Probolinggo
Bermanfaat bagi Lapas Probolinggo untuk lebih meningkatkan Program Sarana Asimilasi dan Edukasi (SAE) agar apa yang menjadi tujuan pembinaan tersebut dapat tercapai dengan baik.
d. Bagi Warga Binaan
Warga binaan diharapkan mampu membangun rasa percaya diri serta merasa yakin untuk kembali ke masyarakat dan menjadi manusia yang lebih baik, produktif serta aktif.
E. Definisi Istilah 1. Implementasi
Implementasi bukan sekedar kegiatan atau aktivitas saja, akan tetapi juga pekerjaan direncanakan dan dilaksanakan secara efektif berdasarkan prinsip-prinsip tertentu untuk mencapai tujuan pekerjaan. Implementasi menurut peneliti adalah kegiatan atau kegiatan yang direncanakan agar dapat mencapai tujuan suatu kegiatan.
2. Program Sarana Asimilasi dan Edukasi (SAE)
Sarana Asimilasi dan Edukasi menurut peneliti adalah salah satu pembinaan yang diberikan oleh Lembaga Pemasyarakatan kepada Warga Binaan yang bertujuan untuk meningkatkan keterampilan Warga Binaan dan agar bisa mandiri nantinya.
3. Keterampilan
Keterampilan yaitu kemampuan dasar yang telah dimiliki oleh seseorang, yang kemudian keterampilan tersebut diasah, dilatih, dan dikembangkan sehingga orang tersebut menjadi ahli dan profesional dalam bidang tertentu. Keterampilan yang dimaksud dalam penelitian ini yaitu keterampilan Warga Binaan dalam melakukan pembinaan dibidang tertentu. Seperti, keahlian teknik, keahlian interpersonal, dan kemampuan dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi. Dengan keterampilan, seseorang dapat melakukan suatu pekerjaan secara efektif dan efesien.
4. Warga Binaan
Warga Binaan Pemasyarakatan yakni narapidana, anak didik pemasyarakatan, dan klien pemasyarakatan. Warga Binaan yaitu orang yang sedang menjalani masa penahanan atau hukuman di dalam Lembaga Pemasyarakatan. Karena ia berperilaku menyimpang dan tidak mematuhi peraturan dan standar atau norma yang berlaku.
5. Lembaga Pemasyarakatan
Lembaga pemasyarakatan ialah tempat dimana Warga Binaan diterima serta dilatih. Lembaga pemasyarakatan berperan penting dalam mendidik Warga Binaan menjadi manusia yang baik, memahami kesalahannya, memperbaiki perilaku kriminalnya, mendorong Warga Binaan untuk tidak mengulangi kejahatannya dan dan dapat berperan aktif dalam bangsa dan pembangunannya.
Berdasarkan uraian diatas menjelaskan bahwa skripsi ini membahas tentang implementasi program Sarana Asimilasi dan Edukasi (SAE) untuk meningkatkan keterampilan Warga Binaan di Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIB Probolinggo. Dimana peneliti melakukan suatu penelitian untuk menganalisis dan membahas secara lebih mendalam tentang pelaksanaan program Sarana Asimilasi dan Edukasi (SAE) di Lapas Probolinggo.
F. Sistematika Pembahasan
Sistematika pembahasan merupakan adalah ringkasan materi yang memiliki tujuan guna mendapatkan pemahaman penuh tentang semua diskusi yang terlibat. Isi yang akan dibahas dibagi secara rinci menjadi lima bab,
setiap bab memiliki bagian yang berbeda, dan bab-bab berikutnya saling berhubungan, sehingga bab-bab sebelumnya dapat lebih dipahami.
Bab I merupakan pendahuluan yang meliputi konteks pertanyaan penelitian, fokus penelitian, tujuan penelitian, manfaat yang akan diperoleh dari penelitian setelah tujuan penelitian selesai, definisi istilah, dan penelitian.
Metode dan sistematika pembahasan.
Bab II merupakan bagian kajian kepustakaan yang terdiri dari penelitian terdahulu dan kajian teori. Bagian Penelitian Sebelumnya mencantumkan berbagai penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian yang akan dilakukan. Kajian teori berisi pembahasan tentang teori yang digunakan sebagai dasar untuk melakukan penelitian.
Bab III membahas tentang metode yang digunakan peneliti, meliputi:
pendekatan dan jenis penelitian, tempat penelitian, sumber data, tekhnik pengumpulan data, analisis data, keabsahan data, tahap-tahap penelitian.
Bab IV berisi tentang penyajian data dan analisis. Bab ini menjelaskan hasil penelitian yang diperoleh di lapangan. Bagian ini memuat tentang profil dari lembaga yang diteliti, penyajian data, analisis dan pembahasan temuan.
Bab V merupakan kesimpulan akhir penelitian dan hasil penelitian yang meliputi kesimpulan, berbagai saran yang menjadi gambaran karyaserta membuat makna penelitian semakin jelas yang dilaksanakan serta diakhiri oleh penutup dan daftar pustaka serta berbagai lampiran.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Penelitian Terdahulu
Penelitian sebelumnya yang menjadi acuan penelitian ini yakni risert yang dilakukan oleh beberapa peneliti di bawah ini :
1. Skripsi yang ditulis oleh Amaliah Reski Fajardani Mahasiswa Program Studi Bimbingan Konseling Islam Fakultas Ushuluddin, Adab dan Dakwah Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Parepare tahun 2019.
Dengan judul penelitian “Pengaruh Pembinaan Kemandirian Terhadap Kesiapan Hidup Bermasyarakat Penghuni Rumah Tahanan Negara Kelas IIB Pinrang”. 11Penelitian yang dilakukan oleh Amaliah Reski Fajardani ini yaitu bertujuan untuk mengetahui apakah pembinaan kemandirian dari Rumah Tahanan Negara Kelas IIB Pinrang terdapat pengaruh terhadap kesiapan hidup Warga Binaan dalam bermasyarakat. Penelitian yang dilakukan oleh Amaliah Reski Fajardani ini memakai metode penelitian kuantitatif dengan jumlah sampel yaitu sebanyak 34 Warga Binaan.
Kemiripan antara penelitian dilakukan Amaliah Reski Fajardani dan Penelitian dalam skripsi ini adalah keduanya membahas terkait program pembinaan kemandirian terhadap Warga Binaan di Lembaga Pemasyarakatan. Sedangkan perbedaanya terletak pada metode penelitian, dimana penelitian yang dilakukan oleh Amaliah Reski Fajardani
11 Amaliah Reski Fajardani, Pengaruh Pembinaan Kemandirian Terhadap Kesiapan Hidup Bermasyarakat Penghuni Rumah Tahanan Negara Kelas IIB Pinrang. Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Parepare, 2019.
menggunakan metode penelitian kuantitatif sedangkan skripsi ini menggunakan metode kualitatif dengan jenis pendekatan studi kasus.
2. Skripsi yang ditulis oleh Jumrianti Mahasiswa jurusan PMI Konsentrasi Kesejahteraan Sosial Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Alauddin Makasar pada tahun 2019. Dengan judul penelitian “Implementasi Program Kemandirian Terhadap Warga Binaan Di Lapas Perempuan Kelas IIA Sungguminasa”. 12 Tujuan dilakukannya penelitian ini oleh Jumrianti adalah untuk mengungkapkan pelaksanaan pembinaan kemandirian Terhadap Warga Binaan Di Lapas Perempuan Kelas IIA Sungguminasa dan hambatan-hambata yang ada. Penelitian ini menggunakan 6 sampel Warga Binaan yang telah ditetapkan. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan pendekatan sosiologi. Hasil penelitian ini mennjukkan bahwa adanya program kemandirian di Lapas Perempuan Kelas IIA Sungguminasa sangat berdampak baik bagi Warga Binaan dimana mereka sangat antusias sekali dan bersemangat dalam mengikuti pembinaan, akan tetapi terdapat faktor penghambat dalam pelaksanaan program yaitu kurangnya anggaran dana dalam pelaksanaan pembinaan kemandirian.
Persamaan penelitian Jumrianti dan Penelitian dalam skripsi ini yaitu keduanya membahas terkait Implementasi program pembinaan yang ada di Lembaga Pemasyarakatan. Walaupun perbedaannya penelitian yang dilakukan Jumrianti terdapat pada jenis penelitian yang digunakan,
12 Jumrianti. Implementasi Program Kemandirian Terhadap Warga Binaan di Lapas Perempuan Kelas IIA Sungguminasa. (Makassar:2019).
penelitian Jumrianti menggunakan metode penelitian kualitatif dengan pendekatan sosiologis. Dan penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan jenis pendekatan studi kasus.
3. Jurnal yang ditulis oleh Erina Suhestia Ningtyas, Abd. Yuli Andi Gani, Sukanto Jurusan Administrasi Publik, Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya Malang. Jurnal Penelitian ini berjudul “Pelaksanaan Program Pembinaan Narapidana Pada Lembaga Pemasyarakatan Dalam Rangka Pengembangan Sumberdaya Manusia”.13 Penelitian yang digunakan dalam Jurnal ini yaitu menggunakan metode penelitian kualitatif Tujuan dilakukanya penelitian ini guna memahami, mendeskripsikan dan mengevaluasi pelaksanaan program pembinaan narapidana di Lapas Kelas IA Kota Lowokwaru Malang.
Persamaan penelitian yang dilakukan oleh Erina Suhestia Ningtyas dkk dan penelitian skripsi ini yaitu sama-sama meneliti bagaimana pelaksanaan program pembinaan di Lembaga Pemasyarakatan terhadap Warga Binaan dan juga memakai metode penelitian yang sama yaitu metode kualitatif. Perbedaannya yakni riset yang dilakukan Erina Suhestia Ningtyas dkk terletak pada tujuan yaitu tujuan memperbaiki sumberdaya manusia dan penelitian skripsi ini adalah tujuan adanya program Sarana Asimilasi dan Edukasi (SAE).
13 Erlina Suhestia Ningtyas dkk. Pelaksanaan Program Pembinaan Narapidana Pada Lembaga Pemasyarakatan Dalam Rangka Pengembangan Sumberdaya Manusia. (Malang).
Tabel 2.1
Hasil Penelitian yang relevan dengan judul yang diangkat oleh peneliti
No Nama Peneliti Judul Persamaan Perbedaan Relevansi
1 2 3 4 5 6
a.
1.
Amaliah Reski Fajardani, 2019
Pengaruh Pembinaan Kemandirian Terhadap Kesiapan Hidup Bermasyarakat Penghuni
Rumah Tahanan Negara Kelas IIB Pinrang
- keduanya membahas program pembinaan kemandirian terhadap Warga Binaan di Lembaga Pemasyarakatan .
- penelitian terdahulu ini menggunakan metode penelitian kuantitatif sedangkan skripsi ini menggunakan metode kualitatif dengan jenis pendekatan studi kasus - Lokasi dan waktu penelitian
Disini memakai metode penelitian kualitatif melalui pengambilan sampel sejumlah 34 sampel Warga Binaan, fokus dari penelitian terdahulu ini adalah pengaruh terhadap kesiapan hidup Warga Binaan dalam bermasyarakat.
Penelitian ini
menjelaskan tentang pengaruh pembinaan kemandirian di Penghuni Rumah Tahanan Negara Kelas IIB Pinrang terhadap kesiapan narapidana hidup bermasyarakat.
Sedangkan penelitian ini menjelaskan proses pelaksanaan program Sarana Asimilasi dan Edukasi (SAE).
b.
2.
Jumrianti, 2019
Implementasi Program Kemandirian Terhadap Warga Binaan Di Lapas Perempuan Kelas IIA Sungguminasa
- keduanya mengkaji tentang Implementasi program pembinaan yang ada di Lembaga Pemasyarakatan .
- perbedaannya penelitian yang dilakukan oleh peneliti
terdahulu yaitu terdapat pada jenis penelitian yang
digunakan, dimana penelitian milik peneliti
Pada penelitian terdahulu
menjelaskan tentang implementasi
program kemandirian terhadap Warga Binaan di Lapas Perempuan Kelas IIA Sungguminasa.
Jenis penelitian yang digunakan yaitu
terdahulu menggunakan jenis penelitian kualitatif dengan pendekatan sosiologi. Dan penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan jenis pendekatan studi kasus - Lokasi dan waktu penelitian
penelitian kualitatif dengan pendekatan sosiologi. Subyek yang digunakan adalah Warga Binaan yang telah menjalani 2/3 masa tahanannya.
Sedangkan penelitian ini menjelaskan proses pelaksanaan program Sarana Asimilasi dan Edukasi (SAE).
c.
3.
Erina Suhestia Ningtyas, Abd. Yuli Andi Gani, Sukanto
Pelaksanaan Program Pembinaan Narapidana Pada Lembaga Pemasyarakatan Dalam Rangka Pengembangan Sumberdaya Manusia.
- keduanya mengkaji bagaimana pelaksanaan program pembinaan di Lembaga Pemasyarakatan terhadap Warga Binaan.
- Menggunakan metode
penelitian yang sama yaitu metode kualitatif.
- terletak pada tujuan yaitu tujuan memperbaiki sumberdaya manusia dan penelitian skripsi ini adalah tujuan adanya program Sarana
Asimilasi dan Edukasi (SAE).
- Lokasi dan waktu penelitian
Disini memakai penelitian kualitatif melalui fokus penelitian yakni penyelenggaraan program pembinaan kepada narapidana pada Lembaga Pemasyarakatan.
Subyek
penelitiannya yaitu narapidana di Lapas Kelas IA
Lowokwaru Kota Malang.
fokusDisini memakai metode penelitian kualitatif melalui fokus pada proses pelaksanaan program Sarana Asimilasi dan Edukasi (SAE).
B. Kajian Teori
1. Implementasi Program
Secara etimologis pengertian implementasi menurut Kamus Webster yang dikutip oleh Wahab adalah Konsep implementasi berasal dari bahasa inggris yaitu to implement. Dalam kamus besar webster, to implement (mengimplementasikan) yang berati to provide the means for carrying out (menyediakan sarana untuk melaksanakan sesuatu) dan to give practical effect to (untuk menimbulkan dampak atau akibat terhadap sesuatu).
Implementasi merupakan penyediaan sarana untuk melaksanakan sesuatu yang menimbulkan dampak atau akibat terhadap sesuatu. Sesuatu tersebut dilakukan untuk menimbulkan dampak atau akibat itu dapat berupa undang-undang, peraturan pemerintah, keputusan peradilan dan kebijakan yang dibuat oleh lembaga-lembaga pemerintah dalam kehidupan kenegaraan.
Pengertian implementasi selain menurut Webster di atas dijelaskan juga menurut Van Meter dan Van Horn bahwa implementasi adalah tindakan-tindakan yang dilakukan baik oleh individu-individu atau pejabat- pejabat atau kelompok-kelompok pemerintah atau swasta yang diarahkan pada tercapainya tujuan-tujuan yang telah digariskan dalam keputusan kebijakan. Pandangan Meter dan Horn bahwa implementasi merupakan tindakan oleh individu, pejabat, kelompok badan pemerintah atau swasta yang diarahkan pada tercapainya tujuan-tujuan yang telah digariskan dalam suatu keputusan tertentu. Badan-badan tersebut melaksanakan pekerjaan-
pekerjaan pemerintah yang membawa dampak pada warganegaranya.
Namun dalam praktinya badan-badan pemerintah sering menghadapi pekerjaan-pekerjaan di bawah mandat dari Undang-Undang, sehingga membuat mereka menjadi tidak jelas untuk memutuskan apa yang seharusnya dilakukan dan apa yang seharusnya tidak dilakukan.14
Program merupakan tahap-tahap dalam penyelesaian rangkaian kegiatan yang berisi langkah-langkah yang akan dikerjakan untuk mencapai tujuan dan merupakan unsur pertama yang harus ada demi tercapainya kegiatan implementasi. Program akan menunjang implementasi, karena dalam program telah dimuat berbagai aspek antara lain :
a. Adanya tujuan yang ingin dicapai.
b. Adanya kebijaksanaan-kebijaksanaan yang diambil dalam mencapai tujuan itu.
c. Adanya aturan-aturan yang harus dipegang dan prosedur yang harus dilalui.
d. Adanya perkiraan anggaran yang dibutuhkan.
e. Adanya strategi dalam pelaksanaan.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa implementasi program ádalah tindakan-tindakan yang dilaksanakan oleh individu-individu terhadap suatu objek atau sasaran yang diarahkan untuk mencapai tujuan- tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya, melalui adanya organisasi, interpretasi dan penerapan. Gunakan mencapai tujuan impementasi program
14 Meter dan Horn (dalam Wahab: 2004) 65.
secara efektif, pemerintah harus melakukan aksi atau tindakan yang berupa penghimpunan sumber dana dan pengelolaan sumber daya alam dan manusia. Hasil yang diperoleh dari aksi pertama dapat disebut input kebijakan, sementara aksi yang Model efektifitas implementasi program yang ditawarkan oleh Kertonegoro menyebutnya : Empat (4) faktor dalam melaksanakan suatu kebijakan, yakni: komunikasi, sumber-sumber, kecenderungan atau tingkah laku dan struktur birokrasi. 15
2. Program Sarana Asimilasi dan Edukasi (SAE) a. Pengertian Sarana Asimilasi dan Edukasi (SAE)
Asimilasi berasal dari bahasa Latin yang berarti assimilare (menjadi sama), sedangkan pengertian asimilasi di Lembaga Pemasyarakatan yaitu dimana masing-masing Warga Binaan mendapatkan pembinaan dalam hal keterampilan bekerja dan memberi kesempatan Warga Binaan untuk membaurkan dirinya dengan masyarakat sekitar Lembaga Pemasyarakatan namun masih dalam pengawasan staf Lapas.16
Sarana Asimilasi dan Edukasi (SAE) adalah pembinaan kemandirian berupa keterampilan kerja, dengan membaurkan diri Warga Binaan ke tengah masyarakat dan membuka peluang partisipasi dan edukasi masyarakat terkait dengan kegiatan dan hasil produk yang ada di Sarana Asimilasi dan Edukasi (SAE). UU No 12 Pasal 14 Tahun 1995 menjelaskan bahwa asimilasi ialah hak yang harus diperoleh dari
15Kertonegoro, Sentanoe, Manajemen Organisasi. (Jakarta. Widya Press. 2004), 17. ,
16 Siti Nur Aulia Insani, “Pelaksanaan Pemberian Hak Asimilasi Bagi Warga Binaan Di Lembaga Pemasyarakatan Kelas I Makassar”, (Makassar:2019) 25.
Warga Binaan di Lapas, untuk mempersiapkan Warga Binaan kembali ke masyarakat.17 Pembinaan Asimilasi terhadap Warga Binaan dilakukan di luar Lembaga Pemasyarakatan supaya Warga Binaan bisa berkomunikasi dan berinteraksi langsung dengan masyarakat yang ada disekitar tempat Asimilasi.18
Pelaksanaan pemidanaan dengan sistem pemasyarakatan di Indonesia saat ini mengacu kepada Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 Tentang Pemasyarakatan. Didalam Penjelasan Umum Undang- Undang Pemasyarakatan yang merupakan dasar hukum perubahan ide secara yuridis dan filosofis dari sistem kepenjaraan menjadi sistem pemasyarakatan, mengatur tentang pelaksanaan sistem pemasyarakatan di Indonesia.
Sarana Asimilasi dan Edukasi (SAE) merupakan program pembinaan kemandirian yang ada di Lapas Probolinggo, dengan membaurkan Warga Binaan ke tengah-tengah masyarakat dan membuka peluang partisipasi dan edukasi masyarakat tentang kegiatan dan hasil produk yang ada di Sarana Asimilasi dan Edukasi Lapas Probolinggo, sehingga hal ini dapat menciptakan citra positif penyelenggaraan sistem pemasyarakatan. Adanya program program kemandirian Sarana Asimilasi dan Edukasi (SAE) di Lapas Probolinggo bertujuan untuk mengasah dan meningkatkan kemampuan yang telah dimiliki oleh Warga Binaan agar ketika bebas nanti mereka
17 Undang-undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 1995 Tentang Pemasyarakatan.
18 Ely Alawiyah Jufri, “Pelaksanaan Asimilasi Narapidana Di Lembaga Pemasyarakatan Terbuka Jakarta”. (Jakarta:2017) 3.
dapat mandiri dengan membuka peluang usaha sendiri maupun bekerja dengan orang lain sehingga mereka dapat berguna ditengah masyarakat.19 Di dalam Lapas Probolinggo terdapat dua pembinaan yaitu pembinaan kepribadian dan pembinaan kemandirian, adanya kedua pembinaan ini saling berkaitan erat, dimana pembinaan kepribadian diberikan untuk meningkatkan intelektual dan keimanan Warga Binaan dan pembinaan kemandirian diberikan supaya Warga Binaan selepas keluar dari Lapas mempunyai bekal keterampilan.
Menurut Ami Rahmawati pembinaan adalah suatu kegiatan mempertahankan dan menyempurnakan apa yang telah ada.20 Sedangkan Mitha Thoha menyebutkan bahwa pembinaan adalah suatu tindakan, proses, hasil, atau pernyataan yang lebih baik. Dalam hal ini menunjukkan adanya kemajuan, peningkatan pertumbuhan, evolusi atas berbagai kemungkinan, berkembang atau peningkatan atas sesuatu. Ada dua unsur dari definisi pembinaan yaitu: Pembinaan itu bisa berupa suatu tindakan, proses, atau pernyataan tujuan dan Pembinaan bisa menunjukan kepada perbaikan atas sesuatu.
Secara umum pembinaan disebut sebagai sebuah perbaikan terhadap pola kehidupan yang direncanakan. Setiap manusia memiliki tujuan hidup tertentu dan memiliki keinginan untuk mewujudkan tujuan tersebut. Apabila tujuan hidup tersebut tidak tercapai maka manusia akan berusaha untuk menata ulang pola kehidupannya. Sedangkan
19 Muhammad Ali Equatora, “Efektivitas Pembinaan Kemandirian Narapidana Di Lembaga Pemasyarakatan Wirogunan Yogyakarta”. (Yogyakarta: 2018) 22-26.
20 Ami Rahmawati “Panduan Pembinaan Sekolah Rumah” (Jawa Barat:2016) 5.
Pembinaan menurut Masdar Helmi adalah segala hal usaha, ikhtiar dan kegiatan yang berhubungan dengan perencanaan dan pengorganisasian serta pengendalian segala sesuatu secara teratur dan terarah.21
Adanya Program pembinaan kemandirian berdasarkan Keputusan Menteri Kehakiman RI Nomor: M. 02-PK.04.10 tahun 1990 Tentang Pola Pembinaan Narapidana/Tahanan Menteri Kehakiman Republik Indonesia antara lain: 22
1) Pembinaan kemandirian pada Warga Binaan untuk mengembangkan bakat masing -masing.
2) Pembinaan kemandirian pada Warga Binaan agar tertarik untuk menjalankan industri kecil.
3) Pembinaan kemandirian untuk mendukung Warga Binaan untuk usaha mandiri .
4) Pembinaan kemandirian pada Warga Binaan agar tertarik untuk menjalankan kegiatan pertanian maupun perkebunan.
Pembinaan kepribadian yaitu sistem di lembaga pemasyarakatan mengarah pada pengembangan pikiran atau watak pada Warga Binaan.
Warga Binaan diarahkan untuk mengikuti pembinaan kepribadian ini diharapkan nantinya Warga Binaan bisa mengembangkan kualitas hidup dan kehidupannya, menjadi manusia yang berguna, bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, menjaga dirinya sendiri, keluarganya
21 Muhammad Ali Equatora, “Efektivitas Pembinaan Kemandirian Narapidana Di Lembaga Pemasyarakatan Wirogunan Yogyakarta”. (Yogyakarta:2018) 22-26.
22 Keputusan Menteri Kehakiman RI. Nomor: M.02-Pk.04.10 Tahun 1990. Tentang Pola Pembinaan Narapidana/Tahanan Menteri Kehakiman Republik Indonesia.
atau masyarakat. Ketika keluar dari Lapas, para Warga Binaan memiliki pemikiran dan pengetahuan yang berkaitan dengan agama, khususnya ajaran Islam, dan dapat menjadi manusia seutuhnya. Sesuai dengan Sepuluh Prinsip Pokok Pemasyarakatan butir ke-3, yaitu : “Berikan bimbingan bukan penyiksaan supaya mereka bertobat. Berikan kepada mereka pengertian mengenai norma-norma hidup dan kehidupan dan sertakan mereka dalam kegiatan-kegiatan sosial untuk menumbuhkan rasa hidup kemasyarakatannya.”23
Berdasarkan Keputusan Menteri Kehakiman Republik Indonesia.
No. M.02. PK.04 tanggal 10 April 1990 tentang Pola Pembinaan kepribadian Narapidana/Tahanan pada BAB VII tentang pelaksanaan pembinaan dibagi menjadi 5 yaitu:
1) Pembinaan Kesadaran Beragama.
2) Pembinaaan Kesadaran Berbangsa dan Bernegara.
3) Pembinaan kesadaran intelektual.
4) Pembinaan Kesadaran Hukum.
5) Pembinaan Pengintegrasian dengan Masyarakat.24
Asimilasi merupakan usaha-usaha untuk mengurangi perbedaan antar individu atau antar kelompok guna mencapai suatu kesepakatan berdasarkan kepentingan dan tujuan-tujuan bersama. Menurut Koentjaraningrat (Maryati) proses asimilasi akan timbul jika ada
23 Dimas Danang Sutawijaya. Pelaksanaan Pembinaan Kepribadian Bagi Narapidana Tindak Pidana Korupsi di Lembaga Pemasyarakatan Kelas Iia Cibinong. (Cibinong:2020) 88-89.
24 Keputusan Menteri Kehakiman RI. Nomor: M.02-Pk.04.10 Tahun 1990. Tentang Pola Pembinaan Narapidana/Tahanan Menteri Kehakiman Republik Indonesia.
kelompok-kelompok yang memiliki perbedaan kebudayaan. Kemudian individu- individu dalam kelompok tersebut saling berinteraksi secara langsung dan terus menerus dalam jangka waktu yang lama, sehingga kebudayaan masing-masing kelompok berubah dan saling menyesuaikan diri. 25
Dengan demikian terdapat keterkaitan antara Sarana Asimilasi dan Edukasi (SAE) dengan bimbingan konseling. Sarana Asimilasi dan Edukasi (SAE) diberikan kepada para Warga Binaan supaya bisa diberikan bimbingan konseling dengan hal-hal yang positif.
Layanan konseling tentunya dapat diberikan bagi individu untuk membantu memperbaiki konsep diri mereka. Oleh karena itu, untuk memperbaiki konsep diri Warga Binaan dari konsep diri negatif menjadi konsep diri positif. Diharapkan dengan pemberian pelayanan konseling terhadap Warga Binaan dapat memperbaiki konsep diri mereka. Hingga mereka dapat menjadi individu yang berguna ditengah masyarakat dan tidak mengulangi lagi kesalahannya.
Hak mendapatkan perawatan rohani Warga Binaan dihubungkan dengan pemenuhan kebutuhan psiko moral dan spiritual. Kegiatan untuk memenuhi kebutuhan tersebut bisa dilakukan melalui optimalisasi kegiatan keagamaan baik dalam bentuk bimbingan ibadah maupun konseling agama. Dua bentuk kegiatan ini bukan sebatas membantu Warga Binaan meningkatkan iman dan takwa kepada Allah
25 Maryati, Jurnal Interaksi Sosial yang Benar, (Bandung: Nasioanl, 2019) 1.
SWT, tetapi juga membantu mencari jalan keluar yang dihadapi dengan pendekatan agama yang dianut.
Berdasarkan pengertian di atas, maka dapat dipahami bahwa konseling bagi Warga Binaan bertujuan utuk membantu Warga Binaan menjadi individu yang lebih baik dari sebelumnya dan terbebas dari segala permasalahan hidup, menjadikan Warga Binaan memiliki tujuan hidup yang lebih jelas pasca menjalani masa tahanan, yang akhirnya menjadi individu yang mampu menjalankan tugasnya sebagai khalifah dibumi.
Setiap orang senantiasa menginginkan dirinya menjadi berguna dan berharga bagi keluarganya, lingkungan masyarakat dan dirinya sendiri. Apabila ia seorang ayah, ia ingin menjadi seorang ayah yang dikasihi dan dihormati seluruh anggota keluarganya, serta mampu menjalankan sebaik-baiknya fungsinya sebagai kepala keluarga.
Demikian juga gambaran seorang ibu. Sebaliknya seorang anak ingin menjadi anak yang berbakti dan dikasihi serta menjadi kebanggaan orang tuanya. Itulah sekelumit keinginan manusia diantara sekian banyak keinginan lainya, yang bila direnungkan ternyata menggambarkan hasrat yag paling mendasar dari setiap manusia, yaitu hasrat untuk hidup bermakna Hasrat untuk memiliki hidup bermakna sebagaimana gambaran diatas itulah yang juga menjadi keinginan Warga Binaan. Karena keinginan untuk hidup secara bermakna merupakan motivasi utama pada manusia, misalnya saja bekerja dan
berkarya, agar kehidupannya dirasa berarti dan berharga. Sebagai motivasi utama manusia, hasrat ini mendambakan oleh Warga Binaan untuk menjadi pribadi yang bermartabat, terhormat dan berharga dengan kegiatan-kegiatan yang terarah kepada tujuan hidup yang jelas dan bermakna pula pasca menjalani hukumannya.26
b. Tujuan dari Sarana Asimilasi dan Edukasi (SAE)
1) Warga Binaan diberikan kesempatan untuk mengikuti pembinaan dalam rangka menyiapkan diri Warga Binaan agar dapat hidup lebih mandiri setelah selesai menjalani masa tahanan.
2) Mendorong masyarakat untuk dapat berperan aktif dalam penyelenggaraan kegiatan pemasyarakatan.
3) Membangkitkan semangat dan motivasi Warga Binaan guna tercapainya tujuan pembinaan.
4) Untuk memungkinkan Warga Binaan memperoleh pengetahuan dan keterampilan yang akan berguna bagi mereka setelah mereka bebas.
5) Mempersiapkan diri Warga Binaan supaya dapat kembali menjalani kehidupan yang lebih baik ditengah masyarakat. 27
26 Umar Latif, Urgensi Layanan Konseling Bagi Wanita Binaan (Studi Di Lembaga
Pemasyarakatan Kelas Iii Sigli), Jurnal Al-Ijtimaiyyah: Media Kajian Pengembangan Masyarat Islam. (Aceh: Universitas Seambi Mekkah Banda Aceh, 2019), 31.
27 Peraturan menteri HAM RI no M.2.Pk.04-10 Tahun 2007 tentang syarat dan tata cara pelaksanaan asimilasi.
c. Fungsi Sarana Asimilasi dan Edukasi (SAE)
Adapun fungsi dari Sarana Asimilasi dan Edukasi (SAE) sendiri yakni mempersiapkan Warga Binaan untuk dapat berintegrasi dengan masyarakat, sehingga nantinya Warga Binaan dapat berperan lagi sebagai anggota masyarakat yang baik dan bebas juga bisa bertanggung jawab atas dirinya sendiri yang sesuai dengan Pasal 3 UUD No. 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan.28
d. Syarat Pembinaan Asimilasi Bagi Warga Binaan
Pembinaan Asimilasi terhadap Warga Binaan tidak hanya diberikan begitu saja, namun banyak syarat yang harus dipenuhi Berdasarkan Peraturan Menteri Kehakiman dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia dalam Pasal 44 Nomor 3 Tahun 2018 yakni bisa diberikan terhadap Warga Binaan serta Warga Binaan bisa mendapatkan Asimilasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yang diwajibkan guna terpenuhinya syarat-syarat yakni:
1) Warga Binaan yang dapat berperilaku baik, dengan dibuktikan tidak sedang menjalani hukuman disiplin pada saat berada di dalam Lapas dalam kurun waktu 6 (enam) bulan terakhir
2) Berperan aktif dalam mengikuti program pembinaan dengan baik 3) Telah menjalani 2/3 masa pidana.29
28 Undang-undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 1995 Tentang Pemasyarakatan.
29 Siti Nur Aulia, “Pelaksanaan Pembinaan Hak Asimilasi Bagi Warga Binaan Di Lembaga Pemasyarakatan Kelas I Makassar” (Makassar:2019) 26.
3. Pembinaan Keterampilan
a. Pengertian pembinaan keterampilan
Menurut etimologi, istilah pembinaan berasal dari akar kata “bina”, dari kata Arab yaitu “bana” yang artinya membina, membangun, mendirikan, mengambil awalan pe dan akhiran an. Maka dari itu kata pembinaan disini yaitu mempunyai arti usaha, kegiatan dan tindakan.30 Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) pembinaan sendiri merupakan kegiatan atau aktivitas yang dilaksanakan secara efektif untuk dapat mencapai hasil yang lebih baik. 31 Menurut Sudarsono pembinaan merupakan upaya seseorang dalam melakukan suatu kegiatan guna hasil yang didapatkan lebih baik. Yang dimaksud pembinaan tersebut yaitu bantuan dari individu maupun kelompok yang tujukan kepada seseorang, dimana bantuan tersebut bisa berupa materi pembinaan yang di dapatkan untuk dapat mengembangkan keterampilan seseorang dalam melakukan suatu kegiatan untuk mendapatkan hasil yang diharapkan.32
Keterampilan asal mula dari kata terampil yang berarti kecakapan atau cakap. Keterampilan adalah kemampuan seseorang untuk melakukan atau melakukan sesuatu dengan baik.33 Maksud dari pendapat tersebut yaitu keterampilan adalah kecakapan seseorang untuk dapat lebih menguasai keahlian yang telah dimiliki sejak lahir. Kemampuan yang dimiliki tersebut yang akan digunakan untuk melakukan sesuatu.
30 Alwi Hasan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2003), 152.
31 Departemen Pendidikan Nasional, op, cit., 193.
32 Sudarsono, Kamus Hukum. (Jakarta,2007), 53.
33 Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan, Panduan Penyelenggaraan Muatan Keterampilan Pendidikan Kesetaraan. (2017), 4.
Sedangkan Sedangkan Chaplin berpendapat bahwa kemampuan manusia dapat tumbuh melalui pelatihan-pelatihan yang telah dilakukan oleh manusia itu sendiri.34 Iverson mengatakan bahwa setiap orang membutuhkan pelatihan dan kemampuan dasar dalam keterampilan, karena hal tersebut dapat membantu seseorang dalam menghasilkan sesuatu yang lebih bernilai. Sedangkan keterampilan menurut Dunnette adalah kemampuan yang dibutuhkan untuk melakukan beberapa pekerjaan yang merupakan perkembangan diri dari hasil training dan pengalaman yang telah didapan dilapangan.35 Mc. Daniel Suatu pertemuan langsung dengan individu yang ditujukan pada pemberian bantuan kapadanya untuk dapat menyesuaikan dirinya secara lebih efektif dengan dirinya sendiri dan lingkungan.36
Pembinaan keterampilan adalah untuk membuat Warga Binaan dapat bergaul dengan Warga Binaan yang lain selama menjalani pembinaan keterampilan, Warga Binaan dibina untuk lebih menguasai keterampilan yang telah dimiliki, Warga Binaan juga dapat bersosialisasi dengan Warga Binaan yang lain, pengisi waktu luang selama berada di Lembaga Pemasyarakatan. Pembinaan kepribadian yang merupakan proses pembinaan Warga Binaan Lapas dengan cara kegiatan siraman rohani yang berkaitan langsung dengan keagamaan dan spiritual warga binaan, pembinaan kesadaran terhadap agama dan kepercayaan masing-
34 Mulyati, Yeti dkk. Jurnal Keterampilan dalam Belajar Mengajar. (Jakarta:2007), 9.
35 Dunnette, “Keterampilan Pembukuan”. (Jakarta: PT. Grafindo Persada), 33.
36 Srihardono, Jurnal Pengaruh Keterampilan, Pengalaman, Kemampuan Sumber Daya Manusia (Yogyakarta:2015), 4.
masing agar warga binaan bisa sadar akan kesalahan dan tindakan yang pernah mereka lakukan.
Seseorang dapat meningkatkan keterampilan telah dimilikinya dengan terus berlatih. Keterampilan dasar yang dimiliki seseorang akan dapat membantu seseorang untuk menciptakan sesuatu yang bermanfaat dengan cepat, maka dari itu dalam keterampilan yang dibutuhkan bukan hanya training saja.
Keterampilan menurut Robbins terbagi menjadi 4 kategori yakni:
1) Keterampilan dasar (Basic literacy skill), adalah keterampilan yang harus dimiliki seseorang, seperti berhitung, menulis, membaca dan mendengarkan.
2) Keahlian teknik (Technical skill), merupakan kemampuan teknis orang seperti mengoperasikan komputer maupun alat digital lainnya yang didapatkan melalui pelatihan atau pembelajaran dalam bidang teknik.
3) Keahlian Interpersonal (Interpersonal skill), merupakan keahlian seseorang dalam berkomunikasi dengan orang lain, baik itu mendengarkan orang lain dan memberikan ide atau bekerja dalam kelompok.
4) Menyelesaikan masalah (Prolem solving), ialah kemampuan seseorang untuk secara rasional memecahkan masalah yang dihadapi dengan menggunakan logikanya.37
Pendapat tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa keterampilan
37 Robbins, Keterampilan Dasar. (Jakarta: PT Raja Grafindo), 494.
yang telah dimiliki oleh seseorang harus terus di asah dengan mengikuti bimbingan atau program training. Agar keterampilan dasar yang telah dimiliki akan lebih baik lagi untuk kedepannya jika terus dilatih.
Notoatmojo mengatakan bahwa tingkat keterampilan seseorang sangat dipengaruhi oleh pengetahuan, dan pengetahuan di pengaruhi oleh:
1) Umur, ketika bertambahnya usia, tubuh seseorang akan mengalami perubahan juga psikologi orang tersebut. Ketika seseorang sudah cukup umur maka dia akan tumbuh dan dewasa dalam berpikir dan bekerja.
2) Tingkat pendidikan, serta tingkat pendidikan seseorang maka ia mempunyai pengetahuan yang lebih baik sehingga dapat menyerap dan menerima hal-hal baru dengan lebih mudah. Selain itu, ini juga dapat membantu seseorang dalam membereskan hal-hal baru tersebut dengan cermat.
3) Pengalaman, adanya pengalaman yang dimiliki oleh seseorang juga dapat menjadikan mereka sebagai dasar agar dapat lebih baik dari sebelumnya dan dapat menjadikan mereka sebagai dasar sehingga lebih baik dari sebelumnya dan dapat dijadikan sebagai sumber ilmu untuk memperoleh kebenaran. Kedewasaan dipengaruhi oleh pengalaman yang didapat dalam berpikir dan bertindak. Ranupantyo dan Saud mengatakan semakin lama seorang dalam menekuni pekerjaannya, maka akan pengalaman profesional dan keterampilan yang dmiliki, yang akan membuatnya lebih baik.
4) Motivasi, seseorang yang mempunyai motivasi yang tinggi dapat membangkitkan keinginan yang ada dalam dirinya untuk melakukan segala sesuatu. Dengan adanya motivasi inilah seseorang melakukan berbagai hal yang sesuai dengan prosedur yang telah diajarkan.38
Pieget membuat suatu teori tentang empat periode utama dalam perkembangan kognitif yang menunjukkan perkembangan intelektualitas manusia. Perubahan dalam satu periode yang sama umumnya bersifat kuantitatif dan linier, sementara perbedaan antar periode cenderung bersifat kualitatif dan menunjukkan adanya rangkaian kemajuan dari periode yang satu ke yang lain dalam keempat periode. Seorang individu harus melalui suatu periode yang lain dalam keempat periode tersebut.
Seorang anak harus melalui suatu periode terlebih dahulu sebelum meningkat ke periode berikutnya. 39
Adanya program pembinaan keterampilan di Lapas Probolingggo sangat bermanfaat bagi Warga Binaan sendiri, dimana di dalam Lembaga Pemasyarakatan Warga Binaan di bina untuk lebih menguasai keterampilan yang telah dimiliki. Tak hanya itu, Warga Binaan juga dapat bersosialisasi dengan Warga Binaan yang lain, mengisi waktu luang di Lapas dengan memanfaatkan fasilitas yang telah diberikan seperti membaca buku di perpustakaan, menonton televisi, bermain bola, olahraga dan sebagainya. Selain membekali dirinya dengan keterampilan yang ada di Lapas Probolinggo, dengan mengikuti pembinaan
38 Notoatmojo, Metodologi Penelitian Kesehatan. (PT.Rineka Cipta:2014) 5.
39 Indana Zulfa, Implementasi Perkembangan Kognitif Jean Piaget DI TK Nafilah Malang, Skripsi, (Malang: UIN Malang, 2017), 20.
keterampilan juga untuk mata pencahariannya selama berada di Lembaga Pemasyarakatan. Karena dari hasil kerja mereka selama di Lembaga Pemasyarakatan mereka mendapatkan upah sebagai imbalan kerjanya.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Pendekatan dan Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif. Metode kualitatif adalah metode yang menghasilkan data naratif berupa tuturan, tulisan dan tingkah laku orang yang diamati. Penelitian kualitatif ini memungkinkan kita untuk mendapatkan wawasan melalui proses reflektif. Penelitian kualitatif berusaha memahami konteks dengan cara melakukan deskripsi secara mendetail tentang indikator situasional dalam konteks alamiahnya tentang apa yang sebenarnya terjadi di wilayah studi.40
Jenis penelitian yang dilakukan oleh peneliti adalah penelitian lapangan (Field Research) dengan jenis pendekatan deskripstif kualitatif, yang merupakan suatu jenis penelitian yang menghasilkan data deskriptif baik berupa tulisan atau ungkapan yang peneliti peroleh langsung dari lapangan atau wilayah penelitian.41 Selanjutnya Penggalian data dalam penelitian menghasilkan data untuk selanjutnya dianalisis lalu mengehasilkan teori.
Sebagai metode penggalian data diperoleh dalam penelitian kualitatif, untuk memperoleh data kajian diperoleh dari hasil, survei, wawancara dan catatan atau dokumentasi.42 Peneliti memilih jenis penelitian kualitatif deskriptif karena ingin memaparkan dan menjelaskan fenomena yang terjadi dilapangan yang sesuai dengan tema yang telah diambil oleh peneliti yakni tentang
40 Farida Nugrahani, Metode Penelitian Kualitatif dalam Penelitian Pendidikan Bahasa, (Surakarta, 2014),90.
41 Komaruddin, Ensiklopedi (Jakarta : Bumi Aksara, 2007), 55
42 Eko Murdiyanto, Metode Penelitian Kualitatif, (Yogyakarta,2020), 34
adanya program Sarana Asimilasi dan Edukasi Lembaga di Pemasyarakatan Kelas IIB Probolinggo.
B. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian yaitu objek yang digunakan sebagai lokasi pencarian.
Pusat penelitian ini terletak dikota Probolinggo, tepatnya di Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIB Probolinggo. Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIB Probolinggo merupakan tempat pembinaan Warga Binaan yang berada di bawah naungan Kementerian Hukum dan HAM. Peneliti memilih Lapas Kelas IIB Probolinggo sebagai lokasi penelitian dengan pertimbangan antara lain:
1. Karena peneliti sudah mengetahui kondisi lapangan yang ada di Lapas Probolinggo, hal tersebut dapat memudahkan peneliti dalam menggalih data.
2. Saat ini Lapas Probolinggo dalam kondisi kelebihan daya tampung, dengan di huni kurang lebih 695 Warga Binaan, terdiri dari narapidana dan tahanan. Sehingga dengan adanya program SAE ini dapat memberikan dampak positif bagi Warga Binaan di masa mendatang.
3. Warga Binaan dan Staf Lapas Probolinggo sebagai Informan diwawancarai oleh peneliti guna mengumpulkan data.
C. Subyek Penelitian
Subyek penelitian ini yakni informan atau narasumber yang dianggap tepat untuk memberikan informasi tentang data yang digali Peneliti untuk menentukan sampel sumber data, peneliti menggunakan teknik purposive