BAB II Kajian Pustaka
B. Kajian Teori
1. Implementasi Program
Secara etimologis pengertian implementasi menurut Kamus Webster yang dikutip oleh Wahab adalah Konsep implementasi berasal dari bahasa inggris yaitu to implement. Dalam kamus besar webster, to implement (mengimplementasikan) yang berati to provide the means for carrying out (menyediakan sarana untuk melaksanakan sesuatu) dan to give practical effect to (untuk menimbulkan dampak atau akibat terhadap sesuatu).
Implementasi merupakan penyediaan sarana untuk melaksanakan sesuatu yang menimbulkan dampak atau akibat terhadap sesuatu. Sesuatu tersebut dilakukan untuk menimbulkan dampak atau akibat itu dapat berupa undang-undang, peraturan pemerintah, keputusan peradilan dan kebijakan yang dibuat oleh lembaga-lembaga pemerintah dalam kehidupan kenegaraan.
Pengertian implementasi selain menurut Webster di atas dijelaskan juga menurut Van Meter dan Van Horn bahwa implementasi adalah tindakan-tindakan yang dilakukan baik oleh individu-individu atau pejabat-pejabat atau kelompok-kelompok pemerintah atau swasta yang diarahkan pada tercapainya tujuan-tujuan yang telah digariskan dalam keputusan kebijakan. Pandangan Meter dan Horn bahwa implementasi merupakan tindakan oleh individu, pejabat, kelompok badan pemerintah atau swasta yang diarahkan pada tercapainya tujuan-tujuan yang telah digariskan dalam suatu keputusan tertentu. Badan-badan tersebut melaksanakan
pekerjaan-pekerjaan pemerintah yang membawa dampak pada warganegaranya.
Namun dalam praktinya badan-badan pemerintah sering menghadapi pekerjaan-pekerjaan di bawah mandat dari Undang-Undang, sehingga membuat mereka menjadi tidak jelas untuk memutuskan apa yang seharusnya dilakukan dan apa yang seharusnya tidak dilakukan.14
Program merupakan tahap-tahap dalam penyelesaian rangkaian kegiatan yang berisi langkah-langkah yang akan dikerjakan untuk mencapai tujuan dan merupakan unsur pertama yang harus ada demi tercapainya kegiatan implementasi. Program akan menunjang implementasi, karena dalam program telah dimuat berbagai aspek antara lain :
a. Adanya tujuan yang ingin dicapai.
b. Adanya kebijaksanaan-kebijaksanaan yang diambil dalam mencapai tujuan itu.
c. Adanya aturan-aturan yang harus dipegang dan prosedur yang harus dilalui.
d. Adanya perkiraan anggaran yang dibutuhkan.
e. Adanya strategi dalam pelaksanaan.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa implementasi program ádalah tindakan-tindakan yang dilaksanakan oleh individu-individu terhadap suatu objek atau sasaran yang diarahkan untuk mencapai tujuan-tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya, melalui adanya organisasi, interpretasi dan penerapan. Gunakan mencapai tujuan impementasi program
14 Meter dan Horn (dalam Wahab: 2004) 65.
secara efektif, pemerintah harus melakukan aksi atau tindakan yang berupa penghimpunan sumber dana dan pengelolaan sumber daya alam dan manusia. Hasil yang diperoleh dari aksi pertama dapat disebut input kebijakan, sementara aksi yang Model efektifitas implementasi program yang ditawarkan oleh Kertonegoro menyebutnya : Empat (4) faktor dalam melaksanakan suatu kebijakan, yakni: komunikasi, sumber-sumber, kecenderungan atau tingkah laku dan struktur birokrasi. 15
2. Program Sarana Asimilasi dan Edukasi (SAE) a. Pengertian Sarana Asimilasi dan Edukasi (SAE)
Asimilasi berasal dari bahasa Latin yang berarti assimilare (menjadi sama), sedangkan pengertian asimilasi di Lembaga Pemasyarakatan yaitu dimana masing-masing Warga Binaan mendapatkan pembinaan dalam hal keterampilan bekerja dan memberi kesempatan Warga Binaan untuk membaurkan dirinya dengan masyarakat sekitar Lembaga Pemasyarakatan namun masih dalam pengawasan staf Lapas.16
Sarana Asimilasi dan Edukasi (SAE) adalah pembinaan kemandirian berupa keterampilan kerja, dengan membaurkan diri Warga Binaan ke tengah masyarakat dan membuka peluang partisipasi dan edukasi masyarakat terkait dengan kegiatan dan hasil produk yang ada di Sarana Asimilasi dan Edukasi (SAE). UU No 12 Pasal 14 Tahun 1995 menjelaskan bahwa asimilasi ialah hak yang harus diperoleh dari
15Kertonegoro, Sentanoe, Manajemen Organisasi. (Jakarta. Widya Press. 2004), 17. ,
16 Siti Nur Aulia Insani, “Pelaksanaan Pemberian Hak Asimilasi Bagi Warga Binaan Di Lembaga Pemasyarakatan Kelas I Makassar”, (Makassar:2019) 25.
Warga Binaan di Lapas, untuk mempersiapkan Warga Binaan kembali ke masyarakat.17 Pembinaan Asimilasi terhadap Warga Binaan dilakukan di luar Lembaga Pemasyarakatan supaya Warga Binaan bisa berkomunikasi dan berinteraksi langsung dengan masyarakat yang ada disekitar tempat Asimilasi.18
Pelaksanaan pemidanaan dengan sistem pemasyarakatan di Indonesia saat ini mengacu kepada Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 Tentang Pemasyarakatan. Didalam Penjelasan Umum Undang-Undang Pemasyarakatan yang merupakan dasar hukum perubahan ide secara yuridis dan filosofis dari sistem kepenjaraan menjadi sistem pemasyarakatan, mengatur tentang pelaksanaan sistem pemasyarakatan di Indonesia.
Sarana Asimilasi dan Edukasi (SAE) merupakan program pembinaan kemandirian yang ada di Lapas Probolinggo, dengan membaurkan Warga Binaan ke tengah-tengah masyarakat dan membuka peluang partisipasi dan edukasi masyarakat tentang kegiatan dan hasil produk yang ada di Sarana Asimilasi dan Edukasi Lapas Probolinggo, sehingga hal ini dapat menciptakan citra positif penyelenggaraan sistem pemasyarakatan. Adanya program program kemandirian Sarana Asimilasi dan Edukasi (SAE) di Lapas Probolinggo bertujuan untuk mengasah dan meningkatkan kemampuan yang telah dimiliki oleh Warga Binaan agar ketika bebas nanti mereka
17 Undang-undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 1995 Tentang Pemasyarakatan.
18 Ely Alawiyah Jufri, “Pelaksanaan Asimilasi Narapidana Di Lembaga Pemasyarakatan Terbuka Jakarta”. (Jakarta:2017) 3.
dapat mandiri dengan membuka peluang usaha sendiri maupun bekerja dengan orang lain sehingga mereka dapat berguna ditengah masyarakat.19 Di dalam Lapas Probolinggo terdapat dua pembinaan yaitu pembinaan kepribadian dan pembinaan kemandirian, adanya kedua pembinaan ini saling berkaitan erat, dimana pembinaan kepribadian diberikan untuk meningkatkan intelektual dan keimanan Warga Binaan dan pembinaan kemandirian diberikan supaya Warga Binaan selepas keluar dari Lapas mempunyai bekal keterampilan.
Menurut Ami Rahmawati pembinaan adalah suatu kegiatan mempertahankan dan menyempurnakan apa yang telah ada.20 Sedangkan Mitha Thoha menyebutkan bahwa pembinaan adalah suatu tindakan, proses, hasil, atau pernyataan yang lebih baik. Dalam hal ini menunjukkan adanya kemajuan, peningkatan pertumbuhan, evolusi atas berbagai kemungkinan, berkembang atau peningkatan atas sesuatu. Ada dua unsur dari definisi pembinaan yaitu: Pembinaan itu bisa berupa suatu tindakan, proses, atau pernyataan tujuan dan Pembinaan bisa menunjukan kepada perbaikan atas sesuatu.
Secara umum pembinaan disebut sebagai sebuah perbaikan terhadap pola kehidupan yang direncanakan. Setiap manusia memiliki tujuan hidup tertentu dan memiliki keinginan untuk mewujudkan tujuan tersebut. Apabila tujuan hidup tersebut tidak tercapai maka manusia akan berusaha untuk menata ulang pola kehidupannya. Sedangkan
19 Muhammad Ali Equatora, “Efektivitas Pembinaan Kemandirian Narapidana Di Lembaga Pemasyarakatan Wirogunan Yogyakarta”. (Yogyakarta: 2018) 22-26.
20 Ami Rahmawati “Panduan Pembinaan Sekolah Rumah” (Jawa Barat:2016) 5.
Pembinaan menurut Masdar Helmi adalah segala hal usaha, ikhtiar dan kegiatan yang berhubungan dengan perencanaan dan pengorganisasian serta pengendalian segala sesuatu secara teratur dan terarah.21
Adanya Program pembinaan kemandirian berdasarkan Keputusan Menteri Kehakiman RI Nomor: M. 02-PK.04.10 tahun 1990 Tentang Pola Pembinaan Narapidana/Tahanan Menteri Kehakiman Republik Indonesia antara lain: 22
1) Pembinaan kemandirian pada Warga Binaan untuk mengembangkan bakat masing -masing.
2) Pembinaan kemandirian pada Warga Binaan agar tertarik untuk menjalankan industri kecil.
3) Pembinaan kemandirian untuk mendukung Warga Binaan untuk usaha mandiri .
4) Pembinaan kemandirian pada Warga Binaan agar tertarik untuk menjalankan kegiatan pertanian maupun perkebunan.
Pembinaan kepribadian yaitu sistem di lembaga pemasyarakatan mengarah pada pengembangan pikiran atau watak pada Warga Binaan.
Warga Binaan diarahkan untuk mengikuti pembinaan kepribadian ini diharapkan nantinya Warga Binaan bisa mengembangkan kualitas hidup dan kehidupannya, menjadi manusia yang berguna, bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, menjaga dirinya sendiri, keluarganya
21 Muhammad Ali Equatora, “Efektivitas Pembinaan Kemandirian Narapidana Di Lembaga Pemasyarakatan Wirogunan Yogyakarta”. (Yogyakarta:2018) 22-26.
22 Keputusan Menteri Kehakiman RI. Nomor: M.02-Pk.04.10 Tahun 1990. Tentang Pola Pembinaan Narapidana/Tahanan Menteri Kehakiman Republik Indonesia.
atau masyarakat. Ketika keluar dari Lapas, para Warga Binaan memiliki pemikiran dan pengetahuan yang berkaitan dengan agama, khususnya ajaran Islam, dan dapat menjadi manusia seutuhnya. Sesuai dengan Sepuluh Prinsip Pokok Pemasyarakatan butir ke-3, yaitu : “Berikan bimbingan bukan penyiksaan supaya mereka bertobat. Berikan kepada mereka pengertian mengenai norma-norma hidup dan kehidupan dan sertakan mereka dalam kegiatan-kegiatan sosial untuk menumbuhkan rasa hidup kemasyarakatannya.”23
Berdasarkan Keputusan Menteri Kehakiman Republik Indonesia.
No. M.02. PK.04 tanggal 10 April 1990 tentang Pola Pembinaan kepribadian Narapidana/Tahanan pada BAB VII tentang pelaksanaan pembinaan dibagi menjadi 5 yaitu:
1) Pembinaan Kesadaran Beragama.
2) Pembinaaan Kesadaran Berbangsa dan Bernegara.
3) Pembinaan kesadaran intelektual.
4) Pembinaan Kesadaran Hukum.
5) Pembinaan Pengintegrasian dengan Masyarakat.24
Asimilasi merupakan usaha-usaha untuk mengurangi perbedaan antar individu atau antar kelompok guna mencapai suatu kesepakatan berdasarkan kepentingan dan tujuan-tujuan bersama. Menurut Koentjaraningrat (Maryati) proses asimilasi akan timbul jika ada
23 Dimas Danang Sutawijaya. Pelaksanaan Pembinaan Kepribadian Bagi Narapidana Tindak Pidana Korupsi di Lembaga Pemasyarakatan Kelas Iia Cibinong. (Cibinong:2020) 88-89.
24 Keputusan Menteri Kehakiman RI. Nomor: M.02-Pk.04.10 Tahun 1990. Tentang Pola Pembinaan Narapidana/Tahanan Menteri Kehakiman Republik Indonesia.
kelompok-kelompok yang memiliki perbedaan kebudayaan. Kemudian individu- individu dalam kelompok tersebut saling berinteraksi secara langsung dan terus menerus dalam jangka waktu yang lama, sehingga kebudayaan masing-masing kelompok berubah dan saling menyesuaikan diri. 25
Dengan demikian terdapat keterkaitan antara Sarana Asimilasi dan Edukasi (SAE) dengan bimbingan konseling. Sarana Asimilasi dan Edukasi (SAE) diberikan kepada para Warga Binaan supaya bisa diberikan bimbingan konseling dengan hal-hal yang positif.
Layanan konseling tentunya dapat diberikan bagi individu untuk membantu memperbaiki konsep diri mereka. Oleh karena itu, untuk memperbaiki konsep diri Warga Binaan dari konsep diri negatif menjadi konsep diri positif. Diharapkan dengan pemberian pelayanan konseling terhadap Warga Binaan dapat memperbaiki konsep diri mereka. Hingga mereka dapat menjadi individu yang berguna ditengah masyarakat dan tidak mengulangi lagi kesalahannya.
Hak mendapatkan perawatan rohani Warga Binaan dihubungkan dengan pemenuhan kebutuhan psiko moral dan spiritual. Kegiatan untuk memenuhi kebutuhan tersebut bisa dilakukan melalui optimalisasi kegiatan keagamaan baik dalam bentuk bimbingan ibadah maupun konseling agama. Dua bentuk kegiatan ini bukan sebatas membantu Warga Binaan meningkatkan iman dan takwa kepada Allah
25 Maryati, Jurnal Interaksi Sosial yang Benar, (Bandung: Nasioanl, 2019) 1.
SWT, tetapi juga membantu mencari jalan keluar yang dihadapi dengan pendekatan agama yang dianut.
Berdasarkan pengertian di atas, maka dapat dipahami bahwa konseling bagi Warga Binaan bertujuan utuk membantu Warga Binaan menjadi individu yang lebih baik dari sebelumnya dan terbebas dari segala permasalahan hidup, menjadikan Warga Binaan memiliki tujuan hidup yang lebih jelas pasca menjalani masa tahanan, yang akhirnya menjadi individu yang mampu menjalankan tugasnya sebagai khalifah dibumi.
Setiap orang senantiasa menginginkan dirinya menjadi berguna dan berharga bagi keluarganya, lingkungan masyarakat dan dirinya sendiri. Apabila ia seorang ayah, ia ingin menjadi seorang ayah yang dikasihi dan dihormati seluruh anggota keluarganya, serta mampu menjalankan sebaik-baiknya fungsinya sebagai kepala keluarga.
Demikian juga gambaran seorang ibu. Sebaliknya seorang anak ingin menjadi anak yang berbakti dan dikasihi serta menjadi kebanggaan orang tuanya. Itulah sekelumit keinginan manusia diantara sekian banyak keinginan lainya, yang bila direnungkan ternyata menggambarkan hasrat yag paling mendasar dari setiap manusia, yaitu hasrat untuk hidup bermakna Hasrat untuk memiliki hidup bermakna sebagaimana gambaran diatas itulah yang juga menjadi keinginan Warga Binaan. Karena keinginan untuk hidup secara bermakna merupakan motivasi utama pada manusia, misalnya saja bekerja dan
berkarya, agar kehidupannya dirasa berarti dan berharga. Sebagai motivasi utama manusia, hasrat ini mendambakan oleh Warga Binaan untuk menjadi pribadi yang bermartabat, terhormat dan berharga dengan kegiatan-kegiatan yang terarah kepada tujuan hidup yang jelas dan bermakna pula pasca menjalani hukumannya.26
b. Tujuan dari Sarana Asimilasi dan Edukasi (SAE)
1) Warga Binaan diberikan kesempatan untuk mengikuti pembinaan dalam rangka menyiapkan diri Warga Binaan agar dapat hidup lebih mandiri setelah selesai menjalani masa tahanan.
2) Mendorong masyarakat untuk dapat berperan aktif dalam penyelenggaraan kegiatan pemasyarakatan.
3) Membangkitkan semangat dan motivasi Warga Binaan guna tercapainya tujuan pembinaan.
4) Untuk memungkinkan Warga Binaan memperoleh pengetahuan dan keterampilan yang akan berguna bagi mereka setelah mereka bebas.
5) Mempersiapkan diri Warga Binaan supaya dapat kembali menjalani kehidupan yang lebih baik ditengah masyarakat. 27
26 Umar Latif, Urgensi Layanan Konseling Bagi Wanita Binaan (Studi Di Lembaga
Pemasyarakatan Kelas Iii Sigli), Jurnal Al-Ijtimaiyyah: Media Kajian Pengembangan Masyarat Islam. (Aceh: Universitas Seambi Mekkah Banda Aceh, 2019), 31.
27 Peraturan menteri HAM RI no M.2.Pk.04-10 Tahun 2007 tentang syarat dan tata cara pelaksanaan asimilasi.
c. Fungsi Sarana Asimilasi dan Edukasi (SAE)
Adapun fungsi dari Sarana Asimilasi dan Edukasi (SAE) sendiri yakni mempersiapkan Warga Binaan untuk dapat berintegrasi dengan masyarakat, sehingga nantinya Warga Binaan dapat berperan lagi sebagai anggota masyarakat yang baik dan bebas juga bisa bertanggung jawab atas dirinya sendiri yang sesuai dengan Pasal 3 UUD No. 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan.28
d. Syarat Pembinaan Asimilasi Bagi Warga Binaan
Pembinaan Asimilasi terhadap Warga Binaan tidak hanya diberikan begitu saja, namun banyak syarat yang harus dipenuhi Berdasarkan Peraturan Menteri Kehakiman dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia dalam Pasal 44 Nomor 3 Tahun 2018 yakni bisa diberikan terhadap Warga Binaan serta Warga Binaan bisa mendapatkan Asimilasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yang diwajibkan guna terpenuhinya syarat-syarat yakni:
1) Warga Binaan yang dapat berperilaku baik, dengan dibuktikan tidak sedang menjalani hukuman disiplin pada saat berada di dalam Lapas dalam kurun waktu 6 (enam) bulan terakhir
2) Berperan aktif dalam mengikuti program pembinaan dengan baik 3) Telah menjalani 2/3 masa pidana.29
28 Undang-undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 1995 Tentang Pemasyarakatan.
29 Siti Nur Aulia, “Pelaksanaan Pembinaan Hak Asimilasi Bagi Warga Binaan Di Lembaga Pemasyarakatan Kelas I Makassar” (Makassar:2019) 26.
3. Pembinaan Keterampilan
a. Pengertian pembinaan keterampilan
Menurut etimologi, istilah pembinaan berasal dari akar kata “bina”, dari kata Arab yaitu “bana” yang artinya membina, membangun, mendirikan, mengambil awalan pe dan akhiran an. Maka dari itu kata pembinaan disini yaitu mempunyai arti usaha, kegiatan dan tindakan.30 Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) pembinaan sendiri merupakan kegiatan atau aktivitas yang dilaksanakan secara efektif untuk dapat mencapai hasil yang lebih baik. 31 Menurut Sudarsono pembinaan merupakan upaya seseorang dalam melakukan suatu kegiatan guna hasil yang didapatkan lebih baik. Yang dimaksud pembinaan tersebut yaitu bantuan dari individu maupun kelompok yang tujukan kepada seseorang, dimana bantuan tersebut bisa berupa materi pembinaan yang di dapatkan untuk dapat mengembangkan keterampilan seseorang dalam melakukan suatu kegiatan untuk mendapatkan hasil yang diharapkan.32
Keterampilan asal mula dari kata terampil yang berarti kecakapan atau cakap. Keterampilan adalah kemampuan seseorang untuk melakukan atau melakukan sesuatu dengan baik.33 Maksud dari pendapat tersebut yaitu keterampilan adalah kecakapan seseorang untuk dapat lebih menguasai keahlian yang telah dimiliki sejak lahir. Kemampuan yang dimiliki tersebut yang akan digunakan untuk melakukan sesuatu.
30 Alwi Hasan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2003), 152.
31 Departemen Pendidikan Nasional, op, cit., 193.
32 Sudarsono, Kamus Hukum. (Jakarta,2007), 53.
33 Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan, Panduan Penyelenggaraan Muatan Keterampilan Pendidikan Kesetaraan. (2017), 4.
Sedangkan Sedangkan Chaplin berpendapat bahwa kemampuan manusia dapat tumbuh melalui pelatihan-pelatihan yang telah dilakukan oleh manusia itu sendiri.34 Iverson mengatakan bahwa setiap orang membutuhkan pelatihan dan kemampuan dasar dalam keterampilan, karena hal tersebut dapat membantu seseorang dalam menghasilkan sesuatu yang lebih bernilai. Sedangkan keterampilan menurut Dunnette adalah kemampuan yang dibutuhkan untuk melakukan beberapa pekerjaan yang merupakan perkembangan diri dari hasil training dan pengalaman yang telah didapan dilapangan.35 Mc. Daniel Suatu pertemuan langsung dengan individu yang ditujukan pada pemberian bantuan kapadanya untuk dapat menyesuaikan dirinya secara lebih efektif dengan dirinya sendiri dan lingkungan.36
Pembinaan keterampilan adalah untuk membuat Warga Binaan dapat bergaul dengan Warga Binaan yang lain selama menjalani pembinaan keterampilan, Warga Binaan dibina untuk lebih menguasai keterampilan yang telah dimiliki, Warga Binaan juga dapat bersosialisasi dengan Warga Binaan yang lain, pengisi waktu luang selama berada di Lembaga Pemasyarakatan. Pembinaan kepribadian yang merupakan proses pembinaan Warga Binaan Lapas dengan cara kegiatan siraman rohani yang berkaitan langsung dengan keagamaan dan spiritual warga binaan, pembinaan kesadaran terhadap agama dan kepercayaan
34 Mulyati, Yeti dkk. Jurnal Keterampilan dalam Belajar Mengajar. (Jakarta:2007), 9.
35 Dunnette, “Keterampilan Pembukuan”. (Jakarta: PT. Grafindo Persada), 33.
36 Srihardono, Jurnal Pengaruh Keterampilan, Pengalaman, Kemampuan Sumber Daya Manusia (Yogyakarta:2015), 4.
masing agar warga binaan bisa sadar akan kesalahan dan tindakan yang pernah mereka lakukan.
Seseorang dapat meningkatkan keterampilan telah dimilikinya dengan terus berlatih. Keterampilan dasar yang dimiliki seseorang akan dapat membantu seseorang untuk menciptakan sesuatu yang bermanfaat dengan cepat, maka dari itu dalam keterampilan yang dibutuhkan bukan hanya training saja.
Keterampilan menurut Robbins terbagi menjadi 4 kategori yakni:
1) Keterampilan dasar (Basic literacy skill), adalah keterampilan yang harus dimiliki seseorang, seperti berhitung, menulis, membaca dan mendengarkan.
2) Keahlian teknik (Technical skill), merupakan kemampuan teknis orang seperti mengoperasikan komputer maupun alat digital lainnya yang didapatkan melalui pelatihan atau pembelajaran dalam bidang teknik.
3) Keahlian Interpersonal (Interpersonal skill), merupakan keahlian seseorang dalam berkomunikasi dengan orang lain, baik itu mendengarkan orang lain dan memberikan ide atau bekerja dalam kelompok.
4) Menyelesaikan masalah (Prolem solving), ialah kemampuan seseorang untuk secara rasional memecahkan masalah yang dihadapi dengan menggunakan logikanya.37
Pendapat tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa keterampilan
37 Robbins, Keterampilan Dasar. (Jakarta: PT Raja Grafindo), 494.
yang telah dimiliki oleh seseorang harus terus di asah dengan mengikuti bimbingan atau program training. Agar keterampilan dasar yang telah dimiliki akan lebih baik lagi untuk kedepannya jika terus dilatih.
Notoatmojo mengatakan bahwa tingkat keterampilan seseorang sangat dipengaruhi oleh pengetahuan, dan pengetahuan di pengaruhi oleh:
1) Umur, ketika bertambahnya usia, tubuh seseorang akan mengalami perubahan juga psikologi orang tersebut. Ketika seseorang sudah cukup umur maka dia akan tumbuh dan dewasa dalam berpikir dan bekerja.
2) Tingkat pendidikan, serta tingkat pendidikan seseorang maka ia mempunyai pengetahuan yang lebih baik sehingga dapat menyerap dan menerima hal-hal baru dengan lebih mudah. Selain itu, ini juga dapat membantu seseorang dalam membereskan hal-hal baru tersebut dengan cermat.
3) Pengalaman, adanya pengalaman yang dimiliki oleh seseorang juga dapat menjadikan mereka sebagai dasar agar dapat lebih baik dari sebelumnya dan dapat menjadikan mereka sebagai dasar sehingga lebih baik dari sebelumnya dan dapat dijadikan sebagai sumber ilmu untuk memperoleh kebenaran. Kedewasaan dipengaruhi oleh pengalaman yang didapat dalam berpikir dan bertindak. Ranupantyo dan Saud mengatakan semakin lama seorang dalam menekuni pekerjaannya, maka akan pengalaman profesional dan keterampilan yang dmiliki, yang akan membuatnya lebih baik.
4) Motivasi, seseorang yang mempunyai motivasi yang tinggi dapat membangkitkan keinginan yang ada dalam dirinya untuk melakukan segala sesuatu. Dengan adanya motivasi inilah seseorang melakukan berbagai hal yang sesuai dengan prosedur yang telah diajarkan.38
Pieget membuat suatu teori tentang empat periode utama dalam perkembangan kognitif yang menunjukkan perkembangan intelektualitas manusia. Perubahan dalam satu periode yang sama umumnya bersifat kuantitatif dan linier, sementara perbedaan antar periode cenderung bersifat kualitatif dan menunjukkan adanya rangkaian kemajuan dari periode yang satu ke yang lain dalam keempat periode. Seorang individu harus melalui suatu periode yang lain dalam keempat periode tersebut.
Seorang anak harus melalui suatu periode terlebih dahulu sebelum meningkat ke periode berikutnya. 39
Adanya program pembinaan keterampilan di Lapas Probolingggo sangat bermanfaat bagi Warga Binaan sendiri, dimana di dalam Lembaga Pemasyarakatan Warga Binaan di bina untuk lebih menguasai keterampilan yang telah dimiliki. Tak hanya itu, Warga Binaan juga dapat bersosialisasi dengan Warga Binaan yang lain, mengisi waktu luang di Lapas dengan memanfaatkan fasilitas yang telah diberikan seperti membaca buku di perpustakaan, menonton televisi, bermain bola, olahraga dan sebagainya. Selain membekali dirinya dengan keterampilan yang ada di Lapas Probolinggo, dengan mengikuti pembinaan
38 Notoatmojo, Metodologi Penelitian Kesehatan. (PT.Rineka Cipta:2014) 5.
39 Indana Zulfa, Implementasi Perkembangan Kognitif Jean Piaget DI TK Nafilah Malang, Skripsi, (Malang: UIN Malang, 2017), 20.
keterampilan juga untuk mata pencahariannya selama berada di Lembaga Pemasyarakatan. Karena dari hasil kerja mereka selama di Lembaga Pemasyarakatan mereka mendapatkan upah sebagai imbalan kerjanya.